PEMENUHAN HAK PENDIDIKAN BAGI NARAPIDANA DI RUMAHTAHANAN NEGARA KLAS IIBENREKANG ENJOYMENT OF EDUCATION FOR STATE PRISON INMATES IN CLASS IIB ENREKANG
Muhammad Sain, Budimawan ,Abdul Razak Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
Alamat Korensponden: Muhammad Sain Jl. Andi pangeran paettarani kel. Coppo, barru 081355020347
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) bentuk-bentuk pendidikan Narapidana pada Rumah Tahanan Negara Klas IIB Enrekang; 2) kendala-kendala pelaksanaan pendidikan Narapidana, dan 3) Mengidentifikasi strategi peningkatan efektifitas pendidikan dan relevansi pendidikan narapidana.Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Tahanan Negara Klas IIB Enrekang. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah survey lapangan. Penetuan sampel dilakukan secara sengaja atau purposive sampling, yiatu suatu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus yang sesuai dengan tujuan dan keinginan peneliti. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Pendidikan dan pembinaan narapidana di Rutan Klas IIB Enrekang dilaksanakan dengan mengacu pada Undang-Undang No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, yang terdiri dari dua jenis, yaitu pendidikan kepribadian dan pendidikan kemandirian. Pendidikan kepribadian berupa:pendidikan kesadaran beragama, pendidikan kesadaran berbangsa, pendidikan kesadaran hokum, pendidikan mengintegrasikan diri dan pendidikan kecerdasan Paket A, B, dan C. Sedangkan pendidikan kemandirian berupa: pendidikan pertukangan kayu, pertanian, peternakan dan perikanan, 2) Kendalakendala pelaksanaan pendidikan Narapidana pada Rumah Tahanan Negara Klas IIB Enrekang berupa:kendala yuridis, keterbatasan dana, waktu dan bentuk pembinaan, sumberdaya manusia Rutan, sarana dan prasarana rutan, kesejahteraan petugas, kualitas program, masyarakat dan keluarga korban serta faktor motivasi narapidana, dan 3) strategi peningkatan efektifitas pendidikan dan relevansi pendidikan narapidana adalah dengan mengoptimalkan peran petugas rutan, meningkatkan motivasi warga belajar dan meningkatkan kerjasama dengan pihak luar lingkungan rutan. Kata Kunci: Pendidikan tahanan,Rumah tahanan, kejahatan, ABSTRACT This studyaims to determine(1)the formsof educationStatePrisonInmatesinClassIIBEnrekang, 2) implementation constraintsinmateeducation, and3)Identifystrategiesto increase the effectivenessandrelevance ofeducationprisonereducation. The research wasconductedatthe StatePrisonEnrekangClassIIB. The method usedinthesurveyresearchfield.Determinationof samplesintentionalorpurposivesampling, a techniqueof determiningthe sampleyiatuwithspecialconsiderationin accordance with thegoals anddesiresof researchers.Data analysisin this study usinga qualitative-descriptive methods.The results showedthat 1)Education andtraininginmates at thedetention centerEnrekangClassIIBimplementedby referring toAct12of 1995 OnPenitentiary,which consistsoftwotypes, namelyeducationandeducationalindependence ofpersonality. Personalityin the form ofeducation: educationof religiousconsciousness, national consciousnesseducation, education, legalawareness, educationandeducationintegrateintelligencePackageA,B, andC.While theindependenceofeducation: educationas carpentry,agriculture, animal husbandryandfisheries, 2) constraintsonthe implementation ofeducationalPrisonInmatesStateEnrekangaClassIIB: legalconstraints, limited funds, time andform ofdevelopment, Rutanhuman resources, facilities and infrastructure prisons, welfareofficers, the quality ofthe program, communitiesandfamiliesof victimsandinmatesmotivationalfactors, and3)strategiesto increase the effectivenessand relevance ofeducationis tooptimize therole ofconvictprisonsofficers, increasing the motivation ofcitizensto learnandimprovecooperation with theoutside of thecrease. Keywords: Prisoner education, Prison, ciminal
PENDAHULUAN Satu tujuan sistem peradilan pidana adalah mengusahakan agar mereka yang pernah melakukan tindak pidana tidak mengulangi lagi kejahatannya (Atmasasmita, 1996).Tujuan yang diharapkan oleh sistem peradilan pidana tersebut adalah berkaitan dengan pemidanaan. Pemidanaan dalam sistem peradilan pidana merupakan proses paling kompleks karena melibatkan banyak orang dan institusi yang berbeda (Sholehuddin, 2003). Penyelenggaraan peradilan pidana akan terlihat dengan bekerjanya komponen penegakan hukum yaitu, Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman, dan Lembaga Pemasyarakatan. Penyelenggaraan peradilan tersebut, adalah merupakan suatu sistem, yaitu suatu keseluruhan terangkai yang terdiri dari unsur-unsur yang saling berhubungan secara fungsional (Anwar dan Adang, 2009).Sebagai suatu sistem, komponen-komponen sistem peradilan atau sub sistem peradilan pidana bekerja untuk mencapai tujuan peradilan pidana berdasarkan wewenangnya masing-masing.Lembaga pemasyarakatan melalui sistem pemasyarakatan memberikan perlakuan yang lebih manusiawi kepada narapidana dengan pola pembinaan.Hal ini tentu saja berbeda dengan sistem sebelumnya yaitu system kepenjaraan.Perlakuan terhadap narapidana pada sistem kepenjaraan dengan penjara sebagai tempat melaksanakannya lebih menekankan kepada unsur balas dendam serta cenderung menggunakan perlakuan yang keras dan kasar.Beralihnya sistem kepenjaraan kepada sistem pemasyarakatan membawa perubahan dalam bentuk perlakuan terhadap narapidana.Demikian juga halnya dengan istilah penjara kemudian
beralih
menjadi
Lembaga
Pemasyarakatan
yang
selanjutnya
disebut
Lapas.Perubahan istilah tersebut tidak hanya sekedar menghilangkan kesan menakutkan dan adanya penyiksaan dalam sistem penjara, tetapi lebih kepada bagaimana memberikan perlakuan yang manusiawi terhadap narapidana tersebut (Samosir, 1992). Suryosburoto (2010) memberikan batasan pengertian pendidikan sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan dimana tujuan pendidikan dalam rangka membawa anak kearah tingkat kedewasaan.
Sedangkan menurut Henderson dalam Sadulloh (2010),
pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interakasi individu dengan lingkungan social dan lingkungan fisik, berlansung sepanjang hayat sejak manusia lahir. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional, antara lain Pemerintah telah mencanangkan sistem wajib belajar 9 tahun dan programlainnya seperti ; Keaksaraan Fungsional (KF), Kejar Paket A, B dan C. Melalui kegiatanpemerataan pendidikan
kepada
warga
negaranya
termasuk
narapidana
untuk
dapat
mengikutipembelajaraan
yang
telah
diprogramkan
dimaksudkan
untuk
dilakukan
penyeimbangan polapendidikan Formal Nonformal dan Informal. Pada umumnya efektivitas sering dihubungkan dengan efisiensi dalam pencapaian tujuan organisasi.Padahal suatu tujuan atau saran yang telah tercapai sesuai dengan rencana dapat dikatakan efektif, tetapi belum tentu efisien.Walaupun terjadi suatu peningkatan efektivitas dalam suatu organisasi maka belum tentu itu efisien.Jelasnya, jika sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya dapat dikatakan efektif.Jadi bila suatu pekerjaan itu tidak selesai sesuai waktu yang telah ditentukan, maka dapat dikatakan tidak efektif.Efektivitas merupakan gambaran tingkat keberhasilan atau keunggulan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan adanya keterkaitan antara nilai-nilai yang bervariasi.Sedarmayanti (2001) menyatakan bahwa efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai. Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama.Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektivitas maka walaupun terjadi peningkatan efektivitas belum tentu efisiensi meningkat. Efektivitas merupakan salah satu pencapaian yang ingin diraih oleh sebuah organisasi.Untuk memperoleh teori efektivitas peneliti dapat menggunakan konsep-konsep dalam teori manajemen dan organisasi khususnya
yang berkaitan dengan teori
efektivitas.Efektivitas tidak dapat disamakan dengan efisiensi.Karena keduanya memiliki arti yang berbeda, walaupun dalam berbagai penggunaan kata efisiensi lekat dengan kata efektivitas.Efisiensi mengandung pengertian perbandingan antara biaya dan hasil, sedangkan efektivitas secara langsung dihubungkan dengan pencapaian tujuan.Atmosoeprapto (2002) menyatakan efektivitas adalah melakukan hal yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan hal secara benar, atau efektivitas adalah sejauh mana kita mencapai sasaran dan efisiensi adalah bagaimana kita mencampur segala sumber daya secara cermat. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut : (1) Bagaimana relevansi pendidikan Narapidana pada Rumah Tahanan Negara Klas IIB Enrekang, (2) Apa kendala-kendala pelaksanaan pendidikan Narapidana pada Rumah Tahanan Negara Klas IIB Enrekang (3) Bagaimana strategi peningkatan efektifitas pendidikan dan relevansi pendidikan narapidana pada Rumah Tahanan Negara Klas IIB Enrekang. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui relevansi pendidikan narapidana dan mengidentifikasi kendala-kendala pelaksanaan pendidikan narapidana pada Rumah Tahanan Negara Klas IIB Enrekang.Selain
itu untuk mengidentifikasi strategi peningkatan efektifitas pendidikan dan relevansi pendidikan narapidana pada Rumah Tahanan Negara Klas IIB Enrekang.
METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan jenis deskriptif, yaitu jenis penelitian yang bertujuan menemukan data yang berkaitan dengan “pemenuhan hak pendidikan bagi narapidana di Rumah Tahanan Negara Klas IIB Enrekang”. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu bulan Nopember sampai Desember 2011.Lokasi penelitian ini difokuskan pada Rumah Tahanan Negara Klas IIB Enrekang. Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa Rumah Tahanan Negara Klas IIB Enrekang merupakan institusi tempat peneliti dan dekat dengan tempat tinggal peneliti. Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian adalah survey lapangan.
Penetuan
sampel dilakukan secara sengaja atau purposive sampling, yiatu suatu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus yang sesuai dengan tujuan dan keinginan peneliti.Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif.
HASIL Tahapan dan Jenis Pendidikan Bagi Narapidana Rutan Klas IIB Enrekang Tahap pendidikan dan pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan di Rutan Klas IIB Enrekan sebagai berikut: 1). Pembinaan Tahap Awal (Pasal 9 (1) PP 31/99) ;Pembinaan pada tahap ini terdapat narapidana yang memenuhi syarat diberikan cuti menjelang bebas atau pembebasan bersyarat dan pembinaannya dilakukan di luar lapas oleh balai pemasyarakatan (bapas) yang kemudian disebut pembimbingan klien pemasyarakatan, 2). Pembinaan Tahap Lanjutan (Pasal 9 (2) a PP 31/99) ;Tahap Pertama, waktunya dimulai sejak berakhirnya tahap awal sampai dengan 1/2 dari masa pidananya. Pada tahap ini pembinaan masih dilaksanakan di dalam lapas dan pengawasannya sudah memasuki tahap medium security, 3) Pembebasan tahap akhir (Pasal 9 (3) PP 31/99); Tahap kedua dimulai sejak berakhirnya masa lanjutan pertama sampai dengan 2/3 masa pidananya.Pada tahap ini pengawasan kepada narapidana memasuki tahap minimum security.Dalam tahap lanjutan ini, narapidana sudah memasuki tahap asimilasi.Selanjutnya, narapidana dapat diberikan cuti menjelang bebas atau pembebasan bersyarat dengan pengawasan minimum security.
Berdasarkan hasil wawacara dengan petugas Rutan Klas IIB Enrekang, maka tahapan pendidikan dan pembinaan adalah sebagai berikut: 1).Tahap Pertama Menurut Nur Ansyar, SH., selaku Subseksi pelayanan tahanan, bahwa pendidikan dan pembinaan tahap I merupakan pembinaan tahap awal yang didahului dengan masa pengenalan lingkungan, sejak diterima sampai sekurang-kurangnya 1/3 dari masa pidana yang sebenarnya. Pengamatan dan penelitian terhadap narapidana dilakukanoleh Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP)”. 2).Tahap Kedua adalah pembinaan lanjutan diatas 1/3 sampai sekurang-kurangnya ½ dari masa pidana yang sebenarnya, dan dalam kurun waktu tersebut narapidana menunjukkan sikap dan perilakunya atas hasil pengamatan TPP. 3). Tahap Ketiga adalah pembinaan lanjutan ½ sampai sekurang-kurangnya 2/3 dari masa pidana sebenarnya dan sudah diperoleh kemajunan fisik, mental dan keterampilan maka wadah pembinaan diperluas dengan mengadakan asimilasi dengan
masyarakat. Tahap ketiga
merupakan tahap asimilasi, yaitu tahap pembinaan yang dilaksanakan dengan cara membaurkan narapidana dengan masyarakat. Asimilasi yang dilaksanakan di Rutan Klas IIB Enrekang ada dua macam yaitu Asimilasi Internal (dalam lingkungan Rutan), kegiatannya dapat berupa membersihkan ruangan, mencabut rumput dikebun dalam Rutan dan menyapu, sedangkan Asimilasi Eksternal seperti: kerja pada pihak luar, cuti mengunjungi keluarga, kerja mandiri dan lain-lain. Tahap Keempat Menurut Nur Ansyar, tahap pembinaan lanjutan diatas 2/3 dari masa pidananya dan yang bersangkutan dinilai sudah siap untuk diterjunkan kembali ke masyarakat, untuk narapidana dapat diusulkan untuk mendapatkan pembebasan bersyarat (PB) dan cuti menjelang bebas (CMB )”. 4) Tahap keempat merupakan tahap terakhir dimana narapidana sudah hampir selesai menjalani masa pemidanaannya, dan berhak untuk diusulkan mendapat pembebasan bersyarat setelah memenuhi syarat-syarat tertentu sebelum akhirnya di putuskan untuk benar-benar bebas. Tahap pembinaan yang meliputi empat tahap pembinaan didasarkan pada dua unsur yaitu masa pidana dan tingkah laku narapidana, dimana kedua unsur tersebut saling berkaitan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Pendidikan dan Pembinaan Kepribadian Merupakan Program Pembinaan dalam rangka pembentukan jati diri/ kepribadian narapidana dengan tujuan meningkatkan kualitas Ketaqwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, kematangan sikap dan perilaku, intelektualitas yang baik, profesional dalam karyanya serta kemapanan dalam kesehatan jasmani dan rohani.Pendidikan dan Pembinaan Kepribadian meliputi pendidikan dan pembinaan kesadaran beragama, Pendidikan dan pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara, pendidikan dan pembinaan kesadaran hukum, dan pendidikan dan pembinaan kemampuan kecerdasan
Usaha ini diperlukan agar pengetahuan serta kemampuan berfikir warga binaan pemasyarakatan semakin meningkat sehingga dapat menuniang kegiatan-kegiatan positif yang diperlukan selama masa pembinaan.Pembinaan kecerdasan dapat dilakukan baik melalui pendidikan formal maupun melalui pendidikan non-formal.Untuk mengejar ketinggalan di bidang pendidikan baik formal maupun non formal, maka pihak Rutan saat ini sedang menggalakkan cara belajar melalui Program Kejar Paket A, B, dan C. Pendidikan umum ini berupa program pemberantasan buta huruf melalui Program Kejar Paket A, B, dan C yang diikuti oleh Narapidana yang buta huruf sama sekali dan yang tidak tamat Sekolah Dasar, dan yang belum tamat SMP, serta belum tamat SMA. Program ini dilaksanakan tiga kali dalam seminggu yaitu pada hari Kamis. Sedangkan pendidikan keterampilan diadakan lima kali dalam satu minggu. Kendala dalam pendidikan Kejar Paket, adalah apabila para narapidana yang ikut program tersebut belum bisa membaca dan menulis tapi sudah bebas, sedangkan untuk narapidana yang baru berarti program harus mulai dari awal lagi. Berdasarkan hasil wawancara (table 2) dengan Nur Ansyar, SH., selaku Subseksi pelayanan tahanan, bahwa dalam pelaksannan program Kejar peket A, B, dan C ini hanya merupakan inisiatif dari Pengelola Rutan, karena belum ada kerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota Enrekang. Begitu uuga dengan acuan dalam memberikan pelajaran hanya berdasarkan situasi dan kemampuan mengajar dari petugas rutan.Hal ini sesuai dengan informasi yang diperoleh dari salah seorang peserta Kejar Paket “TAS” bahwa materi yang diajarkan tidak berutan tergantung yang memberikan pelajaran, sehingga pelajaran yang diterima hanya ditujukan untuk meningkatkan kemapuan menulis, membaca dan menghitung saja bagi anak didiknya. Pembinaan Kemandirian Kegiatan pembinaan kemandirian untuk narapidana antara lain seperti: pertukangan, perbengkelan, cuci mobil/motor, peternakan dan pemeliharaan ikan. Kegiatan ini sepenuhnya dilaksanakan dan dibimbing oleh Petugas dari internal Rutan Klas IIB Enrekang. Untuk selanjutnya narapidana akandiarahkan sesuai bakat dan keterampilannya masing-masing dalam mengikuti program keterampilan. Pendidikan dan pelatihan pertukangan kayu Menurut Kepala Subseksi pengelolaan Rutan, Hasbih, S.H., bahwa kegiatan pendidikan dan pelatihan perbengkelan ini dimulai sejak tahun 2000 dan sudah berjalan dengan baik meski masih banyak kendalanya terutama dalam hal permodalan, instruktur/pembina dan pemasaran. Berkaitan dengan program pendidikan dan pembinaan,
pendapat narapidana dalam menerima program kegiatan tersebut dapat diketahui wawancara berikut ini dengan responden “NI” umur 21 tahun yang mengatakan bahwa: dulu sebelum saya disini saya tidak punya keterampilan apa-apa, disini banyak sekali kegiatan dan keterampilan yang sangat bermanfaat, sehingga sekarang saya sudah bisa punya keterampilan pertukangan kayu. Kegiatan disini sangat bermanfaat sekali buat saya. Pendidikan dan pelatihan Bengkel Kegiatan pendidikan dan pelatihan perbengkelan mulai dirintis oleh Rutan Klas IIB Enrekang pada tahun 2007, dengan perkembangan yang sudah bagus meski belum ada dukungan dari luar Rutan.Program ini difokuskan pada usaha perbengkelan sepeda motor.Kegiatan ini dalam perkembangannya dikembangkan secara bersamaan dengan cuci motor/mobil pada tahun 2007.Jumlah narapidana yang mengikuti pendidikan dan pelatihan perbengkelan sebanyak tiga orang. Berdasarkan wawancara dilakukan pada responden “Sy” umur 19 tahun bahwa kegiatan perbengkelan memang bermanfaat dulu saya tidak tahun memperbaiki motor yang rusaknya sedikit, tetapi saat ini saya sudah mampu memperbaikinya. Pendidikan dan pelatihan pertanian Menurut Nur Ansyar, SH., selaku Subseksi pelayanan tahanan, bahwa kegiatan pendidikan dan pelatihan pertanian bertujuan untuk menyiapkan narapidana menjadi warga negara yang terampil di bidang pertanian.
Hal ini juga dimaksudkan agar narapidana
memiliki bekal keterampilan dimasa yang akan datang bila kelak mereka bebas dari rutan dan menempuh hidup di masyarakat. Program ini baru dimulai pada akhir tahun 2011 dengan memanfaatkan lahan kosong di areal Rutan.Jumlah narapidana yang mengikuti pendidikan dan pelatihan pertanian sebanyak empat orang dan hasilnya berupa sayuran-sayuran, tomat, jagung diperuntukkan bagi keperluan internal Rutan Klas IIB Enrekang.Berdasarkan wawancara dilakukan pada responden “Say” umur 19 tahun bahwa kegiatan pertanian sangat bermanfaat bagi saya saat ini dan bisa menjadi bekal jika saya bebas nanti.Hasil dari tanaman sayur ini sebagian dimanfaatkan untuk konsumsi internal Rutan, sebagiannya lagi dijual kepada pedagang dari luar rutan. Pendidikan dan pelatihan peternakan Sapi dan Biogas Kegiatan ini bertujuan untuk menyiapkan narapidana menjadi warga negara yang terampil di bidang peternakan dan biogas.
Hal ini juga dimaksudkan agar narapidana
memiliki bekal keterampilan dimasa yang akan datang bila kelak mereka bebas dari rutan dan menempuh hidup di masyarakat.
Program ini dimulai pada akhir tahun 2010 dengan
memanfaatkan lahan kosong di areal Rutan.Jumlah narapidana yang mengikuti pendidikan
dan pelatihan peternakan dan biogas sebanyak tiga orang.Berdasarkan wawancara dilakukan pada responden “Mar” umur 19 tahun bahwa kegiatan peternakan sangat bermanfaat bagi saya saat ini dan bisa menjadi bekal jika saya bebas nanti. Pendidikan dan Pelatihan pemeliharaan Ikan Kegiatan ini bertujuan untuk menyiapkan narapidana menjadi warga negara yang terampil di bidang pemeliharaan ikan di tambak air tawar. Hal ini juga dimaksudkan agar narapidana memiliki bekal keterampilan dimasa yang akan datang bila kelak mereka bebas dari rutan. Program ini dimulai pada akhir tahun 2011 dengan memanfaatkan lahan kosong di areal Rutan.Jumlah narapidana yang mengikuti pendidikan dan pelatihan peternakan dan biogas sebanyak tiga orang. Berdasarkan wawancara dilakukan pada responden “Say” umur 20 tahun bahwa kegiatan pertambakan ikan ini sangat bermanfaat bagi saya saat ini dan bisa menjadi bekal jika saya bebas nanti. Hasil dari usaha ini dimanfaatkan untuk konsumsi narapidana di Rutan Klas IIB Enrekang.
PEMBAHASAN Kendala-Kendala Pelaksanaan Pendidikan Narapidana di Rutan Klas IIB Enrekang Setiap bentuk pendidikan dan pembinaan yang dikerjakan hampir pasti memiliki kendala, baik itu yang berskala besar atau kecil. Kendala yang ada selama dalam upaya pemenuhan hak pendidikan dan pembinaan narapidana di Rumah Tahanan Negara Kelas II B Enrekang adalah: Kendala Yuridis Menurut Kepala Rutan Enrekang Bapak Heri Azhari, bahwa salah satu kendala yang dihadapi Rutan Klas IIB Enrekang dari aspek yuridis yaitu belum adanya peraturan pelaksanaan yang mengatur secara khusus mengenai pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bagi narapidana pada Rutan atau Lapas di Indonesia pada umumnya. Dana Dana merupakan faktor utama yang menunjang untuk pelaksanaan pendidikan dan pembinaan narapidana. Kurang atau tidak adanya dana menjadi salah satu faktor penyebab yang menjadi faktor penghambat bagi pelaksanaan pendidikan dan pembinaan, karena dapat mengakibatkan tidak berjalan dan tidak terealisasinya semua program pendidikan dan pembinaan bagi narapidana akibat sangat minimnya dana yang tersedia.
Waktu dan bentuk pembinaan Waktu pelaksanaan pembinaan untuk narapidana pendek, terutama bagi narapidana yang masa pidana relatif singkat, sehingga program pembinaan yang diberikan lebih banyak mengarah pada pembinaan agama dari pada pembinaan keterampilan. Sumber daya manusia Rutan Menurut Kepala Rutan, kualitas petugas pemasyarakatan selama ini disebabkan kurangnya pendidikan dan latihan teknis pemasyarakatan, karena pendidikan dan latihan selama ini hanya diikuti sebagian kecil petugas pemasyarakatan Rutan Enrekang sehingga pelaksanaan/ penerapan tugasnya hanya berdasarkan pada pengalaman yang ada tanpa didasari dengan ilmu dan keterampilan yang cukup. Sarana dan Prasarana Terbatasnya sarana pendidikan dan pembianaan bagi narapidana.
Meneurut hasil
wawancara dengan Bapak Heri Azhari, terungkap bahwa salah satu kendala yang dihadapi dalam pemenuhan hak pendidikan anak didik Rutan Klas IIB Enrekang adalah terbatasnya sarana pendidikan dan pembinaan, baik pendidikan/pembinaan kemandirian maupun untuk pembinaan kepribadian. Faktor Narapidana Narapidana.Keberhasilan dari terlaksananya program pendidikan dan pembinaan terhadap narapidana tidak hanya tergantung dari faktor petugasnya, melainkan juga dapat berasal dari faktor narapidana itu sendiri juga memegang peran yang sangat penting. Adapun hambatan-hambatan yang berasal dari narapidana antara lain : a) Tidak adanya minat, b) Tidak adanya bakat dan c) Watak diri narapidana Kesejahteraan petugas Disadari sepenuhnya bahwa faktor kesejahteraan petugas Rutan di Indonesia memang dibilang masih memprihatinkan, hal ini disebabkan karena keterbatasan dana dan kemampuan untuk memberikan tunjangan bagi petugas Rutan. Maka imbalan yang diperolehnya menjadi belum seimbang dibandingkan dengan tenaga yang mereka sumbangkan untuk bekerja siang dan malam tanpa mengenal lelah di dalam Rutan.Namun pada dasarnya faktor kesejahteraan petugas ini jangan sampai menjadi faktor yang menyebabkan lemahnya pendidikan, pembinaan dan keamanan serta ketertiban di dalam Rutan.
Kualitas program pendidikan dan pembinaan Kualitas dan bentuk-bentuk program pendidikan dan pembinaan tidak semata-mata ditentukan oleh anggaran maupun sarana dan fasilitas yang tersedia.Tetapi diperlukan program-program pendidikan dan pembinaan yang kreatif dan murah serta mudah untuk dilakukan, sehingga dapat berdampak sebagai pembelajaran yang optimal bagi narapidana sebagai bekal keterampilannya untuk kelak setelah keluar dari Rutan. Masyarakat dan pihak korban Pada dasarnya masyarakat juga merupakan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pendidikan dan pembinaan terhadap narapidana, karena masyarakat secara tidak langsung menjadi penentu berhasil tidaknya proses pendidikan dan pembinaan di Rutan. Dalam hal pendidikan dan pembinaan berupa program integrasi, masih terdapat kendala-kendala seperti kebanyakan lingkungan masyarakat dan pihak korban untuk dapat menerima narapidana secara terbuka tanpa penuh kecurigaan, mengasingkan, dan sebagainya. Kerjasama yang belum berjalan antara Rutan dengan Diknas Pendidikan adalah hak setiap warga negara, begitu juga para warga binaan pemasyarakatan yang sementara waktu berada di balik tembok rutan untuk mempertanggung jawabkan perbuatan melanggar hukum yang telah dilakukannya. Untuk menyelenggarakan hak para warga binaan dalam memperoleh pendidikan formal Rutan Klas IIB Enrekang melakukan program Kejar Paket A, B, dan C dengan harapan peserta Kejar di Rutan Enrekang dapat mengikuti ujian nasional penyesuaian ijazah dan mendapat ijazah dapat digunakan untuk melanjutkan pendidikan formal ke jenjang lebih tinggi lagi atau sebagai modal mencari pekerjaan yang lebih baik lagi.Namun karena belum adanya kerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota Enrekang, maka peserta Kejar paket yang di jalankan tidak bisa mengikuti ujian nasional untuk mendaptkan ijazah. Strategi Peningkatan Efektifitas dan Relevansi Pendidikan Berdasarkan pendekatan-pendekatan dalam efektivitas organisasi yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi adalah sebagai berikut: (1) Adanya tujuan yang jelas, (2) Struktur organisasi. (3) Adanya dukungan atau partisipasi masyarakat, (4) Adanya sistem nilai yang dianut.
Menurut Bapak Heri Azhari, BC.IP, S.Sos selaku Kepala Rutan, strategi untuk meningkatkan efiktifitas pendidikan narapidana dilakukan yaitu: 1). Pendidikan dan pelatihan teknis pemasyarakatan selama ini dirasa kurang oleh petugas, sehingga petugas Rutan dalam melakukan pembinaan sesuai kemampuan yang ada. Petugas rutan yang merupakan motor penggerak terlaksananya pembinaan terhadap narapidana. Walaupun masih banyak kekurangannya, program dan realisasi pelayanan tahanan dan pembinaan narapidana tetap dilaksanakan. Petugas Rutan dalam melaksanakan tugasnya mempunyai peranan sebagai orang tua, guru, teman, kakak dan sebagainya, 2).Narapidana sebagai warga binaan pemasyarakatan diarahkan untuk mau secara tulus ikhlas berperan aktif dalam kegiatan pembinaan tersebut.Narapidana pada umumnya bersikap patuh. Apabila ada narapidna yang bersikap tinggi hati atau ingin dianggap sebagai pemimpin maka narapidana tersebut justru tidak akan mendapat tempat dalam pergaulan dengan sesama narapidana, dan 3). Peran serta masyarakat.Untuk mengatasi meningkatkan efektifitas pembinaan, khususnya program Rumah Tahanan yang berhubungan dengan pembinaan asimilasi, masyarakat di luar lembaga pemasyarakatan yang terlalu mempunyai pikiran negatif terhadap mantan narapidana, maka upaya yang dilakukan adalah pada waktu kembali kemasyarakat, maka kepada narapidana disampaikan agar berperan aktif dalam kegiatan keagamaan, misalnya bagi yang beragama Islam harus mengikuti sholat berjema’ah dimesjid, mengikuti pengajian-pengajian rutin seperti tahlil antar tetangga. Selanjutnya adalah berperan aktif pada kegiatan sosial di daerahnya seperti, selalu berperan aktif dalam kegiatan gotong royong yang ditujukan untuk membersihkan lingkungan.
KESIMPULAN Pendidikan dan pembinaan narapidana di Rutan Klas IIB Enrekang dilaksanakan dengan mengacu pada Undang-Undang No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, yang terdiri dari dua jenis, yaitu pendidikan kepribadian dan pendidikan kemandirian. Pendidikan kepribadian berupa:pendidikan kesadaran beragama, pendidikan kesadaran berbangsa, pendidikan kesadaran hokum, pendidikan mengintegrasikan diri dan pendidikan kecerdasan Paket A, B, dan C. Sedangkan pendidikan kemandirian berupa: pendidikan pertukangan kayu, pertanian, peternakan dan perikanan.Kendala-kendala pelaksanaan pendidikan Narapidana pada Rumah Tahanan Negara Klas IIB Enrekang berupa:kendala yuridis, keterbatasan dana, waktu dan bentuk pembinaan, sumberdaya manusia Rutan, sarana dan prasarana rutan, kesejahteraan petugas, kualitas program, masyarakat dan keluarga korban
serta faktor motivasi narapidana. Strategi peningkatan efektifitas pendidikan dan relevansi pendidikan
narapidanadilakukan
dengan
caramengoptimalkan
peran
petugas
rutan,
meningkatkan motivasi warga belajar dan meningkatkan kerjasama dengan pihak luar lingkungan rutan
DAFTAR PUSTAKA Y dan Adang(2009).Sistem Peradilan Pidana (Konsep, Komponen, dan Pelaksanaannya Dalam Penegakan Hukum Di Indonesia), Bandung : Widya Padjdjaran. Atmosoeprapto, Kisdarto.(2002). Menuju SDM Berdaya – Dengan Kepemimpinan Efektif dan Manajemen Efisien, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Atmasasmita, R. (1996).Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice System) : Perspektif Eksistensialisme Dan Abolisionisme, Jakarta : Bina Cipta. Sedarmayanti .(2000). Sumber Daya Manusia dan Produktifitas Kerja.Mandar Maju. Bandung. Sholehuddin,M. (2003), Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana: Ide Dasar Double Track System&Implementasinya, Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada Suryosubroto, B. Drs. (2010). Beberapa Aspek Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta Samosir, D. (1992).Fungsi Pidana Penjara Dalam Sistem Pemidanaan Di Indonesia, Bandung : Bina Cipta. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional. Anwar,
Tabel 1.Daftar Narapidana Klas IIB Enrekang Peserta Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan
No
Nama Narapidana
Bidang Pendidikan dan Keterampilan Pertukangan
Bengkel
Kayu 1
Ronsen
Perikanan
Motor
Peternakan/
Pertanian
Biogas
Tuwonw 2
Nirwan
3
Anwar
Junaedi 4
Syamsul
Bachri 5
Syamsuddin
6
Kamaruddin
7
Mulla
8
Dini
9
Mardan
10
Irwan
11
Tasbih
12
Imi Bin Baco
13
Suwati
14
Sampe
15
Sayidin
Sumber: Rutan Klas IIB Enrekang, 2012
Tabel 2.Daftar Narapidana Klas IIB Enrekang Peserta Program Paket A, B, dan C.
No
Nama
Program Kelompok Belajar
Narapidana
Paket A
Paket B
Paket C
1
Wadan
2
Jumadi
3
Suwati
4
Edi Cakra
5
Imi Bin Baco
6
Sampe
7
Rasul Bin Tara
8
Indra Bakti
9
Juhari
10
Syamsuddin
11
Komaruddin
12
Tasbih
13
Muh. Haris
14
Muh. Putra
15
Sayidin
16
Saiful
17
Nirwan
18
Sulfikar
19
Hermawan
Sumber: Rutan Klas IIB Enrekang, 2012