Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM PENDIDIKAN MULTIKULTURAL Suparmi SMA Negeri 1 Berau Kalimantan Timur Abstrak Pendidikan Multikultural diharapkan menyadarkan warga negara Indonesia bahwa bangsa ini adalah bangsa yang beranekaragam. Sebagai upaya, pendidikan multikulural di dalam kurikulum terintegrasi atau menyatu dengan mata pelajaran lain. Penerapan pedidikan multikultural yang integratif dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif. Dasar pembentukan kelompok dalam pembelajaran kooperatif yang efisien dengan membentuk kelompok non permanen dengan perjanjian sesi atau pertemuan tatap muka. Pembiasaan dengan dasar pembentukan kelompok yang variatif dalam model pembelajaran kooperatif akan mengembangkan kesadaran bahwa hidup sekarang dan nanti bagi siswa adalah tidak ada masalah dalam penyesuaian. Kata kunci: pembelajaran kooperatif, pendidikan multikultural, perjanjian sesi/pertemuan
COOPERATIVE LEARNING IN MULTI-CULTURAL EDUCATION Abstract Multicultural education is expected to make Indonesian citizen realize that this nation is a diverse nation. As an attempt, multicultural education in the curriculum is integratedin or combined with other subjects. The application of an integrative multicultural education can use a cooperative learning model. The basis of group formation in efficient cooperative learning is forming non-permanent group sessions by appointment or meeting face-to-face. Habituation on the basis of the formation of groups that vary in the model of cooperative learning will develop an awareness that life now and then for students has no problem in this adjustment. Keywords: cooperative learning, multicultural education, session agreements/meetings
108 - Volume 1, Nomor 1, Juni, 2012
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
Dari uraian tersebut bertentangan dengan
PENDAHULUAN Indonesia adalah negara kepulauan yang
fitrah manusia yang diciptakan Tuhan yang
kaya suku bangsa dan bahasa serta agama,
beragam, dimulai dari belahan bumi bagian
seperti
Adiwoso
barat sampai belahan bumi bagian timur
(1982)diperkirakan jumlah penduduk kurang
berbeda. Perbedaan itu bisa dari jenis kelamin,
lebih 226 juta merupakan masyarakat majemuk.
rambut,
Mayarakat yang terdiri dari sekitar 300 suku dan
badan.Perkembangan kemudian karena adanya
bahasa serta tinggal diberbagai kepulauan di
interaksi antar manusia muncul perilaku budaya
Indonesia. Mayarakat Indonesia memeluk lima
yang berbeda-beda.Manusia tidak bisa menolak
agama,
atau memilih akan dilahirkan dari keluarga yang
yang
pada
dikemukakan
tahun
oleh
1986
(lihat
Liddle,
warna
ukuran
1997:275), meliputi: Islam (86,9%), Protestan
mana
(6,5%), Katolik (3,1%), Hindu (1%), dan Budha
masyarakat dengan segala perbedaan aspek-
(o,6%).Heterogenitas dalam komposisi dari
aspek yang tercakup merupakan realitas dalam
penduduk dalam wilayah ini dapat memicu
kehidupan.
konflik ekonomi, politik dan sosial, serta
dan
kulit,
Pendidikan
bagaimana.Keanekaragaman
multicultural
diharapkan
persaingan antar mereka. Ditambah lagi lebel
mampu membangun kemampuan kultur dalam
Indonesia yang kurang bagus. Hal dikemukakan
diri siswa sehingga muncul kesadaran adanya
oleh Colombijndan Lindblad (2002) bahwa
keberadaan orang disekitarnya. Kesadaran yang
Indonesia adalah sebuah “negara kekerasan”,
tidak kehilangan identitas diri sebagai individu,
dimana dalam observasi mereka melihat bahwa
anggota dari sebuah kelompok etnis tertentu dan
Indonesia telah mengalami tingkat kekerasan
yang berbeda dengan orang lain.Kesadaran akan
yang
Mereka
kerjasama dengan segala perbedaan dan latar
mengutip sejumlah kasus konflik bersenjata,
belakang merupakan sebuah kebutuhan yang
genoside, pembunuhan, pembunuhan ekstra-
mutlak.
yudisial,
dan
sebagian upaya keprihatinan pendidik dengan
perusakan publik dan milik pribadi, bahkan
maraknya tawuran pelajar dengan menerapkan
untuk fakta, bahwa tahun 2001 ada 1,3 juta
strategi
pengungsi yang terdaftar di Indonesia(Kamanto,
pendidikan multikultural.
mengerikan
baru-baru
pemerkosaan,
ini.
intimidasi,
Dalam
uraian berikut
pembelajaran
merupakan
kooperatif
dalam
2004:50). Kenyataan bahwa konflik tersebut masih berkelanjutan
sampai
hari
ini
di
jaman
PEMBAHASAN Masyarakat Multikultural
reformasi. Hal ini terlihat dalam mass media
Culturemerupakan konsep utama dalam
baik elektronik maupun media cetak masihada
Multicultural Education. Banyak definisi kultur
konflik di daerah-daerah, seperti di Ambon.
yang berbeda seperti yang di kemukakan oleh
Tawuran antar pelajar yang terjadi di Jakarta dan
Berger dan Greetz (1995),ada banyak definisi
bahkan tawuran mahasiswa antar fakultas di
dari budaya, tetapi tidak ada definisi tunggal
Makasar cukup memprihatinkan dalam dunia
yang semua ilmuwan sosial yang sepenuh hati
pendidikan.
akan menerima. Budaya didefinisikan sebagai Pembelajaran Kooperatif dalam Pendidikan Multikultural
- 109
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
cara hidup kelompok sosial dimana sejumlah
sebagai kesetaraan individu dan masyarakat
manusia yang membuat lingkungannya (Banks,
dalam demokrasi yang berusaha beradaptasi
2002:
simbol,
secara positif bukan merusak, persatuan dan
interpretasi, dan perspektif yang membedakan
persamaan identitas masyarakat dan nasional
satu orang dari yang lain dalam masyarakat
(Zamroni, 2008).
52).
Kultur
adalah
nilai,
modern, dan tidak artefak, benda material,
Kenyataan bangsa Indonesia merupakan
sebuah aspek lain yang nyata dari masyarakat
masyarakat multikultural, dimana keragaman itu
manusia.Pengetahuan adalah tidak netral atau
juga tertulis dengan jelas di lambang Negara
statis, budaya berbasis, perspektif, dinamis, dan
Pancasila yaitu Bhinneka Tunggal Ika.Perlu
mengubah (Banks, 2007:15).
kiranya
Realitas
keanekaragaman
pendidikan
menumbuhkan
sikap,
masyarakat
kesadaran dan kepedulian sosial serta berbagi
dengan segala perbedaan dalam aspek sosial,
dengan sesama tanpa melihat dari latar belakang
ekonomi, politik, dan kultural tidak mungkin
mereka baik dari etnis, suku, agama, golongan,
dihindari. Pemerintah Amerika Serikat pernah
kelompok dan sebagainya.Manusia
berusaha
aspek-aspek
makluk sosial sudah memiliki kepedulian sosial,
perbedaan dengan nama kebijakan “melting pot”
karena manusia saling membutuhkan dan tidak
yakni penyatuan semua kultur dari berbagai
bisa hidup sendirian.
dalam
penyatuan
imigran dan warga minoritas untuk melebur jadi
Pendidikan Multikultural
satu ke dalam kultur dominan ternyata gagal. Kegagalanmelting mengembangkan
pot kebijakan
akhirnya baru
yaitu
pendidikan multikultural. Kebijakan Pendidikan multikultural yang lahir dari kesadaran yang mendalam
dari
masyarakat
yang
harus
menghargai dan menjunjung tinggi adanya berbagai perbedaan macam etnis, suku bangsa, bahasa, dan kultur masyarakat(Zamroni, 2011). Kesadaran akan karakteritik multikultural perlu memegang teguh sifat tenggang rasa dan toleransi akan melahirkan suatu kesadaran baru bahwa kerjasama dengan segala perbedaan merupakan kebutuhan mutlak. Lebih
lanjut
Modood
penyesuaian budaya traditional atas kebutuhan warga imigran dan warga minoritas seperti kebebasan individu di dalam kelompoknya Masyarakat
Multikultural
110 - Volume 1, Nomor 1, Juni, 2012
Kelahiran
pendidikan
multicultural
diawali oleh pengalaman buruk yang dialami oleh
masyarakat
penindasan minoritas.
Amerika
kultur
Serikat,
yaitu
atas
kultur
disebut
kultur
dominan
Kultur
dominan
kelompok WMCA, yakni kultur orang kulit putih (White), kultur lelaki (Male), kultur pemeluk kristen (Cristian), dan kultur yang datang
dari
Eropa
Penindasan
kultur
minoritas,
akhirnya
Barat
(Anglo Saxon).
dominan
atas
kultur
berkembang
pada
penindasan sosial ekonomi. Warga minoritas sulit mendapat pekerjaan, dan ada kebijakan diskriminatif yang jelas.
menambahkan
bahwa masyarakat multikultural tidak sekedar
tetapi
sebagai
dipahami
Pendidikan
multikultural
lahir
dan
berkembang di Amerika serikat. James Banks (1995)
menerangkan
kelahiran
pendidikan
multikulturalisme tidak dapat dipisahkan dari gerakan untuk mendapatkan persamaan hak yang terjadi pada tahun 1960-an dengan
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
pernyataan berikut: “Multiculturalal Education
sosial, atau jender. Pendidikan multikultural
grew out the ferment of the civil right movement
harus mereformasi sekolah untuk memberikan
of the 1960s”. Selanjutnya Banks and Banks
kesempatan kepada semua siswa untuk belajar.
(2001)
Pendidikan Multikultural juga sebuah proses
melaporkan
bahwa
pendidikan
multikultural lahir di Amerika serikat sebagai
yang
gerakan
lanjut
untuk
pendidikan kelompok
mendapatkan
bagi
wanita,
kelompok,etnis,
bahasa
(Banks,2007:82).Lebih
Ladson-Billings
(2004:195),menyatakan
and bahwa
Gillborn pendidikan
non-Inggris,
multikultural adalah sebuah harapan yang besar
kelompok berpendapatan rendah dan kelompok
dimana pendidikan dapat mengubah masa depan
berkemampuan khusus(Zamroni, 2011).
anak muda yang tak terhitung jumlahnya dari
Nieto
minoritas
kesetaraan
berkelanjutan
(dalam
Noel,
2000:300)
mendefinisikan bahwa pendidikan Multikultural
kehidupannya. Tujuan utama kurikulum multietnik yang
merupakan sebuah proses reformasi sekolah
efektif
secara konprehensif dan dasar pendidikan untuk
membantu siswa untuk membangun kemampuan
semua siswa. Ini merupakan suatu tantangan
dalam membuat keputusan reflektif tentang isu-
untuk menghapus rasisme dan segala bentuk
isu pribadi dan publik dan untuk mengambil
diskriminasi di sekolah dan masyarakat, serta
tindakan
untuk menerima pluralisme, dari komunitas
kurikulum dengan konten etnis dapat dilihat
siswa dan guru. Tujuh karakteristik dasar
sebagai proses reformasi kurikulum. Perubahan
pendidikan multikultural dalam definisi ini,
kurikulum ini dapat mengaktifkan siswa untuk
yaitu: 1) pendidikan multikultural yang anti
melihat peristiwa, konsep, dan isu-isu dari
rasisme, 2) pendidikan multikultural merupakan
berbagai perspektif etnik. Kurikulum multietnis
dasar
pendidikan
adalah sebuah konsep yang sangat luas dan
multikultural sangat penting untuk semua siswa,
termasuk di dalam studi dari berbagai macam
4)
merupakan
etnis, menggunakan pendekatan komparatif,
pelajaran yang dapat meresap dalam pelajaran
merupakan konseptual dan interdisiplin. Konsep
lain (pervasive), 5) pendidikan multikultural
utama adalah kelayakan dan pendekatan belajar
merupakan pendidikan untuk keadilan sosial, 6)
dari perspektif multi disiplin, seperti berbagai
pendidikan multikultural adalah sebuah proses,
ilmu sosial, seni, literatur, komunikasi, fisik dan
dan 7) pendidikan multikultural merupakan
ilmu biologi.
dari
pendidikan,
pendidikan
3)
multikultural
pedagogy yang kritis. Selanjutnya Pendidikan
yang
Lebih
menurut
Multikultural
(Banks,
Banks terdiri
(2007b),
sukses.
lanjut
adalah
untuk
Mengintegrasikan
Banks
(2007:83),
menyatakan untuk mengimplementasikan secara
tiga
efektif kurikulum, program dan praktek-praktek
komponen utama yaitu: 1)ide atu konsep, 2)
pendidikan multikultural itu penting. Banks
gerakan reformasi pendidikan dan 3) proses.
membangun
Pendidikan
memberikan
dimensi pendidikan multikultural. Adapun lima
kesempatan yang sama kepada semua siwa
konsep dimensi pendidikan multikultural, yaitu :
multikultural
dari
1987:52)
sebuah
konsep
yang
disebut
untuk belajar tanpa memandang ras, etnis, kelas Pembelajaran Kooperatif dalam Pendidikan Multikultural
- 111
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
a.
b.
Integrasi konten, yaitu cara bagaimana guru
kelompok sosial,etnis, budaya, bahasa, jender
menggunakan contoh dan konten dari
untuk
beragam budaya dan kelompok untuk
memberdayakan pengalaman budaya mereka.
menggambarkan
Sekolah
konsep,
prinsip,
selalu
membantu
dan
siswa
mata pelajaran atau disiplin mereka.
ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang
Proses
dibutuhkan untuk belajar lintas budaya.
penyusunan
pengetahuan,yaitu
Lebih
lanjut
Bank
(2002:19)
digunakan oleh guru untuk membantu
mengemukakan untuk mengimplementasikan
siswa paham, menyelidiki, dan untuk
dimensi pendidikan multikultural sekolah harus
menentukan bagaimana asumsi budaya
mereformasi delapan berkharakteristik sebagai
yang tersirat, kerangka acuan, perspektif
sekolah multikultur, yaitu:
dan
a.
prasangka
di
dalam
disiplin
Guru dan administrasi sekolah mempunyai
mempengaruhi cara pengetahuan disusun.
harapan tinggi kepada semua siswa. Guru
Mengurangi prasangka; dimensi ini focus
dan staff harus bersikap dan cara yang
pada karakteristik dari sikap rasial siswa
positif,serta
dan
siswa.
bagaimana
strategi
guru
untuk b.
penuh
Kurikulum
perhatian
formal
terhadap
mencerminkan
demokratis.
pengalaman, budaya, dan perspektif dari
Pedagogi kesetaraan; pedagogi kesetaraan
berbagai kelompok budaya dan etnis serta
ada ketika guru mengubah pengajaran
jender dengan baik.
mereka ke cara yang akan memfasilitasi
e.
harus
belajar
membangun nilai demokrasi dan percaya akan
mengubah nilai dan sikap tersebut lebih
d.
kesempatan
generalisasi serta teori utama dalam bidang
proses dari metode dan aktivitas yang
c.
diberi
c.
Gaya mengajar yang digunakan oleh guru
prestasi akademis dari siswa dari berbagai
cocok dalam pembelajaran budaya, dan
kelompok ras, budaya, dan kelas social.
dapat memotivasi siswa
Budaya sekolah dan struktur sekolah yang
d.
Guru dan staff administrasi menunjukkan
memberdayakan;konsep ini sangat komplek
rasa hormat pada siswa yang menggunakan
dimana
bahasa dan dialek mereka.
praktik
pengelompokan
dan
penamaan partisipasi prestasi yang tidak
e.
Bahan ajar yang digunakan di sekolah
proporsional, dan interaksi staf, dan siswa
menunjukkan peristiwa, situasi, dan konsep
antar etnis dan ras adalah beberapa dari
dari perspektif berbagai kelompok budaya,
komponen budaya sekolah yang harus
etnis, dan ras.
diteliti untuk menciptakan budaya sekolah
f.
Prosedur penilaian dan pengujian yang
yang memberdayakan siswa dari beragam
digunakan
kelompok, ras, etnis dan budaya.
budaya yang beragam dari siswa yang
Untuk
dapat
mengimplementasikan
dimensi pendidikan multikultural, sekolah dan yang terlibat dalam institusi pendidikan harus direformasi. Semua siswa dari latar belakang 112 - Volume 1, Nomor 1, Juni, 2012
di
sekolah
mencerminkan
cerdas dan berbakat. g.
Budaya sekolah dan kurikulum tersembunyi mencerminkan keragaman budaya dan etnis
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
h.
Para konselor sekolah memiliki harapan
c.
Kesempatan yang sama untuk berhasil,
tinggi untuk siswa dari kelompok yang
metode skoring yang digunakan mencakup
berbeda
dan
nilai perkembangan peningkatan prestasi
membantu para siswa untuk mengatur dan
yang diperoleh siswa terdahulu. Dengan
menyadari tujuan karir yang positif.
demikian siswa dengan prestasi renda,
ras,
etnis,
dan
bahasa
sedang dan tinggi sama-sama memperoleh
Pembelajaran Kooperatif
kesempatan untuk berhasil.
Pembelajaran koopeatif adalah salah satu
Lebih lanjut Slavin mengemukakan lima
bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivisme.Pembelajaran
koopeatif
merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya
berbeda.
Dalam
penyelesaian tugas kelompoknya, setiap siswa harus
saling
bekerja
sama,
saling
membantuuntuk memahami materi pelajaran. Dalam belajar dikatakan belum selesai jika salah satu anggota belum menguasai bahan pelajaran
Slavin (2005:10), Metode Student Team (MSTL)
adalah
teknik
yang
dikembangkan dan di teliti oleh John Hopkins University.
Metode
ini
menekankan
penggunaan tujuan tim dan sukses tim. Oleh karena itu tugas-tugas yang diberikan pada siswa bukan melakukan sesuatu sebagai sebuah tim tetapi belajar sesuatu sebagai sebuah tim. Lebih lanjut Slavin, mengemukakan tiga konsep
yang
yaitu tiga
sebagian besar mata pelajaran dan tingkat kelas, yang meliputi 1) Student Team-Achievement Division (STAD), 2) Team-Games-Turnament (TGT), 3) Jigsaw II. Dua prinsip yang lain adalah kurikulum konprehensif yang dirancang dalam mata pelajaran khusus pada tingkat kelas tertentu yaitu: Cooperative Integrated Reading
menjadi
karakter
dalam
pelajaran membaca pada kelas 2-8 dan Team Accerelerated Instruction (TAI) yang digunakan untuk mata pelajaran matematika pada kelas 36.Team-Games-Turnament (TGT), merupakan metode pertama dari
Penghargaan
kelompok,
keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu dalam menciptakan hubungan
antar
personal,
saling
mendukung, membantu dan saling peduli. b.
Pertanggungjawaban individu, tergantung pada pembelajaran individu dari semua anggota.
yang
Edwards.Jigsaw II, adalah adaptasi dari teknik teka-teki Elliot Aronson (1978). Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC Team Accerelerated Instruction (TAI) Anita
dimana
Johns Hopkins
dikembangkan oleh David DeVries dan Keith
pembelajaran kooperatif, yaitu: a.
prinsip dapat diadaptasi pada
and Composition (CIRC) yang digunakan untuk
(Isjoni, 2011:14).
Learning
prinsip dalam metode pembelajaran kooperatif,
pembelajaran
Lie
(2008:28),
kooperatif
menyebut
dengan
istilah
pembelajaran gotong royong yaitu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa-siswa lain dalam tugas yang terstruktur. Selanjutnya Lie mengatakan untuk mencapai hasil
yang
optimal
lima
unsur
model
pembelajaran gotong royong harus diterapkan, yaitu: Pembelajaran Kooperatif dalam Pendidikan Multikultural
- 113
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
a.
b.
Saling
ketergantungan
positif,
dimana
Para siswa diberikan satu evaluasi atau
keberhasilan kelompok tergantung pada
penghargaan yang akan ikut berpengaruh
usaha setiap anggotanya.
terhadap evaluasi kelompok.
Tanggung jawab perseorangan, sebagai
f.
Para
bekerja sama selama belajar.
kelompok
harus
bertanggung g.
Setiap
individual materi yang ditangani dalam
kegiatan interaksi ini
Komunikasi
antar
kelompok kooperatif.
dimana
dengan efektif pada diri siswa bila ditanamkan
keberhasilan kelompok tergantung pada
unsur-unsur dasar belajar kooperatif. Dengan
kesediaan
saling
dilaksanakan pemblajaran kooperatif secara
mendengar dan kemampuan mereka untuk
berkesinambungan dapat dijadikan sarana bagi
mengutarakan pendapat mereka.
guru untuk melatih dan mengembangkan aspek
Evaluasi proses kelompok, dimana evaluasi
kognitif,
sangat penting untuk perbaikan kegiatan
khususnya ketrampilan sosial untuk bekal hidup
kelompok lebih efektif. Pelaksanaan tidak
di
harus setiap kali ada kerja kelompok tetapi
pembelajaran
bisa diadakan selang beberapa waktu
keberhasilan guru dalam mengelola kelasnya
setelah
(Isjoni, 2011:102).
para
anggota,
secara
Pembelajaran kooperatif dapat berjalan
anggota
beberapa
untuk
pemebelajaran
dalam
afektif
masyarakat.
dan
psikomotorik
Keberhasilan
ini
juga
pembelajaran
berikut: Para siswa harus memiliki pandangan bahwa mereka adalah senasib. Para siswa harus memiliki tanggung jawab siswa lain dalam kelompoknya dalam mempelajari materi yang dihadapi. Para siswa harus berpandangan bahwa
siswa
pada
berdampak
pada
siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam kelompok, bertanggung pembelajaran
Para siswa berbagi tugas dan tanggung jawab diantara para anggotanya.
saling
memimpin,
jawab
dalam
yang
saling kesetaraan
senasib
dan
sepenanggungan, menciptakan hubungan antar personal, saling mendukung, membantu dan saling peduli dalam mencapai tujuan yaitu keberhasilan dalam menguasai materi belajar. Praktek Pembelajaran Kooperatif Pendidikan Multikultural Banks
mereka mempunyai tujuan yang sama.
(2002:29),
dalam
mengemukakan
pendidik menggunakan beberapa pendekatan, untuk mengintegrasikan konten budaya ke dalam
kurikulum
sekolah.
pendekatan tersebut, yaitu: 114 - Volume 1, Nomor 1, Juni, 2012
siswa,
Jadi pada pembelajaran kooperatif ini
yang di kutip oleh Isjoni (2011: 16) sebagai
d.
diminta
dan berdiskusi,
kooperatif menurut Lungdren (1994), seperti
c.
akan
mempertanggungjawabkan
Unsur-unsur
b.
siswa
Tatap muka, setiap anggota harus bertemu
cooperrative learning.
a.
kepemimpinan
anggota
yang menguntungkan semua anggota.
e.
berbagi
sementara mereka memperoleh ketrampilan
membantu siswa untuk membentuk sinergi
d.
siswa
akibat dari unsur pertama maka setiap
jawab atas keberhasilan kelompok. c.
e.
Pendekatan-
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
a.
b.
c.
Pendekatan kontribusi, di mana isi tentang
Sementara Zamroni (2011) berpendapat
kelompok etnis dan budaya yang terbatas
pendidikan kultur sebagai proses penyadaran
terutama
memberikan arah ke mana transformasi praktek
untuk liburan dan perayaan
kebudayaan.
pendidikan harus menuju. Keberadaan sistem
Pendekatan aditif,dalam pendekatan ini, isi
dan praktek pendidikan yang layak untuk
budaya, konsep, dan tema ditambahkan ke
mencapai prestasi optimal adalah pendidikan
kurikulum tanpa mengubah struktur dasar,
yang: 1) menekankan kesetaraan dan keadilan,
tujuan dan karakteristik. Pendekatan aditif
2) proses pembelajaran di jauhkan dari sifat bias
sering dilakukan dengan penambahan buku,
dan stereotip, 3) prose pembelajaran harus
unit, atau kursus dengan kurikulum tanpa
berujung
mengubah kerangka kerja.
kultural di dalam diri siswa.
Pendekatan
transformasi
pengembangan
kemampuan
fundamental
Lebih lanjut dinyatakan bahwa kompeteni
berbeda dari kontribusi dan pendekatan
kultural dapat dibentuk oleh empat faktor: a)
aditif.
mengubah
penguasaan pengetahuan, b) daya kritis atau
aturan/norma, paradigma, dan asumsi dasar
berfikir kritis, c) kemampuan mengembangkan
kurikulum dan memungkinkan siswa untuk
sesuatu pengetahuan dan d) kemampuan praktik.
melihat, konsep, isu, tema, dan masalah
Faktor-faktor tersebut berproses terus menerus
dari perspektif dan sudut pandangyang
berkembang, saling terkait dan saling memberi
berbeda. Tujuan utama dari pendekatan ini
umpan balik dengan penyesuaian yang bersifat
membantu siswa untuk memahami konsep,
dinamis dengan kondisi dan situasi yang ada,
peristiwa, dan orang-orang dari perspektif
dan akhirnya menghasilkan kompetensi kultur.
Pendekatan
ini
etnis dan budaya yang beragam dan untuk
d.
pada
Untuk
membangun
pendidikan
memahami pengetahuan sebagai konstruksi
multikultural sekolah juga harus mempuyai
sosial.Tujuan
kultur
penting
dari
pendekatan
yang
demokratis.
Kultur
sekolah
transformasi ini mengajarkan siswa untuk
menempati peran penting dan strategis dalam
berpikir
mengembangkan
kelangsungan pembelajaran. Kultur yang positif
keterampilan untuk merumuskan, dokumen,
akan mempunyai dua dampak yaitu ke peserta
dan
didik dan ke pendidik. Pada prinsipnyaada
kritis
dan
membenarkan
kesimpulan
dan
generalisasi.
tigaalternatif dalam mengembangkan kultur
Pengambilan keputusan dan pendekatan
sekolah
aksi
curriculum” perubahan kultur bisa melalui
sosial
transformatif
memperluas
yaitu:
kurikulum dengan memungkinkan siswa
pembiasaan
untuk
keteladanan.
kegiatan
mengejar yang
proyek-proyek memungkinkan
dan
mereka
pertama
dan
bersifat
pembudayaan
Semakin
rendah
kependidikan semakin penting
“hidden
dengan jenjang
keteladanan
untuk mengambil tindakan pribadi, sosial,
pendidik.Kedua bersifat hard-action dimana
dan terkait dengan konsep, masalah, dan
pembiasaan dan pembudayaan melalui 3-SA
masalah yang telah mereka pelajari.
yaitu: dipaka, terpaksa dan biasa (Zamroni, 2011) Pembelajaran Kooperatif dalam Pendidikan Multikultural
- 115
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
Pembelajaran multikultural diharapkan
pengalaman belajar, membantu siswa dalam
memberikan stimulus kepada siswa sebagai
mengembangkan keterampilan berkomunikasi
upaya
secara lisan.
pencegahan
agar
tidak
terjadi
konflik.Hidup bersama dengan berbagai budaya
Pembelajaran kooperatif biasanya diawali
(multikultural) merupakan kewajiban sebagai
dengan pembentukan kelompok kecil antara 4-5
bangsa Indonesia yang memang terdiri dari
siswa. Dasar pembentukan kelompok–kelompok
berbagai
bangsa,
yang disarankan adalah yang heterogen.Dasar
agama.Semangat ke-Bhinneka-an harus terus
untuk menunjukkan heterogen, guru umumnya
ada dalam diri anak bangsa, hal ini juga
menggunakan nilai pretest anak, atau uji
menunjukkan kenyataan bahwa manusia tidak
kompetensi dasar sebelumnya. Penggunaan nilai
bisa memilih harus dilahirkan dari golongan
sebagai dasar pembentukan kelompok tersebut
mana.
bagi anak yang kurang berkompeten akan
latar
belakang
suku
Pembelajaran kooperatif dari paparan
membuat rendah diri. Sifat rendah diri ini akan
sebelunya adalah strategi pembelajaran yang
membuat anak yang memungkinkan malas
cukup berhasil pada kelompok-kelompok kecil,
untuk belajar. Jika hal ini terjadi maka beban
di mana pada tiap kelompok tersebut terdiri dari
guru menjadi bertambah.
siswa-siswa dari berbagai tingkat kemampuan, jenis
kelamin,
dan
latar
pembelajaran
etnik,
kooperatif dalam pembentukan kelompok guru
melakukan berbagai kegiatan belajar untuk
membuat kelompok yang heterogen dengan
meningkatkan
tentang
memperhatikan kemampuan akademis (Isjoni,
materi pelajaran yang sedang dipelajari. Setiap
2011:95). Heterogen dalam arti kemampuan,
anggota kelompok bertanggung jawab untuk
jenis kelamin, dan latar belakang etnis (Slavis,
tidak hanya belajar apa yang diajarkan tetapi
2005:11).Heterogen
juga untuk membantu rekan rekan belajar,
memperhatikan keanekaragaman gender, latar
sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan.
belakang agama, sosio-ekonomi, dan etnik serta
Menyadari bahwa semua anggota kelompok
kemampuan akademis(Lie 2008:41).
mempunyai nasib yang sama. Semua anggota
lanjut Lie menyarankan anggota kelompok dapat
kelompok
dibuat
pemahaman
berusaha
menguntungkan
sehingga
belakang
Teknik belajar-mengajar
mereka
untuk semua
saling anggota
permanen
Kelemahannya antar
bisa
dibentuk
atau
jika siswa
non
dengan
Lebih
permanen.
kelompok
permanen
kurang,
sedangkan
kelompok bisa. Tahu bahwa prestasi seseorang
interaksi
ditentukan oleh orang lain dalam satu kelompok.
kelompok non permanen tidak efisien waktu.
Merasa bangga dan merayakan bersama ketika
Untuk kelompok non permanen disarankan
salah satu anggota kelompok mendapatkan
dengan jam perjanjian.
keberhasilan.Keuntungan pembelajaran dengan
Jika kelompok sering diubah, siswa akan
model cooperative learning dapat meningkatkan
mempunyai lebih banyak kesempatan untuk
aktivitas
berinteraksi dengan siswa yang lainnya. Cara
belajar
siswa
dan
prestasi
akademiknya,meningkatkan daya ingatan siswa,
efisien
meningkatkan
menggunakan jam perjanjian. Jam perjanjian ini
kepuasan
siswa
116 - Volume 1, Nomor 1, Juni, 2012
dengan
disarankan
yang
adalah
dengan
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
berlaku pergantian anggota setiap jamnya. (Lie
kemudian dibagi kelompok yang diinginkan,
2008:44). Untuk saran tersebut, mungkin bagi
missal 5 kelompok. Anak berhitung sampai
siswa waktunya terlalupendek apalagi kalau jam
hitungan besaran jumlah kelompok (1, 2, 3, 4, 5)
dalam mata pelajaran tersebut hanya dua jam
dan selanjutnya mulai dari angka 1 dan nomor
pelajaran, sehingga waktu habis hanya untuk
yang
aktivitas perpindahan antar anggota dalam
Perhitungan
kelompok.
duduk depan kiri kanan secara spiral sampai
sama
bergabung
menjadi
satu.
awal dapat dimulai dari tempat
Untuk mencegah hal tersebut, pergantian
hitungan dalam kelas habis, pembentukan
anggota kelompok bukan berdasarkan jam
kelompok pertama. Pembentukan kelompok
perjanjian tetapi berdasarkan perjanjian sesi atau
dalam sesi/pertemuan berikutnya penghitungan
setiap pertemuan tatap muka. Jika materi mata
dapat dimulai dari tampat duduk siswa sebelah
pelajaran belum tuntas dan jika berganti anggota
kanan ke kiri, sesi selanjutnya dengan cara
akan mempersulit siswa maka keanggotaan
serong dan terus divariasikan sedemikian rupa
sebelumnya
sehingga
masih
Heterogenitas
bisa
dipertahankan.
berdasarkan
pembentukan
kelompok akan lebih efisien adalah berdasarkan
anak
dalam
satu
semester
kemungkinan berinteraksi dalam satu kelompok adalah jarang/kecil.
tempat duduk siswa dan dihitung secara
Jika
semua
guru
mata
pelajaran
sistematis. Tempat duduk siswa di sekolah dasar
melakukan pembiasan dalam menggunakan cara
sampai sekolah menengah atas, siswa yang
yang bervariatif tanpa menunjukkan kelas
memilih dan ditetapkan oleh guru/wali kelas,
kompetensi siswa, akan memberikan semangat
agar
berpindah-
kepada yang kompetensinya rendah untuk
pindah.Penetapan ini memudahkan guru dalam
belajar lebih baik.Penghargaan dan kebersamaan
mengelola kelas secara klasikal, tetapi guru mata
antar
pelajaran mempunyai otoritas untuk mengatur
kesederajatan dan keadilan diantara mereka
kelas dalam mata pelajarannya.
adalah sama.Pembudayaan dalam pembentukan
siswa
tidak
Penyampaian
duduk
pembentukan
kelompok
dapat disampaikan dalam pembelajaran diawal semester. Daftar anggota kelompok dalam setiap
siswa
akan
meningkat,
karena
kelompok ini akan membentuk kultur sekolah yang positif. Pemaknaan
dari
pembentukan
disamping
Pendidikan
mata pelajaran dapat di pasang di papan
kelompok
pengumuman
Multikultural
yaitu
sesi/pertemuan berikutnya siswa sudah tahu
manusia
dalam
siapa
keluarganya tidak selamanya sesuai yang kita
saja
perencanaan
kelas.
anggota
Diharapkan
kelompoknya.
pembelajaran
yang
dalam
Dengan efektif
ini
dasar
di
inginkan.Untuk
hal
menunjukkan hidup/bekerja
tersebut
kita
bahwa diluar
perlu
diharapkan mendapatkan hasil belajar yang
menyesuaikan diri dengan siapapun, dimanapun
optimal.
dan dapat bekerja dengan siapapun dengan latar
Secara
teknis
dasar
pembentukan
belakang yang berbeda.
kelompok yang heterogen dapat dimulai dengan cara menghitung jumlah anak dalam kelas, Pembelajaran Kooperatif dalam Pendidikan Multikultural
- 117
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
pembelajaran
KESIMPULAN Dari paparan di atas, dapat ditarik
akanmengembangkan
kooperatif, kesadaran
bahwa
beberapa kesimpulan bahwa :
kehidupan sekarang dan nantinya bagi
1.
Pendidikan multicultural merupakan wujud
siswa adalah tidak ada masalah dalam
kesadaran
penyesuaian.
tentang
keanekaragaman
kultural. Pendidikan multikultural dapat dijadikan
instrument
mengembangkan kebanggaan
strategis kesadaran
seseorang
untuk atas
terhadap
suku
bangsanya. 2.
Pendidikan relevan
multicultural
dengan
juga
masyarakat
sangat majemuk
multi
Isjoni,
yang
(2011), Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Penerapan pendidikan multikultural dalam
Lie, Anita, (2008), Cooperative Learning: mempraktekkan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
bahasa
kesetaraan
dan
multikultural
yang
dan
masyarakat
demoktratis.
kurikulum terintegrasi atau menyatu dengan mata pelajaran lain. Penerapan pendidikan multikultural yang integratif
dapat
menggunakan
modelpembelajaran kooperatif. 5.
Dasar pembentukan kelompok yang efisien adalah dengan pembentukan kelompok non permanen dengan perjanjian sesi atau perjanjian pertemuantatap
muka,
yang
memungkinkan siswa berinteraksi secara bergiliran dengan teman satu kelas. 6.
Banks, James A., (2002), An Introduction to MulticulturalEducation.Boston: Allyn Bacon.
pemahaman akan multi etnis, multi agama,
memerlukan konstruksi baru atas keadilan,
4.
Banks, James A., (1987), Teaching Strategies For Ethnic Studies, 4 ed. Boston: Allyb and Bacon
Banks, James A., (2007), Educating Citizens in a Multicultural Society. New York: Teacher College.
seperti Indonesia, yang menekankan pada
3.
Daftar Pustaka
Pembiasaan dengan dasar pembentukan kelompok yang variatif dalam model
118 - Volume 1, Nomor 1, Juni, 2012
Noel, Jana, (2000), Multicultural Education. Dushkin: on-line Slavin, Robert E., (2005), Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktek. Bandung: Nusa Media Sunarto Kamanto, (2004) Multicultural Education in Indonesia and South Asia: Stepping into the Unfimiliar. Jurnal Antropologi Indonesia, Departemen Antropologi: Fakultas Sosial Politik UI Zamroni, (2008), Multikultural Education: Philosophy, Policy and practice vol. 1 A Reader. Yogyakarta: Graduate Program The State University of Yogyakarta. Zamroni, (2011), Pendidikan Demokrasi pada Masyarakat Multikultural. Yogyakarta: Gavin Kalam Utama.