Seminar Nasional Ke – III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Pemetaan Airtanah Dangkal Dan Analisis Intrusi Air Laut Penelitian Terhadap Airtanah Dangkal di Desa Bantan Tua, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Propinsi Riau Dewandra Bagus Eka Putra1, Yuniarti Yuskar1 1 Universitas Islam Riau, Jalan Kaharudin Nasution No. 113, Pekanbaru, 28284, Riau Email : dewandra.bagus@gmail .com
[email protected]
Abstrak Sumber air bersih masih menjadi masalah utama bagi masyarakat Desa Bantan Tua. Survei pemetaan sumur warga telah dilakukan untuk mendapatkan beberapa informasi mengenai kondisi airtanah di desa tersebut, diantaranya adalah informasi level airtanah dangkal, warna dan rasa airtanah. Beberapa sampel air juga telah diambil untuk kemudian dianalisis secara kimia untuk mendapatkan informasi mengenai level intrusi air laut. Hasil penelitian menunjukkan level airtanah dangkal di desa Bantan Tua berkisar antara 0.6m – 3.4m dengan kondisi airtanah cenderung lebih dalam di bagian utara desa. Airtanah di desa Bantan Tua juga dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis berdasarkan warna airtanah yaitu berwarna merah kecoklatan dan keruh-jernih. Warna airtanah dipengaruhi oleh keadaan geologi desa Bantan Tua itu sendiri, dimana airtanah yang berwarna merah kecoklatan ditemukan di bagian tanah gambut dan airtanah keruh-jernih ditemukan di bagian tanah lempung dan pasir. Berdasarkan pengelompokan rasa, airtanah di desa Bantan Tua dikelompokkan menjadi air tawar dan air payau. Rasa airtanah dipengaruhi oleh adanya intrusi air laut di beberapa bagian, hal ini juga ditunjukkan oleh hasil analisis kadar klorida pada beberapa sampel airtanah. Namun demikian, intrusi air laut di desa Bantan Tua masih berada pada level yang rendah sehingga airtanah masih dapat dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari oleh warga desa. Kata Kunci : Airtanah, pemetaan, analisis intrusi air laut.
Pendahuluan Ketersediaan air yang layak untuk dikonsumsi semakin hari semakin menurun, sementara itu tingkat konsumsi akan air bersih semakin meningkat. Hal ini juga menjadi masalah di Kabupaten Bengkalis terutama di Desa Bantan Tua. Desa yang terletak di Pulau Bengkalis ini memiliki kondisi hidrologi daerah rawa yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, sehingga kemungkinan adanya intrusi air laut dapat menyebabkan airtanah di desa tersebut menjadi payau atau bahkan asin. Secara geologi, daerah Bantan Tua merupakan daerah endapan muda yang terdiri dari
lempung, lanau dan rawa gambut (Cameron, N.R. et al., 1982). Selain itu, di daerah sekitarnya juga ditemui wilayah rawa bakau dan rawa gambut (Gambar 1). Oleh karena itu, keadaan drainase di wilayah ini sebagian besar dicirikan oleh adanya tanah gambut yang menyebabkan warna air menjadi merah kecoklatan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan peta air tanah dangkal yang dapat menggambarkan keadaan airtanah di Desa Bantan Tua secara umum serta mengetahui sejauh mana keadaan geologi dan kadar intrusi air laut mempengaruhi kualitas airtanah di desa ini. Dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan air bersih yang bersumber dari
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
airtanah dangkal yang ada di Desa Bantan, sehingga pada musim kemarau atau curah hujan rendah, masyarakat dapat mengatasi kesulitan mendapatkan air bersih, selain itu hal terpenting lainnya adalah saat menggunakan airtanah haruslah diperhatikan manajemen airtanah tersebut sehingga tidak terjadi kekeringan sumur. Analisis intrusi air laut dilakukan untuk mengetahui kualitas air yang digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari layak untuk dikonsumsi atau tidak. Gambar 2. Model sumur yang dijadikan pedoman dalam pengukuran airtanah dangkal
Berdasarkan model di atas, data yang digunakan untuk memetakan kedalaman airtanah adalah data bagian e. Sebanyak 82 titik sumur yang tersebar di Desa Bantan Tua telah dipetakan dan dikumpulkan data-data yang diperlukan (Gambar 3).
Gambar 1. Peta geologi daerah Bengkalis
Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan cara memetakan sumur-sumur airtanah dangkal yang ada di Desa Bantan Tua. Setiap sumur yang dijumpai diambil data seperti kedalaman, warna, rasa dan suhu air. Sampel air juga turut diambil di beberapa titik sumur yang nantinya akan dilakukan analisis kimia terhadap sampel tersebut untuk mendapatkan data kandungan klorida sebagai parameter analisis intrusi air laut. Data klorida juga menunjukkan kelayakan air tersebut dikonsumsi sebagai air minum oleh masyarakat (Permenkes, 2010). Metode pengukuran sumur untuk mendapatkan data kedalaman airtanah dangkal berpedoman kepada model yang telah dibuat sebelumnya (Gambar 2).
Gambar 3. Peta titik-titik sumur yang tersebar di Desa Bantan Tua.
Survei geologi permukaan juga dilakukan untuk mengetahui kondisi geologi daerah penelitian yang akan digunakan dalam menganalisis hubungan antara kondisi geologi daerah penelitian dengan kondisi dan kualitas airtanah di daerah tersebut.
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Hasil Penelitian Hasil pengukuran kedalaman airtanah dangkal disajikan dalam bentuk sebuah peta kontur airtanah (Gambar 4).
Gambar 5. Image Google Earth dan penampang ketinggian daerah penelitian menunjukkan keadaan topografi yang datar
Gambar 4. Peta kontur airtanah dangkal Desa Bantan Tua
Secara umum kondisi level airtanah dangkal di desa Bantan Tua berada pada kedalaman 0.6m – 3.4m (wilayah yang dalam ditunjukkan oleh warna biru tua). Wilayah penelitian dapat dikatakan sebagai wilayah yang datar secara topografi (Gambar 5) sehingga perbedaan kedalaman level air lebih disebabkan oleh topografi lapisan akuifer pertama, bukan topografi dibagian permukaan. Pada umumnya sumur dibagian utara daerah penelitian lebih dalam dibandingkan di wilayah lainnya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh letak wilayah ini yang berjauhan dari sungai utama, faktor lain yang memungkinkan adalah pada wilayah ini, keadaan topografi lapisan akuifer lebih rendah dibandingkan wilayah lainnya.Kedalaman airtanah yang lebih dangkal di wilayah lain pada umumnya terdapat di sumur-sumur yang dekat dengan sungai utama.
Kondisi geologi daerah penelitian mempengaruhi kualitas airtanah terutama dari segi warna air. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya airtanah yang berwarna coklat kemerahan (Gambar 6) di daerah yang terdapat tanah gambut terutama di bagian barat daya daerah penelitian. Sementara itu warna air di daerah lain, secara umum berwarna kuning – jernih, hal ini juga sesuai dengan kondisi geologi daerah tersebut yang didominasi oleh lumpur dan lanau (Gambar 7).
Gambar 6. Warna airtanah yang dipengaruhi oleh kondisi geologi wilayah penelitian
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
tersebut lebib dekat dengan laut, sehingga kemungkinan ada intrusi air laut yang mempengaruhi airtanah dangkal di daerah tersebut. Selain itu, airtanah payau juga dapat ditemukan di daerah bagian tengah yang berdekatan dengan sungai, kemungkinan rasa payau air di daerah ini disebabkan oleh adanya percampuran antara air sungai dengan air laut sehingga terdapat sedikit kandungan air asin pada airtanah di daerah ini. Hasil analisis klorida beberapa sampel air (Gambar 9) di Desa Bantan Tua ditunjukkan dalam Tabel 1.
Gambar 7. Peta kualitas airtanah Desa Bantan Tua berdasarkan warna air
Kualitas airtanah dangkal di desa Bantan Tua juga dapat ditentukan dengan rasa airtanah tersebut (Gambar 8).
Gambar 9. Peta titik sampel airtanah
Tabel 1. Hasil analisis klorida (Cl) airtanah Nomor titik sampe;
Gambar 8. Peta kualitas airtanah Desa Bantan Tua berdasarkan rasa air
Secara umum, rasa airtanah di desa Bantan Tua adalah tawar, namun terdapat juga airtanah payau terutama di daerah bagian timur laut. Hal ini disebabkan oleh daerah
AT 1 AT 2 AT 3 AT 4 AT 5 AT 6 AT 7 AT 8 AT 9 AT 10 AT 11 AT 12
Kadar klorida (mg/L) 71.6 69.2 50.5 71.8 29.3 49.1 56.7 26.5 0.2 8.4 64.9 70.2
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan kadar klorida dalam airtanah desa Bantan Tua memiliki rentang nilai 0.2 – 71.6 mg/L. Kadar klorida yang tinggi umumnya terdapat pada sumur airtanah yang dekat dengan laut dan sungai, hal ini menunjukkan adanya pengaruh intrusi air laut namun hanya pada level yang rendah. Secara umum, nilai kadar klorida mengindikasikan airtanah di desa Bantan masih termasuk ke dalam kategori air tawar atau fresh water sehingga airtanah layak dikonsumsi oleh masyarakat setempat untuk air minum sekalipun (WHO, 1996 & Permenkes, 2010). Pustaka Cameron, N.R., Ghazali, S.A., and Thompson, S.J. (1982) Geological Map of the Bengkalis Quadrangle, Sumatra, Indonesia. Geological Research and Development Centre. Guidelines for drinking-water quality (1996). Health Criteria and other Supporting Information, World Health Organization, Geneva. 2nd ed. Vol. 2. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492. (2010) Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”