Perancangan Produk ISSN 1410-9891
PEMBUATAN BIOGASOLINE DARI PALM OIL METIL ESTER MELALUI REAKSI PERENGKAHAN DENGAN INISIATOR METIL ETIL KETON PEROKSIDA DAN KATALIS ASAM SULFAT M. Nasikin dan M.M. Dewayani Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia Kampus UI Depok, Depok 16424 Tel. 7863515, 7863516 Email :
[email protected]
Abstrak Peningkatan kebutuhan gasoline mengakibatkan semakin berkurangnya minyak bumi yang cadangannya semakin menipis. Karena itu, dibutuhkan sumber alternatif untuk menghasilkan gasoline, salah satunya adalah minyak sawit karena minyak sawit mengadung trigliserida yang merupakan senyawa hidrokarbon serupa dengan minyak bumi. Pada penelitian ini biogasoline disintesis dengan cara perengkahan metil ester hasil transesterifikasi minyak sawit. Perengkahan dilakukan dengan menggunakan insiator metil etil keton peroksida (MEKP) dan katalis asam sulfat (H2SO4). Kondisi operasi berada pada tekanan atmosfer serta suhu antara 100 sampai 200oC dan pada berbagai perbandingan katalis/metil ester . Untuk mengetahui terjadinya perengkahan dilakukan analisis densitas, viskositas, berat molekul, bilangan oktana dan analisis FTIR. Kondisi operasi terbaik untuk perengkahan metil ester pada penelitian ini berada pada komposisi katalis-metil ester 1:50 dan suhu reaksi 150oC yang menghasilkan berat molekul terendah pada 219.69 gr/mol dari berat molekul awal metil ester 284.3 gr/mol dan bilangan oktana tertinggi, yaitu sebesar 89.28. Abstract The increasing demand for gasoline needs an alternative sources since the crude oil is depleting.One of possibility is the use of palm oil which contains hydrocarbon similar to crude oil. In this research, biogasoline is synthesised through the cracking of methyl ester from palm oil’s transesterification. The cracking reaction is done with methyl ethyl ketone peroxide initiator and the use of sulphate acid as a catalyst. The operation condition is held at atmospheric pressure, at temperature 100~200oC and at several ratio of catalyst/methyl ester. Analysis of density, viscosity, molecular weight, octane number and FTIR are conducted to observe the cracking phenomena . The best operation condition for cracking methyl ester in this research is at composition catalyst-methyl ester ratio of 1:50 and a temperature 150oC to produce the lowest molecular weight at 219.69 gr/ mol from molecular weight of methyl ester at 284.3 gr/mol and the highest octane number at 89.28.
Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif
1
Perancangan Produk ISSN 1410-9891
1. Pendahuluan
(BM
Gasoline (bensin) dihasilkan dari
±
=
114).
pengembangan
Oleh
karena
itu,
penelitian
sintesis
menggunakan
turunan
perengkahan minyak bumi dimana dewasa
biogasoline
ini persediaannya semakin menipis. Untuk
trigliserida yang memiliki berat molekul
mengatasi masalah ini, maka diperlukan
lebih rendah.(4)
sumber alternatif lain untuk menghasilkan bahan bakar kendaraan bermotor Sumber
bahan
bakar
Sedangkan
peneliti
yang
lain,
melaporkan bahwa sintesis bensin dari alternatif
minyak
sawit
menghasilkan
senyawa
tersebut adalah minyak sawit. Indonesia
hidrokarbon dengan jenis yang sangat
merupakan negara keduapenghasil minyak
banyak dan konversi yang sangat rendah.
kelapa sawit terbesar di dunia setelah
(5)
Malaysia.(1)
Metil ester mengandung metil oleat
Dalam minyak,
industri
bensin
perengkahan
penyulingan
dihasilkan katalitik
dari dengan
dan metil linoleat yang memiliki ikatan rangkap.
Karena olefin lebih
mengalami
perengkahan
maka
mudah ikatan
menggunakan katalis asam. Mengingat
rangkap pada metil ester inilah yang
minyak
senyawa
nantinya akan lebih mudah mengalami
hidrokarbon seperti halnya minyak bumi,
perengkahan menjadi senyawa yang lebih
maka
terhadap
pendek. Inisiator peroksida akan membuat
minyak sawit apalagi yang telah berbentuk
metil oleat dan metil linoleat menjadi
metil ester dapat menghasilkan bensin.
radikal
Pada proses perengkahan, adanya inisiator
mempermudah reaksi perengkahan dengan
dapat
asam sulfat.
sawit
mengandung
perengkahan
mempercepat
katalitik
terjadinya
reaksi.
bebas
yang
kemudian
akan
Dengan adanya inisiator peroksida, katalis yang memiliki kekuatan asam relatif
2. Penelitian
rendah dapat mengakibatkan terjadinya
2.1 Transesterifikasi
perangkahan senyawa hidrokarbon.(2,3) Pada
penelitian
Reaksi
transesterifikasi
minyak
sebelumnya,
sawit ini menggunakan metanol dan katalis
sintesis biogasoline menggunakan bahan
basa (NaOH) yang menghasilkan metil
baku trigliserida dapat menurunkan berat
ester dan gliserin. Metil ester yang
molekul dari 848.9 gr/mol menjadi 697
terbentuk dipisahkan dari gliserin.
gr/mol yang masih terlalu besar bila dibandingkan dengan berat molekul bensin
2.2. Perengkahan Katalitik Metil Ester
Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif
2
Perancangan Produk ISSN 1410-9891
Metil
ester
direaksikan
dengan
perengkahan hanya dengan katalis asam
katalis asam sulfat pekat dan inisiator metil
sulfat. Perbandingan hasil reaksi keduanya
etil keton peroksida (MEKP). Reaksi
dapat dilihat pada Tabel 2.
berlangsung dalam reaktor batch pada suhu 100-200oC dan tekanan 1 atm.
Tabel 2. Peranan Inisiator pada Perengkahan Metil Ester (ME)
2.4. Analisis Hasil Reaksi Metode
ASTM
dipakai
Tanpa
Dengan
Inisiator
Inisiator
284.3
256.45
247.69
86.12
86.54
88.74
untuk
ME
mengalisis hasil reaksi yaitu analisis : BM
viskositas, titik didih, berat molekul,
(gr/mol)
bilangan oktana (ASTM D-2699 dan D-
Bil.
2700 termodifikasi) dan FTIR.
Oktana
Dari
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
2
terlihat
bahwa
perengkahan dengan menggunakan katalis
3.1. Transesterifikasi Transesterifikasi
Tabel
minyak
sawit
asam
sulfat
dan
inisiator
MEKP
menghasilkan metil ester seperti terlihat
menghasilkan berat molekul yang lebih
pada Tabel 1.
rendah dan bilangan oktana yang lebih besar dibandingkan dengan perengkahan
Tabel 1. Hasil Transesterifikasi
tanpa menggunakan inisiator. Hal ini
Minyak sawit
450 gr
mengindikasikan
Metil Ester
350 gr
mempercepat
bahwa
terjadinya
inisiator perengkahan.
Seperti reaksi pada umumnya, inisiator Dari Tabel 1 terlihat bahwa konversi
pada reaksi ini diindikasikan membentuk
minyak goreng menjadi metil ester adalah
radikal bebas yang selanjutnya dapat
sebesar 77.77%.
mempercepat terjadinya reaksi.
Sebagian dari minyak
Kenaikan
sawit berubah menjadi gliserin dan sabun
bilangan
oktana
akibat reaksi saponifikasi yang dipicu
mengindikasikan juga terjadi isomerisasi
adanya asam lemak hasil hidrolisis karena
/alkilasi yang menyebabkan biogasoline
adanya air pada minyak sawit
memiliki
struktur
bercabang
inisiator
berperan positif pada reaksi tersebut. Gambar 1 menunjukkan perubahan
3.2. Berat Molekul dan Bilangan Oktana Sebelum menggunakan
reaksi inisiator,
perengkahan
berat
molekul
bensin
sebagai
fungsi
dilakukan
Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif
3
Perancangan Produk ISSN 1410-9891 Bilangan Oktana
dengan perbandingan metil ester/katalis dan suhu reaksi.
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa BM
290 270
bilangan oktana bensin hasil perengkahan
250 230 210 100 120 140 160 180 200
memiliki
75:1
50:1
yang
lebih
tinggi
dibandingkan dengan bilangan oktana metil ester pada semua kondisi operasi.
Suhu Reaksi (C) 100:1
nilai
Hal ini mengindikasikan adanya metil ester
perubahan struktur molekul metil ester Gambar 1. Pengaruh Suhu terhadap BM
Berat molekul bensin ini berada antara 219-247 gr/mol, hal ini menandakan
karena isomerisasi atau alkilasi sehingga membentuk konfigurasi produk reaksi dari normal menjadi bercabang.
bahwa pada metil ester terjadi reaksi perengkahan
menghasilkan
senyawa
Bilangan dicapai
pada
oktana
paling
perbandingan
tinggi metil
dengan rantai molekul yang lebih pendek
ester/katalis 50:1 dan pada suhu 150oC.
dari BM metil ester semula sebesar 284.
Pada refinery minyak bumi, katalitik
Reaksi perengkahan semakin cepat
isomerisasi/alkilasi meningkatkan bilangan
terjadi pada suhu reaksi yang lebih tinggi
oktana terjadi pada suhu 110-170oC agar
sampai suhu sekitar 160oC dan pada
tidak terjadi reaksi samping.(3)
perbandingan metil ester/katalis sampai
3.4. Analisis FTIR
50:1.
Pada analisis FTIR metil ester,
3.3. Bilangan Oktana
ikatan-ikatan yang mendominasi adalah
Gambar 2 menunjukkan perubahan
ikatan ⎯CH pada CH3 pada panjang
bilangan oktana bensin pada beberapa
gelombang 2854 cm-1, ⎯CH pada CH2
kondisi reaksi.
pada 2927cm-1, ⎯CH pada C=C pada 3005 cm-1, ⎯CO pada 1741 cm-1, serta RC(CH3)3 pada 1170.80 cm-1.
90
ON
89
Pada umumnya ikatan-ikatan yang
88
ada pada bensin sama dengan ikatan-ikatan
87 86 100
120
140
160
180
200
75:1
50:1
terdapat
pada
metil
ester,
perbedaannya terletak pada absorbansi
Suhu Reaksi (C) 100:1
yang
metil ester
ikatan-ikatan
tersebut.
Perbedaan
Gambar 2. Pengaruh Suhu terhadap
Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif
4
Perancangan Produk ISSN 1410-9891
absorbansi
ikatan-ikatan
Sedangkan ikatan ⎯CH pada CH2
tersebut
ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
akan semakin berkurang seiring dengan semakin rendahnya perbandingan metil
Tabel 3. Absorbansi FTIR Metil Ester dan
ester/katalis dan semakin tingginya suhu
Bensin
reaksi. Ikatan ⎯CH pada CH2 berkurang
Absorbansi/Kondisi Reaksi Jenis Ikatan
75:1
50:1,
1000C
1200C
1500C
5.58
3.14
3
1.35
1.07
1.18
1.05
1.05
ME -CH pada CH2 -CH pada CH3
karena ketika terjadi perengkahan, ikatan
100:1
tersebut akan membentuk ikatan C=C. Hal ini juga ditunjukkan pada absorbansi ikatannya yang semakin rendah pada perbandingan
metil
ester/katalis
yang
semakin rendah dan suhu reaksi yang
-CH pada C=C RC(CH3)3
0.19
0.19
0.25
0.34
semakin tinggi karena reaksinya yang
0.27
0.33
0.23
0.45
semakin hebat dan semakin cepat. Pada ikatan RC(CH3)3, absorbansi yang
telah
paling
tinggi
terletak
pada
Perubahan nilai absorbansi yang
perbandingan metil ester/katalis 50:1 dan
3
suhu 150oC. Hal yang sama terjadi pada
dipaparkan
menunjukkan
telah
pada
Tabel
terjadi
perubahan
grafik
pengaruh perbandingan metil
ester/katalis dan suhu reaksi terhadap
struktur pada metil ester. Pada reaksi perengakahan, adanya
bilangan oktana.
pemutusan akan menambah jumlah ikatan
4. Kesimpulan
⎯CH pada C=C karena perengkahan
1. Katalis asam sulfat dan inisiator MEKP
olefin akan menghasilkan dua senyawa olefin.
Begitu
pun
halnya
dengan
absorbansi ⎯CH pada C=C pada bensin akan
bertambah
besar
dibandingkan
dengan metil ester seiring dengan semakin rendahnya perbandingan metil ester/katalis dan semakin tingginya suhu reaksi. Hal yang sama terjadi pada suhu yang semakin tinggi menyebabkan reaksi perengkahan
dapat
merengkah
dan
meng-
alkilasi/isomerisasi metil ester, yang terlihat dari perubahan berat molekul, bilangan oktana. 2. Struktur metil ester menjadi senyawa dengan rantai molekul yang lebih pendek dan cabang yang lebih banyak yang diindikasikan dengan bertambah nya bilangan oktana.
yang terjadi lebih cepat.
Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif
5
Perancangan Produk ISSN 1410-9891
DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen
Pertanian
Perkembangan
RI
,
Perkelapasawitan
Indonesia, 2004 2. Speight, J.G., The Chemistry and Technology
of
Petroleum,
Marcel
Dekker, Inc.,New York, 1991. 3. Hartley, C.W.S, The Oil and Palm, John Wiley, NY, 1981 4.
M.Nasikin dan S Chitra, Proseding Seminar Nasional Fundamental dan Aplikasi
Teknik
Kimia,
Surabaya
Desember 2004, KR.16 5. H.Lorien, A Catalyst for Change, Asian Innovation Award, PenangMalaysia, 2001
Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif
6