PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MATERI LUAS SEGI EMPAT DI KELAS VII SMPN 33 SURABAYA Ratri Candra Hastari Knowledge is not simply transferred from teacher to student, but that knowledge must be built by the students themselves. This view is in accordance with the view of constructivist theory. Constructivist theory advocated a more active role for students in learning in the classroom student-centered, the teacher's role is to help students find the facts, concepts or principles for themselves, not giving lectures or control all activities of the students (Nur, Wikandari, 2004). One of the constructivist learning is characterized by discovery learning, according to Jerome Bruner (Dahar, 1988) discovery learning is learning that suggest that students actively participate in the experience and conduct experiments to discover the principles themselves. Discovery learning and reasoning skills improve thinking freely, and train cognitive skills to find and solve problems. Furthermore, the effectiveness of discovery learning based on: (1) the study total; (2) the teacher’s ability to manage the teaching; (3) students activity; and (4) students response to the instruction. Based on the trial test result and data analysis it is obtained: (1) the apparatus of discovery learning has met the criteria well to the quadrilateral area material in class VII SMPN 33 Surabaya, (2) the discovery learning is effective to teach the quadrilateral area material in class VII SMPN 33 Surabaya, and (3) the students study result that join the discovery learning is better compared with the students study result that join the mathematic instruction conventionally for the quadrilateral area material in class VII SMPN 33 Surabaya.
Keyword: Pembelajaran Penemuan terbimbing
PENDAHULUAN Pembenahan kebijakan pada bidang pendidikan ditujukan untuk meningkatkan mutu, pemerataan, relevansi dan efisiensi sistem pendidikan nasional sebagaimana termuat dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006, yaitu pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olahrasa dan olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber
daya alam Indonesia. Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Menurut Hudojo ( 2001: 135 ), agar proses belajar matematika terjadi, bahasan matematika seyogyanya tidak disajikan dalam bentuk yang sudah tersusun secara final, melainkan siswa dapat berlibat aktif di dalam menemukan konsepkonsep, struktur-struktur sampai kepada teorema atau rumus-rumus. Hal ini sejalan dengan apa yang termuat dalam permen tentang pengembangan kegiatan pembelajaran bahwa kegiatan pembelajaran dirancang untuk
Ratri Candra H, Pembelajaran Penemuan terbimbing , Desember 2012 42
memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi. Dengan demikian suatu pengetahuan tidak begitu saja ditransfer dari seorang guru ke siswa, melainkan pegetahuan itu harus dibangun oleh siswa itu sendiri. Pandangan seperti ini adalah sesuai dengan pandangan teori konstruktivis. Teori konstruktivis menganjurkan peranan yang lebih aktif bagi siswa dalam pembelajaran di dalam kelas yang berpusat pada siswa, peran guru adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep atau prinsip bagi mereka sendiri, bukan memberi ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan siswa ( Nur, Wikandari, 2004 ). Salah satu pembelajaran yang berciri konstruktivis adalah pembelajaran penemuan, menurut Jerome Bruner (Dahar,1988) pembelajaran penemuan adalah pembelajaran yang menyarankan agar siswa-siswa berpartisipasi aktif dalam memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri. Menurut Bruner ( Dahar, 1988 ), pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas, dan melatih ketrampilan-ketrampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah. Dengan demikianpembelajaran penemuan terbimbing merupakan salah satu pembelajaran yang mampu mengkondisikan siswa untuk terbiasa
menemukan, mencari dan mendiskusikan sesuatu yang berkaitan dengan pembelajaran, serta diharapkan mampu mengkonstruksi sendiri apa yang telah dipelajari dengan bantuan guru. Untuk menunjang proses pembelajaran tersebut, diperlukan suatu perangkat pembelajaran yang berciri penemuan terbimbing. Karena itu penulis ingin menampilkan contoh rencana pelaksanaan pembelajaran penemuan terbimbing beserta kelengkapannya pada materi luas bangun segi empat. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :(1) Bagaimanakah pengembangan dan hasil pengembangan perangkat pembelajaran matematika dengan pembelajaran penemuan terbimbing yang baik untuk materi luas bangun segi empat? (2)Apakah pembelajaran penemuan terbimbing efektif untuk materi bangun-bangun segi empat? (3)Apakah hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing lebih baik dari siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. METODE PENELITIAN Penelitian ini di kategorikan dalam jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment) yang diawali dengan pengembangan perangkat pembelajaran berupa : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sLembar Kegiatan Siswa (LKS); dan Tes Hasil Belajar (THB). Pengembangan perangkat mengacu pada 4D model yang dikemukakan oleh Thiagarajan, Semmel (1974: 5). Hal ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian pertama. Prosedur Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model pengembangan yang akan digunakan untuk
Ratri Candra H, Pembelajaran Penemuan terbimbing , Desember 2012 43
mengembangkan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini adalah modifikasi dari model Thiagarajan, Semmel, dan Semmel (1974 : 5-9) yang dikenal dengan Four-D Models (Model 4D). Model 4D dipilih karena sistematis dan cocok untuk mengembangkan perangkat pembelajaran, namun dalam penelitian ini peneliti melakukan modifikasi terhadap model 4D. Modifikasi yang dilakukan adalah sebagai berikut : i. Penyederhanaan model dengan menggunakan tiga tahap dari Analisis Awal-Akhir
Analisis Siswa
Indikator Hasil Belajar
Pemilihan Media
empat tahap yang ada yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop). ii. Analisis konsep dan analisis tugas adalah pararel, diubah menjadi berurutan dari analisis konsep ke analisis tugas. iii. Dalam tahap pengembangan ditambahkan kegiatan uji keterbacaan. Modifikasi pengembangan perangkat pembelajaran model 4D dalam penelitian ini disajikan dalam diagram berikut : D E F I N E
Analisis Materi Analisis Tugas
Pemilihan Format
D E S I G N
Perancangan Awal Perangkat Pembelajaran
Draft 1 Draft i, i ≥ 1, i N
Validasi Ahli
Tidak Ya
Draft 2 Uji Keterbacaan
Analisis Hasil Uji Keterbacaan
Draft 3
Ujicoba ke i, i ≥ 1
Perangkat Pembelajaran Final
D E V E L O P E
Revisi II
Analisis Hasil Ujicoba tidak
Draft 3 + i
valid ?
Revisi I
Revisi
Baik ?
ya
Ratri Candra H, Pembelajaran Penemuan terbimbing , Desember 2012 44
Gambar 1. Modifikasi Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran dari Model 4 D (Four D Model) Keterangan : Garis pelaksanaan ---- : Garis siklus (jika perlu) : Jenis kegiatan : Hasil kegiatan : Keputusan dan hasil belajar siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Deskripsi Deskripsi Hasil Pengembangan a. Model regresi Perangkat Pembelajaran Model regresi Y = a + bX, Perangkat pembelajaran yang dengan a dan b adalah estimasi dihasilkan meliputi RPP, Lembar untuk 1 dan 2 dari persamaan Y Kegiatan Siswa, dan Tes Hasil Belajar.Perangkat pembelajaran yang = 1 + 2 X. Berdasarkan hasil dihasilkan setelah melalui validasi perhitungan model regresi kelas ahli dan diujicobakan memenuhi eksperimen dan model regresi kriteria baik, yaitu aktifitas siswa kelas control (terdapat pada efektif, kemampuan guru mengelola lampiran) diperoleh persamaan pembelajaran efektif, respon siswa model regresi berikut. positif, tes hasil belajar valid, reliabel, dan sensitive. a. Model regresi untuk kelas Penelitian Eksperimen eksperimen, Y = 34,01 + 0,44 X Subjek penelitian untuk kelas b. Model regresi untuk kelas eksperimen terdiri dari satu kelas, kontrol , Y = -1,18 + 1,07 X yaitu kelas VII A, sedangkan untuk b. Uji Indepensi. kelas kontrol yaitu kelas VII D kelas 1). Uji Independensi untuk Kelas yang dipilih secara acak dari 7 kelas Eksperimen paralel, setelah sebelumnya satu kelas dijadikan sebagai kelas uji Analisis uji independensi model coba. Berdasarkan hasil analasis regresi kelas eksperimen secara deskripsi diperoleh data : ringkas disajikan pada Tabel kemampuan guru mengelola berikut untuk perhitungan pembelajaran, aktivitas siswa selama selengkapnya dapat dilihat pada kegiatan pembelajaran berlangsung, lampiran. respon siswa terhadap pembelajaran , Tabel 1 Analisis Varians untuk Uji Independensi Kelas Eksperimen
Source of Varians Regression Error
Total
SS 953,3596 4715,71 5669,07
Df
MS
1
953,3596
41
115,0173
F* 8,288835
42
Ratri Candra H, Pembelajaran Penemuan terbimbing , Desember 2012 45
Dengan menggunakan taraf signifikansi = 5 % diperoleh F (0,95; 1; 41) = 4,1 . Ini berarti F* F (0,95; 1; 41), maka Ho ditolak atau koefisien arah model regresi tidak sama dengan nol. Artinya, bahwa kemampuan awal siswa (X)
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa (Y). 2). Uji Independensi kelas kontrol. Dari uji independensi diperoleh data yang terdapat pada table berikut.
Tabel 2 Analisis Varians untuk Uji Independensi Kelas Kontrol
Source of Varians Regression Error
Total
SS
Df
MS
3555,369
1
3555,369
796.305
41
19,422
4351,674
F*
188,058
42
c. Uji Linieritas Dengan taraf signifikansi = 5 % 1.Uji Linieritas untuk diperoleh F (0,95; 1; 41) =4,079, Eksperimen berarti F* F (0,95; 1; 41), maka Analisis uji linieritas koefisien model regresi tidak sama regresi kelas eksperimen dengan nol. Hal ini berarti ringkas disajikan pada kemampuan awal siswa (X) berikut ( selengkapnya mempunyai pengaruh terhadap hasil dilihat pada lampiran ). belajar siswa (Y). Tabel 3 Analisis Varians untuk Uji Linieritas Kelas Eksperimen Source of Varians Regression
SS 953,3596
Df 1
Error Lack of Fit Pure Error
4715,71
MS 953,3596
41
115,0173
1635,72
24
68,155
3079,99
17
181,1759
Dengan taraf signifikansi = 5 % diperoleh F (0,95; 1; 41) = 2,189, berarti F* F (0,95; 1; 41), maka H0 diterima atau model regresi kelas eksperimen adalah linier. Hal ini berarti kemampuan awal siswa dan hasil belajar siswa berhubungan secara linier.
Kelas model secara tabel dapat
F* 0,376
2.Uji Linieritas untuk Kontrol Analisis uji linieritas regresi kelas kontrol ringkas disajikan pada berikut (selengkapnya dilihat pada lampiran)
Kelas model secara Tabel dapat
Ratri Candra H, Pembelajaran Penemuan terbimbing , Desember 2012 46
Tabel 4 Analisis Varians untuk Uji Linieritas Kelas Kontrol
Source of Varians
SS
Df
MS
Regression
3555,369
1
3555,369
796,305
41
10.393
17
7,765
24
21,724
Error Lack of Fit Pure Error
318,372 477,93
Dengan taraf signifikansi = 5 % diperoleh F (0,95; 1; 41) = 2,07 berarti F* F (0,95; 1; 41), maka H0 diterima atau model regresi kelas kontrol adalah linier. Hal ini berarti pada kelas kontrol kemampuan awal siswa dan hasil belajar siswa berhubungan secara linier. d. Uji Kesamaan Dua Model Regresi Berdasarkan hasil perhitungan uji kesamaan dua model regresi kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh model regresi linier data gabungan sebagai berikut, Y = 16,49 + 0,7367 X F* = 408,762 Dengan taraf signifikansi = 5 % diperoleh F (0,95; 2; 82) = 3.12, berarti F* F (0,95; model regresi kelas eksperimen dan kelas kontrol sejajar. Karena kedua model regresi tersebut sejajar maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara hasil belajar siswa kelas VII A yang diberi perlakuan
F*
0,357
1;41), maka H0 ditolak. Hal ini berarti model regresi linier kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak sama. e. Uji Kesejajaran Dua Model Regresi. Berdasarkan uji kesamaan dua model regresi diperoleh kesimpulan bahwa dua model regresi tidak sama, maka dilanjutkan dengan menguji kesejajaran koefisien regresi. Berdasarkan hasil perhitungan uji kesejajaran model regresi kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh hasil berikut: A = 4715.71 dan B = 1317.46 F* = -104.91 Dengan taraf signifikansi = 5 % diperoleh F (0,95;2;82) = 3,957, berarti F* F (0,95; 12; 82), maka H0 diterima. Hal ini berarti pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dengan hasil belajar siswa kelas VII D yang diberi perlakuan pembelajaran matematika konvensional
Ratri Candra H, Pembelajaran Penemuan terbimbing , Desember 2012 47
PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pengembangan perangkat pembelajaran penemuan terbimbing dikembangkan dengan menggunakan model 4-D (four D Models) yang dimodifikasi. Dari pengembangan tersebut dihasilkan perangkat pembelajaran yang baik untuk materi luas segiempat. Perangkat tersebut terdiri dari : rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kegiatan siswa, dan tes hasil belajar, yang secara lengkap dapat dilihat pada lampiran A Hasil penilaian tersebut ditunjukkan oleh: a. kemampuan guru mengelola pembelajaran: efektif; b. aktifitas siswa: efektif c. respon siswa: positif d. tes hasil belajar: valid, sensitif dan reliabel 2. Pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing efektif untuk mengajarkan materi luas segiempat di kelas VII SMP. Hal ini ditunjukkan oleh: a. aktifitas siswa: efektif; b. kemampuan guru mengelola pembelajaran: efektif; c. respon siswa terhadap pembelajaran: positif; d. ketuntasan belajar secara klasikal: 86,04% siswa tuntas belajar individual. 3. Hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional untuk materi luas segiempat. B. Saran Dari penelitian, yaitu menggunakan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran, dapat disarankan sebagai berikut: 1. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dapat digunakan sebagai alternatif dalam menerapkan pembelajaran . 2. Pembelajaran penemuan terbimbing dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam melaksanakan pembelajaran matematika yang efektif pada materi luas segiempat. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman. 2002. Pengembangan Perangkat Pembelajaran PenemuanTerbimbing pada Topik Bangun- bangun segi empat di kelas II SLTPN Pekanbaru. Tesis Pps UNESA. Surabaya. Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasardasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta, Bumi Aksara. Dahar, Rarna Wilis. 1988. Teori– Teori Belajar. Dirjen Dikti, Depdikbud,P2LPTK.Jakarta. Depdiknas. 2006. Permen Pendidikan Nasional RI no.23 2006. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta Effendy. D. 2007. Keefektifan Metode Penemuan Terbimbing Dalam Pembelajaran Matematika Materi Lingkaran di kelas XI IPA SMA N I Sidoarjo.Tesis PPs UNESA. Surabaya. Ferguson, George A 1989. Statistical Analisys in Psychology and Education. Sixth Edition, Singapore, Mc Grow-Hill
Ratri Candra H, Pembelajaran Penemuan terbimbing , Desember 2012 48
International Book Co. Grounlund, Norman E. 1982. Constructing Achievement test. Third Edition. Illionis, F.E Peachock Publishers, Inc. Hasratuddin, 2002. ”Pembelajaran Matematika Unit Geometri Dengan Pendekatan Realistik di SLTP 6 medan”. Tesis Magister Pendidikan Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya. Hirjan. 1971. Pengajaran Matematika Metode Penemuan. FKIE IKIP. Jogjakarta. Hudojo. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Dirjen Dikti, Depdikbud.Jakarta. Hudojo. 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. FPMIPA UNM. Malang. Kemp, J.E.,G.R. Morrison, dan S. M. Ross. 1994. Designing Effective Instruction. New York : Macmillan College Publishing Company. Markaban. 2006. Model Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing. Depdiknas PPG MatematikaYogyakarta. Yogyakarta. Mundhofir. 1987. Teknologi Instruksional. Bandung : Remaja Rosdakaya Murdiana, I N. Model Pembelajaran Interaktif Matematika SLTP Topik Lingkaran.Tesis, PPs UNESA. Surabaya. Netter, John. 1974. Applied Linear Statistical Model. Illionis, Richard D. Erwin, INC. Nur, Wikandari. 2004. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Kontruktivis
Dalam Pengajaran. UNESA. Surabaya Permen Pendidikan Nasional RI. No 22. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Mendiknas. Jakarta. Ratumanan, T.G. 2000. Belajar dan Pembelajaran(buku I). FKIP UNPATI.Ambon Ruseffendi, E T. 2000. Pengajaran Matematika Modern. Tarsinto. Bandung. Siandari, Goltom. 2001. Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing pada kelas I SMU dengan Bahan Kajian Persamaan Kuadrat. Tesis, PPs UNESA. Surabaya. Soedjadi, 1997. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing. IKIP Surabaya. Soedjadi,1998/1999. Kiat Pendidikan Matematika Indonesia .Jakarta. DirjendiktiDepdikbud. Slavin, R.E. 1997. Educational Psychology Theory and Practice. Boston. Allin And Bacon. Thiagarajan, Sivasailam, semmel, semmel. 1974. Instructional development for training teachers of exxeptional children. Minneapolis, Minnesota.
Ratri Candra H, Pembelajaran Penemuan terbimbing , Desember 2012 49