PEMBERIAN RAMUAN HERBAL PADA BROILER YANG DIINFEKSI Salmonella pullorum TERHADAP HISTOPATOLOGI USUS HALUS DAN HATI
UTILIZATION OF HERBS INGREDIENT ON BROILER INFECTED BY Salmonella pullorum ON HISTOPATOLOGY OF SMALL INTESTINE AND LIVER
Widiastuti Ardiansya1, Laily Agustina2 dan Efrain J.Tandi3 1
2
Mahasiswa S2 Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar, Staf Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,Makassar
Alamat Korespondensi :
Widiastuti Ardiansya Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP: 081343581790 Email:
[email protected]
ABSTRAK Penggunaan antibiotik sintetik dalam ransum unggas dapat mencegah bakteri, namun mengakibatkan resistensi dan residu terhadap produk peternakan. Salah satu alternative yang digunakan adalah ramuan herbal sebagai antibiotik alami yang murah dan mudah didapat serta tidak menimbulkan resistensi mikroorganisme patogen maupun residu terhadap produk peternakan yang dikonsumsi manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ramuan herbal bentuk cair dan serbuk terhadap kondisi usus halus dan hati broiler yang di infeksi Salmonella pullorum. Percobaan dilaksanakan di Laboraturium Pakan Terpadu Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin dan diuji histopatologi di Laboraturium Bakteriologi dan Patologi Balai Besar Veteriner Maros. Sebanyak 200 ekor doc broiler strain MB-202 grade platinum (100 ekor jantan dan 100 ekor betina), dibagi secara acak berdasarkan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan yakni : (Kontrol negatif, kontrol positif, antibiotik sintetik, ramuan herbal cair dan ramuan herbal serbuk) dan 4 ulangan (tiap ulangan berisi 10 ekor ayam). Isolasi dan identifikasi Salmonella pullorum menggunakan standar isolate ATTC 13036. Uji serologi anti-pullorum menggunakan metode uji penggumpalan secara cepat. Diagnosa pengujian histopatologi dilakukan dengan menggunakan metode hematoxilin eosin (HE) dan diukur berdasarkan skor derajat kerusakan organ terinfeksi dari 0 sampai 4. Hasil memperlihatkan bahwa perlakuan ramuan herbal serbuk mempertahankan kondisi usus halus dan hati dalam keadaan sangat ringan sampai sedang. Sebagai kesimpulan, kondisi terbaik pada usus halus dan hati broiler terdapat pada perlakuan ramuan herbal serbuk. Kata kunci : Herbal, Salmonella pullorum, histopatologi, broiler ABSTRACT The use of syntetic antibiotik in poultry may inhibit infection of bacteria, but resistensi and residual effects of antibiotic has to be considenred. Using herbs ingrediens in an alternatif to avoid these side effects of syntetic antibiotic, as herbs may contain natural antibiotic in addition to a cleaper in price and easy to get. The purpose of this study was carried out to know the effects of utilization liquid and powder herbs ingredient on small- intestine and liver conditions of broiler infected by Salmonella pullorum. The experiment conducted in the Unification Feed Laboratory, Faculty of Animal Husbandry, Hasanuddin University, and histopatology test conducted in the Central Laboratory of Veterinary Disease, Maros. Two hundred day old broiler chickens strain MB-202(100 males and 100 females), divided randomly into five treatments (i.e : Negative control, positive control, synthetic-antibiotic, liquid herbs ingredient, and powder herbs ingredient) with four replicates (each unit replicate cointain ten chicks). Histopatology diagnosis on the methods of hematoxilin eosin (Wahyuni, 2011) and scoring infekstion organs for 0 – 4 (Akins, et al., 2011). The results showed that treatment powder herbs ingredient maintained small-intestine and liver conditions in mild from of damages to moderate. In conclusion, good condition of broiler intestine and liver were achieved by treatment powder herbs ingredient. Key words : Herbs, Salmonella pullorum, histopathology, broiler
PENDAHULUAN Indonesia merupakan Negara tropis yang sangat potensial bagi perkembangan mikroorganisme, penyakit yang seringkali menyerang peternakan pembibitan adalah pullorum (bacillary white disease) disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum. Bakteri Salmonella pullorum adalah jenis bakteri Gram negatif yang merugikan karena ditularkan dari induk ke telur dan doc. Tingkat mortalitas dapat mencapai 85% pada anak ayam, sedangkan pada ayam dewasa menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan dan pembengkakan pada hati. Pada saluran pencernaan ayam terdapat komunitas bakteri seperti Salmonella thyphimurium dan Escherichia coli yang bersaing dalam memperoleh nutrisi dan menghasilkan produk metabolit yang berbahaya bagi inangnya. Pencegahan dilakukan dengan menggunakan antibiotika sebagai imbuhan pakan yang pada prinsipnya mengurangi populasi bakteri didalam saluran pencernaan, namun penggunaannya memberikan masalah dengan ditemukannya residu antibiotik pada karkas ternak yang dikonsumsi manusia dan meningkatkan resistensi bakteri pathogen. Salah satu bahan yang berpotensi untuk dapat dimanfaatkan sebagai antibiotik alami adalah ramuan herbal dalam bentuk cair maupun serbuk, karena telah teruji mampu meningkatkan ketahanan tubuh terhadap bakteri Salmonella pullorum sekaligus tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan organ hati sebagai pusat metabolisme ataupun kerusakan pada usus sebagai tempat penyerapan nutrisi pakan. Ramuan herbal mengandung zat bioaktif antara lain: minyak atsiri temulawak bersifat bakteriostatik pada mikroba Staphylococcus sp dan Salmonella sp (Afifah, 2003) dan mempunyai efek farmakologi yang melindungi hati/ hepaprotektor (Mahendra, 2005). Rimpang kunyit mengandung kurkumin berkhasiat mematikan kuman dan mengurangi gerak usus serta sebagai peluruh empedu (Rukmana, 2006). Citrol, geraniol dan minyak atsiri pada jahe dan sereh berkhasiat sebagai antibakteri dan antijamur (Sarwono, 2010). Ekstrak lengkuas mengandung bahan metal sinamat, galangin, cineol dan eugenol dapat menghambat pertumbuhan mikroba (Nursal, dkk., 2006). Bawang putih mengandung senyawa alicin, selenium juga bersifat antibakteri pathogen, antioksidan dan antiseptika (Wibowo, 2003). Sedangkan hasil penelitian Agustina, dkk., (2009) dengan komposisi ramuan herbal yang sama telah dianalisis bahwa ramuan herbal mengandung zat bioaktif yang berperan sebagai antibakteri dan mampu menghambat bakteri Gram positif dan Gram negatif (antibakteri berspektrum luas) dan adanya
perbedaan struktur dinding sel bakteri menyebabkan zona hambat bakteri Gram positif lebih luas dibanding Gram negatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh terbaik pemberian ramuan herbal cair dan serbuk terhadap kondisi usus halus dan hati broiler yang di infeksi Salmonella pullorum. MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboraturium Pakan Terpadu Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar dan dianalisis di Laboraturium Bakteriologi dan Patologi Balai Besar Veteriner Maros, pada bulan April sampai Juni 2012. Materi Penelitian Materi yang digunakan yakni dua ratus ekor DOC broiler Grade Platinum galur MB-202 dengan jenis kelamin campuran. Rata – rata beratnya 37 gram dan dipelihara selama 49 hari (tujuh minggu). Kandang yang digunakan kandang litter dan dilengkapi tempat pakan dan minum serta pemanas lampu serta alat seprot untuk desinfektan. Jenis ransum yang digunakan fase prestarter CP 511 B dari PT.Charoen Pokphand dengan kandungan protein 21-23%. Fase starter disusun sesuai standar SNI (2006), kandungan EM 2899,49 kkal dan protein 23,74%, fase finisher kandungan EM 2903,78 kkal dan protein 19,5%. Pemberian pakan dan air minum secara adlibitum. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai dari pembuatan ramuan herbal Labio – 1 (HAKI/PATEN 2012), kemudian dilanjutkan isolasi dan identifikasi Salmonella pullorum secara biokimia menggunakan standar isolate bakteri S.Pullorum ATTC 13036 mengacu pada metode standar Mc Farland 0,5/kultur inokulan (Seeley et al., 2001). Selanjutnya dilakukan uji ramuan herbal kedalam pakan dan air minum broiler dengan cara mensterilkan (membebaskan) ayam dari Salmonella pullorum dengan pemberian antibiotik yang dimulai pada umur 3 - 14 hari. Perlakuan ramuan herbal cair dan herbal serbuk dimulai umur 21 - 49 hari. Pada umur 35 hari diinfeksi Salmonella pullorum dengan metode per oral dosis infeksi 108 cfu (colony forming unit) /ml/ekor. Uji serologis anti pullorum dilakukan dalam 3 tahapan, yaitu 3 minggu pra infeksi Salmonella pullorum, 1 minggu pasca infeksi dan 2 minggu pasca infeksi menggunakan metode uji penggumpalan secara cepat (Gast, 1997).
Pada akhir penelitian, setiap unit percobaan diambil 1 ekor secara acak untuk dipotong lalu diambil organ usus halus dan hati, kemudian difiksasi ke dalam larutan buffer neutral formalin (BNF)10% dan diproses dengan cara memotong jaringan mati yang telah difiksasi secara kimiawi sehingga diperoleh irisan jaringan yang tipis (slide/preparat) menggunakan mikroskop cahaya. Selanjutnya dilakukan pewarnaan haematoxilin dan eosin (HE) dengan metode standar (Wahyuni, 2011). Parameter pengukuran Kelainan histopatologi diukur berdasarkan skor derajat kerusakan organ terinfeksi, skor 0 = normal; skor 1 = sangat ringan; skor 2 = ringan; skor 3 = sedang dan skor 4 = berat (Akin, et al., 2011). Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) (Gaspersz, 1994) terdiri dari lima perlakuan yakni: kontrol negatif, kontrol positif, antibiotik sintetik, ramuan herbal cair dan ramuan herbal serbuk dengan empat ulangan, masing – masing unit percobaan terdiri dari 10 ekor. Data yang diperoleh dianalisis ragam (Analyses of Variance / Anova) dengan menggunakan software SPSS versi 15,0.
HASIL Tingkat kerusakan histopatologi usus halus dan hati Tabel 1 memperlihatkan tingkat kerusakan histopatologi usus halus dan hati broiler yang diinfeksi Salmonella pullorum dari skor 0 sampai 4. Gambaran histopatologi usus halus dan hati Pada Gambar 1 menunjukkan gambaran histopatologi usus halus dan hati pada keadaan normal yang berarti kondisi baik, sedangkan pada Gambar 2 menunjukkan gambaran histopatologi usus halus dan hati yang diinfeksi Salmonella pullorum terjadi kerusakan berat.
PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan antibiotik sintetik bacitrasin, ramuan herbal cair dan ramuan herbal serbuk, seluruhnya memperlihatkan kerusakan. Namun, antibiotik sintetik dapat menyebabkan terjadinya resistensi terhadap kuman – kuman
patogen dan adanya akumulasi residu dalam produk daging yang dihasilkan. Ini tidak dikehendaki oleh konsumen, sehingga dengan demikian ramuan herbal dapat dijadikan alternatif pilihan sebagai pengganti antibiotik sintetik. Hal ini sesuai pendapat Rey et al, (2006) bahwa penggunaan antibiotik pada produk daging dan telur, saat ini telah ditemukan beberapa strain bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Upaya alternatif dicoba untuk mengatasi keterbatasan tersebut, diantaranya dengan menggunakan ramuan herbal yang terdiri dari beberapa kombinasi dengan kandungan zat bioaktif yang dimiliki sebagai antibakteri. Persentase bakteri patogen yang resisten lebih tinggi terjadi pada peternakan konvensional yang menggunakan antibiotik sintetik dibanding dengan peternak organik, selain itu penggunaan antibiotik sintetik dapat meninggalkan residu pada produk peternakan (Griggs, dkk., 2005). Salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai pengganti antibiotik sintetik adalah ramuan herbal baik dalam bentuk cair maupun serbuk. Hasil penelitian Agustina, dkk., (2010) melaporkan bahwa penggunaan cairan ramuan herbal pada level 2,5 ml/liter air minum, melalui pengamatan secara histopatologi tidak menunjukkan adanya kelainan organ dalam dan organ pertahanan. Gambaran histopatologi usus halus normal yang berarti kondisi baik, terlihat pada bentuk susunan vili – vili usus tersusun meningkat dan melebar rapi diasosiasikan dengan bentuk normal untuk absorbsi nutrisi yang masuk kedalam darah. Hal ini sesuai pendapat Awad, et all (2008) bahwa peningkatan tinggi vili pada usus paralel dengan fungsi pencernaan dan absorbsi karena bentuk vili utuh merupakan ekspresi lancarnya sistem transportasi nutrisi keseluruh tubuh. Gambar histopatologi hati dalam keadaan normal atau kondisi baik diakibatkan karena ayam tidak terkontaminasi penyakit pullorum yang dapat membuat kondisi tubuh menurun. Dengan demikian kondisi tubuh yang baik menggambarkan organ sentral yaitu hati berfungsi maksimal sebagai pusat metabolisme tubuh. Hal ini sesuai pendapat Podjiadji (1994) bahwa hati berfungsi sebagai pusat metabolisme karbohidrat, lemak dan koagulasi darah, vitamin A, D, E, K, detoksikasi zat racun di dalam tubuh, fagositosis dan imunitas serta berfungsi sebagai hemodinamik yang mempertahankan aliran darah. Gambaran histopatologi usus halus dan hati terjadi kerusakan berat, disebabkan karena bakteri Salmonella pullorum berkembang pada saluran usus halus sehingga menyebabkan perubahan anatomi usus berupa necrotic diffuse. Hal ini sesuai pendapat
Shivaprasad (2003) dalam Suwito, dkk., (2010) bahwa gejala yang terlihat pada ayam terserang penyakit pullorum setelah pasca mati adalah kantong kuning telur tidak terabsorbsi, focal necrosis pada hati dan limfa serta terjadi perkejuan pada usus. Pemberian ramuan herbal baik dalam bentuk cair maupun serbuk mampu membunuh bakteri pada saluran usus dengan cara melisiskan racun – racun yang menempel pada dinding usus. Hal ini sesuai pendapat Syamsiah, dkk., (2005) bahwa antibakteri dalam ramuan herbal akan melisiskan racun yang menempel pada usus sehingga penyerapan zat makanan lebih meningkat. Demikian pula pada organ hati, bila diberi ramuan herbal akan memperbaiki metabolisme sel hati. Hal ini sesuai pendapat Rukmana (2006) bahwa efek farmakologi temulawak dapat melindungi kerusakan hati (hepaprotektor), sebagai peluruh empedu (kolagoga) dan sebagai penawar racun didalam tubuh. Ramuan herbal serbuk lebih lama berada dalam saluran usus dibanding ramuan herbal cair sehingga zat bioaktif akan mempunyai kesempatan kontak langsung untuk bekerja melisiskan racun – racun yang menempel pada dinding usus sehingga dinding usus lebih mudah menyerap zat – zat nutrisi. Keadaan ini menyebabkan kondisi hewan menjadi lebih baik untuk mencegah penyakit Salmonella. Hal ini sesuai pendapat Banong, dkk., (2011) bahwa pembatasan aksesibilitas pakan selama 2 jam, pakan dalam crop (tembolok) masih tersisa dengan kondisi telah mengalami pencampuran dengan air minum. Pembatasan aksesibilitas pakan yang dilakukan selama 4 jam, kondisi crop, proventikulus dan gizzard ayam sudah kosong namun dengan usus halus yang masih penuh. Pada kondisi tersebut menandakan bahwa saluran pencernaan masih terisi dengan sisa pakan yang dikonsumsi sebelumnya. KESIMPULAN DAN SARAN Ramuan herbal cair maupun serbuk dapat digunakan sebagai alternatif menggantikan antibiotik sintetik walaupun ramuan herbal serbuk cenderung lebih baik dari pada ramuan herbal cair dilihat dari gambaran histopatologi derajat kerusakan berat. Untuk pemberian ramuan herbal sebaiknya digunakan dalam bentuk serbuk agar zat bioaktifnya lebih maksimal dalam membasmi bakteri Salmonella pullorum dan memperbaiki kondisi usus sehingga penyerapan makanan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Afifah, E., dan Tim Lentera. (2003). Khasiat dan Manfaat Temulawak. Pustaka, Jakarta.
Agromedia
Agustina, L., M. Hatta, S. Purwanti. (2009). Penggunaan Ramuan Herbal Untuk Meningkatkan Produktifitas Dan Kualitas Broiler. 1. Analisa Zat Bioaktif dan Uji Aktifitas Antibakteri Ramuan Herbal Dalam Menghambat Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. Pengembangan Sistem Produksi dan Pemanfaatan Sumber Daya Lokal Untuk Kemandirian Pangan Asal Ternak. Prosiding Seminar Peternakan Berkelanjutan. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Jatinangor, 21 – 22 September 2009. Hal 60 – 75. Agustina, L., M. Hatta, S. Purwanti dan Wahyuni. (2010). Penggunaan Ramuan Herbal Untuk Meningkatkan Produktifitas Dan Kualitas Broiler. 3. Penggunaan Ramuan Herbal Untuk Meningkatkan Performa dan Gambaran Histopatologi Organ Dalam Broiler. Prosiding Seminar dan Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 3 – 4 Agustus 2010. Akin Onder, Murat Kapan, Metehan Gumus, Halice Yuksel, Abdullah Boyuk, Harun Alp, Mustafa Kemal Basarili, Ugur Firat, (2011). The Protective Effects of Curcumin on Intestine And Remot Organs Against Mesenteric Ischemia/Reperfusion Injury, Turkish Journal of Gastroentorology, Turky. Awad, W.A., Ghareeb, K., Nitch. (2008). Efect of Dietary Inclution of Probiotic, Prebiotic and Symbiotic on Intestinal Glucose Absorbtion of Broiler Chickens. International Journal of Poultry Science 7:688-691. Banong , S. dan Hakim, M.R. (2011). Pengaruh Umur dan Lama Pemuasan Terhadap Performa dan Karakteristik Karkas Ayam Pedaging. JITP. 1(2): 98 – 106. Gaspersz, V. (1994). Metode perancangan percobaan. CV. Armico, Bandung. Gast, R. K. (1997). Detections of Chickens With Recent Salmonella Pullorum Isolates Using Standart serological methods. Poultry. Sci. 76 : 17 – 23. Griggs, J.P. and J.P. Jacob. (2005). Alternatives to Antibiotics for Organic Poultry Production. J. Appl. Poult. Res. 14: 750-756. Mahendra, B. (2005). 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh. Cetakan ke-1. Penebar Swadaya, Jakarta. Nursal, Wulandari S., dan Juwita W.S. (2006). Bioaktifitas Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Roxb) dalam Menghambat Pertumbuhan Koloni Bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis. Jurnal Biogenesis Vol.2(2) 64 – 66. Poedjiadi, A. (1994). Dasar – Dasar Biokimia. Universitas Indonesia, Jakarta.
Rey, K.A. L.D. Warnick, R.M. Mitchell, J.B. Kaneene, P.L. Ruegg, and S.J. Well. (2006). Antimicrobial Susceptibility of Salmonella From Organic and Conventional Dairy Farms. J. Dairy Sci. 89: 2038-2050. Rukmana, R. (2006). Temulawak Tanaman Rempah Dan Obat. Cetakan VIII. Kanisius, Jakarta. Sarwono. B. (2010). Jamu Untuk Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta. Seeley, H. W., P. J. Van Demark and J. J. Lee. (2001). Microbes in Action: A Laboratory Manual of Microbiology 4th Edition. W. H. Freeman and Company, New York. Suwito. W., Supriadi dan E. Winarti. (2010). Seroprevalensi Antibody Salmonella Pullorum dari Peternakan Sektor IV Ayam Buras Di Gunung Kidul Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional Peternakan Dan Veteriner, Bogor. Syamsiah, S.I. dan Tajuddin. (2005). Khasiat dan Manfaat Bawang Putih Raja Antibiotik Alami. Cetakan IV. Agromedia Pustaka, Jakarta. Wahyuni. (2011). Manual Standar Metoda Diagnosa Laboratorium Bakteri Dan Patologi. Balai Besar Veteriner Maros, Sulawesi Selatan. Wibowo. (2003). Budidaya Bawang. Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tabel 1. Tingkat kerusakan histopatologi usus halus dan hati broiler yang diinfeksi Salmonella pullorum Perlakuan
Proporsi kerusakan histopatologi Usus halus Hati 1 2 3 4 0 1 2 0% 0% 0% 0% 75% 25% 0%
3 0%
4 0%
R0 = Kontrol negatif
0 100%
R1 = Kontrol positif
0%
0%
0%
75%
25%
0%
0%
0%
25%
75%
R2 = Antibiotik bacitrasin 0,01% R3 = Ramuan herbal cair 2,5 ml/liter R4 = Ramuan herbal serbuk 0,15%
0%
50% 50%
0%
0%
25%
25%
25%
25%
0%
0%
0%
50%
25%
25%
0%
0%
50%
25%
25%
0%
50% 25%
25%
0%
0%
0%
50%
50%
0%
Keterangan : Hati : Derajat kerusakan 0 = tidak ada lesi ( normal) 1 = hyperplasia epitel, hemorrhagi focal (sangat ringan) 2 = hemorrhagi, infiltrasi sel radang ( necrotic focal) (ringan) 3 = necrotic multifocal (sedang) 4 = necrotic diffuse (berat) Usus halus : Derajat kerusakan 0 = tidak ada lesi ( normal) 1 = edema, degenerasi hidropik dari hepatosit (sangat ringan) 2 = necrotic focal (ringan) 3 = necrotic multifocal (sedang) 4 = cirrhosis (jaringan ikat massif), necrotic diffuse (berat)
Gambar 1. Histopatologi usus halus dan hati keadaan normal dengan pewarnaan hematokxilin eosin (HE), pembesaran 10 x 10
A. usus halus
B. Hati
Gambar 2. Histopatologi usus halus dan hati kerusakan berat dengan perwarnaan hematokxilin eosin (HE), pembesaran 10 x 10 a
= analisa necrotic diffuse
A. usus halus
a b
b
= analisa degenerasi lemak diffuse = analisa degenerasi lemak diffuse
B. Hati