PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI MYALGIA CERVICAL DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
Naskah Publikasi Diajukan untukMenyelesaikanDan Memenuhi SyaratMenyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi
Oleh: ANDYNA MUFIDATUN NI'AM J100141020
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS MYALGIA CERVICAL DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL (Andyna Mufidatun Ni’am, 2014, 48hal) ABSTRAK Latar Belakang: Myalgia cervical adalah suatu kondisi kronis dimana otot mengalaimi ketegangan atau terdapat kelainan struktural tulang atau saraf sehingga meninbulkan nyeri. Myalgia cervical mempunyai beberapa gejala yaitu adanya rasa tegang didaerah leher, adaya nyeri leher, adanya keter batasan lingkup gerak sendi dan adanya rasa pusing yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan, modalitas yang diberikan pada kondisi ini TENS, UltraSound, Massage dan Terapi Latihan. Tujuan:Untuk mengetahui manfaat pemberian modalitas TENS, UtraSound, Massage, dan terapi latihan dalam mengurangi nyeri, meningkatkan LGS, meningkatkan kemampuan fungsional. Metode:Metode Fisioterapi yang digunakan dalam kasus tersebut yaitu dengan modalitas TENS,Ultrasound, Masage, dan terapi latihan, dan evaluasi dengan metode pengukuran nyeri (VAS), pengukuran LGS dengan Goneometer dan pengukuran peningkatan aktifitas fungsional dengan neck pain Disability index. Hasil: Setelah dilakukan 6 kali terapi didapatkan hasil penurunan nyeri yaitu Nyeri diam: T1 0 – T6 0, Nyeri tekan: T1 4 – T6 3, Nyeri gerak T1 5 – T6 3, meningkatkan LGS yaitu T1 A S 33-0-30P S 40-0-45 A T 35-0-40 P T 40-045A R 35-0-60P R 38-0-65 - T6 A S 45-0-45 P S 42-0-50A T 45-0-45P T 45-045A R 50-0-65 P R 55-0-68, meningkatkan kemampuan fungsional yaitu T1 ketergantungan sedang menjadi T6 ketergantungan ringan. Kesimpulan: Pada kasus tersebut modalitas TENS,US, Massage dan terapi latihan dapat penurunan nyeri tekan dan nyeri gerak, meningkatkan LGS, meningkatkan kemampuan fungsional. Kata Kunci: Myalgia cervical, TENS, Ultrasound, Massage dan Terapi Latihan.
A. PENDAHULUAN Pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya menuju masyarakat maju, adil, dan makmur yang terdapat dalam kandungan pancasila. Pembangunan kesehatan merupakan bagian intregal dari Pembangunan Nasional yang bertujuan mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap masyarakat agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Upaya pelayanan kesehatan yang semula hanya mengutamakan aspek pengobatan saja berangsur-angsur berkembang dan mencakup upaya peningkatan (promotif), upaya pencegahan (preventif),upaya penyembuhan (kuratif)dan upaya pemulihan (rehabilitatif). Salah satu tenaga kesehatan yang bertanggung jawab atas upaya pelayanan kesehatan tersebut yaitu fisioterapi. Fisioterapi adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan
gerak
dan
fungsi
sepanjang
daur
kehidupan
dengan
menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi (SK Menkes. No 376, 2007). Leher adalah daerah yang paling banyak mendapat ketegangan atau stress, baik waktu istirahat maupun saat bekerja. Rasa kurang nyaman yang menyebabkan ketegangan secara terus menerus pada grup otot leher terutama ekstensor yang mempertahankan postur leher dan menopang kepala, akibatnya
otot-otot cervical terutama otot ekstensor mengalami spasme yang memicu terjadinya nyeri pada leher atau myalgia (Ariotejo, 2010) myalgia atau sering disebut nyeri otot leher merupakan nyeri atau rasa tidak mengenakkan di seluruh daerah cervical. Berdasarkan kausanya digolongkan menjadi 2, yaitu primer dan sekunder. Fisioterapi berperan serta dalam menangani kasus myalgia. Di dalam bidang kesehatan fisioterapi sebagai tenaga kesehatan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui bidang pendidikan kesehatan memiliki wewenang untuk melakukan upaya kesehatan. Modalitas yang dimiliki fisioterapi adalah dengan TENS , US, Massage, Contra relax, Streaching. B. TINJAUAN PUSTAKA Myalgia cervical atau sering dikenal dengan nyeri otot leher adalah suatu kondisi kronis dimana otot mengalami ketegangan atau terdapat kelainan struktural tulang atau saraf sehingga menimbulkan nyeri, bisa nyeri ringan sampai nyeri tak tertahankan, mempengaruhi tangan, punggung, leher, lengan, bahkan sampai kaki. Nyeri leher adalah nyeri yang dirasakan pada bagian atas tulang belakang. Ini merupakan tanda bahwa sendi, otot, atau bagian lain dari leher terluka, tegang, atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Nyeri leher adalah masalah yang umum ditemukan. Dua dari tiga orang akan mengalaminya selama hidup (Dr. Huldani, 2013). Dari beberapa definisi myalgia atau nyeri otot leher yang dijelaskan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa myalgia atau nyeri otot leher adalan gangguan pada otot yang dapat menimbulkan rasa nyeri, mulai dari nyeri
ringan sampat sangat berat atau tak tertahankan tetapi bukan suatu penyakit yang bebahaya, hanya saja sangat menggangu saat beraktifitas bahkan sampai tidak melakukan aktifitas sama sekali. Vertebrae cervical I dikenal dengan istilah tulang atlas. Ciri khas yang membedakan cervical 1 adalah tulang ini tidak memiliki corpus. Sehingga di gambarkan adanya arcus anterior dan arcus posterior. Pada masing-masing arcus anterior terdapat fovea articular superior yang berhubungan condilus occipitalis, dan yang menghubungkan cervical 1 dengan cervical II adalah facies articularis posterior dengan artikularis superior cervical II.
Vertebrae cervical II sering disebut juga dengan sebutan axis yang di tandai oleh adanya epistropheus. Ciri lain yang terdapat pada cervical II ini adalah dens atau processus odontoid. Vertebrae cervicalis III-VII memiliki corpus dan kesemuanya memiliki: 1 buah processus spinosus, 2 buah foramen tranverses, 1 buah foramen vertebrae. horizontal, lingkup gerak sendi normal 50°. Otot penggerak fleksi uppertrapezius: M. Sternocleidomastoideus, M. Longus capitis, M. Scalenus
anterior. Gerakan ekstensi leher berada pada bidang gerak sagital axis horizontal, lingkup gerak sendi normal 60° otot penggerak leher: M. Splenius cervicalis, M. Rectus capitis mayor, M. Rectus capitis minor, M. Obique capitis superior, M. Obique capitis inferior, M. Longisimus capitis. Gerakan lateral fleksi leher berada pada bidang gerak frontal dengan axis sagital, lingkup gerak sendi normal 45° dan otot penggerak lateral fleksi leher: M. Rectus capitis lateralis, Rectus capitis anterior. Myalgia cervical atau nyeri otot leher mempunyai berbagai sebab. Adapun beberapa penyebabnya yaitu, overuse (berlebihan), trauma/cedera, autoimune, cacat metabolik, obat, syndrome (cervical syndrome). Myalgia cervical yang menimbulkan nyeri otot sehingga mengganggu aktifitas bekerja dan sehari-hari disebabkan oleh adanya ketegangan (kontraksi) otot yang berlebihan saat bekerja, static kontraksi dalam posisi bekerja dan dilakukan secara terus menerus dalam waktu yang lama. Nyeri otot dapat melibatkan lebih dari satu otot dalam waktu yang bersamaan, juga dapat melibatkan jaringan lunak yang mengelilingi otot yaitu jaringan ikat, ligament, tendon, dan fasia. Ada beberapa tanda dan gejala pada myalgia cervical, Adanya ketegangan yang dirasaka oleh penderita didaerah tengkuk, Adanya rasa nyeri pada daerah otot yang tegang, Adanya keterbatasan LGS apabila digerakan rotasi dan fleksi pada leher, Gejala-gejala nyeri leher antara lain terasasakit di daerah leher dan kaku, nyeri otot-ototleher yang terdapat di leher, sakit kepala danmigraine. Nyeri leher akan cenderung merasaseperti terbakar. Nyeri bisa
menjalar ke bahu,lengan, dan tangan dengan keluhan terasa baalatau seperti ditusuk jarum. Nyeri yang tiba-tibadan terus menerus dapat menyebabkan bentukleher yang abnormal, kepala menghadap ke sisiyang sebaliknya (diana samara, 2007). Myalgia cervical apabila tidak mendapatkan penanganan yang tepat dan berlangsung dalam waktu yang lama maka akan membentuk jaringan parut, sehingga akan membatasi gerak sendi.kondisi ini semakin diperberat oleh adanya proses radang yang berlangsung lama. Adanya keterbatasan dan proses radang tersebut, pasien cenderung mengobilisasi cervicalnya sehuingga mengakibatkan timbul kontraktur. Bila mendapat penanganan yang tepat dan adekuat maka prognosis kasus ini adalah baik. Pasien yang berani melawan nyeri sewaktu digerakkan lehernya akan mampu menambah LGS dan mengurangi kaku sendinya. Mayoritas pasien berhasil mengembalikan gerakan sedi leher. C. PROSES FISIOTERAPI Pasien bernama Bapak Karmin, umur 48 tahun, agama islam, pekerjaan Guru SD, jenis kelamin laki-laki, beralamatkan di Methuk, Donotirto, Kretek, Bantul. Pasien mengeluhkan nyeri pada leher kirinya. Dari pemeriksaan tersebut terdapat nyeri tekan pada bahu sisi kiri, nyeri gerak saat ekstensi leher dan lateral fleksi kiri, keterbatasan lingkup gerak sendi lumbal, potensial penurunan kekuatan otot, dan penurunan aktifitas fungsional. Parameter yang digunakan untuk evaluasi antara lain evaluasi nyeri dengan VAS, evaluasi LGS dengan goneometer, evaluasi kekuatan otot
dengan MMT dan evaluasi aktifitas fungsional dengan menggunakan Skala Neck Pain Disability Index. Pasien masih merasa sulit saat menulis dipapan tulis dan menoleh kekiri. Adanya rasa nyeri tekan pada bahu sisi kiri, adanya nyeri gerak saat ekstensi leher dan lateral fleksi leher dan adanya keterbatasan lingkup gerak sendi saat ekstensi leher dan lateral fleksi kekiri leher. Dalam kasus ini penatalaksanaan yang diberikan yaitu dengan Transcutaneus Electrikal Nerve Stimulation (TENS), Ultra sound (US), Massage dan Terapi Latihan. D. HASIL dan PEMBAHASAN Penurunan derajat nyeri menggunakan Visual analog scale (VAS) Hasil Penurunan Nyeri skala VAS
8 6 4
nyeri gerak
2
nyeri tekan
0
nyeri diam T1
T2
T3
T4
T5
T6
waktu terapi
Peningkatan lingkup gerak sendi cervical
skala goneometer
peningkatan lingkup gerak sendi cervical gerak aktif 80
fleksi
60
ektensi
40
lateral fleksi dextra
20
lateral fleksi sinistra
0 T1
T2
T3
T4
waktu terapi
T5
T6
rotasi dextra rotasi sinistra
skala goneometer
peningkatan lingkup gerak sendi gerak pasif 100
fleksi ekstensi
50
lateral fleksi dextra
0 T1
T2
T3
T4
T5
T6
waktu terapi
lateral leksi sinistra rotasi dextra
Peningkatan aktifitas menggunakan neck pain disability index
neck pain index disability
aktifitas fungsional 80 60 40 20 0
ringan sedang T1
T2
T3
T4
T5
T6
berat
waktu terapi
Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation (TENS) efektif menurunkan nyeri pada kondisi Myalgia cervical. Transcutaneous Elektrical Nerve Stimulation (TENS) yang merupakan alat yang dapat menghasilkan arus listrik bertegangan rendah yangdialirkan ke kulit lewat elektroda yang diletakkan diarea titik nyeri. Arus listrik mengeblok saraf sensorik area tersebut dengan jalan menghambat transmisi nyeri menuju otak. Modulasi nyeri yang dapat dilakukan arus listrik adalah dengan mekanisme gate control. Faktor psikologis yang berperan mempengaruhi persepsi nyeri (Positron, 2013). Pada saat stimulasi nyeri menggunakan Transcutaneous elektricl Nerve Stimulation pasien akan berkonsentrasi pada rasa stimulati Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation. Rangsangan akan dihantarkan melalui serabut
saraf besar menyebabkan inhibitory neuron dan sel proyeksi aktif, tetapi inhibitori neuron mencegah proyeksi neuron untuk mengirim sinyal ke otak. Sehingga gerbang menutup dan nyeri berkurang. UltraSound dalam penurunan nyeri memberikan beberapa efek yaituefek mekanik adalah gelombang ultrasound yang masuk kedalam tubuh maka akan menimbulkan peregangan pada jaringan yang disebabkan oleh adanya micro massage yang memberikan efek terapeutik.Efek thermal micro massage pada jaringan akan menimbulkan efek friction yang hangat. Area yang paling banyak mendapatkan panas adalah jaringan interface yaitu antara kulit dan otot serta perosteum. Hal ini disebabkan adanya gelombang yang diserap dan dipantulkan. Perubahan nilai ambang rangsang dari sel-sel. Efek piezoelectrik, Gel yang digunakan dalam ultrasound apabila mendapat suatu tekanan atau perubahanketegangan akibat mendapatkn aliran listrik dari ultrasound akan menyebabkan perubahan muatan elektrostatik pada membran sel yang dapat mengikat ion-ion. Gelombang ultrasound yang memberikan efek mekanik, efek thermal micro massage dan efek piezoelectrik sehingga menurunkan nyeri (Yusdiana, 2012). Massage seperti yang kita ketahui yaitu melancarkan sirkulasi darah sehingga vasodilatasi pada pembuluh darah dan jaringan lunak lainnya seperti otot dan tendon, memberikan efek rileksasi yang dapat membuat pasien nyaman sehingga nyeri menurun (Harjono dan Azizah, 2005). Massage juga mempunyai beberapa manfaat yang lain terkait dengan penurunan nyeri yaitu menghancurkan zat-zat sisa metabolisme atau masalah
lain akibat nyeri seperti spasme muncul jaringan fibrous sehingga massage sangat efektif dalam penurunan nyeri. Mekanisme peningkatan lingkup gerak sendi pada myalgia cervical yaitu adanya penurunan nyeri akibat streching maka panjang itit dapat dikembalikan dengan mengaktifasi golgi tendon organ sehingga rileksasi dapat dicapai. Ketika hal ini terjadi maka akan membantu meluruskan kembali beberapa serabut otot ditarik keluar sampai panjang sarkomer penuh. Ketika hal ini terjadi maka akan membantu meluruskan kembali beberapa serabut. Pada metode contract relax streching rileksasi setelah kontraksi isotonik maksimal dilakukan 9 detik dimana dalam proses ini diperoleh rileksasi maksimal yang difasilitasi reverse innervation. Apabila lingkup gerak sendi meningkat dan nyeri berkurang maka akan menungkatkan aktifitas fungsional (Harjono dan Azizah, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
Adulgopar. 2009. Scoliosis. Diakses tanggal 2014.http://scoliosisadult.com/2009/12/skoliosis.pdf.
29
September
Amelia, Coryna Rizky. 2014. Perbedaan Efektifitas Antara Metode TENS dengan Metode Akupresure Terhadap Penurunan Intensitas Dysmenorrhea pada Remaja di Asrama Putri urusan Kebidanan. Malang: Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang. Anonim.
2014.
Nyeri
Punggung
Bawah.
Diakses
20
Oktober
2014.
http://kamuskesehatan.com/arti/nyeri-punggung-bawah/ . Annor, Ferry Fauzi. 2011. Hernia Nukleus Pulposus (HNP). Diakses 20 Oktober 2014.
http://ferryfawziannor.blogspot.com/2011/07/hernia-nukleus-pulposushnp.html Appley, A. G dan Louis Solomon. 1995. Terjemah Ortopedi dan Fraktur Sistem Appley. Edisi ke tujuh. Jakarta: Widya Medika. Dachlan, Leo Muchamad. 2009. Pengaruh Back Exercise pada Nyeri Punggung Bawah. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Canta, Kapta. 2007. Vertebrae Lumbales. Diakses 20 Oktober 2014. http://anatomy-portal.info/tekahtml/osteologia/columnalumb.html. Faiz. O dan David Moffat. 2004. At a Glance Anatomi. Dialihbahasakan oleh Rahmalia A. Jakarta: Erlangga. Harsono dan Soeharso. 2005. Nyeri punggung Bawah (Harsono). Kapita SelektaNeurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hodges, P. W. Dan Richardson P. A. 2006. Inefficient Muscular Stabilization of the Lumbar Spine Associated with Low Back Pain a Motor Control Evaluation Of Transversus Abdominis; Diaksestanggal 28 September 2014. http://www.lowbackpain.com.au/research-page4new.htm.
Leong JCY and Jupiter J. 2007. Orthopedic Rehabilitation Assesment and Enablement. Germany: Springer. 483-509. Luklukaningsih, Zuyina. 2013. Anatomi, Fisiologi, dan Fisioterapi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Moore, K. L, Arthur F, Dalley II, Anne M. R. Agur. 2013. Anatomi Berorientasi Klinis. Dialihbahasakan oleh Hartanto H. Jakarta: Erlangga. Muheri, A. 2010. Hubungan Usia, Lama Duduk dan Posisi Duduk Terhadap Keluhan Nyeri Punggung Pada Pekerja Wanita di Home Industri Kipas Desa Banyon Utara Pendowoharjo Sewon Bantul 2010. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan. Mujianto. 2013. Cara Cepat Mengatasi 10 Besar Kasus Muskuloskeletal dalam Praktik Klinik Fisioterapi. Jakarta: CV. Trans Info Media. Nolan, Mary. 2004. Kehamilan & Melahirkan. Jakarta: Arcan. Parjoto, Slamet. 2006. Terapi Listrik untuk Modulasi Nyeri. Semarang: Ikatan Fisioterapi Indonesia Cabang Semarang. Paulsen, F dan Waschke, J. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia: Anatomi Umum dan Muskuloskeletal. Penerjemah Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC. Pearch, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 80tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Fisioterapi. Lembar Negara. Periatama, P dan Gerhaniawati, L. 2006. Perbedaan Pengaruh Pemberian Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan UltrasoundUnderwater dengan Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Ultrasoud Gel. Jurnal Fisioterapi Indonesia. Vol 6. No 1: April 2006. Rahim, Agus Hadian. 2012. Vertebra. Jakarta: Sagung Seto. Ristoari. 2011. Terapi Latihan William Flexion Exercise. Diakses 7 Oktober 2014. http://www.fisioterapi.web.id/2011/01/terapi-latihan-william-fleksionexercise.html. Robinson, A.J.2008. Electrical Stimulation to Augment Healing of Chronic Wounds. Clinical Electrophysiology: Electrotherapy and Electrophysical Testing. A.J Robinson and L.Snyder-Mackler. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins: 27. Simanjuntak, charles A. 2008. Sudah Perlukah Dilakukan Skrining Skoliosis pada Anak Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jambi: Dexa Medica. Sujanto. 2007. Sumber Fisis. Surakarta: Politeknik Kesehatan Surakarta.
Suma, Ade Putra. 2013. William Flexion Exercise. Diakses 24 Oktober 2014. http://terapilatihan.com/2013/07/william-flexion-exercise.html. Susilo, Wahyu Agung. 2010. Pengaruh terapi modalitas dan terapi latihan terhadap penurunan rasa nyeri pada Pasien cervical root syndrome di rsud dr. Moewardi Surakarta. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keprawatan. Jakarta: Salemba Medika. Trisnowiyanto, B. 2012. Instrumen Pemeriksaan Fisioterapi dan Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Nuha Medika. Utami, Rini. Tanpa Tahun. Penambahan Stretching Exercise Pada Intervensi Microwave Diathermy, Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation dan Massage Dapat Lebih Mengurangi Nyeri Penderita Spondylosis. Denpasar: RSU Sanglah. Woolfson, Tony. 2008. Synopsis of Causation Spondylosis. Edinburgh: Medical Author, Medical Text. Yulianza, Rizky Dwi. 2013. Teknik Pemeriksaan Radiografi Lumbosakral dengan Klinis Spondylosis Lumbal. Malang: Widya Cipta Husada.