JURNAL INKUIRI ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN ANALISIS Hadma Yuliani 1, Widha Sunarno 2, Suparmi 3 1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
[email protected] 2
Dosen Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
[email protected]
3
Dosen Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
[email protected]
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi, sikap ilmiah, kemampuan analisis, dan interaksinya terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Populasinya terdiri dari siswa kelas XI SMAN 1 Jakenan tahun pelajaran 2011/2012. Sampel yang diambil 2 kelas yaitu kelas XI IPA 5 dan XI IPA 6 dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data kemampuan analisis dan prestasi kognitif menggunakan metode tes. Untuk data sikap ilmiah dan prestasi afektif menggunakan metode angket. Teknik analisis data menggunakan multivariate analysis of variance (manova). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: 1) tidak terdapat pengaruh pembelajaran dengan metode terhadap prestasi kognitif. Namun, terdapat pengaruh pembelajaran dengan metode terhadap prestasi afektif; 2) terdapat pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif dan afektif; 3) terdapat pengaruh kemampuan analisis tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif. Namun tidak terdapat pengaruh kemampuan analisis tinggi dan rendah terhadap prestasi afektif; 4) tidak terdapat interaksi antara metode dengan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif dan afektif; 5) tidak terdapat interaksi antara metode dengan kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif, namun terdapat interaksi antara metode dengan kemampuan analisis terhadap prestasi afektif; 6) tidak terdapat interaksi sikap ilmiah dengan kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif dan afektif; 7) tidak terdapat interaksi pembelajaran antara metode, sikap ilmiah, dan kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif dan afektif. Kata kunci :
pendekatan keterampilan proses, sikap ilmiah, kemampuan analisis, prestasi belajar, fluida statis.
Untuk mendukung tercapainya fungsi tersebut perlu adanya pengembangan kemampuan siswa maka perlu adanya keterlibatan dari orang tua, guru, dan pemerintah. Pengembangan kemampuan siswa perlu adanya dukungan dari orang tua. Selain itu, perubahan di bidang pendidikan terus diupayakan baik perubahan kurikulum pendidikan maupun peranan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu: ”Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan
Pendahuluan Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi: “Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. 207
JURNAL INKUIRI ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216) http://jurnal.pasca.uns.ac.id pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta diperlukan kontak langsung dengan hal yang efisiensi manajemen pendidikan. Peningkatan ingin diketahui. Inilah sebabnya dalam fisika mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan terdapat metode eksperimen dan inkuiri, dimana kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui siswa dapat mengamati, mengukur, olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga agar mengumpulkan data, menganalisa data, dan saing dalam menghadapi memiliki daya menyimpulkan sangat cocok dalam mendalami tantangan global”. Tetapi pada kenyataannya, fisika. Metode ilmiah yang sangat jelas mutu pendidikan di Indonesia lebih rendah menunjukkan proses abstraksi terhadap kejadian dibandingkan dengan mutu pendidikan negarakonkrit, tepat untuk digunakan dalam negara lain di tingkat regional dan internasional. mempelajari fisika (Suparno, 2007: 12). Selain Indonesia dengan telah tiga kali berpartisipasi itu fisika juga merupakan ilmu pengetahuan yang dalam TIMSS, yaitu tahun 1999, 2003, dan 2007 berusaha menguraikan dan menjelaskan hukumdengan mengikutkan siswa kelas VIII SMP/MTs. hukum dan kejadian-kejadian dalam alam Capaian siswa kelas VIII di Indonesia dalam menurut pemikiran manusia. matematika dan sains yang berada di papan Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bawah dibandingkan capaian siswa di beberapa bahwa fisika adalah pengetahuan yang negara di Asia (Hongkong, Japan, Korea, mempelajari kejadian-kejadian yang bersifat fisis Taiwan, Malaysia, Thailand). Siswa Indonesia yang mencakup proses, produk dan sikap ilmiah menempati peringkat 32 dari 38 negara (tahun bersifat siklik, saling berhubungan, dan 1999), peringkat 37 dari 46 negara (tahun 2003), menerangkan bagaimana gejala-gejala alam dan peringkat 35 dari 49 negara (tahun 2007). tersebut terukur melalui pengamatan dan Dengan capaian tersebut, rata-rata siswa penelitian. Produk merupakan kumpulan Indonesia hanya mampu mengenali sejumlah pengetahuan yang dapat berupa fakta, konsep, fakta dasar tetapi belum mampu prinsip, hukum, dan teori. Proses merupakan mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai langkah-langkah yang harus ditempuh untuk topik sains, apalagi menerapkan konsep-konsep memperoleh pengetahuan misalnya mengamati, yang kompleks dan abstrak (data dari TIMSS menafsirkan pengamatan, mengklarifikasi, diambil dari Prosiding Seminar Nasional Fisika meramalkan, menerapkan konsep, merencanakan 2010 pada tanggal 28 April 2010) percobaan, berkomunikasi dan menyimpulkan. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia Sikap ilmiah terbentuk saat melakukan proses, berdasarkan TIMSS, khususnya pembelajaran misalnya objektif dan jujur pada saat sains karena pembelajaran sains tidak diajarkan mengumpulkan dan menganalisa data. sesuai dengan karakteristik sains itu sendiri. Pembelajaran sains khususnya fisika harus Pembelajaran sains adalah pembelajaran untuk sesuai karakteristik fisika melalui pengukuran mendapatkan pengetahuan yang dengan langsung, penggunaan metode eksperimen dan menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk demonstrasi dan penjabaran rumus. Mata menggambarkan dan menjelaskan fenomena – pelajaran fisika di SMA dikembangkan untuk fenomena yang terjadi di alam. mendidik siswa agar mampu mengembangkan Fisika oleh Piaget dikelompokkan sebagai observasi dan eksperimentasi serta berfikir taat pengetahuan fisis. Pengetahuan fisis terjadi asas. Berfikir taat asas dikembangkan dari karena abstraksi terhadap alam. Pengetahuan kemampuan matematis yang dimiliki lewat fisis adalah pengetahuan akan sifat-sifat fisis dari pelajaran matematika. Kemampuan observasi suatu objek atau kejadian dalam bentuk, besar dan eksperimentasi ditekankan pada melatih kekasaran, berat serta bagaimanan objek-objek kemampuan berpikir eksperimental. Kemampuan itu berinteraksi satu dengan yang lainnya (Piaget, berpikir eksperimental mencakup tata laksana 1970, 1971: Wadsworth, 1989) yang dikutip oleh percobaan dan mengenal peralatan laboratorium. Suparno (2007: 12). Siswa memperoleh Standar kompetensi mata pelajaran fisika untuk pengetahuan fisis tentang suatu objek dengan SMA kelas XI telah dirumuskan oleh mengerjakan atau bertindak terhadap objek itu Departemen Pendidikan Nasional antara lain: melalui inderanya. Pengetahuan fisis ini didapat menganalisis gejala alam dan keteraturannya dari abstraksi langsung akan suatu objek. Oleh dalam cakupan mekanika benda titik, karena itu fisika adalah pengetahuan fisis, maka menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sangat jelas bahwa untuk mempelajari fisika dan sistem kontinyu dalam menyelesaikan masalah, membentuk pengetahuan tentang fisika, 208
JURNAL INKUIRI ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216) http://jurnal.pasca.uns.ac.id menerapkan konsep termodinamika dalam mesin Ada faktor-faktor yang mempengaruhi kalor. prestasi belajar siswa antara lain adalah kondisi Materi dalam pembelajaran fisika untuk internal dan kondisi eksternal dari siswa. Kondisi SMA kelas XI salah satunya fluida statis yang internal adalah faktor-faktor yang berasal dari terdapat dalam standar kompetensi menerapkan dalam diri siswa meliputi kemampuan awal, konsep dan prinsip mekanika klasik sistem pengetahuan prasyarat yang telah dimiliki siswa, kontinyu dalam menyelesaikan masalah. aktivitas, kreativitas, sikap ilmiah, intelegensi, Karakteristik materi fluida statis merupakan gaya belajar, interaksi sosial, bakat, dan materi pembelajaran yang bisa diamati oleh kemampuan analisis. Sikap ilmiah dan siswa secara langsung. Pada materi fluida statis kemampuan analisis berpengaruh terhadap banyak berkaitan dalam kehidupan sehari-hari pembelajaran fisika. Baharuddin (1982:34) maka materi fluida statis penting untuk dipahami mengemukakan bahwa sikap ilmiah pada siswa. Dalam pembelajaran fluida statis kurang dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh berhasil bila tidak ditunjang dengan kegiatan para ilmuwan saat ilmuwan melakukan kegiatan praktikum/laboratorium. Metode eksperimen dan eksperimen. Dengan perkataan lain demonstrasi yang digunakan untuk proses kecenderungan siswa untuk bertindak atau pembelajaran dalam kegiatan berperilaku dalam memecahkan suatu masalah praktikum/laboratorium dengan menggunakan secara sistematis melalui langkah-langkah pendekatan keterampilan proses. ilmiah. Aspek sikap ilmiah terdiri dari sikap Pembelajaran keterampilan proses dengan ingin tahu, sikap kritis, sikap obyektif, sikap metode eksperimen dan demonstrasi di SMA menghargai karya orang lain, sikap tekun, dan Negeri 1 Jakenan sudah dilaksanakan dalam sikap terbuka. pembelajaran fisika tetapi kurang maksimal. Faktor lain yang harus diperhatikan adalah Maka sebaiknya, siswa diberikan pembelajaran kemampuan analisis. Kemampuan analisis adalah fisika dengan pembelajaran proses dimana kemampuan menjabarkan atau menguraikan melibatkan siswa secara aktif dalam konsep menjadi bagian-bagian yang lebih rinci pembelajaran dengan melakukan pengamatan dan menjelaskan keterkaitan atau hubungan antar dalam memperoleh pengetahuan/konsep bagian-bagian tersebut. Komponen kemampuan pembelajaran sehingga pembelajaran bermakna. analisis yang dimaksud adalah mengintepretasi Pembelajaran bermakna diharapkan mampu data, menentukan hubungan antar hal, memerinci bertahan lama diingatan/memori siswa karena informasi, menginterprestasi data untuk siswa menemukan pengetahuannya melalui memecahkan masalah dan membuat hipotesis. metode ilmiah. Kondisi pembelajaran harus diperbaiki Pendidikan sains di Indonesia khususnya yaitu dengan berbagai pendekatan, model dan fisika masih monoton dan membosankan. Proses metode pembelajaran antara lain pendekatan belajar mengajar yang dilakukan guru pada keterampilan proses, pendekatan kontekstual, umumnya adalah guru sebagai pusat pengetahuan model kooperatif, model PBI, metode inkuiri, di depan kelas, siswa belum terlibat aktif dari metode eksperimen, dan metode demonstrasi. pembelajaran, pembelajaran belum melibatkan Keterampilan proses atau metode ilmiah keterampilan proses dan kontekstual, dan soal merupakan bagian dari sains (Subiyanto, 1988: yang diberikan belum kontekstual sehingga hasil 114). Dengan menggunakan keterampilanbelajar yang diperoleh siswa rendah karena guru keterampilan memproses perolehan pengetahuan, siswa akan mampu untuk menemukan konsep fisika SMA lebih menekankan pada pencapaian atau prinsip tau teori, untuk mengembangkan target kurikulum dan kurang menekankan pada konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun pemahaman konsep. Selain itu, pelajaran fisika untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu merupakan salah satu pelajaran yang dianggap penemuan (falsfilasi) (Indrawati, 1999: 3). Proses sulit dan tidak disukai oleh siswa, karena fisika belajar mengajar dengan pendekatan biasanya melalui pendekatan secara matematis. keterampilan prose akan menciptakan kondisi Pembelajaran fisika bukan hanya sekedar belajar yang melibatkan siswa serta aktif. mengerti matematika, tetapi lebih jauh siswa Ada beberapa alasan yang melandasi perlu diharapkan mampu memahami konsep yang diterapkannya pendekatan keterampilan proses terdapat dalam pembelajaran fisika, menuliskan dalam kegiatan belajar mengajar. Alasan simbol-simbol fisis, memahami permasalahan pertama, perkembangan ilmu pengetahuan serta menyelesaikan secara matematis. 209
JURNAL INKUIRI ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216) http://jurnal.pasca.uns.ac.id berlangsung semakin cepat sehingga tak interaksi antara pendekatan keterampilan proses mungkin lagi para guru mengajar semua fakta dengan metode eksperimen dan demonstrasi dan konsep kepada siswa. Kedua, para ahli dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar psikologi pada umumnya sependapat bahwa siswa, (5) interaksi antara pendekatan anak-anak mudah memahami konsep-konsep keterampilan proses dengan metode eksperimen yang rumit dan abstrak jika disertai dengan dan demonstrasi dengan kemampuan analisis contoh-contoh konkret. Ketiga, penemuan ilmu terhadap prestasi belajar siswa, (6) interaksi pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus antara sikap ilmiah dengan kemampuan analisis persen, penemuannya bersifat relatif. Alasan terhadap prestasi belajar siswa, (7) interaksi keempat, dalam proses belajar mengajarnya antara pendekatan keterampilan proses dengan seyogyanya pengembangan konsep tidak lepas metode eksperimen dan demonstrasi dengan dari perkembangan sikap dan nilai dalam anak sikap ilmiah dan kemampuan analisis terhadap didik. Karena itu, pengembangan keterampilan prestasi belajar siswa. dalam memperoleh data dan pengetahuan akan Metode Penelitian berperan sebagai wahana penyatu antara pengembangan konsep dan pengembangan sikap Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri – dan nilai (Conny, 1988: 14-16) 1 Jakenan Tahun Pelajaran 2011/2012 yang Selain pendekatan pembelajaran, guru beralamat di Kecamatan Jakenan, Kabupaten didukung metode pembelajaran. Seorang guru Pati, Provinsi Jawa Tengah. Adapun waktu diharapkan dapat menggunakan metode pelaksanaan penelitian ini mulai dari penyusunan pembelajaran yang tepat, sehingga materi akan proposal hingga pembuatan laporan penelitian lebih mudah diterima siswa. Metode eksperimen dimulai bulan September tahun 2011 sampai dan demonstrasi merupakan salah satu alternatif dengan tahun Juli 2012. Penelitian ini adalah metode pembelajaran yang digunakan guru pada penelitian kuasi eksperimen. Kelompok proses pembelajaran berlangsung. Metode eksperimen I diajar dengan pendekatan eksperimen mempunyai tujuan agar siswa keterampilan proses menggunakan metode mampu mencari dan menemukan sendiri eksperimen dan kelompok eksperimen II dengan berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang menggunakan pendekatan keterampilan proses dihadapinya dengan mengadakan percobaan menggunakan metode demonstrasi. sendiri. Metode eksperimen merupakan suatu Rancangan penelitian dalam penelitian ini cara mengajar agar siswa dapat terlatih dalam disusun sesuai dengan variabel-variabel yang cara berpikir yang ilmiah (scientific thinking). terlibat. Variabel-variabel terlibat dalam Dengan eksperimen siswa menemukan bukti penelitian ini merupakan cerminan dari data-data kebenaran dari sesuatu yang telah dipelajarinya. yang akan diperoleh setelah perlakuan terhadap Sedangkan, metode demonstrasi merupakan sampel penelitian yang dilakukan. Data yang suatu cara mengajar yang hampir sejenis dengan diperoleh kemudian dianalisis menggunakan uji eksperimen tetapi siswa tidak melakukan manova. Teknik pengambilan sampel percobaan. Siswa hanya melihat yang dikerjakan menggunakan teknik cluster random sampling. oleh guru atau perwakilan dari siswa. Metode “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi demonstrasi adalah cara mengajar agar seseorang yang diteliti” (Suharsimi: 2006). Sampel yang siswa menunjukkan dan memperlihatkan sesuatu digunakan dalam penelitian ini ada 2 kelas, yaitu proses/kegiatan percobaan (Roestiyah, 2008: 80kelas XI IPA 5 sebagai kelas eksperimen pertama 82). Berdasarkan uraian diatas maka akan dengan pendekatan keterampilan proses dilakukan penelitian menerapkan pembelajaran menggunakan metode eksperimen dan kelas XI fisika dengan pendekatan keterampilan proses IPA 6 sebagai kelas eksperimen kedua dengan dengan metode eksperimen dan demonstrasi pendekatan keterampilan proses menggunakan ditinjau dari sikap ilmiah dan kemampuan metode demonstrasi. analisis. Adapun tujuan dalam penelitian ini Teknik pengumpulan data dalam adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh penelitian ini menggunakan: (1) metode tes pendekatan keterampilan proses dengan metode untuk mengetahui prestasi belajar siswa dalam eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi ranah kognitif dan juga untuk mengetahui belajar siswa, (2) pengaruh sikap ilmiah terhadap kemampuan analisis siswa, (2) metode angket prestasi belajar siswa, (3) pengaruh kemampuan digunakan untuk mengetahui sikap ilmiah dan analisis terhadap prestasi belajar siswa, (4) 210
JURNAL INKUIRI ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216) http://jurnal.pasca.uns.ac.id prestasi afektif siswa, (3) metode observasi dilakukan untuk mendapatkan kumpulan data dari aktivitas belajar siswa pada saat melakukan kegiatan praktikum dan untuk pengamatan perilaku penilaian prestasi belajar ranah afektif. Instrumen pelaksanaan penelitian dalam penelitian ini berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Instrumen pengambilan data digunakan tes, angket dan observasi. Tes digunakan untuk mengukur prestasi belajar kognitif siswa dan mengukur kemampuan analisis siswa. Angket digunakan untuk mengukur sikap ilmiah dan prestasi belajar ranah afektif. Observasi untuk mengukur penilaian prestasi belajar ranah afektif. Uji normalitas data menggunakan uji Shapiro-Wilk yang terdapat pada software SPSS 17. Dan uji homogenitas digunakan adalah test of homogeneity variances. Kemudian Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji manova dengan bantuan software SPSS 17 (Budiyono: 2009).
Tabel 2. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Kelompok Sikap Ilmiah Tinggi Sikap Ilmiah Rendah
Tabel 1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau Dari Metode Belajar Kelompok Metode Eksperimen Metode Demonstrasi
Jumlah Maks.Min. Data 36 87 60 36 87 47
RataSD rata 75.47 6.609 68.94 9.295
Pada Tabel 1 diperlihatkan nilai rata-rata prestasi belajar kognitif kelas dengan metode eksperimen lebih tinggi dan memiliki standar deviasi yang lebih kecil dibandingkan metode demonstrasi. Dengan standar deviasi yang kecil pada metode eksperimen menunjukkan bahwa data mengumpul. Data mengumpul menunjukkan data nilai siswa yang baik untuk prestasi belajar kognitif. Sedangkan standar deviasi yang besar pada metode demonstrasi menunjukkan data menyebar. Dengan metode eksperimen menunjukkan nilai siswa lebih baik daripada metode demonstrasi terhadap prestasi belajar kognitif.
Ratarata
Standar Deviasi
37
87
63
76.95
6.191
35
83
47
67.20
8.102
Jumlah Data
Maks.
Min.
Ratarata
Standar Deviasi
48
84
63
75.20
5.143
28
82
62
70.93
5.422
Pada Tabel 3 diperlihatkan nilai rata-rata prestasi belajar kognitif kelas dengan kemampuan analisis tinggi lebih tinggi dan memiliki standar deviasi yang lebih kecil dibandingkan kemampuan analisis rendah. Dengan standar deviasi yang kecil pada kemampuan analisis tinggi menunjukkan bahwa data mengumpul. Data mengumpul menunjukkan data nilai siswa yang baik untuk prestasi belajar kognitif dengan kemampuan analisis tinggi. Sedangkan standar deviasi yang besar pada kemampuan analisis rendah menunjukkan data menyebar. Jadi, siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi menunjukkan nilai siswa lebih baik daripada kemampuan analisis rendah. Tabel 4. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau Dari Metode Belajar Kelompok Metode eksperimen Metode Demonstrasi
211
Min.
Tabel 3. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau Dari Kemampuan Analisis Kemp. Analisis Tinggi Kemp. Analisis Rendah
Deskripsi data untuk kedua kelas eksperimen tersebut dapat dilihat pada Tabel 1
Maks.
Pada Tabel 2 diperlihatkan nilai rata-rata prestasi belajar kognitif kelas dengan sikap ilmiah tinggi lebih tinggi dan memiliki standar deviasi yang lebih kecil dibandingkan sikap ilmiah rendah. Dengan standar deviasi yang kecil pada sikap ilmiah tinggi menunjukkan bahwa data mengumpul. Data mengumpul menunjukkan data nilai siswa yang baik untuk prestasi belajar kognitif dengan sikap ilmiah tinggi. Sedangkan standar deviasi yang besar pada sikap ilmiah rendah menunjukkan data menyebar. Jadi, siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi menunjukkan nilai siswa lebih baik daripada sikap ilmiah.
Kelompok
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Jumlah Data
Jumlah Data
Maks.
Min.
Ratarata
SD
36
84
67
75.58
4.735
36
84
62
71.50
5.755
JURNAL INKUIRI ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216) http://jurnal.pasca.uns.ac.id Pada Tabel 4 diperlihatkan nilai rata-rata prestasi belajar afektif kelas dengan metode eksperimen lebih tinggi dan memiliki standar deviasi yang lebih kecil dibandingkan metode demonstrasi. Dengan standar deviasi yang kecil pada metode eksperimen menunjukkan bahwa data mengumpul. Data mengumpul menunjukkan data nilai siswa yang baik untuk prestasi belajar afektif. Sedangkan standar deviasi yang besar pada metode demonstrasi menunjukkan data menyebar. Dengan demikian metode eksperimen menunjukkan nilai siswa lebih baik daripada metode demonstrasi terhadap prestasi belajar afektif. Tabel 5. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Kelompok Sikap Ilmiah Tinggi Sikap Ilmiah Rendah
Jumlah Data
Maks.
Min.
Ratarata
SD
37
84
65
76.11
4.932
35
82
62
70.83
5.050
Pada Tabel 5 diperlihatkan nilai rata-rata prestasi belajar afektif kelas dengan sikap ilmiah tinggi lebih tinggi dan memiliki standar deviasi yang lebih kecil dibandingkan sikap ilmiah rendah. Dengan standar deviasi yang kecil pada sikap ilmiah tinggi menunjukkan bahwa data mengumpul. Data mengumpul menunjukkan data nilai siswa yang baik untuk prestasi belajar afektif dengan sikap ilmiah tinggi. Sedangkan standar deviasi yang besar pada sikap ilmiah rendah menunjukkan data menyebar. Jadi, siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi menunjukkan nilai siswa lebih baik daripada sikap ilmiah terhadap prestasi afektif. Tabel 6. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau Dari Kemampuan Analisis Kelompok Kemp. Analisis Tinggi Kemp. Analisis Rendah
Jumlah Data
Maks.
Min.
Ratarata
SD
48
84
63
75.20
5.143
28
82
62
70.93
5.422
Pada Tabel 6 diperlihatkan nilai rata-rata prestasi belajar afektif kelas dengan kemampuan analisis tinggi lebih tinggi dan memiliki standar deviasi yang lebih kecil dibandingkan kemampuan analisis rendah. Dengan standar deviasi yang kecil pada kemampuan analisis tinggi menunjukkan bahwa data mengumpul. Data mengumpul menunjukkan data nilai siswa yang baik untuk prestasi belajar afektif dengan 212
kemampuan analisis tinggi. Sedangkan standar deviasi yang besar pada kemampuan analisis rendah menunjukkan data menyebar. Jadi, siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi menunjukkan nilai siswa lebih baik daripada kemampuan analisis rendah terhadap prestasi belajar afektif. Setelah dilakukan uji hipotesis menggunakan manova, dapat dirangkum uji hipotesis penelitian, terlihat pada Tabel 7 : Tabel 7. Rangkuman Uji Hipotesis Penelitian
Hipotesis dengan MANOVA
Signifika nsi Terhadap Prestasi Belajar Kognitif
Metode
0,059 > 0,05
Sikap Ilmiah
0,000 < 0,05
Kemampuan Analisis
0,003 < 0,05
Metode * Sikap Ilmiah
0,409 > 0,05
Metode * Kemampuan Analisis Sikap Ilmiah * Kemampuan Analisis Metode * Sikap Ilmiah * Kemampuan Analisis
0,133> 0,05 0,860> 0,05 0,920 > 0,05
Signifi kansi Terhad Keputus ap Keput an prestas usan i Belajar Afektif Ho 0,009 < Ho diterim 0,05 ditolak a Ho ditolak Ho ditolak Ho diterim a Ho diterim a Ho diterim a Ho diterim a
0,000 <0,05 0,088> 0,05 0,982 > 0,05 0,024 <0,05 0,373 > 0,05 0,134 > 0,05
Ho ditolak Ho diterim a Ho diterima Ho ditolak Ho diterim a Ho diterim a
Berdasarkan Tabel 7 dan kriteria pengujian hipotesis pada uraian diatas, maka kesimpulan dari pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Hipotesis pertama Hipotesis pertama mengenai pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi kognitif dan afektif. Hasil hipotesis pengaruh metode pembelajaran pada prestasi belajar kognitif menunjukkan P-value bernilai 0,059 dan prestasi belajar afektif menunjukkan P-value bernilai 0,009. Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho diterima untuk prestasi kognitif dan HO ditolak pada prestasi afektif. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh pembelajaran fisika dengan pendekatan keterampilan proses dengan menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi terhadap
JURNAL INKUIRI ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216) http://jurnal.pasca.uns.ac.id prestasi belajar kognitif. Sedangkan, untuk dilakukan oleh guru atau temannya saja. prestasi belajar afektif terdapat pengaruh Sehingga siswa yang kurang memperhatikan pembelajaran fisika dengan pendekatan peragaan dari awal sampai akhir percobaan yang keterampilan proses dengan menggunakan dilakukan guru atau temannya akan mendapatkan metode eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi belajar kognitif yang rendah. Hal ini prestasi kognitif. Sehingga hal ini tidak sesuai sesuai dengan salah satu kelemahan dari metode dengan hipotesis awal untuk prestasi kognitif. demonstrasi dalam pembelajaran yang Namun, sesuai dengan hipotesis awal untuk dikemukan Roestiyah (2008). prestasi afektif yang menyatakan bahwa terdapat b. Hipotesis Kedua pengaruh pembelajaran fisika dengan pendekatan Pada hipotesis kedua mengenai pengaruh keterampilan proses dengan menggunakan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif dan metode eksperimen dan demonstrasi terhadap afektif. Hasil hipotesis pengaruh sikap ilmiah prestasi belajar afektif. pada prestasi belajar kognitif menunjukkan PPada pelaksanaan kedua metode value bernilai 0,000 dan prestasi belajar afektif pembelajaran eksperimen dan demonstrasi tidak menunjukkan P-value bernilai 0,000. memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho ditolak prestasi kognitif siswa. Pembelajaran fisika pada prestasi kognitif maupun afektif. Hal ini dengan menggunakan metode demonstrasi dapat dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh memberikan prestasi kognitif yang baik. Hal ini sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif dikarenakan, siswa masih dapat belajar dirumah dan afektif. Sehingga hal ini sesuai dengan tentang materi yang diajarkan. Selain itu, siswa hipotesis awal yang menyatakan bahwa terdapat dapat bertanya kepada teman sekelasnya apabila pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kurang mengerti dengan materi pembelajaran kognitif dan afektif yang disampaikan oleh guru. Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap Pada hasil penelitian di Tabel 7 dapat yang diperlihatkan oleh para ilmuwan saat siswa disimpulkan bahwa metode ekseperimen melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap seperti kegiatan percobaan. Dengan perkataan prestasi belajar afektif daripada metode lain kecenderungan siswa untuk bertindak atau demonstrasi. Hal ini dikarenakan melalui metode berprilaku dalam memecahkan suatu masalah eksperimen dapat melibatkan siswa secara aktif, secara sistematis melalui langkah-langkah antara lain dalam melaksanakan eksperimen, ilmiah. Pada hasil penelitian ini berdasarkan menemukan fakta, mengumpulkan data, menarik Tabel 7 disimpulkan bahwa sikap ilmiah tinggi kesimpulan, merumuskan konsep. Sehingga, memberikan pengaruh yang signifikan terhadap siswa dapat melakukan pengujian kesimpulan prestasi belajar kognitif dan afektif daripada atau pembuktian/penelitian kembali terhadap sikap ilmiah rendah. Hal ini dikarenakan, siswa konsep atau prinsip yang telah ditemukan memecahkan masalah secara matematis melalui melalui eksperimen. Berdasarkan analisis di atas langkah-langkah ilmiah dan siswa memiliki sikap pada dasarnya dengan menggunakan metode ilmiah yang sangat baik berupa rasa ingin tahu, eksperimen akan dapat memberikan pengaruh jujur, obyektif, tekun, teliti, terbuka kritis, yang positif terhadap siswa. Hal ini dikarenakan menghargai penemuan orang lain, menghargai dengan metode eksperimen siswa akan banyak pendapat orang lain, dan mampu menerima berinteraksi dengan teman sehingga akan gagasan baru dapat meningkatkan prestasi belajar baik kognitif maupun afektif. Hal ini sesuai menumbuhkan sikap, nilai, kepedulian antara dengan hipotesis penelitian dan kerangka teman sekelompoknya (Sagala: 2009). Pada aspek afektif yang dinilai adalah pada sikap dan berpikir dalam penelitian ini. tingkah laku siswa sehingga jelas bahwa metode c. Hipotesis Ketiga eksperimen akan dapat memberikan pengaruh Pada hipotesis ketiga mengenai pengaruh yang lebih baik pada prestasi afektif. kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif Metode demonstrasi kurang dapat dan afektif. Hasil hipotesis pengaruh meningkatkan prestasi belajar afektif seperti kemampuan analisis pada prestasi belajar metode eksperimen. Hal ini dikarenakan, kognitif menunjukkan P-value bernilai 0,003 dan pembelajaran dengan metode demonstrasi kurang prestasi belajar afektif menunjukkan P-value melibatkan seluruh siswa dalam pembelajaran bernilai 0,088. Berdasarkan hasil keputusan uji karena siswa hanya melihat peragaan yang 213
JURNAL INKUIRI ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216) http://jurnal.pasca.uns.ac.id maka Ho ditolak pada prestasi kognitif dan Ho diterima afektif. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kemampuan analisis siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan tidak terdapat pengaruh kemampuan analisis siswa terhadap prestasi belajar afektif. Sehingga hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh kemampuan analisis siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif. Kemampuan analisis dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan hubungan antar bagian-bagian tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu peristiwa atau memberi argumen-argumen yang menyokong suatu pernyataan. Selain itu, kemampuan analisis dapat diartikan sebagai kemampuan menjabarkan atau menguraikan konsep menjadi bagian-bagian yang lebih rinci dan menjelaskan keterkaitan atau hubungan antar bagian-bagian tersebut. Selain itu, apabila mengacu pada indikator kemampuan analisis siswa yang diukur adalah mengintepretasi data, menentukan hubungan antar hal, memerinci informasi, menginterprestasi data untuk memecahkan masalah dan membuat hipotesis. Indikator pada kemampuan analisis ini mempengaruhi siswa dalam prestasi kognitif siswa. Pada hasil hipotesis prestasi belajar afektif bahwa tidak terdapat pengaruh kemampuan analisis siswa terhadap prestasi belajar afektif. Hal ini dikarenakan beberapa hal yang terjadi, seperti pada siswa baik yang memiliki kemampuan analisis tinggi dan rendah dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Selain itu sistem penilaian prestasi belajar afektif hanya menggunakan angket sehingga terdapat beberapa siswa yang asal-asalan menjawab pertanyaan pada angket. Pada penilaian kemampuan analisis siswa hanya menggunakan beberapa perwakilan soal materi pembelajaran fisika saja dan tidak mencakup semua soal materi fisika. Sehingga siswa yang mengerti di soal perwakilan yang mengukur kemampuan analisis siswa akan mendapat nilai kemampuan analisis yang tinggi dibandikan temannya yang lain. Walaupun sebenarnya, siswa tersebut tidak mengusai semua soal kemampuan analisis yang ada pada keseluruhan materi pembelajaran fisika. d. Hipotesis Keempat 214
Pada hipotesis keempat mengenai interaksi pembelajaran keterampilan proses menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi dengan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif dan afektif. Hasil hipotesis interaksi pembelajaran keterampilan proses menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif menunjukkan P-value bernilai 0,409 dan prestasi belajar afektif menunjukkan P-value bernilai 0,982. Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho diterima pada prestasi kognitif dan afektif. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi pembelajaran fisika pendekatan keterampilan proses menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi dengan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif dan afektif. Sehingga hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa terdapat interaksi pembelajaran fisika pendekatan menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi dengan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif dan afektif. Metode pembelajaran yang diberikan pada siswa dan sikap ilmiah yang dimiliki siswa adalah merupakan dua hal yang berdiri sendiri. Sehingga jika keduanya dipadukan maka tidak terdapat interaksi. Siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi jika diberikan perlakuan menggunakan metode apapun akan memiliki nilai yang baik dan sebaliknya. Jadi tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif. e. Hipotesis Kelima Pada hipotesis kelima mengenai interaksi pembelajaran pendekatan keterampilan proses menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi dengan kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif dan afektif. Hasil hipotesis interaksi pendekatan keterampilan proses menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi dengan kemampuan analisis siswa terhadap prestasi belajar kognitif menunjukkan P-value bernilai 0,133 dan prestasi belajar afektif menunjukkan P-value bernilai 0,024. Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho diterima pada prestasi kognitif dan Ho ditolak pada prestasi afektif. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi pembelajaran fisika dengan pendekatan keterampilan proses menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi dengan kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif dan terdapat interaksi
JURNAL INKUIRI ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216) http://jurnal.pasca.uns.ac.id pembelajaran fisika dengan pendekatan keterampilan proses menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi dengan kemampuan analisis terhadap prestasi afektif. Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan analisis siswa yang memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar kognitif. Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kedua hal antara metode dan kemampuan analisis merupakan hal yang berdiri sendiri, sehingga tidak berhubungan. Sedangkan, terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan analisis siswa terhadap prestasi belajar afektif. Maka dapat disimpulkan bahwa kedua hal antara metode dan kemampuan analisis merupakan hal yang berkaitan.
menunjukkan P-value bernilai 0,134. Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho diterima pada prestasi kognitif dan afektif. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi pendekatan keterampilan proses menggunakan metode eksperimen, demonstrasi, sikap ilmiah dan kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif dan afektif. Tidak terdapat interaksi pendekatan keterampilan proses menggunakan metode eksperimen, demonstrasi, sikap ilmiah dan kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif dan afektif. Hal disebabkan karena beberapa faktor baik internal maupun eksternal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi siswa untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik. Faktorfaktor tersebut meliputi pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, sikap ilmiah dan kemampuan analisis siswa yang digunakan dalam penelitian ini, serta masih banyak keterbatasan dalam penelitian sehingga peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor di luar kegiatan pembelajaran.
f. Hipotesis Keenam Pada hipotesis keenam mengenai interaksi sikap ilmiah dengan kemampuan analisis siswa terhadap prestasi kognitif dan afektif. Hasil hipotesis sikap ilmiah dengan kemampuan analisis terhadap prestasi belajar kognitif menunjukkan P-value bernilai 0,860 dan prestasi Kesimpulan dan Rekomendasi belajar afektif menunjukkan P-value bernilai 0,373. Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho Hasil penelitian ini dapat disimpulkan diterima pada prestasi kognitif dan afektif. Hal sebagai berikut: 1) tidak terdapat pengaruh ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pembelajaran dengan pendekatan keterampilan interaksi sikap ilmiah dengan kemampuan proses menggunakan metode eksperimen dan analisis terhadap prestasi kognitif dan afektif. demonstrasi terhadap prestasi kognitif, namun Sehingga hal ini tidak sesuai dengan hipotesis terdapat pengaruh metode eksperimen dan awal yang menyatakan bahwa terdapat interaksi demonstrasi terhadap prestasi afektif; 2) terdapat sikap ilmiah dengan kemampuan analisis pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap terhadap prestasi kognitif dan afektif. prestasi kognitif dan afektif; 3) terdapat pengaruh Siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi kemampuan analisis tinggi dan rendah terhadap dan rendah ketika berinteraksi dengan prestasi kognitif. Namun tidak terdapat pengaruh kemampuan analisis tidak memberikan pengaruh kemampuan analisis tinggi dan rendah terhadap yang berarti terhadap prestasi kognitif dan prestasi afektif; 4) tidak terdapat interaksi afektif. Sehingga keduanya antara sikap ilmiah pembelajaran dengan pendekatan keterampilan rendah dengan kemampuan analisis siswa proses menggunakan metode eksperimen dan merupakan dua hal yang berbeda dan tidak saling demonstrasi dengan sikap ilmiah terhadap prestasi berhubungan. kognitif dan afektif; 5) tidak terdapat interaksi g. Hipotesis Ketujuh pembelajaran dengan pendekatan keterampilan Pada hipotesis ketujuh mengenai interaksi proses menggunakan metode eksperimen dan pendekatan keterampilan proses menggunakan demonstrasi dengan kemampuan analisis terhadap metode eksperimen, demonstrasi, sikap ilmiah prestasi kognitif. Namun terdapat interaksi dan kemampuan analisis terhadap prestasi pembelajaran dengan pendekatan keterampilan kognitif dan afektif. Hasil hipotesis interaksi proses menggunakan metode eksperimen dan pendekatan keterampilan proses menggunakan demonstrasi dengan kemampuan analisis terhadap metode eksperimen, demonstrasi, sikap ilmiah prestasi afektif; 6) tidak terdapat interaksi sikap dan kemampuan analisis terhadap prestasi ilmiah dengan kemampuan analisis terhadap prestasi belajar kognitif menunjukkan P-value prestasi kognitif dan afektif; 7) tidak terdapat bernilai 0,920 dan prestasi belajar afektif 215
JURNAL INKUIRI ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216) http://jurnal.pasca.uns.ac.id interaksi pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi kemampuan berpikir abstrak, aktivitas siswa terhadap prestasi kognitif dan afektif. Hasil penelitian ini memberikan gambaran yang jelas tentang penerapan pembelajaran fisika dengan pendekatan keterampilan proses dengan metode eksperimen dan demonstrasi ditinjau dari sikap ilmiah dan kemampuan analisis pada materi pembelajaran fluida statis Implikasi praktis yang dapat dikemukakan berdasarkan kesimpulan penelitian ini antara lain: 1) sebaiknya guru menggunakan metode eksperimen untuk meningkatkan prestasi belajar afektif; 2) hendaknya guru memperhatikan sikap ilmiah siswa agar guru lebih mengetahui sikap yang seharusnya dimiliki dalam pembelajaran fisika salah satunya materi fluida statis; 3) hendaknya memperhatikan seberapa besar kemampuan analisis siswa dalam pembelajaran untuk membantu dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Daftar Pustaka Budiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian. Surakarta. Sebelas Maret University Press. Baharuddin. (1982). Peranan Kemampuan Dasar Intelektual, Sikap, dan Pemahaman dalam Fisika Terhadap Kemampuan Siswa SMA di Sulawesi Selatan Membangun Model Analog dan Model Mental. Bandung: Disertasi Pada PPs IKIP Bandung. Conny Semiawan, Tangyong, Belen, Yulaelawati Matahelemual & Wahyudi Suseloardjo. (1988). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia. Indrawati. (1999). Keterampilan Proses Sains: Tinjauan Kritis dan Teori ke Praktis. Bandung: Pusat Pengembangan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam.. Roestiyah N.K. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Saiful Sagala. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Subiyanto. (1988). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidik. Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta:Jakarta. Paul Suparno. (2007). Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivis dan Menyenangkan. Yogyakarta: UniversitasSanata Dharma
216
TIMSS. (2007). International Press Release . dalam timss.bc.edu/timss2007/release.html diakses 26 April 2011.