e-ISSN: 2442-7667 p-ISSN: 1412-6087 Mengembangkan Perilaku Berkarakter Siswa melalui Pembelajaran Biologi Berbasis Metakognitif Saidil Mursali Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Mataram e-mail:
[email protected] Abstract: This research was aimed at behavioral character develops students through metacognitive based learning. The characters include independent character, honest, environmental care. The type of this research is pre-experiment with design one group pretest-posttest and quantitative descriptive analysis techniques, while the data constraints in the learning activities were analyzed and qualitative analysis techniques. Learning material implemented to 30 students of Grade X-8 SMAN 1 Manyar. The result of this study indicate the applied of learning plans for 3 meetings has very good category, and character-based behaviour include independent, honest, environmental care generally good category. Based on these results in can be concluded that the metacognitive based learning able to develop students behavior characters. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perilaku berkarakter siswa melalui pembelajaran biologi berbasis metakognitif. Karakter tersebut meliputi: karakter mandiri, jujur, dan peduli lingkungan. Jenis penelitian ini adalah pre-eksperimen dengan desain one group pretest-postest dan teknik analisis data deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah 30 siswa kelas X-8 SMA Negeri 1 Manyar. Hasil penelitian ini menunjukkan keterlaksanaan RPP selama tiga kali pertemuan berkategori sangat baik, dan perilaku berkarakter diantaranya karakter mendiri, jujur, dan peduli lingkungan pada umumnya berkategori baik. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis metakognitif mampu mengembangkan perilaku berkarakter siswa. Kata kunci: Metakognitif, perilaku berkarakter, mandiri, jujur, peduli lingkungan.
PENDAHULUAN Kemendikbud (2013) menyatakan bahwa di dalam Kurikulum 2013 memuat tentang Kompetensi Inti (KI) yang harus ditempuh peserta didik untuk sampai pada kompetensi lulusan disetiap jenjang pendidikan. KI di jenjang SMA/MA terdiri atas empat kelompok, khususnya KI-2 tentang kompetensi inti sikap sosial, yang berbunyi: “menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia”.
© 2015 LPPM IKIP Mataram
Kompetensi Inti (KI) di atas merupakan aspek karakter yang harus dimiliki siswa setelah lulus SMA. Pertanyaan yang muncul bagaimanakah karakter siswa SMA saat ini?. Dalam dunia pendidikan kasus bertindak curang (cheating) baik berupa tindakan mencontek, mencontoh pekerjaan teman atau mencontoh dari buku pelajaran seolah-olah merupakan kejadian sehari-hari. Pelaksanaan Ujian Nasional seringkali menjadi tempat praktek kecurangan. Tayangan di TV nasional menunjukkan siswa SMA berbuat curang dengan berbagai cara yaitu menyontek, bertanya pada teman, dan memperoleh jawaban lewat HP ataupun lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa minimnya karakter jujur dan mandiri pada diri siswa.
Jurnal Kependidikan 14 (4): 397-404
Mengapa karakter siswa SMA jauh dari apa yang diharapkan? Kemungkinan pembelajaran kita kurang memperhatikan pembentukan karakter. Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan (Samani dan Hariyanto, 2012). Penggunaan strategi yang tidak efektif adalah salah satu penyebab ketidakmampuan siswa mencapai hasil belajar yang diharapkan. Livingston (1997) menyatakan metakognisi memegang salah satu peranan kritis yang sangat penting agar pembelajaran berhasil. Manfaat metakognisi bagi guru dan siswa adalah menekankan pemantauan diri dan tanggung jawab guru dan siswa. Siswa dapat belajar lebih aktif, bergairah, dan percaya diri selama proses pembelajaran, karena pengajar mampu mengembangkan strategi, salah satunya metakognitif. Dirkes (1998) menjelaskan strategi metakognitif adalah menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan terdahulu, memilih strategi berpikir secara sengaja, merencanakan, memantau, dan mengevaluasi proses berpikir. Teori strategi metakognitif dari Flavell dan Brown bahwa ada 3 komponen yang digunakan, yakni perencanaan diri (selfplanning), pemantauan diri (selfmonitoring), dan penilaian diri (selfevaluation). Siswa yang mampu merencanakan perkiraan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, mengorganisasi materi, dan mengambil langkah yang tepat dalam belajar adalah siswa yang sadar akan kemampuannya. Menurut Rivers (2001), siswa yang terampil melakukan penilaian terhadap diri sendiri adalah siswa yang sadar
398
akan kemampuannya. Peter (2000) berpendapat bahwa keterampilan metakognisi memungkinkan siswa berkembang sebagai pelajar mandiri, karena siswa didorong menjadi penilai atas pemikiran dan pembelajarannya sendiri. Berdasarkan makna strategi metakognitif dan pengetahuan metakognitif di atas, menunjukkan pentingnya pembelajaran metakognitif bagi siswa. Jika siswa telah memiliki metakognisi, siswa akan terampil dalam strategi metakognitif. Siswa yang terampil dalam strategi metakognitif, cenderung mampu merancang, memantau, dan merefleksikan proses belajar mereka secara sadar, pada hakikatnya, mereka akan menjadi lebih percaya diri dan lebih mandiri dalam belajar. Kemandirian belajar merupakan sebuah kepemilikan pribadi bagi siswa untuk meneruskan perjalanan panjang mereka dalam memenuhi kebutuhan intelektual dan menemukan dunia informasi serta memberikan peluang yang lebih luas kepada siswa untuk mengembangkan perilaku-perilaku baik, diantaranya mandiri, jujur, dan peduli lingkungan. Hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan pembelajaran berbasis metakognitif dilaporkan, bahwa selain efektif dalam perolehan pengetahuan (aspek kognitif), strategi metakognitif juga dapat menumbuhkan karakter jujur, berani mengakui kesalahan, dan menilai kemampuan diri sendiri (Susantini, 2005; Susantini, 2009). Sejalan dengan hasil penelitian di atas Imel (2002) menegaskan bahwa siswa yang melakukan metakognisi berprestasi lebih baik, dibandingkan dengan siswa umumnya (tidak melakukan metakognitif), karena metakognisi memungkinkan siswa melakukan perencana-
Saidil Mursali, Mengembangkan Perilaku Berkarakter Siswa melalui Pembelajaran Biologi
an, mengikuti perkembangan, dan memantau proses belajarnya. Materi biologi SMA kelas X semester 2 pada bahan kajian lingkungan merupakan materi yang tercantum dalam Kompetensi Dasar 4.2 Menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah kerusakan/ pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan. Salah satu kajiannya membahas tentang perubahan lingkungan yang sangat erat kaitannya dengan aktivitas manusia. Segala jenis aktifitas/kegiatan manusia dapat menyebabkan perubahan pada lingkungan yang berdampak pada terganggunya keseimbangan lingkungan. Dampak dari perubahannya belum tentu sama, namun akhirnya manusia juga yang harus memikul dan mengatasinya. Hal ini menuntut kesadaran manusia (masyarakat) untuk selalu mempertimbangkan kelestarian lingkungan dalam menjalankan segala aktifitas. Siswa sebagai anggota masyarakat harus ikut berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan, serta menjadi teladan dalam kehidupan bermasyarakat dengan mencerminkan perilaku beretika lingkungan, salahsatunya adalah peduli lingkungan. Strategi metakognitif yang akan diterapkan di kelas diyakini mampu mengembangkan perilaku berkarakter siswa, antara lain jujur, mandiri, dan peduli lingkungan. Ketiga karakter tersebut menjadi fokus dalam penelitian ini dan sangat dibutuhkan untuk memecahkan masalah sosial di Indonesia saat ini. Mengingat perilaku karakter merupakan bagian yang penting dalam pendidikan dan dapat dilakukan secara integral dalam setiap mata pelajaran, maka dipandang perlu mengembangkan perilaku berkarakter siswa
melalui pembelajaran biologi berbasis metakognitif. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran (RPP) biologi SMA menggunakan perangkat pembelajaran berbasis metakognitif yang dikembangkan, dan (2) Mendeskripsikan perilaku berkarakter siswa dengan menggunakan perangkat pembelajaran biologi SMA berbasis metakognitif yang dikembangkan. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian preeksperimen karena penelitian ini belum merupakan eksperimen sesungguhnya. Subjek penelitian adalah 30 siswa kelas X-8 SMA Negeri 1 Manyar semester 2 tahun ajaran 2012/2013. Rancangan penelitian menggunakan One Group Pretest-Postest Design (Sugiyono, 2011) yang digambarkan dengan pola sebagai berikut: Uji awal Perlakuan Uji akhir O1 X O2 Keterangan: O1 = Memberikan uji awal. X = Memberikan perlakuan pada siswa. O2 = Memberikan uji akhir. Data adalah informasi yang diperlukan dan harus dikumpulkan peneliti sebagai dasar dalam memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyan penelitian (Susanto, 2010). Untuk mendapatkan data penelitian, digunakan beberapa teknik pengumpulan data, antara lain: 1. Observasi/Pengamatan: teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang berkenaan dengan perilaku, dalam penelitian ini adalah data keterlaksanaan
399
Jurnal Kependidikan 14 (4): 397-404
pembelajaran dan perilaku berkarakter siswa (mandiri dan jujur). 2. Angket atau lembar penilaian diri: digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang karakter peduli lingkungan siswa. Teknik analisis data dalam penelitian ini terdiri dari: Analisis data keterlaksanaan pembelajaran: Keterlaksanaan langkah-langkah kegiatan pembelajaran diamati oleh dua orang pengamat yang sudah dilatih sehingga dapat mengoperasikan lembar pengamatan secara benar pada intrumen. Analisis hasil pengamatan keterlaksanaan RPP menggunakan deskriptif kualitatif dengan rumus sebagai bereikut:
Keterangan: P = Persentase keterlaksanaan RPP. ΣA = Jumlah aspek yang teramati. ΣN = Jumlah keseluruhan aspek yang diamati. Persentase keterlaksanaan fase menggunakan kriteria sebagai berikut: P = 0% - 24% : Tidak terlaksana P = 25% - 49% : Terlaksana kurang P = 50% -74% : Terlaksana baik P = 75% - 100% : Terlaksana sangat baik Sedangkan untuk penilaian keterlaksanaan RPP pada tiap fase, ditentukan dengan membandingkan rata-rata skala penilaian yang diberikan kedua pengamat dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
400
Tabel 1. Kriteria Pengkategorian Keterlaksanaan RPP Interval Kategori 1,0-1,5 Tidak baik 1,6 -2,5 Kurang baik 2,6-3,5 Baik 3,6-4,0 Sangat baik
Reliabilitas instrumen ditentukan berdasarkan data penilaian dari dua validator. Tingkat reliabilitas dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan: A = Frekuensi kecocokan antara penilai (Agree) D = Frekuensi ketidakcocokan antara penilai (Diagree) R = Reliabilitas instrumen (Percentage of Agreetment) Instrumen dikatakan reliabel bila reliabilitas yang diperoleh ≥ 0,75 (75%) (Borich, 1994 dalam Ibrahim, 2005). Analisis data perilaku berkarakter: Datadata perilaku berkarakter yaitu mandiri, jujur, dan puduli lingkungan diperoleh dari hasil pengamatan sikap siswa dan angket dengan ketentuan siswa mendapatkan skor 1 sampai dengan 4 (perindikator) sesuai dengan rebrik penilaian. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan di setiap pertemuan, dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Data perhitungan tersebut selanjutnya dirata-ratakan dan dikonversi dengan kategori sebagai berikut:
Saidil Mursali, Mengembangkan Perilaku Berkarakter Siswa melalui Pembelajaran Biologi
Tabel 2. Kriteria Pengkategorian Perilaku Berkarakter ∑ Skor ∑ Skor Jujur Kategori Peduli dan Mandiri Lingkungan A = Sangat Baik 7-8 36-40 B = Baik 5-6 28-35 C = Cukup Baik 3-4 20-27 D = Kurang Baik 1-2 1-19
Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil implementasi perangkat adalah sebegai berikut: Hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran: Keterlaksanaan pembelajaran diamati dengan lembar pengamatan keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran di masing-masing pertemuan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Hasil Pengamatan Keterlaksanaan RPP Pertemuan RataHasil Ket. I II III Rata Persentase 91,0 89,0 83,25 87,75 Sangat Baik (%) Reliabilitas 83,0 78,0 83,0 81,33 Reliabel (%)
Data pada Tabel 3 menunjukan bahwa rata-rata keterlaksanaan RPP pada pertemuan I, II, dan III sebesar (87,75%) berarti RPP dapat terlaksana dengan sangat baik, artinya guru sudah baik dan sistematis dalam melaksanakan pembelajaran biologi yang berbasis metakognitif, sedangkan rata-rata reliabilitas sebesar (81,33%), hal ini menunjukkan bahwa instrumen keterlaksanaan RPP dapat dikategorikan reliabel, artinya hasil penilaian yang diberikan relatif sama, sehingga instrument tersebut dapat diimplentasikan dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa guru dapat
melaksanakan pembelajaran pada pokok bahasan pencemaran lingkungan melalui pembelajaran berbasis metakognitif sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang ditetapkan. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan juga dapat digunakan dalam proses pembelajaran dengan baik, sehingga kualitas pembelajaran juga semakin baik. Hasil pengamatan perilaku berkarakter: Perilaku berkarakter yang dinilai dalam penelitian ini ada tiga (3), yaitu mandiri, jujur, dan peduli lingkungan. Penilaian perilaku mandiri dan jujur siswa dalam kegiatan penerapan perangkat pembelajaran biologi SMA berbasis metakognitif dilakukan oleh dua orang pengamat, sedangkan perilaku peduli lingkungan siswa dilakukan dengan membagikan angket pada masing-masing siswa. Secara ringkas data perilaku berkarakter siswa dalam pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4. Data Hasil Pengamatan Perilaku Berkarakter ∑ Siswa Nilai Karakter Kategori 7 A Sangat Baik Mandir 23 B Baik Sangat Baik 7 A Jujur 23 B Baik 10 A Sangat Baik Peduli Lingkungan Baik 20 B
Hasil belajar afektif siswa dalam pembelajaran ini adalah sikap atau perilaku berkarakter siswa selama proses pembelajaran berlangsung, yaitu mandiri, jujur, dan peduli lingkungan. Tiga perilaku berkarakter siswa tersebut dinilai dengan indikator-indikator yang ditunjukkan oleh masing-masing siswa selama proses pembelajaran. Berdasarkan 401
Jurnal Kependidikan 14 (4): 397-404
Tabel 4 di atas, diketahui bahwa baik pada perilaku mandiri dan jujur sama-sama terdapat 23 siswa yang mendapat nilai B dengan kategori baik dan 7 siswa yang mendapat nilai A dengan kategori sangat baik, sedangkan pada perilaku peduli lingkungan 20 siswa mendapat nilai B dengan kategori baik dan 10 siswa nilai A dengan kategori sangat baik. Karakter peduli lingkungan lebih baik hasilnya dibandingkan dua karakter lainnya, hal tersebut disebabkan karena SMA Negeri 1 Manyar merupakan sekolah Adiwiata yang sudah mengajarkan tentang Pengetahuan Lingkungan Hidup (PLH) sejak semester 1. Berdasarkan data tersebut dipastikan bahwa hasil belajar afektif yaitu perilaku berkarakter yang ditunjukkan siswa rata-rata baik dan sangat baik. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yaitu strategi metakognitif dapat menumbuhkan karakter jujur, berani mengakui kesalahan, dan menilai kemampuan diri sendiri (Susantini, 2005; Susantini, 2009). Hasil temuan di atas sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Efendy (2011) bahwa karakter-karakter positif cenderung lebih mudah dibentuk apabila pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) dibandingkan berpusat pada guru (teacher centered). Pembelajaran dengan strategi metakognitif merupakan salah satu pembelajaran yang berpusat pada siswa. Mulyana (2004) menambahkan bahwa di dalam pembelajaran yang melibatkan peserta didik sepenuhnya dalam aktivitas belajar, menentukan akibat tindakan, dan membuat keputusan yang relevan dengan situasi belajar. Pembelajaran dengan strategi metakognitif berpusat pada siswa yang melibatkan siswa dalam aktivitas
402
belajar, sehingga melalui pembelajaran ini, karakter-karakter positif, khususnya mandiri, jujur, dan peduli lingkungan siswa dapat dikembangkan. Strategi metakognitif membuat siswa mampu merancang, memantau, dan merefleksikan proses belajar mereka secara sadar, pada hakikatnya, mereka akan menjadi lebih percaya diri dan lebih mandiri dalam belajar. Senada dengan pernyataan di atas, Warauw (2008) menyatakan bahwa siswa yang terampil dalam strategi metakognitif akan lebih cepat menjadi anak mandiri. Kemandirian belajar merupakan sebuah kepemilikan pribadi bagi siswa untuk meneruskan perjalanan panjang mereka dalam memenuhi kebutuhan intelektual dan menemukan dunia informasi serta memberikan peluang yang lebih luas kepada siswa untuk mengembangkan perilaku-perilaku baik lainnya. Jika pembelajaran berbasis metakognitif terus dikembangkan dan diterapkan dalam pendidikan karakter khususnya dalam pembelajaran biologi, maka diharapkan terjadi proses internalisasi nilai-nilai karakter positif (termasuk mandiri, jujur, dan peduli lingkungan) dengan baik pada diri siswa, sehingga karakter positif tersebut dapat dikembangkan. Semakin banyak siswa melakukan aktivitas positif, akan semakin terbiasa dan terlatih dengan sikap tersebut, sehingga akan membentuk watak kepribadiannya, dengan demikian semakin terbuka pula kesempatan bagi guru untuk membantu siswa mengembangkan kepribadiannya. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: 1. Keterlaksanaan pembelajaran biologi pada pokok bahasan pencemaran
Saidil Mursali, Mengembangkan Perilaku Berkarakter Siswa melalui Pembelajaran Biologi
lingkungan menunjukkan kategori sangat baik. 2. Perilaku berkarakter yaitu mandiri, jujur, dan peduli lingkungan menunjukan kategori baik dan sangat baik serta mengalami peningkatan, hal ini terlihat semakin meningkatnya dari pertemuan ke pertemuan. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang didapat, disarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Alat dan bahan yang mampu dijangkau oleh siswa untuk kegiatan pembelajaran/ eksperimen, dapat dibebankan kepada siswa, sekaligus dapat melatih karakter siswa dalam kegiatan pembelajaran. 2. Mengingat penelitian hanya dilakukan pada meteri pencemaran lingkungan, efektifitas perangkat pembelajaran biologi berbasis metakognitif untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan mengembangkan perilaku berkarakter siswa tidak dapat disimpulkan dari penelitian ini saja, tetapi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang serupa pada bahan kajian lain. Daftar Pustaka Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) (CTL) Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Jakarta: Depdiknas. Dirkes, M. A. 1998. Selfdirected Thingking In Curriculum Roeper Review. 11 (2), 9294
Efendy. 2011. “Aplikasi Pembelajaran IPA dalam Pembelajaran Karakter Sisiwa”. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Sains 2011. Surabaya. Ibrahim, M., 2005. Asesmen Berkelanjutan Konsep Dasar Tahapan Pengembangan dan Contoh. Surabaya: Unesa University Prees. Imel, S., 2002. Metacognition Beckground Brief from the QLRC News Summer 2004. On Line. http://www.cete.org/acve/does/tia.0017 .pdf, diakses 12 Oktober 2012 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Kurikulum 2013: Kompetensi Dasar SMA/MA. Livingston, J.A. 1997. Metacognition: An Overview, (Online), (http://www.gse.buffalo.edu/fas/shuell/ cep564/Metacog.htm), diakses 15 September 2012. Mulyana, R. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai.Bandung: Alfabeta. Peters, M. 2000. Does Constructivist Epistemology Have a Place in Nurse Education. Journal of Nursing Education 39, no. 4: 166170. Rivers, W. Summer. 2001. Autonomy at All Cosis. An Ethnography of Metacognitive SelfAssessment and SelfManagement among Experienced Language Leaners. Moderns Language Journal 86, no 2: 279290. Samani, M., dan Hariyanto., 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D). Bandung: ALFABETA.
403
Jurnal Kependidikan 14 (4): 397-404
Susanto. 2008. Penyusunan Silabus dan RPP Berbasis Visi KTSP. Surabaya: Matapena. Susantini, E. 2005. “Strategi Metakognitif dalam Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Genetika di SMA”. Jurnal Ilmu Pendidikan Februari 2005, Jilid 12, (1): 62-75. Susantini, E. 2009. Pengaruh Kemampuan Siswa terhadap Perolehan Kognitif dan Metakognitif pada Pembelajaran Biologi. Berkala Penelitian Hayati. 1 Desember 2009 No. 3E: 31-36. Warouw, W. M. W., 2008. “Pengaruh Pendekatan PMR Dengan Melibatkan Metakognisi Siswa Terhadap Hasil Belajar Persamaan dan Fungsi Kuadrat”. Jurnal Ilmu Pendidikan.
404