Bahan Ajar Kursus & Pelatihan Penyiaran (Broadcasting) Level III DASAR-DASAR PENATAAN CAHAYA TELEVISI
Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2014
Bahan Ajar Kursus & Pelatihan PENYIARAN (BROADCASTING) LEVEL III
DASAR-DASAR
PENATAAN CAHAYA TELEVISI Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2014
Bahan Ajar Kursus dan Pelatihan Penyiaran (Broadcasting) Level III
DASAR-DASAR PENATAAN CAHAYA TELEVISI
Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2014
PENYIARAN (BROADCASTING) LEVEL III DASAR-DASAR PENATAAN CAHAYA TELEVISI Diterbitkan oleh : Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2014 Gedung E Lantai VI, Jl. Jenderal Sudirman Senayan – Jakarta 19720 Telepon (021) 57904363, 572041 Faximile (021) 57904363, 5725041 website: www.infokursus.net email:
[email protected]
KATA PENGANTAR DIREKTUR PEMBINAAN KURSUS DAN PELATIHAN Pertama-tama kami menyampaikan puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga bahan ajar kursus dan pelatihan selesai disusun dan selanjutnyasiap dipergunakan oleh peserta didik,pendidik, maupun penyelenggara kursus dan pelatihan serta satuan pendidikan nonformal lainnya. Sumber daya manusia yang berketerampilan dan tersertifikasi dapat diperoleh melalui uji kompetensi. Uji kompetensi merupakan upaya yang terus dilakukan oleh Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan, Ditjen PAUDNI, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, untuk meningkatkan ketersediaan, memperluas keterjangkauan, mewujudkan kesetaraan dan menjamin kepastian mutu, relevansi, dan daya saing lulusan kursus dan pelatihan serta satuan pendidikan nonformal lainnya sesuai dengan standar nasional pendidikan. Untuk mencapai sasaran tersebut, perlu didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana yang memenuhi kebutuhan pembelajaran. Dalam menghadapi persaingan global pada Asean Free Trade Area (AFTA) dan World Trade Organization (WTO), Indonesia dituntut dapat menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang memiliki keterampilan yang tersertifikasi sehingga diakui dunia internasional. Sumber daya manusia yang dibekali dengan keterampilan serta karakter dan sikap-sikap positif akan menjadikan daya saing bangsa Indonesia semakin diperhitungkan di kancah pergaulan dunia. Bahan ajar kursus dan pelatihan merupakan salah satu sarana pembelajaran untuk mengoperasinalisasikan substansi kurikulum berbasis kompetensi yang mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) pada masingmasing jenis keterampilan. Penerapan bahan ajar yang relevan dan kontekstual dengan kebutuhan peserta didik akan sangat membantu mereka dalam mempersiapkan diri untuk mengikuti uji kompetensi, sehingga peserta didik memiliki kompetensi yang mampu bersaing di pasar global.
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
iii
Akhirnya tidak lupa kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada tim penyusun yang telah bekerja keras serta meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga demi terwujudnya bahan ajar ini. Jakarta, Januari 2014 Direktur,
Muslikh, S.H. NIP 19580915 198503 1 001
iv
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................. DAFTAR ISI ......................................................................... DAFTAR TABEL .................................................................. DAFTAR GAMBAR .............................................................
iii v vii ix
BAB I
PENDAHULUAN ...................................................
1
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN PENATAAN CAHAYA .... 2.1. Umum ........................................................... 2.2. Produksi Tata Cahaya yang Kreatif .............. 2.3. Lingkup Kegiatan Penataan Cahaya ............
4 4 5 6
BAB III COLORIMETRY .................................................... 3.1. Spektrum Warna .......................................... 3.2. Besaran (Properti) Warna ............................ 3.2.1. Brightness atau Tingkat Terang Warna ................................................ 3.2.2. Hue .................................................... 3.2.3. Saturation ........................................... 3.3. Pencampuran Warna ................................... 3.3.1. Additive Mixing ................................... 3.3.2. Subtractive Mixing ..............................
8 8 10 11 11 11 12 12 14
BAB IV KONTRAS DAN BESARAN CAHAYA ................... 4.1. Tata Cahaya dan Kontras ............................. 4.2. Besaran dan Satuan Cahaya .......................
17 17 17
BAB V KARAKTERISTIK CAHAYA .................................. 5.1. Hard Light ..................................................... 5.2. Soft Light ......................................................
25 25 26
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
v
BAB VI SUMBER CAHAYA DAN LAMPU ......................... 6.1. Jenis Lampu ................................................. 6.1.1. Lampu Kawat Pijar ............................. 6.1.2. Lampu Gas-Discharge ....................... 6.1.3. Lampu LED (Light Emitting Diode) .... 6.2. Lampu Spot Light dan Diffused Light ........... 6.2.1. Spot Light ........................................... 6.2.2. Diffused Light ..................................... 6.3. Portable Lighting Kit .....................................
27 27 28 29 32 34 34 36 39
BAB VII ALAT KELENGKAPAN LAMPU ............................ 7.1. Barn Door ..................................................... 7.2. Filter Penyebar Cahaya ............................... 7.3. Filter Warna .................................................. 7.4. Scrim ............................................................ 7.5. Cookies ........................................................ 7.6. Floor Stand ................................................... 7.7. Handgrip ....................................................... 7.8. Pengait (Clamp) ........................................... 7.9. Reflektor .......................................................
41 41 42 42 43 44 45 46 47 48
BAB VIII PENATAAN POSISI LAMPU DAN CAHAYA ......... 8.1. Three Point Lighting System ........................ 8.1.1. Key Light ........................................... 8.1.2. Fill Light .............................................. 8.1.3. Back Light .......................................... 8.2. Perbandingan Intensitas Penyinaran (Lighting Ratio) ............................................. 8.3. Sudut Penyinaran Key Light ......................... 8.4. Lampu dengan Fungsi Ganda (Multipurpose Light) ............................................................ 8.5. Penyinaran untuk Latar Belakang (Background Light) .......................................
51 53 53 55 55
vi
58 60 60 61
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
BAB IX INTENSITAS DAN DISTRIBUSI CAHAYA ............ 9.1. Pengaturan Intensitas dan Distribusi Cahaya ......................................................... 9.2. Tata Cahaya dan Perencanaan Dekor (Desain) ........................................................ BAB X PENATAAN CAHAYA UNTUK KONDISI TERTENTU ........................................................... 10.1. Penataan Cahaya pada Ruang Kerja atau Kantor Kecil .......................................... 10.2. Penataan Cahaya yang Memiliki Suhu Warna Berbeda ............................................ 10.3. Penggunaan Sinar Matahari dan Reflektor ....................................................... 10.4. Penyederhanaan Teknik Tiga Titik ...............
65 68 69
71 71 74 75 78
BAB XI PENUTUP ............................................................
81
GLOSARIUM
............................................................
84
DAFTAR PUSTAKA ............................................................
96
TENTANG PENULIS............................................................
97
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
vii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Warna dan Panjang Gelombangnya .....................
10
Tabel 2. Suhu Warna dan Contoh Cahaya ........................
21
viii
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1
Penguraian Sinar Matahari oleh Prisma..........
9
Gambar 2. Contoh Campuran Warna Secara Additive Mixing ..............................................................
13
Gambar 3. Contoh Campuran Warna Secara Subtractive Mixing ...........................................
15
Gambar 4. Pengukuran Kuat Penyinaran dengan Lux Meter yang Dihadapkan ke Sumber Cahaya ..
19
Gambar 5. Light Meter dengan Lux Meter dan Reflectance Spot Meter yang Menyatu .............................
20
Gambar 6. Warna Cahaya dan Suhu Warna ....................
21
Gambar 7. Kelvin Meter yang Menyatu dengan Lux Meter ...............................................................
23
Gambar 8. Perbedaan Warna Gambar ............................
24
Gambar 9. Penyinaran dengan Hard Light .......................
25
Gambar 10. Penyinaran dengan Soft Light ........................
26
Gambar 11. Hasil Gambar dengan Penyinaran Matahari ..
26
Gambar 12. Bola Lampu Tungsten .....................................
29
Gambar 13. Lampu Fluorescent Hemat Energi ..................
30
Gambar 14. Lampu Metallic Iodide HMI .............................
31
Gambar 15. Lampu LED dengan Berbagai Warna dan Ukuran ............................................................
32
Gambar 16. Bola Lampu LED dan Lampu Panel LED .......
33
Gambar 17. Lensa Lampu ..................................................
35
Gambar 18. Fresnel Spotlight .............................................
35
Gambar 19. Fresnel Spotlight Dilengkapi Barn Door .........
35
Gambar 20. Follow Spotlight ..............................................
36
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
ix
Gambar 21. Diffuse Light.....................................................
37
Gambar 22. Lampu Siklorama.............................................
38
Gambar 23. Siklorama yang Disinari Lampu yang Dipasangi Filter Warna ....................................
39
Gambar 24. Portable Lighting Kit ........................................
40
Gambar 25. Lighting Barn Door...........................................
41
Gambar 26. Diffuser ............................................................
42
Gambar 27. Filter Warna .....................................................
43
Gambar 28. Scrim ...............................................................
43
Gambar 29. Cookies yang Disisipkan pada Follow Spotlight...........................................................
44
Gambar 30. Cookie Berupa Keping yang Dipasang pada Stand atau Digantung......................................
45
Gambar 31. Floor Stand ......................................................
46
Gambar 32. Handgrip ..........................................................
47
Gambar 33. Clamp ..............................................................
47
Gambar 34. Reflektor Payung .............................................
48
Gambar 35. Reflektor dalam Berbagai Bentuk, Ukuran, dan Warna .......................................................
49
Gambar 36. Reflektor yang Dapat Dikembangkan dan Dilipat...............................................................
49
Gambar 37. Contoh Pemanfaatan Sinar Matahari ..............
52
Gambar 38. Key Light..........................................................
54
Gambar 39. Fill Light ...........................................................
55
Gambar 40. Back Light ........................................................
56
Gambar 41. Ketinggian Key Light, Fill Light, dan Back Light .................................................................
56
Gambar 42. Hasil Gambar yang Diperoleh dari MasingMasing Penyinaran dan Gabungan Ketiganya
x
57
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
Gambar 43. Gambar Objek dengan Lighting Ratio Berbeda ...........................................................
59
Gambar 44. Hasil Gambar dengan Sudut Penyinaran Key Light yang Berbeda .........................................
60
Gambar 45. Lampu Berfungsi Ganda..................................
61
Gambar 46. Penyinaran Tiga Titik Ditambah dengan Background Light.............................................
62
Gambar 47. Contoh Penataan Cahaya Acara Interview Tiga Orang.......................................................
64
Gambar 48. Contoh Penataan Cahaya Acara Panel Lima Orang...............................................................
64
Gambar 49. Fokus Selektif, Depth of Field Sempit .............
67
Gambar 50. Bounced Light..................................................
72
Gambar 51. Bounced Light di Ruangan yang Lebih Kecil...
73
Gambar 52. Lampu Jenis LED Yang Terpasang pada Kamera ENG ...................................................
73
Gambar 53. Penyinaran dengan Cahaya Campuran ..........
74
Gambar 54. Pemasangan Filter di Jendela .........................
75
Gambar 55. Penggunaan Reflektor pada Pengambilan Gambar Outdoor..............................................
78
Gambar 56. Front Light dan Back Light, Penyederhanaan Teknik Tiga Titik ...............................................
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
79
xi
BAB I PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat saat ini, komitmen untuk memajukan dunia pendidikan tetap menjadi prioritas pemerintah. Menyadari bahwa manusia merupakan modal dan kekuatan utama dalam segala kegiatan pembangunan maka perlu ditingkatkan kualitas manusia sebagai salah satu sumber daya yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan. Salah satu produk teknologi informasi diwujudkan dalam bentuk paket acara audio-visual yang membawa misi informasi, pendidikan, dan hiburan. Produksi program audio-visual, termasuk di dalamnya acara televisi pada dasarnya merupakan setiap kegiatan atau proses menindaklanjuti ide/gagasan, ke dalam naskah yang kemudian diwujudkan dalam bentuk gambar dan suara yang ditujukan untuk mampu menjalankan misi dimaksud. Gambar-gambar yang disajikan dalam paket acara audio-visual pada tahap awal merupakan hasil pengambilan kamera secara kreatif yang memenuhi persyaratan, baik menyangkut teknis maupun artistik. Hasil gambar di tahap awal ini berperan sangat menentukan terhadap pemenuhan tujuan dan kualitas gambar dalam tahap-tahap proses selanjutnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa adanya cahaya merupakan syarat agar kita dapat melihat suatu objek. Hal ini berlaku pula untuk kamera yang 'melihat' objek dan mengubahnya menjadi signal-signal gambar. Akan tetapi dalam pengoperasian kamera, cahaya perlu ditata agar sesuai dengan cara kerja dan karakter atau spesifikasi kamera.
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
1
Lebih dari itu cahaya perlu ditata tidak sekadar agar kamera menghasilkan gambar yang mudah dilihat dan memenuhi persyaratan teknis, melainkan agar gambar yang dihasilkan memenuhi tujuan sebagaimana dimaksud oleh naskah, termasuk di antaranya untuk menghasilkan kesan yang dihasilkan, semarak yang memesona dan sebagainya. Untuk itu penataan cahaya merupakan sesuatu yang harus dipelajari dan diterapkan dengan benar. Dengan demikian pengetahuan tentang penataan cahaya merupakan salah satu materi yang terdapat dalam setiap lembaga pendidikan dan pelatihan di bidang pertelevisian. Buku ini disusun sebagai salah satu bahan ajar bagi profesi di bidang pertelevisian yang ingin memelajari penataan cahaya, termasuk di sini profesi kamerawan (camera person) dan sudah tentu profesi penata cahaya. Bagi profesi kamerawan, buku ini diupayakan mengacu kepada standar kompetensi yang ditetapkan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Kamerawan Televisi sesuai jenjang kualifikasi/level 3 seperti diatur dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Dalam standar kompetensi tersebut tercantum Kompetensi Dasar dengan judul Mempersiapkan diri menghadapi lingkungan kerja produksi acara yang memuat materi pokok antara lain meliputi penataan cahaya dengan bahasan sebagai berikut : -
Colorimetry.
-
Cahaya dan karakteristiknya.
-
Dasar-dasar penataan cahaya.
-
Jenis-jenis lampu.
Dengan memahami hal-hal seperti tersebut di atas, seorang kamerawan meskipun tidak melaksanakan penataan cahaya, mampu mengoperasikan kamera pada kondisi cahaya yang telah tertata sehingga menghasilkan gambar seperti diharapkan. Kamerawan juga mampu memberikan alternatif gambar yang kreatif kepada pengarah acara sesuai naskah. Bagi 2
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
penata cahaya dan petugas tata cahaya, buku ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar mengenai berbagai materi tentang dan seputar penataan cahaya. Buku ini hanya memuat hal-hal dasar yang belum cukup bagi seseorang untuk menjadi penata cahaya yang ahli. Di dalamnya hanya diuraikan penataan cahaya bagi objek yang relatif sedikit dan statis. Penataan cahaya untuk acara drama misalnya yang melibatkan pemeran yang bergerak secara dinamis atau acara show dengan banyak peserta serta menggunakan efek tata cahaya kompleks dan rumit, begitu pula untuk menghasilkan mood tertentu, masih belum dijelaskan dalam buku sederhana ini. Dengan adanya buku ini sebagai bahan ajar, diharapkan peserta kursus mendapatkan pengetahuan yang memadai untuk melaksanakan tugas yang diawali dengan tugas sederhana. Lebih penting lagi materi dasar ini diharapkan dapat menjadi pemicu untuk memelajari hal-hal yang lebih lebih lanjut yang masih diperlukan. Untuk itu diperlukan upaya melengkapi materi yang diperoleh dari buku ini dengan bahan-bahan lain yang lebih beragam dan lebih maju sesuai perkembangan di dunia audio-visual.
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
3
BAB II MAKSUD DAN TUJUAN PENATAAN CAHAYA
2.1. Umum Penataan cahaya untuk televisi adalah penataan cahaya yang relatif lebih baru dibandingkan untuk pentas panggung dan film. Meskipun teknik tersebut banyak diambil dan dikembangkan oleh televisi, tetapi tidak seluruhnya dapat diterapkan sehubungan dengan hal-hal yang khusus terdapat pada televisi. Keadaan bahwa penyajian televisi dilakukan dengan segera, dengan set-up yang relatif cepat serta waktu latihan yang singkat merupakan masalah dalam penataan cahaya. Acara televisi selalu terus berubah/ bergerak, adakalanya re-take tak mungkin dilakukan, dan pengambilan suara dilakukan bersamaan dengan pengambilan gambar. Dari sini muncul masalah bayangan boom dan mikrofon, juga konflik antara penataan cahaya yang baik dalam pengertian artistik dengan tuntutan produksi atas berbagai sudut pengambilan gambar. Di samping itu juga terdapat masalah teknik seperti kepekaan kamera, intensitas dan warna cahaya, besar bukaan diafragma, depth of field, yang semuanya saling berhubungan yang menimbulkan masalah berikutnya. Intensitas cahaya yang dibutuhkan biasanya meningkat dengan bertambahnya usia kamera, dan sering pula depth of field yang dihasilkan melebihi atau kurang dari yang diperlukan untuk penyajian suatu cerita, akibat intensitas cahaya yang tidak tepat. 4
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
2.2. Produksi Tata Cahaya yang Kreatif Tujuan utama dari tata cahaya yang baik adalah untuk menghasilkan gambar yang sesuai dengan tuntutan produksi acara, baik untuk mendukung suasana alami, artistik, maupun dramatik, di samping memenuhi kriteria teknis signal gambar televisi. Untuk mencapai tujuan ini, tata cahaya harus merupakan bagian yang hidup dari program, dirancang dan digerakkan oleh pemikiran yang kreatif. Dapat dikatakan bahwa tata cahaya merupakan hasil imajinasi kreatif yang diinspirasi oleh naskah produksi acara. Ide orisinil penataan cahaya dapat didukung oleh perbandinganperbandingan sederhana. Adakalanya perbandingan dengan waktu dalam setiap hari (pagi, siang, malam) atau musim, sering pula perbandingan dengan produksi yang lain. Banyak ide yang mengarah kepada ekspresi visual yang baik merupakan ide orisinil, banyak pula yang tiruan. Sering pula terjadi ide tersebut merupakan kombinasi dari pemikiran orisinil dan ide dari orang lain. Pengalaman terdahulu juga akan mendukung penataan cahaya yang kreatif. Produser, penata artistik, pengarah teknik, dan petugas tata cahaya harus memerhatikan tata cahaya. Setiap adegan, setiap program, gambar hidup, dan still photo memiliki masing-masing pola penyinaran dan bayangan. Seluruh kesan ini dapat menambah ide visual yang mendukung dari penataan cahaya yang kreatif. Ide-ide dan pemikiran kreatif semacam ini penting dalam penataan cahaya karena tanpa hal ini, penataan cahaya tidak dapat berkembang maju.
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
5
2.3. Lingkup Kegiatan Penataan Cahaya Upaya mencapai tujuan utama tata cahaya dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yang pada dasarnya meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Menyinari objek atau scene sehingga dihasilkan gambar yang dapat dipahami dan dapat dilihat tanpa menyulitkan mata. 2. Menghasilkan video signal yang memenuhi standar teknis dan bebas dari noise atau gangguan lainnya. 3. Memanfaatkan seluruh area kontras atau rentang antara gelap dan terang gambar televisi dengan menyiapkan penyinaran yang tepat. 4. Memberikan penyinaran yang seimbang dari satu scene ke scene lain sehingga setiap kamera dapat menghasilkan urutan gambar yang baik dengan kesan warna yang saling bersesuaian, terutama untuk wajah-wajah pengisi acara. 5. Menghasilkan gambar yang menyenangkan melalui distribusi cahaya dan bayangan secara artistik. 6. Mendukung suasana realistik atau dramatik. 7. Menciptakan dimensi/kesan ruang dari set, kesan keterpaduan bentuk, dan menghasilkan pemisahan visual antara objek latar depan dan latar belakang. 8. Menambah semarak gambar dengan membuat kilau dan gemerlap cahaya yang menarik dan menyenangkan. 9. Menambah kemolekan wajah dari artis/pengisi acara. 10. Membantu menyembunyikan cacat orang atau kekurangtepatan setting dengan melindunginya dari penyinaran secara bijaksana atau mengalihkan konsentrasi cahaya kepada bagian lain.
6
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
Rincian kegiatan seperti disebutkan di atas adalah dalam rangka memenuhi tuntutan produksi acara dan kriteria teknis gambar televisi. Sesuai tuntutan produksi terkait jenis atau sifat acara, adakalanya salah satu atau beberapa kegiatan di atas lebih diprioritaskan dibanding kegiatan lainnya. Oleh sebab itu, komunikasi dengan pengarah acara dan teknisi gambar merupakan hal mutlak yang perlu dilakukan.
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
7
BAB III COLORIMETRY
Colorimetry merupakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan untuk mengukur dan menyatakan secara fisik penerimaan atau persepsi manusia tentang warna. Dengan kata lain colorimetry adalah ilmu tentang pengukuran warna. Setiap orang menerima warna dengan sedikit berbeda, tetapi telah dilakukan percobaan-percobaan yang menghasilkan standar baik untuk orang sebagai pengamat maupun persyaratan kondisi untuk melakukan pengukuran warna. Percobaan-percobaan yang dilakukan serta standar yang ditetapkan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh suatu badan internasional di bidang cahaya dan penyinaran yang disebut CIE (Commission Internationale de l'Éclairage - International Commission on Illumination). Dalam bab ini pembahasan masalah colorimetry hanya dibatasi pada hal yang terkait dengan tata cahaya, seperti tujuan penyusunan buku ini. Materi yang dikemukakan berikut ini terutama hanya menyangkut : (1) spektrum warna, (2) besaran warna,dan (3) pencampuran warna 3.1. Spektrum Warna Apabila seberkas sinar matahari dilewatkan kepada suatu prisma, maka sinar matahari yang terlihat tidak berwarna tersebut akan terurai menjadi cahaya-cahaya berwarna mulai dari merah sampai dengan ungu (violet). Secara alami hal ini juga terjadi ketika sinar
8
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
matahari menembus air hujan yang berfungsi sebagai prisma. Lengkung warna-warni yang terlihat di langit kita sebut pelangi. Rentang warna-warni ini disebut sebagai spektrum warna yang dapat dilihat mata (visible spectrum atau visible light). Secara fisika spektrum adalah gelombang elektromagnetis dengan frekuensi dan panjang gelombang tertentu yang menentukan warna yang kita lihat.
Gambar 1. Penguraian Sinar Matahari oleh Prisma Sumber: Buku PAL-Farbfernsehtechnik Setiap warna mempunyai frekuensi dan panjang gelombang tertentu. Warna merah mempunyai frekuensi paling rendah atau panjang gelombang yang paling panjang dalam spektrum warna yang terlihat. Sebaliknya warna ungu atau violet merupakan warna dengan frekuensi paling tinggi atau panjang gelombang terpendek dalam spektrum warna tersebut. Selain melalui nama warna tersebut (merah, hijau, dan seterusnya), warna sering dinyatakan dengan panjang gelombangnya, jarang Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
9
dinyatakan dengan frekuensinya. Sebenarnya jika dinyatakan dengan nilai panjang gelombang, nilai frekuensi dapat diketahui karena antara keduanya terdapat hubungan yang pasti. Demikian pula sebaliknya bila nilai frekuensinya disebutkan, nilai panjang gelombang dapat diketahui. Pada tabel berikut disajikan warna dalam spektrum warna terlihat (visible spectrum) dengan panjang gelombang masing-masing.
Tabel 1. Warna dan Panjang Gelombangnya Sumber: Buku PAL-Farbfernsehtechnik Energi dengan panjang gelombang yang lebih pendek dari 380 nanometer merupakan warna ungu ultra (ultra violet) yang tidak dapat terlihat. Demikian pula yang memunyai panjang gelombang lebih panjang dari 780 nanometer yang disebut merah infra (infra red). 3.2. Besaran (properti) Warna Dalam menerima atau mempersepsi warna, kita mengenal tiga besaran (properti) warna yang dapat dijelaskan sebagai berikut : 10
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
3.2.1. Brightness atau Tingkat Terang Warna Brightness atau tingkat terang warna dapat lebih jelas diperumpamakan dengan dua buah lampu yang menyala dengan warna yang sama, tetapi berbeda dayanya. Misalnya lampu merah dengan daya 100 watt menyala lebih terang dibandingkan lampu merah berdaya 40 watt. Dengan kata lain lampu 100 watt mempunyai brightness yang lebih tinggi daripada lampu 40 watt, meskipun keduanya mempunyai warna yang sama. 3.2.2. Hue Hue adalah istilah terhadap panjang gelombang tertentu dari radiasi elektromagnetik dalam spektrum warna. Secara mudah hue adalah identitas jenis warna itu sendiri, seperti merah, biru, dan lain-lain. Antara merah dengan biru berbeda dalam hal hue nya atau kalau hue-nya berbeda berarti warna itu berbeda namanya. 3.2.3. Saturation Saturation adalah kepekatan atau kejenuhan warna. Kita dapat mengatakan bahwa sirup merah kental mempunyai warna yang pekat atau jenuh. Kepekatannya menurun apabila ditambah air, meskipun masih memunyai hue yang sama yaitu merah. Kepekatan warna dapat menurun atau berkurang karena ditambah dengan sesuatu yang bening, putih, abu-abu, atau hitam. Dengan kata lain kepekatan warna dapat menurun apabila mendapat campuran dari sesuatu yang tidak berwarna. Akan tetapi melalui pencampuran tersebut, selain kepekatannya menurun, brightness-nya juga berubah. Jika bercampur dengan
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
11
sesuatu yang bening atau putih, brightness-nya akan bertambah atau jadi lebih terang, sedangkan bila bercampur dengan abu-abu gelap atau hitam, brightness-nya akan menurun atau jadi lebih gelap. 3.3. Pencampuran Warna Warna-warna dapat dicampur untuk menghasilkan warna-warna lain. Ada dua jenis pencampuran warna yang terkait dengan pembahasan spektrum cahaya khususnya televisi yaitu: 3.3.1. Additive Mixing Additive mixing adalah pencampuran warna yang menggunakan warna pokok berupa cahaya berwarna. Warna-warna pokok tersebut adalah cahaya dengan warnawarna tertentu yang dapat menghasilkan paling banyak warna-warna campuran dibandingkan apabila menggunakan warna lain. Warna-warna pokok itu adalah merah, hijau, dan biru. Kombinasi warna-warna tersebut berikut kombinasi perbedaan brightness dan kejenuhannya, menghasilkan reproduksi warna yang diinginkan, mirip dengan warna asli yang bukan merupakan warna campuran. Contoh campuran warna secara additive adalah:
12
Merah + Hijau
→ Kuning
Merah + Biru
→ Magenta
Hijau + Biru
→ Cyan
Merah + Hijau + Biru
→ Putih
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
Pencampuran warna secara additive diaplikasikan dalam penataan cahaya ketika cahaya berwarna dari lampu-lampu dicampurkan dengan mengarahkannya kepada suatu bidang latar belakang. Begitu juga pada layar televisi berwarna, bintik-bintik fosfor kecil yang masing-masing menyala dengan warna merah, hijau dan biru berkombinasi dengan kendali sinyal video untuk menghasilkan gambar berwarna.
Gambar 2. Contoh Campuran Warna Secara Additive Mixing Sumber : Buku PAL-Farbfernsehtechnik Ciri dari additive mixing adalah: -
Brightness dari warna campuran lebih tinggi dari brightness warna pokok yang paling tinggi. Hal ini disebabkan karena warna campuran memiliki brightness yang merupakan jumlah brightness warna-warna pokok.
-
Spektrum warna campuran lebih luas daripada spektrum warna yang asli yang ditiru. Sebagai contoh, warna kuning yang diperoleh dari pencampuran memiliki spektrum yang lebih luas (karena mencakup spektrum
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
13
warna merah dan warna hijau) daripada warna kuning asli (yang memiliki spektrum hanya warna kuning). Warna kuning asli sebagai hasil uraian sinar matahari oleh prisma dengan panjang gelombang tertentu disebut kuning spektral. 3.3.2. Subtractive Mixing Subtractive mixing adalah pencampuran warna yang menggunakan warna pokok berupa filter berwarna. Warnawarna pokok yang digunakan adalah filter dengan warnawarna tertentu yang dapat menghasilkan paling banyak warna-warna campuran dibandingkan bila menggunakan warna lain. Warna-warna pokok itu adalah magenta, cyan, dan kuning. Kombinasi warna-warna tersebut berikut kombinasi perbedaan brightness dan kejenuhannya menghasilkan reproduksi warna yang diinginkan, mirip dengan warna asli yang bukan merupakan warna campuran. Contoh campuran warna secara subtractive adalah:
14
Magenta + Kuning
→
Merah
Magenta + Cyan
→
Biru
Kuning + Cyan
→
Hijau
Magenta + Kuning + Cyan
→
Hitam
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
Gambar 3. Contoh Campuran Warna Secara Subtractive Mixing Sumber : Buku PAL-Farbfernsehtechnik Ciri dari subtractive mixing adalah: -
Brightness dari warna campuran lebih rendah dari brightness warna pokok yang paling rendah. Hal ini disebabkan karena setiap filter menyaring energi berupa cahaya yang diterima dan menurunkan energi yang diteruskan.
-
Warna campuran yang dihasilkan memiliki spektrum warna yang lebih sempit dibandingkan spektrum warna masingmasing filter. Hal ini disebabkan karena setiap filter melakukan pembatasan spektrum cahaya yang diterima sebelum diteruskan.
Pencampuran warna secara subtractive diaplikasikan dalam penataan cahaya ketika filter berwarna ditempatkan di depan lampu-lampu untuk menghasilkan warna tertentu yang diinginkan. Filter warna tertentu juga digunakan untuk Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
15
mengkonversi suhu warna dari suatu sumber cahaya. Misalnya, untuk mengkonversi studio light menjadi day light lampu studio dipasangi filter biru. Sementara itu, untuk konversi day light menjadi studio light, sinar matahari dilewatkan pada filter oranye. Subtractive mixing juga diaplikasikan pada proses film dan cetak warna (color printing). Film berwarna berfungsi sebagai lapisanlapisan filter magenta, cyan, dan kuning yang berkombinasi untuk menghasilkan film berwarna. Demikian pula halnya terjadi pada proses cetak warna.
16
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
BAB IV KONTRAS DAN BESARAN CAHAYA
4.1. Tata Cahaya dan Kontras Pada televisi sering dilakukan perbandingan terhadap kontras gambar. Ungkapan-ungkapan seperti high contrast, low contrast, contrast range, dan contrast ratio selalu terdengar. Kontras menyatakan perbandingan tingkat terang atau brightness antara suatu bagian objek dengan bagian objek lain di sekitarnya. Suatu scene yang mengandung hitam pekat dan putih terang merupakan suatu scene dengan kontras yang tinggi (high contrast). Sementara itu, scene dengan kontras rendah (low contrast) memiliki nilai brightness yang tidak jauh berbeda antara suatu bagian objek dengan bagian-bagian lain di sekitarnya. Jangkauan kontras (contrast range) dari suatu scene adalah perbandingan antara bagian yang paling gelap dengan bagian yang paling terang dari scene tersebut. Tata cahaya mempunyai efek yang sangat berarti terhadap contrast range suatu scene. Sebab, tata cahaya dapat mengubah tingkat terang dari setiap objek yang dilihat oleh kamera, baik menjadi lebih tinggi karena mendapat penyinaran yang lebih kuat maupun menjadi lebih rendah karena terlindung dari penyinaran. 4.2. Besaran dan Satuan Cahaya Ada dua besaran atau properti cahaya yang perlu diketahui, yaitu :
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
17
1. Quantity of light 2. Quality of light Quantity of light adalah jumlah/banyaknya cahaya yang tiba pada suatu titik tertentu yang ditentukan oleh intensitas sumber cahaya dan jaraknya dengan sumber cahaya. Untuk sumber cahaya buatan seperti lampu studio, intensitas sumber cahaya sangat ditentukan oleh daya (wattage) lampu, di samping jenis bahan pijar lampu. Jarak sumber cahaya dengan objek sangat besar pengaruhnya terhadap kuat penyinaran terhadap objek tersebut, di mana secara umum berlaku bahwa kuat penyinaran dari sumber cahaya yang menyebar merata akan berkurang sebesar kuadrat pertambahan jarak. Cahaya yang jatuh ke objek perlu ditata. Oleh sebab itu, dengan menggunakan jumlah dan jenis lampu serta dengan jarak tertentu maka quantity of light yang sering diukur adalah kuat penyinaran pada titik yang menerima cahaya. Satuan kuat penyinaran atau illumination adalah lux yang dapat diketahui melalui penggunaan lux meter yang dihadapkan pada sumber cahaya dan diposisikan pada objek yang disinari. Dengan kata lain lux meter mengukur sinar datang yang jatuh pada objek (Gambar 4).
18
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
Gambar 4. Pengukuran kuat penyinaran dengan lux meter yang dihadapkan ke sumber cahaya Sumber Gambar : Lighting For Television, Candace Lee Egan http://zimmer.csufresno.edu Sinar yang dipantulkan oleh objek atau bagian dari objek, atau bagian dari scene dapat juga diukur untuk mengetahui perbandingan brightness atau kontras yang diperoleh dengan dilakukannya penataan cahaya. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut reflectance spot meter, diarahkan ke setiap bagian objek. Pengukuran ini membantu kita untuk menghasilkan gambar dengan contrast range tertentu. Misalnya, gambar yang memiliki high contrast atau low contrast. Demikian pula gambar yang memiliki gaya low key atau high key. Lux meter dan reflectance spot meter sering pula dijumpai berupa alat yang menyatu (Gambar 5).
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
19
Sensor untuk lux meter
Sensor untuk spot meter
Gambar 5. Light meter dengan lux meter dan reflectance spot meter yang menyatu Sumber : http://www.cybercollege.com Quality of light atau warna cahaya ditentukan oleh distribusi energi elektromagnetis atau spektrum cahaya tersebut. Hal ini terlihat melalui kurva distribusi spektral (grafik koordinat energi relatif dan panjang gelombang) atau dengan membandingkan warna cahaya tersebut dengan warna dari black body. Suhu dari black body (dalam derajat Kelvin) yang menghasilkan warna yang sama dengan warna cahaya tersebut disebut suhu warna (color temperature) dari cahaya tersebut. Bila suhu black body dibuat semakin tinggi maka ia menghasilkan cahaya dengan semakin banyak warna biru. Sebaliknya bila suhu black body diturunkan maka cahaya yang dihasilkan mengandung lebih banyak warna merah. Secara mudah dapat dikatakan apabila suatu cahaya lebih banyak mengandung warna biru dibandingkan warna merah maka cahaya tersebut memiliki suhu warna atau derajat Kelvin yang lebih tinggi. Dalam praktik di lapangan digunakan alat ukur color temperature meter atau Kelvin meter yang menunjukkan angka yang telah dikalibrasi berdasarkan pengukuran kandungan energi warna merah 20
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
dan warna biru. Cahaya dengan warna berikut suhu warna masingmasing terlihat pada gambar dan tabel berikut.
Gambar 6. Warna Cahaya dan Suhu Warna Sumber gambar : Garis Planck dalam Chromaticity diagram CIE (Commission Internationale de l'Éclairage - International Commission on Illumination)
Tabel 2. Suhu Warna dan Contoh Cahaya Pengukuran suhu warna perlu dilakukan untuk menyesuaikan warna cahaya dengan kamera yang digunakan. Untuk kamera film biasanya digunakan jenis film yang sesuai untuk cahaya yang mempunyai warna seperti sinar matahari/daylight (sekitar 7.000 kelvin) atau seperti lampu studio/studio light (sekitar 3.000 kelvin). Untuk kamera video dilakukan pengaturan keseimbangan warna (color balance setting ) baik secara manual maupun otomatis untuk menyesuaikannya dengan cahaya yang masuk. Perlu diperhatikan Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
21
agar setiap bagian suatu objek atau scene harus mendapatkan cahaya dengan suhu warna yang sama (jika menerima cahaya dari beberapa sumber) agar dihasilkan reproduksi warna yang tepat. Jika objek mendapatkan cahaya dari beberapa sumber yang suhu warnanya berbeda maka perlu dilakukan langkah penyamaan suhu warna, misalnya dengan memasangkan filter warna untuk mengubah suhu warna sumber cahaya tertentu yang memerlukan. Demikian pula apabila melakukan pengambilan gambar menggunakan kamera video dengan memanfaatkan matahari sebagai sumber cahaya maka pengaturan keseimbangan warna (color balance) perlu diulang setiap terjadi perubahan sinar matahari yang mempengaruhi suhu warna, misalnya perubahan dari pagi hari ke siang dan sore, atau perubahan dari suasana cerah ke mendung. Pengukuran suhu warna dilakukan dengan mengunakan color temperature meter atau sering dikenal sebagai kelvin meter. Ketika melakukan pengukuran, kelvin meter diarahkan ke sumber cahaya. Besarnya suhu warna dalam kelvin ditunjukkan oleh jarum penunjuk atau display angka. Kelvin meter dapat berupa alat ukur terpisah atau menyatu dengan lux meter. Pada gambar berikut diperlihatkan gambar kelvin meter yang menyatu dengan lux meter.
22
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
Gambar 7. Kelvin Meter yang Menyatu dengan Lux Meter. Sumber : http://www.bhphotovideo.com Suhu warna dari sumber cahaya merupakan hal penting dalam produksi acara film atau televisi. Reproduksi warna yang dihasilkan dari suatu scene, berupa pemandangan, set, kostum, atau wajah artis/pengisi acara seperti terlihat pada monitor gambar di satu pihak ditentukan oleh pengaturan kamera dan unit pengontrolnya, dan di lain pihak oleh karakteristik cahaya yang dipantulkan oleh objek. Jika spektrum cahaya tersebut lebih dominan terhadap panjang gelombang atau warna tertentu maka akan dihasilkan warna reproduksi yang berbeda dari warna objek aslinya. Sinar matahari pada waktu yang berbeda, misalnya pagi dan siang hari memunyai warna yang berbeda sehingga objek yang sama yang gambarnya diambil pada waktu yang berbeda tersebut akan menghasilkan reproduksi gambar yang berbeda bila tidak dilakukan pengaturan ulang terhadap kamera. Perhatikan contoh perbedaan warna gambar berikut yang berupa objek sama yang diambil pada pagi dan tengah hari. Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
23
a
b
Gambar 8. Perbedaan Warna Gambar a. Diambil pada Pagi Hari b. Diambil pada Tengah Hari Oleh sebab itu, setiap lampu studio umumnya dilengkapi data yang antara lain menyatakan suhu warna yang dihasilkan. Untuk lampu studio tungsten halogen, suhu warna lazimnya sebesar 3.200 Kelvin ketika beroperasi pada tegangan nominal. Namun demikian, sering pula dilakukan operasi dengan tegangan sedikit (5 sampai 10%) dibawah tegangan nominal demi memperpanjang usia pemakaian lampu, meskipun suhu warna yang dihasilkan akan sedikit menurun (antara 50 sampai 100 Kelvin). Sedikit penurunan suhu warna ini bukan merupakan masalah bagi kamera TV karena pengaturan keseimbangan warna (color balance setting) dapat mengatasi hal ini. Pengurangan tegangan operasi terhadap lampu sebesar 5 sampai 10% dapat memperpanjang umur lampu antara 100 sampai 300%. Lampu-lampu tidak boleh diberi tegangan supply melebihi tegangan nominal karena akan sangat mempersingkat umur lampu. Untuk pengambilan gambar di luar ruangan (outdoor) yang memanfaatkan sinar matahari maka kamera video harus diatur kembali keseimbangan warnanya apabila ada perubahan yang berarti terhadap suhu warna sinar matahari tersebut, misalnya perubahan dari pagi hari ke siang hari dan sore hari, atau cerah ke mendung. 24
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
BAB V KARAKTERISTIK CAHAYA
Cahaya yang dihasilkan lampu secara umum memiliki dua jenis karakteristik yaitu : 1. Hard light 2. Soft light 5.1. Hard Light Hard light adalah cahaya yang menghasilkan gambar dengan tekstur objek dan bayangan yang jelas atau tajam. Hard light dihasilkan oleh bola lampu berkaca bening, dilengkapi reflektor mengkilap, dan lensa untuk memfokuskan sinar sehingga dapat diatur untuk daerah penyinaran yang sempit.
Gambar 9. Penyinaran dengan hard light, dalam hal ini menggunakan follow spot light, batas cahaya terlihat jelas Sumber gambar : http://zimmer.csufresno.edu Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
25
5.2. Soft Light Soft light adalah cahaya yang menghasilkan gambar dengan tekstur objek lebih lunak dan bayangan yang samar. Soft light dihasilkan oleh bola lampu berkaca baur, dilengkapi reflektor dengan permukaan buram. Distribusi cahayanya menyebar dan sukar diatur batasannya.
Gambar 10.
Penyinaran dengan s cahaya merata dan menghasilkan bayanga jela s.
Sumber gambar http://zimmer.csufresn Gambar 10. Penyinaran dengan softlight, cahaya merata dan tidak menghasilkan bayangan yang jelas.
Sinar matahari menghasilkan hard light ketika langit cerah dan menghasilkan soft light ketika langit berawan atau mendung.
a
b
Gambar 11. Hasil gambar dengan penyinaran matahari a. Bagian tembok yang disinari hardlight, berasal dari sinar matahari pada saat cerah. Tekstur dan bayangan jelas b. Bagian tembok yang disinari softlight, berasal dari sinar matahari pada saat mendung. Tekstur dan bayangan terlihat pudar Sumber gambar : http://www.cybercollege.com 26
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
BAB VI SUMBER CAHAYA DAN LAMPU
Sumber cahaya yang utama dan alami adalah matahari. Pengambilan gambar yang dilakukan di luar studio banyak memberikan hasil yang memuaskan dengan memanfaatkan sinar matahari, meskipun tidak jarang dibantu dengan penggunaan reflektor atau lampu-lampu tambahan untuk menghasilkan penataan cahaya dan bayangan yang lebih baik. Bahkan pengambilan gambar di dalam ruangan pun dapat memanfaatkan sinar matahari jika terdapat jendela atau jalan masuk lain bagi sinar matahari ke ruangan tersebut. Api dalam wujud api unggun, obor atau nyala lilin juga merupakan sumber cahaya alami yang dapat menghasilkan gambar dan efek alami atau dramatik yang adakalanya diperlukan. Akan tetapi jika pengambilan gambar dilakukan di studio atau ketika sinar matahari dan sumber cahaya alami lain tidak tersedia atau tidak memadai, maka digunakan sumber cahaya buatan berupa lampu-lampu yang dinyalakan dengan daya listrik. 6.1. Jenis Lampu Ditinjau dari prinsip kerjanya dalam menghasilkan cahaya, lampu (tepatnya bola lampu) terdiri dari beberapa jenis yaitu : 1. Lampu kawat pijar 2. Lampu gas-discharge 3. Lampu LED (Light Emitting Diode) Jenis-jenis lampu ini bukan merupakan hal pasti atau final karena terus mengalami perkembangan sesuai kemajuan teknologi, yang menghasilkan perbaikan terutama dalam hal konsumsi daya listrik, intensitas cahaya, usia pemakaian, panas yang ditimbulkan, ukuran Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
27
volume dan berat, kemudahan operasi, dan faktor keramahan lingkungan. 6.1.1. Lampu Kawat Pijar Pada jenis lampu kawat pijar, cahaya dihasilkan oleh sejenis kawat pijar yang menyala jika dialiri listrik. Bahan kawat pijar adalah wolfram atau dikenal juga dengan nama tungsten yang berada dalam bola kaca, sehingga lampu ini disebut lampu tungsten. Lampu jenis ini banyak dijumpai di rumahrumah (sebelum diganti dengan lampu TL atau “neon” ataupun lampu “hemat energi” yang berbeda prinsip kerjanya). Lampu tungsten untuk studio dikembangkan dengan menambahkan gas Halogen yang berguna untuk mencegah terjadinya penggelapan pada dinding bola lampu akibat hamburan partikel tungsten. Gas Halogen berfungsi mengikat hamburan partikel ini dan mengembalikannya ke kawat pijar. Akibatnya dinding bola lampu tetap bening sehingga intensitas dan suhu warna cahaya yang dihasilkan tidak berubah selama umur pemakaian. Akan tetapi, akibat reaksi gas halogen, suhu lampu menjadi lebih tinggi sehingga harus menggunakan kaca dari jenis hard glass atau quartz (silica). Lampu yang diisi gas halogen ini kemudian disebut lampu tungsten-halogen atau quartzhalogen (jika menggunakan quartz sebagai kaca selubung lampu) dan umumnya mempunyai suhu warna 3.200 Kelvin.
28
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
a
b
c
d
Gambar 12. Bola Lampu Tungsten a. Lampu tungsten yang sering digunakan di rumah b. Lampu tungsten untuk lampu studio, ordinary glass c. Lampu tungsten halogen, hard glass d. Lampu tungsten halogen, quartz Sumber Gambar : EBU Technical Monograph, Lighting for Colour Television 6.1.2. Lampu Gas-Discharge Lampu gas-discharge atau lampu fluorescent bekerja dengan cara menyalakan uap air raksa (mercury) yang terjadi akibat kenaikan suhu karena lampu dialiri listrik. Nyala uap air raksa berupa lompatan muatan (discharge) antar elektroda menghasilkan sinar ultraviolet yang kemudian membentur lapisan fosfor di dalam tabung sehingga menghasilkan cahaya yang dapat dilihat. Jenis lampu ini sering dijumpai di rumah-rumah dan dikenal sebagai lampu TL (tubular lamp) atau lampu neon. Selanjutnya lampu jenis ini dibuat dengan fitting yang sama dengan bola lampu pijar yang sudah mencakup ballast dan starter-nya, yang kemudian dikenal sebagai lampu hemat energi. Lampu fluorescent mengkonsumsi daya listrik yang Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
29
lebih rendah untuk menghasilkan intensitas cahaya yang setara dengan lampu pijar. Lampu fluorescent juga menimbulkan panas yang lebih rendah dan memiliki usia pakai yang lebih lama dibandingkan lampu pijar.
Gambar 13. Lampu fluorescent hemat energi yang sering digunakan di rumah dengan electronic ballast yang menyatu
Gambar 13. Lampu fluorescent hemat energi yang sering digunakan di rumah dengan electronic ballast yang menyatu
Akan tetapi lampu jenis ini tidak sesuai digunakan sebagai lampu studio karena spektrum cahayanya yang tidak kontinu atau terisi penuh seperti halnya lampu kawat pijar. Kekosongan spektrum ini sebagian dapat diisi dengan menambahkan senyawa halida (halide compound) ke dalam lampu tersebut. Dengan memilih jenis senyawa halida yang tepat, dapat dihasilkan energi yang mengisi sepanjang spektrum cahaya yang terlihat. Senyawa dengan metal sering pula digunakan. Tambahan senyawa metal ini dapat lebih memerbaiki distribusi energi dari lampu-lampu tersebut sehingga kebanyakan lampu-lampu yang diproduksi sekarang hampir memiliki kurva spektrum yang kontinu. Contoh lampu-lampu yang demikian adalah lampu metalliciodide atau sering disebut sebagai lampu HMI (Hydrargyrum Medium Iodide) atau HQI (Hydrargyrum Quartz Iodide). 30
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
Lampu jenis ini lebih hemat dalam konsumsi daya dibandingkan lampu tungsten halogen, tetapi harus menggunakan ballast dan starter yang merupakan unit terpisah dari lampu. Selain itu, lampu ini tidak dapat di-dim (diredupkan) dengan memperkecil voltage sebagai-mana dilakukan untuk lampu tungsten halogen.
Gambar 14. Lampu Metallic Iodide HMI. a. Bola Lampu, b. Unit Lampu, c. Ballast Sumber Gambar : www.bhphotovideo.com Lampu metallic iodide memiliki suhu warna antara 5.500 Kelvin dan 6.000 Kelvin, setara dengan sinar matahari, tetapi ada juga yang mempunyai suhu warna lebih rendah, antara 3.500 Kelvin dan 4.000 Kelvin. Lampu metallic iodide banyak dipilih untuk penerangan stadion karena menghasilkan intensitas cahaya lebih besar yang tidak dapat dipenuhi oleh lampu tungsten halogen pada daya listrik yang sama. Untuk studio perlu dilakukan penyesuaian warna cahaya jika ingin digunakan bersama-sama dengan lampu tungsten halogen studio yang telah ada sebelumnya. Lampu gas discharge lainnya adalah lampu xenon. Lampu ini memiliki selubung silica/quartz dan berisi gas xenon. Cahaya yang dihasilkan sangat mirip dengan sinar matahari Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
31
(daylight), sekitar 6.000 Kelvin, dan memiliki spektrum yang lebih kontinu daripada lampu metallic iodide, sehingga dijuluki oleh para spesialis sebagai queen of light. Akan tetapi, lampu ini jarang digunakan untuk televisi, baik indoor maupun outdoor, karena selain memerlukan ballast dan tidak dapat diredupkan seperti halnya setiap jenis lampu gas discharge, lampu xenon memiliki daya penyinaran yang lebih rendah dibandingkan lampu metallic-iodide pada konsumsi daya listrik yang sama. Penggunaan lampu xenon sangat lazim ditemui pada proyektor dan lampu mobil. 6.1.3. Lampu LED (Light Emitting Diode) Lampu LED merupakan sumber cahaya dengan prinsip semi konduktor yang bila dialiri arus listrik, akan mengeluarkan energi photon atau cahaya sebagai akibat terjadinya proses rekombinasi antara elektron dan hole. LED semula digunakan sebagai elemen-elemen tunggal untuk lampulampu indikator pada peralatan-peralatan elektronik. Tergantung dari materi semi konduktor yang digunakan, LED dapat menyala dengan warna merah, hijau, biru, kuning, jingga, ungu, putih, dan juga warna tak terlihat, yakni infra merah dan ultraviolet.
Gambar 15. Lampu LED dengan Berbagai Warna dan Ukuran Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/LED_lights
32
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
Aplikasi LED kemudian berkembang menjadi lampu, melengkapi bahkan menggantikan lampu-lampu yang telah ada sebelumnya dengan cara menggabungkan beberapa elemen LED menjadi suatu kesatuan. Lampu LED menghasilkan cahaya dengan suhu warna 5.600 Kelvin dan ada juga yang dapat di switch untuk 3200 Kelvin.
Gambar 16. Bola Lampu LED dan Lampu Panel LED a. Gabungan elemen-elemen LED (38 buah) membentuk bola lampu untuk spotlight. b. Panel susunan elemen-elemen LED membentuk satu unit lampu Sumber gambar: www.litepanels.com Keuntungan lampu LED terutama adalah konsumsi dayanya yang rendah, tidak menghasilkan panas yang berarti, usia yang panjang, berukuran lebih kecil dan lebih ringan, serta dapat di dim. Akan tetapi sampai saat ini harga lampu lebih mahal. Meskipun demikian dengan memperhitungkan biaya operasional pendingin ruangan yang biasanya cukup besar bila studio menggunakan lampu tungsten halogen, usia lampu LED yang lebih panjang, dan kemudahan lainnya maka banyak studio TV yang baru menggunakan jenis lampu ini. Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
33
6.2. Lampu Spot Light dan Diffused Light Jenis lampu seperti dikemukakan di atas adalah jenis bola lampu (lamp atau bulb dalam bahasa Inggris) yang berfungsi menghasilkan cahaya. Bola lampu ini selanjutnya ditempatkan dalam rumah lampu/housing yang kemudian berfungsi sebagai satu unit lampu untuk dipasang pada sistem gantungan atau perletakan dalam kegiatan penataan cahaya. Unit lampu ini disebut dalam bahasa Inggris sebagai lantern atau luminaire. Dalam tulisan ini kita menggunakan kata lampu, baik untuk maksud yang berarti lamp maupun lantern, dan akan jelas perbedaannya apabila diikuti kata lain yang menerangkan. Sebagai contoh, apabila kita menyebut lampu tungsten maka lampu yang kita maksud adalah lamp atau bulb, sedangkan apabila kita menyebut lampu siklorama maka yang dimaksud adalah lantern untuk menerangi siklorama. Lampu dalam arti lantern yang dioperasikan sampai saat ini terdiri atas dua kelompok kategori berikut ini : 1. Lampu yang menghasilkan berkas sinar terarah (spotlight) 2. Lampu yang menghasilkan berkas sinar menyebar (diffused light) Kedua jenis lampu ini digunakan baik di studio maupun diluar studio dengan model yang disesuaikan, terutama menyangkut ukuran dan daya. 6.2.1. Spot Light Lampu jenis spotlight yang dikenal luas adalah fresnel spotlight. Disebut demikian karena lampu ini dilengkapi dengan lensa fresnel (dibaca fre-nell) yang semula dikembangkan untuk mercusuar oleh Augustin-Jean Fresnel, 34
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
fisikawan Perancis. Lensa ini merupakan lensa cembung yang dipasang di depan bola lampu dan berfungsi untuk mengumpulkan sinar sehingga mudah untuk diarahkan. Untuk mengurangi berat dan ukuran fisik, lensa cembung ini dibagi atas lingkaran-lingkaran kosentris, bukan sebagai kurva yang kontinu, seperti lensa cembung biasa, tetapi fungsinya mirip.
lensa fresnel, fungsinya
Untuk membatasi berkas sinar, pada lampu spotlight sering dipasang barn door, yaitu 4 keping logam berengsel di sekeliling muka lampu.
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
35
Daya lampu spotlight berkisar antara 100 watt hingga 10 kilowatt. Untuk menghasilkan efek tertentu, diperlukan penggunaan berkas sinar yang sempit, misalnya untuk mengikuti gerakan artis agar ia selalu berada dalam lingkaran cahaya yang jelas pada jarak yang berubah-ubah. Fresnel spotlight tidak sesuai untuk maksud ini karena pinggiran berkas cahayanya terlalu kabur. Untuk ini diperlukan lampu khusus yang disebut follow spotlight. Bola lampu yang digunakan lazimnya adalah dari jenis metallic-iodide karena menghasilkan intensitas sinar yang lebih besar (sekitar 4 kali) dibandingkan bola lampu tungsten halogen pada daya yang sama.
a
b Gambar 20. Follow spot light
a. b.
Hasil penyinaran dengan follow spotlight Follow spotlight terpasang pada stand
Sumber gambar : a. http://zimmer.csufresno. edu/ b. www.google.co.id/images
Sifat cahaya yang dihasilkan spotlight adalah hard light. 6.2.2. Diffused Light Lampu-lampu yang menghasilkan sinar menyebar (yang disebut juga diffuse light, flood light atau broad light) terdiri 36
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
atas bola lampu berkaca baur, reflektor yang relatif lebih luas, tanpa dilengkapi lensa. Reflektor yang luas membuat daerah penyinaran menjadi luas dan bayangan menjadi lebih lunak. Lampu jenis ini umumnya digunakan sebagai base light, fill light, dan cyclorama light, karena memiliki ciri cahaya soft light.
Lampu-lampu untuk menerangi siklorama dapat dipilih dari jenis fluorescent atau lampu jenis lainnya yang lebih hemat energi dibandingkan lampu tungsten halogen, meskipun menghasilkan suhu warna yang berbeda. Hal ini tidak menjadi masalah, sepanjang sinarnya tidak mengenai wajah artis pengisi acara, yang dapat menyebabkan kesalahan dalam reproduksi warna skin tone dari wajah artis akibat cahaya dengan suhu warna berbeda-beda jatuh ke wajahnya. Di samping itu lampu siklorama seringkali dipasangi filter-filter warna untuk menghasilkan warna-warna menarik pada siklorama yang diinginkan untuk lebih menyemarakkan suatu acara hiburan. Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
37
Lampu untuk siklorama ada yang dirancang untuk dipasang di lantai supaya dapat menyinari siklorama dari bawah. Ada pula yang dirancang untuk digantung, agar menyinari siklorama dari atas. Dengan menggunakan keduanya maka siklorama mendapat penyinaran merata apabila hal ini diperlukan, misalnya untuk latar belakang ketika mengoperasikan chroma key atau virtual studio. Dapat juga disinari dengan cahaya berbagai warna melalui pemasangan filter warna pada lampu. Lampu siklorama sering pula terdapat dalam bentuk yang terbagi atas beberapa seksi dan masing-masing seksi dapat diberi filter warna yang berbeda sehingga diperoleh hasil berupa siklorama yang berwarna warni.
Gambar 22. Lampu Siklorama Sumber : www.google.co.id/images 38
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
Gambar 23. Siklorama yang disinari lampu yang dipasangi filter warna. Sumber Gambar : http://images.search.yahoo.com 6.3. Portable Lighting Kit Lampu untuk pengambilan gambar di luar studio, baik untuk adegan interior maupun eksterior umumnya digunakan lampu-lampu ringan tanpa lensa yang mudah dibawa dan dipasang serta memiliki suhu warna mirip dengan cahaya matahari. Hal itu karena lampu tersebut sering digunakan sebagai pelengkap sinar matahari yang berfungsi sebagai cahaya utama. Untuk itu sering digunakan lampu jenis metallic-iodide yang lebih kecil dan ringan serta memiliki intensitas cahaya lebih kuat dibanding lampu tungsten-halogen (sekitar empat kali pada daya yang sama), di samping memiliki suhu warna yang mirip sinar matahari. Akhir-akhir ini lampu LED mulai sering digunakan karena memiliki keunggulan seperti dikemukakan terdahulu.
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
39
Lampu-lampu untuk pengambilan gambar di luar sering dikemas dalam set yang disebut portable lighting kit. Lampu-lampu ini ada yang dirancang untuk dapat beroperasi dengan menggunakan batere yang dapat diisi ulang.
Gambar 24. Portable Lighting Kit Sumber Gambar : www.google.com/images
40
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
BAB VII ALAT KELENGKAPAN LAMPU
Lampu-lampu umumnya dilengkapi alat tambahan sesuai kebutuhan operasionalnya dalam penataan cahaya yang mendukung produksi acara. Perlengkapan tambahan tersebut terutama adalah : - Barndoor - Filter penyebar cahaya (diffusing filter) - Filter warna - Scrim - Cookies (cucalorus), gobo - Floor stand - Hand grip - Pengait/penjepit (Clamps) - Reflektor 7.1. Barndoor Barndoor adalah empat keping/bilah logam berengsel yang ditempatkan di ujung depan lampu. Barn door berfungsi untuk membatasi daerah penyinaran agar tidak melebar ke wilayah yang tidak diinginkan.
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
41
7.2. Filter Penyebar Cahaya Filter penyebar cahaya (diffusing filter) merupakan kepingan kaca baur atau lembar polyester putih yang berfungsi menyebarkan cahaya secara merata dan menurunkan intensitas cahaya. Sifat cahaya yang dihasilkan juga berubah dari hard light menjadi soft light dengan penggunaan filter ini.
Diffuser frame
frame
7.3. Filter Warna Filter warna merupakan lembaran polyester/gel berwarna yang berfungsi untuk menghasilkan cahaya berwarna atau mengubah suhu warna cahaya. Filter ini ditempatkan pada frame untuk 42
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
disisipkan pada lampu atau lembaran lepas yang direkatkan atau dijepit pada barndoor lampu.
Gambar 27. Filter Warna Berupa lembaran lepas atau dipasang pada frame Sumber : http://www.google.com/images 7.4. Scrim Scrim merupakan keping anyaman kawat logam, fiber atau gabungan keduanya yang berfungsi untuk mengurangi intensitas cahaya. Scrim yang terpasang pada frame yang sesuai disisipkan di sisi depan lampu. Anyaman scrim dapat memenuhi frame, hanya separuh atau sebagian frame, tergantung kebutuhan daerah yang perlu dikurangi penyinarannya.
Gambar 28. Scrim. Sumber : http://www.google.com/images Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
43
7.5. Cookies Cookies (juga disebut cucalorus, cuculoris, cucoloris, atau kookaloris) adalah keping yang dilubangi dengan sembarang pola. Fungsinya untuk menghasilkan pola cahaya dan bayangan pada objek atau latar belakang. Keping ini dapat berukuran frame, baik yang dapat disisipkan pada lampu spotlight atau follow spotlight maupun berupa kepingan dengan sembarang ukuran yang ditempatkan di antara lampu dan objek.
Gambar 29. Cookie yang disisipkan pada Follow spot light Sumber : http://www.cybercollege.com
44
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
Cookies adakalanya juga disebut gobo yang merupakan akronim dari go between karena ditempatkan antara lampu dan objek 7.6. Floor stand Floorstand adalah tiang penyangga lampu
yang digunakan jika
lampu tidak dipasang pada sistem gantungan lampu. Floorstand digunakan di studio, terutama apabila sistem gantungan lampu tidak dapat digunakan karena terhalang set dekorasi. Oleh sebab itu, di studio floorstand merupakan bagian dari suspension system, bukan bagian dari perlengkapan tambahan. Floor stand untuk studio sering dilengkapi dengan roda untuk memudahkan pemindahan lampu. Untuk keperluan pengambilan gambar di luar studio (outdoor), baik di alam terbuka maupun di dalam ruangan, floorstand merupakan perlengkapan tambahan utama untuk perletakan lampu dan boleh jadi sebagai satu-satunya perlengkapan untuk menyangga lampu.
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
45
Gambar 31. Floor Stand Untuk studio biasanya dilengkapi dengan roda. Untuk outdoor merupakan bagian dari set peralatan portable lighting kit. Sumber: http://ianiro.com/ Selain untuk menyangga lampu, floor stand dapat juga digunakan sebagai tempat memasang reflektor (berbentuk payung atau kepingan), gobo/ cookies, dan keperluan lainnya. 7.7. Handgrip Handgrip merupakan penyangga lampu ringan yang dipegang ketika lampu dioperasikan. Alat ini juga merupakan perlengkapan tambahan bagi lampu dan sebagai bagian dari portable lighting kit.
46
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
Gambar 32. Handgrip a. Handgrip, b. Lampu terpasang pada handgrip, dioperasikan dengan tangan Sumber : http://images.search. yahoo.com 7.8. Pengait (Clamp) Pengait (clamp) merupakan alat tambahan terhadap lampu agar dapat dikaitkan untuk digantung pada rel atau lighting grid di studio. Untuk keperluan outdoor pengait ini dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dijepitkan pada sesuatu untuk tempat pegangan lampu.
Gambar 33. Clamp a. Dikaitkan ke lighting grid , b. Dijepitkan ke sesuatu yang cukup stabil di lokasi Sumber: http://www.adblighting.com/
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
47
7.9. Reflektor Reflektor adalah bidang atau keping yang memantulkan cahaya yang diterimanya. Dalam pengoperasiannya, cahaya yang dipantulkan reflektor diarahkan ke suatu objek atau scene. Reflektor yang lazim digunakan dalam dunia fotografi berbentuk payung yang berfungsi untuk memantulkan dan menyebarkan cahaya dari lampu ke arah objek.
Gambar 34 Reflektor payung yang lazim digunakan dalam dunia fotografi Sumber : http://images.search.yahoo.com/ Untuk pengambilan gambar di luar studio, reflektor sering digunakan untuk memberikan penyinaran ke daerah yang tidak terkena sinar matahari atau melunakkan bayangan yang ditimbulkan. Reflektor sangat beragam jenisnya, baik dalam hal bentuk, ukuran, warna, daya dan karakteristik sinar pantulannya, maupun dalam hal kemudahan untuk dibawa.
48
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
Gambar 35. Reflektor dalam berbagai bentuk, ukuran, dan warna. Sumber : http://images.search.yahoo.com/
Gambar 36.
Reflektor yang dapat dikembangkan dan dilip mudah dibawa
Sumber : http://images.search.ya
Gambar 36. Reflektor yang dapat dikembangkan dan dilipat untuk mudah dibawa. Sumber : http://www.images.search.yahoo.com/ Selain untuk memantulkan cahaya, reflektor dapat mengubah ciri cahaya yang dipantulkannya. Permukaan reflektor yang tidak mengilap (agak kusam atau dof ) dapat mengubah ciri cahaya hard light menjadi soft light. Demikian pula jika permukaan reflektor tidak berwarna netral (bukan putih, perak, abu-abu terang) maka suhu warna sinar pantulannya akan berubah dari aslinya. Hal ini mungkin diinginkan untuk menghasilkan efek tertentu. Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
49
Reflektor dapat juga Anda buat sendiri, misalnya dengan menggunakan keping styrofoam, papan putih (white board), atau kardus yang dilapisi kertas timah.
50
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
BAB VIII PENATAAN POSISI LAMPU DAN CAHAYA
Untuk melihat suatu objek kita memerlukan cahaya yang menyinari objek tersebut. Mata kita menerima cahaya yang dipantulkan oleh objek dan selanjutnya diproses yang melibatkan secara aktif syaraf dan otak. Demikian pula dengan kamera, baik kamera film maupun kamera video, cahaya diperlukan agar kamera dapat bekerja dengan menangkap cahaya yang dipantulkan objek tersebut. Cahaya yang masuk kemudian diproses sehingga dihasilkan gambar berupa perubahan kimia pada lapisan celluloid, seperti terjadi pada kamera film atau perubahan signal elektronik seperti yang terjadi pada kamera video. Untuk produksi suatu acara, cahaya tidak hanya diperlukan agar suatu objek atau suatu scene dapat dilihat, serta agar kamera dapat beroperasi dengan baik, tetapi lebih dari itu cahaya perlu diatur atau ditata agar menghasilkan gambar sesuai dengan tuntutan suatu acara. Untuk itulah diperlukan pengetahuan tentang berbagai aspek menyangkut penataan cahaya yang sekaligus tidak boleh tidak dan tidak kalah pentingnya adalah penataan bayangan. Seperti disampaikan sebelumnya, sumber cahaya yang utama dan alami adalah matahari, dan ini sangat dimanfaatkan dalam produksi acara di luar studio. Banyak hasil yang memuaskan diperoleh dengan memanfaatkan sinar matahari. Jika diperlukan, sering juga dibantu dengan penggunaan reflektor atau lampu-lampu tambahan untuk menghasilkan penataan cahaya dan bayangan yang lebih baik. Bahkan, pengambilan gambar di dalam ruangan pun dapat menggunakan sinar matahari jika objek atau scene dalam ruangan tersebut dapat atau dimungkinkan untuk
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
51
memanfaatkannya. Api dalam wujud api unggun, obor atau nyala lilin juga merupakan sumber cahaya alami yang dapat menghasilkan gambar dan efek alami atau dramatik yang adakalanya diperlukan. Gambar di bawah ini merupakan contoh pemanfaatan sinar matahari yang menyinari suatu objek dalam ruangan dengan kesan yang cukup memenuhi hasil yang diharapkan.
(kiri wajah).
52
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
Akan tetapi jika pengambilan gambar dilakukan di studio atau ketika sinar matahari dan sumber cahaya alami lain tidak tersedia atau tidak memadai maka digunakan lampu-lampu studio yang perlu ditata dalam hal penempatan, intensitas, penyebaran sinar, suhu warna cahaya, dan lainlain. 8.1. Three Point Lighting System Pada penataan cahaya televisi, cahaya terutama terpusat pada pengisi acara atau artis. Posisi penempatan lampu untuk televisi sulit ditetapkan standarnya karena sangat ditentukan oleh tata letak set (staging), gerak lakon (action), sudut pengambilan gambar, dan suasana batin (mood) dari apa yang ditampilkan yang semuanya mempunyai rentang luas. Namun, ada prinsip dasar yang dapat dipakai sebagai pegangan efektif untuk mengawali suatu penataan cahaya yang akan berkembang selanjutnya atau sebagai pegangan untuk penataan cahaya acara-acara sederhana yang relatif kurang begitu dinamis. Prinsip dasar tersebut dikenal sebagai three point lighting system, yaitu sistem penataan cahaya tiga titik yang terdiri atas: (1) key light, (2) fill light, dan (3) back light. 8.1.1. Key light Key light merupakan penyinaran utama yang terarah kepada objek. Hal ini biasanya merupakan seberkas sinar berciri hard light yang menimbulkan bayangan tajam. Key light tidak diberikan dari arah tepat di depan objek, melainkan membentuk sudut tertentu terhadap objek agar dapat membentuk dimensi pada kepala dan wajah. Apabila
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
53
diberikan tepat dari arah depan maka gambar yang dihasilkan akan terkesan datar dan kurang berdimensi. Kesan datar ini mirip dengan foto frontal yang diambil dengan menggunakan lampu blitz. Dengan memberikan penyinaran yang membentuk sudut dengan objek maka dihasilkan bayangan pada wajah terutama berupa bayangan hidung yang justru diperlukan untuk menimbulkan dimensi objek. Key light oleh sebab itu juga disebut sebagai modelling light.
a
b
Gambar 38. Key Light a. Penempatan Lampu Key Light. b. Hasil Gambar Sumber : http://zimmer.csufresno.edu/ Apabila hanya satu-satunya sudut pengambilan gambar yang digunakan, maka satu lampu cukup untuk berfungsi sebagai key light. Namun,
biasanya untuk acara televisi dengan
penggunaan multi kamera dan untuk berbagai posisi acting digunakan beberapa key light dari beberapa arah dengan intensitas yang mungkin berbeda-beda. Key light dapat juga berasal dari arah yang disesuaikan untuk mendukung suasana cerita atau set dekorasi, misalnya merepresentasikan cahaya dari jendela, lewat pintu, atau celah lain. 54
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
8.1.2. Fill light Fill light adalah penyinaran yang digunakan untuk melunakkan atau mengurangi bayangan yang dihasilkan oleh key light atau lampu lainnya. Penyinaran ini dapat menghilangkan kesan wajah keras yang mungkin dihasilkan oleh bayangan dari key light yang menyebabkan kontras yang berlebihan.
Gambar 39. Fill light a. Penempatan Lampu Fill Light. b. Hasil Gambar Sumber : http://zimmer.csufresno.edu/ Karena berfungsi untuk melunakkan bayangan key light maka fill light ditempatkan pada posisi di sisi lain dari key light dengan berkas sinar yang diarahkan ke bayangan key light. Selain itu, ciri cahayanya sebaiknya berupa soft light sehingga tidak menghasilkan bayangan tambahan. Namun, perlu diingat bahwa
fill light hanya mengurangi atau
melunakkan bayangan, bukan menghilangkannya sama sekali, karena bayangan
diperlukan untuk menghasilkan
kesan dimensi wajah. 8.1.3. Back light Back light adalah penyinaran dari belakang yang diatur agar jatuh pada kepala dan bahu artis/pengisi acara. Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
55
Penyinaran ini membentuk garis tepi (rim) dari bentuk objek yang memisahkannya dari latar belakang. Oleh sebab itu, back light disebut juga sebagai rim light. Untuk menghasilkan pemisahan ini, back light sebaiknya merupakan hard light, terarah, bukan menyebar. Dalam hal posisi ketinggiannya, key light dan back light mempunyai ketinggian yang sama, yaitu membentuk sudut vertikal sekitar 45 derajat terhadap objek, sedangkan fill light sedikit lebih rendah.
a
b
Gambar 40. Back light a. Penempatan Lampu Back Light. b. Hasil Gambar. Sumber : http://zimmer.csufresno.edu/
Gambar 41.
Ketinggian key light, dan back light.
Sumber : http://zimmer.csufres
Gambar 41. Ketinggian Key Light, Fill Light, dan Back Light. Sumber : http://zimmer.csufresno.edu/ 56
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
Dengan ketiga penyinaran di atas maka diharapkan akan dihasilkan gambar yang baik, dalam pengertian kejelasan tekstur, kehadiran dimensi dan pemisahan dari latar belakang, serta keseimbangan brightness yang selanjutnya terpenuhi dengan perbandingan intensitas penyinaran yang tepat. Umumnya antara key light dan fill light berbanding 2:1 (Jika key light = 1000 lux, fill light = 500 lux). Intensitas back light berkisar antara intensitas fill light hingga lebih besar dari key light. Perbandingan yang tepat tergantung dari objek itu sendiri serta penampilan artistik dari gambar yang ingin dihasilkan. Orang dengan rambut hitam dan baju gelap memerlukan back light lebih kuat daripada yang pirang dan berbaju terang.
Key + Fill + Back
Gambar 42. Hasil gambar yang diperoleh dari masing-masing penyinaran dan gabungan ketiganya Sumber gambar : http://zimmer.csufresno.edu/ Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
57
Untuk latar belakang yang gelap, objek terlihat cukup terpisah dari latar belakang dengan intensitas back light yang lebih rendah dibandingkan intensitas back light dengan latar belakang yang terang. Dari uraian diatas jelaslah bahwa dibutuhkan tiga sumber cahaya atau lampu untuk mengaplikasikan teknik penyinaran tiga titik (three point lighting) tersebut. Namun jika hanya tersedia satu atau dua lampu maka prinsip dari teknik tersebut tetap berlaku dengan ketentuan : -
Apabila hanya ada satu lampu maka gunakan itu sebagai key light.
-
Apabila tersedia dua lampu maka gunakan yang satu sebagai key light dan lainnya sebagai fill light atau back light.
8.2. Perbandingan Intensitas Penyinaran (Lighting Ratio) Perbandingan intensitas penyinaran terhadap suatu objek atau scene yang diistilahkan dengan lighting ratio adalah perbandingan antara penyinaran yang terkuat dengan penyinaran yang terlemah yang diberikan oleh masing-masing sumber cahaya. Tergantung spesifikasi kamera, lighting ratio dapat berkisar 8:1. Perbandingan yang sering digunakan untuk produksi video adalah 2:1, 3:1, dan 4:1. Makin besar lighting ratio yang diterapkan dalam penataan cahaya, makin kontras gambar yang dihasilkan, meskipun faktor daya pantul objek yang mempengaruhi terang gelapnya (brightness) objek tersebut turut menentukan. Adakalanya dalam produksi suatu acara diinginkan gambar yang memiliki high contrast, tetapi tidak jarang pula diinginkan gambar dengan low contrast. Lighting ratio dalam 58
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
penataan cahaya televisi sering diterapkan untuk perbandingan antara intensitas key light dengan fill light, meskipun istilah tersebut berlaku untuk umum, yakni perbandingan penyinaran antara yang terkuat dengan yang terlemah, tidak terbatas antara key light dan fill light. Lighting ratio antara key light dengan fill light umumnya sebesar 2: 1. Menurunkan lighting ratio ini menyebabkan kesan datar terhadap gambar (flat effect), tetapi adakalanya disengaja untuk melunakkan tekstur objek, misalnya mengurangi kerut-kerut wajah. Dengan menaikkan lighting ratio, tekstur objek telihat lebih jelas atau lebih memertegas garis wajah.
a
b
Gambar 43. Gambar objek yang mendapat penyinaran dengan lighting ratio berbeda. a. Lighting ratio 1:1 antara key light dan fill light, soft light, flat lighting. b. Lighting ratio 5:1 antara key light dan fill light, hard light Sumber : http://www.cybercollege.com/
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
59
8.3. Sudut Penyinaran Key Light
Gambar 44. Hasil gambar dengan sudut penyinaran key light yang berbeda. a. Sudut kecil, flat lighting, b dan c. Sudut besar (side light), lebih memunculkan dimensi Sumber : http://www.cybercollege.com/
a
c b
Sudut penyinaran juga mempengaruhi tampilan gambar yang dihasilkan. Dengan memerbesar sudut posisi key light akan dihasilkan bayangan yang lebih jelas sehingga lebih membantu menonjolkan dimensi objek. Hal ini dilakukan, misalnya untuk penyinaran panel ukiran atau patung yang hanya mempunyai sedikit kedalaman. 8.4. Lampu dengan Fungsi Ganda (Multipurpose Light) Sistem penataan cahaya tiga titik (three point lighting system) dengan contoh untuk objek satu orang seperti diuraikan diatas dapat digunakan sebagai dasar bagi penyinaran untuk objek berupa pengisi acara atau artis lebih dari satu orang. Dalam hal ini perlu diupayakan 60
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
agar setiap orang mendapatkan ketiga macam penyinaran tersebut. Hal yang sama berlaku ketika mereka berpindah ke posisi lain maka harus tersedia tiga macam penyinaran itu di posisinya yang baru. Hal ini bukan berarti bahwa harus disiapkan satu set sistem penyinaran yang terdiri dari tiga buah lampu per set untuk setiap orang pada setiap posisi. Bisa saja satu lampu berfungsi ganda baik untuk posisi tertentu dari artis-artis atau pada untuk posisi lainnya.
Gambar 45. Lampu Berfungsi Ganda. Sumber : http://www.cybercollege.com/ Pada gambar di atas, lampu key light untuk objek A sekaligus berfungsi sebagai back light untuk objek B, dan lampu key light untuk objek B sekaligus berfungsi sebagai back light untuk objek A. Sebagai fill light cukup digunakan satu lampu soft light untuk objek A dan B dengan penyinaran menyebar. 8.5. Penyinaran untuk Latar Belakang (Background Light) Background light atau juga disebut set light adalah penyinaran untuk bagian tertentu atau seluruh bagian set latar belakang (background set). Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
61
Penyinaran ini selalu diarahkan kepada set latar
belakang dan
diupayakan agar tidak mengenai pengisi acara/artis yang merupakan objek utama. Untuk itu objek harus berada sekitar tiga meter di depan background. Jarak ini juga perlu agar bayangan dari objek utama tidak jatuh pada background.
Gambar 46. Penyinaran tiga titik ditambah dengan background light. Sumber : http://www.cybercollege.com/ Untuk penyinaran dasar objek sederhana biasanya intensitas background light sekitar 2/3 intensitas key light. Intensitas yang lebih rendah ini diatur karena biasanya objek utama lebih penting untuk ditonjolkan dibandingkan latar belakang. Background light berfungsi untuk lebih memperkuat dimensi dan meningkatkan pemisahan antara objek utama dan latar belakang serta memainkan peranan yang besar dalam membentuk suasana yang ingin dihadirkan. Untuk itu background light sering difungsikan berikut ini : 62
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
-
Menghasilkan gambar yang menarik dengan cara “membelahbelah” bidang set latar belakang yang monoton.
-
Memberikan kesan kedalaman dan dimensi dengan cara pengaturan sinar dan bayangan.
-
Mendukung suasana/mood dramatik ataupun menciptakan kesan waktu tertentu.
Untuk memenuhi fungsi tersebut tentu diperlukan beberapa background light dengan kondisi yang berbeda menyangkut jumlah, penempatan, intensitas, dan warna cahayanya serta hal-hal lain yang disesuaikan mengikuti kebutuhan set/latar belakang. Dengan ditambahkannya background light terhadap penyinaran tiga titik maka penataan cahaya dapat dikatakan sudah lengkap. Namun, kita harus melihat gambar yang dihasilkan pada monitor apakah sudah memenuhi persyaratan teknik dan terlebih lagi tuntutan acara. Bila perlu, lakukan perbaikan berupa pengaturan ulang terhadap posisi lampu, intensitas, fokus, arah, dan distribusi penyinaran, juga pola dan warna cahaya serta bayangan untuk menghasilkan kesan yang diinginkan. Untuk objek lebih dari satu orang, sistem penyinaran tiga titik plus background light juga berlaku meskipun ada lampu yang berfungsi ganda seperti djelaskan sebelumnya. Pada prinsipnya, jika sejumlah lampu sudah mencukupi untuk menghasilkan penataan cahaya yang diinginkan maka jumlah tersebut jangan ditambah lagi karena akan lebih menyulitkan dalam mengatur sebaran cahaya dan bayanganbayangan tambahan. Gambar di bawah ini memperlihatkan penataan cahaya untuk acaraacara yang melibatkan beberapa orang pengisi acara. Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
63
Gambar 47. Contoh Penataan Cahaya Acara Interview Tiga Orang Sumber : http://www.cybercollege.com/
Gambar 48. Contoh Penataan Cahaya Acara Panel Lima Orang Sumber : http://www.cybercollege.com/
64
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
BAB IX INTENSITAS DAN DISTRIBUSI CAHAYA
Seberapa besar sebenarnya intensitas penyinaran yang diperlukan untuk menghasilkan gambar yang baik? Pertanyaan ini sering dimunculkan ketika seseorang melakukan penataan cahaya untuk suatu acara. Secara umum pertanyaan ini bukan hanya untuk penataan cahaya televisi saja. Untuk sekadar dilihat mata saja tanpa melibatkan kamera pun intensitas penyinaran terhadap suatu objek harus memenuhi level tertentu agar objek tersebut “enak” dipandang atau tidak menyulitkan dan melelahkan mata untuk jangka waktu lama. Untuk kondisi ruang kerja apalagi kerja rumit yang menuntut ketelitian tinggi telah ada pedoman menyangkut intensitas penyinaran yang perlu dipatuhi. Untuk studio televisi, jika kita batasi hanya pada persoalan teknik, level intensitas penyinaran yang diperlukan adalah besarnya intensitas untuk menghasilkan signal gambar yang memenuhi persyaratan teknik, sesuai unjuk kerja teknik kamera yang dioperasikan. Persyaratan teknik disini antara lain meliputi hal-hal berikut ini : -
Level sinyal video harus mencapai 100% untuk bagian gambar yang paling terang
-
Wilayah atau rentang kontras (contrast range) harus sedapat mungkin dimanfaatkan secara penuh. Artinya sinyal video berada mulai dari level 0% sampai 100%
-
Sinyal video sinyal harus bebas dari noise. Artinya video atau gambar yang dihasilkan harus bersih dari gangguan terhadap kejernihan gambar. Noise pada tahap ini terutama disebabkan karena sinyal video terlalu diperkuat untuk mengatasi lemahnya sinyal akibat intensitas cahaya yang kurang.
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
65
Sementara itu, unjuk kerja kamera yang dimaksud dalam hal ini terutama adalah kepekaan (sensitivity) kamera yang sangat ditentukan oleh elemen konversi dari cahaya ke signal gambar yang terpasang pada kamera. Sesuai perkembangan teknologi, elemen konversi ini mengalami kemajuan sehingga kamera video yang diproduksi semakin lama semakin peka yang berarti intensitas penyinaran yang diperlukan semakin dapat diturunkan. Pada era TV hitam putih yang menggunakan kamera dengan elemen konversi berupa tabung pengambil gambar (pick-up tube), intensitas penyinaran yang diperlukan adalah sebesar 1.000 lux. Kemudian pada awal operasi TV warna, kebutuhan intensitas penyiaran untuk operasi kamera TV warna naik menjadi sekitar tiga kali lipat karena satu kamera TV warna menggunakan tiga buah pick-up tube. Namun, dengan kemajuan teknologi yang menghasilkan elemen konversi berupa chip (CCD atau CMOS) yang lebih peka, kini kamera TV warna dapat beroperasi dengan baik pada studio yang mendapat penyinaran sekitar 1.000 lux. Bahkan, kamera generasi terakhir dapat menghasilkan gambar yang baik dengan penyinaran kurang dari 10 lux. Namun, kini digunakan intensitas sebesar sekitar 1.000 lux sebagai pedoman untuk penyinaran studio. Nilai ini dipilih dengan alasan agar signal gambar tidak perlu diperkuat guna menghindari noise yang mungkin timbul. Tujuan lainnya agar diafragma kamera tidak perlu dibuka terlalu besar sehingga menghasilkan gambar dengan depth of field yang cukup luas. Di studio, diafragma umumnya di set pada posisi di tengah (f-stop 5,6) sehingga diperoleh gambar yang fokus mulai dari latar depan hingga latar belakang. Posisi f-stop di tengah juga memberikan kemungkinan yang lebih leluasa untuk memperbesar dan memperkecil diafragma jika diperlukan.
66
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
Untuk pengambilan gambar acara drama atau dokumenter di luar studio (outdoor, on-location), kini sering digunakan intensitas penyinaran sebesar 300 lux. Selain agar lampu yang digunakan dapat berukuran fisik dan daya listrik lebih kecil, alasan utama adalah agar diafragma kamera terbuka lebih besar dan menghasilkan depth of field yang lebih sempit. Untuk acara drama atau untuk menghasilkan kesan film-look, sering dipilih depth of field yang sempit guna menonjolkan objek utama (dengan pengambilan closeup atau medium close-up) yang difokuskan, menghindari perhatian yang beralih-alih akibat semuanya terlihat fokus.
Gambar 49. Fokus Selektif, Depth of Field Sempit. a. Fokus pada Wanita (sumber: www.cybercollege.com), b. Fokus pada Capung (sumber : www.google.co.id/images) Pada gambar 49 terlihat gambar wanita menggendong kambing yang dijadikan pusat perhatian dengan gambarnya yang fokus. Seandainya latar belakang juga terlihat fokus akibat diafragma yang terbuka kecil (angka fstop besar) maka ia akan “tenggelam” dalam keramaian latar belakang. Demikian pula gambar capung yang difokuskan agar tidak “lenyap” dalam semak-semak. Apabila pengambilan gambar outdoor menggunakan sinar matahari yang intensitasnya terlalu kuat maka untuk mengurangi intensitas penyinaran
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
67
dapat digunakan diffusing filter antara objek dan sinar matahari, atau neutral density filter pada kamera. Cara ini memungkinkan
diafragma
dapat dibuka lebih besar (angka f-stop lebih kecil) guna menghasilkan depth of field yang sempit. Sebagai perbandingan, level intensitas untuk beberapa jenis penyinaran diperlihatkan sebagai berikut ini : -
Sinar matahari rata-rata antara 32.000-100.000 lux
-
Studio TV sekitar 1.000 lux
-
Ruang kantor yang terang sekitar 400 lux
-
Sinar bulan sekitar 1 lux
Selain ditentukan oleh level intensitas penyiaran, level sinyal video yang dihasilkan kamera juga dipengaruhi oleh daya pantul objek. Dengan demikian dengan intensitas penyiaran yang sama, objek yang terang atau memiliki daya pantul tinggi menghasilkan level sinyal video yang lebih tinggi daripada objek yang gelap atau memiliki daya pantul rendah. 9.1. Pengaturan Intensitas dan Distribusi Cahaya Dalam penataan cahaya terhadap suatu scene pada produksi acara di studio televisi, diperlukan pengaturan intensitas dan distribusi cahaya. Pengaturan intensitas cahaya dapat dilaksanakan dengan cara berikut ini : -
Mengatur dimmer (besar kecilnya voltage utk lampu).
-
Mengatur fokus berkas sinar (semakin fokus, semakin kuat penyinaran).
68
-
Memilih daya lampu yang digunakan.
-
Memasang diffuser, scrim, dan pelunak cahaya lainnya. Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
-
Mengatur jarak lampu dengan objek (jarak makin jauh, penyinaran makin lemah).
Untuk mengatur distribusi cahaya dapat dilakukan cara berikut ini : -
Menempatkan lampu sesuai daerah penyinaran yang diperlukan.
-
Memilih lampu-lampu yang dihidupkan/dipadamkan.
-
Mengatur fokus berkas sinar (semakin fokus, semakin sempit daerah penyinaran).
-
Mengatur barndoor pada lampu.
-
Menggunakan sistem gantungan atau perletakan lampu yang mudah diubah, misalnya gantungan pantograph atau teleskopis yang memudahkan pengaturan ketinggian lampu, ataupun floorstand dengan roda yang memudahkan pemindahan posisi lampu.
-
Memasang penghalang cahaya (gobo) untuk area yang diperlukan.
9.2. Tata Cahaya dan Perencanaan Dekor (Desain) Penataan cahaya dan perencanan dekor (desain) saling berhubungan erat satu sama lain. Jika hubungan ini dilupakan maka yang satu dapat mengalahkan yang lain. Seandainya suatu set dirancang dengan memiliki daya pantul yang rendah (misalnya dicat gelap), mungkin kesan suasana perasaan (mood) tertentu yang diinginkan sukar dicapai karena keterbatasan brightness. Bila set tersebut disinari dengan intensitas tinggi maka artis mungkin mendapat cahaya yang terlalu kuat, kamera ter-over exposed sehingga menghilangkan detail dan ekspresi dari wajah artis. Sebaliknya, jika suatu set memiliki daya pantul terlalu tinggi (misalnya dicat terlalu terang) maka mood yang diinginkan juga sukar dicapai. Pantulan cahaya dari set yang terlalu terang tersebut akan Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
69
“berserakan” dan sukar dikendalikan, sehingga jatuh pada bagian set yang berdekatan. Tata cahaya yang baik tergantung dari desain yang baik, demikian pula sebaliknya. Hal ini berarti bahwa antara keduanya harus terjalin koordinasi yang cermat untuk menghasilkan suatu keserasian dan keterpaduan visual.
70
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
BAB X PENATAAN CAHAYA UNTUK KONDISI TERTENTU
Untuk kondisi tertentu, adakalanya penempatan posisi lampu tidak dapat dilakukan sesuai ketentuan yang lazim seperti dikemukakan pada bab sebelumnya ataupun ketika terdapat cahaya dengan warna yang berbeda. Hal ini terjadi terutama untuk pengambilan gambar di lokasi luar studio, misalnya yang berlangsung di dalam ruang kerja atau dalam rumah. Beberapa kondisi dimaksud dapat dikemukakan pada contoh berikut ini : 10.1. Penataan Cahaya pada Ruang Kerja atau Kantor Kecil Masalah yang ditemui di sini terutama adalah tidak tersedianya cukup ruang untuk menyediakan jarak antara lampu dan objek. Untuk mengatasi hal ini biasanya lampu portable yang digunakan dipasang pada portable light stand dengan berkas sinar yang diarahkan ke dinding dan langit-langit ruangan yang memantulkan sinar tersebut ke objek. Objek tidak menerima penyinaran langsung, tetapi mendapatkan penyinaran sepenuhnya dari cahaya pantulan atau dikenal dengan istilah bounced light.
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
71
Gambar 50. Bounced Light. Objek Menerima Sinar Pantulan dari Langit-Langit Sumber: http://www.cybercollege.com/ Untuk dapat menggunakan bounced light, langit-langit dan dinding ruangan harus mempunyai permukaan yang terang, sehingga dapat memantulkan cahaya dengan baik. Akibat mengalami pantulan yang menyebar maka cahaya memiliki ciri soft light. Untuk acara sejenis berita dan informasi yang tidak menonjolkan modelling, ciri soft light ini malah diperlukan, meskipun mungkin menghasilkan gambar yang agak datar. Pada ruangan yang lebih kecil, pantulan oleh langit-langit dapat menghasilkan berkas sinar yang terlalu curam sehingga menghasilkan bayangan pada lekuk mata yang memperburuk hasil gambar. Untuk mengatasinya lampu dapat diarahkan ke dinding sehingga terjadi dua kali pantulan, pertama oleh dinding dan kedua oleh langit-langit. Perlu diperhitungkan bahwa dua kali pantulan akan lebih menurunkan intensitas cahaya, tetapi dengan kamera modern sekarang yang lebih sensitif, hal ini mungkin bukan merupakan masalah.
72
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
Gambar 51. Bounced Light di Ruangan yang Lebih Kecil. Objek Menerima Sinar Pantulan dari Dinding dan Langit-Langit. Sumber : http://www.cybercollege.com/ Karena objek mendapat sinar pantulan maka pengaturan keseimbangan warna (color balance setting) terhadap kamera harus dilakukan mengacu kepada sinar pantulan, bukan sinar yang langsung dari lampu. Hal ini disebabkan karena mungkin saja warna cahaya yang dipantulkan dapat berbeda dari warna cahaya langsung dari lampu akibat warna dinding dan langit-langit.
Gambar 52. Lampu Jenis LED yang Terpasang pada Kamera ENG Sumber : http://www.google.co.id/images
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
73
Lampu yang digunakan dapat berupa lampu yang terpisah yang dipasang pada portable light stand, tetapi untuk lebih sederhana dapat pula digunakan lampu kecil yang terpasang di kamera yang berkas sinarnya diarahkan ke langit-langit. Hal ini kini lazim dilakukan dengan tersedianya lampu LED yang hemat energi dan ringan. 10.2. Penataan Cahaya yang Memiliki Suhu Warna Berbeda Pengambilan gambar di luar studio yang berlangsung dalam ruangan sering memanfaatkan sinar matahari yang masuk ke ruangan tersebut lewat jendela. Akan tetapi, sinar yang masuk ini adakalanya tidak cukup dan perlu dibantu dengan lampu. Masalah yang timbul disebabkan adanya perbedaan suhu warna sinar matahari (sekitar 6.000 Kelvin) dengan lampu studio tungsten halogen (sekitar 3.200 Kelvin). Untuk mengatasinya dapat dilakukan salah satu dari dua hal berikut ini -
Lampu studio diberi filter biru sehingga semua cahaya memunyai suhu warna 6.000 Kelvin, atau
-
Jendela diberi filter oranye sehingga semua cahaya memunyai suhu warna 3.200 Kelvin.
Gambar 53. a. Penyinaran dengan cahaya campuran, sinar matahari dan lampu studio. b. Lampu studio dipasangi filter biru. Sumber : a. http://www.cybercollege.com/, b. Paket acara Video Production Basics, UNESCO-PSBT
74
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
Gambar 54. Pemasangan Filter di Jendela. Dapat Berupa Filter untuk Mengurangi Cahaya (Scrim) atau Filter Konversi Warna. Sumber: http://www.mediacollege.com 10.3. Penggunaan Sinar Matahari dan Reflektor Pengambilan gambar luar studio (outdoor) di alam terbuka umumnya sedapat mungkin menggunakan sinar matahari sebagai sumber cahaya utama. Sinar matahari merupakan sumber cahaya alami yang memberikan penyinaran sangat memuaskan jika dimanfaatkan dengan tepat. Intensitas cahaya yang tinggi, spektrum warna yang kontinu, distribusi yang luas, dan tentu saja menghemat biaya listrik, merupakan sebagian di antara kelebihan sumber cahaya tersebut. Namun, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan terkait pemanfaatan sinar matahari, terutama berkaitan dengan hal-hal berikut ini. -
Sinar matahari sangat dipengaruhi cuaca, apakah cerah, berawan, atau mendung. Kondisi ini memengaruhi intensitas, sifat cahaya dan suhu warna. Langit cerah menghasilkan intensitas yang lebih tinggi dan sifat cahaya hard light. Langit berawan atau mendung menghasilkan intensitas yang lebih
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
75
rendah dan sifat cahaya soft light. Suhu warna cahaya matahari ditentukan terutama oleh dua hal, yaitu waktu dan kecerahan langit. Pada kecerahan langit yang konstan, sinar matahari pagi dan sore memunyai suhu warna yang lebih rendah (sekitar 5.000 Kelvin) dibandingkan ketika tengah hari (sekitar 6.000 Kelvin). Sinar matahari saat langit berawan atau mendung memunyai suhu warna yang lebih tinggi (sekitar 6.500 Kelvin) dibandingkan saat langit cerah. Perubahan intensitas cahaya mempengaruhi diafragma kamera yang berakibat pada jangkauan depth of field, sedangkan perubahan suhu warna mengharuskan kita melakukan pengaturan ulang color balance terhadap kamera agar dihasilkan reproduksi warna yang selalu tepat. -
Sudut penyinaran sinar matahari berubah dengan bergeraknya waktu. Pada tengah hari, sudut penyinaran lebih curam dibandingkan pada pagi hari dan menjelang sore hari. Sudut penyinaran curam dapat menghasilkan gambar yang tidak baik terutama akibat bayangan pada lekuk mata dan bayangan hidung. Selain itu, sudut penyinaran curam juga dapat menghasilkan hot spot pada kepala. Oleh sebab itu, sebaiknya dihindari pengambilan gambar pada saat matahari tepat di atas kepala. Sudut penyinaran yang dimaksud di atas adalah sudut ditinjau dari bidang vertikal. Ditinjau dari bidang horizontal, apabila sinar matahari dimanfaatkan untuk penyinaran dari depan objek, maka diusahakan agar sinar matahari ini berfungsi sebagai key light, dengan mengatur posisi objek sedemikian rupa sehingga mendapat sinar penyinaran tidak tepat dari depan, tetapi membentuk sudut seperti sudut penyinaran key light. Apabila sinar matahari difungsikan sebagai back light, sudut horizontalnya tidak begitu berpengaruh karena pada keadaan ini
76
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
sudut penyinaran dari reflektor (yang berada di depan objek) yang lebih berpengaruh. Penggunaan hanya sinar matahari untuk pengambilan gambar di luar studio adakalanya, bahkan mungkin seringkali kurang memadai apabila kita ingin meniru prinsip penyinaran tiga titik (three point lighting) seperti halnya di studio. Untuk itu digunakan reflektor yang berfungsi memantulkan sinar matahari dan menggunakannya sebagai sumber cahaya tambahan, baik untuk diperlakukan selaku key light, fill light, maupun back light. Kombinasi yang mungkin dilakukan adalah sebagai berikut. -
Langit cerah dan sinar matahari bersifat hard light. a. Sinar matahari difungsikan sebagai key light, reflektor sebagai fill light. Reflektor yang digunakan sebaiknya yang menghasilkan pantulan cahaya bersifat soft light karena berfungsi sebagai fill light. Jika diperlukan back light maka digunakan reflektor yang menghasilkan sinar pantulan bersifat hard light. b. Sinar matahari difungsikan sebagai back light, reflektor sebagai key light . Jika reflektor yang digunakan menghasilkan pantulan cahaya bersifat soft light maka boleh jadi tidak diperlukan fill light yang berasal dari reflektor lain. Apabila reflektor yang berfungsi sebagai key light menghasilkan pantulan cahaya bersifat hard light maka diperlukan fill light dari reflektor lain yang menghasilkan pantulan cahaya bersifat soft light.
-
Langit berawan dan sinar matahari bersifat soft light. Sinar matahari difungsikan sebagai key light. Oleh karena key light bersifat soft light, kemungkinan besar tidak diperlukan fill light, sebab bayangan yang ditimbulkan tidak jelas. Bila
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
77
diperlukan back light untuk memerjelas dimensi maka digunakan reflektor yang memiliki daya pantul tinggi dengan permukaan licin dan mengilap. Gambar di bawah memerlihatkan penggunaan reflektor untuk pengambilan gambar outdoor. Di sini reflektor digunakan sebagai fill light, sedangkan sinar matahari berfungsi sebagai key light dan juga menghasilkan kesan back light dengan tampaknya garis tepi (rim) pada rambut artis di bagian atas.
Gambar 55. Penggunaan Reflektor pada Pengambilan Gambar Outdoor. Sumber: http://en.wikipedia.org 10.4. Penyederhanaan Teknik Tiga Titik Penyinaran tiga titik (three point lighting) seperti dibahas pada bab terdahulu dapat dijadikan pegangan dalam hampir setiap situasi untuk menghasilkan gambar yang baik. Namun, perlu dikemukakan adakalanya diperlukan teknik penyinaran yang berbeda untuk menghasilkan hasil tertentu yang diinginkan.
78
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
Sebagai contoh, berikut ditunjukkan teknik penataan cahaya sederhana yang menghasilkan kesan gambar yang lebih lunak dibandingkan melalui teknik penyinaran tiga titik.
Gambar 56. Front Light dan Back Light, Penyederhanaan Teknik Tiga Titik. Sumber: http://www.cybercollege.com Pada gambar di atas ditunjukkan bahwa soft light dari depan (front light) menggantikan fungsi key light dan fill light. Reflektor payung digunakan untuk memantulkan sinar secara luas ke arah objek dan sekitarnya dengan cahaya yang bersifat soft light. Papan putih yang lebar dapat juga digunakan sebagai pengganti reflektor payung. Daerah luas yang mendapat penyinaran sama seperti seakan mendapatkannya dari key light dan fill light. Meskipun gambar yang dihasilkan tidak menunjukkan kedalaman dan dimensi yang sama seperti halnya bila menggunakan teknik penyinaran tiga titik, kesan gambar yang lebih lunak boleh jadi lebih disukai, terutama karena dapat menyembunyikan kerut wajah atau garis-garis usia. Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
79
Jika latar belakang cukup dekat dengan objek, mungkin background light tidak diperlukan karena mendapat penyinaran dari front light, apalagi karena cahaya tersebut bersifat soft light yang tidak menghasilkan bayangan jelas pada latar belakang. Back light masih tetap diperlukan untuk membuat pemisahan antara objek dengan latar belakang.
80
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
BAB XIII PENUTUP
Penataan cahaya adalah salah satu kegiatan di bidang pertelevisian yang tidak lepas dari kreativitas. Tentu saja kreativitas ini diawali dan didasarkan pada kaidah-kaidah yang berlaku baik menyangkut karakter cahaya, tata letak lampu, kamera video, maupun karakter acara yang diproduksi. Sebut saja karakter cahaya yang dapat berupa hard light atau soft light dengan efek yang dihasilkannya terhadap gambar, penata cahaya berpeluang menggunakan kreativitasnya untuk menyesuaikan karakter cahaya ini dengan hasil yang diharapkan oleh jenis acara tertentu. Ada kaidah three point lighting, tetapi kreativitas akan mencari sudut dan ketinggian lampu yang dapat menampilkan kesan gambar yang lebih memenuhi harapan dan kepuasan. Demikian pula halnya dengan perbandingan intensitas penyinaran, pemilihan jenis lampu, karakter cahaya dan warna yang dihasilkan, semuanya membuka kesempatan bagi setiap gaya yang kreatif. Tidak boleh dilupakan bahwa penataan cahaya sekaligus juga penataan bayangan. Untuk menghasilkan kesan suasana di alam terbuka dengan pengambilan gambar di studio maka tentulah bayangan juga diatur agar setiap objek hanya menghasilkan bayangan tunggal. Bukankah di alam terbuka kita hanya melihat matahari yang cuma satu? Jadi, meskipun di studio kita menggunakan beberapa lampu maka jangan sampai setiap objek memiliki beberapa bayangan. Oleh karena itu, di samping kreatif, seorang penata cahaya juga harus jeli dan kritis. Sifat kritis dari penata cahaya juga diperlukan ketika melihat ke arah mana bayangan jatuh. Dengan matahari yang cuma satu maka
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
81
bayangan haruslah jatuh sejajar. Aneh jadinya jika orang-orang yang berdampingan memunyai bayangan yang bersilangan satu sama lain. Hal yang aneh juga dirasakan jika bayangan tegak jatuh pada latar belakang yang berupa bidang dekor lukisan pemandangan alam atau kota. Bukannya mendukung suasana yang ingin dihasilkan seperti seseorang sedang berada di alam terbuka atau di tengah kota, adanya bayangan tegak pada dekor tersebut malah menunjukkan bahwa seseorang benarbenar berada di depan suatu lukisan besar. Dengan menata cahaya bukan berarti kita harus sama sekali menghilangkan bayangan. Hal ini disinggung dalam uraian sebelumnya tentang kaidah bahwa bayangan itu perlu untuk menghasilkan dimensi. Penata cahaya akan secara kreatif memanfaatkan bayangan ini untuk membuat hasil gambar yang lebih memuaskan. Untuk suatu objek misalnya, dia dapat mengatur seberapa jelas atau seberapa samar bayangan yang sesuai, baik dengan mengatur intensitas dan sudut penyinaran maupun karakter cahaya yang menyinari. Hal ini juga sangat tergantung pada sifat acara yang diproduksi, apakah formal-informatif, artistik, realistik, atau dramatik. Untuk wajah-wajah pengisi acara hal ini perlu lebih diperhatikan karena umumnya mereka merupakan pusat perhatian pemirsa. Jangan sampai untuk acara berita misalnya, tata cahaya untuk wajah penyiar menghasilkan kesan dramatik, demikian pula sebaliknya.
Perbedaan panjang bayangan dari seseorang juga dapat
menimbulkan kesan yang berbeda. Hal ini perlu dipertimbangkan terutama untuk acara-acara yang bersifat dramatis.
Tegasnya kreativitas dan sikap kritis perlu menyertai setiap
penata cahaya untuk dapat terus berkembang demi menghasilkan karya yang lebih memenuhi tuntutan produksi acara yang berujung pada kepuasan pemirsa sekaligus pada kepuasan batin sendiri. Belajar dari
82
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
pengalaman dan karya-karya orang lain yang memperoleh pengakuan baik atau meraih penghargaan juga merupakan keharusan yang tidak boleh dilupakan.
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
83
GLOSARIUM
Additive Mixing Pencampuran warna yang menggunakan cahaya berwarna sebagai komponen dasar. Warna dasar atau primer adalah cahaya berwarna merah, hijau, dan biru. Ambient Light Cahaya yang sudah ada pada suatu scene, sebelum penyinaran lain ditambahkan. Aperture (Aperture Setting) F-Stop Besarnya bukaan lensa yang didasarkan pada perbandingan antara focal length dan diameter bukaan lensa yang menentukan jumlah cahaya yang melalui lensa. Back Light Penyinaran dari belakang atas objek yag digunakan untuk memisahkan dan menambah dimensi, dengan intensitas sedikit lebih kuat dari front light . Background Light Penyinaran untuk latar belakang. Umumnya 2/3 dari intensitas key light. Barn Door Keping/bilah berengsel di sisi atas dan samping yang dipasang di depan lampu untuk membatasi berkas sinar. Biasanya digunakan pada lampu fresnel spotlight. Base Light Penyinaran merata terhadap set atau area produksi. Sering suatu set mula-mula disinari dengan penyinaran dasar (base light), kemudian ditambahkan key light dan back light.
84
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
Beam Projector; Beam Spot Projector Spotlight yang memproyeksikan berkas sinar hard light yang terfokus dan sempit, sering digunakan untuk menirukan sinar matahari yang masuk lewat jendela. Brightness Range Rentang pantulan antara daerah paling gelap dan paling terang dari suatu scene. Diukur dengan reflected light meter. Broad Lampu yang menghasilkan sinar menyebar dengan reflektor persegi, biasanya digunakan untuk menyinari latar belakang dan area yang luas. Broad-Beamed Lamp Bola lampu didalam reflektor persegi yang menghasilkan sinar menyebar. Cameo Background Latar belakang yang sama sekali hitam. Cameo Lighting Penggunaan tata cahaya khusus dengan latar belakang gelap sehingga objek terlihat seperti dipotret di depan latar belakang yang sama sekali hitam. C-Clamp Penjepit berbentuk C dengan sekrup yang digunakan untuk menggantungkan lampu pada pipa lighting grid di studio. CIE Commission Internationale de l'Éclairage (International Commission on Illumination), lembaga otoritas internasional untuk bidang cahaya, penyinaran, warna, dan pemetaan warna. Didirikan tahun 1913 sebagai penerus dari lembaga Commission Internationale de Photométrie, dan kini bermarkas di Wina, Austria.
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
85
Color Temperature Pernyataan terhadap suhu warna cahaya yang warnanya sama dengan warna cahaya yang dikeluarkan oleh black body yang dipanaskan pada suhu tersebut, dalam derajat Kelvin. Sesuai International System of Units (SI), suhu warna dinyatakan dalam Kelvin, dengan simbol K, bukan derajat Kelvin. Kata “derajat” dihapuskan pada tahun 1967, meskipun adakalanya masih digunakan. Nama Kelvin diambil dari William Thomson (1824-1907), yang dikenal sebagai Lord Kelvin. Color Temperature Meter Alat untuk mengukur suhu warna yang dihasilkan oleh suatu sumber cahaya. Colored Filter Keping kaca atau plastik berwarna yang ditempatkan baik di belakang maupun didepan lensa kamera untuk menyaring warna tertentu. Colorimetry Ilmu tentang pengukuran warna. Contrast Ratio Perbandingan antara bagian yang paling terang dan paling gelap dari suatu gambar atau objek. Perbandingan 30:1 berarti titik paling terang dalam gambar adalah 30 kali lebih terang dibandingkan titik paling gelap. Diukur dengan menggunakan reflectance spot meter yang diarahkan ke setiap bagian objek. Conversion Filter Filter yang dibuat untuk mengkonversi suhu warna cahaya matahari ke suhu warna cahaya lampu studio atau sebaliknya. Cookie Keping metal dengan lubang-lubang berpola tertentu yang ditempatkan di depan berkas sinar lampu untuk memproyeksikan pola bayangan pada latar belakang. 86
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
Diffused Light Lampu dengan berkas sinar menyebar yang menghasilkan soft light dengan bayangan yang pudar. Diffuser Material yang ditempatkan di depan lampu untuk membuat sifat cahaya menjadi soft light. Diffusion Filter Filter yang menurunkan ketajaman gambar. Digunakan untuk hasil gambar yang menghaluskan noda di permukaan kulit atau menghasilkan kesan seperti dalam mimpi. Filter berupa kaca dengan satu sisi halus dan sisi lain sedikit berkerut sehingga sedikit membelokkan berkas cahaya yang lewat untuk mengurangi ketajaman gambar. Dimmer Alat atau rangkaian listrik yang dapat diatur untuk menurunkan tegangan listrik bagi lampu sehingga menurunkan intensitas cahaya nya dan untuk lampu tungsten halogen juga suhu warnanya. Discharge-Type Lamp Jenis lampu yang cahayanya bukan berasal dari kawat pijar, melainkan dari gas tertentu. Ellipsoidal Spotlight Spotlight yang menghasilkan berkas cahaya yang tajam terfokus. F-Stop Lens Aperture Angka yang diperoleh dengan membagi focal length dengan diameter bukaan lensa. Menunjukkan intensitas cahaya yang masuk melalui lensa. Fill Light Penyinaran yang digunakan untuk melunakkan bayangan yang dihasilkan oleh key light atau lampu lainnya. Biasanya mempunyai intensitas setengah dari the key light.
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
87
Filter Kaca atau lembar gelatin transparan yang dibuat untuk memodifikasi warna atau gambar. Filter Frame Bingkai yang memegang filter, gel warna, diffuser, dan lain-lain yang ditempatkan di depan lampu atau kamera. Flag Kepingan yang ditempatkan di depan lampu untuk menahan sebagian berkas sinar. Flare Refleksi cahaya dari objek yang mengilap, ataupun titik/garis terang yang disebabkan refleksi internal lensa. Flood Light Lampu yang menghasilkan sinar menyebar yang biasanya bersifat soft light. Flourescent Light Filter Filter koreksi warna untuk menghasilkan kesan warna alami terhadap scene yang mendapat cahaya dari lampu fluorescent. Follow Spot Spotlight dengan daya tinggi yang ditempatkan pada floorstand. Biasanya dioperasikan secara manual untuk mengikuti gerakan pemeran di panggung. Following Source Penggunaan lampu dalam penataan cahaya yang menyesuaikan dengan sumber cahaya yang ada di dalam ruangan atau set. Jika lampu meja terlihat dalam gambar dan dinyalakan maka objek di dekat lampu tersebut harus mendapat key light seakan berasal dari lampu tersebut.
88
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
Footcandle Satuan intensitas penyinaran. 1 footcandle sama dengan 1 lumen per 1 foot persegi. Satuan lain adalah lux. 1 lux = 0.0929 foot candle atau 1 foot-candle = 10,7639 lux Four-Way Barn Doors Empat keping berengsel yang dipasang pada spotlight, berfungsi untuk membatasi dan membentuk berkas sinar. Fresnel Spotlight Spotlight yang dilengkapi lensa fresnel, umumnya digunakan sebagai key light. Gaffer Grip Penjepit yang digunakan untuk memasang lampu kecil pada perabotan dalam set, pintu, jendela, atau bagian set lainnya. Gaffer Pejabat/petugas listrik yang bertanggungjawab terhadap penataan cahaya. Gel Gelatin Lembar material tembus pandang yang berwarna yang digunakan di depan lampu atau untuk menyaring cahaya yang masuk ke lensa. Grid Pipa metal yang tersusun silang menyilang di bawah langit-langit studio untuk tempat menggantungkan lampu. Ground Row Deretan lampu di bawah siklorama (tidak terlihat kamera) untuk bersama-sama lampu yang digantung menghasilkan penyinaran merata di seluruh permukaan siklorama. Halogen Sejenis gas yang dimasukkan pada lampu tungsten. Fungsinya untuk mengikat kembali partikel-partikel tungsten yang terlepas dari kawat pijar ketika menyala untuk kemudian dikembalikan kembali ke kawat
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
89
pijar. Hasilnya partikel-partikel yang terlepas tidak akan menggelapkan dinding dalam bola lampu. Hard Light Sifat cahaya yang menghasilkan gambar dengan tekstur objek dan bayangan yang jelas. HMI Light Singkatan dari Hydrargyrum Medium arc-length Iodide. Lampu dari jenis gas-discharge dengan tambahan gas jodida (iodide) dan senyawa metal untuk lebih memperbaiki distribusi energi. Lebih efisien dibandingkan lampu tungsten-halogen dan memiliki suhuwarna seperti sinar matahari. Hot Spot Konsentrasi cahaya yang tidak diinginkan pada suatu set atau objek. Hue Istilah terhadap panjang gelombang tertentu dari radiasi elektromagnetik dalam spektrum warna. Secara mudah hue adalah identitas warna itu sendiri, seperti merah, biru, dan lain-lain. Incident Light Cahaya yang langsung datang dari sumber cahaya (matahari, lampu, dan sebagainya). Incident Light Meter Lawan dari reflected light meter, alat untuk mengukur intensitas cahaya yang jatuh pada suatu objek. Infrared Energi dengan panjang gelombang yang lebih panjang dari 780 nanometer yang tidak dapat dilihat. Iris Diafragma, bukaan lensa yang dapat diatur untuk mengendalikan jumlah cahaya yang masuk melalui lensa.
90
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
Kelvin Scale Skala satuan suhu warna dari cahaya yang dihasilkan suatu sumber cahaya. Key Light Penyinaran utama dari depan dengan sudut tertentu yang terarah kepada objek. Ini biasanya merupakan seberkas sinar berciri hard light yang menimbulkan bayangan dan membentuk dimensi objek. Kukaloris Sama dengan cookie. Lens Aperture Lihat f-stop. Light Level Intensitas cahaya yang diukur dengan satuan foot-candle atau lux. Light Meter Alat untuk mengukur jumlah cahaya yang dipantulkan oleh atau yang jatuh kepada suatu objek. Lihat reflected light meter dan incident light meter. Lighting Director Seseorang yang bertanggungjawab untuk merencanakan, menata cahaya, dan men-set up lampu-lampu untuk suatu produksi acara. Lighting Grid Lihat grid. Lighting Plot Gambar tata letak lampu disesuaikan dengan denah studio menurut skala, yang merupakan tampak atas dengan menggunakan simbolsimbol yang dipahami serta dilengkapi dengan keterangan yang diperlukan. Lighting Ratio Perbandingan penyinaran oleh masing-masing lampu, biasanya antara key light dan fill light yang umumnya berkisar 2:1.
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
91
Low-Key Lighting Penataan cahaya dengan perbedaan intensitas yang besar antara key light dan fill light yang menghasilkan daerah bayangan yang lebih luas. Umumnya digunakan untuk kesan suasana malam dalam produksi acara dramatik. Lumen Satuan ukuran jumlah aliran cahaya yang dihasilkan sumber cahaya. Lux Satuan intensitas penyinaran. 1 lux sama dengan 1 lumen per 1 meter persegi. Satuan lain adalah foot-candle. 1 foot-candle = 10,7639 lux Modeling Effect Hasil yang diperoleh dengan menggunakan cahaya untuk menciptakan kedalaman dan dimensi suatu objek. Pantograph Sistem gantungan lampu atau untuk monitor yang dapat dinaikturunkan, terpasang pada lighting grid. Pattern Projector Ellipsoidal spotlight yang dipasangi cookie (cucalorus). Digunakan untuk menghasilkan pola cahaya dan bayangan pada latar belakang. Photoflood Lamp Lampu sebagai pengganti bola lampu yang biasa, tetapi menghasilkan output cahaya yang jauh lebih besar. Biasanya hanya berusia operasi sekitar enam jam. Pool-Hall Lighting Penyinaran dari satu sumber, biasanya yang digantung di tengahtengah set dan terlihat dalam scene. Quartz Lamp Lampu tungsten-halogen dengan selubung kaca kwarsa (quartz).
92
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
Quartz-Iodine Jenis lampu gas discharge dengan tambahan gas jodida (iodine) untuk memerbaiki spektrum cahayanya agar lebih kontinu. Konsumsi dayanya lebih hemat dibandingkan lampu tungsten-halogen. Rear Projection Proyeksi dari belakang. Digunakan untuk efek gambar latar belakang bagi pengisi acara yang jika dipotret dari depan seakan-akan merupakan bagian dari gambar latar belakang yang diproyeksikan. Reflected light meter Alat untuk mengukur intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu objek. Alat ini sering disebut sebagai reflectance spot meter. Reflected Light Cahaya hasil pantulan dari suatu bidang pemantul atau reflektor. Reflector Board Keping putih atau berwarna keperakan yang memantulkan cahaya yang diterima ke arah objek. Biasanya digunakan untuk pengambilan gambar di luar untuk memberikan penyinaran pada daerah yang terlindung dari sinar matahari atau untuk melunakkan bayangan. RGB (Red, Green and Blue) Merah, hijau, biru. Warna dasar untuk additive mixing. Saturated Color Warna jenuh atau pekat tanpa campuran sesuatu yang putih, abuabu atau hitam (sesuatu yang tidak berwarna). Saturation Kepekatan atau kejenuhan warna. Scoop Lampu dengan reflektor berbentuk mangkuk (ellips) yang menghasilkan sinar menyebar dan sifat cahaya soft light . Sering digunakan selaku fill light.
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
93
Scrim Keping anyaman kawat logam, fiber atau gabungan keduanya yang berfungsi untuk mengurangi intensitas cahaya. Scrim yang terpasang pada frame yang sesuai disisipkan di sisi depan lampu. Snoot Kerucut logam yang dipasang di depan lampu, digunakan untuk membatasi berkas sinar. Softlight Cahaya yang menghasilkan gambar dengan tekstur objek lebih lunak dan bayangan yang samar. Soft light dihasilkan oleh bola lampu berkaca baur, dilengkapi reflektor dengan permukaan buram. Spotlight Lampu dengan berkas sinar terfokus. Spot Meter Disebut juga sebagai reflectance spot meter. Alat ini untuk mengukur pantulan cahaya dari suatu objek dengan sudut penerimaan sempit (sekitar 5 derajat). Subtractive Colors Warna-warna dasar untuk subtractive mixing, yaitu magenta, kuning, dan cyan. Juga disebut sebagai subtractive primaries. Subtractive Mixing Pencampuran warna yang menggunakan filter warna sebagai komponen dasar. Warna dasar atau primer adalah filter berwarna magenta, kuning, dan cyan. Tungsten-Halogen Light Lampu yang menghasilkan cahaya akibat kawat pijar tungsten yang menyala, dan mendapat tambahan gas halogen yang berfungsi untuk mencegah penggelapan pada dinding dalam kaca lampu. Mempunyai suhu warna antara 2.800 Kelvin dan 3.400 Kelvin.
94
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
Two-Way Barn Doors Dua keping logam berengsel yang dipasang pada kedua sisi (kiri dan kanan) spot light untuk membatasi dan membentuk berkas sinar. Umbrella Reflector Reflektor berbentuk payung dengan lapisan dalam (yang difungsikan selaku lapisan refleksi) umumnya berwarna putih atau keperakan dengan lampu di titik pusat yang digunakan untuk menghasilkan soft light. Warm Gambar berwarna yang mengandung banyak merah atau kuning untuk menghasilkan kesan kehangatan. Watt Satuan daya listrik, perkalian tegangan (voltage) dan arus (ampere). White Balancing Pengaturan secara elektronik terhadap signal-signal warna di kamera sehingga dihasilkan gambar putih ketika kamera dihadapkan pada objek putih yang disinari cahaya yang digunakan. Kebanyakan kamera video dapat dioperasikan secara otomatis untuk pengaturan ini dengan menekan tombol automatic white balance.
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
95
DAFTAR PUSTAKA o
Lighting for television, EBU Technical Monograph No.3101
o
Lighting for colour television, EBU Technical Monograph No. 3114
o
Millerson, Gerald (1991). Lighting for Video. 3 ed. Newton, MA : Focal Press.
o
Millerson, Gerald (1991). Technique of Lighting for Television and Film. Stoneham, MA: Focal Press
o
Möhring, F. (1968). PAL-Farbfernsehtechnik. Braunschweig : C. F. Winter'sche Verlagshandlung.
o
Sears, F. W. (1964). Optics. Reading, Massachussets : AddisonWesley Publishing Company, Inc.
o
Paket acara Video Production Basics, UNESCO-PSBT (Public Service Broadcasting Trust)
o
Catatan training
o
Website :
rd
: 1. 2.
Sender Freies Berlin- Ausbildungstätte AIBD (Asia Pacific Institute for Broadcasting Development) - Lighting Course
http://zimmer.csufresno.edu
http://www.cybercollege.com
http://www.bhphotovideo.com
http://en.wikipedia.org/wiki/LED_lights
http://www.litepanels.com
http://www.google.com/images
http://images.search. yahoo.com
http://www.sachtler-images.de
http://ianiro.com/
http://www.adblighting.com/
http://www.danceplace.org
http://www.mediacollege.com
96
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
TENTANG PENULIS
Ketika TVRI Medan mulai dibangun pertengahan tahun 1970, lelaki kelahiran Medan 27 April 1951 ini mengikuti proses seleksi penerimaan pegawai dan kemudian mendapat kesempatan mengikuti diklat pertelevisian setelah diterima. Diklat di TVRI Jakarta ini merupakan langkah awal kariernya di TVRI yang memberinya banyak pengalaman dan pengetahuan di bidang pertelevisian. Setelah bertugas di TVRI Medan sekembalinya dari diklat di Jakarta, ia dipindahkan ke Jakarta untuk melanjutkan karier di kota ini pada beberapa satuan kerja sambil mengikuti diklat-diklat pertelevisian, baik di dalam maupun di luar negeri. Bekal pengetahuan dari diklat-diklat ini membawanya menjadi instruktur diklat bidang operasional studio sejak tahun 1975 sampai 1985. Diklat bidang operasional ini meliputi penataan cahaya, operasional kamera, audio, teknik rekaman, dan operasional lainnya yang terkait dengan cakupan teori dan praktik. Sejak tahun 1985, ia dipindahkan ke bagian perencanaan teknik selaku planning engineer yang menangani pembangunan studio-studio dan pemancar-pemancar baru untuk TVRI dan RRI yang ketika itu tumbuh dengan pesat di berbagai daerah. Di tengah kesibukan melaksanakan tugas, mengikuti pendidikan profesi, workshop dan seminar, lelaki yang mampu berbahasa Inggris dan Jerman ini tidak melupakan pendidikan formal dengan menyelesaikan tingkat Strata 1 jurusan Elektronika Telekomunikasi di Universitas Kristen Jaya (UKRIDA). Pada tahun 1998, ia kembali ke diklat TVRI bertugas selaku
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
97
Kepala Diklat sampai menjelang pensiun tahun 2007. Kecintaannya terhadap pengetahuan khususnya bidang pertelevisian membuatnya tetap melakukan aktivitas terkait kegiatan belajar-mengajar. Kini, setelah pensiun dari TVRI, lelaki beristri satu dan beranak tiga ini mengajar di STIKOM Interstudi.
98
e-mail
:
[email protected]
HP
:
0812 855 2965
Dasar-Dasar Penataan Cahaya Televisi
Bahan Ajar Kursus & Pelatihan Penyiaran (Broadcasting) Level III DASAR-DASAR PENATAAN CAHAYA TELEVISI
Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2014
Bahan Ajar Kursus & Pelatihan PENYIARAN (BROADCASTING) LEVEL III
DASAR-DASAR
PENATAAN CAHAYA TELEVISI Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2014