PENANGANAN SAMPAH DI SUMBER SAMPAH Penanganan sampah di sumbernya, yang meliputi pemisahan/sortasi, penyimpanan, dan pengolahan, merupakan tahap kedua dalam kegiatan pengelolaan sampah. Karena tahap ini dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap karakteristik sampah, kesehatan masyarakat, serta sikap masyarakat terhadap sistem pengelolaan sampah, maka sangatlah penting untuk memahami bagaimana sebaiknya kegiatan penanganan sampah on-site dilakukan. Berdasarkan SNI 03-3243-2008 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah Permukiman, maka teknis operasional penanganan sampah di sumber meliputi : 1) Menerapkan pemilahan sampah organik dan non organik 2) Menerapkan teknik 3R di sumber dan TPS Dalam modul ini diuraikan teknik penanganan sampah di sumbernya, yang terdiri atas pemisahan, penyimpanan, dan pengolahan. Penekanan diberikan pada penanganan sampah permukiman sebelum dilakukan kegiatan pengumpulan, yaitu sebelum, selama, dan setelah penyimpanan. Gambaran umum penanganan sampah di sumber sampah terutama dari pemukiman dapat dilihat pada Gambar 1. berikut. Pemilahan dilaksanakan mulai dari sumber sampah dan konsep 3R dikembangkan dengan adanya pemilahan ini. Pemanfaatan sampah organik adalah sebagai kompos baik skala individu maupun skala komunal. Berdasarkan tipe rumah yaitu rumah sederhana tipe 21-36; menengah tipe 45-54 dan rumah mewah tipe > 70, pewadahan sampah dan penanganan sampah di masing-masing rumah berbeda. Tergantung dari kemampuan dari masyarakat untuk melakukan penanganan sejak dari sumbernya.
1
Gambar 1. Pola operasional sampah di pemukiman
1.
Penanganan Dan Pemisahan Sampah Di Sumbernya
Penanganan dan pemisahan sampah di sumbernya, sebelum kegiatan pengumpulan, merupakan hal yang kritis karena ikut menentukan langkah pengelolaan berikutnya. Penanganan sampah di sumbernya adalah semua perlakuan terhadap sampah yang dilakukan sebelum sampah ditempatkan dalam kontainer untuk kegiatan
2
pengelolaan berikutnya. Penanganan sampah di sumbernya bervariasi menurut jenis sampah yang dipisahkan untuk reuse/recycling. Penanganan dan pemisahan sampah untuk daerah permukiman dan pertokoan akan dibahas secara lebih rinci pada bahasan berikut ini. Pemisahan sampah kertas, karton, kaleng aluminium, gelas, dan plastik di sumbernya merupakan hal yang positif dan efektif untuk pemanfaatan kembali dan daur-ulang sampah. Setelah komponen sampah dipisahkan, hal yang kerap membingungkan pelakunya adalah apa yang harus dilakukan sebelum sampah hasil pemisahan tersebut dipasarkan atau diolah. Tentunya sampah hasil pemisahan memerlukan tempat penyimpanan khusus sebelum dipasarkan atau diolah. 2.
Tanggung Jawab Penanganan Di Sumber Sampah
Klasifikasi penanganan berdasarkan lingkungan permukiman yang tercantum di dalam SNI 03-3243-2008 yaitu : 1) 1 Rukun Tetangga dengan jumlah penduduk 150 – 250 jiwa (30 – 50 rumah) 2) 1 Rukun Warga : 2.500 jiwa (± 500 rumah) 3) 1 kelurahan : 30.000 jiwa penduduk (± 6.000 rumah) 4) 1 kecamatan : 120.000 jiwa (± 24.000 rumah) Penanggung jawab pengelolaan persampahan pada skala pemukiman akan dilaksanakan oleh : 1) Swasta/developer dan atau; 2) Organisasi kemasyarakatan. 3) Sampah B3-rumah tangga ditangani khusus oleh lembaga tertentu Tanggung jawab lembaga pengelola sampah permukiman ini dalam : 1) pengelolaan sampah di lingkungan permukiman dari mulai sumber sampah sampai dengan TPS dilaksanakan oleh lembaga yang dibentuk/ditunjuk oleh organisasi masyarakat permukiman setempat (berbasis masyarakat). 2) pengelolaan sampah dari TPS sampai dengan TPA dikelola oleh lembaga pengelola sampah kota yang dibentuk atau dibentuk oleh pemerintah Kota/kabupaten dan pemerintah provinsi 3) mengevaluasi kinerja pengelolaan sampah atau mencari bantuan teknis evaluasi kinerja pengelolaan sampah 4) mencari bantuan teknik perkuatan struktur organisasi 5) menyusun mekanisme kerjasama pengelolaan sampah dengan pemerintah daerah atau dengan swasta 6) menggiatkan forum koordinasi asosiasi pengelola persampahan 7) meningkatkan kualitas SDM berupa mencari bantuan pelatihan teknis dan manajemen persampahan ke tingkat daerah.
3
8) Untuk sampah B3-rumah tangga diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku . Bagi lingkungan permukiman yang teratur seperti perumahan, developer juga bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah, seperti yang sudah disebutkan di dalam SNI 3243-2008. Developer mempunyai tanggung jawab sebagai berikut 1) Penyediaan lahan untuk pembangunan pengolah sampah organik berupa pengomposan rumah tangga dan daur ulang sampah skala lingkungan (TPS 3R) serta TPS; 2) Penyediaan peralatan pengumpulan sampah; 3) Pengelolaan sampah selama masa konstruksi sampai dengan diserahkan ke pihak yang berwenang; 4) Bagi developer yang membangun minimum 80 rumah harus menyediakan wadah komunal dan alat pengumpul. Masyarakat memiliki peranan yang sangat penting untuk mengelola sampah di lingkungan pemukimannya sendiri. Keikutsertaan masyarakat dalam mengelola sampah akan mempermudah penanganan sampah pada skala kota dan menurunkan beban pengelolaan di TPS, TPS 3R serta TPA. Adapun peran serta masyarakat tersebut dapat berupa : 1) melakukan pemilahan sampah di sumber 2) melakukan pengolahan sampah dengan konsep 3 R 3) berkewajiban membayar iuran/retribusi sampah 4) mematuhi aturan pembuangan sampah yang ditetapkan 5) turut menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya 6) berperan aktif dalam sosialisasi pengelolaan sampah lingkungan 3.
Penanganan Dan Pemisahan Sampah Di Permukiman Penduduk Dalam pengelolaan sampah, perumahan penduduk dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu: 1. Rumah tunggal 2. Rumah susun (rusun) rendah: terdiri atas < 4 lantai 3. Rusun medium: terdiri atas 4-7 lantai 4. Rusun tinggi: terdiri atas > 7 lantai. Tabel 1. menunjukkan penanggung-jawab serta peralatan dan fasilitas pendukung untuk penanganan sampah di daerah permukiman, pertokoan dan sejumlah sumber sampah lainnya.
4
Tabel 1. Penanggung-jawab serta peralatan/fasilitas pendukung penanganan sampah di sumbernya Sumber sampah Penanggung-jawab Peralatan yang dibutuhkan Permukiman - rumah tunggal Penghuni rumah Kompaktor rumah tangga - rusun rendah Penghuni rumah Kompaktor rumah tangga, tempat sampah beroda, kereta ukuran kecil - rusun medium
Penghuni rumah, petugas pengelola gedung, petugas
Cerobong gravitasi, service elevator, kereta sampah, pneumatic conveyor
cleaning service - rusun tinggi
Penghuni rumah, petugas pengelola gedung, petugas
Cerobong gravitasi, service elevator, kereta sampah, pneumatic conveyor
cleaning service Pertokoan
Petugas khusus, petugas
cleaning service Industri
Petugas khusus, petugas
cleaning service Daerah terbuka, taman Fasilitas pengolahan limbah Pertanian
1.
Pemilik, petugas taman, petugas Dinas Kebersihan Operator Pemilik lahan/petani, buruh
Kereta sampah, service elevator, conveyor, pneumatic convey Kereta sampah, service elevator, conveyor, pneumatic convey Kontainer anti vandalisme
Berbagai jenis conveyor, peralatan manual (sekop, pacul) Bervariasi menurut kemampuan petani
Penanganan sampah di perumahan tunggal Klasifikasi tipe rumah menurut peraturan tentang perumahan dibedakan atas : (a) Mewah yang setara dengan Tipe > 70 (b) Sedang yang setara dengan Tipe 45 - 54 (c) Sederhana yang setara dengan Tipe 21 Klasifikasi ini akan mempengaruhi metoda penanganan sampah dan kebutuhan akan alat pengelolaan sampah di lokasi pemukiman. Secara umum, penghuni rumah bertanggung jawab terhadap penanganan sampah, baik yang dapat didaur-ulang, maupun yang harus dibuang. Tipe tempat sampah yang digunakan dapat ditentukan oleh Pemerintah Daerah seandainya di wilayah di mana perumahan tersebut berada telah
5
diterapkan program daur-ulang sampah. Di sejumlah besar wilayah belum ada ketentuan mengenai tipe tempat sampah yang dianjurkan, sehingga berbagai jenis sampah ditempatkan dalam satu kontainer. Di daerah perumahan yang berukuran besar dan di pusat-pusat perdagangan, telah digunakan kontainer sampah beroda yang berukuran 120-240 L. Perumahan atau pertokoan yang dilengkapi dengan jenis kontainer ini umumnya dilayani pengangkutan sampahnya oleh truk kompaktor yang dapat menumpahkan isi kontainer secara hidraulik. Alat kompaktor untuk sampah rumah tangga dapat digunakan di perumahan-perumahan guna mengurangi volume sampah. Sampah yang telah dipadatkan ditempatkan dalam kontainer atau kantung plastik. 2.
Penanganan sampah di rusun rendah hingga medium Penanganan sampah di rusun rendah hingga medium tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan di perumahan tunggal. Perbedaannya terletak pada penempatan kontainer dan cara pengumpulan sampah. Tempat sampah di rusun jenis ini biasanya diletakkan di basement atau di halaman.
3. Penanganan sampah di rusun tinggi Penanganan sampah di rusun tinggi dapat merupakan salah satu dari beberapa alternatif berikut ini: • Sampah dikumpulkan oleh petugas pengelola bangunan dari setiap rumah di semua lantai dan ditempatkan di kontainer besar di basement • Sampah ditangani oleh masing-masing penghuni rumah untuk ditempatkan dalam kontainer besar di basement • Sampah ditempatkan dalam kantung plastik dan dilewatkan melalui cerobong gravitasi ke kontainer yang tersedia di basement (Gambar 2). Recycle corner
Disposal equipment Vertical Chute
collector
Falling speed controller
Silencer
Bottom receiver
conveyor
sorter storage
storage
Power unit
Control panel
Gambar 2. Cerobong gravitasi untuk pengumpulan sampah
6
Setelah melalui cerobong gravitasi, sampah yang terkumpul di kontainer segera dikompaksi secara mekanis untuk kemudian diangkut oleh truk pengangkut ke TPA. Sampah berukuran besar yang tidak dapat dilewatkan cerobong harus ditangani oleh penghuni untuk ditempatkan dalam kontainer secara manual. Cerobong gravitasi umumnya berukuran diameter 30-90 cm. Yang banyak digunakan adalah yang berdiameter 60 cm. Pengumpulan sampah di apartemen-apartemen bertingkat modern dilakukan dengan sistem transport pneumatik bawah tanah yang membawa sampah ke lokasi pengolahan sampah atau TPS (Gambar 3).
7
Gambar 3. Sistem pengumpulan sampah pneumatik bawah tanah pada rusun tinggi. (Sumber:Tchobanoglous, Theisen & Vigil, 1993)
8
4. Fasilitas penanganan sampah di pusat perdagangan dan industri Selain klasifikasi rumah, SNI 3243-2008 juga mengklasifikasikan tipe bangunan untuk sarana umum/sosial dan bangunan komersial. Sampah di pusat-pusat perdagangan, kawasan perkantoran dan industri umumnya ditempatkan di kontainer berukuran besar yang apabila telah terisi akan diangkut ke TPS atau TPA dengan truk arm roll. Jenis kontainer ini ada yang dilengkapi dengan kompaktor. Toko atau kantor yang menghasilkan sampah dalam volume besar (misalnya kertas, karton) menggunakan kompaktor atau baler guna memudahkan pengangkutan sampah. Sampah yang dikompaksi dengan kompaktor individual/baler umumnya berbentuk kubus/bal dengan ukuran tertentu. Selain baler, jenis fasilitas pengolah sampah di pusat perdagangan adalah penghancur kaleng. 4.
Penyimpanan Sampah
Sebelum diangkut ke TPS atau TPA, sampah ditempatkan oleh penghasil di kontainer sampah. Hal-hal yang harus diperhatikan selama penyimpanan sampah adalah: (1) pengaruh penyimpanan terhadap komponen sampah, (2) jenis kontainer yang digunakan, (3) lokasi kontainer, (4) kesehatan masyarakat dan estetika.
Pengaruh dari masa penyimpanan terhadap sampah adalah: 1. Dekomposisi/penguraian biologik 2. Absorpsi air 3. Kontaminasi komponen sampah 1) Dekomposisi mikrobiologik. Sampah makanan dan jenis sampah mudah membusuk lainnya dapat dengan mudah ditumbuhi bakteri dan jamur dan diuraikan. Proses semacam ini sering disebut juga sebagai pembusukan. Apabila dibiarkan terlalu lama, sampah dapat menjadi media tumbuh lalat, dan timbullah bau dari kedua proses tersebut. 2) Penyerapan air. Karena sampah tersusun dari berbagai komponen yang berbeda kadar airnya, maka selama penyimpanan dapat terjadi penyeimbangan kadar air pada semua komponen sampah. Sampah kertas, misalnya, akan menyerap air dari sampah makanan dan sampah kebun. Tingkat penyerapan ditentukan oleh lamanya penyimpanan. Apabila sampah dibiarkan selama satu minggu di tempatnya karena tidak segera diangkut, maka kadar air akan merata di seluruh komponen sampah. Jika tempat sampah tidak dilengkapi dengan tutup, maka sampah akan basah bahkan terendam oleh air hujan. 3) Kontaminasi komponen sampah. Hal paling serius yang dapat terjadi selama masa penyimpanan adalah kontaminasi sampah oleh bahan-bahan
9
yang bersifat berbahaya dan beracun (B3), seperti olie mesin, cat, pembersih lantai, pestisida dsb. Pengaruh dari kontaminasi ini adalah berkurangnya nilai sampah untuk daur-ulang, serta sampah tersebut menjadi tergolong dalam kategori sampah B3.
Jenis Kontainer yang Digunakan Kontainer atau wadah sampah merupakan tempat untuk menyimpan sampah sementara di sumber sampah. Pewadahan sampah adalah suatu cara penampungan sampah sebelum dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang ketempat pembuangan akhir. Tujuan utama dari pewadahan adalah : • Untuk menghindari terjadinya sampah yang berserakan sehingga mengganggu lingkungan dari segi kesehatan, kebersihan dan estetika. • Memudahkan proses pengumpulan sampah dan tidak membahayakan petugas pengumpul sampah, baik petugas kota maupun dari lingkungan setempat. Pewadahan sampah merupakan awal dari sistem pengelolaan persampahan yang dapat dilakukan dengan beberapa pola, diantaranya : • Disediakan oleh masyarakat dengan model bebas. • Disediakan oleh masyarakat dengan model yang ditetapkan oleh pemerintah. • Disediakan oleh pemerintah daerah • Disediakan oleh organisasi swadaya masyarakat Pemilihan jenis dan kapasitas kontainer sampah ditentukan oleh karakteristik dan jenis sampah, sistem dan frekuensi pengumpulan sampah, serta lokasi di mana tempat sampah akan diletakkan. Jenis dan kapasitas tempat sampah yang umum digunakan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis-jenis dan kapasitas tempat sampah. Kapasitas (L) Dimensi (cm) Jenis Range Tipikal Ukuran kecil - kontainer plastik atau logam - Barrel, plastik, aluminium, fiber - Kantung kertas * Standar * Tahan bocor * Anti bocor - Kantung plastik Ukuran medium - kontainer
76-152 76-246
114 114
50.8Dx 66T 50.8D x 66T
76-208 76-208 76-208
114 114 114 114
38L x 31d x 109T 38L x 31d x 109T 38L x 31d x 109T 76L x 102T
760-7600
3040
183L x 107d x 165T
10
Ukuran besar - Kontainer * Terbuka, roll off
9120-38000
-
* Dengan kompaktor stasioner
15200-30400
-
* Dengan kompaktor terpasang
15200-30400
-
15200-38000
-
- Kontainer trailer * Terbuka
* Tertutup, dengan kompaktor 15200-30400 terpasang Catatan: L = lebar, D = diameter, d = dalam, T =tinggi (Sumber:Tchobanoglous, Theissen & Vigil, 1993)
240L x 180T x 600P 240L x 180T x 540P 240L x 240T x 660P 240L x 360T x 600P 240L x 360T x 720P
Klasifikasi Wadah Berdasarkan mekanisme penggunaannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Tetap Model ini disarankan untuk tidak dipergunakan lagi karena menghambat kecepatan operasional, sulit dikontrol tingkat kebersihannya dan dari segi estetika kurang baik. Contohnya bak sampah dari pasangan batu bata.
b. Semi tetap Sering dimanfatkan untuk menghindari gangguan binatang, bentuk ini masih dianggap lebih baik dari bentuk tetap. Tetapi pada umumnya mengalami kesulitan dalam perawatannya. Di samping itu, bentuk ini tidak dapat mencegah pencurian (tutup maupun keseluruhan). Contoh : tong sampah yang menggunakan tiang penyangga terbuat dari besi, seng, plastik, anyaman bambu, kayu dan lain-lain.
11
c. Non tetap. Sangat fleksibel, tetapi dalam penerapannya harus memperhatikan kondisi sosial budaya dan dampaknya terhadap lingkungan. Contoh : kantong plastik, bin, keranjang dan lain-lain.
Gambar 4. Tipe-tipe wadah sampah di sumber sampah Pola Penampungan Pola penampungan sampah dapat berbentuk : a. Individual. Setiap rumah/toko dan bangunan penghasil sampah lainnya yang mempunyai wadah sendiri. Untuk daerah pemukiman kelas menengah dan kelas atas, pertokoan, perkantoran dan bangunan besar lainnya.
12
b. Komunal. Tersedia satu wadah yang dapat dimanfaatkan oleh beberapa rumah/bangunan, cocok untuk daerah pemukiman kumuh dengan tingkat ekonomi rendah, rumah susun, pemukiman padat sekali (yang menyulitkan proses operasi pengumpulan).
Jenis Peralatan dan Sumber Sampahnya Jenis wadah atau kontainer yang biasa digunakan berdasarkan sumber sampahnya dapat dilihat pada Tabel 3. Penggunaan jenis wadah yang berbeda sangat dipengaruhi oleh keadaan dan kondisi lingkungan dari sumber sampah. Tabel 3. Jenis dan Sumber Sampahnya Peralatan Sumber Sampah •
•
Daerah perumahan yang sudah teratur/belum teratur : Pasar :
Jenis Pewadahan • • • • • • •
•
Pertokoan :
• • •
•
Perkantoran/Hotel :
• •
•
Tempat umum, dan taman :
jalan
• •
Kantong Plastik/kertas volume sesuai yang ada. Bin plastik/tong volume 40-60 lt, dengan tutup. Bin/tong sampah, volume 50-60 lt yang dipasang secara permanen. Bin plastik, volume 120-140 lt ada tutupnya dan memakai roda. Gerobak sampah, volume 1,0 m3. Kontainer dari Armroll kapasitas 6-10 m3. Bak sampah. Kantong plastik, volume bervariasi. Bin plastik/tong, volume 50-60 lt. Bin plastik, volume 120-140 lt dg roda. Kontainer volume 1m3 beroda. Kontainer besar volume 6-10 m3. Bin plastik/tong volume 50-60 lt, yang dipasang secara permanen. Bin plastik, volume 120-140 lt dengan roda.
Berdasarkan jenis wadah atau kontainer di sumber sampah ada beberapa keterbatasan dalam penggunaan dari wadah maupun kontainer tersebut (Tabel 4).
13
Tabel 4. Penggunaan berbagai tipe kontainer dan keterbatasannya. Jenis kontainer
Penggunaan
Keterbatasan
-Kontainer plastik atau logam
Di sumber sampah dengan volume rendah, seperti rumah tangga, taman, toko kecil.
Kontainer dapat rusak seiring waktu, memerlukan tenaga untuk mengangkat, tidak cukup besar untuk menampung sampah berukuran besar.
- Kantung kertas
Di rumah tunggal atau rusun rendah dan medium, dapat digunakan langsung atau sebagai pelapis tempat sampah rumah tangga Di rumah tunggal, rusun rendah hingga tinggi, di pusat perdagangan dan industri, dapat digunakan langsung atau sebagai pelapis tempat sampah rumah tangga, baik untuk menyimpan sampah basah Dapat digunakan untuk menyimpan sampah berukuran besar. Lokasi harus diperhitungkan untuk akses truk pengangkut, digunakan di pemukiman padat, daerah perdagangan dan industri Digunakan di pusat perdagangan, untuk menaruh sampah berukuran besar di industri, untuk melayani penampungan sampah di kawasan permukiman padat, ditempatkan di tempat yang beratap, namun mempunyai kemudahan akses bagi truk pengangkut Digunakan di pusat perdagangan yang besar
Mahal, dapat sobek karena gangguan hewan selama penyimpanan, bahan kertasnya menambah volume sampah Mahal, mudah sobek, mudah rapuh pada iklim panas, sifatnya yang tidak mudah diuraikan mengganggu pembuangan akhir.
- Kantung plastik
Kontainer
Kontainer terbuka
Kontainer yang dilengkapi kompaktor (Sumber:Tchobanoglous, Theisen & Vigil, 1993)
Karena tidak bertutup dapat menyebabkan sampah menjadi basah dan menyebabkan berat bertambah.
Biaya pengadaan tinggi, bila kontak air hujan, menyebabkan sampah menjadi basah dan berat
Biaya pengadaan tinggi. Jika diisi terlalu penuh, sulit untuk mengosongkannya di TPA.
14
5.
Persyaratan Bahan Kontainer Atau Wadah
Berdasarkan petunjuk teknis pengelolaan sampah kota kriteria wadah individual yang baik meliputi : - ringan, mudah diangkat - memiliki tutup, higienis - mudah dibersihkan, - kedap air dan udara, tidak rembes - bentuk dan warna estetis - mudah diperoleh - harga terjangkau - volume mampu menampung sampah sampai 3 hari Kriteria bahan untuk kontainer sampah diuraikan dalam Standar Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, Departemen Pekerjaan Umum (SK SNI T-131990-F) adalah sebagai berikut: 1) Tidak mudah rusak dan kedap air, kecuali kantung plastik/kertas 2) Mudah untuk diperbaiki 3) Ekonomis, mudah diperoleh/dibuat oleh masyarakat 4) Mudah dan cepat dikosongkan Standar Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, Departemen Pekerjaan Umum (SK SNI T-13-1990-F) selanjutnya menyebutkan ukuran volume kontainer dapat ditetapkan berdasarkan hal-hal berikut ini : 1) 2) 3) 4) 5)
Jumlah penghuni setiap rumah Tingkat hidup masyarakat Frekuensi pengambilan/pengumpulan sampah Cara pengambilan sampah (manual atau mekanik) Sistem pelayanan (individual/komunal)
Pedoman pola dan karakteristik pewadahan sampah untuk Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.
15
Tabel 5. Pola dan karakteristik pewadahan sampah menurut SNI T-13-1990-F Karakteristik Kontainer
Bentuk/jenis Sifat Bahan Volume
Pengadaan
Pola Pewadahan Individual
Pola Pewadahan Komunal
Kotak, silinder, kontainer, bin (tong) yang bertutup; kantong Ringan, mudah dipindahkan dan dikosongkan Logam, plastik, fiberglas, kayu, bambu, rotan, kertas Permukiman dan toko kecil: 10-40 L Kantor, toko besar, hotel, rumah makan: 100-500 L Pribadi, instansi, pengelola
Kotak, silinder, kontainer, bin (tong) yang bertutup Ringan, mudah dipindahkan dan dikosongkan Logam, plastik, fiberglas, kayu, bambu, rotan Pinggir jalan dan taman: 3040 L Permukiman dan pasar: 1001000 L Instansi, pengelola
Adapun jenis kontainer sampah dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jenis kontainer sampah menurut SNI T-13-1990-F Jenis Kontainer Kantong Bin Bin Bin Kontainer Kontainer Bin 6.
Kapasitas
Pelayanan
10-40 L 40 L 120 L 240 L 1000 L 500 L 30-40 L
1 KK 1 KK 2-3 KK 4-6 KK 80 KK 40 KK Pejalan kaki, taman
Umur Kontainer 2 -3 hari 2-3 tahun 2-3 tahun 2-3 tahun 2-3 tahun 2-3 tahun 2-3 tahun
Keterangan
Komunal Komunal
Perencanaan Pewadahan Pada perencanaan pewadahan harus memperhatikan hal sebagai berikut : a. Persyaratan bahan pewadahan adalah sebagai berikut : Tidak mudah rusak dan kedap air, kecuali kantong plastik/kertas. Mudah untuk diperbaiki. Ekonomis, mudah diperoleh/dibuat oleh masyarakat. Mudah dan cepat dikosongkan. b. Ukuran volume pewadahan ditentukan berdasarkan : • Jumlah penghuni tiap rumah. • Tingkat kehidupan masyarakat.
16
Frekwensi pengambilan/pengumpulan sampah. Cara pengambilan sampah (manual/makanik). Sistem pelayanan (individual/komunal). Sumber sampah besar (hotel, restoran) boleh dibelakang dengan alasan estetika dan kesehatan, dengan syarat menjamin kemudahan diambil. c. Data yang diperlukan dalam perencanaan adalah sebagai berikut : a) peta penyebaran rumah; • • • •
b) luas daerah yang dikelola; c) jumlah penduduk berdasarkan klasifikasi pendapatan tinggi, menengah, dan rendah; d) jumlah rumah berdasarkan tipe; e) besaran timbulan sampah per hari; f) jumlah bangunan fasilitas umum; g) kondisi jalan (panjang, lebar dan kondisi fisik); h) kondisi topografi dan lingkungan; i) ketersediaan lahan untuk lokasi TPS dan daur ulang sampah skala lingkungan; j) karakteristik sampah. Walaupun berfungsi sebagai tempat penyimpanan sampah yang hanya bersifat sementara, akan tetapi harus disediakan sarana pewadahan yang sesuai dengan volume yang ada. Pola penampungan sampah dibedakan atas wadah individu dan wadah komunal. Perencanaan wadah individu sangat tergantung pada : 1. Jumlah penghuni tiap rumah. 2. Jumlah sampah yang dihasilkan L/orang/hari 3. Frekwensi pengumpulan sampah. Sedangkan penentuan jumlah wadah sampah yang diperlukan terutama untuk wadah sampah komunal adalah sebagai berikut:
17
1. Menghitung jumlah rumah sederhana
2. Menghitung jumlah wadah komunal JW Dimana : JW= Jumlah Wadah C = Jumlah Rumah Sederhana D = Jumlah Jiwa di Rumah susun Jj = Jumlah jiwa per rumah Ts = Timbulan sampah (L/orang atau unit/hari) = (Kota Besar = 3 L/org/hari ; Kota Kecil = 2,5 L/org/hari) Pa = Persentase sampah anorganik Fp = Faktor pemadatan alat = 1,2
Pemeliharaan wadah sampah dilakukan berupa : • Wadah sampah harus dicuci bersih segera setelah dikosongkan isinya • Wadah sampah ditiriskan dengan cara diletakkan terbalik • Wadah sampah yang retak/rusak harus segera diganti • Wadah sampah umum dicuci minimal seminggu • Wadah sampah umum yang terbuat dari serat kaca atau logam harus dicat ulang minimal setiap tahun sekali 7.
Penempatan Kontainer
Penempatan kontainer ditentukan oleh faktor-faktor: jenis perumahan, fasilitas pertokoan atau industri, ruang yang tersedia, akses untuk kegiatan pengumpulan/pengangkutan. Kontainer sampah di perumahan-perumahan di negara maju biasanya diletakkan di: (1) samping atau belakang rumah, (2) gang, (3) dekat garasi. Apabila rumahrumah letaknya berhimpitan, biasanya dibuat bak sampah yang terbuat dari beton yang bertutup. Adapun di perumahan susun, umumnya tempat sampah diletakkan di lantai dasar/basement atau di luar bangunan, Di daerah pertokoan dan industri penempatan kontainer ditetapkan berdasarkan ruang yang tersedia dan faktor kemudahan pengumpulan. Bilamana pelayanan pengumpulan bukan merupakan tanggung-jawab pengelola bangunan, maka jenis
18
kontainer dan lokasi penempatannya ditentukan bersama oleh pihak swasta yang menangani pengumpulan sampah dan pengelola bangunan. Di Indonesia, Standar Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, Departemen Pekerjaan Umum (SK SNI T-13-1990-F) menyebutkan bahwa penempatan wadah kontainer sampah sebaiknya: 1. Kontainer individual: - di halaman muka (tidak di luar pagar) - di halaman belakang (untuk sumber sampah dari hotel dan restoran) 2. Kontainer komunal: - tidak mengambil lahan trotoar (kecuali kontainer pejalan kaki) - tidak di pinggir jalan protokol - sedekat mungkin dengan sumber sampah - tidak mengganggu pemakai jalan atau sarana umum lainnya - di tepi jalan besar, pada lokasi yang mudah untuk pengoperasiannya.
8.
Aspek Kesehatan Masyarakat Dan Estetika
Pertimbangan faktor kesehatan masyarakat dalam penyimpanan sampah umumnya berkaitan dengan gangguan organisme yang dapat menimbulkan penyakit, terutama gangguan tikus dan lalat. Upaya sanitasi yang dilakukan adalah penyediaan kontainer yang bertutup rapat, pencucian kontainer secara berkala, serta diupayakannya pengumpulan sampah mudah membusuk pada periode waktu yang sesingkat mungkin. Pertimbangan estetika yang harus dipertimbangkan adalah gangguan bau dan kesan kotor serta kumuh di lokasi-lokasi yang penyimpanan sampahnya tidak dilakukan dengan baik. Gangguan bau dapat dikurangi dengan penggunaan kontainer sampah yang bertutup, serta dengan melakukan pengumpulan sampah pada frekuensi yang singkat. Jika bau sangat mengganggu, dapat disemprotkan zat penghilang bau di tempat sampah. 9.
Pengolahan Sampah Di Pemukiman
Pengolahan sampah di permukiman atau di sumber sampah dapat mengurangi volume sampah yang dibuang menuju ke LPS atau ke LPA. Pengolahan ini juga dapat merupakan bagian dari pengurangan sampah di sumber sampah. Dalam pengelolaan sampah dikenal adanya hierarki pengelolaan yang menyatakan bahwa hierarki tertinggi akan dicapai bila suatu kota mampu menerapkan pengurangan sampah sehingga jumlah sampah yang perlu diangkut dan diproses akhir akan sedikit jumlahnya. Hal ini akan menurunkan kebutuhan operasional selanjutnya termasuk dampak lingkungan yang mungkin timbul. Sementara itu kota yang
19
mengandalkan penimbunan sebagai solusi akhir menempati posisi terendah dalam hierarki tersebut. Pengolahan sampah di tempat dilakukan dengan tujuan: 1. mereduksi atau mengurangi volume sampah 2. pemulihan fungsi atau daur-ulang sampah 3. mengubah bentuk fisik sampah Pengolahan sampah yang umum dilakukan di perumahan-perumahan meliputi penggilingan sampah makanan/waste grinding, pemisahan komponen-komponen sampah, kompaksi/pemadatan, pembakaran langsung di halaman rumah, dan komposting. Pembakaran sampah individual sebaiknya tidak dilakukan karena mencemari lingkungan sekitarnya. 10. Penggilingan Sampah Makanan/Grinding Sejak 30 tahun terakhir perumahan-perumahan modern di negara maju telah dilengkapi dengan fasilitas penggiling sampah dapur yang berasal dari kegiatan memasak dan sisa makanan. Penggiling sampah makanan ini tidak dapat digunakan untuk melumatkan tulang-tulang besar dan sampah berukuran besar lainnya. Unit penggiling sampah dapur biasanya berhubungan dengan saluran yang membawa sampah yang telah hancur ke sewer. Namun penyediaan penggiling sampah di rumah-rumah secara bebas kini tidak lagi diperkenankan, kecuali apabila telah tersedia fasilitas pengolahan air buangan domestik di kota yang bersangkutan. Hal ini disebabkan oleh menjadi tingginya kandungan bahan organik di saluran air buangan. 11. Pemisahan Atau Pemilahan Sampah Pemisahan sampah di sumbernya merupakan cara yang paling efektif guna mereduksi volume dan memanfaatkan kembali sampah. Dalam hal ini sampah yang masih memiliki nilai ekonomis dipisahkan berdasarkan jenisnya dari sampah organik yang mudah membusuk. Sampah yang telah dipisahkan selanjutnya dapat digunakan kembali secara langsung (reuse), diolah lebih lanjut, atau dijual kepada pihak pemanfaat. Dalam hal pemilahan sampah telah dilakukan oleh masyarakat, wadah komunal sebaiknya dibedakan berdasarkan jenis sampah yang dipilah. belum ada ketentuan yang membakukan pemakaian warna. Sementara ini orang sering menggunakan 3 warna umum untuk membedakan ketiga jenis utama sampah yaitu : - Warna hijau untuk sampah organik - Warna kuning untuk sampah anorganik - Warna merah untuk sampah berbahaya/B3
20
Gambar 5. Pembagian warna wadah sampah Pemilahan sampah diperlukan bila kita merencanakan pemanfaatan sampah pada tahap berikutnya. Pemilahan sampah sampah dapat dilakukan dalam beberapa tahap. Pemilahan pada tahap yang paling sederhana dilakukan untuk jenis sampah organik dan anorganik. Sampah organik dalam hal ini dipilah untuk dimanfaatkan atau diproses lebih lanjut menjadi kompos. Sementara itu sampah anorganik dipilah untuk dimanfaatkan lebih jauh dengan cara daur ulang. Pengoperasian wadah sampah yang untuk pemilahan ini meliputi langkahlangkah sebagai berikut : a) sediakan wadah sampah minimal 2 buah per rumah untuk wadah sampah organik dan anorganik ; b) Tempatkan wadah sampah anorganik di halaman bangunan c) Pilah sampah sesuai jenis sampah. Sampah organik dan anorganik masukan langsung ke masing-masing wadahnya; d) Pasang minimal 2 buah alat pengomposan rumah tangga pada setiap bangunan yang lahannya mencukupi; e) Masukan sampah organik dapur ke dalam alat pengomposan rumah tangga individual atau komunal ; f) Tempatkan wadah sampah organik dan anorganik di halaman bangunan bagi system pengomposan skala lingkungan. g) Wadah ditutup kembali segera setelah digunakan h) Wadah indoor yang telah penuh segera dikosongkan isinya dan dipindahkan ke wadah outdoor di depan rumah/sumber (untuk pelayanan tidak langsung); atau dibawa dan dipindahkan ke TPS (untuk pelayanan langsung)
21
i) Pengeluaran sampah keluar rumah hendaknya disesuaikan dengan jadwal pengumpulan yang diberlakukan di wilayah tersebut.
12. Kompaksi/Pemadatan Sampah Ada 2 jenis kompaktor sampah yang umum digunakan di perumahan penduduk, yaitu kompaktor berukuran kecil yang digunakan secara individual di rumah-rumah dan kompaktor berukuran besar yang digunakan di rusun-rusun. Jenis yang berukuran kecil biasanya digunakan untuk pemadatan sampah kertas. Kemampuannya dapat mereduksi volume sampah kertas hingga 70% hingga memudahkan pengangkutan. Sedangkan kompaktor berukuran besar umumnya digunakan di rusun yang dilengkapi dengan fasilitas cerobong gravitasi (Gambar 2). Kemampuan kompaksi jenis alat ini adalah 20-60%, tergantung pada komposisi sampahnya. Sampah yang telah dikompaksi tidak mungkin lagi untuk dipisahkan komponen-komponennya untuk didaur-ulang, kecuali pada sampah kertas yang dikompaksi menjadi bal yang masih dapat dibongkar. Apabila sampah yang telah dikompaksi akan dimusnahkan dengan insinerator, maka terlebih dahulu harus dilakukan pembongkaran sampah guna menghindarkan kesulitan pada pembakaran sampah di tungku insinerator, serta guna menghindarkan besarnya proporsi sampah yang tidak dapat terbakar. 13. Komposting Pada tahun 1970-an kegiatan komposting di tingkat perumahan di negara maju mulai populer. Komposting merupakan cara yang efektif untuk mereduksi volume sampah dan mengubahnya menjadi produk yang berguna. Berbagai teknologi komposting telah ditemukan, dan penggunaannya ditentukan oleh luas lahan yang tersedia, dan jenis sampah yang akan dikompos. Di beberapa negara komposting sampah kebun telah diatur pelaksanaannya oleh undang-undang sebagai kewajiban bagi setiap rumah tangga. Pengomposan organik individual Pengomposan sampah organik dapat dilakukan dengan berbagai metode sederhana seperti pengomposan anaerobik, pengomposan semi aerobik, dan pengomposan aerobik. Pengomposan anaerobik dilakukan dengan menggunakan tong yang setiap saat diisi dengan sampah organik dan dibiarkan mengalami proses alamiah menjadi kompos tanpa adanya sirkulasi udara. Untuk membantu proses agar berlangsung lebih baik/cepat sebaiknya sampah yang dimasukkan terlebih dahulu dicacah.
22
(a) Takakura
(b) Gentong pengomposan
c) Tongkura
Gambar 6. Jenis-jenis komposter skala rumah tangga Cara komposting yang paling sederhana adalah dengan memotong sampah menjadi berukuran kecil terlebih dahulu agar mempercepat proses pengomposan, menimbunnya di suatu tempat, menambahkan air apabila diperlukan untuk mengoptimumkan kelembaban, serta membalik-balik sampah secara periodik agar tersedia cukup oksigen bagi mikroba pengurai. Waktu yang diperlukan untuk pembentukan kompos adalah 1 bulan hingga 1 tahun, apabila komposting dilakukan secara konvensional. Guna mempercepat proses, kini telah banyak dipasarkan biostimulan yang tersusun dari sejumlah mikroba pengurai unggul (misal EM-4 suatu produk import, M-16 yang merupakan produk lokal). Biostimulan yang ditambahkan pada sampah yang telah dihaluskan dapat menghasilkan kompos dalam waktu kurang dari 1 bulan. Gambar 6. menunjukkan beberapa tipe fasilitas komposting untuk rumah tangga.
23
Terkait dengan pengomposan skala rumah tangga SNI 32342-200 menetapkan perhitungan jumlah komposter komunal dan komposter individual di skala perumahan. Kondisi ini sangat tergantung dengan tipe bangunan : 1. Menghitung jumlah alat pengomposan individual dengan kapasitas 60 L
2.
= Jumlah Rumah Mewah Menghitung jumlah alat pengomposan komunal dengan kapasitas 1000 L
dimana : B = Jumlah Rumah Sedang (tipe 45-54) D = Jumlah Jiwa di Rumah susun Jj = jumlah jiwa per rumah Kp = Kapasitas pelayanan ( 1 komposter mampu melayani berapa orang) Jumlah alat pengomposan ini sangat dipengaruhi oleh tipe bangunan dan jumlah penduduk dengan tipe rumah menengah dan rendah.
Sumber : Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Persampahan (Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah 2, Wiyung – Surabaya, 2010)
24