PEMILIHAN DAN PENENTUAN MODA PENGIRIMAN PRODUK MOBIL EKO PRASETIYO DAN BASUKI ARIANTO Program Studi Teknik Industri, Universitas Suryadarma, Jakarta ABSTRACT In the product distribution the main problem is compare from the car carrier method and self driving method, and when it wiil be choose. Based to the case identification its find big cost in the product distribution system from PT.XX to main dealer In the chase its compare of both methode that is car carrier method and self driving method needs total cost Rp 140.920.000 a month, and to the car carrier method is Rp 93.580.000 a month. After comparing both method, its car carrier method more efisien, its have reduction cost Rp 47.333.000 it delivery only 3 car its must delivery with self driving and if more than 3 car its used car carrier. Key word: car carrier method, self driving method, reduction cost PENDAHULUAN Distribusi logistik merupakan usaha pengurusan dalam penyelenggaraan penyaluran dan penyampaian kebutuhan logistik kepada unit-unit kerja yang membutuhkan. Dari pengertian ini dapat ditekankan bahwa dalam kegiatan distribusi logistik tidak sekedar memberikan atau menyerahkan logistik kepada unit yang memerlukan, tetapi lebih dari itu dituntut adanya kegiatan perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian yang tepat sehingga tercipta suatu cara kerja, prosedur kerja dan sistem kerja dalam penyaluran logistik secara teratur, tertib, dan dapat dipertanggungjawabkan, serta mendukung efektivitas dan efisiensi dalam upaya pencapain tujuan organisasi. Kegiatan distribusi logistik pada dasarnya merupakan kelanjutan dari proses penyimpanan atau penggudangan logistik, ataupun secara empirik merupakan satu bagian dari kegiatan penggudangan logistik itu sendiri. Kegiatan barang ini pada dasarnya juga merupakan satu bagian
kegiatan dari serangkaian kegiatan guna pemenuhan kebutuhan logistik bagi unitunit kerja dalam suatu organisasi. Oleh karena itu, kegiatan distribusi logistik ini tidak boleh dianggap sepele ataupun remeh dalam penyelenggaraan kegiatan dalam suatu organisasi,tetapi sebaliknya kegiatan ini harus mendapat perhatian yang profesional karena efektivitas dan efisiensi kerja setiap unit kerja maupun organisasi secara keseluruhan sangat ditentukan oleh profesionalitas dalam pengolahan kegiatan distribusi logistik ini. Self Driving adalah sistem distribusi pertama yang digunakan oleh PT. XX untuk mendistribusikan mobil menuju lima Main Dealer. Sistem ini mendististribusikan mobil dari PT. XX menuju ke Main Dealer dengan cara langsung mengendarai produk baru tersebut ke tujuan. Sistem ini dirasa sangat boros juga tidak berorientasi pada customer satisfaction karena produk baru ini setelah sampai ke tangan konsumen tidak dalam keadaan Zero Kilometers. Selain masalah utama tersebut Self Driving juga sangat rentan terhadap isu Global Warming karena
105
konsumsi BBM yang berlebihan dalam distribusi tersebut. PT. XX melakukan perbaikan dalam hal sistem Delivery unit dari pabrik menuju Main Dealer. Setelah dilakukan analisis dan penelitian yang mendalam maka didapat bahwa transportasi masal merupakan solusi yang menjanjikan untuk perkembangan dalam dunia logistik khusunya dalam bidang pengiriman. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga kualitas kendaraan dari pabrik hingga ke tangan Customer. METODE Logistik dan pengiriman barang dapat disamakan sebagai suatu proses mengalir yang tidak beraturan atau berkesinambungan. Hal ini mirip seperti lalu lintas data yang terjadi pada jaringan komputer dan telepon, di mana data atau suara diikuti dengan saat-saat kosong atau diam. Kapasitas daya yang lewat dibatasi oleh kapasitas jalur yang ditentukan pada saat perancangan. Untuk memperbaiki atau mengembangkan sistem logistik suatu perusahaan harus dilihat dari sudut pandang strategis. Perbaikan atau pengembangan tidak dilakukan hanya pada sistem angkutan dan pergudangan, tetapi pada semua unsur yang lebih luas, kompleks dan saling berkaitan.(Manajemen Logistik. PPMPI, Hal 242-243) Biaya dan Misi Logistik Evaluasi kinerja merupakan kegiatan yang paling efektif yang dapat dilakukan dalam manajemen logistik. Salah satu penyebab penerapan manajemen rantai pengadaan terintegrasi, tidak mudah dilaksanakan karena sangat sulit bagi perusahaan menentukan biaya masing-masing tahapan atau proses. Kebutuhan mengelola logistik sebagai sebuah sistem terintergrasi berpengaruh terhadap sistem akuntansi biaya perusahaan.
Pada sistem akuntansi konvensional, biaya biasanya dikelompokkan menjadi biaya dalam kelompok besar, hal ini tidak memungkinkan kita melakukan analisis rinci biaya logistik sebenarnya. Karena kurangnya data kinerja logistik, secara umum analisis dilakukan berdasarkan : a. Pengaruhnya terhadap total biaya. b. Pengaruhnya terhadap penjualan. Pada saat ini perusahaan umumnya mendisain sistem akuntansi biayanya berdasarkan Cost Centre atau biaya yang terjadi pada masing-masing fungsi didalam perusahaan misalnya Purchasing, Production, Sales, Marketing. Hal ini akan menyulitkan jika kita akan menghitung biaya logistik yang merupakan suatu proses yang melalui beberapa fungsi tersebut. Prinsip pertama menentukan biaya logistik adalah dengan menentukan biaya yang mencerminkan arus barang, biaya yang terjadi dalam seluruh proses pergerakan barang hingga sampai ke pelanggan. Pada akhirnya akan dapat ditentukan biaya logistik yang dikeluarkan untuk melayani pelanggan tersebut. Prinsip kedua sistem harus mampu melakukan pencatatan reveneu dan cost yang terjadi pada masingmasing pemasok atau pelanggan dalam sistem distribusi. Hal ini penting karena dengan mengetahui biaya rata-rata, misalkan biaya per pengiriman akan bisa untuk mendapatkan biaya yang sebenarnya. Untuk menjalankan prinsip ini, pertama kita harus menerapkan output dari sistem logistik dan kemudian menetapkan biaya yang dapat dikaitkan dengan penyediaan output tersebut. Misi dalam kontek logistik adalah suatu set sasaran layanan terhadap pelanggan baik internal maupun eksternal. Misi dapat didefinisikan menurut jenis pelanggan yang dilayani, menurut produk yang dihasilkan atau batasan layanan dan biaya yang ditargetkan. Suatu misi biasanya memotong semua jalur fungsional dalam perusahaan.
106
Pencapaian sasaran logistik meliputi bukan hanya menetukan biaya mencapai ouput, tapi juga dapat memilah biaya dari berbagi input yang diperlukan. Sebagai konsekuensi menjadikan misi sebagai tolok ukur pada biaya angkutan, pergudangan dan inventori.
hingga anggaran biaya fungsional ditentukan oleh rencana misi logistik tersebut. Pada gambar, biaya per misi ditandai secara horizontal dan biaya fungsional secara vertikal. Contoh misi logistik misalnya pencapaian efisiensi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data pengiriman unit mobil ke Main Dealer selama satu tahun. Dapat dilihat dari tabel 1.
Penghitungan rata-rata pengiriman unit mobil per tahun Tabel 1 Rata-rata Pengiriman Produk Mobil Pertahun Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Jumlah Pengiriman 253 Unit 197 Unit 254 Unit 298 Unit 213 Unit 276 Unit 271 Unit 280 Unit 278 Unit 262 Unit 269 Unit 270 Unit
Sumber: VLD PT.XX
Rata-Rata pengiriman tiap bulan dari data diatas adalah : n
x
x i
3121 x 260 12
Dari perhitungan rata-rata yang didapat maka selanjutnya menggunakan hasil ini untuk analisis biaya tiap moda transportasi untuk mengirimkan unit mobil. Analisis dan Perhitungan Perbandingan Biaya antara Car Carrier dan Self Driving. Untuk mempermudah dalam pemahaman dan perbadingan analisis biaya antara pengiriman dengan Car Carrier dan Self Driving maka penulis
dalam menganalisis membagi dalam dua tahapan yaitu tahap pertama analisis biaya untuk Self Driving dan tahap kedua alah analisis biaya untuk pengiriman dengan Car Carrier. Analisis biaya pengiriman dengan metode Self Driving Berdasarkan data pengiriman maka penulis dapat menghitung biayabiaya yang dipakai dalam operasi ini, biaya-biaya ini antara lain adalah biaya bahan bakar bensin, biaya tol dan biaya operator. 1). Perhitungan Biaya Bahan Bakar Bensin Untuk biaya bahan bakar satu kali perjalanan dari Karawang ke Bandung dengan mobil Kijang Inova dengan jarak 110 kilometer, untuk bahan bakar yang 107
digunakan adalah pertamax karena prosedur penggunaan bahan bakar untuk mobil tersebut disarankan dengan bahan bakar tersebut. Dengan perbandingan kunsumsi bahan bakar adalah 1:9,8 dimana akan membutuhkan bahan bakar sebanyak 11,22 liter untuk perjalanan dari Kerawang ke Bandung. Harga BBM nya adalah Rp 9.800, lihat di lampiran. Perhitungannya adalah sebagai berikut: Biaya Bahan Bakar = x Rp 9.800 ,
=
3). Perhitungan standar upah operator untuk metode Self Driving. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan maka upah operator dapat terlihat pada tabel 4.2 Tabel. 4.2 Upah Operasi Self Driver Dari tabel di atas maka dapat diketahui bahwa biaya untuk operator self driving dalam pengiriman dari Karawang ke Bandung sebanyak 260 unit/bulan adalah sebagai berikut:
,
x Rp 9.800
= 11.2244898 x 9.800 = Rp 110.000,Jadi biaya bahan bakar untuk satu kali pengiriman memerlukan biaya sebesar Rp 110.000,-. Jadi biaya untuk rata rata pengiriman 260/bulan mobil dengan menggunakan self driving adalah sebagai berikut: Total biaya BBM = Biaya BBM untuk 1 self driving x Rata-rata pengiriman = Rp. 110.000 x 260/bulan = Rp. 28.600.000 /bulan. Jadi besarnya biaya bahan bakar untuk pengiriman dengan menggunakan sistem self driving adalah Rp. 28.600.000 /Bulan
2). Perhitungan biaya jalan Tol. Untuk biaya jalan tol untuk mobil Kijang Inova masuk tarif kelas 1dengan tarif harga sebesar Rp 32.000,-. Pengiriman dimulai dari Karawang menuju Bandung adalah sebagai berikut: Biaya Tol = tariff kelas 1 x unit self driving/bulan = Rp 32.000 x 1 kali = Rp 32.000,Jadi besar biaya tol untuk pengiriman dengan metode self driving untuk 1 kali pengiriman Rp 32,000,-. Maka dalam satu bulan rata-rata pengiriman unit mobil adalah 260 unit. Sehingga perhitungannya adalah sebagai berikut = Rp 32.000 x 260 unit/bulan. = Rp 8.320.0000,-
Biaya operator = upah operasi Self Driving driving/bulan = Rp 400.000 x 260 unit/bln = Rp 104.000.000,00,-
x
unit
self
Berdasarkan perhitungan biaya-biaya untuk pengiriman dengan metode self driving diatas maka total biaya yang terpakai adalah sebagai berikut: total cost = Biaya BBM/bln + Biaya Tol/bulan + Biaya operator Sd = Rp 28.600.000 + Rp 8.320.000 + Rp. 104.000.000 = Rp. 140.920.000,-
Analisis biaya pengiriman dengan metode Car Carrier Berdasarkan data pengiriman maka penulis dapat menghitung biayabiaya yang dipakai dalam operasi ini, biaya-biaya ini antara lain adalah biaya bahan bakar bensin, biaya tol dan biaya operator, serta sewa Car Carrier/ unit. 1). Perhitungan Biaya Bahan Bakar Minyak (BBM) Untuk satu kali pengiriman dengan Car Carrier dari karawang ke bandung dengan jarak tempuh 110 kilo meter dengan perbadingan konsumsi bahan bakar 1: 4 kilo meter. Maka memerlukan bahan bakar sebanyak 27.5 liter. Dengan harga BBM nya adalah Rp 5.500, lihat di lampiran. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
108
Biaya Bahan Bakar = x Rp 5.500 =
x Rp 5.500 = 27.5 x Rp 5.500 = Rp 151.250,-
Dari perhitungan diatas dapat terlihat bahwa besarnya ongkos sewa car carrier adalah Rp 83.200.000. Diasumsikan untuk Sewa Car Carrier hanya satu kali keberangkatan dari karawang ke bandung. KESIMPULAN
Total Biaya BBM untuk 1 car carrier x satu pengiriman = Rp 151.250 x 1 = Rp 151.250,-
Jumlah pengiriman = 52 x Rp 151.250 = Rp 7.865.000
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengiriman dengan metode Car Carrier lebih baik dari pada metode Self Driving, Hal ini dapat terlihat poin-poin sebagai berikut: a. Meminimalkan biaya pengiriman. b. Reduction cost Rp 47.333.000,c. Dapat mengurangi odometer mobil yang dikirim.
2). Perhitungan biaya jalan Tol. Untuk pengiriman dengan menggunakan metode Car Carrier selama satu bulan, kendaraan masuk golongan kelas II, hal ini karena kendaraan tersebut jenis truk semi trailer dengan jumlah ban delapan. Pengiriman dimulai dari Karawang menuju Bandung adalah sebagai berikut: Biaya Tol = tariff kelas II x unit Car Carrier/bulan
Penulis menyarankan untuk meminimalkan Biaya adalah sebagai berikut: a. Gunakan metode Car Carrier secara maksimal untuk pengiriman unit mobil, dari PT XX ke Main Dealer. b. Apabila terjadi pengiriman 3 unit mobil atau kurang dengan tidak ada pengiriman lain maka lebih baik dilakukan dengan menggunakan metode Self Driving.
Jadi bila pengiriman selama satu bulan dengan rata-rata pengiriman 260 unit. dimana bisa diangkut dengan Car Carrier sebanyak 52 kali pengangkutan adalah sebagai berikut:
= Rp 48.500 x 52 unit kali pengiriman = Rp 2.522.000.00/bulan.
Jadi besar biaya tol untuk pengiriman dengan metode self driving adalah Rp 2.522.000.00/bulan. 3). Perhitungan biaya untuk sewa Car Carrier dan ongkos untuk operator. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan maka upah operator dapat dilihat dari tabel 4.3 Tabel 4.3 Upah Operasi Car Carrier. Dari tabel diatas maka kita dapat mengetahui besarnya ongkos untuk sewa Car Carrier : = Upah Operasi Car Carier x 52 kali kirim = Rp 1.600.000 x 52 kali kirim = Rp 83.200.000
109
DAFTAR PUSTAKA Dwintara Luka, 2004 Manajement Logitik Jakarta, Gramedia Widiasarana. Dimyanti, Traliah dan Dimyanti Akhmad, 1987 Operation Riearch Bandung CV Sinar Baru. Mulyono, Sri 2007, Riset Operasi, Fakultas Ekonomi, Univeritas Indonesia. Moden Yasuhiro 2000, Sistem Produki Toyota, Jakarta Yayaan Toyota dan Astra
Nasution, Arman, 2006 Manajemen Industri, Jogjakarta, Penerbit Andi. Salim Aba Manajement Tranportasi, Edisi Pertama Jakarta PT, Raja Grafindo Persada Sudjiono, Ana, 2008 Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta PT, Raja Grafindo Persada. Tjiptono, Fandi dan Anastasia Diana, 2001 Total Quality Manajement, Edisi Revisi Penerbit Andi Yogjakarta.
110