PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI POST CRANIOTOMY INTRACRANIAL HEMORRHAGE DI RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi
Oleh: Dewa Made Bayu Suryawan J100141025
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
i
ii
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Nama
: Dewa Made Bayu Suryawan
NIM
: J100 141 025
Fakultas/ Jurusan : Ilmu Kesehatan/ Fisioterapi DIII Jenis
: Karya Tulis Ilmiah
Judul
: Penatalaksanaan Fisioterapi Post Craniotomy Intracranial Hemorrhage di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Dengan ini saya menyatakan sesungguhnya bahwa : 1.
Karya tulis ilmiah yang saya sampaikan sebagai syarat menyelesaikan pendidikan Diploma III Fisioterapi adalah asli ide dan gagasan saya sendiri.
2.
Dalam karya tulis ilmiah sebagaimana tersebut no 1 di atas tidak menjiplak/menyadur/meringkas/memplagiat
dari
karya
siapapun
atau
pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai kutipan dan daftar pustaka. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat ketidakbenaran dalam pernyataan saya ini, maka saya bersedia menerima sanksi yang telah ditentukan
Surakarta, 29 Januari 2015
iv
HALAMAN MOTTO
Om Swastiastu
``Jadikan Ilmu Pengetahuan berguna untuk diri sendiri dan orang lain``
Om Santi, Santi, Santi OM
v
HALAMAN PERSEMBAHAN Karya tulis ini tidak hanya disusun untuk memenuhi tugas akhir studi. Karya tulis ini juga disusun untuk mendedikasikan diri sebagai orang yang bertanggung jawab untuk mimpi – mimpi orang terdekat, diantaranya : 1. Ida Sang Hyang Widi Wasa, Sang pencipta yang menurunkan Ilmu Pengetahuan demi umatnya. 2. Ajik dan ibu, Dewa Ketut Suaba dan Ni Luh Suartiniwati yang selalu mendukung anaknya. 3. Kedua saudara, Dewa Ayu Putu Khristianti dan Dewa Ayu Nyoman Thresna Dewi yang selalu menjadi teman dalam suka dan duka. 4. Pacar saya, Ayu Astuti yang selalu memberi semangat saat pesimis. 5. Dan teman – teman seperjuangan, Fisioterapi DIII bintang yang bertekad lulus bersama demi kekompakan. Terima Kasih.
vi
KATA PENGANTAR Puji syukur atas rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan Ida Sang Hyang Widhi Wasa kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan lancar. Karya tulis ilmiah dengan judul “Penatalaksanaan Fisioterapi Post Craniotomy Intracranial Hemorrhage” disusun sebagai syarat utama untuk pembuatan tugas akhir dan mempermudah penyusunan karya tulis ilmiah. Selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini saya mendapatkan banyak sekali pengalaman dan pengetahuan. Penulisan karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari beberapa pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Bapak
Prof.
Dr.
Bambang
Setiadji,
selaku
Rektor
Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 2.
Bapak Dr. Suwaji, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
3.
Ibu Isnaini Herawati, S.Fis, S.Pd, M.Sc, selaku Ketua Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
4.
Bapak Totok Budi Santoso, S.Fis, MPH, selaku Pembimbing Karya Tulis Ilmiah.
5.
Segenap Dosen Prodi Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan bimbingan, masukan serta nasihat. Surakarta, November 2014
vi vii
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI POST CRANIOTOMY INTRACRANIAL HEMORRHAGE DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA (Dewa Made Bayu Suryawan, 2014, 51 halaman) Abstrak Latar Belakang : Post craniotomy intracranial hemorrhage merupakan pasca operasi kepala karena pendarahan di dalam otak akibat pecahnya pembuluh darah di otak. Kondisi ini bisa menimbulkan problematika fisioterapi akibat tirah baring, seperti: (1) penurunan lingkup gerak sendi, dan potensial terjadinya atrofi, kontraktur dan spastisitas (2) potensial terjadinya ulkus decubitus (3) produksi sputum atau dahak berlebihan dan atelektasis. Tujuan : Untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi dalam mengatasi masalah tirah baring, mencegah penurunan lingkup gerak sendi, mencegah timbulnya ulkus decubitus dan membersihkan jalan pernapasan dengan modalitas relaxed passive movement, chest fisioterapi dan positioning. Hasil : Setelah dilakukan terapi selama 6 kali didapat hasil penilaian pada lingkup gerak sendi T1: full ROM menjadi T6: full ROM, pada inspeksi ulkus decubitus T1: tidak terdapat ulkus decubitus menjadi T6: tidak terdapat ulkus decubitus, letak sputum T1: area trachea hingga bronkus (posisi paling dominan), semua sisi lobus menjadi T6: area trochea hingga bronkus (posisi paling dominan), semua sisi lobus tetap merata dengan jumlah 200 ml/hari. Kesimpulan : relaxed passive movement dapat mencegah penurunan lingkup gerak sendi akibat tirah baring, positioning dapat mencegah timbulnya ulkus decubitus akibat tirah baring dan chest fisioterapi dapat mencegah meningkatnya penumpukan sputum akibat tirah baring. Kata Kunci : post craniotomy, relaxed passive movement, chest fisioterapi dan positioning.
viii
MANAGEMENT IN POST CRANIOTOMY PHYSIOTHERAPY RESULT IN INTRACRANIAL HEMORRHAGE HOSPITAL PKU MUHAMMADIYAH OF YOGYAKARTA (Dewa Made Bayu Suryawan, 2014, 51 pages) Abstract Background: Post craniotomy postoperative intracranial hemorrhage a head because of bleeding in the brain due to the rupture of blood vessels in the brain. This condition can lead to problems of physiotherapy due to bed rest, such as: (1) limited range of motion, and the potential occurrence of atrophy, contractures and spasticity (2) the potential occurrence of decubitus ulcers (3) excessive production of sputum or phlegm and atelectasis. Result : To study about physiotherapy management in bed rest, to prevent a limited range of motion, prevent decubitus ulcers and clearing the airways with modalities relaxed passive movement,chest physiotherapy and positioning. Results: After treatment for 6 times the result of motion assessment at T1: full ROM into T6: full ROM, on inspection of decubitus ulcers T1: no decubitus ulcers become T6: no decubitus ulcers, sputum layout T1: area of the trachea to bronchi (the most dominant position), all side lobes become T6: trochea area until the bronchi (the most dominant position), all side lobes remain evenly by the number of 200 ml / day. Conclusion: relaxed passive movement can prevent a decrease in range of motion due to bed rest, positioning can prevent decubitus ulcers due to bed rest and chest physiotherapy can prevent the build up of sputum due to bed rest. Key words: post craniotomy, relaxed passive movement, chest physiotherapy and positioning.
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PERSETUJUAN
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH
iv
HALAMAN MOTTO
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
vi
KATA PENGANTAR
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
3
C. Tujuan Penulisan
4
D. Manfaat Penulisan
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Kasus
5
B. Teknologi Intervensi Fisioterapi
12
BAB III PROSES FISIOTERAPI A. Pengkajian Fisioterapi
24
B. Problematika Fisioterapi
31
C. Tujuan Fisioterapi
32
D. Pelaksanaan Fisioterapi
32
E. Evaluasi
41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
45
B. Pembahasan
46
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
48
B. Saran
48
DAFTAR PUSTAKA
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Glass Coma Scale
28
Tabel 3.2 Hasil pemeriksaan glass coma scale
29
Tabel 3.3 Skala Spastisitas
30
Tabel 3.4 Evaluasi vital sign
41
Tabel 3.5 Evaluasi letak sputum
42
Tabel 3.6 Evaluasi glass coma scale
42
Tabel 3.7 Evaluasi tingkat spastisitas
43
Tabel 3.8 Evaluasi lingkup Gerak Sendi
43
Tabel 3.9 Evaluasi inspeksi ulkus decubitu
44
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gerak pasif flexi dan extensi shoulder
15
Gambar 2.2 Gerak pasif abduksi shoulder
16
Gambar 2.3 Gerak pasif external dan internal rotasi shoulder
16
Gambar 2.4 Gerak pasif abduksi dan adduksi horizontal shoulder
17
Gambar 2.5 Gerak pasif flexi dan extensi elbow
17
Gambar 2.6 Gerak pasif rotasi elbow
18
Gambar 2.7 Gerak pasif felxi dan extensi wrist
18
Gambar 2.8 Gerak pasif sirkumdusi tungkai
19
Gambar 2.9 Gerak pasif abduksi hip
19
Gambar 2.10 Gerak pasif rotasi hip
20
Gambar 2.11 Gerak pasif flexi dan extensi hip
21
Gambar 3.1 Gerak pasif flexi dan extensi shoulder
36
Gambar 3.2 Gerak pasif abduksi shoulder
36
Gambar 3.3 Gerak pasif external dan internal rotasi shoulde
37
Gambar 3.4 Gerak pasif abduksi dan adduksi horizontal shoulder
37
Gambar 3.5 Gerak pasif flexi dan extensi elbow
38
Gambar 3.6 Gerak pasif rotasi elbow
38
Gambar 3.7 Gerak pasif felxi dan extensi wrist
38
Gambar 3.8 Gerak pasif sirkumdusi tungkai
39
Gambar 3.9 Gerak pasif abduksi hip
39
Gambar 3.10 Gerak pasif rotasi hip
40
Gambar 3.11 Gerak pasif flexi dan extensi ankle
40
xii
xiii