PEMILIHAN DIMENSI ANTENA EGG UNTUK WI-FI

Prosiding SENTIA 2011 – Politeknik Negeri Malang

Volume 3 ~ ISSN : 2085-2347

PEMILIHAN DIMENSI ANTENA EGG UNTUK WI-FI Rudy Yuwono Teknik Elektro,Universitas Brawijaya [email protected]

Abstrak Analisa terhadap perubahan dimensi antena pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan simulasi komputer setelah proses perencanaan. Antena yang disimulasikan adalah Antena Egg dengan WA (lebar Antenna)=100 mm, WA=120 mm, dan WA=135 mm. Bahan yang digunakan adalah alumunium dengan ketetebalan yang sama yaitu 2mm. Untuk mengetahui pengaruh dimensi terhadap karakteristik antena egg maka dilakukan simulasi dengan memasukkan nilai karakteristik bahan yang sama tetapi dengan besar dimensi WA yang beragam. Berdasarkan hasil simulasi dengan Software IE3D dapat diketahui bahwa besar dimensi menyebabkan variasi parameter pada tiap Antena Egg.Kemudian dengan mempertimbangkan parameter-parameter di tiap antena pada kanall Wi-fi, maka dapat ditentukan antena mana yang terbaik untuk didadikan sebagai antena Wi-fi. Kata Kunci : Antena egg, dimensi

D-1


Volume 3 ~ ISSN : 2085-2347

PERBANDINGAN UNJUK KERJA PADA ANTENA YAGI DAN ANTENA EGG PADA APLIKASI TELEVISI Elok Nur Hamdana,ST1, Rudy Yuwono,ST.,MSc2 Teknik elektro1, Program Magister dan doctor, universitas brawijaya2 1 [email protected] , [email protected]

Abstrak Antena yagi mudah dikenal karena antena ini merupakan antena yang umum dipergunakan untuk siaran televisi, tetapi lahan frekuensi kerjanya tidak terbatas pada kanal-kanal televisi. Antena ini digunakan untuk komunikasi HF, baik amatir maupun profesional. Bahkan digunakan juga sebagai antena RADAR dalam bentuk larik pada perang dunia ke II. Saat ini dalam bentuknya agak canggih antena ini dipergunakan juga dipedesaan pada frekuensi UHF diatas 1 Ghz, antena ini mempunyai lebar pita yang memadai dan penguataanya dapat mencapai 17dBi atau lebih, terutama bila dipasang pada suatu larik (array). Pada frekuensi rendah penguataanya terbatas oleh ukuran fisis antena, sedangkan pada pita frekuensi UHF faktor pembatas adalah ketepatan ukuran yang dapat dicapai, baik pada elemen-elemennya, maupun pada sistem pencatu. Pola pancarnya satu arah dan tahan anginnya rendah. Sedangkan untuk antena egg spertinya lebih jarang dikenal daripada antena yagi, antena egg yang dibuat diharapkan akan mempunyai kemampuan mentransmisikan dan menerima gelombang dengan Full Width Half Maximum (FWHM) 150 ps dan kenaikan waktu/rise time (tr) 100 ps, antena tersebut minimal harus memiliki bandwidth sebesar 3.5 GHz dan mempunyai amplitude sebesar 2.5 Volt. Keyword: antenna yagi,antenna egg

D-2


Volume 3 ~ ISSN : 2085-2347

APLIKASI ADAPTIVE DECISION FEEDBACK EQUALIZER PADA SISTEM DS-CDMA Arifin Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan Telekomunikasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus PENS–ITS, Keputih, Sukolilo, Surabaya Telp : +62+031+5947280 ; Fax. +62+031+5946011 Email : [email protected],

Abstrak Pada komunikasi nirkabel (wireless), gangguan (distorsi) banyak disebabkan oleh adanya propagasi lintasan jamak (multipath propagation). Lintasan jamak terjadi karena adanya perbedaan delay propagasi, sehingga dapat menyebabkan pelebaran (dispersi) dari bentuk sinyal informasi yang ditransmisikan oleh kanal. Adanya dispersi ini mengakibatkan timbulnya Intersymbol Interference (ISI). Untuk mengatasi permasalahan ISI, maka diperlukan suatu penerima yang dilengkapi dengan equalizer. Sistem komunikasi spread spectrum pada komunikasi bergerak menggunakan Rakereceiver, bergunauntuk meminimalisasi kesalahan komunikasi karena efek lintasan jamak. Idealnya, jumlah correlator yang ada pada Rakereceiver sama dengan banyaknya lintasan jamak. Pada sistem Code Division Multiple Access (CDMA) Rakereceiver untuk kanal yang tidak diketahui, pendeteksian sinyal dapat dilakukan dengan menggunakan AdaptiveDecision Feedback Equalier (DFE) sebagai ekualisasi. Teknik inimampu mengidentifikasi setiap sinyal dengan mengestimasi kanal berlintasan jamak. Hasil simulasi pada nilai bit error rate (BER) yang sama, penggunaan Adaptif Decision Feedback Equalier (DFE) untuk sistem komunikasi DS-CDMA Rake receiver memiliki nilai Eb/No lebih kecil bila dibandingkan dengan model Rake receiver konvensional. Sehingga penggunaan AdaptiveDecision Feedback Equalier (DFE) dapat memperbaiki kinerja sistem komunikasi DS-CDMA Rake receiver. Kata kunci :intersymbol Interference, rake receiver, multipath, decision feedback equalizer.

D-3


Volume 3 ~ ISSN : 2085-2347

DESAIN DAN PERFORMANSI ANTENA MIKROSTRIP ARRAY 2,4 GHz PADA PENERAPAN WIRELESS LOCAL AREA NETWORK Koesmarijanto1, Azam Muzakhim Imammuddin2 1,2

Program Studi Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Malang

Abstrak Peran antena yang menggunakan mikrostripberoperasi pada frekuensi 2,4 GHz pada sisi jaringan sangat berguna untuk komunikasi wireless yang terpadu, frekuensi tersebut sudah banyak digunakan di seluruh dunia karena frekuensi 2,4 GHz merupakan standar dari protokol IEEE 802.11 b/g untuk WLAN.Aplikasi frekuensi nirkabeladalah2,4GHz sampai 2,5GHzdidasarkanpadastandarWirelessLocal AreaNetwork(WLAN)802.11b. Antena inidirancangpadasubstratyang tipisuntukaplikasiantenamikrostrip array. Hasil simulasi dengan menggunakan softwsre IE3D adalah frekuensi kerja 2,429 GHz hingga 2,455 GHz, lebar pita antena 26 MHz, return loss pada frekuensi 2,442 GHz adalah -36,85 dB, gain = 9,3545 dB, impedansi antena 48,3085 - j0,1429 Ω (bersifat kapasitif). Kata kunci : mikrostrip, WLAN, array, return loss.

D-4


Volume 3 ~ ISSN : 2085-2347

ANALISIS KINERJA PENGUAT OPTIK RAMAN DAN APLIKASINYA PADA LINK-SOLITON Aldo Wilman1, Akhmad Hambali1, Mamat Rokhmat2 1

Program Studi Teknik Telekomunikasi IT Telkom Bandung 2 Program Studi Teknik Fisika IT Telkom Bandung 1 [email protected], 2 [email protected], [email protected],[email protected]

Abstrak Kinerja sistem komunikasi serat optik sangat dipengaruhi oleh faktor redaman dan dispersi. Redaman pada sistem komunikasi serat optik merupakan masalah yang harus diatasi karena dapat menurunkan level daya kirim sinyal. Hal ini akan menyebabkan jarak jangkau pentransmisian yang dikirim akan menurun. Pemasangan repeater atau amplifier pada saluran transmisi merupakan solusi untuk perbaikan level daya kirim sinyal. Beberapa contoh penguat optik yang sering digunakan adalah Erbium Doper Fiber Amplifier (EDFA) dan Raman Optical Amplifier (ROA). Sementara itu faktor dispersi pada sistem komunikasi serat optik menyebabkan terjadinya pelebaran pulsa yang akan menurunkan kinerja sistem itu sendiri. Beberapa cara untuk mengatasi dispersi adalah menggunakan Fiber Brag Grating. Dalam paper ini, akan diberikan usulan alternatif untuk mengatasi dispersi dan redaman dengan menggunakan soliton dan penguat yang dipakai adalah ROA. Kata kunci : raman optical amplifier, soliton, dispersi, redaman

D-5


Volume 3 ~ ISSN : 2085-2347

APLIKASI RS485 DAN WIRELESS PADA SISTEMBAS (BUILDING AUTOMATION SYSTEM) 1,2,3

Anang Budikarso1, Arifin2 , Slamet Hariyadi3 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60111, Indonesia Tel:+62(31)5947280; Fax:+62(31)5946114 E-mail: [email protected]

Abstrak Perkembangan teknologi sekarang ini menuntut suatu sistem kontrol yang ada untuk mampu mengatasi berbagai macam gangguan, tetapi dengan tetap hemat daya listrik dan memiliki ukuran relatif kecil. Salah satu gangguan yang sering dihadapi yaitu masalah jarak dari pusat sistem dengan tempat yang akan dikontrol. Untuk menyelesaikan permasalahan ini kita memanfaatkan RS485 yang memeliki kelebihan dari pada RS232 yaitu jarak pengiriman datanya mencapai 1,2 km dan perangkat wireless yang pengiriman datanya tanpa perantara kabel. Maka dari itu kita gunakan kelebihan dari RS485dan perangkat wireless untuk menyelesaikan permasalan ini. Dari penelitian ini diharapkan akan menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah yang di alami pada perkantoran yang memiliki gedung yang tinggi. Kata kunci: RS485, RS232, wireless, sistem kontrol

D-6


Volume 3 ~ ISSN : 2085-2347

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ANTENA MIKROSTRIP BAND LEBAR PADA FREKUENSI BAWAH 2,0 GHz Hendro Darmono Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Malang [email protected]

Abstrak Makalah ini membahas perancangan, pembuatan, dan pengujian antena mikrostrip yang dibangun pada Printed Circuit Board Roger 4003C dengan konfigurasi patch segi empat. Antena dirancang bekerja pada frekuensi frekuensi bawah 2,0 Ghz band lebar dengan impedansi input 50 ohm. Patch dan ground dibangun pada substrat ukuran 50 mm x 60mm dengan ketebalan substrat 0,890mm, tetapan dielektrik relatif 3,8. Simulator IE3D versi trial digunakan untuk mensimulasikan rancangan antena dan untuk menghasilkan frekuensi bawah 2,0 GHz, ukuran patch yang diperlukan adalah lebar 26 mm, panjang 30 mm dengan lebar saluran feeder3mm. Untuk menghasilkan band lebar, ukuran groundplane 50 mm x 19 mm dengan posisi 1 mm dibawah patch. Hasil simulasi menunjukkan antena dapat digunakan pada rentang frekuesi 2 GHz sampai 5 GHz. Pengujian antena mencakup pengujian parameter S11, gain, pola radiasi dan polarisasi. Perangkat yang digunakan untuk pengujian adalah Network Analyzer 300 MHz–20 GHz, Swept Frequency Synthesizer (SFS) 10 MHz-20 GHz, spectrum snalyzer 9 kH -22 GHz, antena Horn 700 MHz–18 GHz, antena referensi dipole 2,4 GHz, kabel koaksial, dan tripot.. Hasil pengujian S11 menunjukkan antena dapat bekerja pada rentang frekuensi 1,55GHz–3,7 GHz dengan SWR 1,05 pada frekuensi 2,4 GHz, gain antena 4,96 dBi. Pola radiasi mendekati omnidirectional dengan polarisasi ellip. Dengan demikian antena dapat digunakan pada sistem seperti mobile Wimax, 2,3 GHz, 2,5GHz, 3,3 GHz, dan 3,5 GHz serta pada sistem Wifi 2,4 GHz. Kata Kunci: Broad Band, S11, gain, impedancebandwidth, polarisasi, polarisasi.

D-7


Volume 3 ~ ISSN : 2085-2347

ANALISIS PERFORMANSIPADA SISTEM KOMUNIKASI SATELIT INASAT Adi Nugroho Elektro, Teknik, Pasca Sarjana Universitas Brawijaya Malang [email protected]

Abstrak Inasat (Indonesia Nano Satelit) adalah satelit ukuran nano yang merupakan desain utama antara tim PustekElegan dan tim dari PT. Dirgantara Indonesia. Tujuan desain Inasat adalah meningkatkan pengetahuan, pengalaman, kemampuan dan keahlian dalam perancangan sistem satelit. Inasat berperan sebagai satelit cuaca. Misi teknis Inasat ialah untuk mengetahui kondisi lingkungan di sekitar orbit khususnya medan magnet dan temperatur, mengetahui kondisi kesehatan satelit serta pengetahuan tentang perilaku terbang dari satelit. Untuk mendukung misi tersebut, sensor gyro, arus dan tegangan serta magnetometer akan ditempatkan pada satelit. Besar Effective Isotropically Radiated Power (EIRP) satelit yang dipengaruhi oleh daya pemancar pada spesifikasi transceiver dan gain antena transmitter adalah 28,16 dBm. Gain penerima (Gr) terhadap Temperature Noise (Tsys) (figure of merit (G/T) ) stasiun bumi yang dipengaruhi oleh gain antena stasiun bumi dan suhu derau penerima adalah sebesar -12,27 dB. Analisis link margin sistem komunikasi yang menjamin kelangsungan komunikasi antara satelit Inasat dengan stasiun bumi adalah memenuhi standar FCC, dengan standar FCC sebesar 15 dB. Rate data perangkat yang dipasang atau rate data TTC (Telemetry dan Telecommand) yaitu sebesar 4957,35477 bit per detik, sedangkan rate data modem adalah sebesar 1200 bit per detik. Dengan demikian, rate data perangkat TTC (Telemetry dan Telecommand) lebih besar daripada rate data modem, maka dapat disimpulkan bahwa pemakaian TTC (Telemetry dan Telecommand) sesuai untuk melakukan fungsi transmisi data dari stasiun bumi ke satelit dan dari satelit ke stasiun bumi. Kata kunci : satelit, inasat,TTC, link margin, parameter, performansi.

D-8


Volume 3 ~ ISSN : 2085-2347

APLIKASI LAYANAN LOKASI MENGGUNAKAN ALGORITMA DIJKSTRA UNTUK PENCARIAN JARAK TERDEKAT M.Zen Samsono Hadi1, Mike Yuliana2, Furiyani Nur Amalia3 Jurusan Teknik Telekomunikasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Surabaya 60111 1 [email protected], [email protected]

Abstrak Kemudahan suatu layanan telekomunikasi adalah pertimbangan utama bagi pengguna jasa telekomunikasi. Salah satu aplikasi yang dikembangkan adalah LBS. Location Based Service (LBS) yang merupakan bentuk layanan yang bereaksi aktif terhadap perubahan entitas posisi sehingga mampu mendeteksi letak objek dan memberikan layanan sesuai dengan letak objek tersebut. Dalam penelitian inidibuat suatu aplikasi LBS yang dapat menampilkan peta dan menyampaikan informasi sarana umum yang diinginkan user berdasarkan posisinya dalam bentuk teks serta mengetahui posisi keberadaanya sekarang. Aplikasi ini dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman J2ME untuk menampilkannya pada handphone, dan untuk menampilkan peta, menggunakan map script. User memasukkan input nama jalan melalui handphone, lalu input dikirimkan ke server melalui protokol http. Untuk mendapatkan jarak terpendek dari tiap node jalan dan cara pengaksesannyadianalisa menggunakan algoritma Dijkstra. Dari hasil pengujian didapatkan bahwa system pencarian lokasi telah berhasil dengan baik, dimana ratarata waktu eksekusi yang dibutuhkan sebesar 2,1 detik. Sedangkan untuk pengujian pencarian terdekat, didapatkan waktu sekutar 3 detik, namun pengaksesan hanya berlangsung menggunakan akses web, dan belum bisa diakses real time menggunakan emulator handphone. Kata kunci :LBS, J2ME, map script, Dijkstra

D-9

Prosiding SENTIA 2011 – Politeknik Negeri Malang 2085-2347

Volume 3 ~ ISSN :

DESAIN DAN IMPLEMENTASI ANTENA “UFO” ULTRA WIDE BAND (UWB) PADA FREKWENSI (1,7- 9,7 ) GHz Mochammad Taufik(1), Rudy Yuwono (2), Muhammad Rifqi S (3) 1

Politeknik Negeri Malang, 2,3Universitas Brawijaya [email protected]

ABSTRAK Penelitian yang kami lakukan fokus pada performa antena yang memiliki kemampuan bekerja pada lebar bidang frekwensi yang sangat lebar yaitu ≥ 2 GHz., Return Lose ≤ -10 dB, VoltageStanding Wave Ratio (VSWR) ≤ 1,5. Hal ini dilakukan karena antena tersebut diproyeksikan untuk aplikasi komunikasi wire less dengan bandwide (BW) sangat lebar seperti Wifi,WiMax, Blue Tooth atau komunikasi wire less dalam katagori yang sama lainnya. Antena yang kami desain tersusun dari lempeng alumunium yang menyerupai “UFO” dengan spesifikasi sebagai berikut : Bahan Alumunium, Konstanta Dielektrik , Ketebalan bahan, (h) = 2 mm, Konduktifitas Aluminium (σ) = 3.77E + 007 s/m bahan pelapis substrat pada udara dengan Konstanta Dielektrik = 1, Impedansi karakteristik saluran 50 Ω, dimensi geometriknya dan struktur bentuknya seperti pada gambar 3.1, Simulator yang kami gunakan adalah perangkat lunak IEEED. Hasil simulasi didapatkan BW = 9 GHz pada VSWR 2 dan Return lossse = -10 dB , sedangkan hasil pengukuran didapatkan VSWR = 1,3 ,Return lose = -17 dB dan BW>> 2 GHZ Kata kunci :Antena UFO, Wide Band (UWB)

D - 10

Prosiding SENTIA 2011 – Politeknik Negeri Malang 2085-2347

Volume 3 ~ ISSN :

IMPLEMENTASI FIBER OPTIKSEBAGAI JALUR KOMUNIKASI UTAMAPADA JARINGAN SCADA Hudiono Politeknik Negeri Malang E-mail: [email protected]

Abstrak SCADA(Supervisory Control and Data Acquisition) merupakan pendukung utama dalam sistem ketenagalistrikan, terutama pada saat pemeliharaan dan saat penormalan bila terjadi gangguan.Beroperasinya sistem SCADA didukung oleh berbagai macam infrastruktur salah satunya adalah media telekomunikasi, yang berfungsi untuk menghubungkan dan sebagai media untuk saling berkomunikasi di antara perangkat komputer di pusat kontrol (MTU) dan Remote Terminal Unit (RTU). Media telekomunikasi yang sering digunakan adalah PLC (Power Line Carrier), karena media komunikasi PLC ini tidak memerlukan jaringan khusus namun cukup menggunakan saluran transmisi tenaga listrik yang ada. Akan tetapi media komunikasi PLC ini memiliki kelemahan yang cukup signifikan terutama apabila digunakan untuk menyalurkan data yang memiliki kapasitas besar, diperlukan stabilitas tinggi dan untuk jarak yang relatif jauh. Melalui penelitian ini, penulis akan melakukan kajian dan analisis performansi untuk media komunikasi yang memiliki kecepatan bit per second yang jauh di atas PLC, yaitu jalur transmisi fiber optik. Di samping itu, penulis akan melakukan desain link komunikasi di antara 2 (dua) gardu induk untuk menentukan kelayakan implementasi fiber optik pada jaringan SCADA, termasuk pengukuran kecepatan menyalurkan data di dalam aplikasi tertentu yang dibandingkan dengan pemakaian media komunikasi eksisting yang lain, dan hasilnya digunakan untuk membuktikan keandalan fiber optik sebagai jalur utama jaringan SCADA. Kata kunci: SCADA, PLC, Fiber Optik, Media Telekomunikasi, MTU, RTU

D - 11


Volume 3 ~ ISSN : 2085-2347

PETA LAYANAN AKSES INTERNET MENGGUNAKAN TELEPON SELULER DAERAH PEDESAAN DI DIY Eko Marpanaji1, Herman Dwi Surjono2, Suprapto3, Kadarisman Tejo Yuwono4, Rusnandar5 1,2,3,4

Pendidikan Teknik Elektronika, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta 5 UPT Puskom Universitas Negeri Yogyakarta 1 2 [email protected], [email protected], 3 [email protected], 4 [email protected], [email protected]

Abstrak Makalah ini membahas tentang pemetaan layanan akses Internet menggunakan telepon seluler di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemetaan ini merupakan bagian dari kegiatan penelitian Hibah Kompetitif Strategis Nasional 2010 (Tahun I) dengan tujuan mengkaji teknologi alternatif dalam mengembangkan sistem layanan akses Internet bergerak untuk daerah pedesaan. Sistem yang diteliti adalah Mobile Internet Berbasis Telepon Seluler Multikoneksi (MIBTSM) menggunakan modem GSM/CDMA, dengan mengimplementasikan penyeimbangan beban (load balancing) sehingga menghasilkan Quality of Service (QoS) khususnya laju bit yang cukup tinggi. Permasalahan yang dihadapi adalah teknologi akses Internet apa saja yang telah tersedia di daerah pedesaan, bagaimana cara melakukan penyeimbangan beban, dan bagaimana unjuk kerja sistem yang dihasilkan. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwasebagian besar daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sudah tersedia layanan koneksi Internet menggunakan telepon seluler (GSM ataupun CDMA). Peta layanan yang dihasilkan berupa Sistem Informasi Peta Layanan Akses Internet yang menampilkan informasi: (1) letak geografis berdasarkan data GPS; (2) jenis telepon seluler (GSM/CDMA); (3) jenis teknologi layanan akses data (GPRS/EDGE/HSDPA/HSPA untuk jenis telepon seluler GSM dan CDMA 1x/Ev-DO untuk jenis telepon seluler CDMA); dan (4) kekuatan sinyal telepon seluler. Peta layanan ini sangat diperlukan untuk ujicoba prototip Mobile Internet Berbasis Telepon Seluler Multikoneksi daerah pedesaan di DIY.

Kata kunci : ICT, mobile internet, modem GSM/CDMA, peta layanan

D - 12


Volume 3 ~ ISSN : 2085-2347

BIT ERROR RATE (BER) PADA JARINGAN WIRELESS OPTIK DENGAN MENGGUNAKAN OOK – CDMA Devi Rahmayanti [email protected]

ABSTRAK Sistem Komunikasi Wireless Optik merupakan sistem komunikasi yang memanfaatkan frekuensi cahaya sebagai media transmisi. Daerah panjang gelombang yang digunakan adalah pada daerah infrared. Hal-hal yang merupakan gangguan pada proses transmisi dapat mengakibatkan bit-bit data yang ditransmisikan akan mengalami kesalahan pada saat diterima. Dalam penelitian ini akan dianalisis bagaimana perubahan tingkat kesalahan bit (BER atau Probabilitas Error (Pb)) komunikasi wireless optik berdasarkan perubahan jumlah user pada sistem modulasi On Off Keying - Code Division Multiple Acces (OOK-CDMA). Dan bagaimana pula perubahan yang terjadi bila terdapat gangguan berupa noise dan juga pengaruh bandwidth pada kinerja komunikasi wireless optik. Dalam sistem OOK-CDMA probabilitas eror rate dipengaruhi oleh beberapa faktor transmisi antara lain jumlah user, bobot kode biner, panjang kode, jumlah bit data, probabilitas rate dan juga faktor peningkatan kecepatan. Faktor yang mempengaruhi peningkatan atau penurunan Probabilitas Bit Error rate adalah jumlah user karena perubahan jumlah user akan mengakibatkan perubahan faktor-faktor yang lain yang akan mengakibatkan peningkatan atau penurunan Probabilitas Bit Error (Pb/ BER). Perubahan BER juga dipengaruhi oleh Lebar Bandwidth dan pengaruh noise. Dari hasil analisis didapatkan kesimpulan bahwa pada saat jumlah user semakin meningkat maka terjadi penurunan faktor peningkatan kecepatan transmisi. Pada saat user masih berada pada jumlah dibawah 50 user terjadi penurunan secara tajam yaitu dari BEF 0,6 hingga 0,2 , setelah itu barulah penurunan terjadi secara perlahan. Penurunan nilai BEF ini juga dipengaruhi oleh peningkatan panjang kode (n) dan jumlah kode (M) yang ikut meningkat seiring peningkatan jumlah user. Sementara itu, peningkatan jumlah user akan menyebabkan probabilitas kesalahan (BEROOK) akan semakin besar. Hal ini disebabkan peningkatan panjang kode transmisi dan bobot kode yang terus bertambah yang mengakibatkan penurunan faktor peningkatan kecepatan bit (BEFOOK). Dengan laju bit yang tetap, meningkatnya bandwidth mengakibatkan penurunan BER. Artinya, semakin meningkatnya lebar pita transmisi maka tingkat kesalahan bit menurun. Sedangkan noise yang meningkat menyebabkan tingkat kesalahan bit (BER) yang meningkat pula. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan sistem OOK – CDMA pada komunikasi wireless optik dapat digunakan untuk komunikasi jarak dekat.

D - 13


Volume 3 ~ ISSN : 2085-2347

KINERJA OFDM-OSTBC DENGAN MODULASI MQAMDAM MPSK Yoedy Moegiharto1,Ridho Hendra Yoga P.2 Jurusan Teknik Telekomunikasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya 1 [email protected],[email protected]

Abstrak Pada makalah ini ditunjukkan kinerja sistem OSTBC-OFDM yang diterapkan pada jenis modulasi MQAM dan MPSK. Digunakan model STBC rate ½ dengan 4 buah antena pemancar dan 4 antena penerima kemudian dikombinasi dengan teknik OFDM dengan 4, 8 dan 16 sub-carrier. Kinerja sistem OFDM-OSTBCditunjukkan untuk kanal Rayleigh fading. Pada penerima diterapkan struktur sederhana dengan metode maximum likelihood decoder. Kata kunci :Rayleigh fading, OSTBC, OFDM, MQAM, MPSK

D - 14


Volume 3 ~ ISSN : 2085-2347

Analysis of Planar Sleeve Antenna for Low-Band UWB System Erfan Rohadi Information Technology, Department of Electrical Engineering, The State Polytechnic of Malang Abstact The planar sleeve antenna with the sleeves is numericcaly analyzed and its wideband characteristics are examined. The antenna excited by coplanar waveguide with characteristic impedance of 50 Ohms. The characteristics of planar sleeve antenna are calculated by Using the electromagnetics simulator IE3D based on Method of Momment. The design frequencies of this antenna are 3.5 GHz , 4.0 GHz and 4.5 GHz. The calculated current distribution and the radiation characteristics indicate that the sleeves work effectifely at design frequencies. The return loss characteristics are improved by adjusting the length of radiating elements.

D - 15

PEMILIHAN DIMENSI ANTENA EGG UNTUK WI-FI

Recommend Documents