Konferensi Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (KNIT) 2015 8 Agustus 2015, Bekasi, Indonesia
PEMBERDAYAAN USIA PRODUKTIF DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) DI PROVINSI BANTEN NURHADI Manajemen Informatika, AMIK BSI Jakarta Jl. R.S Fatmawati No. 24, Pondok Labu, Jakarta Selatan Email :
[email protected] ABSTRAK Tujuan dari penelitin ini adalah untuk mengetahui pemberdayaan usia produktif terhadap siswa balai latihan kerja industri (BBLKI)r dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) d Pprovinsi banten populasi adalah 30 orang terutama siswa BBLK DISNAKER kota SERANG data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan SPSS . Hasil penelitian menunjukan bahwa Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara faktor-faktor pemberdayaan usia produktif sebesar 0.563, artinya ada pengaruh antar outcome balai latihan kerja disnaker cukup kuat dan searah (karena hasilnya positif). Searah artinya jika pemberdayaan usia produktif juga tinggi. Korelasi kedua variabel bersifat signifikan karena angka signifikan sebesar 0,000 < 0,05. Besarnya angka R Square (r2) sebesar 0.317, angka tersebut dapat digunakan untuk melihat berdampak siswa balai latihan kerja DISNAKER (koefisien determinan). Angka tersebut mempunyai maksud bahwa analisis adalah 3,17 % dan sisanya dipengaruhi variabel lain. Disarankan agar pemberdayaan usia produktif lebih diprioritaskan karena regenerasi yang handal dan kompetetif sustainable balai latihan kerja disnaker memprioritaskan keseimbangan yang berkelanjutan antara usia produktif dan usia non produktif. Kata kunci: ASEAN comunity, manajemen sumberdaya manusia, trancendental approach, Performanc, Communicatio, keamanan internasional, isu hak atas kekayaan intelektual; multikulturalisme dalam komunitas ASEAN, yang mencakup multikulturalisme dalam industri, produk, pemasaran, dan sumberdaya manusia, kerja sama komunitas ASEAN dibidang sosial dan budaya, interaksi sosial budaya dalam dalam komunitas ASEAN, serta peran sosial media dan teknologi informasi dalam komunitas ASEAN; apakah hal ini menjadi peluang ataukah tantagan bagi negara indonesia pada umumnya terutama dalam bidag politik dan keamanan diera komunitas ASEAN. Dari latar belakang tersebut peneliti hanya membatasi: 1. Apakah dengan pemberdayaan usia produktif mampu mencetak sumberdaya manusia dalam pasar tenaga kerja ekonomi regional ASEAN pada balai besar latihan kerja industri (BBLKI)? 2. Apakah dengan kesiapan instrumen hukum dan sumberdaya manusia serta infrakstruktur pemerintah dalam mencapai iklim ekonomi, politik dan budaya mampu menghadapi era komunitas ASEAN?. Menurut kotler (2000:56) yang dikutip Alma (2007:286) “Total Qualiti Manajemen adalah suatu cara kerja perusahaan yang berusaha mengadakan perbaikan mutu secara terus menerus terhadap proses, produk dan servis yang dihasilkan perusahaan/instansi”. Intinya ialah perbaikan mutu terus menerus, yang dalam manajemen jepang dikenal KAIZEN yang berarti unending improvement, yaitu perbaikan secara kontinu, dalam segala kegiatan perusahaan, sehingga sehingga muncul kualitas yang makin lama, makin baik. Kualitas yang semakin baik harus dapat dirasakan oleh pelanggan. Perbaikan kualitas ini harus pula dipahami oleh seluruh personol
PENDAHULUAN Tahun 2015 Indonesia telah memasuki era komunitas ASEAN bertujuan menggalang kerja sama antar negara anggota dalam rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi, mendorong perdamaian dan stabilitas kawasan serta membentuk kerjasama dalam berbagai bidang demi kepentingan bersama. Searah dengan berbagai kemajuan yng telah berhasil dicapai, sebagai organisasi regional ASEAN telah mengalami perkembangan dimana terdapat kesepakatan antar negara anggota untuk membentuk suatu kawasan yang terintegrasi dalam suatu komunitas yang dikenal sebagai ASEAN comunity. Peluang dan tantangan sumberdaya manusia indonesia diberbagai sektor pembangunan dan pasar tenaga kerja dipasar tenaga kerja dipasar ekonomi regional ASEAN, yang juga mencakup pemberdayaan masyarakat Indonesia dalam menghadapi era eko komunikasi ASEAN, peluang dan tantangan ekonomi dan infrakstuktur bisnis indonesia, yang mencakup; peluang dan tantangan di bidang integrasi ekonomi regional; peluang dan tantangan dibidang usaha kecil menengah (UKM) dan industri kreatif, serta sistem manajemen informasi, kerangka hukum dan kebijakan pemerintah indonesia diera komunitas ASEAN mencakup, kesiapan instrumen hukum dan sumberdaya manusia serta infrakstruktur pemerintah dalam mencapai iklim ekonomi, politik dan budaya, kebijakan pemerintah indonesia dalam mencapai dan memanfaatkan peluang ekonomi, instrumen dan lembaga penyelesaian sengketa pada ketenagakerjaan, bisnis/investasi dan jaminan sosial, isu perdagangan ISBN 978-602-72850-0-2
1
Konferensi Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (KNIT) 2015 8 Agustus 2015, Bekasi, Indonesia sebagai”affordable excellence”. Kualitas dalam perspektif ini bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai.Akan tetapi yang paling bernilai adalah barang atau jasa yang paling tepat dibeli (bestbuy). Menurut parasuraman, zeithaml dan berry dalam buku Kotler (2000:439) mengungkapkan formulasi model kualitas jasa, diperlukan dalam layanan jasa, dalam model ini dijelaskan ada lima gap yang dapat menimbulkan kegagalan penjualan jasa: 1. kesenjagan harapan konsumen dengan persepsi manajemen, 2. kesenjangan persepsi manajemen denga kuaitas jasa, 3. kesenjangan kualitas jasa dengan penyampaian jasa, 4. kesenjangan penyampaian jasa dengan komunikasi eksternal, 5. kesenjangan jasa yang dialami dengan jasa yang diharapkan. Kualitas total suatu jasa terdiri atas tiga komponen utama (Gronroos dalam Hutt dan Speh, 1992) dalam kutipan Tjiptono (2006:60) yaitu: 1. Technical quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas output (keluaran) jasa yang diterima pelanggan. Menurut parasuraman, et al (dalam Bonjanic, 1991), technical quality dapat diperinci lagi menjadi: a. search quality, kaulitas yang dapat dievaluasi pelanggan sebelum membeli. b. Experience quality kualitas yang hanya bisa dievaluasi pelanggan setelah membeli atau mengkonsumsi jasa. c. Credence quality kualitas yang sukar dievaluasi pelaggan meskipun telah mengkonsumsi suatu jasa angterdiri dari: 1. Functional quality komponen yang berkaitan dengan kualitas cara penyampaian suatu jasa dan 2. Corporate image profil, reputasi, citra umum, dan daya tarik khususnya suatu perushaan. Menurut Garvin (dalam Lovelock,1994; Peppard dan Rowland,1995 yang dikutip oleh Fandi Tjiptono dimensi kualitas jasa sebagai kerangka perencanaan strategis dan analisis tersebut adalah: 1. Performance kinerja karakteristik operasi pokok dari produk inti, 2. Features ciri-ciri keistimewaan tambahan yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap. 3. realibility kehandalan kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai. 3. Comformance to specifications kesesuaian dengan spesifikasi sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yag telah ditatapkan sebelumnya. 4. Durability daya tahan berkaitan dengan berapa lama suatu produk dapat digunakan. 5. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi, serta penanganan keluhan yang memuaskan. 6. Estetika, daya tarik produk terhadap panca indra dan 7. Perceived quality kualitas yang dipersepsikan citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya. Parasuraman, Zeithmahl dan Berry melakukan penelitian terhadap beberapa jenis jasa dan berhasil mengidentifikasikan sepuluh faktor
perusahaan, agar mereka tampil dengan kinerja yang prima dan gandrung pada “hight quality” David garvin,1988 dalam kutipan (Chang Zeph Yun, 1998:35) mendefinisikan mutu/kualitas jasa adalah : 1. Melampaui batasan yang lajim: maksudnya adalah mutu tidak dapat didefinisikan, dan hanya dikenali bila kita melihatnya. 2. Basis-produk: mutu berdasarkan ada atau tidak adanya sifat produk yang khusus. 3. Basis-manufaktur: mutu dalam manufaktur yang menyesuaikan suatu produk atau jasa dengan sejumlah persyaratan yang telah ditetapkan sebelumnya. 4. Basis-pemakaian: mutu ditentukan semata-mata oleh kemampuan produk untuk memuaskan persyaratan, harapan atau keinginan pelanggan. 5. Basis-nilai produk/jasa dengan karakteristik tertentu harus ditawarkan dengan harga yang dapat diterima untuk mutu yang didefinisikan. Garvin (Lovelock,1994) dalam kutipan Tjiptono (2006:51), Kualitas jasa dapat diartikan beraneka ragam perspektif tersebut meliputi: 1. Trancendental approach kualitas dipandang sebagai innate excellence, kualitas dapat dirasakan diketahui, tetapi sulit didefinisikan dan diopersionalisasikan. Fungsi perencanaan, produksi, dan pelayanan suatu perusahaan sulit sekali menggunakan definisi seperti ini sebagai dasar manajemen kualitas. 2. Productbased approach menganggap bahwa kualitas merupakan karakteristik atau atribut yang dapat dikuantitatifkan dan dapat diukur. Perbedaan dalam kualitas mencerminkan perbedaan dalam jumlah beberapa unsur atau atribut yang dimiliki produk.Karena pandangan ini sangat objektif, maka tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam selera, kebutuhan, dan preferensi individual. 3. User–based approach ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang memandangnya, sehingga produk yang paling memuaskan preferensi seseorang (misalnya perceived quality) merupakan produk yang berkualitas paling tinggi.Perspektif yang subjektif dan demand-oriented ini juga menyatakan bahwa pelanggan yang berbeda memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula, sehingga kualitas bagi seseorang adalah sama dengan kepuasan maksimum yang dirasakannya. 4. Manufacturingbased approach, Perspektif ini bersifat supply-based dan terutama memperhatikan praktik-praktik perekayasaan dan pemanufakturan,serta mendifinisika kualitas sebagai kesesuaian/ sama dengan persyaratan (conformance to requirements). Dalam sektor jasa, dapat dikatakan bahwa kualitasnya bersifat operation-driven.Pendekatan ini berfokus pada penyesuaian spesifikasi yang dikembangkan secara internal, yang seringkali didorong oleh tujuan peningkatan produktifitas dan penekanan biaya. Jadi yang menentukan kualitas adalah standar-standar yang ditetapkan perusahaan, bukan konsumen yang menggunakannya. 5. Value-based approach, pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai harga.Dengan mempertimbangkan trade-off antara kinerja dan harga,kulitas didefinisikan ISBN 978-602-72850-0-2
2
Konferensi Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (KNIT) 2015 8 Agustus 2015, Bekasi, Indonesia utama yang menentukan kualitas jasa tersebut meliputi dalam kutipan FandiTjiptono (2006:69). 1. Reability mencakup dua hal pokok yaitu konsistensi kerja (performance) dan kemampuan untuk dipercaya (dependability). 2. Responsiveness kemampuan/kesiapan para karyawan untuk memberikan jasa yang dibutuhkan pelanggan. 3. Competence setiap orang dalam suatu perusahaan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan jasa tertentu. 4. Access, meliputi kemudahan untuk dihubungi dan ditemui. Hal ini berarti lokasi fasilitas jasa yang mudah dijangkau,waktu menunggu yang tidak terlalu lama,saluran komunikasi perusahaan mudah dihubungi, dan lain-lain. 5. Courtesy, meliputi sikap sopan santun,respek,perhatian, dan keramahan yang dimiliki para contact personel ( seperti resepsionis, operator telepon,dan lain-lain). 6. Communication, memberikan informasi kepada pelanggan dalam bahasa yang dapat mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. 7. Credibility,sifat jujur dan dapat dipercaya. Kredibilitas mencakup nama perusahaan,reputasi perusahaan, karakteristik pribadi contact personel, dan interaksi dengan pelanggan. 8. Security,aman dari bahaya, risiko, atau keragu-raguan. Aspek ini meliputi keamanan secara Fisik (physical safety), keamanan finansial (financial security), dan kerahasiaan( confidentiality). 9. Understanding/knowing the customer yaitu usaha untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. 10. Tangibles yaitu bentuk fisik dari jasa, bisa berupa fasilitas fisik,peralatan yang dipergunakan, representasi fisik dari jasa. Menutut kotler (2000:440) dalam kutipan Alma (2007:284) mengungkapkan ada lima faktor dominan penentu kualitas jasa disingkat TERRA yaitu: 1. Tangible (berwujud) berupa penampilan fasilitas fisik, peralatan dan berbagai materi komunikasi yang baik, menarik, terawat lancar. 2. Empathy yaitu kesediaan karyawan dan pengusaha untuk lebih peduli memberikan perhatian secara pribadi kepada pelanggan. 3. Responsiveness (cepat tanggap) yaitu kemauan dari karyawan dan pengusaha untuk membantu pelanggan dan memberi jasa dengan cepat serta mendengar dan mengatasi keluhan/complaint dari konsumen. 4. Reability (keandalan) yaitu kemampuan untuk memberikan jasa sesuai dengan yang dijanjikan, terpercaya dan akurat dan konsisten. 5. Assurance (kepastian) yaitu berupa kemampuan karyawan untuk menimbulkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan kepada konsumen. David Garvin, 1988 dalam kutipan (Chang Zeph Yun, 1998:35) mendefinisikan mutu/kualitas jasa adalah: 1. melampaui batasan yang lajim: maksudnya adalah mutu tidak dapat didefinisikan, dan hanya dikenali bila kita melihatnya. 2. Basisproduk: mutu berdasarkan ada atau tidak adanya sifat produk yang khusus. 3. Basis-manufaktur: mutu ISBN 978-602-72850-0-2
dalam manufaktur yang menyesuaikan suatu produk atau jasa dengan sejumlah persyaratan yang telah ditetapkan sebelumnya. 4. Basis-pemakaian: mutu ditentukan semata-mata oleh kemampuan produk untuk memuaskan persyaratan, harapan atau keinginan pelanggan. 5. Basis-nilai produk/jasa dengan karakteristik tertentu harus ditawarkan dengan harga yang dapat diterima untuk mutu yang didefinisikan. Menurut Zeithaml et al, (1990) dalam kutipan (Chang Zeph Yun, 1998:35) mutu pelayanan didefinisikan sebagai ketidakcocokan antara harapan dan persepsi pelanggan. Sepuluh dimensi mutu pelayanan adalah: 1. Tak nyata: penampilan fasilitas fisik, peralatan, tenaga kerja, dan materi komunikasi. 2. Daya uji: kemampuan menunjukansebagai jasa yang dapat diandalkan dan akurat seperti dijanjikan. 3. Daya tanggap: kemampuan membantu pelanggan dan menyediakan layanan dengan segera. 4. Keterampilan: memiliki keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan utuk memberikan pelayanan dengan maksud. 5. Keramahan: sopan santun, penghargaan, perhatian, dan persahabatan dari orang yang menghubunginya. 6. Kredibilitas : ketulusan kepercayaan, kejujuran dari pemberi layanan. 7. Keamanan : kebebasan dari bahaya, risiko, atau keragu-raguan. 8. Akses : kemudahan untuk didedikasi dan dihubungi. 9. Komunikasi : memberikan pengetahuan yang dapat dipahami oleh pelanggan dan mendengarkan mereka. 10. Pengertian : berusaha mengenal pelanggan dan kebutuhan. Berdasarkan konsep keterkaitan antara variabel-variabel dalam penelitian ini maka bentuk kerangka berpikir atau kerangka penelitian dapat disusun seperti:
Variabel yang digunakan meliputi: variabel menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) (Y) pemberdayaan usia produktif (X1),pendidikan siswa balai latihan kerja industri (X2). Guna memperoleh data-data yang diperlukan digunakan metode kuesioner yang diberikan kepada responden sesuai dengan sampel. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pemberdayaan usia produktif terhadap siswa balai besar latihan kerja industri (BBLKI) DISNAKER dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN 3
Konferensi Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (KNIT) 2015 8 Agustus 2015, Bekasi, Indonesia (MEA) diprovinsi Banten yang bertempat di Jl pandeglang Sumur pecung, Kec. Serang, Kota Serang, Banten. Bentuk penelitian adalah kuantitatif deskriptif dengan jenis penelitian survey, dan desain korelasional kausalitas. Populasi dalam penelitian ini adalah 10 pertanyaan dan jumlah sampel sebesar 30 responden. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode sampling jenuh atau sensus. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu: 1. Kuesioner : Teknik pengumpulan data yang diperlukan dengan cara mengajukan daftar pernyataan yang langsung diberikan kepada responden, 2. Wawancara (Interview); Pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab langsung berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang sudah dipersiapkan guna memperoleh informasi yang lengkap. Skor yang diperoleh setelah mengisi kuesioner yang digunakan dengan skala Likert. Instrumen dari variabel ini disusun berdasarkan kisi-kisi dan menetapkan 10 butir pernyataan, dimana setiap butir mempunyai lima alternatif jawaban yaitu : sangat
setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (RR), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Pemberian skor dari pernyataan yang diberikan adalah 5, 4, 3, 2, dan 1. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis yang diperoleh sebagai berikut: Berdasarkan Analisis perhitungan diperoleh angka korelasi antara Pemberdayaan usia produktif terhadap siswa balai besar latihan kerja industri (BBLKI) DISNAKER dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) diprovinsi Banten sebesar 0.563 korelasi sebesar 0.563 artinya ada pengaruh Pemberdayaan usia produktif secara simultan balai besar latihan kerja industri (BBLKI) cukup kuat dan searah (karena hasilnya positif), searah artinya jika Pemberdayaan usia produktif terhadap siswa tinggi maka mampu menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA). Korelasi kedua variabel bersifat signifikan karena angka signifikan sebesar 0,000 < 0,05.
Tabel 1.
Besarnya angka R Square (r 2) sebesar 0.317 angka tersebut dapat digunakan untuk melihat analisis Pemberdayaan usia produktif terhadap siswa balai besar latihan kerja industri (BBLKI) DISNAKER dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) diprovinsi Banten (koefisien determinan). Angka tersebut mempunyai maksud bahwa analisis
Pemberdayaan usia produktif terhadap siswa balai besar latihan kerja industri (BBLKI) DISNAKER dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) diprovinsi Banten adalah 3,17 % dan sisanya dipengaruhi variabel lain sebesar 96,83%.
Tabel 2. Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) 33,840 sumberdaya ,445 manusia kinerja kerja 1,261 produktif a Dependent Variable: balai besar latihan kerja
Std. Error 7,631
Dari tabel koefisien dapat dikatakan: persamaan Regresi Y = 33,840+0.445 + 1,261 + e a. = 33,840 artinya jika tidak ada analisis pemberdayaan usia produktif terhadap siswa balai ISBN 978-602-72850-0-2
Standardized Coefficients Beta
t 4,434
Sig. ,000
,475
,164
,937
,357
,465
,474
2,713
,011
besar latihan kerja industri maka tidak mampu menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) b1 = 0.445 artinya jika motivasi siswa ditingkatkan sebesar satu kesatuan , dengan asumsi usia produktif 4
Konferensi Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (KNIT) 2015 8 Agustus 2015, Bekasi, Indonesia konstan, maka mampu menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) bertambah. b2 = 1,261 jika Pemberdayaan usia produktif ditingkatkan sebesar satu kesatuan, dengan asumsi
siswa balai besar latihan kerja industri maka mampu menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN bertambah.
Tabel 3. ANOVA(b) Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 272,386 2 136,193 6,252 ,006(a) Residual 588,177 27 21,784 Total 860,563 29 a Predictors: (Constant), kinerja kerja produktif, sumberdaya manusia b Dependent Variable: balai besar latihan kerja Rekomendasi untuk penelitian ini adalah: 1. Hasil uji hipotesis diperoleh F hitung = 6,252 , Pemerintah baiknya mempersiapkan untuk dibandingkan dengan F tabel yang menggunakan menyiapkan sumberdaya manusia indonesia taraf kesalahan 5% diperoleh nilai F tabel = 3,61 jadi diberbagai sektor pembangunan dan pasar tenaga F hitung > F tabel (6,252 > 3,61), maka Ho ditolak kerja ekonomi regional ASEAN, 2. Memprioritaskan dan Ha diterima, artinya ada pengaruh antara pemberdayaan masyarakat indonesia dalam Pemberdayaan usia produktif terhadap siswa balai menghadapi era eko komunikasi ASEAN, 3. peluang besar latihan kerja industri (BBLKI) DISNAKER dan tantangan di bidang integrasi ekonomi regional; dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN peluang dan tantangan dibidang usaha kecil (MEA) diprovinsi Banten menengah (UKM) dan industri kreatif, serta sistem manajemen informasi, kerangka hukum dan kebijakan pemerintah indonesia diera komunitas KESIMPULAN ASEAN mencakup, kesiapan instrumen hukum dan Tahun 2015 indonesia telah memasuki era sumberdaya manusia serta infrakstruktur pemerintah komunitas ASEAN bertujuan menggalang kerja sama dalam mencapai iklim ekonomi, politik dan budaya, antar negara anggota dalam rangka mempercepat kebijakan pemerintah indonesia dalam mencapai dan pertumbuhan ekonomi, mendorong perdamaian dan memanfaatkan peluang ekonomi, instrumen dan stabilitas kawasan serta membentuk kerjasama dalam lembaga penyelesaian sengketa pada ketenagakerjaan, berbagai bidang demi kepentingan bersama. bisnis/investasi dan jaminan sosial, isu perdagangan Berdasarkan Analisis perhitungan diperoleh angka internasional, isu hak atas kekayaan intelektual. korelasi antara Pemberdayaan usia produktif terhadap siswa balai besar latihan kerja industri (BBLKI) DAFTAR PUSTAKA DISNAKER dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) diprovinsi Banten sebesar 0.563 Alma, Buchori. (2007) Manajemen Pemasaran dan korelasi sebesar 0.563 artinya ada pengaruh Pemasaran Jasa. Bandung: Alfa Beta. Pemberdayaan usia produktif secara simultan balai Chang zeph yun The Quest for global quality kualitas besar latihan kerja industri (BBLKI) cukup kuat dan global Adisson wesley searah (karena hasilnya positif), searah artinya jika Kirom, Bahrul. (2010) Mengukur Kinerja Pelayanan Pemberdayaan usia produktif terhadap siswa tinggi dan Kepuasan Konsumen Pustaka maka mampu menghadapi masyarakat ekonomi Rekacipta. ASEAN (MEA). Korelasi kedua variabel bersifat Rangkuti, Freddy. (2002) Measuring Customer signifikan karena angka signifikan sebesar 0,000 < Satisfaction Teknik: Mengukur dan 0,05. Besarnya angka R Square (r2) sebesar 0.317 Strategi Meningkatkan Kepuasan angka tersebut dapat digunakan untuk melihat analisis Pelanggan. Jakarta: Gramedia Pustaka. Pemberdayaan usia produktif terhadap siswa balai Silalahi, Bennet. (2000). Manajemen Sumberdaya besar latihan kerja industri (BBLKI) DISNAKER Manusia STIM LPMI Jakarta. dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN Tjiptono, Fandy. Manajemen jasa Andi Jogjakarta (MEA) diprovinsi Banten (koefisien determinan). Hermawan, Asep. (2003). “Pedoman Praktis Angka tersebut mempunyai maksud bahwa analisis Metodologi Penelitian Bisnis”. Jakarta : Pemberdayaan usia produktif terhadap siswa balai Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi besar latihan kerja industri (BBLKI) DISNAKER Universitas Jakarta. dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN Ardana, I Komang (2011) Manajmen Sumberdaya (MEA) diprovinsi Banten adalah 3,17 % dan sisanya Manusia, Jogjakarta: Graha Ilmu dipengaruhi variabel lain. Model 1
ISBN 978-602-72850-0-2
5
Konferensi Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (KNIT) 2015 8 Agustus 2015, Bekasi, Indonesia Hasan, Iqbal (2003). Statistik Inferensi. Jakarta: Bumi Aksara. Fahmi, Irham (2010). Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta. Jasfar, Farida. (2002). Manajemen Jasa : Pendekatan Terpadu. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti. Manurung, Jonni J. (2005) Ekonometrika Teori dan Aplikasi Elekmedia komputindo Jakarta.
ISBN 978-602-72850-0-2
Kotler, Philip and Kevin Lane Keller, 2008. Marketing Management, twelfth Edition, New Jersey : Pearson Education, Inc. Malayu SP Hasibuan (2005) organisasi dan motivasi dasar peningkatan produktivitas Bumi aksara http://semnas.fisip.ut.ac.id 2015 peluang dan tantangan indonesia dalam komunitas ASEAN 2015
6