PEMBENTUKKAN PERILAKU KONSUMSI SISWA MELALUI PEMBELAJARAN EKONOMI Intan Mayasari Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Unesa Ketintang Abstract The study attempts to examine the influence of economics instruction on consumption behavior of eleventh-graders of social science in SMAN 1 Surabaya. The sample comprised 60 eleventh-graders of social science at SMAN 1 Surabaya. Data were collected through the use of questionnaire and interview. The data were then analyzed by using simple regression technique. The result of the data analysis shows economics instruction has a significant influence on the consumption behavior by 42.4 %. Other factors excluded from this study affect the consumption behavior by 557.6 %. Keywords: economics instruction, consumption behavior PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Masa tumbuh kembang pada siswa merupakan masa penting dalam membentuk kepribadian siswa, oleh karena itu pendidikan merupakan suatu bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terciptanya kepribadian yang utama. Pendidikan juga merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang bertujuan untuk membentuk kedewasaan anak dan mengetahui sifat dasar yang ada pada diri anak atau manusia. Tujuan pendidikan tersebut dapat dicapai dengan beberapa penunjang. Salah satu unsur penunjang tersebut adalah proses pembelajaran. Maka dapat dipahami bahwa dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya dituntut untuk memiliki sejumlah pengetahuan, tetapi juga dituntut untuk memiliki pengalaman dan kepribadian yang baik mengenai pengetahuan yang
dimilikinya. Pemerintah berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama dari segi aspek afektifnya dengan cara menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dengan tujuan siswa akan mempunyai kecakapan hidup dalam berbagai bidang, termasuk bidang ekonomi. Terkait kecakapan hidup siswa SMA, mata pelajaran ekonomi memiliki peran penting dalam membentuk sikap dan perilaku yang rasional, terutama dalam pengambilan keputusan yang berkaitan perilaku konsumsi. Masa remaja merupakan masa mencari jati diri. Dalam hal ini remaja belum mempunyai dasar atau prinsip yang kuat dalam berperilaku, terutama dalam berkonsumsi. Belum adanya dasar atau prisip yang kuat dalam berkonsumsi dapat
36
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Masa tumbuh kembang pada siswa merupakan masa penting dalam membentuk kepribadian siswa, oleh karena itu pendidikan merupakan suatu bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terciptanya kepribadian yang utama. Pendidikan juga merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang bertujuan untuk membentuk kedewasaan anak dan mengetahui sifat dasar yang ada pada diri anak atau manusia. Tujuan pendidikan tersebut dapat dicapai dengan beberapa penunjang. Salah satu unsur penunjang tersebut adalah proses pembelajaran. Maka dapat dipahami bahwa dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya dituntut untuk memiliki sejumlah pengetahuan, tetapi juga dituntut untuk memiliki pengalaman dan kepribadian yang baik mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Pemerintah berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama dari segi aspek afektifnya dengan cara menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dengan tujuan siswa akan mempunyai kecakapan hidup dalam berbagai bidang, termasuk bidang ekonomi. Terkait kecakapan hidup siswa SMA, mata pelajaran ekonomi memiliki peran penting dalam membentuk sikap dan perilaku yang rasional, terutama dalam pengambilan keputusan yang berkaitan perilaku konsumsi. Masa remaja merupakan masa mencari jati diri. Dalam hal ini remaja belum mempunyai dasar atau prinsip yang kuat dalam berperilaku, terutama dalam berkonsumsi. Belum adanya dasar atau prisip yang kuat dalam berkonsumsi dapat
mengarahkan siswa untuk berperilaku konsumtif. Hasil survei Spire Research & Consulting yang dilakukan pada OktoberNovember 2007 terhadap 1.000 responden di lima kota (Jakarta, Surabaya, Semarang, Medan, dan Makassar) menyebutkan bahwa nilai pasar konsumtif ABG itu berkisar antara 10-12 triliun setahun. Itu hanya dari perhitungan konsumtif, dari pengeluaran langsung ABG tersebut. Selain itu, masih ada biaya pendidikan dan sandang-pangan yang disediakan oleh orangtua. Sebanyak 50% dari ABG yang telah disurvei memiliki pengeluaran uang jajan per bulan Rp 50.000 - Rp 150.000. Jadi, per orang rata-rata Rp 100.000 per bulan, dan setahun sekitar Rp 1.200.000. Jumlah populasi dalam survey ini sekitar 5-10 juta jiwa (ini jumlah yang sudah mempunyai daya beli atau uang jajan). Survey tersebut menunjukkan bahwa ratarata ABG berperilaku konsumtif maka upaya yang bisa dilakukan dalam rangka mengarahkan perilaku konsumsi siswa adalah melalui pembelajaran atau penyampaian materi mata pelajaran ekonomi terutama materi yang mendasari perilaku konsumsi siswa. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Surabaya karena mayoritas siswa SMA Negeri 1 Surabaya berasal dari keluarga kelas ekonomi menengah ke atas dengan kemampuan finansial yang tinggi. Sehingga keadaan tersebut dapat mendorong timbulnya perilaku konsumtif bagi siswa. Selain itu fakta lain yang menunjukkan bahwa siswa berperilaku konsumtif adalah berdasar hasil wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran ekonomi yaitu Bapak Sunoto. Beliau menyatakan bahwa SMA Negeri 1 Surabaya menerapkan sistem full day. Pada sistem full day ini terdapat dua kali jam istirahat bagi siswa oleh karena itu kebutuhan siswa untuk makan maupun jajan 37
menjadi lebih banyak dan selama di sekolah siswa lebih suka membeli jajan di sekolah dari pada membawa bekal dari rumah. Siswa kelas XI IPS merupakan siswa yang pernah mendapat mata pelajaran ekonomi yang berhubungan dengan perilaku konsumsi di kelas X. Selain itu pengetahuan mereka tentang ilmu ekonomi diperdalam lagi di kelas XI sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan siswa tentang ilmu ekonomi sudah cukup memadahi. Pada penelitian ini diharapkan, pemahaman siswa tentang ilmu-ilmu ekonomi yang diperoleh dari proses pembelajaran mata pelajaran ekonomi dapat menjadi arahan siswa dalam perilaku konsumsinya. Pembatasan Penelitian Mengingat keterbatasan penulis baik dari segi kemampuan, waktu dan tenaga, maka dalam penelitian ini penulis membatasi penelitian pada hal- hal berikut ini : a. Penelitian dilakukan kepada siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Surabaya. b. Penelitian tidak berkait dengan kondisi di luar lingkungan kesiswaan KAJIAN TEORI Pembelajaran Oemar Hamalik (2008:77) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu sistem atau suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen–komponen yang berinteraksi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Kenneth D. Moore dalam Dede Rosyada (2004:91) mendefinisikan pembelajaran sebagai sebuah tindakan dari seseorang yang mencoba untuk membantu orang lain mencapai kemajuan dalam berbagai aspek
seoptimal mungkin sesuai dengan potensinya. Syaiful Sagala (2008:9) mendefinisikan pembelajaran pada hakikatnya suatu proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga menumbuhkan dan mendorong siswa belajar. Komponen Pembelajaran Mata Pelajaran Ekonomi Muhammad Affandi (2009:8) menjelaskan komponen- komponen dalam pembelajaran yang dapat disarikan sebagai berikut: a. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan penjabaran dari tujuan-tujuan yang ada di atasnya, yaitu tujuan bidang studi, tujuari satuan pendidikan (institusi), dan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pembelajaran ini merupakan tujuan intermedier atau tujuan antara untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. b. Materi Pembelajaran. Alam S (2007: 3 - 283) menjelaskan bahwa materi mata pelajaran ekonomi pembentukan perilaku konsumsi dapat disarikan sebagai berikut: 1) Kebutuhan Manusia Kebutuhan adalah segala sesuatu yang diperlukan manusia untuk mencapai kemakmuran. Terdapat perbedaan kebutuhan antara satu individu dan individu lainnya atau antara satu kelompok dan kelompok lainnya. Macam- macam kebutuhan diantaranya adalah: (1) kebutuhan menurut tingkat intensitas (2) kebutuhan menurut sifat (3) kebutuhan menurut waktu. 2) Konsumsi Kegiatan konsumsi adalah pembelanjaan barang dan jasa yang 38
dipakai langsung untuk memuaskan keinginan konsumen. Sedangkan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya konsumsi adalah sikap hemat. 3) Tabungan Tabungan adalah bagian dari pendapatan yang tidak digunakan untuk kegiatan konsumsi. Rumah tangga dan perusahaan menabung untuk memenuhi kebutuhan yang akan datang. Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya tabungan adalah sikap hemat. 4) Uang Uang adalah suatu benda yang dengan mudah dan umum diterima oleh masyarakat untuk pembayaran pembelian barang, jasa, dan barang berharga lainnya, dan untuk pembayaran utang. Fungsi uang adalah: (1) sebagai alat tukar, (2) alat penyimpan kekayaan, (3) alat pengalih kekayaan, (4) sebagai pengukur pembayaran yang ditunda. c. Metode Pembelajaran Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru guna kepentingan pembelajaran. Metode pembelajaran dikatakan tepat dan baik jika dapat mendukung dan didukung oleh faktorfaktor pembelajaran. Adapun macammacam metode pembelajaran antara lain: metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, dan metode resitasi Definisi Perilaku Konsumsi
David Chaney (2003) dalam Aisyah Azzahra (2010:1) mendefinikan konsumsi adalah “seluruh tipe aktifitas sosial yang orang lakukan sehingga dapat dipakai untuk mencirikan dan mengenal mereka, selain sebagai tambahan apa yang mungkin mereka lakukan untuk hidup. Paul Anthony Samuelson (2000) dalam Hikmah Endraswati (2009:1) menjelaskan “konsumsi adalah kegiatan menghabiskan nilai guna barang dan jasa”. Edwin Narteh (2011:1) menjelaskan “Consumption behavior is people’s buying attitudes and intentions”. Indikator Perilaku Konsumsi. Erich Fromm (1995) dalam Gunita Aryani (2006:31) mengemukakan bahwa ”keinginan masyarakat dalam era kehidupan modern untuk mengkonsumsi sesuatu, telah kehilangan hubungan dengan kebutuhan yang sesungguhnya”. Pendapat tersebut di atas mengindikasikan bahwa perilaku seseorang dalam mengkonsumsi suatu barang bukan hanya untuk memenuhi kebutuhannya saja akan tetapi juga untuk memuaskan keinginannya akan kepemilikan terhadap suatu barang tanpa melihat fungsi ekonomisnya. Berdasar penjelasan tersebut, maka dalam perilaku konsumsi terdapat dua dua indikator, yaitu : 1. Perilaku Tidak Konsumtif Icha Nasution (2010:12) menjelaskan tiga indikator perilaku tidak konsumtif yang dapat disarikan sebagai berikut: a. Bijak dengan Perencanaan Keuangan. Perencanaan keuangan adalah suatu bentuk tindakan yang bertujuan untuk membantu menganalisa dan mengelola keuangan individu agar dapat tercapai target keuangan 39
maupun gaya hidup sebagaimana yang diharapkan. Perencanaan keuangan secara komprehensif dapat meningkatkan kualitas hidup dengan cara mengurangi kekhawatiran akan kepastian masa depan finansial seseorang. b. Perencanaan Pos Anggaran. Hal yang bisa dilakukan dalam rangka perencanaan pos anggaran memperjelas pos- pos keuangan agar tidak ada alasan untuk menghabiskan uang saku demi kebutuhan yang sebenarnya bisa dihemat dan siasati c. Mensiasati Posting Anggaran. Hal yang perlu dilakukan dalam rangka mensiasati posting anggaran adalah dengan menabung. Menabung harus dilakukan demi masa depan. Dana yang ditabung bisa digunakan untuk membiayai keperluan di masa depan. Program tabungan akan bisa berhasil apabila siswa memilki tekad kuat dan disiplin yang tinggi dalam menggunakan anggaran yang sudah dimiliki. 2. Perilaku Konsumtif. Tambunan (2001) dalam Gunita Aryani (2006:30) menjelaskan dua indikator perilaku konsumtif yang dapat disarikan sebagai berikut: a. Adanya suatu keinginan mengkonsumsi secara berlebihan. Hal ini akan menimbulkan pemborosan dan bahkan inefisiensi biaya, apalagi bagi remaja yang belum mempunyai penghasilan sendiri. 1) Pemborosan
Perilaku konsumtif yang memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai produknya untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok. Perilaku ini hanya berdasarkan pada keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal. 2) Inefisiensi Biaya Pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja yang biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya sehingga menimbulkan inefisiensi biaya. b. Perilaku tersebut dilakukan bertujuan untuk mencapai kepuasan semata. Kebutuhan yang dipenuhi bukan merupakan kebutuhan yang utama melainkan kebutuhan yang dipenuhi hanya sekedar mengikuti arus mode, ingin mencoba produk baru, ingin memperoleh pengakuan sosial tanpa memperdulikan apakah memang dibutuhkan atau tidak. 1) Mengikuti Mode Di kalangan remaja yang memiliki orang tua dengan kelas ekonomi yang cukup berada, terutama di kota-kota besar, mall sudah menjadi rumah kedua. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti mode yang sedang beredar. Padahal mode itu sendiri selalu berubah sehingga 40
para remaja tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya. 2) Memperoleh Pengakuan Sosial Perilaku konsumtif pada remaja sebenarnya dapat dimengerti bila melihat usia remaja sebagai usia peralihan dalam mencari identitas diri. Remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi bagian dari lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai atribut yang sedang in. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian Rancangan penelitian penulis yaitu bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran mata pelajaran ekonomi terhadap perilaku konsumsi siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Surabaya. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Surabaya, yang terdiri dari kelas XI-1 IPS sebanyak 32 siswa dan kelas XI IPS-2 sebanyak 31 siswa. Jadi jumlah populasi adalah 63 Siswa. Suharsismi Arikunto (2002:112) menjelaskan sebagai berikut ”untuk ancerancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 2025% atau lebih”. Berdasarkan pendapat Arikunto yang menyatakan apabila subjeknya kurang dari
100, lebih baik diambil semua, maka dalam penelitian ini peneliti mengambil seluruh populasi yang terdiri dari 63 siswa. Sehingga penelitian ini merupakan penelitian atas populasi. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini instrumen yang digunakan untuk memperoleh data adalah angket. Teknik angket digunakan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran mata pelajaran ekonomi terhadap perilaku konsumsi siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Surabaya, sedangkan teknik pengumpulan data adalah wawancara dan observasi. Teknik wawancara digunakan untuk mencari data lebih lanjut mengenai proses pembelajaran mata pelajaran ekonomi, sedangkan teknik observasi digunakan untuk mengetahui tentang lingkungan sekolah dan keadaan siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Surabaya. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Dalam penelitian ini terdapat 2 jenis angket yang diberikan kepada siswa, angket yang pertama digunakan untuk menilai pembelajaran mata pelajaran ekonomi (X), sedangkan angket yang kedua digunakan untuk mengetahui perilaku konsumsi (Y) siswa XI IPS SMA Negeri 1 Surabaya. Kisi- kisi angket dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
41
Tabel 1 Indikator Variabel Pembelajaran Mata Pelajaran Ekonomi dan Perilaku Konsumsi Variabel Penelitian Pembelajaran mata pelajaran ekonomi (X)
Perilaku konsumsi (Y)
Indikator Variabel a. b. c. d. a.
b.
Kebutuhan manusia Konsumsi Tabungan Uang Perilaku tidak Konsumtif Perilaku Konsumtif
Jumlah Item Soal
Soal No
20
1 - 20
15
21-35
Teknik analisa data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis statistik yang meliputi: uji normalitas, regresi sederhana, uji t, dan koefisien determinasi. Hasil Penelitian Proses Pembelajaran Mata Pelajaran Ekonomi Berikut data wawancara mengenai kondisi proses pembelajaran mata pelajaran ekonomi dengan guru mata pelajaran ekonomi yaitu Bapak Sunoto pada tanggal 25 April 2011 yang bertempat di SMA Negeri 1 Surabaya. a. Pra Pembelajaran 1) Apakah guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa? Iya, pada awal pembelajaran, sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru mata pelajaran ekonomi menyampaikan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran yang hendak dicapai pada pembelajaran hari itu dengan tujuan agar kegiatan pembelajaran bisa berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
2) Apakah guru memeriksa kesiapan siswa terhadap materi mata pelajaran ekonomi yang akan disampaikan? Iya, pada akhir kegiatan pembelajaran guru memberitahukan kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari pada minggu berikutnya dengan tujuan agar siswa mempelajari materi tersebut dan untuk mengecek apakah siswa sudah mempelajari materi tersebut dan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa, guru memberi pertanyaan kepada siswa tentang materi yang akan dibahas pada pertemuan hari itu. 3) Apakah guru melakukan kegiatan apersepsi? Iya, antara materi yang satu saling berkaitan dengan materi yang lain. Oleh karena itu agar siswa mengetahui keterkaitan di antara materi tersebut maka guru berusaha memberikan apersepsi pada awal kegiatan pembelajaran. b. Kegiatan Inti Pembelajaran 1) Pada materi yang mendasari perilaku konsumsi siswa seperti materi kebutuhan manusia, apakah guru berusaha mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan realitas kehidupan? Iya, pada materi yang mendasari perilaku konsumsi siswa, upaya yang dilakukan oleh guru ekonomi di SMA Negeri 1 Surabaya dalam rangka membentuk perilaku siswa yang dalam hal ini adalah perilaku konsumsi adalah guru berusaha memberikan contoh- contoh perilaku konsumsi yang bijak dalam kehidupan sehari – hari yang berkaitan dengan materi yang disampaikan pada pertemuan hari itu. 42
2) Apakah guru berusaha memberikan motivasi kepada siswa untuk mengaplikasikan teori pada materi yang telah diajarkan? Iya, guru juga berusaha memberikan motivasi kepada siswa agar siswa merasa tertarik dan sadar akan pentingnya mengaplikasikan teori yang telah diperoleh pada kegiatan pembelajaran tersebut. Peran guru dalam upaya membentuk perilaku siswa terutama perilaku konsumsi sudah diupayakan sedemikian rupa melalui proses pembelajaran, akan tetapi kebanyakan proses pembelajaran masih bersifat teoritis, sedangkan untuk aplikasinya masih sangat sulit. c. Pemanfaatan Media Pembelajaran 1) Media apa yang digunakan agar siswa mudah memahami materi yang disampaikan? Penggunaan media pembelajaran tergantung dengan materi yang disampaikan. Sejauh ini media yang sering digunakan adalah media Power Point. d. Pemanfaatan Metode Pembelajaran 1) Metode apa yang digunakan dalam rangka aplikasi teori yang disampaikan pada proses pembelajaran? Melihat dari kondisi siswa yang masih sulit dikondisikan dan keterbatasan waktu mayoritas guru pada suatu proses pembelajaran masih menggunakan metode ceramah akan tetapi untuk menindak lanjuti kegiatan pembelajaran tersebut guru juga memberikan tugas kepada siswa agar siswa memiliki rasa tanggung jawab. e. Penilaian Proses Pembelajaran
1) Bagaimana penilaian guru untuk mengetahui kemajuan belajar siswa terhadap meteri yang telah diajarkan? Untuk mengetahui kemajuan siswa dari segi kognitif, guru menggunakan tes tulis sedangkan untuk mengetahui kemajuan siswa dari segi afektifnya, guru menilai siswa dari perilaku siswa dalam lingkungan sekolah. 2) Bagaimana tingkat pemahaman siswa terhadap materi dan aplikasi materi yang mendasari perilaku konsumsi siswa? Pemahaman siswa terhadap materi sudah cukup baik. Akan tetapi untuk aplikasi materi yang mendasari perilaku konsumsi masih sangat kurang. Hal ini dikarenakan kondisi psikologis siswa masih labil karena masa remaja merupakan masa mencari jati diri dan masa mencoba – coba jadi dalam perilaku konsumsinya siswa masih sering terpengaruh oleh temen sebayanya. Jadi bisa dikatakan bahwa proses pembelajaran masih bersifat teoritis. Pengaruh Pembelajaran Mata Pelajaran Ekonomi Terhadap Perilaku Konsumsi Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Surabaya Tabel 2 Perhitungan Statistics Data Angket Pembelajaran Mata Pelajaran Ekonomi dan Perilaku Konsumsi Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Surabaya
43
N Valid Missing Mean Median Mode Std. Deviation Sum
Pembel PerilakuKonsu ajaran msi 60 60 0 0 78.916 55.7833 7 79.000 56.0000 0 78.00 56.00 8.3914 6.90883 6 4735.0 3347.00 0
Berdasar tabel di dijelaskan sebagai berikut:
atas,
dapat
1) Pembelajaran Mata Pelajaran Ekonomi Pada tabel di atas menunjukkan hasil mean 78,9167 dan standar deviasi 8,39146 maka variabel pembelajaran mata pelajaran ekonomi dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Sangat tidak baik = X < Mean – 2(SD 2. Tidak baik = Mean – 2(SD) < X < Mean – 1(SD) 3. Sedang = Mean – 1(SD) < X < Mean + 1(SD) 4. Baik = Mean + 1(SD) < X < Mean + 2(SD) 5. Sangat baik = Mean + 2(SD) < X Berikut disajikan tabel klasifikasi variabel pembelajaran mata pelajaran ekonomi
Tabel 3 Kategori Variabel Pembelajaran Mata Pelajaran Ekonomi Interval
Kategori
Frekuensi
X < 62,13378 62,13378 < X < 70,52524 70,52524 < X < 87,30816 87,30816 < X < 95,6992 95,69962 < X
Sangat tidak baik Tidak baik Sedang Baik Sangat Baik
3 6 43 8 0
Persentase (%) 5 10 71,67 13,33 0
44
Berdasar hasil perhitungan pada tabel di atas, maka variabel Pembelajaran mata pelajaran ekonomi di SMAN 1 Surabaya terletak pada kategori sedang yaitu sebesar 71,67%. Hal ini berarti bahwa pemahaman siswa pada materi kebutuhan manusia, konsumsi, tabungan, dan uang dari proses pembelajaran mata pelajaran
48,87447 < X < 62,69213 Sedang 62,69213 < X < 69,60096 Baik 69,60096 < X Sangat Baik Berdasar hasil perhitungan di atas, maka variabel perilaku konsumsi siswa XI IPS di SMAN 1 Surabaya terletak pada kategori sedang yaitu sebesar 68,33%. Analisis Regresi Sederhana H Mode Unstandardized Standardized asil l Coefficients Coefficients t Sig. perhitung Std. an B Error Beta analisis 1 (Constant) 13.008 6.457 2.014 .049 regresi Pembelajara .542 .081 .658 6.661 .000 linier n sederhana ekonomi di SMAN 1 Surabaya adalah akan disajikan dengan menggunakan tergolong sedang. program SPSS 14 .0 for Windows berikut ini : 2) Perilaku Konsumsi Berdasar hasil perhitungan dengan Tabel 5 pada tabel 4.21 menunjukkan hasil Coefficients(a) mean pada variabel perilaku konsumsi adalah sebesar 55,7833 dan standar deviasi 6,90883, maka variabel perilaku konsumsi dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Sangat tidak baik = X < Mean – 2(SD) Dependent Variable: PerilkuKonsumsi 2. Tidak baik = Mean – 2(SD) < X < Mean – 1(SD) Tabel di atas menjelaskan ada 3. Sedang = Mean – 1(SD) < X tidaknya pengaruh variabel bebas yaitu < Mean + 1(SD) pembelajaran mata pelajaran ekonomi dan 4. Baik = Mean + 1(SD) < X variabel terikat yaitu perilaku konsumsi. < Mean + 2(SD) Berdasar tabel tersebut dapat diperoleh 5. Sangat baik = Mean + 2(SD) < X persamaan matematis sebagai berikut: Y = 13,008 + 0,542X Berikut disajikan tabel klasifikasi variabel Berdasar persamaan di atas dapat pembelajaran mata pelajaran ekonomi dijelaskan sebagai berikut: Tabel 4 a. Konstanta sebesar 13,008 menyatakan Kategori Variabel Perilaku bahwa jika pembelajaran mata Konsumsi pelajaran ekonomi (X) = 0 maka besarnya perilaku konsumsi akan Interval Kategori Frekuensi Persentase konstan sebesar 13,008 satuan. (%) b. Koefisien regresi pembelajaran mata X < 41,96564 Sangat tidak baik pelajaran 2 ekonomi3,33 (X) 0,542 artinya 41,96564 < X < 48,87447 Tidak baik jika 6pembelajaran10 mata pelajaran 45
ekonomi berubah satu satuan maka perilaku konsumsi akan berubah sebesar 0,542 satuan dengan anggapan variabel lain tetap. Tanda positif pada koefisien regresi melambangkan
Model 1
R Squa re
Adjust ed R Squar e
Std. Error of the Estimate
R .658 .433 .424 5.24499 (a) adanya hubungan searah antara variabel X dan variabel Y, dimana kenaikan variabel pembelajaran mata pelajaran ekonomi menyebabkan kenaikan perilaku konsumsi.
Mode l
1
(Constant) Pembelajara n
pelajaran ekonomi terhadap perilaku konsumsi siswa XI IPS di SMA Negeri 1 Surabaya. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh variabel pembelajaran mata pelajaran ekonomi terhadap perilaku konsumsi. Hasil perhitungan koefisien determinasi menggunakan program SPSS 14 for Windows adalah sebagai berikut:
a Predictors: (Constant), Pembelajaran b Dependent Variable: PerilkuKonsumsi Besarnya angka koefisien determinasi dalam perhitungan di atas
Tabel 7 Model summary Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. B Error Beta 13.008 6.457 .542
.081
Uji t Untuk menerima atau menolak hipotesis yang telah diajukan dalam penelitian ini maka digunakan perhitungan pada tabel berikut ini : Tabel 6 Coefficients(a)
a Dependent Variable: PerilkuKonsumsi Berdasar pada hasil perhitungan uji t di atas menunjukkan t hitung sebesar 6,661 sedangkan nilai t tabel ( = 0,05:db residual 58) adalah sebesar 1,672. nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 6,661 > 1,672, maka hipotesis dalam penelitian ini diterima yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pembelajaran mata
.658
t
Sig.
2.014
.049
6.661
.000
ialah sebesar 0,424 atau sama dengan 42,4%. Angka tersebut mempunya arti bahwa sebesar 42,4% perilaku konsumsi siswa dipengaruhi oleh pembelajaran mata pelajaran ekonomi, sedangkan sisanya yaitu 57,6% (100% - 42,4%) dipengaruhi oleh faktor – faktor penyebab lainnya di luar konsep pembelajaran mata pelajaran ekonomi. Jadi pengaruh pembelajaran mata pelajar ekonomi terhadap perilaku siswa XII IPS di SMA Negeri 1 Surabaya tergolong sedang yaitu sebesar 42,4%. PEMBAHASAN Proses Pembelajaran Mata Pelajaran Ekonomi yang Mempengaruhi Perilaku Konsumsi Siswa XI IPS di SMA Negeri 1 Surabaya 46
Kondisi pembelajaran mata pelajaran ekonomi dapat dilihat berdasar hasil wawancara dengan guru mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Surabaya. Menurut Bapak Sunoto, dalam suatu proses pembelajaran mata pelajaran ekonomi di awal pembelajaran sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru mata pelajaran ekonomi menyampaikan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran yang hendak dicapai pada pembelajaran hari itu dengan tujuan agar kegiatan pembelajaran bisa berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mengantisipasi agar siswa tidak terlalu pasif maka pada akhir kegiatan pembelajaran guru memberitahukan kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari pada minggu berikutnya dengan tujuan agar siswa mempelajari materi tersebut dan untuk mengecek apakah siswa sudah mempelajari materi tersebut dan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa, guru memberi pertanyaan kepada siswa tentang materi yang akan dibahas pada pertemuan hari itu. Selain itu agar siswa mengetahui keterkaitan antara materi yang telah disampaikan pada pertemuan yang lalu dengan materi pada hari itu maka guru berusaha memberikan apersepsi pada awal kegiatan pembelajaran. Pada materi yang mendasari perilaku konsumsi siswa, upaya yang dilakukan oleh guru ekonomi di SMA Negeri 1 Surabaya dalam rangka membentuk perilaku siswa yang dalam hal ini adalah perilaku konsumsi adalah guru berusaha memberikan contoh- contoh perilaku konsumsi yang bijak dalam kehidupan sehari – hari yang berkaitan dengan materi yang disampaikan pada pertemuan hari itu selain itu guru juga berusaha memberikan motivasi kepada siswa agar siswa merasa tertarik dan sadar akan pentingnya mengaplikasikan teori yang telah diperoleh pada kegiatan
pembelajaran tersebut. Peran guru dalam upaya membentuk perilaku siswa terutama perilaku konsumsi sudah diupayakan sedemikian rupa melalui proses pembelajaran, akan tetapi kebanyakan proses pembelajaran masih bersifat teoritis, sedangkan untuk aplikasinya masih sangat sulit. Selain itu upaya yang dilakukan oleh guru untuk membangkitkan semangat siswa dan memudahkan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran, guru menggunakan media power point dengan membuat tampilan yang menarik. Melihat dari kondisi siswa yang masih sulit dikondisikan dan keterbatasan waktu mayoritas guru pada suatu proses pembelajaran masih menggunakan metode ceramah akan tetapi untuk menindak lanjuti kegiatan pembelajaran tersebut guru juga memberikan tugas kepada siswa agar siswa memiliki rasa tanggung jawab. Untuk mengetahui kemajuan yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran dari segi kognitif, guru menggunakan tes tulis sedangkan untuk mengetahui kemajuan siswa dari segi afektifnya, guru menilai siswa dari perilaku siswa dalam lingkungan sekolah. Pemahaman siswa terhadap materi sudah cukup baik. Akan tetapi untuk aplikasi materi yang mendasari perilaku konsumsi masih sangat kurang. Hal ini dikarenakan kondisi psikologis siswa masih labil karena masa remaja merupakan masa mencari jati diri dan masa mencoba – coba jadi dalam perilaku konsumsinya siswa masih sering terpengaruh oleh temen sebayanya. Jadi bisa dikatakan bahwa proses pembelajaran masih bersifat teoritis. Pengaruh Pembelajaran Mata Pelajaran Ekonomi Terhadap Perilaku Konsumsi Siswa XI IPS di SMA Negeri 1 Surabaya Berdasar hasil t hitung menunjukkan
analisis sebesar
uji t, 6,661
sedangkan nilai t tabel ( = 0,05:db residual 47
58) adalah sebesar 1,672. Nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 6,661 > 1,672, maka hipotesis dalam penelitian ini diterima yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara pembelajaran mata pelajaran ekonomi terhadap perilaku konsumsi siswa XI IPS di SMA Negeri 1 Surabaya, yaitu semakin baik pembelajaran mata pelajaran ekonomi maka akan akan semakin baik pula perilaku konsumsi siswa. Hasil analisis koefisien determinasi menunjukkan hasil 42,4%. Angka tersebut mempunya arti bahwa sebesar 42,4% perilaku konsumsi siswa dipengaruhi oleh pembelajaran mata pelajaran ekonomi, sedangkan sisanya yaitu 57,6% (100% 42,4%) dipengaruhi oleh faktor – faktor penyebab lainnya di luar konsep pembelajaran mata pelajaran ekonomi. Jadi pengaruh pembelajaran mata pelajar ekonomi terhadap perilaku siswa XI IPS di SMA Negeri 1 Surabaya tergolong sedang yaitu sebesar 42,4%. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian yang berjudul ”Pemahaman Pendidikan Agama dan Pengaruhnya Terhadap Pelaksanaan Ibadah di MTs. AlFalah Jakarta Selatan”. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari pemahaman pendidikan agama terhadap pelaksanaan ibadah. Selain itu pada penelitian yang berjudul ”Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Persepsi Siswa Atas Lingkungannya Terhadap Perilaku Konsumsi yang Diintermediasi Prestasi Belajar Ekonomi Siswa SMA Sekota Malang”, salah satu hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prestasi belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku konsumsi siswa. Jadi dalam hal ini pembelajaran materi pada suatu mata pelajaran bisa menjadi arahan dan dasar perilaku siswa dalam kehidupan sehari- hari. Atau yang dalam hal ini pembelajaran mata pelajaran ekonomi bisa
menjadi arahan siswa dalam perilaku konsumsinya. SIMPULAN Proses pembelajaran mata pelajaran ekonomi di SMAN 1 Surabaya sudah termasuk baik akan tetapi masih bersifat teoritis. Guru telah berupaya semaksimal mungkin agar materi yang telah disampaikan bisa bermakna dan bukan hanya memberikan pengetahuan secara teoritis akan tetapi juga bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari terutama materi yang mendasari perilaku konsumsi siswa seperti pada materi kebutuhan manusi, konsumsi, tabungan, dan uang. Sedangkan dari segi siswa, pemahaman siswa terhadap materi terutama materi yang mendasari perilaku konsumsi seperti materi kebutuhan manusia, konsumsi, tabungan, dan uang sudah cukup baik akan tetapi untuk aplikasinya masih sangat sulit. Hal ini dikarenakan kondisi psikologis siswa masih labil karena masa remaja merupakan masa mencari jati diri dan masa mencoba – coba jadi dalam perilaku konsumsinya siswa masih sering terpengaruh oleh temen sebayanya. Jadi bisa dikatakan bahwa proses pembelajaran masih bersifat teoritis. Pembelajaran mata pelajaran ekonomi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumsi siswa XI IPS di SMA Negeri 1 Surabaya. Besarnya pengaruh pembelajaran mata pelajaran ekonomi terhadap perilaku siswa yaitu sebesar 42,4%, sedangkan sisanya yaitu sebesar 57,6% dipengaruhi oleh faktor lain di luar konsep pembelajaran mata pelajaran ekonomi. Jadi pengaruh pembelajaran mata pelajaran ekonomi terhadap perilaku siswa XI IPS di SMA Negeri 1 Surabaya tergolong dalam kategori sedang. SARAN 1. Bagi Guru Mata Pelajaran Ekonomi 48
Guru merupakan panutan para siswanya, oleh karena itu diharapkan guru mampu memberi arahan dan nasihat kepada para siswanya terkait dengan perilaku konsumsi agar mereka tidak berperilaku konsumtif. 2. Bagi Orang Tua Siswa Orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap anaknya. Waktu anak di rumah lebih banyak dari pada di sekolah jadi peran guru dalam mengarahkan perilaku anak masih tergolong minimal jadi diharapkan orang tua mampu mengarahkan perilaku anaknya terutama mengarahkan ke perilaku konsumsi yang tidak konsumtif. 3. Bagi Siswa Para siswa diharapka senantiasa memperhatikan arahan baik dari guru maupun orang tua terkait dengan perilaku konsumsi. Selain itu diharapkan para siswa untuk bertindak lebih rasional dalam perilaku konsumsinya DAFTAR PUSTAKA Afandi, Muhammad. 2009. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Dasar. Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. I, No. 2. (http://www.scribd.com/doc/42303 901/13, diakses pada 5 Maret 2011) Agung. 2008. ABG Tidak Lagi Price Sensitive. (http://agungdsp.wordpress.com/20 08/03/10/20/ diakses pada 21 Januari 2011) Ali, Muhammad dan Asrori, Muhammad. 2008. Psikologi Remaja perkembangan peserta Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Aryani, Gunita. 2006. Hubungan Antara Konformitas dan Perilaku Konsumtif Pada Remaja di SMA Negeri I Semarang Tahun Ajaran 2005/2006 Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Universitas Negeri Semarang (http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/colle ct/skripsi/archives/HASH8039/b54 82409.dir/doc.pdf, diakses pada 15 Desember 2010) HM, Jogiyanto.2006. Filosofi, Pendekatan, dan Penerapan Pembelajaran Metode Kasus Untuk Dosen dan Mahasiswa.Yogyakarta: CV Andi Offset. Kotler dan Amstrong. 2004. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: PT. Indeks. Maslachah, Laily. 2010. Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Kegiatan Mengajar Guru Terhadap Pembentukan Sikap Homo Economicus yang Bermoral Pada Siswa SMA Negeri 2 Surabaya. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: Unesa. Nasution, Icha. 2010. Jadilah Konsumen yang Curang. Jogjakarta. Intan Media. Permendiknas No 23 Tahun 2006. Tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. (http://ftp.unm.ac.id/permendiknas2006/Nomor%2023%20Tahun%20 2006.pdf, diakses pada 07 Februari 2011) Purwati, Ana. 2010. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan 49
Persepsi Siswa Atas Lingkungannya Terhadap Perilaku Konsumsi yang Diintermediasi Prestasi Belajar Ekonomi Siswa SMA Sekota Malang. (http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/ article/view/8208, diakses pada 28 Maret 2011) Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Prenada Media. S, Alam. 2007. Ekonomi Untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta. Esis. Sagala, Syaiful. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sarwono, Jonathan. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta: CV. Andi Offset. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta. .2004.Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. Tambunan, R. 2001. Remaja dan Perilaku Konsumtif. Jurnal Psikologi dan Masyarakat.( http//:www.epsikologi.com/remaja/191101.htm, diakses pada 28 Desember 2010) Tim Unesa. 2006. Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi Universitas Negeri Surabaya. Surabaya: University Press. Makfiah. 2006. Pemahaman Pendidikan Agama dan Pengaruhnya Terhadap Pelaksanaan Ibadah di MTs. AlFalah Jakarta Selatan. (http://www.pdfqueen.com/html, diakses pada 7 April 2011) 50