Pembingkaian Berita Kecelakaan Pesawat Air Asia QZ8501 oleh Koran “Kompas dan Radar Banten” (Analisis Framing Robert N. EntmanPada Koran Kompas dan Radar Banten Periode 30 Desember 2014 – 13 Januari 2015)
Skripsi Diajukan untuk memenuhi sarat mendapatkan gelar sarjana
Oleh : Ichsan Adil Prayogi NIM : 6662111562
KONSENTRASI ILMU JURNALISTIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2015 1
2
3
4
Motto
"Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang, merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang" (Imam Syafii)
Bismillah… Skripsi ini kupersembahkan Kepada orang tuaku Abi dan Umi Dengan segala hormat dan cinta serta kasih dan dua orang adik perempuanku Ivani dan Nisrina, Yang telah melimpahkan begitu banyak kasih sayang Yang luar biasa hebat menjadi sumber Motivasi dan inspirasi … 5
6
ABSTRAK
Ichsan Adil Prayogi 2015. NIM 6662111562. Skripsi. Pembingkaian Berita Kecelakaan Pesawat Air Asia QZ8501 oleh Koran Kompas dan Radar Banten (Analisis Framing Robert N. Entman Pada Koran Kompas dan Radar Banten periode 30 Desember 2014 – 13 Januari 2015). Pembimbing I Mia Dwianna W, S.Sos, M.Ikom., dan Pembimbing II Darwis Sagita, S.Ikom, M.Ikom. Penelitian ini dilatarbelakangi untuk mengupas dan melihat lebih dalam sejauh mana Kompas dan Radar Banten mengkontruksi realitas berita mengenai kecelakaan pesawat Air Asia dan membingkainya kedalam berita. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pembingkaian berita koran Kompas dan Radar Banten mengenai kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501, dan seperti apa Kompas dan Radar Banten memaknai dan membingkai berita kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501. Objek penelitian ini adalah kumpulan berita tentang pesawat Air Asia pada koran Kompas dan Radar Banten yang terbit selama dua pekan dari 30 Desember 2014 hingga 13 Januari 2015, yang seluruh beritanya berjumlah 17 berita. Peneliti menganalisis dengan menggunakan metode analisis framing Robert Entman. Peneliti menggunakan empat perangkat Entman untuk menganalisis seluruh berita yang berkaitan dengan Air Asia, empat perangkat framing yang digunakan peneliti untuk melakukan analisis, yaitu : Definisi masalah (Define Problems), Memperkirakan sumber masalah (Diagnose Causes), Membuat keputusan moral (Make Moral Judgement), Menekankan penyelesaian (Treatment Recommendation). Dari hasil penelitian peneliti menyimpulkan bahwa koran Kompas dan Radar Banten memaknai dan membingkai peristiwa kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 sebagai musibah alam dan kesalahan manajerial maskapai Air Asia. Kata kunci : Analisis Framing, Kompas, Pembingkaian Berita, Robert N. Entman, Radar Banten
ABSTRACT Prayogi Ichsan Adil NIM 6662111562. 2015. Thesis. Framing Air Plane Crash News of Air Asia QZ8501 by Kompas newspaper and Radar Banten (Framing Analysis Robert N. Entman At Kompas newspaper and Radar Banten period December 30 Desember to January 13 2015). The First advisor is Mia Dwianna W, S. Sos, M.Ikom., And the second advisor is Darwis Sagita, S.Ikom, M.Ikom. This research is motivated to explore and see more in the extent of the Kompas and Radar Banten construct reality news about the plane crash of Air Asia and frame it into the news. This study aims to reveal the news framing and Radar Banten Kompas newspaper about the crash of Air Asia QZ8501, and what Kompas and Radar Banten interpret and frame the news of the plane crash Air Asia QZ8501. The object of this study is a collection of news about Air Asia on the Kompas and Radar Banten newspapers published during the two weeks December 30 2014 January 13 2015, the entire news totaling 17 news. Researchers analyzed using analytical methods Robert Entman framing. Researchers use four devices Entman to analyze all the news pertaining to Air Asia, four framing device that is used by researchers for analysis, namely : Definition of the problem (Define Problems), Estimating the source of the problem (Diagnose Causes), Making moral decisions (Make Moral Judgement), Emphasizing the completion (Treatment Recommendation). From the results research can be seen that the newspaper Kompas and Radar Banten interpret, and frame the crash of Air Asia QZ8501 as natural disasters and managerial mistakes airline Air Asia. Keywords : Framing Analysis, Kompas, Robert N. Entman, Framing News, Radar Banten .
7
8
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Pembingkaian Berita Kecelakaan Pesawat Air Asia QZ8501 oleh Koran Kompas dan Radar Banten (Analisis Framing Robert N. Entman Pada Koran Kompas dan Radar Banten periode 30 Desember – 13 Januari) pada akhirnya dapat terselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai syarat dalam menyelesaikan studi pada jurusan Komunikasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Skripsi ini merupakan hasil penelitian dari sebuah dokumentasi yang berupa kumpulan berita-berita yang dituangkan dalam bentuk karya ilmiah yang terdiri dari lima bab yaitu, pendahuluan, deskripsi teori, metodologi penelitian, hasil dan pembahasan, serta penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Terselesaikannya skripsi ini tidak mungkin lepas dari kuasa Allah SWT dan bantuan dari berbagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dengan diiringi rasa syukur kepada Allah SWT pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1. Kedua orang tuaku, Abi dan Umi yang telah mengasuh dan merawatku dari kecil hingga saat ini, semoga aku bisa membalas jasa kalian. 2. Dua orang adik perempuanku, Ivani dan Nisrina, yang selalu memberikan warna dalam kehidupan penulis.
3. Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 4. Ibu Neka Fitrriyah, S.Sos., M.Si selaku ketua Jurusan Program Studi Ilmu Komunikasi. 5. Ibu Puspita Asri Praceka, S.Ikom., M.I.Kom selaku wakil ketua Jurusan Program Studi Ilmu Komunikasi. 6. Bapak Rangga Galura Gumelar, Dipl.Ing(FH),.M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis selama 8 semester, terima kasih ya pak 7. Ibu Mia Dwianna W, S.Sos., M.I.Kom selaku dosen pembimbing 1 yang telah membimbing penulis dan memberikan banyak saran yang sangat membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, terima kasih ya bu 8. Bapak Darwis Sagita, S.Ikom., M.I.Kom selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu membimbing penulis dan memberikan banyak masukan yang sangat membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, terima kasih ya pak 9. Tetehku, Yuliana Samantha yang banyak membantu dan memberi semangat dalam mengerjakan skripsi ini, terima kasih ya teh 10. Seluruh teman-teman kelas 4E/J Jurnalistik Ilmu Komunikasi 2011, semoga suatu hari kita dapat tertawa bersama lagi dan merasakan hangatnya kebersamaan selama 4 sementer. 11. Seluruh anggota Imiki Cabang Banten, Khususnya Ketua Yadi dan Bunda Yani. 9
10
12. Seluruh anggota Ukm Olahraga Untirta, Khususnya Vevi, Dian, Ava, Nati, Indro, Tisna dan Hana. 13. Seluruh anggota HIMAKOM kabinet Ceria, khususnya Devi Fatmawati yang telah menjadi partner divisi jurnalistik. 14. Bang Andi Winarto yang menjadi teman seperjuangan bimbigan skripsi. 15. Para sahabat penulis, Budi Sumitra, Deden Rahmat Fauzan, Dio Hilmansyah, dan Nurhadi, terima kasih atas waktu dan canda tawanya, semoga kita bisa tertawa bersama lagi suatu hari nanti. 16. Para anggota KKM 56 2014 yang merupakan teman serumah, selama sebulan penuh, Debi, Fajri, Ninis (Emak), Ari, Hanif, Bagus, Rini, Eka, Tanti, Mpess, Kiki, Nova, Maul, terima kasih atas canda tawa, kebersamaannya dan waktunya yang selama sebulan penuh berjuang bersama mengabdi di desa Kadugenep kecamatan Petir 17. Para yunior penulis, Prima, Sunjana, Udin, Fhajar, dan Ridwan. Semoga kalian cepat lulus ya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, namun penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya dengan baik. Dengan segala kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yamg membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis
Ichsan Adil Prayogi
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ORISINALITAS………………………….………………….....i LEMBAR PERSETUJUAN………………………………….………………......ii LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI……………………………………………iii MOTTO…………………………………………………………………………..iv ABSTRAK……………………………………………………………………...…v ABSTRACT…………………………………………………………………...….vi KATA PENGANTAR…………………………………………………………...vii DAFTAR ISI…………………………………………………………………....…x DAFTAR TABEL...……………………………………………………………..xiv DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….xv BAB I PENDAHULUAN.…..…….………………………………………………1 1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………………….1 1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………12 1.3 Identifikasi Masalah………………………………………………………….12 1.4 Tujuan Penelitian……………………………………………………………..13 1.5 Manfaat Penelitian…………………………………………………………....14 1.5.1 Manfaat Akademis ……………………………………………………..14 1.5.2 Manfaat Praktis...........………………………………………………….14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………….......15 2.1 Komunikasi Massa…………………………………………………………...15 2.2 Konsep dan Definisi Berita…………………………………………………..20 2.3 Klasifikasi Berita……………………………………………………………..22 2.3.1 Jenis-Jenis Berita……………………………………………………….25 2.4 Tinjauan Analisis Bingkai (frame analysis)………………………………….29 2.5 Model Framing Robert N. Entman…………………………………………...34 11
12
2.6 Teori Ekonomi Politik Media………………………………………………...40 2.7 Kerangka Pemikiran………………………………………………………….43 2.8 Penelitian Sebelumnya……………………………………………………….49 BAB III METODELOGI PENELITIAN ………………………………………..52 3.1 Metode Penelitian ……………………………………………………………52 3.2 Fokus Penelitian……………………………………………………………...55 3.2.1 Waktu Penelitian ....................................................................................55 3.3 Objek Penelitian……………………………………………………………...55 3.4 Unit Analisis Data …………………………………………………………...55 3.5 Tekhnik Pengumpulan Data …………………………………………………58 3.5.1 Tekhnik Pengumpulan Data…………………………………………....58 3.5.1.1 Dokumentasi ....................................................................................59 3.5.1.1.1 Tekhnik Dokumentasi…………………………………………...59 3.6 Analisis Data…………………………………………………………………60 3.7 Uji Keabsahan Data…………………………………………………………..61 3.7.1 Ketekunan Pengamatan………………………………………………...62 3.7.2 Triangulasi ..............................................................................................63 3.8 Jadwal Penelitian .............................................................................................64 BAB IV HASIL PENELITIAN………………………………………………….65 4.1 Deskripsi dan Objek Penelitian………………………………………………65 4.1.1 Koran Kompas………………………………………………………....65 4.1.1.1 Sejarah Singkat Kompas………………………………………....65 4.1.1.2 Struktur Organisasi Koran Kompas……………………………...68 4.1.2 Koran Radar Banten…………………………….……………………...69 4.1.2.1 Sejarah Singkat Radar Banten……………………………………69 4.1.2.2 Struktur Organisasi Koran Radar Banten………………………...72 4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan…………………………………………….73 4.2.1 Analisis Framing Pemberitaan Koran Kompas………………………....73
4.2.1.1 “Pencarian Air Asia di 13 Area”…………………………………73 4.2.1.2 Penjelasan Elemen Framing……………………………………...76 4.2.1.3 “Kekompakan Percepat Pencarian”……………………………...78 4.2.1.4 Penjelasan Elemen Framing……………………………………...80 4.2.1.5 “Tim SAR Terjang Cuaca Buruk”……………………………….81 4.2.1.6 Penjelasan Elemen Framing……………………………………...83 4.2.1.7 “Lumpur Hambat Pencarian Kotak Hitam”……………………...85 4.2.1.8 Penjelasan Elemen Framing……………………………………...87 4.2.1.9 “Pencarian Dikejar Waktu”………………………………………88 4.2.1.10 Penjelasan Elemen Framing……….............................................91 4.2.1.11 “Semua Mata Pun Tertuju ke Pangkalan Bun”…………………92 4.2.1.12 Penjelasan Elemen Framing…………………………………….94 4.2.1.13 “Melayani Mereka yang Berjibaku”……………………………95 4.2.1.14 Penjelasan Elemen Framing…………………………………….97 4.2.1.15 “Sirnanya Sekat Kebangsaan Dalam Misi Kemanusiaan”……...99 4.2.1.16 Penjelasan Elemen Framing…..……………………………….101 4.2.1.17 “Posisi Kotak Hitam Sudah Diketahui………………………...102 4.2.1.18 Penjelasan Elemen Framing…………………………………...103 4.2.2 Analisis Framing Pemberitaan Koran Radar Banten………………….105 4.2.2.1 “Pesawat Masih Misterius”……………………………………..105 4.2.2.2 Penjelasan Elemen Framing…………………………………….107 4.2.2.3 “Siapkan 161 Peti Jenazah”…………………………………….109 4.2.2.4 Penjelasan Elemen Framing…………………………………….111 4.2.2.5 “Bodi Pesawat Tertahan Lumpur”……………………………...112 13
14
4.2.2.6 Penjelasan Elemen Framing…………………………………….114 4.2.2.7 “Tiga Jenazah Terlilit Sabuk Pengaman”………………………116 4.2.2.8 Penjelasan Elemen Framing……………………………....…….118 4.2.2.9 “Hanyut Hingga Perairan Banjarmasin”………………………..119 4.2.2.10 Penjelasan Elemen Framing…………………………………...121 4.2.2.11 “Black Box Air Asia Ditemukan”……………………………..123 4.2.2.12 Penjelasan Elemen Framing…………………………………...125 4.2.2.13 “Tiga Kapal Tangkap Sinyal Black Box”……………………...126 4.2.2.14 Penjelasan Elemen Framing…………………………………...128 4.2.2.15 “Seminggu Untuk Membaca Black Box”……………………...129 4.2.2.16 Penjelasan Elemen Framing…………………………………...131 4.3 Pembahasan………………………………………………………………....133 4.3.1 Frame Koran Kompas : “Musibah Alam”……………………………..133 4.3.2 Frame Koran Radar Banten : “Cuaca Buruk dan Kesalahan Manajerial”……………………………………………………………………...138 4.4 Perbandingan Frame Kompas dan Radar Banten…………………………...142 4.4.1 Penjelasan Perbedaan Frame Antara Kompas dan Radar Banten……..142 BAB V PENUTUP……………………………………………………………...145 5.1 Kesimpulan…………………………………………………………............145 5.2 Saran………………………………………………………………………...146 Daftar Pustaka…………………………………………………………………..148 Lampiran………………………………………………………………………...150 Biodata Penulis………………………………………………………………….178
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Penjelasang Kerangka Framing Entman……………………………....39 Tabel 2.2 Aspek Perbandingan....………………………………………………...49 Tabel 3.1 Judul Berita Kompas…………………………………………………..57 Tabel 3.2 Judul Berita Radar Banten……………………………………………..58 Tabel 3.3 Contoh Tabel Analisis………………………………………………....61 Tabel 3.4 Jadwal Penelitian………………………………………………………64 Tabel 4.1 Hasil Analisis Koran…………………………………………………..73 Tabel 4.2 Hasil Analisis Koran…………………………………………………..78 Tabel 4.3 Hasil Analisis Koran…………………………………………………..81 Tabel 4.4 Hasil Analisis Koran…………………………………………………..85 Tabel 4.5 Hasil Analisis Koran…………………………………………………..88 Tabel 4.6 Hasil Analisis Koran………………………………………………….92 Tabel 4.7 Hasil Analisis Koran…………………………………………………..95 Tabel 4.8 Hasil Analisis Koran…………………………………………………..99 Tabel 4.9 Hasil Analisis Koran………………………………………………....102 Tabel 4.10 Hasil Analisis Koran………………………………………………..105 Tabel 4.11 Hasil Analisis Koran………………………………………………..109 Tabel 4.12 Hasil Analisis Koran………………………………………………..112 Tabel 4.13 Hasil Analisis Koran………………………………………………..116 Tabel 4.14 Hasil Analisis Koran………………………………………………..119 Tabel 4.15 Hasil Analisis Koran ……………………………………………….123 Tabel 4.16 Hasil Analisis Koran………………………………………………..126 Tabel 4.17 Hasil Analisis Koran……………………………………………..…129 Tabel 4.18 Hasil Analisis Koran………………………………………………..142
15
16
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Framing Entman………………………………………….38 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran………………………………………………...48
Bab I Pendahuluan
1.1
Latar Belakang Masalah Ditinjau dari ilmu komunikasi, fenomena pembingkaian berita pada
sebuah media merupakan hal yang penting, mengingat sebuah berita akan dibangun dari sebuah fakta atau peristiwa, dengan bagaimana wartawan dan media tersebut membingkai beritanya. Bagaimana wartawan dan media tempat wartaran bekerja melihat sebuah fakta atau peristiwa, dengan membingkainya mereka akan menampilkan berita akan menjadi sepeti apa dan bagaimana ketika ditampilkan kepada khalayak. Ketika ada dua media yang mengemas bingkai berita yang berbeda, dan menampilkan sudut pandang yang tentunya akan berbeda pula dalam menampilkan konteks pemberitaan yang berbeda pula kepada khalayak. Sebagai contoh, berita tentang kecelakaan pesawat. Ketika ada sebuah kecelakaan pesawat yang menelan korban jiwa yang banyak, maka media-media di Indonesia (termasuk media cetak) akan dengan serentak mengangkat peristiwa tersebut, namun head line yang ditampilkan setiap media akan berbeda-beda. Perbedaan head line berita terjadi karena setiap media memiliki bingkai berita yang tidak sama, dalam melihat fakta atau sebuah peristiwa. Perbedaan dalam membingkai
17
18
berita ini akan menampilkan penulisan berita yang berbeda ketika ditampilkan kepada khalayak. Sisi mana yang dianggap penting dan perlu untuk ditampilkan kepada khalayak dan sisi mana yang dianggap tidak penting sehingga tidak perlu ditampilkan kepada khalayak, ini semua dipengaruhi oleh bagaimana suatu media menyusun beritanya. Ketika peristiwa kecelakaan pesawat terjadi, suatu media cenderung akan memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menampilkan beritanya kepada khalayak. Ada media yang mengangkat head line yang memberikan intisari isi berita, bahwakecelakaan pesawat ini murni akibat cuaca yang buruk. Ada juga media yang mengangkat bahwa ini merupakan kesalahan dari pihak maskapai penerbangan yang memiliki manajemen yang buruk dalam mengatur jadwal peberbangan dan tidak mempertimbangkan kemungkinan adanya cuaca buruk, sehingga kecelakaan ini bisa terjadi. Perbedaan ini bisa dapat terlihat dari bagaimana Kompas dan Radar Banten dalam memberitakan kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501. Mengapa kedua koran ini dapat memberitakan konteks yang berbeda mengenai kecelakaan pesawat Air Asia? Tentunya peneliti mengasumsikan dari bagaimana kedua media ini membingkai berita tersebut disebabkan pembingkaian yang dipengaruhi oleh visi, misi dan ideologi pada setiap medai. Fenomena pembingkain pemberitaan ini juga yang membuat sebuah berita layak untuk dijual atau tidak. Bagaimana media mengemasnya dan memberikannya kepada khalayak, tentu akan dipengaruh oleh fenomena yang ada. Media juga akan melihat apa yang bisa dijual dari nilai
beritanya, jika berkaitan dengan hajat hidup orang banyak maka berita tersebut akan layak untuk dijual. Media tidak bisa memungkiri bahwa keuntungan dari berita yang diangkatnya akan menjadi eksistensi media tersebut untuk bertahan dan tetap menjadi kepercayaan khalayak dalam mengakses berita. Kebutuhan khalayak terhadap berita akan menjadi keberlangsungan apakah sebuah media mampu bertahan atau tidak. Media berskala nasional seperti Kompas tentu memiliki tampilan yang berbeda dalam menampilkan pemberitaan kepada khalayak dengan media lokal seperti Radar Banten. Visi, misi dan ideologi masing-masing media akan mempengaruhi bagaimana media tersebut menampilkan beritanya kepada khalayak. Kompas yang mempunyai tag line “amanat hari nurani rakyat” akan menampilkan pemberitaan yang berbeda mengenai kecelakaan pesawat air asia dengan apa yang ditampilkan Radar Banten. Pemberitaan media yang bermacam-macam dalam menanggapi sebuah kejadian dan peristiwa ini antara lain dipengaruhi oleh ideologi, visi, dan misi yang dianut dan dipegang oleh media tersebut. Ketiga hal inilah yang menjadi pembeda suatu media dengan media lain dalam membingkai sebuah berita dan kemudian menampilkannya kepada khalayak. Untuk melihat bagaimana perbedaan satu media dengan media lain dalam memaknai kejadian dan peristiwa serta mengkontruksi menjadi sebuah berita, perlu dilakukan analisis teks media pada berita atau pemberitaan yang dihasilkan oleh kedua media tersebut.
20
Melalui analisis bingkai (frame analysis) yang secara sederhana dapat menggambarkan sebuah realitas (peristiwa, aktor, kelompok atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses kontruksi. Analisis framing (frame anaylsis) termasuk kedalam paradigma kontruksionis. Paradigma ini mempunyai pandangan tersendiri terhadap sebuah media dan teks berita yang dihasilkannya (Eriyanto, 15: 2000). Disini realitas sosial dipahami dan dikontruksi dengan makna tertentu oleh media, kejadian dan peristiwa dapat dimaknai dengan bentukan tertentu. Fakta dari sebuah kejadian atau peristiwa adalah hasil dari sebuah kontruksi. Menurut kaum kontruksionis tidak ada realitas yang bersifat objektif, realitas itu pastilah bersifat subjektif, mengapa demikian, karena tidak lain realitas dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Pandangan wartawan terhadap sebuah peristiwa akan melebur ketika media tempat dimana ia bekerja mempunyai sisi lain yang lebih ditonjolkan sesuai kebutuhan khalayak medianya. Media tempat wartawan bekerja akan “berusaha” mengambil sisi independen dan objektif dari hasil liputan yang wartawan lakukan. Perlu kita ketahui tidak ada wartawan yang sepenuhnya independen dan objektif ketika menulis sebuah peristiwa kedalam berita, karena sisi subjektif wartawan pasti akan ikut terbawa pada hasil tulisan yang dibuatnya. Realitas tercipta lewat kontruksi, melainkan melalui sudut pandang tertentu dari wartawan. Disini tidak ada realitas yang besrsifat objektif, karena realitas itu tercipta oleh kontruksi dan pandangan tertentu (Eriyanto, 22: 2012). Realitas bisa saja berbeda-beda, tergantung dari bagaimana suatu konsepsi ketika realitas dipahami oleh wartawan.
Wartawan
mempunyai
pandangan
berbeda
dengan
media
yang
mengkontruksi wartawan. beritanya. Pandangan wartawan dan bingkai media ini akan dengan sendirinya melebur menjadi satu ketika sudah menjadi berita yang akan ditampilkan kepada khalayak. Maka dalam pandangan kontruksionis tidak ada realitas yang tercipta melalui sisi objektif, karena realitas dapat tercipta melalui bagaimana wartawan melihat sebuah peristiwa dengan sudut pandangnya. Bagaimana wartawan melihat sebuah peristiwa dan mengangkatnya kedalam tulisan dan menghasilkan berita, itulah yang menjadi realitas dalam pandangan kontruksionis. Apa yang wartawan kontruksi dan pahami dalam sebuah peristiwa itulah yang menjadi fakta. Fakta atau realita dibentuk oleh kontruksi beritanya melalui pandangan wartawan, yang berarti padangannya bersifat internal. Secara harfiah pandangan kontruksionis berpendapat fakta merupakan kontruksi atas realitas, kebenaran suatu fakta bersifat relatif, berlaku sampai konteks tertentu. Semua elemen tersebut bukan hanya bagian dari teknis jurnalistik, tetapi menandakan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan. Dari paradigma kontruksionis ini nanti bisa dilihat bagaimana media membingkai beritanya. Analisi framinglah yang akan mengantarkan bagaimana media membingkai media dan menyampaikannya kepada khalayak. Dengan menganalisis beberapa berita pada sebuah media dengan priode waktu yang sudah ditentukan, maka akan nampak bingkai berita dari suatu media tentang sebuah peristiwa yang diangkat menjadi berita atau pemberitaan.
22
Misalnya, musibah kecelakaan pesawat Air Asia bisa saja dipahami dan dimaknai sebagai sebuah kecelakaan murni yang harus dimaklumi akibat cuaca yang buruk. Hampir sebagian besar media yang ada di Indonesia, khsusnya media elektronik seperti televisi menekankan bahwa awan coloumbus adalah menjadi penyebab utama kecelakaan pesawat bertipe QZ8501 ini. Ilustrasi yang diekspose “apa kabar Indonesia” di TV One pada 5 Januari 2015 pukul 06.00 WIB, memperlihatkan bagaimana awan columbus yang semula tidak ada, tiba-tiba muncul yang akhirnya membuat pesawat air asia hilang dari pantauan radar selama beberapa hari, hingga kemudian diketahui mengalami kecelakaan. Pemberitaan media yang paling sering dan sama dari waktu ke waktu yang akan lebih mudah diingat oleh rakyat Indonesia. Walaupun terdapat beberapa indikasi setiap media berbeda dalam menampilkan konteks kecelakaan pesawat air asia, pembingkaian dari media dengan tampilan berita yang sama dan terusterusan akan lebih mengena dan lebih mudah diingat oleh rakyat Indonesia mengenai kecelakaan pesawat ini. Hingga pada akhirnya indikasi-indikasi dari berbagai media mengenai penyebab akan mengkerucut menjadi satu. Setelah mengkerucut, akan dengan sendirinya terbentuk sebuah kesimpulan tentang kecelakaan pesawat bertipe ZQ8501 ini, dan kesimpulan itu akan dengan mudah diterima dan dikenang dalam benak rakyat Indonesia, dan hanya kesimpulan itu saja yang akan disepakati menjadi penyebab utama kecelakan pesawat bertipe QZ8501 ini. Perbedaaan media dalam menampilkan pemberitaan kepada khalayak ini dipengaruhi dari bagaimana media memahami dan memaknai realitas, dan dengan
cara apa realitas itu ditiadakan dan ditampilkan, hal inilah yang menjadi pusat perhatian dari analisis bingkai (frame analysis). Praktisnya, analisis ini digunakan untuk melihat bagaimana aspek tertentu ditonjolkan atau ditekankan bahkan dipaksakan oleh media. Penonjolan atau pemaksaan aspek tertentu dari realitas tersebut haruslah dicermati dan ditelaah lebih jauh. Ini karena penekanan dan pemaksaan aspek tertentu dari realitas tersebut akan membuat hanya bagian tertentu saja yang lebih bermakna, lebih mudah diingat dan lebih mengena dalam pikiran khalayak. Sedangkan aspek yang tidak perlu untuk ditampilkan kepada khalayak akan lebih mudah untuk dihilangkan dan dilupakan sehingga hanya menjadi spekulasi sesaat yang tidak bermakna apa-apa bagi khalayak. Sepertinya, penonjolan dan pemaksaan aspek ini tentu akan diikuti oleh akibat lain, kita kemudian akan melupakan aspek lain yang bisa jadi jauh lebih berarti dan berguna dalam menggambarkan fakta yang ada. Bingkai pemberitaan kecelakaan pesawat air asia dalam media elektronik maupun cetak di Indonesia, rata-rata memperlihatkan sebuah penonjolan aspek “keperihatinan”
akan
“musibah
air
asia”
dipenghujung
2014.
Aspek
“keperihatinan” dan “musibah air asia” ini bisa dilihat pada Kompas TV diacara “Kompas Pagi” periode 30 Desember mengedepankan aksi “kepedulian” Presiden Joko Widodo dalam memantau upaya pencarian langsung tim Basarnas dan TNI melalui jalur udara. “Kompas pagi” juga membahas isi berita Koran Kompas pada tanggal tersebut dengan menampilkan Redaksi Pelaksana Koran Kompas sebagai
24
narasumbernya. Kebanyakan televisi-televisi nasional juga melakukan hal yang hampir serupa dengan melakukan wawancara langsung dengan keluarga korban. Bahkan Metro TV di “Metro Malam” pada 12 Januari 2015, memperlihatkan “drama” penyelamatan salah satu korban oleh Basarnas kepada keluarga korban ketika sedang diwawancara. Ada tiga pertanyaan yang hampir sama dan seolah menjadi kesepakatan bersama para media elektronik di Indonesia dalam mewawancari keluarga korban pesawat air asia. Apakah sebelumnya ada firasat. Bagaimana perasaan bapak/ibu sekarang. Bagaimana hubungan korban dengan para tetangga, baik. Tiga pertanyaan ini seolah memperlihatkan rasa iba dan keprihatinan media mengenai peristiwa kecelakaan Air Asia. Media-media televisi Indonesia memperlihatkan dan memberikan kesimpulan kepada khalayak bahwa kecelakaan ini merupakan musibah akhir tahun yang harus diterima dengan legowo dan lapang dada. Bingkai pemberitaan ini tentu sangat berbeda dengan media internasional seperti CNN yang mengemukakan tiga pertanyaan yang sangat berbeda, yaitu “seperti apa langkah-langkan evakuasi yang ideal” “Kenapa hanya sedikit jenazah para korban yang ditemukan” “Apakah korban perlu mengajukan tuntutan hukum”. Perbandingan media-media televisi di Indonesia dengan CNN memperlihatkan bagaimana sebuah aspek yang ditonjolkan dan dikesampingkan. Media-media televisi di Indonesia menonjolkan aspek “keprihatian” tentang kecelakaan pesawat tipe QZ8501 ini. Sedangkan CNN menonjolkan aspek “kekritisan dan hak korban” paska terjadinya kecelakaan diakhir tahun 2014 ini.
Satu hal yang pasti menjadi dasar mengapa media-media televisi nasional dan CNN bisa berbeda dalam menonjolkan aspek mengenai kecelakaan air asia, yaitu karena keduanya memiliki sudut pandang yang berbeda dalam membingkai berita atas fakta yang dipahami mengenai kecelakaan air asia. Lantas, bagaimana dengan media cetak seperti koran membingkai pemberitaan kecelakaan air asia. Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana media membingkai sebuah fakta kedalam sebuah tulisan seperti berita, apakah dalam berita itu ada bagian yang dihilangkan, luput, atau bahkan disembunyikan dalam pemberitaan. Pertanyaan-pertanyaan yang selalu diajukan pada paradigma penelitian analisis bingkai (frame analysis) ini tentu saja menggeser paradigma dalam penelitian analisis isi kuantitatif (content analysis). Dalam analisis ini isi kuantitatif, pertanyaan yang sering diajukan, seperti, apa saja yang diberitakan oleh media dalam peristiwa kecelakaan pesawat Air Asia. Tetapi dalam analisis bingkai (frame analysis), yang ditekankan adalah bagaimana peristiwa kecelakaan pesawat ini dibingkai? sisi mana yang ditekankan (cenderung dipaksakan) dan sisi mana yang dilupakan? (cenderung sengaja dihilangkan). Bukan maksud penulis ingin mengekerdilkan Analisi Isi Kuantitatif (content analysis), dan menunjukkan keunggulan analisis bingkai (frame analysis), tapi ini yang menjadi alasan kenapa penulis lebih cenderung menggunakan analisis bingkai (Frame Analysis), karena penulis lebih ingin mengupas dan melihat lebih dalam, sejauh mana Koran Kompas dan Radar
26
Banten mengkontruksi realitas berita mengenasi kecelakaan pesawat Air Asia dan membingkainya kedalam sebuah berita. Alasan kenapa penulis memilih kedua media untuk di analisa, karena kedua media cetak ini yaitu Kompas dan Radar Banten memiliki isi pemberitaan yang sedikit berbeda satu sama lain mengenai kecelakaan air asia. Kompas lebih sering membuat berita yang mengatasnamakan musibah mengenai peristiwa air asia. Tulisan besar berwarna putih berlatar merah “Musibah air asia” sering muncul ditengah tulisan berita yang diangkat Kompas mengenai kecelakaan pesawat ini. Selain itu, Kompas dan Radar Banten merupakan media nasional dan lokal yang cukup aktif dalam memberitakan kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501. Kompas sebagai media cetak berskala nasional yang sudah berumur 50 tahun dalam industri media cetak di Indonesia, dan Radar Banten sebagai media lokal terkemuka di Banten, tentu memiliki sudut pandang masing-masing dalam membingkai pemberitaan kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501. Asumsi, ada aspek
yang ditonjolkan cenderung dipaksakan dan dikesampingkan, ini bisa
dijawab dengan analisis framing. Aspek apa yang cenderung dihilangkan oleh Kompas selama dua pekan periode pemberitaan (30 Desember 2014 – 13Januari 2015) mengenai kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501, hingga koran yang memiliki Tag Line “Amanat Hati Nurani Rakyat,” menghasilkan frekuensi dua hingga tiga berita khusus untuk membahas kecelakaan pesawat bertipe QZ8501 ini pada halaman pertama, yang diterbitkan setiap harinya selama kurun waktu empat belas hari.
Begitu pula dengan Radar Banten. Media lokal di Banten ini cukup aktif dalam mengabarkan kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501. Tercatat, selama dua pekan periode pemberitaan (30 Desember 2014 - 13 Januari 2015) Radar Banten sering menempatkan kecelakaan pesawat bertipe QZ8501 ini sebagai headline beritanya. Koran yang memiliki Tag Line “Aspirasi, Suara Hati dan Kebanggan Banten,” ini rata-rata dua kali menampilkan berita mengenai kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 pada halaman pertamanya. Aspek apa saja yang ditonjolkan bahkan cenderung dipaksakan dan aspek apa yang dikesampingkan bahkan cenderung dihilangkan oleh Radar Banten selama dua pekan periode pemberitaan (30 Desember 2014 – 13Januaru 2015) mengenai kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501, hingga menghasilkan dua berita pada halaman pertama, selama empat belas hari. Lalu, Adakah pebedaan mencolok yang ditampilkan kedua media ini dalam membingkai pemberitaan dan menampilkan berita kepada khalayak mengenai kecelakaan pesawat air asia QZ8501. Bertolak dari latar belakang masalah diatas maka penulis mengajukan skripsi yang berjudul Pembingkain Berita Pesawat Air Asia pada Koran “Kompas dan Radar Banten” (Analisis Framing Robert N. Entman oleh Koran Kompasdan Radar Banten periode 30 Desember 2014 – 13 Januari 2015).
28
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Pembingkaian Berita Kecelakaan Pesawat Air Asia QZ801 pada Koran Kompas dan Radar Banten (Analisis Framing Robert N. Entman pada Koran Kompas dan Radar Banten periode 30 Desember 2014 – 13 Januari 2015).”
1.3
Identifikasi Masalah
Adapun Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana
Define
Problems
(Pendefinisian
masalah)
pemberitaan kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501yang ditampilkan Koran Kompas dan Radar Banten? 2. Bagaimana masalah)
Diagnose pemberitaan
Causes
(Memperkirakan
kecelakaan
pesawat
sumber
Air
Asia
QZ8501yang disusun Koran Kompas dan Radar Banten? 3. Bagaimana Make Moral Judgement (membuat keputusan moral) berita kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501yang disajikan Koran Kompas dan Radar Banten?
4. Bagaimana
Treatment
Recommendation
(menekankan
penyelesaian) dalam berita kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501yang ditawarkan Koran Kompas dan Radar Banten kepada pembaca? 5. Bagaimana perbedaan pembingkain berita kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 oleh Koran Kompas dan Radar Banten?
1.4
Tujuan Penelitian
Dari latar belakang masalah, rumusan dan identifikasi masalah yang telah dijelaskan penulis diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menjelaskan
pendefinisian
masalah
(define
problems)
dalam
pemberitaan kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501, 2. Menjelaskan
sumber
masalah
(diagnose
causes),
pemberitaan
kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501, 3. Menjelaskan keputusan moral (make moral judgement) pemberitaan kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501, 4. Menjelaskan penekanan penyelesaian (treatment recomendation) pemberitaan kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501yang ditampilkan Koran Kompas dan Koran Radar Banten dan, 5. Menjelaskan
perbedaan
antara
kedua
media
tersebut
dalam
membingkai kecelakaan pesawat Air Asia ini, itulah yang menjadi tujuan dari penelitian ini.
30
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1
Manfaat Akademis
1. Untuk peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan pengetahuan bagi penulis dalam kajian Ilmu Komunikasi, khususnya pendekatan Frame Analysis (Analisis Bingkai). 2. Untuk Universitas, Fakultas FISIP dan Jurusan Ilmu Komunikasi, hasil
penelitian
diharapkan
dapat
dijadikan
masukan
untuk
memperkenalkan paradigma penelitian yang cenderung “masih baru” bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi, dan memberikan pengetahuan kepada
mahasiswanya
dalam
mempelajari
ilmu
komunikasi
khususnya konsentrasi junalistik.
1.5.2
Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti-peneliti selanjutnya sehingga dapat membantu perkembangan dalam bidang Ilmu Komunikasi Khususnya Mahasiswa konsentrasi Jurnalistik dengan pendekatan Analisis Bingkai (frame analysis).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Komunikasi Massa Para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksudkan dengan komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi melalui media massa, jelasnya merupakan singkatan dari komunikasi media massa (mass media communication). Media massa dalam cakupan pengertian komunikasi massa itu adalah surat kabar (koran), majalah, radio, dan televisi. Menurut Onong Uchjana Effendy (2006:22), ciri lain dari komunikasi massa terdapat lima unsur, diantaranya : Pertama, Komunikasi Massa Berlangsung Satu Arah (One way Traffic). Adanya ruang dan waktu yang memposisikan komunikator untuk tidak bisa menerima respon langsung atau tertunda dari komunikan. Oleh karena itu, umumnya komunikator pada komunikasi massa senantiasa melakukan persiapan guna mencapai proses komunikasi yang efektif. Artinya sekali pesan itu disampaikan maka tidak ada proses langsung untuk memperbaiki pesan yang sudah disampikannya itu. Dengan demikian pesan komunikasi selain harus jelas dapat dibaca jika salurannya media cetak, dan dapat didengar bisa salurannya media elektronik, juga dapat dipahami maknanya seraya
32
tidak bertentangan dengan kebudayaan komunikasi yang menjadi sasaran komunikasi. Kedua, Komunikasi pada Media Massa lebih Melembaga. Pada proses kegiatan komunikasi massa seorang komunikator tidak memiliki
kebebasan
individual
untuk
menyebarluaskan
pesan
komunikasinya. Seorang komunikator tidak bisa bertindak atas nama diri sendiri. Sebagai konsekuesnsi dari sifat komunikator yang melembaga itu, maka perannya dalam proses komunikasi ditunjang oleh orang lain, kemunculannya dalam media kominimasi “tidak sendirian”, melainkan bersama orang lain. Tulisan seorang wartawan surat kabar, misalnya tidak mungkin dapat dibaca khayalak, apabila tidak didukung oleh pekerjaan Redaktur Pelaksana, Layouter, dan Editor. Ketiga, Pesan Komunikasi Massa Bersifat Umum. Pesan yang disampaikan pada proses komunikasi massa bersifat umum (public), pesan itu mahir untuk semua golongan. Apabila pesan itu muncul untuk satu kepentingan atau golongan saja, maka proses penyebaran pesan daam kegiatan komunikasi seperti itu tidak bisa dikatakan sebagai bentuk komunikasi massa. Keempat,
Media
yang
Digunakannya
Menimbulkan
Keserempakan. Pada unsur keempat ini komunikasi massa bersifat serentak pada semua khalayak dalam menerima semua pesan-pesan
yang disebarluaskan itu. Misalnya, pengumuman pemerintah tentang kenaikan bahan bakar minyak atau kenaikan tarif dasar listrik yang disiarkan melalui televisi, maka saat itu pula serentak seluruh khalayak dalam jangkauan frekuensi televisi itu dapat menerima pesan yang disebarulaskan. Kelima, Komunikan pada Komunikasi Massa Bersifat Heterogen Karena salah satu cirinya bersifat umum, maka khalayak yang menerima pesan itupun akan beragam. Sifat pesan yang disebarkan secara serantak itu, membuat khalayak yang menerima pesan itu pun beranekaragam (heterogen). Dalam keberadaannya seara terpencarpencar, diaman satu sama lain tidak saling mengenal dan tidak terdapat kontak, masing-masing berbeda dalam berbagai hal. Heterogenitas khalayak yang seperti itulah menjadi kesulitan untuk komunikator dalam menebarkan pesannya melalui media massa, karena setiap individu dan khalayak itu menghendaki agar keinginannya terpenuhi. Bagi para pengelola media massa adalah suatu hal yang tidak mungkin untuk memenuhinya. Satu-satunya cara untuk mendekati keinginan khalayak terpenuhi ialah dengan mengelompokkan menurut jenis kelamin, usia, pekerjaan, kebudayaan, kesenangan (hobi), dan lain-lain. Definisi komunikasi massa menurut peneliti komunikasi yaitu Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamblepada (Nurudin, 2011:8),
33
34
mengemukakan bahwa suatu pola komunikasi bisa didefinisikan sebagai komunikasi massa jika mencakup lima hal. Pertama, Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah, televisi, film, atau gabungan diantra media tersebut. Kedua,
Komunikator
dalam
komunikasi
massa
dalam
menyebarkan pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas audience dalam komunikasi massa inilah yang membedakan pula dengan jenis komunikasi massa yang lain. Bahkan pengiriman dan penerima pesan tidak saling mengenal satu sama lain, Isi pesan pada komunikasi massa harus milik publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan, diterima dan menyangkut kepentingan publik pada umumnya, karena itu diartikan milik publik. Ketiga, Sebagai sumber, komunikator media massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan, atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga. Lembaga ini pun biasanya berorientasi pada keuntungan, bukan organisasi sukarela atau nirlaba.
Keempat, Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (penapis informasi). Artinya, pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan oleh media massa. Ini berbeda dengan komunikasi antar pribadi, kelompok atau publik dimana yang mengontrol bukan sejumlah individu. Beberapa individu dalam komunikasi massa itu ikut berperan dalam mebatasi, memperluas pesan yang disiarkan. Contohnya adalah seorang reporter, editor film, penjaga rubrik, dan lembaga sensor lain dalam media itu bisa berfungsi sebagai gatekeeper. Kelima, Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Misalnya, dalam komunikasi antarpersona. Dalam komunikasi ini umpan balik langsung dilakukan, tetapi komunikasi yang dilakukan lewat surat kabar tidak bisa langsung dilakukan alias tertunda (delayed). Dengan demikian, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas. Dari pengertian komunikasi massa diatas menurut dua referensi buku, maka penulis mendefinisikan bahwa komunikasi massa adalah pemberian pesan dengan menggunakan media (surat kabar, majalah, 35
36
televisi, radio) dan bersifat satu arah yang ditujukan kepada khalayak luas. Keunggulan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lain ialah komunikasi massa mampu mengatasi hambatan ruang dan waktu. Salah satu ciri dari komunikasi masa adalah pesan yang disampaikan merupakan pesan yang mengandung kebutuhan dan kepentingan publik, seperti berita. Berita juga merupakan hasil dari komunikasi massa, maka penulis akan menjelaskan apa itu berita, dan apa hubungannya dengan penelitian ini.
2.2 Konsep dan Definisi Berita Berita adalah sebuah informasi yang penting untuk dan menarik perhatiaan serta minat khalayak pendengar. Charnley dan James M. Neal menuturkan, berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi interpretasi yang penting, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada khalyak (Erol Jonathan dalam Mirza, 2006:68-69) pada Sumadiria (2008: 64). Doug Newsom dan James A. Woller dalam Media Writing : News for the Mass Media (1985: 11) dalam Sumadiria (2008: 64) mengemukakan, dalam definisi sederhana, berita adalah apa saja yang ingin dan perlu diketahui orang atau lebih luas lagi oleh masyarakat. Dengan melaporkan berita, media massa memberikan informasi kepada mengenai apa yang mereka butuhkan.
Definisi lain yang dikumpulkan oleh Assegaf (1983:23-24) pada Sumadiria (2008: 64) diharapkan bisa memberikan pengertian dan pemahaman yang lebih luas lagi kepada kita mengenai berita. Dean M. Lyle Spencer misalnya, dalam News Writing menyatakan, berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik sebagian besar pembaca. Michael V. Charnley dalam Reporting (1965) dalam Sumadiria (2008: 64) menegaskan, berita adalah laporan tercepat mengenai fakta dan opini yang menarik atau penting, atau keduaduanya bagi sejumlah besar penduduk. Williard C. Bleyer dalam Newspaper Writing and Editing pada Sumadiria (2008:64) menulis, berita adalah sesuatu yang termasa dan dipilih oleh wartawan dan dimuat oleh surat kabar, karena dia menarik minat atau mempunyai makna bagi pembaca surat kabar, atau karena dia dapat menarik para pembaca untuk membaca berita tersebut. William S. Maulsby dalam Getting the News pada Sumadiria (2008:64) menegaskan, berita bisa didefinisikan sebagai suatu secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian para pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut. Dalam definisi jurnalistik, seperti dikutip Assegaf (1984:54) dikatakan berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena dia luar biasa, entah karena 37
38
penting atau akibatnya, entah pula karena dia mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi, dan ketegangan. Sedangkan menurut Sumadiria (2008:65), Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on line internet.Dari beberapa definisi berita diatas penulis mendefinisikan bahwa berita adalah sebuah laporan cepat kejadian yang disampaikan oleh wartawan mengenai fakta yang menarik, penting dan perlu untuk diketahui oleh khalayak luas. Berita dapat disalurkan melalui media massa cetak dan elektronik seperti surat kabar, radio, televisi dan media on line seperti internet. Tak ada media tanpa berita seperti halnya tak ada berita tanpa media. Berita tampil sebagai kebutuhan masyarakat di seluruh dunia. Penelitian ini menganalisis pemberitaan tentang kecelakaan pesawat, maka penulis akan mengklasifikasikan kategori-kategori berita, agar bisa dilihat kecelakaan pesawat itu masuk dalam kategori berita apa.
2.3 Klasisfikasi Berita Berita dapat dikalsifikasikan kedalam dua kategori yaitu berita berat Hard News dan berita ringan Soft News. Hard News adalah sebuah berita yang merujuk pada berita yang mengguncangkan dan
menyita perhatian seperti bencana alam, kebakaran, kecelakaan, kerusuhan dan pembunuhan. Soft News adalah berita yang merujuk pada peristiwa yang lebih bertumpu pada pada unsur-unsur ketertarikan manusiawi (human interest), seperti pesta pernikahan bintang film, atau seminar sehari tentang perilaku seks bebas di kalangan remaja. Selain
itu,
berita
juga
dapat
dibedakan
menurut
lokasi
peristiwanya, ditempat terbuka (outdoor news) danditempat tertutup (indoor
news).
Berita
tentang
sidang
kabinet,
seminar,
pengadilanberlangsung ditempat tertutup. Berita jenis ini umumnya masuk kategori berita ringan (soft news). Disebut ringan karena berita tersebut
tidak
sampai
menggucangkan
perhatian
serta
tidak
menimbulkan dampak yang luas terhadap masyarakat. Berita tentang bencana alam, kerusuhan, peperangan terjadi ditempat terbuka. Berita jenis ini umumnya masuk kategori berita (hard news). Tentu saja, tidak setiap berita yang terjadi ditempat terbuka termasuk hard news. Banyak sekali berita yang terjadi di tempat terbuka masuk kategori soft news. Begitu pula, tidak sedikit peristiwa yang terjadi di ditempat tertutup digolongkan hard news seperti pemerkosaan, pembunuhan, penculikan, penyanderaan. Singkat kata, hard news atau soft news hanya menunjuk pada kualitas berita, dan bukan pada lokasi berita.Sedangkan berdasarkan sifatnya, berita bisa dipilah menjadi berita diduga dan berita tak diduga. Berita diduga 39
40
adalah peristiwa yang direncanakan atau sudah diketahui sebelumnya, seperti lokakarya, pemilihan umum, peringatan hari-hari bersejarah. Proses penanganan berita yang sifatnya diduga disebut making news. Artinya kita berupaya untuk menciptakan dan merekayasa berita. (news engineering). Proses penciptaan atau perekayasaan berita itu dilakukan melalui tahapan perencanaan di ruang rapat redaksi, diusulkan dalam rapat proyeksi, dikonsultasikan dengan pemimpin redaksi, dilanjutkan dengan observasi, serta ditegaskan dalam interaksi dan konfirmasi di lapangan. Semuanya melalui prosedur manajemen peliputan yang baku, jelas, terstruktur, dan terukur.Berita tak terduga adalah peristiwa yang sifatnya tiba-tiba, tidak direncanakan, tidak diketahui sebelumnya, seperti kereta api terguling, gedung perkantoran terbakar, bus tabrakan, kapal tenggelam, pesawat dibajak, anak-anak sekolah disandera, atau terjadi ledakan bom dipusat keramaian. Selebihnya, berita juga bisa dilihat menurut materi isinya yang beraneka
ragam.Menurut
Sumadiria
(2008:
67)
berita
dapat
dikelompokan kedalam menjadi berita penyataan pendapat, ide atau gagasan (talking news), berita ekonomi (economic news), berita keuangan (financial news), berita politik (political news), berita sosial kemasyarakatan (social news), berita pendidikan (education news), berita hukum dan keadilan (law and justice news), berita olah raga (sport news), berita kriminal (crime news), berita bencana strategi (tragedy and disaster news), berita perang (war news), berita ilmiah
(scientifict news), berita hiburan (entertainment news), dan berita tentang aspek-aspek ketertarikan manusiawi atau minat insani (human interest news). Pengetahuan dan pemahaman tentang klasifikasi berita, sangat penting bagi setiap reporter, editor, dan bahkan para perencana dan konsultan media (media planner) sebagai salah satu pijakan dasar dalam proses perencanaan (planning), peliputan (getting), penulisan (writing), dan pelaporan serta pemuatan, penyiaran, atau penayangan berita (reporting andpublishing). Pada akhirnya, tahapan-tahapan pekerjaan
jurnalisitik
itu
sangat
diperlukan
dalam
kerangka
pembentukan, penetapan dan pengembangan manajemen media massa (mass
media
management)
secara
profesional
dan
visioner.
Berdasarkan penjelasan berita diatas, maka pemberitaan kecelakaan pesawat air asia yang penulis teliti termasuk kedalam straight news (berita langsung) dan jika dikaitkan beritanya termasuk kedalam berita sosial kemasyarakatan (social news) dan berita bencana.
2.3.1
Jenis-jenis Berita Menurut Sumadiria (2008: 68), berita dikelompokan kedalam tiga kelompok yaitu, elementary, intermediate, dan advance. Berita elementary mencakup pelaporan berita langsung (straight news), berita mendalam (depth news report), dan berita menyeluruh (comprehensive 41
42
news report). Berita intermediate ,eliputi pelaporan berita interpretatif (interpretative news report) dan pelaporan karangan-khas (feature story report). Sedangkan kelompok advence menunjuk pada pelaoran mendalam (depth reporting), pelaporan penyidikan (investigative reporting), dan penulisan tajuk rencana (editorial writing). Berikut adalah definisi serta perbedaan dari delapan jenis-jenis berita yang disebutkan diatas pada Sumadiria (2008: 69), Pertama, Straight news report adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa. Berita memiliki nilai peyajian objektif tentang fakta-fakta yang dapat dibuktikan. Berita jenis ini dengan unsur-unsur 5W+1H.Kedua, Depth news report merupakan laporan yang sedikit berbeda dengan straight news report. Jenis laporan ini memerlukan pengalihan informasi, bukan opini reporter. Fakta-fakta yang nyata masih tetap besar Ketiga, Comprehensive news merupakan laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Berita menyeluruh merupakan jawaban terhadap kritik sekaligus kelemahan yang terdapat dalam berita langsung (straight news). Berita menyeluruh, mencoba menggabungkan berbagai serpihan fakta itu dalam suatu bangunan cerita peristiwa sehingga benang merahnya terlihat jelas.
Keempat, Interpretative report lebih dari sekedar staight news dan depth news. Berita intepretatif biasanya memfokuskan sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peritiwa kontroversial. Laporan interpretatif biasanya dipusatkan untuk menjawab pertanyaan mengapa. Intinya interpretatif bersifat bertanya, apa makna sebenarnya dari peristiwa tersebut. Kelima, Feature story berbeda dengan straight news, depth news atau interpretative news. Dalam laporan-laporan berita tersebut, reporter menyajikan informasi yang penting untuk para pembacanya. Penulis feature menyajikan suatu pengalaman pembaca (reading experience) yang lebih bergantung pada gaya (style) penulisan dan humor daripada pentingnya informasi yang disajikan. Keenam, Depth reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual. Pelaporan mendalam dalam tradisi pers indonesia sering disajikan dalam rubrik khusus seperti laporan utama, bahasan utama, fokus. Pelaporan mendalam ditulis dengan beberapa judul untuk menghindari kejenuhan pembaca. Ketujuh, Investigative reporting berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda laporan interpretatif. Namun, dalam laporan investigatif, para wartawan melakukan penyidikan untuk memperoleh fakta yang
43
44
tersebunyi demi tujuan. Pelaksanaanya sering ilegal dan tidak tidak etis. Kedelapan, Editorial writing adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan sidang pendapat umum. Editorial adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita penting dan mempengaruhi pendapat umum. Para penulis editorial bukan bekerja untuk dirinya sendiri, melainkan untuk surat kabar dan majalah. Seperti halnya petugas informasi, penulis editorial mungkin akan diberi intruksi sebelum menulis. Dari delapan jenis beria diatas penulis mendefinisikan bahwa setiap penulisan berita memiliki karateristik dan tipenya masingmasing. Itulah yang membuatnya berbeda satu sama lain ketika pengguna media membaca berita di surat kabar, majalah atau produkproduk jurnalistik lainnya. Akan ada rubrik-rubrik yang tersedia di koran atau majalah yang nantinya akan mengelompokkan jenis-jenis berita yang ditampilkan. Adapun berita tentang kecelakaan pesawat air asia QZ8501 yang penulis teliti di dua media yaitu Kompas dan Radar Banten termasuk kedalam jenis berita comprehensive news, kenapa? Karena kedua media yang penulis teliti memberitakan kecelakaan pesawat ini dengan menyeluruh, ini bisa dilihat dari lamanya priode yang penulis teliti,
hampir selama priode tersebut Kompas dan Radar Banten mengisi halaman pertamanya dengan berita mengenai kecelakaan air asia.
2.4 Tinjauan Analisis Bingkai (frame analysis) Analisis framing adalah sebuah metode yang dilakukan untuk melihat bagaimana media mengkontruksi realitas dan menjadikannya sebuah berita atau pemberitaan. Peristiwa dipahami dan ditulis kedalam menjadi berita bukan untuk sesuatu yang taken for granted (Eriyanto, 2012: 7). Sebaliknya wartawan yang menulis berita, dan media yang menyampaikan berita yang ditulis wartawan kepada khalayak ramai. Maka secara aktif wartawan dan media yang membentuk realitas. Dalam penelitian framing, yang menjadi titik persoalan adalah bagaimana realitas/peristiwa dikontruksi oleh media. Lebih spesifik, bagaimana
media
membingkai
peristiwa
dalam
kontruksi
tertentu(Eriyanto, 2012: 7). Sehingga yang menjadi titik perhatian bukan apakah media memberitakan negatif atau positif, melainkan bagaimana bingkai yang dikembangkan oleh media. Pada Analisis bingkai (frame analysis) yang dilihat adalah bagaimana
cara
media
memaknai,
memahami,
membingkai
kasus/peristiwa yang diberitakan. Metode semacam ini tentu saja
45
46
berusaha mengerti (vertethen) dan menafsirkan makna dari suatu teks dengan jalan menguraikan bagaimana media membingkai isu. Framing dapat digunakan untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita. “Cara melihat” inilah yang nanti akan sangat berpengaruh pada hasil akhir dari kontruksi realitas (Eriyanto, 2012: 10-11). Intinya Analisis Framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkontruksi realitas. Analisis Framing juga dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media. Sebut saja peristiwa kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501. Ada media yang memberitakan dan mengontruksi realitas peristiwa kecelakaan pesawat bertipe QZ8501 tersebut sebagai sebuah kecelakaan atau “musibah” besar yang seolah seluruh masyarakat Indonesia, khususnya para keluarga korban yang menjadi korban kecelakaan pesawat ini harus “maklum” dan menerima dengan “lapang dada” atas kecelakaan Air Asia QZ8501. Ada media yang yang memberitakan kecelakaan pesawat ini sebagai
dampak
dari
awan
coloumbusseperti
ilustrasi
yang
diperlihatkan oleh TV One pada acara “Apa Kabar Indonesia Pagi” pada 31 Desember 2015, sehingga pihak maskapai penerbangan Air Asia tidak bisa disalahkan dalam kasus ini. Ada pula media yang memberitakan kecelakaan pesawat ini merupakan musibah akhir tahun
seperti yang diberitakan acara “Kompas Pagi” pada 30 Desember 2015, bahwa musibah ini perlu “direnungi” dengan tangisan dan bahan pembelajaran bagi semua pihak yang terlibat dalam kecelakaan ini. Disini terlihat, bagaimana sebuah peristiwa yang sama mampu ditafsirkan berbeda dengan tampilan berita yang berbeda pula tentunya. Mengapa berbeda? Perbedaan itu terjadi karena peristiwa tersebut dipahami dan dibingkai secara berbeda oleh media. Ada dua esensi utama dari framing tersebut. Pertama, bagaimana peristiwa dimaknai. Ini berhubungan dengan bagian mana yang diliput dan bagian mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta itu ditulis. Aspek ini berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat, dan gambar untuk mendukung gagasan (Eriyanto, 2012: 11). Analisis memusatkan
Bingkai perhatian
(frame
analysis)
padabagaimana
adalah media
analisis
yang
mengemas
dan
membingkai berita. Proses itu umumnya dilakukan dengan memilih peristiwa tertentu untuk diberitakan dan menekankan aspek teretentu dari peristiwa lewat bantuan kata, aksentuasi kalimat, gambar, dan perangkat lainnya. Pada dasarnya framinng adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita (Eriyanto, 2012: 10). “Cara melihat” ini berpengaruh pada hasil akhir
47
48
dari kontruksi realitas. Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonruksi realitas (Eriyanto, 2012: 11). Anaslisis framing juga dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media. Pada intinya Ada dua esensi utama dari analisis framing. Pertama, bagaimana peristiwa dimaknai. Ini berhubungan dengan bagian mana yang diliput wartawan dan dimuat media untuk dijadikan berita, dan mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta itu ditulis. Aspek ini berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat, dan gambar untuk mendukung gagasan. Sebagai sebuah metode analisis teks, analisis framing mempunyai karateristik yang berbeda dibandingkan dengan analisis isi kuantitatif. Dalam analisis isi kuantitatif, yang ditekankan adalah isi (content) dari suatu pesan/teks komunikasi. Sementara dalam analisis framing, yang menjadi pusat perhatian adalah pembentukan pesan dari teks. Framing terutama melihat bagaimana pesan/peristiwa dikontuksi oleh media.Analisis Framing sebagai sebuah metode analisis isi media, memang terbilang baru (Eriyanto, 2012: 11-12). Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu dibentuk dan dikontruksi oleh media. Proses pembentukan dan kontruksi realitas itu, hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah dikenal (Eriyanto, 2012: 76-77). Akibatnya, khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek
tertentu yang disajikan secara menonjol oleh media. Aspek-aspek yang tidak disajikan secara menonjol, bahkan tidak diberitakan, menjadi terlupakan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak. Framing merupakan sebuah cara untuk melihat lebih detail bagaimana peristiwa disajikan oleh media. Penyajian tersebut dilakukan dengan dengan menekankan bagian tertentu, menonjolkan aspek tertentu, dan membesarkan cara bercerita tertentu dari suatu realitas/peristiwa (Eriyanto, 2012: 77). Di sini media menyeleksi, menghubungkan, dan menonjolkan peristiwa sehingga makna dari peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak. Framing membuat dunia lebih diketahui dan dimengerti. Realitas yang kompleks dipahami dan disederhanakan dalam kategori tertentu (Eriyanto, 2012: 77). Bagi khalayak, penyajian realitas yang demikian, membuat realitas lebih bermakna dan dimengerti. Penelitian yang disusun penulis menggunakan analisis ini. Oleh karena penulis akan menjelaskan lebih lanjut tentang analisis framing, bagaimana penggunaannya terhadap analisis media khususnya berita, dan model analisis framing siapa yang digunakan penulis dalam meneliti pemberitaan kecelakaan pesawat air asia pada dua media yang diangkat peulis menjadi objek penelitian Selanjutnya,maka penulis akan menjelaskan analisis framing siapa yang digunakan penulis dalam penelitian ini, penulis juga akan
49
50
menggambarkan kerangka berfikir dari model framing yang penulis gunakan dalam penelitian ini.
2.5 Model Framing Robert N. Entman Konsep
Framing
Robert
E.
Entman,
digunakan
untuk
menggambarkan proses seleksi realitas oleh media. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas (Eriyanto, 2012: 20), sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar dari pada isu yang lain. Framing memberi tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang ditonjolkan/dianggap penting oleh pembuat teks. Kata penonjolan itu sendiri dapat didefinisikan untuk membuat informasi lebih jelas, lebih bermakna, atau lebih mudah diingat oleh khalayak.Entman melihat framing dalam dua dimensi besar : seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu(Eriyanto, 2012: 20). Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khalayak. Informasi yang menonjol kemungkinan lebih diterima oleh khalayak, lebih terasa dan tersimpan dalam memori dibandingkan dengan yang disajikan secara biasa. Bentuk penonjolan tersebut bisa beragam: menempatkan satu aspek informasi lebih menonjol
dibandingkan yang lain, lebih mencolok (Eriyanto, 2012: 20), melakukan pengulangan informasi yang dipandang penting atau dihubungkan dengan aspek budaya yang akrab dibenak khalayak. Dengan benntuk seperti itu, sebuah ide/gagasan/informasi lebih mudah terlihat, lebih mudah diperhatikan, diingat, dan ditafsirkan karena berhubungan dengan skema pandangan khalayak. Dikarenakan kemenonjolan adalah produk interaksi antara teks dan penerima, kehadiran frame dalam teks bisa jadi tidak seperti yang dideteksi oleh peneliti, khalayak sangat mungkin mempunyai pandangan apa yang dia pikirkan atas suatu teks dan bagaimana teks berita tersebut dikontruksi dalam pikiran khalayak. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar : seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti atau lebih diingat oleh khalayak, pada Robert N. Entman (Framing: Toward Clarification of a Fractured Paradigm, 53) dalam Eriyanto (2012: 221). Realitas
yang
disajikan
secara
menonjol
atau
mencolok
mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas. Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu dan mengabaiakan isu yang lain; dan menonjolkan aspek dari isu tersebut
51
52
dengan menggunakan berbagai strategi wacana (Eriyanto, 2012: 221), penempatan yang mencolok (menempatkan di-head line depan atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang/peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan lain-lain. Semua aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari kontruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan atau media dimana wartawan bekerja, ketika menseleksi isu, menulis berita, dan menampilkannya kepada khalayak. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut. Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan (Eriyanto, 2012: 222). Pemberian definisi merupakan arti lain dari Define Problems (Pendefinisian masalah) pada kerangka framing Entman, lalu penjelasan merupakan arti lain dari Diagnose causes (Memperkirakan masalah atau sumber masalah) pada framing Entman, pada proses Diagnose causes ini akan
dijelasnkan secara rinci menegani frame berita atau wacana yang diteliti. Selanjutnya
evaluasi
juga
arti
lain
dari
Make
moral
judgement(membuat keputusan moral) pada framing Entman, dan terakhir rekomendasi juga merupakan arti lain dari framing Entman yang terakhir yaitu Treatment Recommendation (Menekankan penyelesaian). Arti lain ini dibuat untuk mempermudah penjelasan tentang konsep dan teori dari framing model Robert N. Entman. Adapun kerangka teori framing Robert N. Entman jika disusun dan digambarkan adalah sebagai berikut :
53
54
Gambar 2.1 Kerangka Framing Robert N Entman
Framing
Seleksi Isu Penonjolan aspek tertentu dari isu
Berita/Pemberitaan
Defining Problems Pendefinisian Masalah
Treatment Recommendation (Menekankan Penyelesaian)
Diagnose Causes
Make Moral Judgement
Memperkirakan Sumber Masalah
Membuat Keputusan Moral
Adapun penjelasan tentang kerangka teori diatas, dari Seleksi isu hingga menekankan penyelesaian dijelaskan dalam tabel berikut : Tabel 2.1 Penjelasan Kerangka Framing Entman Seleksi Isu
Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta.
Dari
realitasnya
kompleks
dan
beragam itu, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan? Dari proses ini selalu terkandung di dalamnya ada bagian berita yang dimasukkan (included), tetapi ada juga berita yang dikeluarkan (excluded). Tidak semua
aspek
ditampilkan,
atau wartawan
bagian
dari
memilih
isu aspek
tertentu dari suatu isu. Penonjolan Aspek
Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari isu tertentu dari suatu peristiwa/isu tersebut telah dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis? Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat dan gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan masyarakat
Define Problems (Pendefinisian Bagaimana Masalah)
suatu
peristiwa/isu
dilihat?
Sebagai apa? Atau sebagai masalaha apa?
55
56
Diagnoses
causes Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa?
(Memperkirakan masalah atau Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa (Aktor) yang dianggap
sumber masalah
sebagai penyebab masalah Make
Moral
Judgment Nilai moral apa yang disajikan untuk
(Membuat keputusan moral)
menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai
untuk
melegitimasi
atau
mendelegitimasi suatu tindakan? Treatment
Recomendation Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk
(Menekankan Penyelesaian)
mengatasi masalah atau isu? Jalan apa yang ditawarkan
dan
harus
ditempuh
untuk
mengatasi masalah (Eriyanto; 222-224: 2012)
2.6 Teori Ekonomi Politik Media Teori ekonomi politik media yang dicetuskan Karl Marx yaitu mendorong hubungan langsung antara kepemilikan ekonomi dan penyebaran pesan yang meneguhkan legitimasi dan nilai dari masyarakat kelas (Dennis McQuail; 104: 2009). Pandangan ini didukung pada masa modern atau masa sekarang dengan bukti kecenderungan adanya konsentrasi kepemilikan media massa oleh penguasa kapitalis. Seperti yang terjadi di Indonesia saat ini, dimana
ribuan kanal media dikuasai oleh hanya beberapa pemodal atau individu saja. Konsekuensi dari kepemilikan media ditangan beberapa individu ini membuat semakin berkurangnya sumber media yang independen, dan pesan yang disebarkan kepada khalayak cenderung manipulatif (Dennis Mc Quail; 105: 2009) dan mengesamipngkan fakta. Propaganda pesan yang dibuat media seperti ini tentu lebih mengedepankan opini dari realitas yang ada dilapangan. Teori Ekonomi Politk Media (political economy media theory) menganggap bahwa kepemilikan media pada segelimtir elit penguasa dapat menyebabkan penyakit sosial (Dennis McQuail; 104-106:2009). Dalam pemikiran teori ini, kandungan media yang termasuk didalamnya berita adalah komoditas yang dijual di pasar dan informasi yang disebarluaskan dan dikendalikan oleh apa yang pasar akan tanggung. Sistem ini membawa implikasi mekanisme pasar yang tidak ambil resiko, suatu bentuk mekanisme pasar yang kejam. Mengapa kejam, karena mekanisme pasar yang seperti ini membuat media tertentu
mampu
mendominasi
wacana
publik
dan
lainnya
terpinggirkan. Pemberitaan air asia yang diberitakan Kompas dan Radar Banten mengimplikasikan adanya barter antara media dan para pemilik modal. Kompas yang merupakan media berskala nasional dengan umur sudah
57
58
setengah abad di negara, denngan visi dan misi medianya “amanat hati nurani rakyat” memberitakan air asia sebagai musibah alam, bukan human eror dari pihak maskapai penerbangan air asia, dapat dipastikan hak keluarga korban untuk menuntut air asia ke meja hijau akan surut dengan senidirinya. Kata musibah disini menggambarkan teguran alam dan kepasrahan bahawa ini adalah peristiwa yang tidak bisa dihindari. Namun, jika Kompas berani melakukan apa yang CNN lakukan tentang hak korban, dengan tiga pertanyaan kritis perbedaan media nasional dengan media asing yang dikemukakan penulis pada latar belakang masalah penelitian ini, bukan tidak mungkin, pemerintah melakukan
investigasi
khusus
tentang
black
box,
dan
mempertimbangkan hak korban untuk memperkarakan peristiwa ini ke ranah hukum. Untuk mengaplikasikan teori ekonomi politik media yang dikemukakan Karl Marx pada buku Dennis Mc Quail ini, perlu dilakukan analisis bingkai (frame analysis) terhadap pemberitaan Kompas dan Radar Banten. Analisis bingkai (frame analysis) merupakan
salah
satu
model
analisis
alternatif
yang
bisa
mengungkapkan rahasia dibalik perbedaan, bahkan pertentangan media dalam mengungkapkan fakta.
2.7 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran yang digunakan dalam menganalisis pemberitaan pada surat kabar Kompas dan Radar Banten dengan menggunakan model analisis framing Robert N Entman. Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekakan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diberitakan. Dilihat dari berbagai sudut pandang, peristiwa kecelakaan air asia bisa diapahami sebagai suatu musibah bencana alam. Cuaca buruk akan menjadi “kambing hitam” dan membuat kata “ikhlas” menjadi nyaring didengungkan oleh media untuk para keluarga korban khususnya dan pelanggan media tersebut pada umumnya. Atau peristiwa ini harus diusut lebih lanjut apakah ada penyebab lain dari kecelakaan pesawat ini, apakah ada penyebab lain selain buruknya cuaca, adakah (human eror) seperti buruknya manajemen pihak maskapai penerbangan, perlukah ada pencabutan izin terbang pada maskapai yang bersangkutan oleh pemerintah jika keluarga korban memperkarakan permasalahan ini ke pengadilan? Kedua bingkai tersebut bukanlah yang satu lebih baik dan yang satu buruk. Ia hanya menggambarkan ada kemungkinan banyak penafsiran dan pemaknaan dari dua media yang berbeda. Setiap bingkai dari pemaknaan dua media tersebut bisa jadi sama-sama sah dalam menggambarkan
59
60
peristiwa. Maka dari itu untuk melihat bingkai media mana yang lebih kritis dan tepat dalam menggambarkan peristiwa kecelakaan pesawat tersebut, perlu dilakukan analisis framing untuk menemukan jawabannya. Pada penelitian ini, penulis menggunakan analisis framing Robert N Entman, yang dimana analisis framing Entman, bermuara pada empat titik. Pertama, Define Problems (pendefinisian masalah) adalah elemen framing Entman yang pertama kali dapat dilihat. Elemen ini merupakan master frame/bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh media.Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa tersebut diapahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda oleh media. Bingkai dua media dalammemandang masalah yang berbeda ini akan menghasilkan pemberitaan yang berbeda ketika disampaikan kepada khalayak. Saat ada peristiwa kecelakaan pesawat yang diakhiri dengan tewasnya seluruh penumpang pesawat, bagaimana peristiwa ini dipahami oleh media tentu akan dipengaruhi dari bagaimana media itu membingkai peristiwa kecelakaan pesawat kedalam berita atau pemberitaan. Kedua, Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah), merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap aktor dari suatu peristiwa. Penyebab pada elemen ini bisa berarti apa (what), tetapi juga bisa berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa atau siapa yang dianggap sebagai sumber masalah,
oleh karena itu masalah yang dipahamai secara berbeda, akan mengindikasikan penyebab masalah yang secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula. Ketika peristiwa hilangnya pesawat air asia dipahami sebagai murni sebagai kecelakaan akibat gejala alam yaitu cuaca buruk, maka tidak ada yang bisa disalahkan. Namun, jika hilangnya pesawat bertipe QZ8501 ini dipahami sebagai human eror dari pihak manajemen pesawat, maka penyebab masalahnya juga akan berbeda hasilnya dari asusmsi pertama. Elemen framing Entman yang ketiga adalahMake Moral Judgement (membuat pilihan moral), adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan/memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip biasanya berhubungan dengan sesuatu yang familiar sehingga mudah dikenal dan dikenang oleh khalayak. Kecelakaan pesawat air asia jika dipahami oleh media murni kecelakaan akibat cuaca yang buruk, maka pilihan moral yang diajukan adalah “pihak maskapai penerbangan adalah pihak yang tidak mengetahui akan terjadinya cuaca buruk seperti awan columbus, maka kecelakaan ini bukanlah kesalahan dari pihak maskapai penerbangan,”.
61
62
Jika pilihan moral sebaliknya, bisa dipastikan bahwa pihak maskapai penerbangan harus bertanggungjawab atas peristiwa ini kepada keluarga para korban, dan peristiwa ini bisa diperkarakan ke pengadilan. Elemen framing Entman yang keempat adalah treatment recommendation (menekankan penyelesaian). Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh media, jalan apa yang dipilih untuk menekankan penyelesaian. Penyelesaian ini tentu saja akan sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah, serta keputusan moral apa yang sudah diwacanakan oleh media tersebut sebelumnya. Jikalau dalam pembingkaian pemberitaan “kecelakaan pesawat air” pihak maskapai pesawat air asia berada dipihak yang salah, maka “hak” keluarga korban untuk memperkarakan masalah ini ke meja pengadilan bisa dilakukan. Jika diperkarakan hingga ke pengadilan, ada dua kemungkinan sanksi yang akan diterima maskapai air asia jikalau pihak korban memenangkan delik aduannya. Sanksi pertama adalah berupa ganti rugi uang berbentuk asuransi kecelakaan yang dikenakan per-korban yang terdaftar sebagai penumpang pesawat bertipe QZ8501 ini. Tentu saja ganti rugi berupa uang yang nominalnya ditenttukan dipengadilan sepenuhnya ditanggung pihak maskapai air asia. Sanksi kedua yang kemungkinan didapatkan pihak maskapai jika keluarga korban memenangkan delik aduannya adalah berupa sanksi pencabutan izin penerbangan dimana maskapai air asia
tidak diperbolehkan lagi beroperasi di Indonesia untuk jangka waktu yang juga ditentukan oleh pengadilan nanntinya. Akan tetapi, jika media memberikan treatment recommendation (menekankan penyelesaian) yang sebaliknya,maka pihak maskapai air asia akan selamat dari dua kemungkinan sanksi diatas. Media akan memberikan treatment recommendation berupa gejala cuaca buruk seperti “awan columbus”. Keluarga korban diharuskan untuk ikhlas dan legowo dalam menerima musibah ini. Dari ke-empat elemen framing entman diatas, maka peneliti akan menganalisis pemberitaan tentang kecelakaan pesawat air asia dengan melihat ideologi, visi, misi media yang mempengaruhi frame pemberitaan mengenai kecelakaan pesawat air asia pada koran kompas dan Radar Banten, adakah perbedaan framing dari kedua media tersebut dalam membingkai pemberitaan kecelakaan pesawat air asia. Dipadukan dengan teori ekonomi politik media yang juga memiliki pengaruh dalam membingkai pemberitaan, maka penulis membuat kerangka pemikiran sebagai berikut :
63
64
2.8 Penelitian Sebelumnya Terdapat dua penelitian yang dijadikan sebagai bahan perbandingan oleh peneliti. Kedua penelitian terdahulu tersebut adalah “Kontuksi Berita Penyergapan Noordin M. Top (Studi Analisis Framing Tentang Kontruksi Berita dalam Frame Pemberitaan Penyergapan Noordin M. Top pada Harian Kompas)” oleh Efron Paulus Simanjuntak. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 tersebut menggunakan metode kualitatif, analisis framing yang dilakukan memfokuskan pada isi teks berita yang terdapat pada surat kabar Kompas. Perbedaan dengan peneliti, penelitian Efron Paulus Simanjuntak ini hanya menggunakan satu objek penelitian saja, yaitu Koran Kompas dengan jumlah keseluruhan berita yang dianalisis berjumlah tujuh berita mengenai kasus terorisme Noordin M. Top. Penelitian lain yang dijadikan sebagai aspek perbandingan adalah “Pemberitaan Sepak Bola Indonesia pada Rubrik Nasional di Harian Olahraga Top Skor (Analisis wacana teun A. Van Dijk pada harian Olahraga Top Skor)” oleh Dewi Rubiyanti pada tahun 2013. Sama dengan penelitian milik Efron, penelitian ini juga menggunakan metode kualitatif. Hanya saja model analisis yang digunakan yaitu analisis wacana model Teun A. Va Dijk. Objek penelitiannya juga merupakan Koran olahraga yaitu Top Skor bukan Koran umum seperti objek penelitian milik Efron Paulus Simanjuntak dan objek penelitian yang peneliti analisis.
65
66
Tabel 2.2 Aspek Perbandingan Nama Peneliti
Efron Paulus
Dewi Rubiyanti
Ichsan Adil Prayogi
(3)
(4)
Simanjuntak (2)
(1) Judul
Kontuksi
Berita Pemberitaan Sepak Bola Pembingkaian
Penelitian
Penyergapan Noordin Indonesia
pada
Rubrik Kecelakaan Pesawat Air Asia
M. Top (Studi Analisis Nasional
di
Harian QZ8501 oleh Koran “Kompas
Framing
Top
Tentang Olahraga
Berita
Skor dan Radar Banten” (Analisis
Kontruksi Berita dalam (Analisis wacana teun A. Framing Robert N. Entman Frame
Pemberitaan Van Dijk pada harian Pada Koran Kompas dan
Penyergapan Noordin Olahraga Top Skor)
Radar Banten periode 30
M. Top pada Harian
Desember 2014 – 13 Januari
Kompas)
2015)
Tahun Penelitian
2010
2013
2015
Kualitatif
Kualitatif
Kualitatif
Metode Penelitian Persamaan
Menggunakan metode Menggunakan
metode Menggunakan
metode
kualitatif, unit analisis kualitatif,
analisis kualitatif,
analisis
wacana adalah media wacana
unit adalah
unit
media wacana adalah media cetak,
cetak, analisis framing cetak
analisis framing berdasarkan
berdasarkan
model Robert N. Entman
model
Robert N. Entman Perbedaan
Hanya
menggunakan Tidak
menggunakan Menggunakan
dua
objek
satu objek penelitian analisis framing, analisis penelitian (Koran Kompas (Koran Kompas)
yang digunakan adalah dan Radar Banten) wacana Teun
A. Van
Dijk,
penelitian
bukan
objek harian
umum,
melainkan Olahraga (TopSkor)
67
harian
68
BAB III Metodologi Penelitian
3.1 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan alat bedah yang dipergunakan dalam penelitian sebagai cara untuk memperoleh jawaban dari permasalahan penelitian. Pemilihan metode yang digunakan haruslah dapat mencerminkan relevansi paradigma teori hingga kepada metode yang digunakan dalam penelitian agar berjalan beriringan. Semuanya itu tentu harus sesuai pula dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dari paradigma kontruktivis. Peneliti mendefinisikan pengertian penelitian kualitatif menurut Denzin dan Lincoln dalam Moleong, Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan dengan latar alamiah, ini dilakukan dengan tujuan mengartikan atau menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan mengaitkan berbagai metode yang tersedia. Analisis bigkai ini termasuk kedalam paradigma kontruksionis, merupakan salah satu paradigma alternatif dari paradigma klasik atau paradigma positivistik. Dengan demikian proses penelitiannya tidak hanya mencari makna yang terdapat pada sebuah naskah atau berita, melainkan seringkali menggali apa yang terdapat dibalik berita atau naskah menurut paradigma penelitian yang digunakan. Dengan
ungkapan lain, metodologi dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis yang kita lakukan untuk melakukan penelitian. Sementara perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasan atau
interpretasi
yang
memungkinkan
peneliti
memahami
data
dan
menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa lain dan situasi lain. Penelitian yang dilakukan penulis menggunakan proses secara induktif. Untuk itu penulis akan menjelaskan sedikit kaitan metode kualitatif dengan proses induktif dari referensi yang penulis miliki. Definisi penulis dalam buku Moleong ialah bahwa penelitian kualitatif mengimplementasikan analisis data secara induktif. Analisis data secara induktif ini digunakan karena beberapa alasan. Pertama, proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan jamak sebagai yang terdapat dalam data. Kedua, analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti-objek penelitian menjadi eksplisit dan akuntabel. Ketiga, analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan dan mencari jawaban dari permasalahan yang ditemukan dalam penelitian. Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif adalah berupa katakata, gambar, dan bukan angka-angka. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Pada penulisan laporan demikian, peneliti menganalisis data yang sangat kaya dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya. Hal itu hendaknya dilakukan 69
70
seperti orang merajut, sehingga setiap bagian ditelaah satu demi satu, dan saling terkait satu sama lain. Pendekatan pada penelitian ini adalah paradigma konstruktivis yang sangat menaruh perhatian terhadap pembongkaran aspek-aspek yang tersembunyi dibalik realitas dan fakta yang mana dalam paradigma ini fakta dan realiatas tidak bersifat obyektif, melainkan subyektif atau hasil bentukan dan manipulasi. Dalam hal ini berkenaan dengan pemberitaan kecelakaan pesawat Air Asia selama dua pekan pada koran Kompas dan Radar Banten di akhir Desember 2014 dan bulan Januari 2015. Paradigma kontruksionis yang dipakai dalam metode penelitian ini menggunakan analisis bingkai (frame analysis) model Robert N. Entman. Dimana motede dan paradigma ini akan menitik beratkan pada penelitian terhadap struktur isi sebuah berita. Dimana semua berita yang berkaitan dengan kecelakaan pesawat Air Asia akan diteliti satu persatu, mulai dari judul berita, lead (teras berita), isi berita, teks pada berita, hingga gambar, grafik dan foto yang mendukung informasi mengenai berita kecelakaan pesawat Air Asia dan dilihat kecenderungannya,
adakah
dugaan
menonjolkan
aspek
tertentu
dan
menghilangkan aspek lain. Pada dasarnya pembingkaian (framing) adalah sebuah instrumen metodologis yang dipakai untuk melihat cara media dalam mengkontruksi sebuah wacana dan realitas sosial sehingga menjadi berita. Lewat framing, publik diajak dan diarahkan untuk melihat hanya dari sati sisi tanpa diberi kesempatan untuk melihat sisi yang lain. Asumsinya, elemen isu yang diotonjolkan mempunyai ruang yang lebih besar untuk dipertimbangkan khalayak pembaca. Dengan kata
lain, penonjolan yang berbeda terhadap fakta akan mengiring perhatian publik pada titik tertentu. Serta melahirkan persepsi berbeda karena penekanan hanya pada satu sisi sehingga menutup sisi lainnya.
3.2 Fokus Penelitian 3.2.1 Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian ini dilakukan secara bertahap yakni selama 9 bulan, bulan yang terhitung dari bulan Januari 2015 sampai dengan bulan September 2015. Waktu penelitian ini meliputi persiapan, pelaksanaan, penelitian di lapangan, hasil penelitian, hingga kesimpulan.
3.3 Objek Penelitian Objekpenelitian pada skripsi ini adalah kumpulan berita kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 pada Koran Kompas dan Radar Banten pada periode 30 Desember 2014 hingga 13 Januari 2015, dimana kecelakaan pesawat bertipe QZ8501 ini sering menjadi headline berita di kedua media yang peneliti teliti ini.
3.4 Unit Analisis Data Unit Analisis Data pada penelitian skripsi ini adalah Koran Kompas dan Radar Banten periode 30 Desember 2014 hingga 13 Januari 2015 yang mengangkat tema mengenai kecelekaan pesawat Air Asia QZ8501, dimana
71
72
kecelakaan pesawat bertipe QZ8501 ini sering menjadi headline berita di kedua media yang peneliti teliti ini. Selama periode 30 Desember 2014 hingga 13 Januari 2015, terdapat tujuh belas (17) berita mengenai pesawat Air Asia di Kompas dan Radar Banten. Ketujuh belas atau semua berita tersebut terletak dihalaman pertama, bahkan sebagian dari berita yang mengangkat tema mengenai kecelakaan pesawat bertipe QZ8501 tersebut menjadi headline dimedia nasional dan media lokal yang peneliti teliti, yaitu Kompas dan Radar Banten. Alasan peneliti memilih tujuh belas berita ini untuk diteliti, karena peneliti ingin mengetahui, bagaimana Kompas dan Radar Banten membingkai atau memframe berita mengenai kecelakaan pesawat Air Asia, dan kemudian memperlihatkan hasil bingkai beritanya kepada khalayak. Hasil keseluruhan analisis penelitian terhadap kedelapan belas berita tersebut, pada Kompas dan Radar Banten nanti akan menunjukkan hasil frame dan menunjukkan kesimpulan penyebab dari kecelekaan pesawat bertipe QZ8501 ini. Lalu adakah perbedaan bingkai atau frame berita dari kedua media ini, yaitu Kompas dan Radar Banten mengenai kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501. Itu semua bisa diketahui setelah ketujuh belas berita terebut di analisis framing, dengan menggunakan model framing Robert N. Entman.
Adapun tujuh belas judul berita pada Kompas dan Radar Banten selama priode 30 Desember 2014 hingga 13 Januari 2015 ialah sebagai berikut :
Tabel 3.1 (Judul Berita “Kompas” Terkait Kecelakaan Air Asia) Periode/Tanggal Terbit
Judul Berita
30 Desember 2014
“Pencarian Air Asia di 13 Area”
31 Desember 2014
“Kekompakan Percepat Pencarian”
2 Januari 2015
“Tim SAR Terjang Cuaca Buruk”
5 Januari 2015
“Lumpur Hambat Pencarian Kotak Hitam”
6 Januari 2015
“Pencarian Dikejar Waktu”
7 Januari 2015
“Semua
Mata
Pun
Tertuju
ke
Pangkalan Bun” 8 Januari 2015
“Melayani Mereka yang Berjibaku”
9 Januari 2015
“Sirnanya Sekat Kebangsaan Dalam Misi Kemanusiaan”
12 Januari 2015
“Posisi Diketahui”
73
Kotak
Hitam
Sudah
74
Tabel 3.2 (Judul Berita “Radar Banten” Terkait Kecelakaan Air Asia) Periode/Tanggal Terbit
Judul Berita
30 Desember 2014
“Pesawat Masih Misterius”
31 Desember 2014
“Siapkan 161 Peti Jenazah”
5 Januari 2015
“Bodi Pesawat Tertahan Lumpur”
6 Januari 2015
“Tiga
Jenazah
Terlilit
Sabuk
Pengaman” 7 Januari 2015
“Hanyut
Hingga
Peraira
Banjarmasin” 8 Januari 2015
“Black Box Air Asia Ditemukan”
12 Januari 2015
“Tiga Kapal Tangkap Sinyal Black Box”
13 Januari 2015
“Seminggu Untuk Membaca Black Box”
3.5 Tekhnik Pengumpulan Data 3.5.1 Tekhnik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan informasi atau data yang penulis inginkan, maka dalam teknik pengumpulan data ini penelitian menggunakan satu tekhnik yang dilakukan, yakni sebagai berikut :
3.5.1.1 Dokumentasi Dokumentasi adalah pengumpulan datayang secara langsung yang dikumpulkan dengan menggunakanteknik-teknik pengumpulan data, yakni sebagai berikut : 3.5.1.1.1 Teknik Dokumentasi Dokumentasi merupakan catatan peristiwa tang sudah berlalu, dokumenatsi biasa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya, catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan, kebijakan, dan masih banyak jenisnya. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain.Dokumen yang bebentuk karya, misalnya karya seni yang dapat berupa gabar, patung, film, dan lain-lain. Tehnik dokumentasi berarti mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Dikarenakan penelitian yang penulis teliti berkaitan dengan pemberitaan kecelakaan pesawat air asia QZ8501, tekhnik dokumentasi atau Studi dokumenternya yaitu bahan-bahan tertulis atau kumpulan berita pada koran Kompas dan Radar Banten yang memuat kecelakaan pesawa air asia.
75
76
3.6 Analisis Data Bogdan dan Biklen, dalam Moleong (2007:248) menyebutkan bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Teknik analisis data yang peneliti pakai dalam penelitian ini ialah analisis data kualitatif. Pada penelitian kualitatif analisis data terdiri dari beberapa kategori, diantaranya sebagai berikut : 1. Data Collection merupakan kegiatan pengumpulan data-data yang adaterlebih dahulu. 2. Data Reduction merupakan kegiatan mereduksi data-data yang diperoleh setelah dilakukan pengumpulan dengan suatu bentuk analisis yang menajam, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidakdiperlukan dan mengorganisasi data. 3.Data
display
merupakan
kegiatan
memperlihatkan
data
yang
diperolehsetelah direduksi terlebih dahulu. 4.
Conclusing
drawing
atau
verification
merupakan
kegiatan
membuatkesimpulan dengan menggambarkan atau memverifikasi datadata yangdiperoleh.
Untuk menganalisis berita-berita mengenai Air Asia QZ8501, peneliti akan memetakan setiap berita dengan menggunakan bagan sebagai berikut:
Judul Berita : Nama Media : Edisi/tanggal : Framing
:
Tabel 3.3 Contoh Tabel Analisis Perangkat Framing Entman
Bukti Dalam Teks
Define Problems Diagnoese Causes Make
Moral
Judgement
Treatment Recommendation
3.7 Uji Keabsahan Data Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi beberapa pengujian. Peneliti menggunakan Uji Kredibilitas Data atau uji kepercayaam
77
78
terhadap hasil penelitian. Uji keabsahan data ini diperlukan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu temuan atau data yangdilaporkan peneliti dengan apa yang terjadi sesungguhnya di lapangan. Cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian menurut Moleong dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan atau pengamatan, ketekunan pengamatan dalam penelitian, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan referensial, kajian kasus negatif, dan pengecekan anggota, pada (Moleong, 2011: 327). Peneliti hanya menggunakan beberapa saja untuk menguji keabsahan data, diantaranya adalah sebagai berikut :
3.7.1 Ketekunan Pengamatan Ketekunan
pengamatan
berarti
mencari
secara
konsisten
interpreyas dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciriciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut
secara
rinci.
Dengan
kata
lain
ketekunan
pengamatan
menyediakan kedalaman (Moleong, 2011: 329-330). Kedalaman disini berkaitan dengan analisis data terhadap instrumen penelitian yang peneliti teliti.
3.7.2 Triangulasi Diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik dilakukandengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda. Pada penelitian ini data diperoleh dengan dengan observasi dan dokumentasi. Triangulasi waktu pada penelitian dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan observasi dan teknik dokumentasi dalam waktu atau situasi yang berbeda.
79
80
3.8 Jadwal Penelitian Tabel 3.4 Jadwal Penelitian No
Bulan Kegiatan
1.
Jan
Feb
Mar
X
X
Apr Mei Jun
Jul
Ags
X
X
X
X
Sep
Okt
Persiapan Penelitian X
2.
3.
Penyusunan Bab I-III X
X
X
Presentasi Outline X
4.
5.
Revisi Outline
Pengumpulan Data X
6.
Analisis Hasil Penelitian dan Hasil Penelitian
7.
X
X
Presenstasi dan Sidang Skripsi
X
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi dan Objek Penelitian 4.1.1 Koran Kompas 4.1.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya Koran Kompas Ide awal penerbitan harian Kompas datang dari Jenderal Ahmad Yani yang mengutarakan keinginannya kepada Frans Seda untuk menerbitkan surat kabar yang berimbang, kredibel dan independen. Frans kemudian mengemukakan keinginan itu kepada dua teman baiknya, Auwjong Peng Koen atau lebih dikenal dengan Petrus Kanisius Ojong (1920-1980) dan Jakob Oetama. Sebelum penerbitan Harian Kompas, telah ada sebelumnya harian Star Weekly dan majalah Intisari. Intisari terbit 17 Agustus 1963, seperti Star Weekly, ia hitam-putih dan telanjang, tanpa kulit muka. Ukurannya 14 x 17,5 cm dengan tebal 128 halaman, logo "Intisari"-nya sama dengan logo rubrik senama yang diasuh Ojong di Star Weekly. Edisi perdana yang dicetak 10.000 eksemplar ternyata laris manis. Kira-kira dua tahun umur Intisari, Ojong dan Jakob menerbitkan Harian Kompas. Saat itu, hubungan antara Intisari dan Kompas miripmirip Star Weekly dan Keng Po. Saling membantu, berkantor sama 81
82
bahkan wartawannya pun merangkap. Keng Po merupakan surat kabar anti komunis yang diberangus oleh pemerintah saat Partai Komunis Indonesia (PKI) sangat besar pengaruhnya di pemerintahan. Pengurus Yayasan : I.J. Kasimo (Ketua), Frans Seda (Wakil Ketua), F.C. Palaunsuka (Penulis I), Jakob Oetama (Penulis II), dan Auwjong Peng Koen (bendahara) bertemu dengan Presiden Soekarno. Awalnya harian ini diterbitkan dengan nama Bentara Rakyat. Namun, usul Presiden Soekarno, namanya diubah menjadi Kompas sebagai media pencari fakta dari segala penjuru. Sifat harian Kompas adalah independen, menggali sumber berita sendiri serta mengimbangi secara aktif pengaruh komunis dengan tetap berpegang pada kebenaran, kecermatan sesuai profesi dan moral pemberitaan. Sesuai sifat Auwjong yang selalu merencanakan segala sesuatunya dengan cermat, kelahiran Kompas dipersiapkan dengan matang. Kompas mulai terbit pada tanggal 28 Juni 1965 berkantor di Jakarta Pusat dengan tiras 4.800 eksemplar. Sejak tahun 1969, Kompas merajai penjualan surat kabar secara nasional. Pada tahun 2004, tiras hariannya mencapai 530.000 eksemplar, khusus untuk edisi minggunya mencapai 610.000 eksemplar. Pembaca koran ini mencapai 2,25 juta orang di seluruh Indonesia. Seperti kebanyakan surat kabar yang lain, harian Kompas dibagi menjadi tiga halaman bagian, yaitu bagian depan yang memuat berita nasional dan internasional, serta berita bisnis dan
83
keuangan serta bagian berita olaharaga. Kompas sebagai sebuah media tentu memiliki visi dan misi. Kompas memiliki visi yang merupakan hal yang ingin dicapai oleh Kompas dalam keberadaannya sebagai media. Adapun visi harian Kompas yaitu “menjadi institusi yang memberikan pencerahan bagi perkembangan masyarakat Indonesia yang demokratis dan bermartabat serta menjunjung tinggi asas dan nilai kemanusiaan”. Misi memiliki arti yaitu merupakan langkah yang ditempuh suatu institusi atau badan dalam mencapai tujuannya. Misi Kompas adalah “mengantisipasi dan merespon dinamika masyarakat secara profesional sekaligus
memberi
arah
pada
perubahan
(trendsetter)
dengan
menyediakan dan menyebarluaskan informasi yang terpercaya”. Kompas sebagai sebuah media mengemban motto “Amanat Hati Nurani Rakyat”. Motto ini merupakan hasil pilihan dan perenungan yang matang, timbul dari keprihatinan, penghargaan dari nasib hati nurani rakyat yang pada saat itu tersumbat akibat dimanipulasi oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Harian Kompas menganut falsafah bahwa seluruh kegiatan yang akan diambil harus didasarkan kepada nilai-nilai dasarnya dan dengan mengikuti nilai-nilai
dasar tersebut berfungsi untuk memuaskan
pelanggan. Adapun nilai-nilai dasar yang dianut oleh harian Kompas, antara lain, Mengutamakan watak baik, Profesionalisme, Semangat kerja tim,
84
Berorientasi kepada kepuasan konsumen (pembaca, pengiklan, mitra kerja– penerima proses selanjutnya) dan Tanggung jawab sosial.
4.1.1.2 Struktur Organisasi Koran Kompas
Pemimpin Umum
: Jakob Oetama
Waki Pemimpin Umum
: Prasetyo, St. Sularto
Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab
: Trias Kuncahyono, Taufik H. Mihardja
Redaktur Senior
: Ninok Leksono
Redaktur Pelaksana
: Budiman Tanuredjo
Wakil Redaktur Pelaksana
: Andi Suruji, James
Sekretaris Redaksi
: Retno Bintarti, M. Nasir
Pemimpin Perusahaan
: Lukas Widjaja
Wakil Pemimpin Perusahaan
: Abun Sanda
85
4.1.2 Koran Radar Banten 4.1.2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Koran Radar Banten Koran Radar Banten merupakan salah satu dari tiga Koran local yang terbit di provinsi Banten. Terbit pertama kali pada tanggal 2 Juni 2000 dengan nama Harian Banten yang dikelola oleh PT Wahana Semesta Banten dan berada di bawah naungan Jawa Pos Group. Munculnya koran lokal seperti Radar Banten, adalah sebuah keniscayaan sejarah, seiring dibukanya kran kebebasan pers di Indonesia pasca runtuhnya Rezim Orde Baru, yang dimulai dengan disahkanyya UU Pokok Pers No. 40 Tahun 1999. Fenomena munculnya Koran-koran lokal, ini juga dilandasi oleh semangan Otonomi Daerah sesuai dengan Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah. Pasca kebebasan pers, tak heran Korankoran local pun bermunculan di hamper seantero negeri, terutama dipelopori oleh industri-industri media yang telah eksis di dunia persuratkabaran tanah air. Sebut saja dengan Jawa Pos. Koran terbesar di Jawa Timur ini menjadi “raja” media dengan menerbitkan puluhan Koran lokal di berbagai daerah di Indonesia. Kemunculan Radar Banten di provinsi ke-30 ini bersamaan dengan semangat yang menggelora dari masyarakat Banten untuk memisahkan diri dari Provinsi Jawa Barat menjadi provinsi sendiri.
86
Apalagi, saat itu Radar Banten tampil sebagai satu-satunya koran yang terbit di Kota Serang (cikal bakal ibukota Provinsi Banten kala itu). Sedangkan satu koran lagi, Radar Tangerang (juga berada dibawah nmanajemen Jawa Pos Group), sekalipun berada di wilayah Banten, namun komposisi berita dan peredarannya lebih terkonsentrasi di kawasan Tangerang. Tentu menjadi sebuah keniscayaan jika Radar Banten pada masamasa awal terbitnya banyak mengangkat topik berita seputar perjuangan pembentukan Provinsi Banten. Berbagai peristiwa penting perjuangan masyarakat Banten hingga terealisasinya provinsi ke-30 ini berhasil direkam oleh para wartawan Radar Banten dan menjadi liputan-liputan menarik serta ditunggu masyarakat. Maka, tak heran bila nama Radar Banten langsung melekat di hati masyarakat Banten, sehingga kemudian manajemen mengambil motto Radar Banten sebagai “Koran Kebanggaan Warga Banten”. Radar Banten dalam operasional aktivitasnya didasarkan pada visi berikut : Visi Sosial : Tampil menjadi koran lokal yang memiliki kepekaan dan tanggung jawab sosial kemasyarakatan, serta mendorong dinamisasi dan percepatan pembangunan di Provinsi Banten. Visi Bisnis : Radar Banten sebagai koran yang probisnis. Radar Banten harus menjadi media paling efektif bagi para pebisnis di Banten
87
maupun luar Banten dalam mengenalkan produk-produknya di masyarakat. Dengan visi ini pula Radar Banten mendorong terwujudnya masyarakat yang berjiwa entrepreneur (wirausaha). Radar Banten dilahirkan untuk berkiprah dan berperan serta dalam pembangunan bangsa dan Negara, khususnya di Provinsi Banten. Untuk menjalankan perannya iru, Radar Banten memiliki misi Aspirasi, Suara Hati dan Kebanggaan Banten, dengan penjabaran sebagai berikut, Aspirasi. Sebagai penyebar informasi, Radar Banten harus tampil menjadi koran terpercaya dan berguna bagi masyarakat, menjadi media penghubung yang baik bagi semua pihak, baik pemerintah dengan masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, serta pihak-pihak lain. Suara Hati. Segala isi pemberitaan Radar Banten, harus mencerminkan suara hari masyarakat Banten. Karena itu, wartawan dan karyawannya dituntut memiliki kepekaan yang tinggi terhadap kondisi sosial masyarakat, dan harus merasa sebagai bagian dari masyarkat Banten. Kebanggan Banten. Radar Banten sebagai salah satu koran lokal di Banten harus tampil menjadi koran kebanggan warga Banten, dengan penyajian beritanya yang akurat, tepat, dan terpercaya, serta menaati kode etik jurnalistik dan sesuai dengan Undang-undang N0. 40 tahun 1999 tentang pers.
88
4.1.2.2 Struktur Organisasi Koran Radar Banten Komisaris Komisarin Utama
: HM. Alwi Hamu
Komisaris
: Lukman Setiawan
Direksi Direktur Utama
: Priyo Susilo
Direktur
: H. Suparno
Pemimpin Perusahaan : Diana Yulianti Pemimpin Redaksi
: Mashudi
Redaktur Pelaksana
: Ahmad Lutfi
Sekertaris Redaksi
: Merizka Achmad
89
4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan Berikut adalah analisis framing pada semua judul berita kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 pada dua objek di skipsi ini, yaitu koran Kompas dan Radar Banten. Semua judul berita kecelakaan Air Asia yang berjumlah tujuh belas (17), dimana semua judul berita merupakan variabel pada skirpsi ini, analisis framing yang digunakan adalah framing model Robert N. Entman, berikut analisanya :
4.2.1 Analisis Framing Pemberitaan Koran Kompas
4.2.1.1 Judul Berita : “Pencarian Air Asia di 13 Area” Nama Media : Kompas Edisi/tanggal : 30 Desember 2014 Framing
: Robert N. Entman Tabel 4.1 Hasil Analisis Koran
Perangkat Framing Entman Define Problems
Perluasan
pencarian
diperluas menjadi 13 area.
Bukti Dalam Teks pesawat Kompas membaca peristiwa kecelakaan Air Asia pada edisi 30 Desember 2014, dengan mengangkat frame pencarian puing pesawat diperluas hingga 13 sektor yang sebelumnya hanya tujuh. Enam sektor yang masuk daerah perluasan
90
pencarian puing pesawat memiliki luas kurang
lebih
233,35
kilometer.
(Lead/teras berita dan kalimat kedua paragraf pertama edisi 30 Desember 2014). Diagnose Causes
Belum
diketahui
apa
penyebab Kompas
belum
memperlihatkan apa
kecelakaan dan siapa yang harus penyebab kecelakaan pesawat ini atau bertanggung jawab.
siapa aktor yang harus bertanggung jawab atas peristiwa wilayah
pencarian
mengevakuasi
ini, perluasan
dilakukan
untuk
pesawat
dan
memperhitungkan kemungkinan pesawat Air Asia keluar jalur, hinnga nanti akan diketahui penyebabnya melalui rekaman yang ada di kotak hitam (black box). (Paragraf keenam dan ketujuh edisi 30 Desember 2014). Make Judgement
Moral Memkasimalkan Pencarian.
Kompas membuat keputusan moral dari perisitwa kecelakaan pesawat Air Asia pada edisi 30 Desember 2014, dengan memperlihatkan
pernyataan
Presiden
Joko Widodo untuk memkasimalkan upaya
pencarian
pesawat
agar
91
mendapatkan hasil dan kejelasan, dan pernyataan Wakil Predisen Jusuf Kalla yang turut bersimpati dan ikut bersedih kepada
seluruh
penumpang.
keluar
Kompas
korban
juga
menulis
sebuah kalimat di akhir sub judul Memaksimalkan
Pencarian,
bahwa
Fokus utama pemerintah saat ini adalah menemukan pesawat yang hilang. (Pada paragraph keempat, kelima dan keenam pada sub judul Memaksimalkan Pencarian hal 15, yang merupakan sambungan
headline
berita
halaman
pertama). Treatment
Mengefesiensikan waktu pencarian Kompas menawarkan penyelesaian yang
Recommendation
selagi cuaca kondusif.
harus
ditempuh
untuk
mengatasi
perisitwa kecelakaan pesawat Air Asia pada edisi 30 Desember 2014, adalah bahwa pemerintah harus berpacu dengan waktu dalam pencarian pesawat Air Asia, Cuaca
yang
masih
kondusif
harus
dimanfaatkan Basarnas dan tim pencari
92
untuk mencari pesawat secepat mungkin, karena saat memasuki tanggal 2 Januari 2015, cuaca buruk berpotensi terjadi di lokasi pesawat hilang. Tim pencarian harus memanfaatkan waktu yang ada dengan
masksimal,
waktu
kondusif
hanya sekitar untuk pencaraian hanya 1-2 hari, tutur kepala BMKG Andi Eka Sakya di Jakarta. Heru Jatmika, Kepala Bidang
Meteorologi
Penerbangan
BMKG menambahkan, pada 2 Januari selama 24 jam, hujan lebat akan terjadi dengan curah hujan yang mencapai 60-80 milimeter. (Paragraf pertama, kedua dan kelima pada sub judul Berpacu Dengan Waktu halaman 15 yang merupakan bagian akhir berita).
4.2.1.2 Penjelasan Elemen Framing Define Problems Koran Kompas mengidentifikasi kecelakaan pesawat Air Asia ini dengan mengangkat bingkai atau tema perluasan titik pencarian pesawat
93
menjadi 13 area. Segala hal yang berkaitan dengan kecelakaan pesawat Air Asia pada berita Kompas edisi 30 Desember mengangkat perluasan pencarian pesawat ini untuk mengetahui letak persis jatuhnya pesawat dan mengevakuasi para korban. Perluasan titik pencarian pesawat bertambah bertambah enam sektor yang sebelumnya hanya tujuh sektor. Luas area enam sektor titik pencarian pesawat ini sebesar 233,35 kilometer. Diagnose Causes Dalam keseluruhan berita Kompas pada edisi 30 Desember, belum diterangkan apa penyebab kecelakaan pesawat milik Malaysia ini, atau siapa aktor yang harus bertanggungjawab atas peristiwa ini. Kompas hanya menerangkan perluasan pencarian dilakukan untuk mengevakuasi pesawat dan kotak hitam, sehingga nanti akan diketahui penyebabnya. Make Moral Judgement Penilaian moral atau keputusan moral yang dibuat Kompas pada berita edisi 30 Desember ialah dengan menuliskan intruksi presiden Joko Widodo yang menyatakan agar tim gabungan pencari pesawat Air Asia memaksimalkan pencarian pesawat. Ini diintruksikan presiden agar ada kejelasan dan kepastian mengenai perkembangan pencarian pesawat. Kompas juga menambahkan bahwa fokus utama pemerintah saat ini adalah menemukan pesawat yang hilang. Treatment Recommendation Secara
tidak
langsung
Kompas
menawarkan
penyelesaian
mengenai kecelakaan pesawat Air Asia ini pada edisi 30 Desember ialah
94
bahwa pemerintah harus mengefensiensikan waktu pencarian pesawat selagi cuaca kondusif. Adanya kemungkinan cuaca buruk pada satu atau dua hari mendatang tentu nanti akan menghambat Basarnas dan tim pencari untuk melakukan pencarian. Maka dari itu pemerintah harus bisa memanfaatkan cuaca yang kondusif untuk memakasimalkan pencarian pesawat, karena ketika cuaca buruk tentu akan sangat mengganggu proses pencarian.
4.2.1.3 Judul Berita : “Kekompakan Percepat Pencarian” Nama Media : Kompas Edisi/tanggal : 31 Desember 2014 Framing
: Robert N. Entman Tabel 4.2 Hasil Analisis Koran
Perangkat Framing Entman Define Problems
Kekompakan percepat pencarian.
Bukti Dalam Teks Kompas melihat perisitwa kecelakaan pesawat Air Asia pada edisi 31 Desember 2014,
dengan
kekompakan
para
mengankat masyarakat,
frame tim
penyelamat, TNI dan Pemerintah dalam mempercepat pencarian pesawat Air Asia QZ8501.(sub judul edisi 31 Desember 2014).
95
Diagnose Causes
Cuaca buruk/musibah alam.
Sebuah tulisan putih yang berukuaran cukup besar dengan latar belakang merah yang bertuliskan MUSIBAH AIR ASIA terpampang jelas pada pertengahan isi teks berita.
Make
Moral Kekompakan semua elemen dalam Kompas membuat keputusan moral dari
Judgement
mengevakuasi Air Asia.
peristiwa kecelakaan pesawat Air Asia pada edisi 31 Desember 2014, dengan memperlihatkan
kekompakan
seluruh
elemen diantaranya BASARNAS yang terjun langsung dalam evakuasi Air Asia. Basarnas dan TNI juga mengerahkan pesawat
dan
kapal
mereka
untuk
mendekati lokasi yang diduga sebagai lokasi
jatuhnya
pesawat
Air
Asia
QZ8501. (Pada paragraf pertama Sub Judul
Kekompakan,
hal
15
yang
merupakan sambungan dari Headline berita pada halaman pertama). Treatment
Mengidentifikasi kotak hitam (black Kompas menawarkan penyelesaian yang
Recommendation
box).
harus
ditempuh
untuk
mengatasi
perisitwa kecelakaan pesawat Air Asia
96
pada edisi 31 Desember 2014, dengan terus mencari serpihan pesawat untuk mengidentifikasi kotak hitam (Black Box). (Paragraf ketiga pada Sub Judul Mencari Kotak Hitam halaman 15, yang merupakan bagian akhir berita).
4.2.1.4 Penjelasan Elemen Framing Define Problems Frame yang dikembangkan Kompas adalah kekompakan para masyarakat, tim penyelamat, TNI dan Pemerintah yang mempercepat proses pencarian pesawat. Kekompakan yang diperlihatkan para tim gabungan pencari pesawat Air Asia ini dapat mengefesiensikan waktu evakuasi pesawat yang hilang dilautan. Diagnose Causes Dalam keseluruhan berita Kompas edisi 31 Desember, cuaca buruk diposisikan sebagai penyebab utama kecelakaan pesawat bertipe QZ8501 ini. Untuk memperkuat pernyataannya, Kompas menambahkan sebuah tulisan besar berwarna merah dengan latar belakang putih bertuliskan “musibah Air Asia” yang terletak pada isi teks pertengahan berita. Make Moral Judgement Frame cuaca buruk sebagai penyebab utama kecelakaan pesawat Air Asia membuat tidak ada pihak yang bisa disalahkan pada peristiwa ini.
97
Kompas hanya memberikan evaluasi moral dengan memperlihatkan kekompakan seluruh elemen yang terjun langsung dalam evakuasi Air Asia. Basarnas dan TNI yang juga tergabung dalam tim pencari pesawat Air Asia, juga mengerahkan kapal dan pesawat untuk mendekati lokasi yang diduga kuat merupakan lokasi jatuhnya pesawat Air Asia. Treatment Recommendation Rekomendasi yang diberikan Kompas pada berita kecelakaan pesawa Air Asia edisi 31 Desember adalah dengan terus mencari serpihan pesawat untuk mengidentifikasi kotak hitam (black box). Identifikasi pada kotak hitam nantinya akan dianalisis untuk mengetahui penyebab sebenarnya dari hilang dan jatuhnya pesawat, dan evakusasi korban yang kemungkinan masih ada di dalam bangkai pesawat.
4.2.1.5 Judul Berita : “Tim SAR Terjang Cuaca Buruk” Nama Media : Kompas Edisi/tanggal : 2 Januari 2015 Framing : Robert N. Entman Tabel 4.3 Hasil Analisis Koran Perangkat Framing Entman Define Problems
Bukti Dalam Teks
Tetap berkeja optimal walau cuaca Kompas buruk.
memandang
perisitwa
kecelakaan pesawat Air Asia pada edisi 31 Desember 2014, dengan mengankat
98
frame Tim SAR yang menerjang cuaca buruk untuk pencarian pesawat dan juga korban, tim pencari badan pesawat dan kotak
hitam
menghadapi
kondisi
ditengah ganasnya laut, namun bekerja optimal. (Kalimat pembuka dibawah sub judul Headline “Tim SAR Terjang Cuaca Buruk” halaman 1 Edisi 2 Januari 2015). Diagnose Causes
Cuaca buruk/musibah alam.
“Sebuah tulisan putih yang berukuaran cukup besar dengan latar belakang merah yang bertuliskan MUSIBAH AIR ASIA terpampang jelas pada halaman pertama Headline Tim SAR Terjang Cuaca Buruk edisi 2 Januari 2015”.
Make Judgement
Moral Sembilan ditemukan.
total
jenazah
berhasil Kompas mengambil keputusan moral dari peristiwa kecelakaan pesawat Air Asia pada edisi 2 Januari 2015 dengan menuliskan total jenazah yang ditemukan hingga
kemarin
sore
terakhir
pada
berjumlah
Sembilan. (Paragraf
sub
judul
Helikopter Sulit Mendarat, halaman 11 yang merupakan sambungan Headline
99
halaman 1 edisi 2 Januari 2015. Treatment
Mengidentifikasi
Recommendation
berhasil ditemukan.
korban
yang Kompas menawarkan penyelesaian dini yang bisa ditempuh untuk perisitwa kecelakaan pesawat Air Asia pada edisi 2 Januari 2015 dengan mengidentifikasi korban yang berhasil ditemukan Tim SAR dan mengirimnya dari Pangkalan Bun ke Surabaya Jawa Timur, korban teridentifikasi disimpan pada peti jenazah yang dibawa ambulans Rumah Sakit Umum
Daerah
Sultan
Imanuddin,
Pangkalan Bun. (Paragraf pertama sub judul Identifikasi halaman 11 yang merupakan
sambungan
Headline
halaman 1, dan merupakan bagian akhir berita).
4.2.1.6 Penjelasan Elemen Framing Define Problems Koran Kompas mengidentifikasi kecelakaan pesawat Air Asia dengan mengangkat bingkai tim SAR dan tim gabungan pencari pesawat dan korban yang bekerja optimal walaupun ditengah situasi cuaca buruk.
100
Ganasnya angin dan gelombang laut tidak mengahalangi upaya pencarian badan pesawat dan para korban Air Asia. Diagnose Causes Dalam keseluruhan isi berita Kompas pada edisi 2 Januari, cuaca buruk atau musibah alam ditetapkan sebagai penyebab utama kecelakaan pesawat bertipe QZ8501 ini. Untuk memperkuat argumennya Kompas menampilkan sebuah tulisan dengan ukuran cukup besar yang bertuliskan “musibah Air Asia” yang terletak ditengan-tengah berita. Make Moral Judgement Penilaian moral yang dibuat Kompas terhadap kecelakaan Air Asia pada berita edisi 2 Januari dengan menginformasikan jumlah jenazah yang berhasil ditemukan selama pencarian 1 Januari kemarin. Tercatat total ada Sembilan jenazah yang ditemukan hingga pencarian kemarin sore. Treatment Recommendation Kompas merekomendasikan agar tim SAR dan tim gabungan pencari pesawat Air Asia melakukan identifikasi terhadap korban yang berhasil ditemukan. Korban yang berhasil ditemukan harus dikirim ke Surabaya agar bisa dikembalikan kepada keluarganya.
101
4.2.1.7 Judul Berita : “Lumpur Hambat Pencarian Kotak Hitam” Nama Media : Kompas Edisi/tanggal : 5 Januari 2015 Framing
: Robert N. Entman Tabel 4.4 Hasil Analisis Koran
Perangkat Framing Entman Define Problems
Pencarian belum membuahkan hasil.
Bukti Dalam Teks Kompas melihat perisitwa kecelakaan pesawat Air Asia pada edisi 5 Januari 2015, dengan mengankat frame bahwa pencarian masih belum membuahkan hasil karena cuaca buruk dan lumpur yang
menghambat
pencarian
Kotak
Hitam, untuk itu Badan SAR Nasional akan
menggunakan
mencari
obyek
teknologi
dibawah
air
guna yang
diindikasi merupakan bagian pesawat. (Paragraf pertama dan kedua halaman 1 edisi 5 Januari 2015). Diagnose Causes
Cuaca buruk/musibah alam.
Sebuah
tulisan
berwarna
merah
MUSIBAH AIR ASIA tertulis diatas judul berita. Ada juga tulisan putih yang berukuaran cukup besar dengan latar
102
belakang
merah
yang
bertuliskan
MUSIBAH AIR ASIA terlihat jelas pada pertengahan isi berita halaman pertama edisi 5 Januari 2015. Make
Moral Lima obyek besar pesawat akan Kompas membuat keputusan moral dari
Judgement
menunjukkan keberadaan korban.
perisitwa kecelakaan pesawat Air Asia pada edisi 5 Januari 2015 dengan menulis jika lima obyek besar bagian pesawat akan menunjukkan keberadaan korban yang masih belum bisa dievakuasi. Kemungkinan sebagian besar korban masih berada didalam obyek pesawat yang tenggelam. (Paragraf keempat dan kelima pada sub judul Pesawat Patah halaman 15 yang merupakan sambungan berita halaman 1 edisi 5 Januari 2015).
Treatment
6 pesawat, 14 helikopter dan 27 kapal Kompas menawarkan penyelesaian yang
Recommendation
dikerahkan untuk pencarian badan bisa ditempuh untuk mengatasi perisitwa pesawat, kotak hitam dan korban.
kecelakaan pesawat Air Asia pada edisi 5 Januari 2015, adalah dengan menulis upaya pencarian badan pesawat, kotak hitam dan korban yang dilakukan Badan SAR Nasional dan tim pencari gabungan
103
dimana 6 pesawat, 14 helikopter dan 27 kapal sudah dikerahkan. Jika badan pesawat
sudah
ditemukan,
Komite
Nasional Keselamtan Tranportasi akan mengangkatnya jika dimungkinkan.
4.2.1.8 Penjelasan Elemen Framing Define Problems Frame yang dikembangkan Kompas ialah bahwa pencarian yang dilakukan tim SAR dan tim gabungan pencari pesawat belum membuahkan hasil yang signifikan. Ini dikarenakan cuaca yang sedang tidak bersahabat dan lumpur didasar laut yang menggangu proses pencarian. Diagnose Causes Dalam keseluruhan isi berita Kompas pada 5 Januari, cuaca buruk atau musibah alam (awan Columbus) dituliskan sebagai penyebab utama kecelakaan maskapai penerbangan milik Malayasia ini. Pernyataan Kompas ini sama seperti edisi sebelumnya. Kompas juga kembali menampilkan tulisan “musibah Air Asia” ditengah isi berita untuk memperkuat pendapatnya. Make Moral Judgement Frame musibah alam sebaga penyebab utama kecelakaan pesawat Air Asia ini membuat tidak ada pihak yang bisa disalahkan atau harus
104
dituntut bertanggungjawab atas peristiwa ini. Kompas hanya memberikan evaluasi moral tentang keberadaan para korban yang diduga kuat masih ada pada obyek pesawat yang tenggelam. Jika obyek pesawat yang diduga ada lima obyek besar yang tenggelam bisa dievakuasi, maka para korban yang ada didalamnya pun bisa dievakuasi dan diidentifikasi nantinya. Treatment Recommendation Rekomendasi yang diberikan Kompas adalah dengan menuliskan upaya yang sudah dilakukan tim pencari pesawat yang masih berupaya menemukan badan pesawat, korban dan kotak hitam dimana tim gabungan pencari sudah mengerahkan 6 pesawat, 14 helikopter dan 27 kapal.
4.2.1.9 Judul Berita : “Pencarian Dikejar Waktu” Nama Media : Kompas Edisi/tanggal : 6 Januari 2015 Framing
: Robert N. Entman Tabel 4.5 Hasil Analisis Koran
Perangkat Framing Entman Define Problems
Pencarian dikerjar waktu.
Bukti Dalam Teks Kompas melihat peristiwa kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 pada edisi 6 Januari 2015 dengan mengangkat frame pencarian badan pesawat dan penumpang Air Asia yang dikejar waktu, termasuk keberadaan kotak hitam (black box) yang
105
sinyal pantulannya tersisa tinggal 20 hari lagi, tim pencari juga dituntut kerja cepat mengevakuasi
penumpang,
dikarenankan
kondisi
jenazah
rusak,
pengiriman
penumpang
yang
ini
jenazah tidak boleh lebih dari lima jam sejak ditemukan. (Paragraf pertama dan kedua halaman 1 edisi 6 Januari 2015). Diagnose Causes
Cuaca buruk/musibah alam.
“Sebuah tulisan putih yang berukuaran cukup besar dengan latar belakang merah yang bertuliskan MUSIBAH AIR ASIA terlihat jelas pada halaman pertama edisi 6 Januari 2015”.
Make Judgement
Moral Tim Identifikasi Korban Bencana Kompas mengambil keputusan moral (DVI) Polri mempunyai kemampuan dari peristiwa kecelakaan pesawat Air mengenali jenazah korban dalam Asia pada edisi 6 Januari 2015 dengan keadaan sangat buruk sekalipun.
memuat jumlah jenazah ysng sudah dikirim Surabaya,
dari sejak
Pangkalan
Bum
ke
kemarin
sudah
37
jenazah yang dikirim ke Surabaya, tepatnya ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk nanti diidentifikasi, Kompas juga
106
menulis bahwa keluarga korban tidak perlu khawatir, karena Tim Identifikasi Korban Bencana (DVI) Polri mempunyai kemampuan untuk mengenali jenazah dalam keadaan sangat buruk sekalipun. (Paragraf 15, 16 dan 17 halaman 15 yang merupakan sambungan berita halaman 1 edisi 6 Januari 2015). Treatment
Pemerintah siapkan psikolog dan Kompas menawarkan penyelesaian dini
Recommendation
psikiater untuk damping keluarga yang bisa dilakukan untuk mengatasi korban.
perisitwa kecelakaan pesawat Air Asia pada edisi 6 Januari 2015, adalah dengan menulis bahwa pemerintah Jawa Timur menyiapkan psikolog dan psikiater untuk mendampingi sekitar
45
keluarga relawan
korban, plus
ada
perawat
kejiawaan yang bersiaga 24 jam, ini dilakukan
untuk
mencegah
dampak
psikologis kerabat dan keluarga korban. (Paragraf
keempat
pada
sub
judul
Siapkan Psikolog halaman 15 yang merupakan sambungan berita halaman 1 edisi 6 Januari 2015).
107
4.2.1.10 Penjelasan Elemen Framing Define Problems Koran Kompas mengidentifikasi kecelakaan pesawat Air Asia ini dengan mengangkat tema pada edisi 6 Januari bahwa pencarian dikejar waktu. Sinar pantulan kotak hitam yang tinggal 20 hari mengaharuskan tim pencari bekerja cepat agar mampu menemukan kotak hitam. Pencarian terhadap korban juga harus cepat karena kondisi para jenazah korban yang telalu lama didalam laut dapat menyebabkan kerusakan pada jenazah korban yang nantinya akan sulit dikenali. Diagnose Causes Dari keseluruhan isi beritanya pada 6 Januari, Kompas tetap memposisikan musibah alam sebagai penyebab utama kecelakaan naas maskapai milik Malaysia ini. Tulisan “musibah Air Asia” kembali terlihat pada pertengahan isi berita yang dimana tulisan berukuran cukup besar dan berlatar warna merah ini ditampilkan untuk mengutakan argumen Kompas mengenai penyebab utama kecelakan pesaawat Air Asia. Make Moral Judgement Keputusan moral yang dibuat Kompas adalah dengan menuliskan total ada 37 jenazah yang sudah dikirimkan tim gabungan pencari dari Pangkalan Bun ke Surabaya. Kompas juga menyatakan bahwa keluarga korban tidak perlu khawatir terkait identifikasi terhadapa identitas mayat korban yang sudah rusak karena terlalu lama didalam laut, karena Tim
108
Identifikasi Korban Bencana (DVI) Polri mempunyai kemampuan untuk mengenali jenazah dalam keadaan sangat buruk sekalipun. Treatment Recommendation Kompas menuliskan rekomendasi bahwa pemerintah Jawa Timur menyiapkan psikolog da psikiater untuk mendampingi keluarga korban. Tercatat ada 45 relawan yang menjadi psikolog dan psikiter yang bersiaga 24 jam untuk mencegah dampak psikologis keluarga dan juga kerabat para korban.
4.2.1.11 Judul Berita
: “Semua Mata Pun Tertuju ke Pangkalan Bun”
Nama Media
: Kompas
Edisi/tanggal
: 7 Januari 2015
Framing
: Robert N. Entman Tabel 4.6 Hasil Analisis Koran
Perangkat Framing Entman Define Problems
Bukti Dalam Teks
Semua media terpusat pada evakuasi Kompas membaca peristiwa kecelakaan korban pesawat.
Air Asia pada edisi 7 Januari 2015, dengan mengangkat frame semua mata dan media terpusat pada evakuasi korban pesawat bertipe QZ8501 yang difokuskan di Pangkalan Bun. Karena itu, nama Kotawaringin Barat sering muncul dalam pemberitaan dalam maupun luar negeri
109
dari media cetak hingga elektronik. (Paragraf pertama kalimat kedua halaman 1 edisi 7 Januari 2015). Diagnose Causes
Cuaca buruk/musibah alam.
“Sebuah tulisan putih yang berukuaran cukup besar dengan latar belakang merah yang bertuliskan MUSIBAH AIR ASIA terlihat jelas pada pertengahan isi teks berita halaman pertama Kompas edisi 7 Januari 2015”.
Make
Moral Tidak ada keputusan moral yang “Awal, Isi hingga akhir berita pada
Judgement
dibuat.
halaman 1 dan sambungannya pada halaman 15”.
Treatment
Tidak
Recommendation
masalah.
menawarkan
penyelesaian “Awal , Isi hingga akhir berita pada halaman 1 dan sambungannya pada halaman 15, pada halam 15 terdapat gambar
peta
Pangkalan
Bun,
Kotawaringin Barat, dan sub judul Perkebunan yang menjelaskan potensi Kotawaringin Barat sekaligus merupakan bagian akhir atau penutup berita pada Kompas edisi 7 Januari 2015”.
110
4.2.1.12 Penjelasan Elemen Framing Define Problems Frame yang dikembangkan Kompas pada edisi 7 Januari adalah bahwa semua mata dan media tertuju pada pangkalan Bun, Kotawaringin yang merupakan pusat evakuasi dan markas para tim pencari gabungan pesawat Air Asia yang dinayatakan hilang 29 Desember lalu. Diagnose Causes Semua isi berita Kompas pada 7 Januari, memuat bahwa cuaca buruk atau musibah alam sebagai penyebab utama kecelakaan pesawat Air Asia. Klaim Kompas ini sama seperti persis seperti edisi sebelumnya. Kompas juga tidak lupa kembali menampilkan tulisan “musibah Air Asia” ditengah isi berita untuk memperkuat klaimnya. Make Moral Judgement Kompas tidak membuat keputusan atau evaluasi moral pada beritanya mengenai kecelakaan Air Asia di edisi 7 Januari. Ini bisa dilihat dari keseluruhan isi beritanya yang hanya memperlihatkan Sejarah dan letak Geografis serta Jumlah Penduduk dari Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengan. Treatment Recommendation Kompas juga tidak menawarkan penyelesaian apa yang harus ditempuh terkait kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 ini. Keseluruhan isi berita Kompas pada edisi 7 Januari hanya memuat Sejarah, Letak Geografis, dan Jumlah Penduduk, hingga Potensi Daerah dari Pangkalan
111
Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengan. Kompas juga menuliskan informasi mengenai Pangkalan Bun, termasuk Cagar Budaya dan Wisata, lengkap dengan gambar petanya.
4.2.1.13 Judul Berita
: “Melayani Mereka yang Berjibaku”
Nama Media
: Kompas
Edisi/tanggal
: 8 Januari 2015
Framing
: Robert N. Entman Tabel 4.7 Hasil Analisis Koran
Perangkat Framing Entman Define Problems
Kepedulian sosial beberapa lembaga.
Bukti Dalam Teks Kompas melihat peristiwa kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 pada edisi 8 Januari 2015 dengan mengangkat frame kepedulian
sosial
beberapa
lembaga
terhadap mereka yang berjibaku dalam melakukan misi pencarian pesawat Air Asia QZ8501. Kepedulian sosial ini berbentuk layanan free Laundry atau cuci gratis pakaian para anggota TNI, Polri, hingga relawan yang tergabung dalam tim pencari pesawat Air Asia. Selain Laundry,
ada
juga
layanan
berupa
112
makanan dan minuman gratis seperti mi seduh, kopi, hingga air putih. (Paragraf pertama, kedua dan ketiga pada halaman 1 berita berjudul Melayani Mereka yang Berjibaku edisi 8 Januari 2015). Diagnose Causes
Cuaca buruk/musibah alam.
“Sebuah tulisan putih yang berukuaran cukup besar dengan latar belakang merah yang bertuliskan MUSIBAH AIR ASIA terlihat jelas pada awal isi teks berita, yang lokasi persisnya berada dibawah Melayani
judul
Mereka
yang
Berjibaku halaman pertama Kompas edisi 8 Januari 2015”. Make Judgement
Moral Tidak membuat keputusan moral.
“Isi keseluruhan berita pada halaman satu dan sambungannya pada halaman 15 edisi 8 Januari 2015, tidak ada yang membahas detail perkembangan terkait evakuasi pesawat, isi berita berjudul Melayani hanya
Mereka yang Berjibaku
menuliskan
berupa beberapa
pelayanan lembaga
kepedulian
sosial
yang
dilakukan
dan
perusahaan
kepada mereka tim gabungan pencari
113
pesawat Air Asia”. Treatment
Tidak
Recommendation
masalah.
menawarkan
penyelesaian “Terlihat dari isi keseluruhan berita, mulai dari awal pada halaman pertama hingga isi dan penutup pada halaman Sembilan yang semuanya menuliskan pelayanan sosial kepada tim gabungan pencari pesawat, sub judul Makanan Khas yang merupakan bagian akhir berita juga hanya menuliskan makanan khas yang tersedia untuk tim gabungan pencari pesawat”.
4.2.1.14 Penjelasan Elemen Framing Define Problems Koran Kompas mengangkat frame atau tema mengenai kecelakaan pesawat Air Asia pada beritanya di edisi 8 Januari dengan memperlihatkan pelayanan sejumlah lembaga kepada mereka yang berjibaku tergabung dalam misi pencarian pesawat Air Asia. Pelayanan yang diberikan kepada mereka yang turun tangan langsung dalam misi pencarian Air Asia adalah berupa penyediaan makanan dan minuman gratis seperti kopi dan mie seduh, serta layanan cuci baju gratis buat mereka yang terjun langsung melakukan evakuasi pesawat Air Asia.
114
Diagnose Causes Kompas tetap menampilkan bahwa cuaca buruk atau musibah alamlah yang menjadi penyebab utama kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501. Tulisan berwarna merah dan berlatar putih dengan ukuran cukup besar yang bertuliskan “musibah Air Asia” kembali terpampang jelas pada awal berita (dibawah judul) pada edisi 8 Januari. Make Moral Judgement Kompas tidak membuat evaluasi moral pada beritanya mengenai kecelakaan Air Asia di edisi 8 Januari. Ini bisa dilihat dari isi beritanya yang tidak ada yang membahas detail perkembangan terkait evakuasi pesawat, isi berita berjudul Melayani Mereka yang Berjibaku hanya menuliskan kepedulian sosial berupa pelayanan yang dilakukan beberapa lembaga dan perusahaan kepada mereka tim gabungan pencari pesawat Air Asia. Treatment Recommendation Kompas tidak menawarkan solusi apa yang harus diambil terkait kecelakaan pesawat Air Asia. Keseluruhan isi berita Kompas pada edisi 8 semuanya hanya menuliskan pelayanan sosial beberapa perusahaan dan lembaga kepada tim gabungan pencari pesawat, sub judul Makanan Khas yang merupakan bagian akhir berita juga hanya menuliskan makanan khas yang tersedia untuk tim gabungan pencari pesawat.
115
4.2.1.15 Judul Berita
: “Sirnanya Sekat Kebangsaan Dalam Misi Kemanusiaan”
Nama Media
: Kompas
Edisi/tanggal
: 9 Januari 2015
Framing
: Robert N. Entman Tabel 4.8 Hasil Analisis Koran
Perangkat Framing Entman Define Problems
Pencarian
korban
Bukti Dalam Teks mampu Kompas melihat peristiwa kecelakaan
menghilangkan ego kebangsaan.
pesawat Air Asia QZ8501 pada edisi 8 Januari 2015 dengan mengangkat frame pencarian
korban
yang
mampu
menghilangkan sekat kebangsaan dalam misi kemanusiaan, pencarian korban dan pesawat Air Asia memberi bukti negaranegara sahabat bisa menghilangkan ego kebangsaan. (Bridge berita pada halaman 1 edisi 9 Januari 2015). Diagnose Causes
Cuaca buruk/musibah alam.
“Sebuah tulisan putih yang berukuaran cukup besar dengan latar belakang merah yang bertuliskan MUSIBAH AIR ASIA terlihat jelas lokasi persisnya berada dibawah
judul
Sirnanya
Sekat
116
Kebangsaan Dalam Misi Kemanusiaan dan disamping foto awak kapal perang yang
sedang
melakukan
pencarian
pesawat di halaman pertama Kompas edisi 9 Januari 2015”. Make
Moral Tidak membuat keputusan moral.
Judgement
“Isi keseluruhan berita pada halaman satu dan sambungannya pada halaman 15 edisi 9 Januari 2015, tidak ada yang membahas pesawat
perkembangan atau
kecelakaan
hak
pesawat
pencarian
korban
terkait
ini,
berita
isi
berjudul Sirnanya Sekat Kebangsaan Dalam
Misi
Kemanusiaan
hanya
menuliskan profil kapal perang dan para pencari dari negara sahabat yang ikut melakukan pencarian korban dan pesawat Air Asia QZ8501”. Treatment
Tidak
Recommendation
masalah.
menawarkan
penyelesaian “Terlihat dari isi keseluruhan berita, mulai dari awal pada halaman pertama hingga isi dan penutup pada halaman sembilan
yang
kesepuruhan
hanya
menuliskan profil kapal perang dan para awak
negara
tetangga
yang
ikut
117
bergabung mencari pesawat Air Asia QZ8501”.
4.2.1.16 Penjelasan Elemen Framing Define Problems Frame yang dikembangkan Kompas terkait kecelakaan pesawat Air Asia pada berita edisi 9 Januari yaitu mengangkat hilangnya ego dan sekat kebangsaan para negara sahabat yang tergabung dalam misi kemanusiaan mencari korban dan badan pesawat Air Asia. Diagnose Causes Kompas tetap pada pernyataannya bahwa penyebab utama kecelakaan pesawat Air Asia adalah cuaca buruk atau musibah alam. Tulisan “musibah Air Asia” kembali diperlihatkan yang kali ini posisinya berada disamping gambar para awak kapal perang yang sedang melakukan pencarian pesawat dan korban Air Asia. Make Moral Judgement Kompas tidak menuliskan keputusan moral terkait kecelakaan pesawat Air Asia pada edisi berita 9 Januari. Keseluruhan isi berita Kompas pada edisi ini hanya membahas profil kapal perang dan para pencari dari negara sahabat yang ikut melakukan pencarian korban dan pesawat Air Asia QZ8501.
118
Treatment Recommendation Kompas juga tidak menawarkan jalan apa yang harus ditempuh untuk menyelesaikan peristiwa kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 ini. Pada awal, isi hingga akhir berita edisi 9 Januari semuanya hanya membahas profil para awak negara tetangga dan kapal perang yang ikut bergabung dalam misi kemanusiaan pencairan pesawat Air Asia QZ8501.
4.2.1.17 Judul Berita
: “Posisi Kotak Hitam Sudah Diketahui”
Nama Media
: Kompas
Edisi/tanggal
: 12 Januari 2015
Framing
: Robert N. Entman Tabel 4.9 Hasil Analisis Koran
Perangkat Framing Entman Define Problems
Bukti Dalam Teks
Posisis kotak hitam berada di titik Kompas membaca peristiwa kecelakaan 03037’21’’
Lintang
Selatan
109042’42’’ Bujur Timur.
dan Air Asia pada edisi 12 Januari 2015, dengan mengangkat frame posisi kotak hitam (black box) pesawat Air Asia QZ8501 yang jatuh di Laut Jawa yang sudah diketahui keberadaannya, posisi persis kotak hitam berada di titik 03037’21’’
Lintang
Selatan
dan
109042’42’’ Bujur Timur. (Paragraf pertama halaman 1 edisi 12
119
Januari 2015). Diagnose Causes
Cuaca buruk/musibah alam.
“Sebuah tulisan putih yang berukuaran cukup besar dengan latar belakang merah yang bertuliskan MUSIBAH AIR ASIA terlihat jelas pada pertengahan isi teks berita halaman pertama Kompas edisi 12 Januari 2015”.
Make
Moral Pengambilan kotak hitam belum Kompas mengambil keputusan moral
Judgement
dilakukan.
dari peristiwa kecelakaan pesawat Air Asia pada edisi 12 Januari 2015 dengan memuat
pernyataan
merupakan Udara
Kepala
Komite
Masrusi
yang
Sub-komunikasi
Nasional
Keselatan
Transportasi, bahwa pengambilan kotak hitam belum dilakukan karena baru medeteksinya. (Paragraf ketujuh halaman 1 edisi 12 Januari 2015). Treatment
Tidak
Recommendation
masalah.
menawarkan
penyelesaian “Keseluruhan isi teks berita dari awal hingga penutup pada halaman 1 edisi 12 Januari 2015”.
4.2.1.18 Penjelasan Elemen Framing Define Problems
120
Frame yang dikembangkan Kompas pada berita edisi 12 Januari mengenai kecelakaan pesawat Air Asia yaitu keberadaan kotak hitam (black box) yang sudah berhasil diketahui. Menurut laporan dari lapangan, bahwa kotak hitam (black box) berada pada titik 03037’21’’ Lintang Selatan dan 109042’42’’ Bujur Timur. Diagnoese Causes Kompas hingga berita edisi 12 Januari tetap memposisikan musibah alam sebagai penyebab utama kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501. Tulisan “musibah Air Asia” kembali terlihat jelas pada pertengahan isi teks berita edisi 12 Januari. Tulisan berwarna merah berlatar putih ini ada tentu untuk memperkuat argumen Kompas mengenai penyebab kecelakaan pesawat Air Asia. Make Moral Judgement Evaluasi Moral yang ditampilkan Kompas pada berita edisi 12 Januari terkait kecelakaan Air Asia ialah memuat pernyataan Kepala Subkomunikasi Udara Komite Nasional Keselatan Transportasi, Masruri bahwa terkait evakuasi kotak hitam yang belum dilakukan tim pencari gabungan pesawat Air Asia karena kotak hitam baru diketahui posisinya. Treatment Recommendation Kompas tidak menawarkan jalan apa yang harus ditempuh untuk mendapatkan solusi yan solutif terkait peristiwa kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501. Keseluruhan isi teks berita pada edisi 12 Januari hanya menjelaskan posisi kotak hitam dan rencana evakuasinya.
121
4.2.2 Analisi Framing Pemberitaan Koran Radar Banten
4.2.2.1 Judul Berita : “Pesawat Masih Misterius” Nama Media : Radar Banten Edisi/tanggal : 30 Desember 2014 Framing
: Robert N. Entman Tabel 4.10 Hasil Analisis Koran
Perangkat Framing Entman Define Problems
Pencarian pesawat masih nihil.
Bukti Dalam Teks Radar
Banten
melihat
kecelakaan
pesawat Air Asia pada edisi 30 Desember 2014, dengan mengangkat frame pesawat yang masih misterius, tim penyelamat belum
Air
menemukan
Asia,
hasil
pencarian pesawat pun masih nihil. Radar juga
menyatakan
dilakukan
pencaraian
pemerintah
dikarenakan
masih
pemerintah
yang sia-sia
belum
bisa
memastikan keberadaan pesawat yang terbang dari Surabaya menuju Singapura itu. (caption satu dan dua miniatur gambar pesawat Air Asia, dan kalimat pertama
dan
kedua
pada
paragraf
122
pertama pada halaman 1 edisi 30 Desember 2014). Diagnose Causes
Pemerintah sebagai pihak yang harus Radar Banten melihat pemerintah sebagai bertanggungjawab.
aktor
yang
perlu
bertanggungjawab
karena belum bisa memastikan penyebab hilangnya maskapai Air Asia. (Kalimat ketiga pada paragraph pertama halaman 1 edisi 30 Desember 2014) Make Judgement
Moral Kemenhub operasi pesawat.
dan
akan bisnis
mengevaluasi Radar Banten membuat keputusan moral penerbangan pada edisi 30 Desember 2014 dengan menyatakan bahwa
Kemenhub akan
check
dan
penerbangan.
Ini
dilakukan
meningkatkan
safety
melakukan
preview
dalam
untuk dunia
penerbangan di Indonesia. “Saya janjikan akan melakukan evaluasi operasi dan bisnis penerbangan, namun saya belum bisa menjelaskan sekarang,” ungkap Johan
yang
Kemenhub.
merupakan
(Paragraf
keenam
jajaran pada
halaman 9, yang merupakan sambungan Headline halaman pertama edisi 30 Desember 2014).
123
Treatment
Pihak
Air
Asia
Recommendation
asuransi kepada keluarga korban.
siap
membayar Radar Banten menawarkan peneyelesaian yang harus ditempuh untuk mengatasi peristiwa kecelakaan pesawat Air Asia pada edisi 30 Desember 2014 ini dengan menulis penyataan CEO Air Asia Tony Fernandes yang akan membayar santunan berupa asuransi kepada keluarga korban sesuai
yang
ditetapkan
pemerintah.
(Paragraf kedua belas pada halaman 9 yang merupakan sambungan Headline halaman pertama edisi 30 Desember 2014).
4.2.2.2 Penjelasan Elemen Framing Define Problems Radar Banten mengembangkan frame peristiwa kecelakaan pesawat Air Asia pada berita edisi 30 Desember yaitu menampilkan hasil pencarian pesawat yang masih nihil. Belum ada kepastian dimana letak jatuhnya pesawat yang terbang dari Surabaya menuju Singapura ini membuktikan bahwa pencarian yang dilakukan pemerintah melalui tim gabungan pencari pesawat masih sia-sia. Diagnose Causes
124
Radar Banten memposisikan pemerintah Indonesia sebagai pihak yang perlu bertanggungjawab atas peristiwa kecelakaan pesawat asal Malaysia ini. Belum adanya kepastian penyebab sebenarnya mengapa pesawat bisa hilang dan kemudian diketahui mengalami kecelakaan, membuat pemerintah Indonesia menjadi satu-satunya aktor yang harus bertanggungjawab atas insiden ini. Make Moral Judgement Radar Banten menawarkan evaluasi moral dengan menuliskan bahwa pemerintah Indonesia akan melakukan chek dan preview terhadap operasi dan bisnis penerbangan yang ada di Indonesia. Menurut pemerintah ini perlu dilakukan untuk meningkatkan keamanan penumpang pesawat dan meminimalisir kecelakaan pesawat yang sering terjadi di Indonesia. Treatment Recommendation Radar Banten menawarkan solusi sementara yang bisa ditempuh terkait peristiwa kecelakaan pesawat Air Asia ialah dengan menuliskan bahwa CEO Air Asia siap membayar santunan berupa asuransi kepada keluarga korban dengan jumlah yang ditetapkan pemerintah Indonesia tentunya.
125
4.2.2.3 Judul Berita : “Siapkan 161 Peti Jenazah” Nama Media : Radar Banten Edisi/tanggal : 31 Desember 2014 Framing
: Robert N. Entman Tabel 4.11 Hasil Analisis Koran
Perangkat Framing Entman Define Problems
Bukti Dalam Teks
161 peti jenazah, 60 ambulans dan 3 Radar rumah
sakit
disiapkan
identifikasi korban.
Banten
melihat
kecelakaan
untuk pesawat Air Asia pada edisi 30 Desember 2014, evakuasi
dengan yang
mengangkat dilakukan
frame Basarnas
terhadap jenazah penumpang Air Asia QZ8501, Radar juga mengangkat frame Bupati
Kotawaringin
Barat
Ujang
Iskandar yang menyiapakan 161 peti jenazah, 60 Ambulans dan tiga rumah sakit untuk pembersihan dan identifikasi korban.
(Kalimat
pertama
paragraf
pertama, halaman 1 edisi 31 Desember 2014). Diagnose Causes
Cuaca buruk.
Radar
Banten
berasumsi
bahwa
hilangnya pesawat Air Asia QZ8501 karena masuk kedalam awan Columbus,
126
mesin menjadi mati karena kemasukan udara yang mengandung es. (Caption ilustrasi pesawat Air Asia jatuh, disebelah kiri koran halaman 1 edisi 31 Desember 2014). Make
Moral Mabes Polri mengirimkan beberapa Radar Banten membuat keputusan moral
Judgement
dokter kepolisian bersama Disaster pada edisi 30 Desember 2014 dengan Victim
Identification
Pangkalan Bun.
(DVI)
ke menulis bahwa Mabes Polri mengirimkan beberapa
dokter
kepolisian
bersama
Disaster Victim Identification (DVI) ke Pangkalan Bun. Salah seorang yang dikirim adalah AKBP Sumy Hasrty Purwanti yang sudah pernah terlibat dalam
identifikasi
korban
pesawa
Malaysia Airlines MH17 yang dirudal Ukraina. (Paragraf kedelapan halaman 9 yang merupakan
sambungan
Headline
halaman 1 edisi 31 Desember 2014). Treatment
Marsda TNI Sunarbowo agar hari ini Radar Banten menawarkan solusi dini
Recommendation
tim bisa menemukan jenazah lebih yang bisa diambil sementara untuk banyak.
mengatasi peristiwa kecelakaan pesawat Air Asia pada edisi 30 Desember 2014 ini
127
dengan menulis harapan Marsda TNI Sunarbowo agar hari ini tim bisa menemukan jenazah lebih banyak, ini dikarenakan sebelumnya terlihat dari pesawat Hercules TNI-AU beberapa jenazah yang terapung, namun gagal dievakuasi akibat cuaca yang buruk. (Paragraf ketujuh belas halaman 9 yang merupakan
sambungan
Headline
halaman 1 edisi 31 Desember 2014).
4.2.2.4 Penjelasan Elemen Framing Define Problems Frame yang dikembangkan Radar Banten pada berita edisi 31 Desember mengenai kecelakaan pesawat Air Asia adalah penyedian 161 peti jenazah, 60 ambulans dan 3 rumah sakit oleh pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat yang nantinya akan digunakan untuk identifikasi korban. Diagnose Causes Dalam keseluruhan isi berita Radar Banten pada edisi 31 Desember, cuaca buruk yaitu awan columbus adalah penyebab utama pesawat Air Asia hilang kontak dan kemudian mengalami kecelakaan. Zat
128
awan columbus yang sebagian besar berupa es membuat mesin menjadi rusak dan mati karena kemasukan es. Make Moral Judgement Keputusan moral yang ditawarkan Radar Banten mengenai kecelakaan pesawat Air Asia pada beritanya di edisi 31 Desember adalah dengan menuliskan upaya Mabes Polri yang mengirimkan beberapa dokter kepolisian bersama Disaster Victim Identification (DVI) ke Pangkalan Bun guna mengidentifikasi korban yang berhasil dievakuasi. Treatment Recommendation Langkah penyelesaian awal yang ditawarkan Radar Banten terkait kecelakaan pesawat Air Asia adalah agar hari ini tim gabungan pencari pesawat Air Asia QZ8501 bisa menemukan jenazah korban lebih banyak dibandingkan dengan hari sebelumnya.
4.2.2.5 Judul Berita : “Bodi Pesawat Tertahan Lumpur” Nama Media : Radar Banten Edisi/tanggal : 5 Januari 2015 Framing
: Robert N. Entman Tabel 4.12 Hasil Analisis Koran
Perangkat Framing Entman Define Problems
Bukti Dalam Teks
Badan SAR Nasional dan TNI belum Radar
Banten
melihat
kecelakaan
menemukan main body atau kerangka pesawat Air Asia pada edisi 5 Januari besar pesawat.
2015, dengan mengangkat frame Badan
129
SAR
Nasional
dan
TNI
belum
menemukan main body atau kerangka besar pesawat, sejauh ini hanya sepihan pesawat saja yang mampu ditemukan tim pencari
pesawat.
(Paragraf
pertama
Headline halaman 1 edisi 5 Januari 2015). Diagnose Causes
Maskapai Air Asia.
Radar
Banten
melihat
penyebab
kecelakaan pesawat Air Asia ini karena maskapi Air Asia tidak mengantongi izin terbang dari Kementrian Perhubungan Indonesia.
Kementrian
Perhubungan
(Kemenhub) sendiri bersikeras bahwa pesawat Air Asia QZ8501 yang jatuh pada
Minggu
(28/12/2014)
tidak
memiliki izin terbang dari Kemenhub. (Paragraf pertama sub judul RI DAN SINGAPURA
BEDA
PENDAPAT
pada halaman 9 sambungan Headline halaman pertama edisi 5 Januari 2015). Make Judgement
Moral 34 jenazah Air Asia yang sudah Radar Banten membuat keputusan moral ditemukan dan berhasil dievakuasi.
pada edisi 5 Januari 2015 dengan
130
menuliskan 34 jenazah Air Asia yang sudah ditemukan dan berhasil dievakuasi, dari jumlah tersebut empat ditemukan kemarin, satu jenazah dikonfirmasi pagi kemarin, jenazah berhasil ditemukan dan dievakuasi oleh kapal RSS Persistence milik Singapura dan kapal Onami milik pemerintah Jepang. (Kalimat pertama dan kedua paragraph kedelapan halam 9 yang merupakan sambungan Headline halaman pertama edisi 5 Januari 2015). Treatment
Tidak
Recommendation
masalah.
menawarkan
penyelesaian “Keseluruhan isi teks berita dari awal hingga penutup pada halaman 1 dan berlanjut ke halaman 9 edisi 5 Januari 2015”.
4.2.2.6 Penjelasan Elemen Framing Define Problems Radar Banten mengidentifikasi peristiwa kecelakaan pesawat Air Asia pada berita edisi 5 Januari dengan mengangkat frame perkembangan pencarian badan pesawat. Saat ini tim gabungan Badan SAR dan TNI baru mampu menemukan serpihan pesawat saja, sedangkan main body atau kerangka besar pesawat belum berhasil ditemukan.
131
Diagnose Causes Radar Banten memposisikan pihak maskapai Air Asia sebagai pihak yang bersalah dalam peristiwa kecelakaan ini. Radar Banten menuliskan bahwa pihak Air Asia tidak memiliki izin terbang pada hari Minggu (28/12) dari Kemenhub. Pernyataan ini sendiri diperkuat langsung oleh J.A Barata yang merupakan Kepala Pusat Komunikasi (Kapuskom) Kemenhub. Barata mengatakan bahwa Kemenhub hanya mengeluarkan izin pernerbangan pada rute Surabaya-Singapura pada hari Senin, Selasa, Kamis dan Sabtu. Jelas ini adalah kecerobohan pihak Air Asia yang tidak patuh pada intruksi Kemenhub dengan melakukan penerbangan tanpa izin resmi. Make Moral Judgement Radar Banten membuat keputusan moral pada beritanya di edisi 5 Januari terkait dengan kecelakaan pesawat Air Asia dengan menuliskan total jenazah yang berhasil ditemukan dan dievakuasi. Tercatat sudah 34 Jenazah yang berhasil ditemukan dan dievakuasi. Treatment Recommendation Radar Banten tidak menawarkan sebuah jalan yang harus ditempuh untuk menangani kecelakaan pesawat Air Asia pada beritanya di edisi 5 Januari. Keseluruhan isi berita hanya mengabarkan perkembangan pencarian badan pesawat dan korban yang berhasil dievakuasi. Radar juga hanya menuliskan perbedaan pendapat tentang izin terbang yang dimiliki Air Asia dari Kemenhub Indonesia dan pemerintah Singapura.
132
4.2.2.7 Judul Berita : “Tiga Jenazah Terlilit Sabuk Pengaman” Nama Media : Radar Banten Edisi/tanggal : 6 Januari 2015 Framing
: Robert N. Entman Tabel 4.13 Hasil Analisis Koran
Perangkat Framing Entman Define Problems
Tim
Basarnas
yang
Bukti Dalam Teks kembali Radar
menemukan tiga jenazah korban.
Banten
melihat
kecelakaan
pesawat Air Asia pada edisi 6 Januari 2015, dengan mengangkat frame Tim Basarnas yang kembali menemukan tiga jenazah
korban
bersama
kursi
penumpang yang masih terlilit sabuk pengaman pesawat, kondisi ini semakin memperkuat dugaan kalau pesawat tidak hancur. (Paragraf pertama pada Headline halaman 1 edisi 6 Januari 2015). Diagnose Causes
Tidak menjelaskan.
Radar Banten tidak menjelaskan secara detail penyebab kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 pada edisi 6 Januari 2015, Radar hanya menulis dugaan bahwa pesawat tidak hancur, melainkan terbelah antara badan pesawat dan ekor ketika masuk ke laut.
133
(Paragraf kesepuluh kalimat pertama hal 9 yang merupakan sambungan Headline halaman pertama edisi 6 Januari 2015). Make
Moral 13
Judgement
total
korban
yang
sudah Radar Banten membuat keputusan moral
diserahkan kepada keluarga dari 37 pada edisi 6 Januari 2015 dengan jenazah yang sudah dievakuasi.
menuliskan 13 total korban yang sudah diserahkan kepada keluarga dari 37 jenazah yang sudah dievakuasi, tersisa ada 24 jenazah yang belum diserahkan kepada keluarga karena masih dalam proses identifikasi. (Paragraf 21 kalimat pertama dan paragraf 22 kalimat kedua pada
halaman
9
yang
merupakan
sambungan Headline halaman pertama edisi 6 Januari 2015). Treatment
Tidak
Recommendation
masalah.
menawarkan
penyelesaian “Keseluruhan
berita,
dari
Headline
sebagai pembuka dihalaman pertama, hingga isi dan penutup berita yang ada pada sambungan di halaman 9 edisi 6 Januari 2015”.
134
4.2.2.8 Penjelasan Elemen Framing Define Problems Frame yang dikembangkan Radar Banten pada berita mengenai kecelakaan pesawat Air Asia edisi 6 Januari ialah penemuan Basarnas yang berhasil menemukan tiga korban jenazah pada pencarian sehari kemarin. Tiga jenazah yang ditemukan berada pada kondisi masih terikat sabuk pengaman tempat duduk pesawat. Ini membuktikan bahwa pesawat tidak meledak diudara melainkan tenggelam kedalam laut. Diagnose Causes Radar Banten tidak menjelaskan secara rinci apa penyebab utama kecelakaan pesawat Air Asia, atau siapa yang harus bertanggungjawab atas peristiwa ini. Pada berita edisi 6 Januari terkait kecelakaan pesawat Air Asia yang berjudul “Tiga Jenazah Terlilit Sabuk Pengaman” Radar hanya menerangkan evakuasi korban yang berhasil dilakukan tim gabungan Basarnas. Make Moral Judgement Radar Banten menampilkan evaluasi moral mengenai kecelakaan pesawat Air Asia pada beritanya di edisi 6 Januari dengan menyampaikan keberhasilan tim pencarian gabungan yang berhasil mengevakuasi korban pesawat Air Asia yang berjumlah 37 orang. Dari 37 jenazah korban yang berhasil dievakusai, 13 sudah dikembalikan kepada keluarganya.
135
Treatment Recommendation Radar Banten tidak menawarkan langkah apa yang harus ditempuh untuk menyelesaikan masalah kecelakaan pesawat Air Asia ini. Ini terlihat dari semua isi teks berita edisi 6 Januari yang semuanya hanya membahas identitas korban, baik itu yang berhasil diedintifikasi maupun belum berhasil diidentifikasi. Tidak ada satu kalimat pun dalam berita edisi 6 Januari yang membahas langkah solutif apa yang perlu ditempuh untuk menyelesaikan peristiwa naas ini.
4.2.2.9 Judul Berita : “Hanyut Hingga Perairan Banjarmasin” Nama Media : Radar Banten Edisi/tanggal : 7 Januari 2015 Framing
: Robert N. Entman Tabel 4.14 Hasil Analisis Koran
Perangkat Framing Entman Define Problems
Bukti Dalam Teks
Beberapa jenazah Air Asia QZ8501 Radar dalam
beberapa
kemungkinan
akan
hari terbawa
hingga perairan Banjarmasi.
Banten
melihat
kecelakaan
lagi pesawat Air Asia pada edisi 7 Januari arus 2015,
dengan
mengangkat
frame
beberapa jenazah Air Asia QZ8501 dalam beberapa lagi hari kemungkinan akan terbawa arus Banjarmasi,
hingga perairan
Kalimantan Selatan, ini
136
disebabkan angin dan arus laut dititik lenyapnya pesawat mulai mengarah ke timur laut. Diagnose Causes
Sebuah tragedi.
Radar Banten tidak menjelaskan secara detail penyebab kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 pada edisi 7 Januari 2015, Radar hanya memperlihatkan sebuah gambar kecil ilustrasi pesawat masuk ke laut
dengan
“tragedi”
tulisan
yang
disampingnya menggambarkan
kecelakaan pesawat Air Asia adalah sebuah tragedi. Make Judgement
Moral Jumlah keseluruhan korban yang Radar Banten membuat keputusan moral berhasil ditemukan berjumlah 39 pada edisi 7 Januari 2015 dengan jenazah.
menuliskan jumlah keseluruhan korban yang berhasil ditemukan berjumlah 39 jenazah dari seluruh penumpang dan kru pesawat yang berjumlah 162 orang. Ini berarti masih ada 123 orang yang belum ditemukan. (Paragraf keempat halaman 9 yang
merupakan
sambungan
berita
halaman 1 edisi 7 Januari 2015). Treatment
Fokus tim gabungan Basarnas pencari Radar Banten menawarkan peneyelesaian
137
Recommendation
Air Asia bukan hanya pada ekor yang bisa ditempuh untuk mengatasi pesawat dimana kotak hitam (black peristiwa kecelakaan pesawat Air Asia box) tapi juga pada badan pesawat.
pada edisi 7 Januari 2015 ini dengan menulis fokus tim gabungan Basarnas pencari Air Asia bukan hanya pada ekor pesawat dimana kotak hitam (black box) tapi juga pada badan pesawat dimana Basarnas yakin didalam badan pesawat itu tertinggal banyak jenazah. (Paragraf ke-14
halaman
9
yang
merupakan
sambungan berita halaman 1 edisi 7 Januari 2015).
4.2.2.10 Penjelasan Elemen Framing Define Problems Radar Banten mengidentifikasi berita kecelakaan pesawat Air Asia pada berita edisi 7 Januari dengan mengangkat tema bahwa beberapa hari kedepan jenazah para korban akan terbawa arus laut ke perairan Banjarmasin. Ini dikarenakan arus angin dan laut mulai mengarah ke Timur Laut. Diagnose Causes Radar Banten tidak menuliskan apa penyebab utama kecelakaan pesawat Air Asia di edisi 7 Janurai dalam beritanya. Radar hanya
138
menuliskan peristiwa kecelakaan pesawat Air Asia sebagai sebuah tragedi. Radar menuliskan kata tragedi tepat disamping gambar ilustrasi masuknya pesawat kedalam air laut. Make Moral Judgement Radar Banten memperlihatkan justifikasi moral dengan menuliskan keseluruhan total korban yang berhasil ditemukan oleh tim gabungan pencari pesawat Air Asia berjumlah 39 jenazah. Ini berarti bertambah dua jenazah selama pencarian kemarin. Ini berarti masih ada 123 orang yang belum ditemukan dari seluruh penumpang dan kru pesawat yang berjumlah 162 orang. Treatment Recommendation Radar Banten menawarkan langkah penyelesaian yang bisa ditempuh dengan terus mencari badan pesawat dan ekor pesawat dimana kotak hitam berada. Badan pesawat yang belum berhasil ditemukan diduga masih terdapat para jenazah korban. Walaupun badan pesawat dan ekor pesawat terbelah, keduanya tetap menjadi focus pencarian tim Basarnas dan seluruh tim gabungan pencari pesawat Air Asia, karena para jenazah korban dan kotak hitam (black box) sama pentingnya dalam misi pencarian kemanusiaan ini.
139
4.2.2.11 Judul Berita
: “Black Box Air Asia Ditemukan”
Nama Media
: Radar Banten
Edisi/tanggal
: 8 Januari 2015
Framing
: Robert N. Entman Tabel 4.15 Hasil Analisis Koran
Perangkat Framing Entman Define Problems
Bukti Dalam Teks
Ditemukannya kotak hitam atau black Radar
Banten
melihat
kecelakaan
box, kotak hitam ditemukan pada pesawat Air Asia pada edisi 8 Januari ekor pesawat.
2015,
dengan
mengangkat
frame
ditemukannya kotak hitam atau black box, kotak hitam ditemukan pada ekor pesawat yang dimana ekor pesawat berhasil didteksi berada didasar laut perairan Kalimantan Selatan, tim pencari juga mendeteksi keberadaan black box berada dikedalaman 35 meter. (Paragraf pertama dan paragraf kedua kaliman pertama dan kedua pada halaman 1 dan halaman 9 edisi 8 Januari 2015). Diagnose Causes
Tidak menjelaskan.
“Keselurusan isi berita Black Box Air Asia Ditemukan, pada edisi 8 Januari 2015”.
140
Make
Moral Prioritas pada penyelaman kelima Radar Banten membuat keputusan moral
Judgement
nanti adalah mencari jasad yang pada edisi 8 Januari 2015 dengan kemungkinan berada di kabin atau menuliskan prioritas pada penyelaman masih berada dikursi penumpang.
kelima nanti adalah mencari jasad yang kemungkinan berada di kabin atau masih berada dikursi penumpang karena terikat sabuk
pengaman
kursi
pesawat,
kemungkinan dalam pencarian itu black box juga akan ditemukan. (Paragraf
ke-11
halaman
9
yang
merupakan sambungan halaman 1 edisi 8 Januari 2015). Treatment
Dugaan bahwa black box masih Radar Banten menulis jalan yang bisa
Recommendation
berada diekor pesawat, ini terdeteksi ditempuh melalui
bunyi
dari
locater beacon atau ULB.
untuk
mengatasi
masalah
underwater peristiwa kecelakaan pesawat Air Asia pada edisi 8 Januari 2015 dengan menulis dugaan bahwa black box masih berada diekor pesawat, ini terdeteksi melalui bunyi dari underwater locater beacon atau ULB. (Paragraf
ke-13
halaman
9
yang
merupakan bagian akhir berita edisi 8 Januari 2015).
141
4.2.2.12 Penjelasan Elemen Framing Define Problems Radar Banten menampilkan frame kecelakaan pesawat Air Asia dengan memperlihatkan perkembangan pencarian pesawat Air Asia oleh tim gabungan pencari pesawat. Radar Banten menerangkan bahwa tim gabungan pencari pesawat sudah berhasil mengetahui keberadaan kotak hitam (balck box). Kotak hitam terdeteksi berada didalam ekor pesawat yang diketahui keberadaannya didasar laut Kalimantan Selatan dengan kedalaman 35 meter. Diagnose Causes Radar Banten tidak menjelaskan secara detail apa penyebab utama atau siapa yang perlu beranggungjawab atas peristiwa ini. Keseluruhan isi berita Radar Banten pada edisi 8 Desember hanya meneragkan perkembangan evakuasi kotak hitam (black box) dan para jenazah korban pesawat Air Asia QZ8501. Make Moral Judgement Evaluasi moral yang ditawarkan Radar pada berita edisi 8 Januari mengenai kecelakaan pesawat Air Asia dengan menuliskan prioritas tim gabungan pencari dalam mencari keberadaan para jenazah korban Air Asia yang diduga masih berada di cabin dan kursi penumpang pesawat.
142
Treatment Recommendation Radar Banten menawarkan solusi yang bisa diambil untuk penyelesaian kecelakaan pesawat Air Asia dengan mengabarkan bahwa kotak hitam pasti berada diekor pesawat. Keterangan black box masih berada diekor pesawat, ini terdeteksi melalui bunyi dari underwater locater beacon atau ULB yang digunakan tim pencari selama misi pencarian pesawat milik maskapai Malaysia ini.
4.2.2.13 Judul Berita
: “Tiga Kapal Tangkap Sinyal Black Box”
Nama Media
: Radar Banten
Edisi/tanggal
: 12 Januari 2015
Framing
: Robert N. Entman Tabel 4.16 Hasil Analisis Koran
Perangkat Framing Entman Define Problems
Bukti Dalam Teks
Pencarian kotak hitam atau black box Radar menemui titik terang.
Banten
melihat
kecelakaan
pesawat Air Asia pada edisi 12 Januari 2015, dengan mengangkat frame bahwa pencarian kotak hitam atau black box menemui titik terang, tiga kapal pencari pesawat
Air
Asia
QZ8501
yang
menangkap sinyal black box ialah kapal milik badan pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), yakni kapal Baruna
143
Jaya 1, kapal Java Imperia dan kapal Trisula. (Paragraf pertama pada halaman 1 dan sambungannya pada halaman 9 edisi 12 Januari 2015). Diagnose Causes
Tidak menjelaskan.
“Keseluruhan isi berita yang berjudul Tiga Kapal Tangkap Sinyal Black Box dari halaman 1 dan sambungannya pada halaman 9 edisi 12 Januari 2015”.
Make Judgement
Moral Evakuasi ekor pesawat dari laut ke Radar Banten membuat keputusan moral daratan.
pada edisi 12 Januari 2015 dengan menjelaskan perkembangan lain dari misi pencarian Air Asia QZ8501 adalah evakuasi ekor pesawat dari laut ke daratan. Tim TNI AL yang berhasil mengangkat ekor pesawat dari laut tidak mendapati
kotak
hitam
pada
ekor
pesawat, diduga kotak hitam terpisah dari pesawat ketika pesawat jatuh ke laut. (Paragraf ketujuh pada halaman 9 yang merupakan sambungan berita halaman 1 edisi 12 Januari 2015). Treatment
Tidak
memberikan
penyelesaian “Keseluruhan
berita,
dari
pembuka
144
Recommendation
masalah.
dihalaman pertama, hingga isi dan penutup berita yang ada pada sambungan di halaman 9 edisi 12 Januari 2015”.
4.2.2.14 Penjelasan Elemen Framing Define Problems Frame yang dikembangkan Radar Banten pada berita edisi 12 Januari terkait kecelakaan pesawat Air Asia dengan menampilkan kelanjutan dari pencarian kotak hitam (black box). Tiga kapal milik badan pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), yakni kapal Baruna Jaya 1, kapal Java Imperia dan kapal Trisula yang tergabung dalam tim pencarian pesawat Air Asia berhasil menangkap sinyal dari black box. Diagnose Causes Radar Banten tidak memberikan keterangan terkait apa penyebab utama atau siapa yang harus bertanggugjawab atas peristiwa ini. Semua isi teks berita yang berjudul “Tiga Kapal Tangkap Sinyal Black Box” pada edisi 12 Januari, tidak satupun membahas penyebab atau siapa dalang dari kecelakaan ini. Seluruh isi berita dari awal, isi hinga akhir berita yang dimulai dari halaman satu dan disambung ke halaman sembilan semuanya hanya membahas perkembangan evakuasi pesawat dan pencarian kotak hitam (black box).
145
Make Moral Judgement Radar Banten membuat keputusan moral mengenai kecelakaan pesawat Air Asia pada berita edisi 12 Januari dengan menuliskan keberhasilan Tim TNI AL yang berhasil mengangkat ekor pesawat dari dalam laut ke daratan. Namun, kotak hitam sudah tidak berada diekor pesawat. Diduga kotak hitam terpisah dari pesawat ketika pesawat mulai memasuki air laut. Treatment Recommendation Tidak ada penyelesaian masalah yang disajikan Radar Banten terkait beritanya pada edisi 12 Januari mengenai kecelakaan pesawat Air Asia. Keseluruhan isi berita hanya membahas perkembangan evakuasi ekor pesawat dan dugaan keberadaan kotak hitam (black box).
4.2.2.15 Judul Berita
: “Seminggu Untuk Membaca Black Box”
Nama Media
: Radar Banten
Edisi/tanggal
: 13 Januari 2015
Framing
: Robert N. Entman Tabel 4.17 Hasil Analisis Koran
Perangkat Framing Entman Define Problems
Bukti Dalam Teks
Berhasilnya diangkat black box ke Radar
Banten
melihat
kecelakaan
permukaan, butuh sepekan untuk pesawat Air Asia pada edisi 13 Januari membaca memori pada black box.
2015,
dengan
mengangkat
frame
146
berhasilnya
diangkat
black
permukaan,
butuh
sepekan
box
ke
untuk
membaca memori pada black box, kotak hitam atau black box merekam kejadian selama
penerbangan
termasuk
percakapan pilot dan co pilot, ketika black box berhasil dibaca, makan akan diketahui
penyebab
sesungguhnya
kecelakaan pesawat Air Asia. (Keteragan MEMBACA samping
BLACK
kanan
foto
BOX
pada
evakuasi
ekor
pesawat, halaman 1 Headline edisi 13 Januari 2015). Diagnose Causes
Tidak menjelaskan.
“Keseluruhsan isi berita yang berjudul Seminggu Untuk Membaca Black Box dari awal pada halaman 1 hingga isi dan akhir pada halaman 9 yang hanya menjelaskan evakuasi kotak hitam pada edisi 13 Januari 2015”.
Make Judgement
Moral Skenario pengangkatan bodi pesawat.
Radar Banten membuat keputusan moral pada edisi 12 Januari 2015 dengan menuliskan skenario pengangkatan bodi pesawat, hal ini perlu dilakukan untuk
147
mendapatkan
jenazah
korban
yang
diduga masih ada di bangkai pesawat, dengan begitu keluarga korban tidak perlu khawatir terkait evakuasi jenazah para korban Air Asia. (Paragraf ke-12 halaman 9 yang merupakan sambungan Headline pada halaman 1 edisi 13 Januari 2015). Treatment
Tidak
Recommendation
masalah.
memberikan
penyelesaian “Keseluruhan isi berita dari Headline pada halaman 1 hingga isi dan penutup pada halaman 9 berita berjdul Seminggu Untuk Membaca Black Box pada edisi 13 Januari 2015).
4.2.2.16 Penjelasan Elemen Framing Define Problems Radar Banten mengangkat frame keberhasilan diangkatnya kotak hitam (black box) oleh tim gabungan pencari pesawat Air Asia pada berita edisi 13 Januari dengan judul berita “Seminggu Untuk Membaca Black Box”. Butuh waktu kurang lebih tujuh hari bagi tim pencari untuk membaca memori pada kotak hitam (black box). Kotak hitam (black box) merekam kejadian selama penerbangan termasuk percakapan pilot dan co pilot.
148
Diagnose Causes Radar Banten tidak menjelaskan apa penyebab kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 pada edisi 13 Januari 2015. Keseluruhan isi berita hanya membahas evakuasi kotak hitam dan butuh waktu berapa lama untuk membaca memori yang ada di kotak hitam (black box). Make Moral Judgement Keputusan moral yang ditulis Radar Banten pada berita edisi 13 Januari terkait kecelakaan pesawat Air Asia dengan menerangkan skenario pengangkatan bodi utama pesawat. Ini dilakukan untuk mengevakuasi para jenazah korban yang masih berada didalamnya. Keluarga korban diminta tidak khawatir terkait evakuasi korban yang belum ditemukan. Treatment Recommendation Radar Banten tidak memberikan solusi apa yang harus diambil mengenai peristiwa kecelakaan pesawat Air Asia pada beritanya di edisi 13 Januari. Keseluruhan isi berita yang berjudul “Seminggu Untuk Membaca Black Box” hanya membahas kelanjutan dari evakuasi dari kotak hitam dan proses pembacaanya memori yang ada didalamnya.
149
4.3 Pembahasan 4.3.1 Frame Koran Kompas : MUSIBAH ALAM Define Problems Koran Kompas mengidentifikasi kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 ini sebagai sebuah musibah alam diakhir tahun 2014. Segala hal yang berkaitan dengan kecelakaan pesawat asal Malaysia ini dikaitkan sebagai musibah alam. Mulai dari isi pemberitaan pada edisi 30 Desember 2014 hingga edisi 12 Januari 2015 yang berjumlah sembilan berita delapan diantaranya mengangkat defines musibah alam. Ilustrasi, laporan terbaru hingga pemberian judul semuanya dikaitkan dengan musibah alam. Berita mengenai kecelakaan pesawat Air Asia yang diberitakan Kompas termasuk kedalam berita bencana dan tragedi (tragedy and disaster news). Tragedy and disaster news sendiri menurut Sumadiria (2008: 67) “merupakan klasifikasi berita yang termasuk dalam beria berat (hard news) yang menunjukkan pada peristiwa yang mengguncangkan dan menyita perhatian khalayak”. Kompas juga mengangkat frame “musibah alam” dengan alasan falsafah atau nilai-nilai dasar yang mereka anut. Salah satu falsafah yang dinaut Kompas adalah mengutamakan watak baik. Mengutamakan watak baik tentu akan kontra dengan sosok media yang memarjinalkan seseorang atau institusi untuk dipersalahkan. Kompas juga banyak menuliskan perkembangan pencarian pesawat, korban dan kotak hitam (black box) pada seluruh beritanya yang berkaitan dengan kecelakaan Air Asia. Perluasan pencarian hingga
150
perkembangan pencarian dan evakuasi pesawat serta keberadaan kotak hitam sering diangkat menjadi judul dan tema pemberitaan. Satu definisi yang menjadi kesimpulan kompas dalam mengangkat frame mengenai Air Asia adalah sebuah musibah diakhir tahun 2014. Semua ini memberikan kesan bahwa peristiwa naas jatuhnya pesawat ini merupakan hal yang tidak bisa dihindari.
Diagnose Causes Dalam keseluruhan berita kompas yang berjumlah sembilan berita, awan columbus adalah penyebab dari kecelakaan pesawat ini. Awan yang memiliki materi es yang dapat merusak mesin pesawat ini yang menyebabkan pesawat hilang kontak dari radar dan kemudian jatuh ke laut. Dugaan ini diperkuat karena sebelumnya tidak ada kerusakan dari mesin pesawat ketika pesawat akan lepas landas dari Surabaya. Awan columbus inilah yang disebut Kompas sebagai musibah alam. Pada pemberitaan kecelakaan pesawat Air Asia selama dua pekan nilai berita yang diangkat Kompas adalah prominence. Nilai berita ini diukur dari kebesaran peristiwanya dan arti pentingnya, peristiwa yang diberitakan adalah peristiwa yan dipandang penting, kecelakaan yang menewaskan suatu orang bukan berita, tetapi kecelakaan
yang
menewaskan penumpang satu pesawat baru berita (Eriyanto, 2012: 124). Kecelakaan pesawat Air Asia tentu mengandung nilai berita prominence dilihat dari besarnya jumlah korban dan pentingnya isi berita.
151
Penyebab kecelakaan yang diberikan Kompas ini membuat tidak ada pihak yang menjadi persakitan atau harus bertanggungjawab atas kecelakaan pesawat maskapai milik Malaysia ini. Masalah ini juga tidak perlu dibawa kepengadilan karena cuaca buruklah yang menjadi penyebabnya.
Make Moral Judgement Penilaian atas cuaca buruk yaitu awan columbus sebagai sumber masalah ini datang dari dua hal. Pertama hilangnya kontak dengan pesawat secara tiba-tiba tidak mungkin terjadi tanpa penyebab. Masuknya pesawat kedalam awan columbus membuat sinyal posisi pada pesawat rusak yang menyebabkan pesawt hilang dari radar. Kedua, materi es yang banyak terkandung pada awan columbus menyebabkan mesin pesawat rusak dan membuat pesawat jatuh kelaut. Kompas juga membuat nilai moral dengan terus melaporkan jumlah korban yang berhasil diidentifikasi, dan berbagai tindak lanjut pemerintah terkait penyelesaian masalah kecelakaan pesawat bertipe QZ8501. Pemerintah juga berjanji akan terus berupaya melakukan yang terbaik untuk para keluarga korban. Pemerintah melalui Kemenhub juga berjanji akan melakukan perombakan dan evaluasi terhadap ijin terbang di Indonesia untuk mengurangi jumlah kecelakaan pesawat yang ada di Indonesia.
152
Treatment Recommendaton Atas penyebab awan columbus yang menjadi alasan hilang kontak dan jatuhnya pesawat Air Asia QZ8501, Kompas “merekomendasikan” agar peristiwa kecelakaan pesawat ini tidak perlu dibawa kepengadilan. Karena tidak ada pihak yang salah, cuaca buruklah yang menjadi penyebab sehingga keluarga korban hanya bisa merenungi peristiwa ini. Jika kita melihat kedalam Teori Ekonomi Politk Media (political economy media theory) menganggap bahwa kepemilikan media pada segelimtir elit penguasa dapat menyebabkan penyakit sosial (Dennis McQuail; 104106:2009). Dalam pemikiran teori ini, kandungan media yang termasuk didalamnya berita adalah komoditas yang dijual di pasar dan informasi yang disebarluaskan dan dikendalikan oleh apa yang pasar akan tanggung. Sistem ini membawa implikasi mekanisme pasar yang tidak ambil resiko, mekanisme pasar inilah yang dibuat Kompas saat memberitakan kecelkaan pesawat Air Asia QZ8501, pemberitaan yang ditampilkan Kompas cenderung tidak memihak dengan memberikan frame musibah alam, ini tentu suatu bentuk mekanisme pasar yang buruk. Mengapa buruk, karena mekanisme pasar yang seperti ini membuat media tertentu mampu mendominasi wacana publik dan lainnya terpinggirkan. Pemberitaan air asia yang diberitakan Kompas mengimplikasikan adanya barter antara media dan para pemilik modal. Kompas yang merupakan media berskala nasional dengan umur sudah setengah abad di negara, denngan visi dan misi medianya “amanat hati nurani rakyat”
153
memberitakan air asia sebagai musibah alam, bukan human eror dari pihak maskapai penerbangan air asia, dapat dipastikan hak keluarga korban untuk menuntut air asia ke meja hijau akan surut dengan senidirinya. Kata musibah disini menggambarkan teguran alam dan kepasrahan bahawa ini adalah peristiwa yang tidak bisa dihindar, sehingga ganti rugi asuransi berupa uang yang diberikan CEO Air Asia sudah cukup untuk menyelesaikan masalah ini.
154
4.3.2 Frame Koran Radar Banten : CUACA BURUK dan Kesalahan Manajerial Define Problems Frame yang dikembangkan Radar Banten terkait kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 adalah masalah cuaca buruk dan kesalahan manajerial pihak maskapai Air Asia. Cuaca buruk yaitu awan Columbus yang menyebabkan pesawat hilang kontak, kemudian pesawat dinyatakan mengalami kecelakaan dan kemudian jatuh kelaut. Radar Banten memberitakan kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 kedalam berita comprehensive news. Comprehensive news sendiri menurut Sumadiria (2008: 69) “merupakan laporan fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek”. Radar Banten memberikan laporan secara menyeluruh selama dua pekan pemberitaannya mengenai Air Asia. Nilai berita yang diambil Radar Banten juga termasuk kedalam prominence. Nilai berita ini diukur dari kebesaran peristiwanya dan arti pentingnya, peristiwa yang diberitakan adalah peristiwa yan dipandang penting, kecelakaan yang menewaskan suatu orang bukan berita, tetapi kecelakaan yang menewaskan penumpang satu pesawat baru berita (Eriyanto, 2012: 124). Kecelakaan pesawat Air Asia tentu mengandung nilai berita prominence dilihat dari besarnya jumlah korban dan pentingnya isi berita. Berita mengenai kecelakaan pesawat Air Asia yang diberitakan Radar Banten juga termasuk kedalam berita bencana dan tragedi (tragedy and disaster news). Tragedy and disaster news sendiri menurut Sumadiria
155
(2008: 67) “merupakan klasifikasi berita yang termasuk dalam beria berat (hard news) yang menunjukkan pada peristiwa yang mengguncangkan dan menyita perhatian khalayak”. Frame yang ditulis peneliti mengenai cuaca buruk dan manajerial ini berdasarkan Analisis peneliti tiga berita awal yang dituliskan Radar Banten pada tiga beritanya pada edisi 30 hingga 31 Desember 2014 dan 5 Januari 2015. Isi dari tiga berita inilah yang merepresentasikan frame yang diangkat Radar Banten dari delapan berita yang mereka tulis mengenai kecelakaan Air Asia. Sedangkan empat berita lainnya hanya membahas perkembangan pencarian korban dan kotak hitam pesawat.
Diagnose Causes Dalam keseluruhan berita Radar Banten, hanya empat berita yang menjelaskan penyebab kecelakaan pesawat Air Asia yaitu pada edisi 30 dan 31 Desember 2014, serta edisi 5 Januari dan 7 Januari 2015. Dari empat edisi berita tersebut, dua menuliskan cuaca buruk yaitu awan Columbus, satu menuliskan tragedy dan satu lagi menyebutkan pihak maskapai yang menjadi penyebab kecelakaannya. Dua berita yang menuliskan cuaca buruk yaitu awan columbus yang menjadi penyebab kecelakaan
pesawat
karena
kandungan
pada
awan
Columbus
menyebabkan kerusakan pada mesin pesawat. Sedangkan satu berita yang menuliskan tragedi akhir tahun membuat peristiwa kecelakaan pesawat ini sama dengan cuaca buruk
156
sehingga tidak ada yang bisa dipersalahkan. Sedangkan satu berita yang menuliskan kesalahan manajerial maskapai Air Asia karena tidak mengindahkan peringatan kemenhub untuk tidak terbang sehingga terjadilah kecelakaan pesawat bertipe QZ8501 ini. Dengan begini Radar Banten menuliskan dua penyebab kecelakaan pesawat Air Asia dari keseluruhan beritanya selama dua pekan, yaitu cuaca buruk dan kesalahan manajerial. Jika kita melihat kedalam Teori Ekonomi Politk Media (political economy media theory) menganggap bahwa kepemilikan media pada segelimtir elit penguasa dapat menyebabkan penyakit sosial (Dennis McQuail; 104-106:2009). Dalam pemikiran teori ini, kandungan media yang termasuk didalamnya berita adalah komoditas yang dijual di pasar dan informasi yang disebarluaskan dan dikendalikan oleh apa yang pasar akan tanggung. Sistem ini membawa implikasi mekanisme pasar yang tidak ambil resiko, mekanisme pasar ini memang tidak dibuat Radar Banten saat memberitakan kecelkaan pesawat Air Asia QZ8501, namun adanya dominan pemberitaan yang ditampilkan Radar Banten yaitu tidak memihak dengan memberikan frame cuaca buruk. Dari tiga berita yang membahas langsung penyebab utama kecelakaan pesawat Air Asia, hanya satu yang menuliskan bahwa penyebab utama kecelakaan pesawat ini adalah kesalahan manajerial pihak maskapai.
157
Make Moral Judgement Frame dua penyebab kecelakaan Air Asia yang diangkat Radar yaitu cuaca buruk dan kesalahan maskapai ini didukung oleh empat berita yang Radar terbitkan. Dominasi cuaca buruk yaitu awan columbus yang menjadi penyebab kecelakaan membuat penyebab inilah yang menjadi keputusan Radar dalam menentukan alasan kecelakaan Air Asia. Jika Radar mendominankan alasan jatuhnya Air Asia karena kesalaha maskapainya sendiri yang tidak mengindahkan intruksi dari Kemenhub, maka nilai moral yang ditawarkan Radar Banten bukan hanya merenungi kejadian ini, tetapi bukan tidak mungkin masalah ini akan dibawah keranah hukum untuk menuntut hak-hak dari keluarga korban, dan bisa saja Air Asia sudah tidak boleh lagi beroperasi di Indonesia.
Treatment Recommendation Atas penyebab awan columbus dan “kesalahan manajerial” yang menjadi alasan hilang kontak dan jatuhnya pesawat Air Asia QZ8501, Radar Banten “merekomendasikan” kepada pemerintah untuk melakukan check dan preview penerbangan. Ini dilakukan untuk meningkatkan safety dalam dunia penerbangan di Indonesia. Radar juga menuliskan bahwa pihak Air Asia siap memberikan ganti rugi berupa asuransi kepada keluarga korban yang jumlahnya ditentukan oleh pemerintah.
158
4.4 Perbandingan Frame Kompas dan Radar Banten Tabel 4.18 Perbandingan Hasil Analisis Koran Elemen
Kompas
Radar Banten
Frame
Kasus Air Asia adalah Kasus Air Asia adalah Musibah Alam
Cuaca
buruk
dan
Kesalahan Manajerial Define Problems
Musibah Alam
Kesalahan Manajerial
Diagnose Causes
Awan Columbus
Awan
Columbus
dan
Maskapai Air Asia Make Moral Judgement
Perombakan dan evaluasi Evaluasi terhadap
ijin
terhadap
ijin
terbang penerbangan pesawat di
pesawat di Indonesia
Indonesia
Treatment
Pembayaran ganti rugi Pembayaran ganti rugi
Recommendation
oleh
pihak
Air
Asia oleh
kepada keluarga korban
pihak
Air
Asia
kepada keluarga korban
4.4.1 Penjelasan Perbadaan Frame Antara Kompas dan Radar Banten Define Problems Perbedaan antara Kompas dan Radar Banten ini disebabkan oleh perbedaan kedua media ini dalam melihat kasus kecelakaan pesawat Air Asia, walaupun keduanya sepakat bahwa awan columbus merupakan penyebab Air Asia, tapi Radar Banten berani menuliskan kesalahan manajerial karena pihak Air Asia sebenarnya tidak memiliki izin terbang
159
dari Kemenhub, karena izin terbang rute Surabaya-Singapura hanya ada di hari senin, selasa dan sabtu. Maskapai Air Asia hanya mengantongi izin terbang dari pihak Otoritas Penerbangan Sipil Singapura (CAAS), sedangkan dari Kemenhub Indonesia sendiri mereka (maskapai Air Asia) tidak memiliki izin terbang. Inilah yang menjadi pembeda frame antara Kompas dan Radar Banten dalam melihat perisitiwa kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501. Berita mengenai kecelakaan pesawat Air Asia yang diberitakan Kompas dan Radar Banten termasuk kedalam berita bencana dan tragedi (tragedy and disaster news). Tragedy and disaster news sendiri menurut Sumadiria (2008: 67) “merupakan klasifikasi berita yang termasuk dalam beria berat (hard news) yang menunjukkan pada peristiwa yang mengguncangkan dan menyita perhatian khalayak. Diagnoese Causes Nilai berita yang diambil Kompas dan Radar Banten termasuk kedalam prominence. Nilai berita ini diukur dari kebesaran peristiwanya dan arti pentingnya, peristiwa yang diberitakan adalah peristiwa yan dipandang penting, kecelakaan yang menewaskan suatu orang bukan berita, tetapi kecelakaan yang menewaskan penumpang satu pesawat baru berita (Eriyanto, 2012: 124). Kecelakaan pesawat Air Asia tentu mengandung nilai berita prominence dilihat dari besarnya jumlah korban dan pentingnya isi berita.
160
Kompas dan Radar Banten sepakat bahwa awan columbus adalah penyebab kecelakaan pesawat Air Asia. Namun, Radar Banten juga menambahkan maskapai Air Asia sebagai pihak yang ikut bersalah dalam peristiwa ini. Ini dikarenakan maskapai Air Asia tidak mematuhi intruksi dari Kemenhub Indoensia. Kemenhub sudah jelas tidak memberikan izin terbang dihari minggu (28/12) karena kemungkinan akan adanya cuaca buruk. Seandaikan intruksi ini dipatuhi tentu peristiwa naas ini tidak akan terjadi. Make Moral Judgement Kompas dan Radar Banten tidak memiliki perbedaan dalam menampilkan evaluasi moral terkait kecelakaan pesawat Air Asia selama periode dua pekan pemberitaan yang mereka tulis. Keduanya sepakat bahwa pemerintah Indonesia harus melakukan perombakan dan evaluasi terhadap ijin terbang pesawat di Indonesia. Treatment Recommendation Kompas dan Radar Banten juga tidak memiliki perbedaan dalam memberikan penyelesaian yang harus ditempuh untuk menyelesaikan perisitiwa kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 ini. Keduanya menuliskan bahwa pembayaran ganti rugi dan santunan harus dilakukan pihak Air Asia kepada keluarga korban, tentu dengan jumlah yang disepakati oleh pemerintah Indoensia.
161
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan dengan metoede analisi framing menggunakan model Robert N. Entman terhadap pemberitaan kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 di Koran Kompas dan Radar Banten pada bab empat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Define Problems : Seteah dianalisis selama dua pekan pemberitaan, Penulis menyimpulkan pendefinisian masalah dan penyebab utama kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 pada Kompas dan Radar Banten sebagai sebuah musibah alam atau cuaca buruk dan kesalahan manajerial. 2. Diagnose Causes : Cuaca buruk yaitu awan columbus adalah penyebab utama kecelakaan pesawat milik dari Malaysia ini. Radar Banten menambahkan kesalahan manajerial kedalam bingkai beritanya dikarenakan pihak maskapai Air Asia tidak mengantongi izin terbang dari Kemenhub Indonesia. Air Asia tetap melakukan penerbangan dengan alasan pihak Otoritas Penerbangan Sipil Singapura (CAAS) sudah memberikana izin terbang.
162
3. Make Moral Judgement : Penulis menyimpulkan keputusan moral yang muncul pada Kompas dan Radar Banten selama dua pekan pemberitaanya mengenai kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 ialah bahwa pemerintah Indonesia perlu melakukan check, preview serta evaluasi dan perombakan terhadap ijin terbang pesawat yang ada di Indonesia. Ini perlu dilakukan untuk meningkatkan safety terhadap transportasi pesawat di Indonesia yang sudah sangat sering mengalami kecelakaan. 4. Treatment Recommendation : Penulis menyimpulkan penyelesaian masalah yang muncul pada pemberitaan mengenai kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 pada Kompas dan Radar Banten ialah bahawa pihak maskapai Air Asia ini diwajiban untuk membayar santuan berupa asuransi kepada seluruh keluarga korban. Jumlah santunan yang harus dibayar pihak maskapai Air Asia tentu harus sesuai dengan jumlah yang disepakati oleh pemerintah Indonesia.
5.2 Saran 1. Kompas dan Radar Banten sebaiknya Kompas dan Radar Banten lebih banyak
memuat
fakta
ketimbang
spekulasi-spekulasi
dalam
pemberitaanya. Banyak spekulasi dan mengajak pembaca untuk berlarutlaur dalam kesedihan tidak akan menyelesaikan masalah. Padahal sudah jelas bahwa fakta merupakan unsur jurnalistik yang sangat penting dalam
163
sebuah berita. Banyaknya spekulasi yang dimuat membuat fakta menjadi kabur dan memunculkan banyak dugaan dalam sebuah berita. Nilai jurnalistik dalam berita itu juga menjadi berkurang, khsusnya 5W+15. 2. Jika Kompas dan Radar Banten berani lebih kritis dan obyektif membahas hak keluarga korban, tentu sanksi yang akan diterima pihak Air Asia akan lebih berat ketimbang hanya harus membayar santunan berupa asuransi kepada keluarga korban. Pembayaran santunan ini tentu tidak bisa mengganti nyawa ratusan penumpang yang menjadi korban akibat kealalaian maskapai Air Asia. 3. Berita-berita yang ditampilakan Kompas dan Radar Banten hendaknya member input (masukan) yang positif kepada masyarakat Indonesia mengenai pemberitaan kecelakaan pesawat Air Asia ini agar masyrakat bisa memilih pesawat yang lebih aman untuk digunakan. Jangan karena banyak promo dan harganya murah menjadi pilihan, namun keselamatan menjadi taruhannya.
164
Lampiran
1. Berita Kompas Mengenai Air Asia (31 Desember 2014)
165
166
2. Berita Radar Banten Mengenai Air Asia (30 Desember 2014)
167
3. Berita Kompas Mengenai Air Asia (31 Desember 2014)
168
4. Berita Radar Banten Mengenai Air Asia (31 Desember 2014)
169
170
171
5. Berita Kompas Mengenai Air Asia (2 Januari 2015)
172
6. Berita Kompas Mengenai Air Asia (5 Januari 2015)
173
7. Berita Radar Banten Mengenai Air Asia (5 Januari 2015)
174
175
8. Berita Kompas Mengenai Air Asia (6 Januari 2015)
176
9. Berita Radar Banten Mengenai Air Asia (6 Januari 2015)
177
10. Berita Kompas Mengenai Air Asia (7 Januari 2015)
178
179
11. Berita Radar Banten Mengenai Air Asia (7 Januari 2015)
180
181
182
12. Berita Kompas Mengenai Air Asia (8 Januari 2015)
183
13. Berita Radar Banten Mengenai Air Asia (8 Januari 2015)
184
14. Berita Kompas Mengenai Air Asia (9 Januari 2015)
185
186
15. Berita Kompas Mengenai Air Asia (12 Januari 2015)
187
16. Berita Radar Banten Mengenai Air Asia (12 Januari 2015)
188
17. Berita Radar Banten Mengenai Air Asia (13 Januari 2015)
189
190
191
18. Form Nilai Sidang Outline
192
193
194
19. Jadwal Hadir dan Catatan Bimbingan Skirpsi
195
196
197
198
20. Biodata Penulis
Nama
: Ichsan Adil Prayogi
NIM
: 6662111562
Semester
: 9 (Sembilan)
Jurusan (Konsentrasi)
: Ilmu Komunikasi (Ilmu Jurnalistik)
Tempat Tanggal Lahir
: Serang, 23 Mei 1993
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat Kragilan, Serang
: Kp. Sentul RT/RW 012/001 Kel. Sentul Kec.
No. Telp
: 087741134985
Email
:
[email protected]
IPK
: 3,54
Pendidikan
: S1 Ilmu Komunikasi (Untirta) Sedang ditempuh
Pengalaman Organisasi
: Untirta TV Serikat Eksekutif Muda Untirta (Semut) Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Untirta
(HIMAKOM) Ikatan
Ilmu
Mahasiswa
Ilmu
Komunikasi
Indonesia (Imiki) Lembaga Pers Mahasiswa Fakultas FISIP Untirta (Orange)
199
UKM Olahraga Untirta Gema Pembebasan Kota Serang Pengalaman Magang
: Wartawam Radar Banten (Juni-Juli) 2014 Wartawan Buletin Parlementaria DPR/RI (Okt-
Nov) 2014