PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 3 TAHUN 2003
TENTANG
RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KULON PROGO,
Menimbang
: a. bahwa dalam rangka pendayagunaan kekayaan Daerah dan pelayanan kebutuhan masyarakat maka kekayaan Daerah dapat dipergunakan/dimanfaatkan oleh masyarakat; b. bahwa
kondisi
dan
keberadaan
kekayaan
Daerah
sangat
membutuhkan biaya perawatan/pemeliharaan serta didasarkan pada optimalisasi pelayanan serta efektifitas dan efisiensi yang berorientasi pada harga pasar, maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kulon Progo Nomor 18 Tahun 1998, dipandang sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan sehingga perlu ditinjau untuk diperbaharui; c. bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dimaksud huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah.
2 Mengingat
: 1. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Jogjakarta yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1951 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 15 Tahun 1950 Republik Indonesia untuk Penggabungan Daerah Daerah Kabupaten Kulon Progo dan Adikarta dalam Lingkungan Daerah Istimewa Jogjakarta menjadi satu Kabupaten dengan nama Kulon Progo (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 101); 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 3. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun
1997 Nomor 41,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048); 4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunya Undang-undang 1950 Nomor 12, 13, 14 dan 15 dari Hal Pembentukan Daerah Daerah Kabupaten di Djawa Timur/Tengah/Barat dan Daerah Istimewa Jogjakarta; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119); 8. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan
Peraturan
Perundang-undangan
dan
Bentuk
Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70); 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;
3 10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah; 11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 tentang Tata Cara Pemeriksaan di bidang Retribusi Daerah; 12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999 tentang Sistem dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan Pendapatan Lain-lain; 13. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 21 Tahun 2001 tentang Teknik Penyusunan dan Materi Muatan Produk-produk Hukum Daerah; 14. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 2001 tentang Bentuk Produk-produk Hukum Daerah; 15. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 23 Tahun 2001 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah; 16. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kulon Progo Nomor 1 Tahun 1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kulon Progo (Lembaran Daerah Tahun 1998 Nomor 1 Seri A); 17. Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Tahun 2001 – 2005 (Lembaran Daerah Tahun 2002 Nomor 1 Seri E); 18. Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 2 Tahun 2002 tentang Program Pembangunan Daerah Tahun 2001 – 2005 (Lembaran Daerah Tahun 2002 Nomor 2 Seri E); 19. Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 3 Tahun 2002 tentang Rencana Stratejik Daerah Tahun 2001 – 2005 (Lembaran Daerah Tahun 2002 Nomor 3 Seri E).
Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
:
PERATURAN
DAERAH
KABUPATEN
KULON
PROGO
TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH
4 BAB I
KETENTUAN UMUM.
Pasal
1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Kulon Progo; 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai badan eksekutif Daerah; 3. Bupati adalah Bupati Kulon Progo; 4. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 5. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yan meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan hukum lainnya; 6. Kekayaan Daerah adalah barang Daerah yang dimiliki dan/atau dikuasai Daerah yang bergerak maupun tidak bergerak beserta bagian-bagiannya atau merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang yang digunausahakan; 7. Retribusi Daerah yang
selanjutnya disebut Retribusi adalah
pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa yang disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan; 8. Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta;
5 9. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan
perundang-undangan
Retribusi
diwajibkan
untuk
melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi tertentu; 10. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya pokok Retribusi; 11. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan Retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan.atau denda; 12. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDKB adalah surat keputusan yang menetapkan besarnya Retribusi yang terutang; 13. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan Retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran Retribusi karena jumlah kredit Retribusi lebih bayar daripada Retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang; 14. Surat Pendaftaran Obyek Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SPdORD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data obyek Retribusi dan Wajib Retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran Retribusi yang terutang menurut peraturan perundang-undangan Retribusi Daerah.
BAB II
NAMA, GOLONGAN, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI
Pasal 2
(1) Setiap Pemakaian Kekayaan Daerah oleh orang pribadi atau badan dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas pemakaian kekayaan Daerah dengan nama Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah.
6
(2) Kekayaan Daerah yang tidak digunausahakan namun secara insidental digunakan untuk melayani kepentingan umum diatur oleh Bupati.
Pasal 3
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah termasuk golongan Retribusi Jasa Usaha.
Pasal 4
Obyek Retribusi adalah pemberian hak atas pemakaian kekayaan Daerah yang meliputi : a. pemakaian ruang; b. jasa pemakaian peralatan laboratorium; c. pemakaian alat-alat berat; dan d. pemakaian peralatan pelatihan.
Pasal 5
Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak untuk memakai kekayaan Daerah.
BAB III
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 6
Retribusi dipungut di wilayah Daerah.
7
BAB IV
CARA MENGUKUR BESAR RETRIBUSI DAN TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 7
(1) Besar Retribusi diukur berdasarkan jenis pemakaian kekayaan Daerah yang dimohonkan oleh subyek Retribusi. (2) Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan : a. jangka waktu pemakaian; b. fasilitas; c. lokasi; dan d. jenis kekayaan Daerah. BAB V
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN BESARNYA TARIP
Pasal 8 Prinsip dan sasaran dalam penetapan besar Retribusi didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
BAB VI
BESAR RETRIBUSI
Pasal 9 (1) Besar Retribusi ditetapkan sebagai berikut :
8
A. Pemakaian Ruang 1. Ruang Terbuka NO
JENIS BANGUNAN
RETRIBUSI
KET.
1
2
3
4
Rp. 2.500.000,00 (dua
Tiap event paling
juta lima ratus ribu
lama 2 (dua hari)
1.
Jalan seputar alun-alun untuk : a. Road race
rupiah)/event b.Keramaian ( pasar malam, bazaar, pameran, kesenian dan sejenisnya)
Rp.
150,00 (seratus
lima puluh rupiah) / m / hari
2.
Alun-alun : a. Hiburan, kesenian,
Rp.
keramaian dan
300.000,00 (tiga
ratus ribu rupiah) /hari
sejenisnya b. Lomba
yang
memungut bayaran
Rp.
50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah)/hari 3.
Lapangan tenis a. pukul 06.00 – 12.00
b. pukul 12.00 – 18.00
Rp.
50.000,00 (lima
Paling banyak 4
puluh ribu rupiah) /
(empat)
bulan
sebulan
Rp.
50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah) /
kali
Paling banyak 4 (empat) kali sebulan
bulan c. pukul 18.00 – 24.00
d. Lomba yang memungut bayaran 4.
Rp.
100.000,00
(seratus ribu rupiah) /
(empat)
bulan
sebulan
Rp.
50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah)/hari
Area seputar Gedung Kesenian untuk keramaian dan sejenisnya (selain parkir)
Paling banyak 4
Rp.
250.000,00
(dua
ratus lima puluh ribu rupiah)/hari
kali
9 2. Ruang Tertutup/Gedung
NO.
JENIS BANGUNAN
RETRIBUSI
KET.
1
2
3
4
1.
Gedung Pertemuan a.Instansi
Pemerintah,
kegiatan
sosial
dan/atau
keagamaan 1) pukul 06.00 – 18.00
Rp.
50.000,00
(lima
puluh ribu rupiah) 2) pukul 18.00 – 24.00
Rp.
75.000,00 (tujuh
puluh lima ribu rupiah) 3) 24 jam
Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah)
b. Umum 1) pukul 06.00 - 18.00
Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah)
2) pukul 18.00 - 24.00
Rp. 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah)
3) 24 jam
Rp.
200.000,00
(dua
ratus ribu rupiah) c. Generasi muda 1) pukul 06.00 – 18.00 atau
Rp.
pukul 18.00 – 24.00
30.000,00 (tiga
puluh ribu rupiah)
2) 24 jam
Rp.
50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah) 2.
Gedung Kesenian a. Instansi
Pemerintah,
kegiatan
sosial
dan/atau
keagamaan 1) pukul 06.00 - 18.00
Rp.
75.000,00 (tujuh
puluh lima ribu rupiah) 2) pukul 18.00 - 24.00
Rp. 125.000,00 (seratus dua puluh lima ribu rupiah)
3) 24 jam
Rp. 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah)
b. Umum 1) pukul 06.00 - 18.00
Rp. 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah)
2) pukul 18.00 - 24.00
Rp.
200.000,00
(dua
ratus ribu rupiah) 3) 24 jam
Rp.
250.000,00
(dua
ratus lima puluh ribu rupiah)
10 1
2
3
4
c. Generasi muda 1) pukul 06.00 – 18.00 atau
Rp.
pukul 18.00 – 24.00
30.000,00 (tiga
puluh ribu rupiah)
2) 24 jam
Rp.
50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah) d. Latihan 1) pukul 06.00 – 12.00
Rp.
50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah) /bln
Paling banyak 8 (delapan)
kali
sebulan 2) pukul 12.00 – 18.00
Rp.
75.000,00 (tujuh
puluh
lima
ribu
rupiah)/bln 3) pukul 18.00 – 24.00
Rp.
ribu
rupiah)
/bln
3.
Pengasih Pemerintah,
kegiatan
sosial
dan/atau
keagamaan 1) pukul 06.00 – 18.00
Rp.
100.000,00
(seratus ribu rupiah) 2) pukul 18.00 – 24.00
Rp.
150.000,00
(seratus lima puluh ribu rupiah) 3) 24 jam
Rp.
175.000,00
(seratus
tujuh
puluh
lima ribu rupiah) b. Umum 1) pukul 06.00 – 18.00
Rp.
175.000,00
(seratus
tujuh
puluh
lima ribu rupiah) 2) pukul 18.00 – 24.00
Rp.
225.000,00 (dua
ratus dua puluh lima ribu rupiah) 3) 24 jam
Rp.
275.000,00 (dua
ratus tujuh puluh lima ribu rupiah) c. Generasi muda 1) pukul 06.00 – 18.00 atau pukul 18.00 – 24.00
Rp.
kali
Paling banyak 8 (delapan) sebulan
Aula Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2
a.Instansi
(delapan) sebulan
100.000,00
(seratus
Paling banyak 8
50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah)
kali
11 1
2
3
2) 24 jam
Rp.
4 80.000,00
(delapan
puluh
ribu
rupiah) d. Latihan 1) pukul 06.00 – 12.00
Rp.
50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah)
Paling banyak 8 (delapan)
kali
sebulan 2) pukul 12.00 – 18.00
Rp.
75.000,00 (tujuh
puluh lima ribu rupiah)
Paling banyak 8 (delapan)
kali
sebulan 3) pukul 18.00 – 24.00
Rp.
100.000,00
(seratus ribu rupiah)
Paling banyak 8 (delapan)
kali
sebulan 4.
Gedung Kaca a. Kegiatan sosial dan/atau keagamaan 1) pukul 06.00 - 18.00
Rp.
50.000,00
(lima
puluh ribu rupiah) 2) pukul 18.00 – 24.00
Rp.
75.000,00 (tujuh
puluh lima ribu rupiah) 3) 24 jam
Rp.100.000,00 (seratus ribu rupiah)
b. Umum 1) pukul 06.00 - 18.00
Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah)
2) pukul 18.00 - 24.00
Rp. 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah)
3) 24 jam
Rp.
250.000,00
(dua
ratus lima puluh ribu rupiah) c. Generasi muda 1) pukul 06.00 – 18.00 atau
Rp.
pukul 18.00 – 24.00
30.000,00 (tiga
puluh ribu rupiah)
2) 24 jam
Rp.
50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah)
5.
Gedung Olahraga a.Instansi
Pemerintah,
kegiatan
sosial
dan/atau
keagamaan 1) pukul 06.00 - 12.00
Rp.
50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah)/bln
Paling banyak 8 (delapan) sebulan
kali
12 1
2
3
2) pukul 12.00 - 18.00
Rp. puluh
4
75.000,00 tujuh lima
ribu
rupiah)/bln 3) pukul 18.00 – 24.00
Rp.
Paling banyak 8 (delapan)
kali
sebulan 100.000,00
Paling banyak 8
(seratus ribu rupiah)/
(delapan)
kali
bln
sebulan
Rp. 75.000,00 (tujuh
Paling banyak 8
puluh
(delapan)
b. Umum 1) pukul 06.00 -12.00
2) pukul 12.00 - 18.00
lima
ribu
kali
rupiah)/bln
sebulan
Rp. 100.000,00 (seratus
Paling banyak 8
ribu rupiah) /bln
(delapan)
kali
sebulan 3) pukul 18.00 – 24.00
Rp. 125.000,00 (seratus
Paling banyak 8
dua puluh lima ribu
(delapan)
rupiah) /bln
sebulan
Rp.
Paling banyak 8
kali
c. Generasi muda 1) pukul 06.00 – 12.00
30.000,00 (tiga
puluh ribu rupiah)/bln
(delapan)
kali
sebulan 2) pukul 12.00 – 18.00
Rp.
40.000,00 (empat
puluh ribu rupiah)/bln
Paling banyak 8 (delapan)
kali
sebulan 3) pukul 18.00 – 24.00
Rp.
50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah)/bln
Paling banyak 8 (delapan) sebulan
d. Lomba yang memungut
Rp.
bayaran 6.
50.000,00
(lima
puluh ribu rupiah)/ hari
Panti Pelajar a.Instansi
Pemerintah,
kegiatan
sosial
dan/atau
keagamaan 1) pukul 06.00 – 18.00
Rp.
25.000,00 (dua
puluh lima ribu rupiah) 2) pukul 18.00 – 24.00
Rp.
50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah) 3) 24 jam
Rp.
75.000,00 (tujuh
puluh lima ribu rupiah) b. Umum 1) pukul 06.00 – 18.00
Rp.
50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah) 2) pukul 18.00 – 24.00
Rp.
75.000,00 (tujuh
puluh lima ribu rupiah)
kali
13 1
2
3
3) 24 jam
Rp.
4 100.000,00
(seratus ribu rupiah) c. Generasi muda 1) pukul 06.00 – 18.00 atau
Rp.
pukul 18.00 – 24.00
15.000,00 (lima
belas ribu rupiah)
2) 24 jam
Rp.
30.000,00 (tiga
puluh ribu rupiah) d. Latihan 1) pukul 06.00 – 12.00
Rp.
50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah)
Paling banyak 8 (delapan)
kali
sebulan 2) pukul 12.00 – 18.00
Rp.
75.000,00 (tujuh
puluh lima ribu rupiah)
Paling banyak 8 (delapan)
kali
sebulan 3) pukul 18.00 – 24.00
Rp.
100.000,00
(seratus ribu rupiah)
Paling banyak 8 (delapan) sebulan
7.
Gedung
Pertemuan
Balai
Informasi
Penyuluhan
Pertanian (BIPP) a. Instansi Pemerintah, kegiatan sosial dan/atau keagamaan 1) pukul 06.00 – 18.00
Rp.
35.000,00
(tiga
puluh lima ribu rupiah) 2) pukul 18.00 – 24.00
Rp. 60.000,00 (enam puluh ribu rupiah)
3) 24 jam
Rp. 85.000,00 (delapan puluh lima ribu rupiah)
b. Umum 1) pukul 06.00 – 18.00
Rp. 60.000,00 (enam puluh ribu rupiah)
2) pukul 18.00 – 24.00
Rp. 85.000,00 (delapan puluh lima ribu rupiah)
3) 24 jam
Rp. 110.000,00 (seratus sepuluh ribu rupiah)
c. Generasi Muda 1) pukul 06.00 – 18.00 atau pukul 18.00 – 24.00 2) 24 jam
Rp.
25.000,00
(dua
puluh lima ribu rupiah) Rp.
50.000,00
puluh ribu rupiah)
(lima
kali
14 1
2
3
4
d. Latihan 1) pukul 06.00 – 12.00
Rp.
50.000,00
(lima
puluh ribu rupiah)
Paling banyak 8 (delapan)
kali
sebulan 2) pukul 12.00 – 18.00
Rp. 75.000,00 (tujuh
Paling banyak 8
puluh lima ribu rupiah)
(delapan)
kali
sebulan 3) pukul 18.00 – 24.00
Rp. 100.000,00 (seratus
Paling banyak 8
ribu rupiah)
(delapan)
kali
sebulan 8.
Asrama (fasilitas inap pada Gedung Pertemuan BIPP) / kamar / 24 jam a) Instansi Pemerintah, kegiatan sosial dan/atau keagamaan
Rp.
20.000,00
(dua
puluh ribu rupiah)
b) Umum
Rp.
30.000,00
(tiga
puluh ribu rupiah) c) Generasi Muda
Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah)
B. Jasa Pemakaian Peralatan Laboratorium NO.
JENIS ALAT/PENGUJIAN
BESAR RETRIBUSI
KETERANGAN
1
2
3
4
1.
LABORATORIUM TANAH (GEOTEKNIK)
Dikenakan per test/ uji
a.
Kadar Air Tanah
Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah)
b.
Berat Jenis Tanah
Rp. 12.000,00 (dua belas ribu rupiah)
c.
Atterberg Limit
Rp. 20.000,00 (dua puluh ribu rupiah)
d.
Analisa Saringan
Rp. 12.000,00 (dua belas ribu rupiah)
e.
Pemadatan Standar
Rp. 80.000,00 (delapan puluh ribu rupiah)
f.
Pemadatan Modifield
Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah)
g.
CBR Laboratorium
Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah)
h.
Hidrometer
Rp. 12.000,00 (dua belas ribu rupiah)
15 1
2 i.
Sringkage Limit
3
4
Rp. 12.000,00 (dua belas ribu rupiah)
j.
Uncofined Comp Strenght
Rp. 36.000,00 (tiga puluh enam ribu rupiah)
k.
Konsulidasi
Rp. 60.000,00 (enam puluh ribu rupiah)
l.
Berat Isi
Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah)
m.
Kuat Geser Langsung
Rp. 36.000,00 (tiga puluh enam ribu rupiah)
n.
Permeabilitas (Constan Head)
Rp. 30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah)
o.
Permeabilitas (Filling Head)
Rp. 30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah)
p.
Triaxial (Uu)
Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah)
q.
Triaxial (Cu)
Rp. 300.000,00 (tiga ratus ribu rupah)
2.
ASPAL KERAS a.
Penetrasi
Rp. 25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah)
b.
Titik Lembek
Rp. 17.500,00 (tujuh belas ribu lima ratus rupiah)
c.
Daktilitas
Rp. 18.000,00 (delapan belas ribu rupiah)
d.
Kelarutan dalam CHCL3
Rp. 12.000,00 (dua belas ribu rupiah)
e.
Kehilangan Berat
Rp. 24.000,00 (dua puluh empat ribu rupiah)
f.
Penetrasi setelah Kehilangan Berat
Rp. 25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah)
16 1
2 g.
Titik Nyala
3
4
Rp. 18.000,00 (delapan belas ribu rupiah)
h.
Berat Jenis
Rp. 15.000,00 (lima belas ribu rupiah)
3.
ASPAL CAIR a.
Viscositas
Rp. 30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah)
b.
Penyulingan
Rp. 36.000,00 (tiga puluh enam ribu rupiah)
c.
Penetrasi
Rp. 25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah)
d.
Daktilitas
Rp. 18.000,00 (delapan belas ribu rupiah)
e.
Kelarutan dalam CHCL3
Rp. 12.000,00 (dua belas ribu rupiah)
f.
Berat Jenis
Rp. 15.000,00 (lima belas ribu rupiah)
g.
Titik Nyala
Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah)
h.
Kelekatan
Rp. 18.000,00 (delapan belas ribu rupiah)
i.
Kadar air
Rp. 18.000,00 (delapan belas ribu rupiah)
4.
ASPAL EMULSI a.
Viskositas
Rp. 30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah)
b.
Pengendapan/Kestabilan
Rp. 15.000,00 (lima belas ribu rupiah)
17 1
2 c.
Kelekatan aspal terhadap batuan kering
3
4
Rp. 24.000,00 (dua puluh empat ribu rupiah)
d.
Kelekatan aspal terhadap batuan basah
Rp. 18.000,00 (delapan belas ribu rupiah)
e.
Campuran semen
Rp. 15.000,00 (lima belas ribu rupiah)
f.
Analisa Saringan
Rp. 15.000,00 (lima belas ribu rupiah)
g.
Penyulingan
Rp. 36.000,00 (tiga puluh enam ribu rupiah)
h.
Penetrasi
Rp. 25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah)
i.
Daktilitas
Rp. 18.000,00 (delapan belas ribu rupiah)
j.
Kelarutan dalam CHCL3
Rp. 12.000,00 (dua belas ribu rupiah)
k.
Klasifikasi
Rp. 24.000,00 (dua puluh empat ribu rupiah)
l.
Muatan Listrik
Rp. 15.000,00 (lima belas ribu rupiah)
5.
PENGAMBILAN CONTOH ASPAL KERAS a.
dari Tangki
Rp. 60.000,00 (enam puluh ribu rupiah)
b.
dari Drum
Rp. 75.000,00 (tujuh puluh lima ribu rupiah)
c.
dari Jalan
Rp. 75.000,00 (tujuh puluh lima ribu rupiah)
18 1
2 d.
Aspal Cair
3
4
Rp. 60.000,00 (enam puluh ribu rupiah)
e.
Aspal Buton
Rp. 60.000,00 (enam puluh ribu rupiah)
6.
SEMEN a.
Konsistensi Semen
Rp. 12.000,00 (dua belas ribu rupiah)
b.
Pengikatan Awal Semen
Rp. 28.000,00 (dua puluh delapan ribu rupiah)
c.
Kuat Tekan Mortar
Rp. 15.000,00 (lima belas ribu rupiah)
d.
Berat Jenis Semen
Rp. 28.000,00 (dua puluh delapan ribu rupiah)
e.
Kehalusan Semen
Rp. 33.000,00 (tiga puluh tiga ribu rupiah)
f.
Kadar Air
Rp.
6.000,00
(enam ribu rupiah) g.
Ketetapan bentuk/buah
Rp. 12.000,00 (dua belas ribu rupiah)
h.
Bobot
Rp.
6.000,00
(enam ribu rupiah)
7.
BENDA UJI (KUBUS, SILINDER BETON) a.
Kuat Tekan
Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah)
b.
Kuat Tarik
Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah)
c.
Lentur
Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah)
d.
Kuat Tekan dengan Hammer Test
Rp. 5.000,00 (lima ribu rupiah)
8.
TANAH (BAHAN JALAN) a.
Kadar Air
Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah)
19 1
2 b.
Berat Jenis
3
4
Rp. 15.000,00 (lima belas ribu rupiah)
c.
Atterberg Limit
Rp. 18.000,00 (delapan belas ribu rupiah)
d.
Analisa Saringan
Rp. 15.000,00 (lima belas ribu rupiah)
e.
Pemadatan Standar
Rp. 80.000,00 (delapan puluh ribu rupiah)
f.
Pemadatan Modifield
Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah)
g.
CBR Standar
Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah)
h.
CBR Modifield
Rp. 120.000,00 (seratus dua puluh ribu rupiah)
9.
AGREGAT a.
Analisa Saringan/Gradasi
Rp. 30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah)
b.
Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
Rp. 30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah)
c.
Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
Rp. 33.000,00 (tiga puluh tiga ribu rupiah)
d.
Berat Isi
Rp. 12.000,00 (dua belas ribu rupiah)
e.
Kelekatan terhadap Aspal
Rp. 20.000,00 (dua puluh ribu rupiah)
f.
Keausan dengan Mesin Los Angeles/Abrasi
Rp. 30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah)
g.
Organik
Rp. 12.000,00 (dua belas ribu rupiah)
h.
Mix Design
Rp. 240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu rupiah)
20 1
2 i.
3
Modifikasi Mix (1 set)
4
Rp. 80.000,00 (delapan puluh ribu rupiah)
j.
Impact Test
Rp. 18.000,00 (delapan belas ribu rupiah)
k.
Soundness Agregat Kasar
Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah)
l.
Soundness Agregat Halus
Rp. 80.000,00 (delapan puluh ribu rupiah)
m.
Sand Equivalent
Rp. 15.000,00 (lima belas ribu rupiah)
n.
Kepadatan Lapangan (Sandcone)
Rp. 20.000,00 (dua puluh ribu rupiah)
10.
CAMPURAN ASPAL a.
Kadar Air Campuran
Rp. 32.000,00 (tiga puluh dua ribu rupiah)
b.
Ekstraksi Campuran
Rp. 30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah)
c.
Berat Isi Campuran
Rp. 12.000,00 (dua belas ribu rupiah)
d.
Berat Jenis Campuran
Rp. 90.000,00 (sembilan puluh ribu rupiah)
e.
Perencanaan Campuran
Rp. 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah)
f.
Coredrill
Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah)
C. Pemakaian Alat-alat Berat NO.
JENIS ALAT
BESAR RETRIBUSI PER JAM
1
2
3
1.
Dump Truck 3,5 ton
Rp. 20.000,00 (dua puluh ribu rupiah)
2.
Flat Bed Truck 5 ton
Rp. 24.000,00 (dua puluh empa ribu rupiah)
3.
Mesin gilas bergetar 600 kg
Rp. 11.000,00 (sebelas ribu rupiah)
4.
Mesin gilas bergetar 1 ton
Rp. 15.000,00 (lima belas ribu rupiah)
21 1
2
3
5.
Mesin gilas bergetar 2,5 ton
Rp. 35.000,00 (tiga puluh lima ribu rupiah)
6.
Motor Walls 2,5 ton
Rp. 18.000,00 (delapan belas ribu rupiah)
7.
Motor Walls 6 – 8 ton
Rp. 26.000,00 (dua puluh enam ribu rupiah)
8.
Motor Walls 8 – 10 ton
Rp. 30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah)
9.
Bulldoser
Rp. 75.000,00 (tujuh puluh lima ribu rupiah)
10.
Hydraulic Excavator 20 ton
Rp. 160.000,00 (seratus enam puluh ribu rupiah)
11.
Loader Wheeled
Rp. 75.000,00 (tujuh puluh lima ribu rupiah)
12.
Trailler Truck
Rp. 23.000,00 (dua puluh tiga ribu rupiah)
13.
Stamper
Rp.
4.000,00 (empat ribu rupiah)
14.
Pan Mixer
Rp.
7.000,00 (tujuh ribu rupiah)
15.
Sprayer
Rp.
8.000,00 (delapan ribu rupiah)
16.
Compressor
Rp. 15.000,00 (lima belas ribu rupiah)
17.
Jack Hammer
Rp.
18.
Mesin Molen
Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah)
19.
Tandem Roller
Rp. 31.000,00 (tiga puluh satu ribu rupiah)
20.
Water Tank Truck
Rp. 23.000,00 (dua puluh tiga ribu rupiah)
21.
Water Pump
Rp.
22.
Mobil Pick Up
Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah)
23.
Mobil tinja :
5.000,00 (lima ribu rupiah)
4.000,00 (empat ribu rupiah)
- Sosial
Rp. 25.000,00 sekali sedot
- Umum
Rp. 45.000,00 sekali sedot
D. Pemakaian Peralatan Pelatihan NO.
NAMA/TIPE
BESAR RETRIBUSI PER JAM (Rp.)
2
3
1 1 .
ANEKA KEJURUAN
a.
Mesin Jahit High Speed,Singer, 1 jarum
Rp. 1.700,00 (seribu tujuh ratus rupiah)
b.
Mesin Jahit High Speed,Yamato, 3 jarum
Rp. 2.600,00 (dua ribu enam ratus rupiah)
c.
Mesin Bubut, DB5, Emco
Rp.
500,00 (lima ratus rupiah)
d.
Rattan Spliting Machine, SR 2A
Rp.
100,00 (seratus rupiah)
e.
Mesin Jahit Otomatis, Brother
Rp.
500,00 (lima ratus rupiah)
f.
Mesin Obras
Rp.
300,00 (tiga ratus rupiah)
2 .
PERTANIAN
a.
Hand Traktor 7,5 HP
Rp.
600,00 (enam ratus rupiah)
b.
Water Pump, Lambardin
Rp.
400,00 (empat ratus rupiah)
c.
Generator Linstrik, Disel, Kubota
Rp.
200,00 (dua ratus rupiah)
d.
Generator Listrik, Bensin
Rp.
300,00 (tiga ratus rupiah)
e.
Oven Listrik Microwave
Rp.
200,00 (dua ratus rupiah)
Rp.
300,00 (tiga ratus rupiah)
3 . a.
AUTOMOTIVE Steam Cleaner
22 1
2
3
b.
Hidrolic Pressure
Rp.
300,00 (tiga ratus rupiah)
c.
Value Grinder
Rp.
400,00 (empat ratus rupiah)
d.
Guel Pump Tester
Rp. 2.100,00 (dua ribu seratus rupiah)
e.
Batery Chager
Rp.
100,00 (seratus rupiah)
4 .
BANGUNAN
a.
Molen
Rp.
300,00 (tiga ratus rupiah)
b.
Pemotong Tegel/keramik
Rp.
100,00 (seratus rupiah)
c.
Jig Saw, Bosch
Rp.
100,00 (seratus rupiah)
d.
Mesin Amplas
Rp.
100,00 (seratus rupiah)
e.
Mesin Bubut, Emco, DB5
Rp.
400,00 (empat ratus rupiah)
f.
Hand Feed Planer (Mesin ketam perata) Young Rp.
500,00 (lima ratus rupiah)
ketam penebal)
Rp.
400,00 (empat ratus rupiah)
h.
Tilting arbor Saw Bench, YL 1300
Rp.
300,00 (tiga ratus rupiah)
i.
Mesin Bor TNW Type 30A
Rp.
200,00 (dua ratus rupiah)
j.
Mesin Gergaji Potong Radial Arm, Omega
Rp. 1.300,00 (seribu tiga ratus rupiah)
k.
Mesin Rotter (Profil)
Rp.
Chang HP, 350 g.
5 .
Thicknissing Planer, Young Chang, SP.18 (Mesin
100,00 (seratus ribu rupiah)
LISTRIK
a.
Mesin Bor Listrik,KTF-13
Rp.
100,00 (seratus rupiah)
b.
Mesin Gerinda CFG-200 A
Rp.
100,00 (seratus rupiah)
c.
Las Listrik Tembaga (Willding Brazing)
Rp.
200,00 (dua ratus rupiah
Rp.
4.800,00 (empat ribu delapan ratus
6 . a.
TATA NIAGA Komputer
rupiah) b.
Mesin Ketik Elektrik
Rp.
200,00 (dua ratus rupiah)
c.
OHP
Rp.
200,00 (dua ratus rupiah)
7 .
TEKNIK MEKANIK
a.
Mesin Bubut, A / EMCO (100 cm)
Rp. 1.600,00 (seribu enam ratus rupiah)
b.
Mesin Bubut, B / EMCO ( 80 cm)
Rp.
c.
Mesin Bubut, C / EMCO ( 60 cm)
Rp. 1.000,00 (seribu rupiah)
d.
Mesin Frais, Mechine Clamp
Rp. 1.000,00 (seribu rupiah)
e.
Mesin Bor duduk, TNW
Rp.
300,00 (tiga ratus rupiah)
f.
Mesin Gerinda, TNW
Rp.
200,00 (dua ratus rupiah)
g.
Mesin Pemotong Pipa, Hanshin
Rp.
200,00 (dua ratus rupiah)
h.
Mesin Gerinda Potong, Makita
Rp.
900,00 (sembilan ratus rupiah)
i.
Gerinda Tangan, Makita
Rp.
100,00 (seratus rupiah)
j.
Mesin Bor Tangan, Bosch
Rp.
600,00 (enam ratus rupiah)
900,00 (sembilan ratus rupiah)
23 1
8.
2
3
k.
Mesin Gergaji Logam, TNW
Rp.
500,00 (lima ratus rupiah)
l.
Mesin Pemotong Plat, TSM
Rp.
100,00 (seratus rupiah)
m.
Mesin Las Listril Disel, Ratna
Rp.
500,00 (lima ratus rupiah)
n.
Trafo Las Listrik
Rp.
600,00 (enam ratus rupiah)
Penggunaan work shop
Rp. 100,00 (seratus rupiah) / m / jam
(2) Terhadap kekayaan Daerah dimaksud ayat (1) huruf A angka 2 Nomor Urut 3, 6, 7, 8, B, C dan D yang berada dan/atau dikelola Instansi
Pemerintah
Daerah
tertentu
sesuai
dengan
kewenangannya, maka pemakaian oleh Instansi dimaksud tidak dikenakan Retribusi. (3) Pemakaian Kekayaan Daerah untuk tujuan yang bersifat bantuan dan/atau stimulan tidak dikenakan Retribusi. Pasal 10
(1) Terhadap tarip Retribusi dimaksud Pasal 9 ayat (1) Peraturan Daerah ini dapat dinaikkan atau diturunkan, paling tinggi berdasarkan tingkat inflasi atau deflasi rupiah yang diterbitkan oleh Instansi yang berwenang. (2) Kenaikan atau penurunan Retribusi ditetapkan oleh Bupati paling cepat sekali dalam 1 (satu) tahun. Pasal 11
Syarat-syarat dan tata cara serta pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah diatur oleh Bupati
BAB VII
SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 12
Retribusi terutang terjadi pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
24
BAB VIII
TATA CARA PENETAPAN RETRIBUSI
Pasal 13
(1) Setiap pemohon pemakaian kekayaan Daerah mengisi SPdORD yang disediakan. (2) Setelah SPdORD diisi secara lengkap dan benar serta memenuhi syarat untuk diberi izin, kepada pemohon pemakaian kekayaan Daerah diberi Nomor Pokok Wajib Retribusi Daerah (NPWRD). (3) Bentuk, isi serta tata cara pengisian dan penyampaian SPdORD dimaksud ayat (1) Pasal ini ditetapkan oleh Bupati.
Pasal 14
(1) SPdORD digunakan sebagai dasar untuk menetapkan besarnya Retribusi. (2) Berdasarkan SPdORD dimaksud ayat (1) Pasal ini, ditetapkan Reribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (3) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terdapat kesalahan menghitung besarnya Retribusi yang menyebabkan jumlah Retribusi yang terutang, maka dikeluarkan SKRDKB. (4) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan dimaksud ayat (1) Pasal ini dan SKRDKB dimaksud ayat (2) Pasal ini ditetapkan oleh Bupati.
BAB IX
TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PEMBAYARAN
Pasal 15
(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan.
25 (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan dan SKRDKB. (3) Pembayaran Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus pada saat Izin, perpanjangan Izin Pemakaian Kekayaan Daerah. (4) Pembayaran Retribusi tersebut disetor ke Kas Daerah.
BAB X
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 16 (1) Pelaksanaan penagihan Retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran dengan mengeluarkan surat bayar/ penyetoran atau surat lainnya yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan. (2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran/ peringatan/surat lain yang sejenis, Wajib Retribusi harus melunasi Retribusinya yang terutang. (3) Surat Teguran/penyetoran atau surat lainnya sebagaimana dmaksud ayat (1) Pasal ini dikeluarkan oleh Pejabat.
BAB XI
KEBERATAN
Pasal 17
(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan kepada Bupati atau Kepala Instansi atau SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKB dan SKRDLB. (2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas. (3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan Retribusi,
Wajib
Retribusi
harus
ketidakbenaran ketetapan Retribusi tersebut.
dapat
membuktikan
26 (4) Keberatan diajukan dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKB dan SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya. (5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan dimaksud ayat (2), (3) dan (4) Pasal ini tidak dianggap sebagai Surat Keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan. (6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi.
Pasal 18
(1) Bupati dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi Keputusan atas keberatan yang diajukan. (2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya Retribusi yang terutang. (3) Apabila jangka waktu tersebut ayat (1) Pasal ini telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu Keputusan, keberatan yang diajukan dianggap dikabulkan.
BAB XII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 19
(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan
permohonan
pengembalian
atas
kelebihan
pembayaran Retribusi kepada Bupati. (2) Bupati dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan sejak diterimanya
permohonan
pengembalian
atas
pembayaran Retribusi harus memberikan keputusan.
kelebihan
27 (3) Apabila jangka waktu tersebut ayat (2) Pasal ini telah lewat dan Bupati
tidak
memberikan
suatu
keputusan,
permohonan
pengembalian atas kelebihan pembayaran retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) bulan. (4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut. (5) Pengembalian atas kelebihan pembayaran retribusi dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB. (6) Apabila pengembalian atas kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua per seratus) setiap bulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.
Pasal 20
(1) Permohonan pengembalian atas kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurangkurangnya menyebutkan : a. NPWRD; b. Nama dan alamat Wajib Retribusi; c. Masa Retribusi; d. Besarnya kelebihan pembayaran; dan e. Alasan yang singkat dan jelas. (2) Permohonan pengembalian atas kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat. (3) Bukti penerimaan oleh Kepala Instansi atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati.
Pasal 21
(1)
Pengembalian atas kelebihan pembayaran retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi.
28 (2)
Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya sebagaimana dimaksud Pasal 18 ayat (4) Peraturan Daerah ini, pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.
BAB XIII
KEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 22
(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi. (2) Kedaluwarsa penagihan retribusi dimaksud ayat (1) Pasal ini tertangguh apabila : a. diterbikannya surat teguran dan atau surat paksa; atau b. adanya pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi langsung maupun tidak langsung.
BAB XIV
SANKSI
Pasal 23
(1) Terhadap pemakaian kekayaan Daerah yang sudah habis jangka waktu pemakaian, tetapi masih dipakai atau belum dikembalikan/ diserahkan
kepada
Pemerintah
Daerah
dikenakan
sanksi
administrasi sebesar 2 % (dua per seratus) dari Retribusi terutang. (2) Kepada pemakai kekayaan Daerah tetap dikenakan Retribusi atas jangka waktu pemakaian dimaksud ayat (1) Pasal ini.
29 BAB XV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 24
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terutang. (2) Tindak pidana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran. (3) Ketentuan pidana tersebut ayat (1) Pasal ini tidak menghapus kewajiban untuk memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini.
BAB XVI PENYIDIKAN
Pasal 25
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau
laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang
Retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi;
30 c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi; g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang Retribusi; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; dan k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi menurut hukum yang bertanggung jawab. (3) Penyidik
sebagaimana
dimaksud
ayat
(1)
Pasal
ini
memberitahukan dimulainya penyidikan dan meyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
BAB XVII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 26 Pemakaian Kekayaan Daerah selain yang diatur dengan Peraturan Daerah ini, diatur dengan Peraturan Daerah tersendiri dan/atau perjanjian yang dibuat oleh para pihak dengan mengindahkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
31
a. tidak bertentangan dengan : 1. peraturan perundang-undangan yang berlaku; 2. ketertiban umum; 3. norma keagamaan dan norma kesusilaan; dan b. memperhatikan harga pasar/umum yang wajar.
BAB XVIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 27
Pemakaian Kekayaan Daerah dimaksud Pasal 9 ayat (1) Peraturan Daerah ini yang telah diatur dengan Perjanjian sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini, tetap berlaku sampai dengan berakhirnya jangka waktu Perjanjian dimaksud.
BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kulon Progo Nomor 18 Tahun 1998 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dinyatakan tidak berlaku. Pasal 29 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
32 Agar
setiap
orang
dapat
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kulon Progo.
Ditetapkan di Wates pada tanggal
.
20 Januari 2003
BUPATI KULON PROGO, Cap/ttd
.
H. TOYO SANTOSO DIPO
Diundangkan di Wates pada tanggal 7 Februari 2003 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
Cap/ttd
Drs. S U T I T O NIP. 010 069 372
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2003 NOMOR 1 SERI C
33 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR :
3 TAHUN 2003
TENTANG
RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH
I. UMUM Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Pasal 18 ayat (1) telah menetapkan Obyek-obyek Retribusi yang dapat dikenakan pemungutan yang kemudian harus diatur dengan Peraturan Daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 24 ayat (1) Undangundang ini. Terhadap pelaksanaan Pasal 18 ayat (1) Undang-undang ini, kemudian ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, dimana dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a dari Peraturan Pemerintah ini diatur bahwa Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah merupakan jenis Retribusi Jasa Usaha. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah.
II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Cukup jelas Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Cukup jelas
34 Pasal 7 Yang dimaksud dengan : a. cukup jelas; b. fasilitas adalah kelengkapan yang melekat pada gedung antara lain listrik, air, panggung permanen dan lain-lain yang sejenis; c. lokasi adalah menunjuk pada letak kekayaan Daerah; dan d. cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9 ayat (1) huruf A -
Pemakaian
Ruang
untuk
Ruang
Terbuka
dan
Ruang
Tertutup/Gedung, tarip Retribusi tidak termasuk penggunaan fasilitas pelengkap seperti : kursi, meja, sound system dan lain-lain yang sejenis; -
Pemakaian lahan disekitar Ruang Terbuka dan Ruang Tertutup/ Gedung untuk kegiatan parkir kendaraan pada saat penyewaan berlangsung diberlakukan sesuai ketentuan Peraturan Daerah yang mengatur mengenai Parkir (Tempat Parkir Khusus dan Parkir di Tepi Jalan Umum).
huruf B Jasa Pemakaian Peralatan Laboratorium, tarip Retribusi tidak termasuk biaya operasional, materi/bahan uji dan lain-lain yang sejenis. huruf C Cara penghitungan/penentuan besar Retribusi Pemakaian Alat-Alat Berat adalah sebagai berikut : NO. JENIS ALAT
KAPASITAS
UMUR
CRF
(Th) 1
2
3
BESAR RETRIBUSI PER JAM
4
5
6
100 HP
6
0,24668
0,9 X 0,24668 X harga Alat X 1 X 1500
1.
Dump Truck 3,5 ton
2.
Flat bed Truck 5 ton
110 HP
6
0,24668
0,9 X 0,24668 X harga Alat X 1 X 1500
3.
Mesin Gilas bergetar
600 kg
6
0,24668
0,9 X 0,24668 X harga Alat X 1 X 1500
4.
Mesin Gilas bergetar
1 ton
6
0,24668
0,9 X 0,24668 X harga Alat X 1 X 1500
5.
Mesin Gilas bergetar
2,5 ton
6
0,24668
0,9 X 0,24668 X harga Alat X 1 X 1500
6.
Motor Walls
2,5 ton
10
0,18062
0,9 X 0,18062 X harga Alat X 1 X 1500
35 1
2
3
4
5
6
7.
Motor Walls
6 – 8 ton
10
0,18062
0,9 X 0,18062 X harga Alat X 1 X 1500
8.
Motor Walls
8 - 10 ton
10
0,18062
0,9 X 0,18062 X harga Alat X 1 X 1500
9.
Bulldoser
110 HP
8
0,20483
0,9 X 0,20483 X harga Alat X 1 X 1500
138 HP
8
0,20483
0,9 X 0,20483 X harga Alat X 1 X 1500
11. Loader Wheeled
115 HP
8
0,20483
0,9 X 0,20483 X harga Alat X 1 X 1500
12. Trailler Truck
150 HP
8
0,20483
0,9 X 0,20483 X harga Alat X 1 X 1500
100 kg
6
0.24668
0,9 X 0,24668 X harga Alat X 1 X 1500
100kg
10
0,18062
0,9 X 0,18062 X harga Alat X 1 X 1500
300 lt
6
0,24668
0,9 X 0,24668 X harga Alat X 1 X 1500
150 M3
8
0,20483
0,9 X 0,20483 X harga Alat X 1 X 1500
17. Jack Hammer
5 HP
5
0,28085
0,9 X 0,28085 X harga Alat X 1 X 1500
18. Mesin Molen
10 HP
5
0,28085
0,9 X 0,28085 X harga Alat X 1 X 1500
6 – 8 ton
10
0,81862
0,9 X 0,81862 X harga Alat X 1 X 1500
115 HP
6
0,24668
0,9 X 0,24668 X harga Alat X 1 X 1500
8 HP
4
0,33271
0,9 X 0,33271 X harga Alat X 1 X 1500
61 HP
6
0,24668
0,9 X 0,24668 X harga Alat X 1 X 1500
10. Hydraulic
Excavator
20 ton
13. Mesin
Pemadat
Tanah/Stamper 14. Pan Mixer 15. Mesin
Penyembur
Aspal/Sprayer 16. Compressor
19. Tandem Roller 20. Water Tank Truck 21. Water Pump 22. Mobil Pick Up 23. Mobil Tinja - Sosial - Umum
Rp.
25.000,00 per sekali sedot
Rp.
45.000,00 per sekali sedot
Keterangan : 1. Harga Alat
: Harga yang
penyerahan alat, termasuk
semua biaya-biaya
dikeluarkan untuk penyerahan alat ke Pemerintah
Daerah 2. Jam Pengoperasian
: Jam pengoperasian efektif alat adalah 5 (lima) jam per hari dan dalam waktu satu tahun alat beroperasi selama 300 (tiga ratus) hari atau 1500 (seribu lima ratus) jam per tahun
3. Umur ( th)
: Umur kerja efektif alat
4. 0.9 ( 90 %)
: Angka prosentase yang diambil dengan memperhitungkan 10 % (sepuluh per seratus) nilai skrap pada akhir umur bekerjanya alat
36 5. Capital
Recovery : Faktor pengembalian modal yang dihitung atas dasar
Faktor (CRF)
besaran bunga yang dipotong sebesar 12,5 % (dua belas koma lima per seratus) dengan masa kerja alat antara 1 (satu) tahun sampai dengan 12 (dua belas) tahun tergantung dari jenis alat.
Retribusi Pemakaian Alat-alat Berat tidak termasuk biaya operasional ( bahan bakar, pelumas, tenaga/operator), mobilisasi dan demobilisasi dan lain-lain yang sejenis.
huruf D Pemakaian Peralatan Pelatihan, Retribusi tidak termasuk biaya operasional seperti : tenaga pelatih, bahan bakar dan lain-lain yang sejenis. ayat (2) Cukup jelas ayat (3) Cukup jelas Pasal 10 ayat (1) Tarip Retribusi dihitung dari komponen-komponen biaya berdasarkan nilai mata uang Rupiah pada waktu Peraturan Daerah ditetapkan. ayat (2) Cukup jelas Pasal 11 Cukup jelas Pasal 12 Cukup jelas Pasal 13 Cukup jelas Pasal 14 Cukup jelas
37 Pasal 15 ayat (1) Yang dimaksud dengan tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses kegiatan pemungutan Retribusi tidak dapat diserahkan kepada Pihak Ketiga. Dengan sangat selektif, dalam proses pemungutan Retribusi, Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerja sama dengan badan-badan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pemungutan jenis Retribusi secara lebih efisien. Kegiatan pemungutan Retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan Pihak Ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnya Retribusi yang terutang, pengawasan penyetoran Retribusi dan penagihan Retribusi. ayat (2) Cukup jelas ayat (3) Cukup jelas ayat (4) Cukup jelas Pasal 16 Cukup jelas Pasal 17 Cukup jelas Pasal 18 Cukup jelas Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Cukup jelas Pasal 21 Cukup jelas Pasal 22 Cukup jelas Pasal 23 Cukup jelas Pasal 24 Cukup jelas
38 Pasal 25 Cukup jelas Pasal 26 Cukup jelas Pasal 27 Cukup jelas Pasal 28 Cukup jelas Pasal 29 Cukup jelas
ooo000ooo
39