Yesi Farida /Pembuatan Modul Astronomi dengan Huruf Braille dan Gambar Tactile untuk Siswa Tunanetra
173
Pembuatan Modul Astronomi dengan Huruf Braille dan Gambar Tactile untuk Siswa Tunanetra Yesi Farida*, Yudhiakto Pramudya Magister Pendidikan Fisika Universitas Ahmad Dahlan Jl. Pramuka 42, Sidikan, Umbulharjo,Yogyakarta 55161 *email:
[email protected]
Abstrak – Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan modul tata surya dalam bentuk huruf braille dan gambar tactile untuk siswa penyandang tunanetra. Modul ini berisi tentang tata surya dan gerhana. Metodepenelitian yang digunakan adalah Research and Development (R&D), Borg and Gall (1983:77). Penelitian pengembangan difokuskan pada 2 tahap yaitu tahap preliminary dan tahap formative evaluation (Tessmer, 1993) yang meliputi self evaluation, prototyping (expert reviews danone-to-one, dan small group), sertafield test. Prosedur penelitian yang dilakukan adalah wawancara, pengumpulan referensi materi, pembuatan modul dengan huruf braille, pembuatan angket, validasi produk, dan uji coba produk. Dari hasil analisis data didapatkan hasil untuk validasi oleh ahli fisika dengan persentase 80,56% dengan kategori Baik (B), validasi oleh ahli media dengan persentase 80,56% dengan kategori Baik (B) dan untuk tanggapan siswa dengan persentase 79,38% dengan kategori Baik (B) Kata kunci : pengembangan, modul, Braille, tunanetra, tata surya Abstract – The purpose of this study is to develop a solar module in the form of Braille and tactile images for students with visual impairments. This module contains the solar system and eclipse. The procedure is the research conducted interviews, gathering reference material, Braille module manufacture, manufacture of questionnaires, product validation, and testing of products. From the results of data analysis to validate the results obtained by physicists with the percentage of 80.56% with good category (B), validation by media experts with a percentage of 80.56% with good category (B) and for the percentage of student responses with 79.38% with good category (B). Keywords: development, modules, Braille, visual impairments, the solar system
I. PENDAHULUAN Astronomi merupakan ilmu dasar yang tertua. Astronomi merupakan ilmu alam yang melibatkan pengamatan benda-benda langit seperti halnya bintang, planet, komet serta fenomena-fenomena alam yang terjadi di luar atmosfer bumi. Ilmu ini secara pokok mempelajari berbagai sisi dari benda-benda langit seperti asal usul, sifat fisika atau kimia, meteorologi dan gerak, dan sebagaimana pengetahuan akan benda-benda tersebut menjelaskan pembentukan dan perkembangan alam semesta. Mengenali objek-objek benda langit, merupakan hal yang paling dasar pengajaran astronomi. Ada beberapa buku astronomi dengan ilustrasi tactile telah dipublikasikan dalam beberapa tahun terakhir. Bukubuku astronomi yang ada sampai saat ini juga menampilkan gambar-gambar objek benda langit yang begitu indah. Namun, untuk penyandang tunanetra belum mendapatkan kesempatan untuk menikmati indahnya objek benda-benda langit tersebut [1]. Dari hasil wawancara dengan para siswa penyandang tunanetra, peneliti memperoleh informasi bahwa ketertarikan para siswa terhadap ilmu pengetahuan alam begitu besar. Namun, fasilitas buku-buku ilmu pengetahuan alam untuk mereka masih sangat minim.
Dan juga fasilitas buku-buku bacaan braille yang ada saat ini kurang mendukung hobi membaca siswa tunanetra. Hal ini menjadi inspirasi bagi peneliti untuk membuat sebuah modul astronomi dengan huruf braille dan berisi gambar tentang objek-objek benda langit untuk penyandang tunanetra. Nantinya, penyandang tunanetra pun dapat juga menikmati keindahan benda-benda langit yang ada di alam semesta ini.
II. LANDASAN TEORI A. Tunanetra Tunanetra adalah istilah umum yang digunakan untuk kondisi seseorang yang mengalami gangguan dalam indera penglihatannya. Berdasarkan tingkat gangguannya, tunanetra dibagi menjadi dua yaitu buta total (total blind) dan yang masih mempunyai sisa penglihatan (low vision). Dalam bidang pendidikan luar biasa, anak dengan gangguan penglihatan lebih akrab disebut anak tunanetra [2]. B. Huruf Braille Braille adalah sejenis sistem tulisan sentuh yang digunakan oleh tunanetra. Sistem ini diciptakan oleh Louis Braille yang juga seorang penyandang tunanetra. Huruf-huruf braille menggunakan kerangka penulisan
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014 ISSN : 0853-0823
174
Yesi Farida /Pembuatan Modul Astronomi dengan Huruf Braille dan Gambar Tactile untuk Siswa Tunanetra
seperti kartu domino. Satuan dasar dari sistem tulisan ini disebut sel braille, di mana tiap sel terdiri dari enam titik timbul (tiga baris dengan dua titik). Huruf braille dibaca dari kiri ke kanan [3]. III. METODE PENELITIAN/EKSPERIMEN A. Model Pengembangan Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development/R&D (penelitian dan pengembangan) yang hasilnya berupa produk media pembelajaran. Metode penelitian pengembangan tidaklah berbeda jauh dari penelitian pendekatan penelitianlainya. Namun, pada penelitian pengembangan difokuskan pada 2 tahap yaitu tahap preliminary dan tahap formative evaluation (Tessmer, 1993) yang meliputi self evaluation, prototyping (expert reviews dan one-to-one, dan small group), sertafield test. 1. Tahap Preliminary Pada tahap ini, penelitiakan menentukan tempat dan subjek penelitian seperti dengan cara menghubung ikepala sekolah dan guru matapelajaran disekolah yang akan menjadi lokasi penelitian. Selanjutnya peneliti akan mengadakan persiapan-persiapan lainnya, seperti mengatur jadwal penelitian dan prosedur kerjasama dengan guru kelas yang dijadikan tempat penelitian. 2. Tahap Formative Evaluation a) Self Evaluation • Analisis Tahap ini merupakan langkah awal penelitian pengembangan. Peneliti dalam hal ini akan melakukan analisis siswa, analisis kurikulum, dan analisis perangkat atau bahan yang akan dikembangkan. • Desain Pada tahap ini penelitiakan mendesain perangkat yang akan dikembangkan yang meliputi pendesainan kisi-kisi, tujuan, dan metode yang akan dikembangkan. Kemudian hasil desain yang telah diperoleh dapat di validasi teknik validasi yang telah ada seperti dengan teknik triangulasi data yakni desain tersebut divalidasi oleh pakar (expert) dan teman sejawat. Hasil pendesainan ini disebut sebagai prototype pertama. b) Prototyping Hasil pendesainan pada prototype pertama yang dikembangkan atas dasar self evaluation diberikan pada pakar (expert review) dan siswa (one-to-one) secara paralel. Dari hasil keduanya dijadikan bahan revisi. Hasil revisi pada prototype pertama dinamakan dengan prototype kedua. • Expert Review Pada tahap expert review, produk yang telah didesain dicermati, dinilai dan dievaluasi oleh pakar. Pakar-pakar tadi menelaah konten, konstruk, dan bahasa dari masingmasing prototipe. Saran–saran para pakar digunakan untuk merevisi perangkat yang dikembangkan. Pada tahap ini, tanggapan dan saran dari para pakar (validator) tentang desain yang telah dibuat ditulis pada lembar validasi sebagai bahan merevisi dan menyatakan bahwa apakah desan ini telah valid atau tidak. • One-to-one
Pada tahap one-to-one, peneliti menguji cobakan desain yang telah dikembangkan kepada siswa/guru yang menjadi tester. Hasil dari pelaksanaan ini digunakan untuk merevisi desain yang telah dibuat. • Small group Hasi lrevisi dar iexpert dan kesulitan yang dialami pada saat uji coba pada prototype pertama dijadikan dasar untuk merevisi prototip etersebut dan dinamakan prototype kedua kemudian hasilnya diuji cobakan pada small group. Hasil dari pelaksanaan ini digunakan untuk revisi sebelum diujicobakan pada tahap field test. Hasil revisi soal berdasarkan saran/komentar siswa pada small group dan hasil analisis butir soal ini dinamakan prototype ketiga. c) Field Test Saran-saran serta hasil ujicoba pada prototype kedua dijadikan dasar untuk merevisi desain prototype kedua.Hasil revisi diujicobakan kesubjek penelitian dalam hal ini sebagai uji lapangan atau field test. Produk yang telah diujicobakan pada uji lapangan harus lah produk yang telah memenuh ikriteria kualitas.Akker (1999) mengemukakan bahwa tiga kriteriakualitas adalah: validitas, kepraktisan, dan efektivitas (memiliki efek potensial). A. Prosedur Penelitian 1. Wawancara Penelitian ini menggunakan teknik wawancara terstruktur. Oleh karena itu, dalam pengumpulan data telah disiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Wawancara ini dilakukan dengan 4 siswa penyandang tunanetra kelas XII IPS di SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta. Ada 1 siswa yang masih agak bisa melihat (low vision) yang bertujuan untuk mengetahui informasi awal siswa tentang tata surya. Siswa juga mendapatkan kesempatan untuk meraba gambar tactile tentang matahari. 2. Pengumpulan referensi materi Pengumpulan referensi materi ini dilakukan agar mendapatkan banyak sumber yang akurat untuk membuat modul tata surya dengan huruf braille seperti buku fisika SMP atau SMA, buku tentang astronomi dan lainnya. 3. Pembuatan modul dengan huruf braille Desain awal produk adalah berupa modul tata surya yang dicetak biasa untuk siswa awas. Setelah itu, produksi modul tata surya dengan huruf braille dilakukan dengan membawa softcopy ke percetakan braille, yaitu di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Bantul. Modul tata surya yang dicetak biasa kemudian diubah ke dalam cetak braille. Desain modul awal berupa modul awas dapat dilihat pada Gambar 1 yaitu pada gambar yang di sebelah kiri. Sedangkan desain produk modul braille pada gambar sebelah kanan.
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014 ISSN : 0853-0823
Yesi Farida /Pembuatan Modul Astronomi dengan Huruf Braille dan Gambar Tactile untuk Siswa Tunanetra
4.
5.
Pembuatan angket Pembuatan angket ada 3 macam yaitu angket untuk validasi ahli materi, angket untuk validasi ahli media dan angket untuk tanggapan siswa. Validasi produk Produk modul tata surya dengan huruf braille divalidasi oleh ahli materi dan ahli media.
175
Tabel 1. Aturan pemberian skor.
Kategori
Skor
B (Baik)
4
C (Cukup)
3
K (Kurang)
2
TB (Tidak Baik)
1
2.
Menghitung skor rata-rata setiap kriteria yang diambil dengan rumus [5] : ∑ = . (1) Keterangan : = skor rata-rata tiap sub aspek kualitas ∑ = jumlah skor tiap sub aspek kualitas = jumlah penilai
3.
Mengubah skor rata-rata yang diperoleh menjadi nilai kualitatif yang sesuai dengan kriteria penilaian ideal pada Tabel 2 [4].
Gambar 1. Modul awas dan modul braille. Tabel 2. Kriteria penilaian ideal.
6.
Uji coba produk Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan keefektifan produk modul tata surya dengan huruf braille yang dihasilkan. Subjek uji coba produk ini yaitu siswa penyandang tunanetra SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta. Pada Gambar 2 terlihat bahwa siswa penyandang tunanetra sedang membaca modul braille.
No
Rentang skor (i) kuantitatif
1
(Mi + 0,5 SBi) < X ≤ (Mi + 1,5SBi)
Kategori kualitatif Baik
2
(Mi - 0,5 SBi) < X ≤ (Mi + 0,5 SBi)
Cukup Baik
3
(Mi - 1,5 SBi) < X ≤ (Mi - 0,5 SBi)
KurangBaik
4
(Mi - 1,5 SBi)
Tidak Baik
Keterangan : Mi = Mean ideal =1/2) (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal) Sbi = (1/2) (1/3) (skor tertinggi ideal – skor terendah ideal) Skor tertinggi ideal = ∑ butir kriteria x skor tertinggi ideal Skor terendah ideal = ∑ butir kriteria x skor terendah ideal
Gambar 2. Siswa membaca modul braille.
B. Prosedur Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Pengubahan hasil penilaian ahli materi dan ahli media yang masih dalam bentuk huruf diubah menjadi skor dengan ketentuan yang dapat dilihat pada Tabel 1[4].
Menentukan nilai keseluruhan dari modul tata surya dengan huruf braille dengan menghitung skor ratarata seluruh kriteria penilaian, kemudian diubah menjadi nilai kualitatif sesuai dengan kriteria kategori penilaian ideal, skor tersebut menunjukkan kualitas dari modul tata surya dengan huruf braille. Kemudian data yang diperoleh juga dihitung dengan menggunakan persentase keidealan. Rumus untuk menghitung persentase keidealan adalah sebagai berikut :
% keidealan = x 100%.(2)
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014 ISSN : 0853-0823
Yesi Farida /Pembuatan Modul Astronomi dengan Huruf Braille dan Gambar Tactile untuk Siswa Tunanetra
176
4.
Jika dari analisis tersebut diperoleh hasil Baik (B) maka produk berupa modul tata surya dengan huruf braille siap untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Lembar angket siswa dianalisis untuk mengetahui respons tanggapan siswa dalam menggunakan modul tata surya dengan huruf braille.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Wawancara Hasil wawancara dengan siswa SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.Pada Tabel 3, keterangan untuk B adalah Benar dan S adalah Salah. Mengacu pada hasil pretes yang telah diberikan kepada para siswa, modul ini berisi tentang tata surya dan gerhana. Sebab, pada materi ini ada beberapa siswa yang belum paham tentang materi tersebut. Akan tetapi, untuk materi mengenai rotasi bumi dan revolusi bumi, para siswa sudah cukup paham. Tabel 3. Hasil wawancara. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Pertanyaan Apakah yang dimaksud dengan tata surya? Apakah objek-objek di dalam tata surya? Apakah pusat dari tata surya? Ada berapa planet dalam tata surya dan sebutkan? Kita tinggal di planet apa? Apakah satelit alami dari bumi? Orang yang melakukan perjalanan ke ruang angkasa dinamakan apa? Siapakah orang yang pertama kali menginjakkan kakinya di bulan? Planet apa yang terbesar dari tata surya? Planet apa yang terkecil dari tata surya? Planet apa yang sudah tidak diakui dari tata surya? Planet apa yang disebut planet bercincin? Apa yang mengakibatkan terjadinya siang dan malam? Berapa lama rotasi bumi? Apa yang dimaksud dengan revolusi bumi? Berapa lama revolusi bumi? Ada berapa macam gerhana? Sebutkan dan jelaskan?
I S
Siswa II III S B
IV B
B
B
B
B
B S
B B
B S
B S
B B B
B B B
B B B
B B B
S
B
S
B
B
B
S
B
S
S
S
S
B
B
B
B
S
B
B
B
B
B
B
B
B B
B B
B B
B B
B S
B B
B B
B B
B. Hasil Validasi Ahli Materi Validasi ahli materi dilakukan dengan mengisi lembar angket penilaian pada masing-masing komponen penilaian. Data validasi oleh ahli materi disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Data validasi oleh ahli materi. Komponen penilaian
Kriteria penilaian
Komponen kelayakan isi Komponen bahasa
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Komponen gambar Jumlah skor
Penilai ∑skor 4 3 4 3 3 3 3 3 3 29
∑ per aspek
Ratarata
Persentase keidealan (%)
11
11
91,67%
12
12
75%
4 3 4 3 3 3 3 3 3 29
6
6
75%
29
29
80,56%
Penilaian modul ini dikategorikan Baik (B) jika 24,75 < X ≤ 29,25, Cukup Baik (CB) jika 26,25 < X ≤ 24,75, Kurang Baik (KB) jika 15,75 < X ≤ 20,25, Tidak Baik (TB) jika X ≤ 15,75. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa skor rata-rata penilaian adalah 29, dengan demikian modul tata surya dengan huruf braille ini dikategorikan Baik (B). C. Hasil validasi ahli media Validasi ahli media sama halnya dengan validasi materi, yaitu dilakukan dengan mengisi lembar angket penilaian. Data validasi oleh ahli media disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Data validasi oleh ahli media Ratarata
11
11
91,67%
12
12
75%
3 3
6
6
75%
29
29
29
80,56%
Kriteria penilaian
Komponen kelayakan isi
1 2 3
4 3 4
4 3 4
Komponen bahasa
4 5 6 7
3 3 3 3
3 3 3 3
8 9
3 3 29
Komponen gambar Jumlah skor
Persentase keidealan (%)
∑ per aspek
Komponen penilaian
Penilai ∑ skor
Penilaian modul ini dikategorikan Baik (B) jika 24,75 < X ≤ 29,25, Cukup Baik (CB) jika 26,25 < X ≤ 24,75, Kurang Baik (KB) jika 15,75 < X ≤ 20,25, Tidak Baik (TB) jika X ≤ 15,75. Tabel 4.3 menunjukkan bahwa skor rata-rata penilaian adalah 29 dengan demikian modul tata surya dengan huruf braille ini dikategorikan Baik (B). D. Hasil Uji Coba Produk Tanggapan siswa terhadap modul ini dengan huruf braille seperti terlihat pada Tabel 6.
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014 ISSN : 0853-0823
Yesi Farida /Pembuatan Modul Astronomi dengan Huruf Braille dan Gambar Tactile untuk Siswa Tunanetra
Tabel 6. Data respon siswa. Komponen Kriteria Penilaian Penilaian Materi 1 dalam 2 modul 3 Keterb 1 acaan 2 modul 3 4 Penyaji 1 an 2 modul 3 Jumlah skor
∑ skor ∑as Rata- Persentase pek rata keidealan (%)
Penilai 1 4 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 2
2 3 3 4 3 2 3 3 4 3 2 3 0
3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4
4 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 1
13 12 13 12 11 12 14 14 13 13 127
38
9,5
79%
49
12, 25
76,56 %
40
10
12 7
31, 75
83,33 % 79,38 %
Dari data di atas dapat kita lihat untuk siswa no III mempunyai penilaian tertinggi, siswa tersebut merupakan siswa yang masih agak bisa melihat (low vision). Dengan adanya sedikit penglihatan, anak tersebut tidak mempunyai kendala dalam mempelajari modul braille yang diberikan. Jika dibandingkan dengan siswa yang lainnya, siswa tersebut merupakan siswa yang paling aktif. Kurangnya fasilitas buku-buku bacaan braille tidak menjadi kendala untuk belajar. Para siswa juga aktif mencari informasi-informasi dari internet untuk mendukung bahan belajarnya. Tanggapan siswa penyandang tunanetra pada modul ini dikategorikan Baik (B) jika 27,5 < X ≤ 32,5, Cukup Baik (CB) jika 22,5 < X ≤ 27,5, Kurang Baik (KB) jika 17,5 < X ≤ 22,5, Tidak Baik (TB) jika X ≤ 17,5. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa skor rata-rata adalah 31,75 dengan demikian modul tata surya dengan huruf braille ini layak digunakan sebagai media pembelajaran untuk siswa tunanetra. V. KESIMPULAN 1. Kualitas modul tata surya dengan huruf braille yang telah dikembangkan adalah Baik (B) berdasarkan
177
penilaian ahli materi dan ahli media dengan persentase yang sama yaitu 80,56%. 2. Tanggapan siswa penyandang tunanetra pada modul tata surya ini adalah Baik (B) dengan persentase 79,38%. UCAPAN TERIMA KASIH 1. Lembaga Penelitian dan Pengembangan (LPP) UAD Yogyakarta karena telah memberikan dana untuk penelitian ini melalui Bapak Yudhiakto Pramudya 2. SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta karena telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian ini. PUSTAKA [1] B. Beck-Winchatz danM.A.Riccobono,Advancing Participation of Blind Students in Science, Technology, Engineering and Math. Advances in Space Research, 42, 1855-1858, 2001. [2] S. Somantri,Psikologi Anak Luar Biasa, Refika Aditama, Jakarta, 2007. [3] Sumarno, Dwijo, dan Purwanto,Pedoman Menulis Braille, UNY, Yogyakarta, 1986. [4] E. Listyowati,Pengembangan Modul Fisika dengan Huruf Braille untuk Siswa Tunanetra di MTs LB/A Yaketunis Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013. [5] R. Subana dan Sudrajat, Statistik Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2000. TANYA JAWAB ? Endang P, Universitas Negeri Malang a. Bagaimana cara mengajarkan atau menunjukkan benda dengan braille? b. Tingkatan kelas untuk masalah tersebut. c. Bagaimana teknik penelitian? √Yesi Farida, UAD a. Dengan gambar tactile. b. Siswa kelas 3 SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta. c. Pengumpulan referensi untuk materi dalam modul, membuat modul awas, model awas dicetak ke dalam huruf braille.
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014 ISSN : 0853-0823