PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR DAYA PADA GARDU INDUK 150 kV SRONDOL PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG 1
Hadha Alamajibuwono1, Dr. Ir. Hermawan, DEA2 Mahasiswa dan Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Email :
[email protected] 2
Abstrak PLN sebagai Perusahaan Listrik Negara berusaha untuk menyuplai energi listrik yang ada dengan seoptimal mungkin seiring dengan semakin meningkatnya konsumen energi listrik. Agar dapat memanfaatkan energi listrik yang ada serta menjaga kualitas sistem penyaluran dan kerusakan peralatan, maka diperlukan suatu sistem pengaman dan sistem pemeliharaan instalasi Gardu Induk. Dalam suatu gardu induk terdapat suatu peralatan yaitu transformator daya yang berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya (mentransformasikan tegangan). Pemeliharaan transformator daya dilakukan untuk menjaga efektivitas dan daya tahan peralatan sistem tenaga listrik, khususnya transformator daya agar dapat bekerja sebagaimana mestinya sehingga kontinuitas penyaluran tetap terjaga dengan baik. Oleh karena itu diperlukan pemeliharaan secara terjadwal sesuai dengan buku panduan dari pabrik. Jika terjadi ketidaknormalan dari suatu hasil pemeliharaan transformator maka perlu dilakukan investigasi lebih lanjut agar tidak terjadi gangguan pada saat transformator beroperasi. Kata Kunci : Transformator daya, Gardu Induk, Pemeliharaan.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gardu Induk merupakan kumpulan peralatan listrik tegangan tinggi yang mempunyai fungsi dan kegunaan dari masing-masing peralatan yang satu sama lain saling terkait sehingga penyaluran energi listrik dapat terlaksana dengan baik. Salah satu peralatan utama yang terdapat di Gardu Induk adalah transformator daya. Pemeliharaan dan pengoperasian yang tidak benar terhadap transformator daya akan memperpendek umur transformator daya dan akan menimbulkan gangguan – gangguan pada saat beroperasi sehingga kontinuitas penyaluran menjadi tidak lancar. 1.2 Tujuan Tujuan penulisan laporan kerja praktek ini adalah untuk mengetahui pemeliharaan transformator daya yang terdapat di Gardu Induk 150 kV Srondol.
1.3 Pembatasan Masalah Makalah ini disusun untuk mempelajari jenis dan bagian-bagian transformator daya yang terdapat di GI 150 kV Srondol. Untuk mempersempit masalah, maka hanya dibahas mengenai pemeliharaan pada transformator daya. II. DASAR TEORI Transformator daya adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya (mentransformasikan tegangan). Dalam operasi umumnya, trafo – trafo daya ditanahkan pada titik netralnya sesuai dengan kebutuhan untuk sistem pengamanan/proteksi, sebagai contoh transformator 150/70 kV ditanahkan secara langsung disisi netral 150 kV, dan transformator 70/20 kV ditanahkan dengan tahanan disisi netral 20 kVnya.
2.1 Prinsip Kerja Trafo bekerja atas dasar pembangkit tegangan induksi bolak-balik di dalam kumparan yang melingkupi fluksi yang berubah-ubah. Apabila lilitan primer diberi tegangan bolak-balik E1 maka akan timbul arus I2 (pada trafo tak berbeban : I0) pada belitan primer, yang kemudian akan membangkitkan fluksi bolakbalik pada inti trafo. Kemudian fluksi ini membangkitkan primer dan arus I2 pada sekunder, bila trafo berbeban.
c)
Gambar 2.1 Lilitan Trafo Daya
Keterangan : E1 E2 I1 I2 N1 N2 e1 e2
: Tegangan primer : Tegangan sekunder : Arus primer : Arus sekunder : Lilitan primer : Lilitan sekunder : Tegangan Induksi Primer : Tegangan Induksi Sekunder : Fluksi
2.2 Bagian – Bagian dari Transformator 2.2.1 Bagian Utama a) Inti Besi Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan. Dibuat dari lempengan – lempengan besi tipis yang berisolasi, untuk mengurangi panas (sebagai rugi – rugi besi) yang ditimbulkan oleh arus eddy (Eddy Current). b) Kumparan Transformator Terdiri dari beberapa lilitan berisolasi yang membentuk suatu kumparan. Kumparan tersebut diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap
d)
e)
2.2.2 a)
kumparan lain dengan isolasi padat seperti karton, pertinax, dan lain – lain. Umumnya pada trafo terdapat kumparan primer dan sekunder. Bila kumparan primer dihubungkan dengan tegangan/arus bolak – balik maka pada kumparan tersebut timbul fluksi. Fluksi ini akan menginduksikan tegangan, dan bila pada rangkaian sekunder ditutup (bila ada rangkaian beban) maka akan menghasilkan arus pada kumparan ini. Jadi kumparan sebagai alat transformasi tegangan dan arus. Minyak Transformator Minyak transformator disini berfungsi sebagai pengisolasi (isolator) dan pendingin. Minyak sebagai isolator berfungsi mengisolasi kumparan di dalam transformator supaya tidak terjadi loncatan bunga api listrik akibat tegangan tinggi. Minyak sebagai pendingin berfungsi mengambil panas yang ditimbulkan saat transformator berbeban lalu melepaskannya dan melindungi komponen di dalamnya terhadap oksidasi dan korosi. Bushing Hubungan antara transformator ke jaringan luar melalui sebuah bushing yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang sekaligus berfungsi sebagai penyekat antara konduktor tersebut dengan tangki transformator Tangki dan Konservator Pada umumnya bagian – bagian transformator yang terendam minyak trafo ditempatkan di dalam tangki. Untuk menampung pemuaian minyak trafo, tangki dilengkapi dengan konservator Peralatan Bantu Pendingin Pada inti besi dalam kumparan – kumparan akan timbul panas akibat rugi besi dan rugi tembaga. Apabila panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan, akan merusak isolasi di dalam trafo. Untuk mengurangi kenaikan suhu transformator yang berlebihan, maka perlu dilengkapi dengan alat
pendingin/sistem pendingin untuk menyalurkan panas keluar transformator. Media yang dipakai pada pendingin dapat berupa : Udara/gas Minyak Air b) Tap Changer (Perubah Tap) Tap changer adalah alat perubah perbandingan transformasi untuk mendapatkan tegangan operasi sekunder yang diinginkan dari jaringan tegangan primer yang berubah – ubah. Tap changer yang bisa beroperasi untuk memindahkan tap transformator dalam keadaan transformator tidak berbeban disebut Off Load Tap Changer dan hanya dapat dioperasikan secara manual. Tap changer yang dapat beroperasi untuk memindahkan tap transformator dalam keadaan berbeban disebut On Load Tap Changer dan dapat dioperasikan secara manual maupun otomatis. c) Alat Pernafasan (Dehydrating Breather) Akibat pernafasan transformator tersebut maka permukaan minyak akan selalu bersinggungan dengan udara luar. Udara luar yang lembab akan menurunkan nilai tegangan tembus minyak transformator, maka untuk mencegah hal tersebut pada ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi dengan alat pernafasan berupa tabung berisi kristal zat hygroskopis. d) Indikator Untuk mengawasi selama transformator beroperasi, maka perlu adanya indikator pada transformator sebagai berikut : Indikator suhu minyak Indikator permukaan minyak Indikator suhu winding Indikator kedudukan tap
III. PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR DAYA Pemeliharaan transformator daya dilakukan untuk menjaga efektivitas dan daya tahan peralatan sistem tenaga listrik, khususnya transformator daya agar dapat bekerja sebagaimana mestinya sehingga kontinuitas penyaluran tetap terjaga dengan baik. 3.1 Jenis – jenis Pemeliharaan Pemeliharaan dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut : a. Pemeliharaan preventive (Time base
maintenance) Pemeliharaan preventive adalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kerusakan secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan unjuk kerja peralatan yang optimum sesuai umur teknisnya b. Pemeliharaan Prediktif (Conditional maintenance) Pemeliharaan prediktif adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan cara mempredisi kondisi suatu peralatan listrik, apakah dan kapan kemungkinannya peralatan listrik tersebut menuju kegagalan c. Pemeliharaan korektif (Corective maintenance) Pemeliharaan korektif adalah pemeliharaan yang dilakukan secara terencana ketika peralatan listrik mengalami kelainan atau unjuk kerja rendah pada saat menjalankan fungsinya dengan tujuan untuk mengembalikan pada kondisi semula disertai perbaikan dan penyempurnaan instalasi d. Pemeliharaan darurat (Breakdown maintenance) Pemeliharaan darurat adalah pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi kerusakan mendadak yang waktunya tidak tertentu dan sifatnya terurai
\
3.2 Analisa Hasil Pemeliharaan Transformator Daya pada GI 150 kV Srondol a. Pengujian Tegangan Tembus Minyak Pengujian tegangan tembus adalah suatu pengujian dimana minyak trafo diberi tegangan pada frekuensi sistem pada dua elektroda yang diletakkan didalam minyak isolasi. Jarak elektroda tergantung pada standard yang digunakan. Pada banyak standard jarak yang digunakan adalah 2,5 mm
Gambar 3.1 Alat uji tegangan tembus minyak Tabel 3.1 Data Pengujian tegangan tembus minyak isolasi No
1 2 3
Uraian Kegiatan
Tegangan Tembus (kV/2,5 mm)
Warna Minyak Trafo
Minyak bagian atas Minyak bagian bawah Minyak OLTC
75
2
75
2
70.3
2.5
Standar Pengujian SPLN 49 – 1 : 1982 Tegangan Tembus 0 – 70 kV : > 30 kV/2,5 mm 70 – 170 kV : > 40 kV/2,5 mm > 170 kV : > 50 kV/2,5 mm Warna Minyak Trafo 1–2 : Baik (kuning pucat) 2,5 – 3 : Cukup Baik (kuning terang) 3,5 – 5,5 : Sedang (kuning sawo) 6 – 10 : Tidak Baik(coklat kehitaman) Dari data hasil pengujian/pengukuran tegangan tembus minyak di atas maka dapat disimpulkan bahwa minyak isolasi trafo
masih layak digunakan karena masih dalam batas yang diijinkan menurut standar pengujian SPLN 49 – 1 : 1982. Tidak ada tegangan tembus minyak isolasi yang berada di bawah 40 kV/2,5 mm. b. Pengukuran Trafo
Tahanan
Isolasi
Belitan
Pengukuran tahanan isolasi belitan trafo ialah proses pengukuran dengan suatu alat ukur Insulation Tester (megger) untuk memperoleh hasil (nilai/besaran) tahanan isolasi belitan / kumparan trafo tenaga antara bagian yang diberi tegangan (fasa) terhadap badan (Case) maupun antar belitan primer, sekunder dan tertier (bila ada). Pada dasarnya pengukuran tahanan isolasi belitan trafo adalah untuk mengetahui besar (nilai) kebocoran arus (leakage current ) yang terjadi pada isolasi belitan atau kumparan primer, sekunder atau tertier. Kebocoran arus yang menembus isolasi peralatan listrik memang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, salah satu cara meyakinkan bahwa trafo cukup aman untuk diberi tegangan adalah dengan mengukur tahanan isolasinya. Kebocoran arus yang memenuhi ketentuan yang ditetapkan akan memberikan jaminan bagi trafo itu sendiri sehingga terhindar dari kegagalan isolasi
Gambar 3.2 Alat ukur tahanan isolasi
R10
c. Pengujian/Pengukuran Ratio Tegangan X 100 %
- (Polarization Index).
R1 Keterangan : R1 = Nilai tahanan isolasi pengukuran menit pertama, R10 = Nilai tahanan isolasi pengukuran pada menit kesepuluh Tabel 3.2 Data hasil pengukuran tahanan isolasi No
1 2 3 4 5 6 7
Kumparan/Belitan Trafo
Hasil Pengukuran (MΩ)
Primer – Tanah
1 menit 853
10 menit 1560
IP 1,82
Sekunder – Tanah
1760
2630
1,49
Tertier – Tanah
1930
5120
2,65
Primer – Sekunder
2140
4420
1,94
Primer – Tertier
4800
7890
1,64
Sekunder – Tersier
2140
6330
2,95
Primer & Sekunder – Tertier
2400
6800
2,83
Menurut standar VDE (catalouge 228/4) minimum besarnya tahanan isolasi kumparan trafo, pada suhu operasi dihitung “ 1 kilo Volt = 1 MΩ (Mega Ohm) “ Tabel 3.3 Index nilai polarisasi Kondisi Berbahaya Jelek Dipertanyakan Baik Sangat Baik
Index Polarisasi < 1,0 1,0 - 1,1 1,1 - 1,25 1,25 - 2,0 Di atas 2.0
Dari data hasil pengujian/pengukuran di atas dapat disimpulkan bahwa tahanan isolasi belitan trafo cukup aman dan kebocoran arus masih memenuhi ketentuan sehingga trafo aman untuk diberi tegangan dan terhindar dari kegagalan isolasi. Hal ini disebabkan karena nilai index polarisasi (IP) dari tahanan isolasi belitan trafo masih dalam batas kondisi baik yaitu di atas 1,25.
Untuk mengetahui ratio atau perbandingan sebenarnya dari alat yang berfungsi untuk mentranformasikan besaran listrik, antara lain Transformator tenaga, Transformator arus dan Potensial Transformator (Capasitive Voltage Transformator atau lebih dikenal dengan sebutan CVT). Ratio yang akan dibandingkan adalah nilai awal (nilai desain-nya, factory report atau site test report) dengan nilai pengujian terakhir. Sehingga dapat diketahui ratio dari alat listrik tersebut masih sesuai atau tidak. Persamaan dasar Transformator adalah : E2 N2 — = —=K E1 N1 Keterangan : N2 = banyaknya belitan pada sisi sekunder N1 = banyaknya belitan pada sisi primer E1 = tegangan pada sisi primer. E2 = tegangan pada sisi sekunder K = konstanta Transformator atau ratio transformator. Jika N2 > N1 atau K > 1 maka trafo tersebut berfungsi sebagai penaik tegangan atau step-up transformer, demikian sebaliknya bila N2 < N1 atau K< 1 berfungsi sebagai trafo penurun tegangan atau step-down transformator. Idealnya Transformator mempunyai daya input sama dengan daya output, dalam persamaan : Input VA = Output VA V1 I1 = V2 I2 atau I2 V1 1 — = —= — I1 V2 K
perbedaan ratio tegangan hasil pengukuran adalah 0,5 % dari rasio tegangan name plate. Dari data hasil pengukuran di atas dapat disimpulkan bahwa rata – rata nilai ratio tegangan pada transformator masih dalam batas toleransi yang diijinkan menurut standar SPLN 50 – 1982 sehingga transformator layak untuk dioperasikan. d.
Gambar 3.3 Rangkaian Pengujian ratio tegangan Tabel 3.4 Data hasil pengukuran ratio tegangan Posisi Tap
Tegangan Name Plate Primer Sekunder (V) (V) 168700 22000 167300 165900
Hasil Pengukuran R 7,693
Ratio (K) S 7,692
T 7,694
22000
7,627
7,627
7,627
0,3
0,3
0,3
22000
7,561
7,560
7,562
0,27
0,26
0,28
164400
22000
7,495
7,494
7,496
0,31
0,29
0,32
163000
22000
7,429
7,428
7,429
0,28
0,26
0,28
161500
22000
7,363
7,363
7,363
0,31
0,31
0,31
160100
22000
7,298
7,297
7,299
0,28
0,27
0,29
158700
22000
7,231
7,230
7,232
0,24
0,23
0,25
157200
22000
7,166
7,165
7,66
0,29
0,27
0,29
155800
22000
7,101
7,099
7,099
0,26
0,24
0,24
154300
22000
7,038
7,033
7,035
0,29
0,28
0,30
152900
22000
6,968
6,966
6,968
0,26
0,24
0,26
151400
22000
6,902
6,900
6,902
0,30
0,27
0,30
150000
22000
6,836
6,835
6,836
0,26
0,24
0,26
148600
22000
6,769
6,768
6,769
0,21
0,20
0,21
147100
22000
6,704
6,702
6,704
0,26
0,23
0,23
145700
22000
6,637
6,635
6,637
0,22
0,20
0,22
144200
22000
6,571
6,571
6,572
0,25
0,25
0,26
142800
22000
6,506
6,504
6,507
0,23
0,21
0,24
141300
22000
6,440
6,438
6,440
0,27
0,25
0,27
139900
22000
6,374
6,373
6,374
0,23
0,21
0,23
138500
22000
6,308
6,306
6,308
0,20
0,18
0,20
137000
22000
6,243
6,241
6,243
0,25
0,22
0,25
135600
22000
6,176
6,175
6,176
0,21
0,18
0,21
134100
22000
6,113
6,111
6,112
0,28
0,26
0,27
132700
22000
6,046
6,046
6,047
0,23
0,23
0,25
131300
22000
5,982
5,979
5,982
0,22
0,18
0,23
R 0,32
DIFF % S 0,31
T 0,33
13L 12L 11L 10L 9L
Hasil Delta
Pengujian/Pengukuran
Tangen
Pengujian tangen delta adalah dengan melakukan pengukuran kemampuan dielektrik dari kegagalan (breakdown) dan pengukuran kerugian dielektrik untuk mengetahui kualitas isolasi belitan transformator Transformator yang diuji diibaratkan sebagai kapasitor. Apabila sebuah kapasitor sempurna / ideal diberikan tegangan bolak – balik sinusoida maka arusnya akan mendahului tegangan dengan 900, seperti gambar 3.4
8L
Ic
7L
I
5L 4L 3L 2L 1L N 13R
Ic .CV
6L
V
Gambar 3.4 Arus mendahului tegangan dengan sudut 900
12R 11R 10R 9R 8R 7R 6R 5R 4R 3R 2R 1R
Sesuai dengan standar SPLN 50 – 1982 sebagaimana diuraikan juga dalam IEC 76(1976), toleransi yang diijinkan untuk
Dalam hal ini berlaku hubungan antara arus Ic dan tegangan V : Ic = C V Oleh karena kehilangan daya dielektrik, maka I mendahului V dengan sudut kurang dari 90o, gambar 4.22. Sudut disebut sudut fasa dari kapasitor dan faktor dayanya Cos dan = 90 o - disebut sudut kehilangan ( loss – angle ). Jadi faktor daya dapat juga dinyatakan sebagai sin .
Ir
R
Ic
C
3. CH – L = Pengukuran antara kumparan Primer dan Sekunder 4. CH – G = Pengukuran antara kumparan Primer dengan Ground 5. CL – G = Pengukuran antara kumparan Sekunder dengan Ground
I’c
Gambar 3.5 Komponen pada kapasitor yang tidak sempurna
Dalam kapasitor sempurna / ideal = 90 sehingga = 0. Oleh karena itu kehilangan daya dielektrik dinyatakan oleh : PD = I V cos = I V sin Maka kehilangan daya dalam kapasitor sempurna adalah Nol. Komponen pada kapasitor yang tidak sempurna dijelaskan pada gambar 3.5. Jadi persamaannya adalah: Ic = I cos
0
Tabel 3.5 Hasil Pengujian Tangen Delta No
Pengukuran
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
CH+CHL CH CHL(UST) CHL CL+CLT CL CLT(UST) CLT CT+CHT CT CHT(UST) CHT
Tegangan (kV) 10,002 10,002 10,002 10,002 5,002 5,001 5,002 5,002 2,002 2,002 2,001 2,001
Arus (mA) 25,561 13,222 12,287 12,339 35,422 2,818 32,609 32,604 47,669 47,033 0,6380 0,636
Daya (W) 0,7060 0.44 0,242 0,266 0,858 0,199 0,674 0,659 2,705 2,687 0,022 0,018
Tan (%) 0,25 0,30 0,18 0,20 0,22 0,64 0,19 0,18 0,51 0,51 0,31 0,25
Faktor Koreksi 0,90 0,90 0,90 0,90 0,90 0,90 0,90 0,90 0,90 0,90 0,90 0,90
Berdasarkan rekomendasi dari Double Engineering tahun 1993 (pada 25 0C), standar tangen delta adalah :
Sehingga
< 0,5 % = Keterangan : 1. Ic = Arus Kapasitor (Ampere) 2. Ir = Arus Resistan (Ampere) 3. = 2f 4. PD = Power Disappear (Watt) 5. Tan = Dissipation Factor
Gambar 3.6 Rangkaian pengukuran tangen delta
Beberapa istilah pada pengukuran adalah : 1. UST = Ungrounded Specimen Test artinya objek uji tidak ditanahkan 2. GST = Grounded Specimen Test artinya objek uji ditanahkan
= Normal
0,5 – 1 % = Perlu investigasi >1%
= Reklamasi
Dari data hasil pengujian/pengukuran tangen delta di atas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas isolasi belitan trafo masih dalam keadaan baik sehingga trafo masih layak operasi. Hal ini disebabkan karena rata - rata hasil pengujian/pengukuran tangen delta masih dalam batas yang diijinkan yaitu di bawah 0,5% (normal). Tetapi ada beberapa yang melebihi batas normal (< 0,5%) yaitu CL, CT+CHT, dan CT sehingga perlu diadakan investigasi lebih lanjut agar tidak terjadi kegagalan (failure) pada trafo tersebut seperti pengukuran tahanan isolasi dan lain – lain.
Cap (pF) 8229 4557 3956 3972 11419 908 10513 10511 15346 15141 205 205
IV. PENUTUP 4.1 Kesimpulan 1. Transformator daya adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya (mentransformasikan tegangan). 2. Proteksi terhadap peralatan listrik merupakan hal yang paling penting terutama disini pada transformator untuk menghindari gangguan yang mungkin terjadi pada transformator dalam kondisi apapun 3. Pemeliharaan transformator adalah proses kegiatan yang dilakukan terhadap peralatan instalasi tenaga listrik sehingga didalam operasinya transformator dapat memenuhi fungsi yang dikehendaki secara terus menerus sesuai karakteristiknya 4. Jenis pemeliharaan dibedakan menjadi 4, yaitu pemeliharaan preventive, pemeliharaan prediktif, pemeliharaan korektif, dan pemeliharaan darurat 5. Keandalan transformator selama masa operasi, sangat ditentukan oleh cara pemeliharaannya, sehingga jadwal waktu pemeliharaan perlu dikaji lebih lanjut 4.2 Saran 1. Sebaiknya pemeliharaan transformator dilakukan secara berkala sesuai dengan buku panduan dari pabrik sehingga transformator dapat beroperasi secara terus – menerus sesuai karakteristiknya 2. Jika terjadi ketidaknormalan dari suatu hasil pemeliharaan transformator maka perlu dilakukan investigasi lebih lanjut secepatnya agar tidak terjadi gangguan pada saat beroperasi
DAFTAR PUSTAKA [1] Agus Cahyono, Tri, 2008, LASO (Less Attended Substation Operation), PT PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali Region Jawa Tengah dan DIY. [2] Team O & M Transmisi dan Gardu Induk PLN Pembangkitan Jawa Barat dan Jakarta Raya, 1981, Operasi dan Memelihara Peralatan, PLN Pembangkitan Jawa Barat Dan Jakarta Raya. [3] Tim Pelatihan Operator Gardu Induk, 2002, Pengantar Teknik Tenaga Listrik, PT PLN (Persero). [4] Tim Program Pendidikan Diploma Satu (D1) Bidang Operasi dan Pemeliharaan Gardu Induk, 2008, Pemeliharaan Peralatan GI / GITET , PT PLN (Persero) Jasa Pendidikan dan Pelatihan. BIODATA PENULIS Hadha Alamajibuwono (L2F007034), lahir di Semarang tanggal 3 Desember 1989. Mempunyai hobi ngegame dan bermain futsal. Mengenyam pendidikan dari TK hingga SMA di Semarang. Sekarang sedang melanjutkan studinya di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro konsentrasi Power. Semarang, Oktober 2010 Mengetahui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Hermawan, DEA NIP. 19600223 198602 1 001