http://www.mb.ipb.ac.id
A. Latar Belakang I
Kondisi pertanian di daerah pada dasarnya menggambarkan keberhasilan pembangunan pertanian di daerah itu. Dengan pemberlakuan Otonomi Daerah yang didukung oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, ditegaskan bahwa bidang pertanian yang merupakan bidang pemerintahan wajib dilaksanakan oleh daerah otonom, sehingga daerah hams mampu memutuskan yang terbaik, sanggup mengambil prakarsa dan terobosan untuk kepentingan daerah. Pertanian yang tangguh dicirikan oleh kemampuan dalam mensejahterakan tenaga pelaku pertanian, mendukung pertumbuhan industri, sektor-sektor terkait dan
pertumbuhan
ekonomi
nasional
secara
menyelunth.
Keberhasilan
pembangunan pertanian perlu ditunjang dari kelembagaan pertanian.
Salah
satunya melalui penyuluhan pertanian. Tujuan dari penyuluhan pertanian adalah untuk mentbah prilaku petani dan keluarganya, dengan maksud agar mereka mampu dan sanggup berswadaya dalam memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraannya dengan jalan menggugah keinginan mereka untuk menerapkan teknologi, mengorganisasikan dan mengelola usahataninya secara efisien serta perlu memanfaatkan perkembangan dan permintaan pasar untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Vntuk mencapai ha1 tersebut diperlukan
sumberdaya manusia yang memiliki motivasi tinggi, pengetahuan yang memadai, terampil dan mampu mengambil keputusan yang diperlukan dalam penyampaian penyuluhan tersebut.
http://www.mb.ipb.ac.id
Salah satu pilar lembaga pertanian yang penting dalam penyampaian penyuluhan pertanian dimaksud adalah pinyuluh pertanian. Keberadaan penyuluh pertanian sebagai ujung tombak pembangunan pertanian
secara langsung
menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan pertanian. Oleh sebab itu maka penyuluh pertanian hams benar-benar dituntut untuk menjadi seorang yang mampu mendorong, membimbing dan mengarahkan petani dalam berusahatani sehingga petani dapat mengetahui pengembangan usaha, pemasaran hasil dan penerapan standar mutu pertanian. '.
Dalam berusahatani petani membentuk ltelompok tani yang merupaltan sasaran bagi penyuluh pertanian. Peranan kelompok dalam membahas bersama keputusan yang akan diambil sangat penting. Disini diperlukan kualitas perilaku penyuluh untuk "membaca" dengan baik semua informasi yang relevan, untuk dapat menjadi katalisator petani dalam mengambil keputusan secara tepat dalam mengelola usaha taninya sehingga pada akhirnya diperoleh produktivitas yang meningltat (Sumardjo, 1999). Pembahan produktivitas usahatani dihitung dengan persentase perbedaan produksi yang dicapai tahun sebelumnya dan setelah mendapatkan inovasi teknologi. Menurut Departemen Pertanian (1996) untuk menilai kelas kemampuan kelompok tani didasarkan pada tolok ukur kemampuan kelompok yaitu : 1. Kemampuan merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usahatani para anggotanya dengan penerapan rekomendasi yang tepat dan memanfaatkan sumberdaya alam secara optimal. 2. Kemampuan melaksanakan dan mentaati perjanjian dengan pihak lain.
http://www.mb.ipb.ac.id
3. Kemampuan memupuk mgdal dan memanfaatkan pendapatan secara
rasional. 4. Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga dengan koperasi. 5. Kemampuan mencari dan memanfaatkan informasi serta menggalang
kerjasama kelompgk yang dicerminkan oleh prgdulctivitas, pendapatan dan kesejahteraan para anggota kelompgk. Penilaian tersebut merupakan dasar penilaian kinerja kelompok tani. untuk memperoleh
peningkatan atau penuwnan kelas kemampuan kelompok.
Kelompok tani yang memiliki kemampuan yang tinggi berdasarkan tolak ukur tersebut akan memiliki kelas kemampuan yang tinggi. Sedangkan lcelompok tani yang memiliki kemampuan yang rendah akan memperoleh kelas kemampuan yang rendah pula. Selanjutnya dikatakan pula bahwa untuk kepentingan pembinaan dalam meningkatkan kemampuan kelompok tani, maka kemampuan kelompok dibagi menjadi 4 (empat) kelas yaitu : 1. Kelas Pemula,
merupakan kelas terbawah dan terendah kelas
kemampuannya. 2. Kelas Lanjut, merupakan kelas yang lebih tinggi dari kelas pemula dan
kelompok sudah melakukan kegiatan perencanaan meskipun masih terbatas. 3. Kelas Madya, merupakan kelas berikutnya dimana kelas lcemampuan
kelompok lebih tinggi dari kelas lanjut.
http://www.mb.ipb.ac.id
4. Kelas Utama, merupakan kelas kemampuan kel~mpokyang tertinggi
dimana kelomp~knya sudah ,berjalan dengan sendirinya atas dasar prakarsa dan swadaya sendiri. Kota Palangka Raya mempunyai luas wilayah 240.000 Ha dengan ketinggian 27 m dari permukaan laut. Menurut penggunaannya terdiri dari hutan, tanah
pertanian, tanah pekarangan, tanah perkebunan, rawa, sungai, danau dan lain-lain. Adapun potensi pertanian yang ada di Kota Palangka Raya terdiri dari :
.
a. Tanaman pangan yang meliputi padi, sayuran (kacang panjang, mentimun, terong, tomat, cabe, gambas sawi). b. Peternakan meliputi sapi potong, babi, ayam buras dan ayam ras.
c. Perikanan meliputi ikan mas, ikan nila, ikan patin, tauman dan ikan jelawat. Untuk lebih meningkatkan rutinitas, kuantitas dan intensitas penyuluhan yang lebih baik kepada kelompok tani yang ada, maka penyuluh pertanian yang ada di Kota Palangka Raya yang berjumlah 65 Orang ditempatkan pada beberapa tempat. Adapun penempatan tersebut antara ,lain pada Kantor Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian Kota Palangka Raya sejumlah 12 Orang, Cabang Dinas Peternakan Kota Palangka Raya 1 (satu) orang. Selain itu juga pada Sekretariat Pelaksana Bimas 6 (enam) orang, Sekretariat Penggerak Bimas Kecamatan Pahandut 2 (dua) orang, Kelurahan wilayah kecamatan Pahandut 18 orang, Kelurahan wilayah Kecamatan Bukit Batu 16 orang dan sedang tugas belajar I (satu) orang, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Pahandut 5 (lima) orang dan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Tangkiling 4 (empat) orang. Sedangkan pembinaan yang dilakukan kepada kelompqk tani yang ada terdiri dari kelas
http://www.mb.ipb.ac.id
pemula sebanyak 76 kelompok, kelas lanjut 6 (enam) kelompok dan yang belum dikukuhkan sebanyak 29 kelomp~k(Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian ICota Palangka Raya, 2000). Namun dengan adanya mekanisme dan tata kerja penyuluhan pertanian yang selalu mengalami perubahan seiring dengan pergantian kabinet membawa dampak terhadap kinerja penyuluh pertanian. Dalam ha1 ini terlihat dengan adanya penurunan frekuensi dalam melaksanakan kunjungan ke kelompok tani dan keterlambatan dalam menyelesaikan pekerjaan serta penyampaian laporan hasil kegiatan yang dilaksanakan. Menurut Martamidjaja (1999) dalam melaksanakan tugasnya banyak kendala yang dihadapi oleh penyuluh pertanian antara lain tingkat pendidikan yang kurang menunjang. Selain tingkat pendidikan yang kurang menunjang juga terbatasnya dukungan biaya yang memungkinkan
penyuluh pertanian
untuk dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik. Dalam ha1 ini termasuk dukungan sarana kerja yang diperlukan seperti kendaraan bermotor bagi penyuluh pertanian yang wilayah kerjanya di daerah jalur darat dan perahu motor bagi penyuluh pertanian yang wilayah kerjanya berada di daerah jalur sungai.
Alat
bantu untuk
mengadakan penyuluhan seperti alat pengeras suara, alat dan bahan untuk melakukan demontrasi cara dalam berusaha tani antara lain yang menyangkut tentang
cara bercocok tanam,
cara
pemupukan,
cara
pemberantasan
hamalpenyakit. Demikian pula halnya koordinasi dengan instansi terkait seperti Cabang Dinas Pertanian, Cabang Dinas Peternakan, Cabang Dinas Perikanan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Kantor Departemen ICoperasi masih berjalan kurang baik.
http://www.mb.ipb.ac.id
Bila ditinjau dari kondisi wilayah qota Palangka Raya yang hanya mencakup 2 (dua) kecamatan dengan keberadaan kelompok tani yang paling dominan berada
pada kelas paling rendah yaitu kelas pemula. Untuk itu diperlukan adanya kegiatan penyuluhan pertanian yang lebih baik, sehingga kinerja kelompok dapat menampakkan hasil yang menggembirakan. Berdasarkan kenyataan tersebut, perlu dilakukan analisis kinerja penyuluh pertanian di Kota Palangka Raya agar produktivitas kelompok tani menjadi meningkat. Hal ini merupakan salah satu tolak ukur penilaian kelompok tani untuk memperoleh peningkatan atau penurunan lcelas kemampuan kelompok tani.
B. Identifikasi Masalall Berdasarkan latar belakang di atas maka beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan adalah : 1. Kurang profesionalnya penyuluh pertanian dalam melaksanalcan tugasnya. 2. Terbatasnya fasilitas pendukung dan bantuan biaya operasional penyuluh
pertanian. 3. ICoordinasi dengan instansi terkait masih kurang.
4. ICebijakan penyuluhan pertanian yang sering mengalami perubahan.
C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah dapat dirumuskan masalah penelitian adalah sebagai berikut : 1. Faktor-faktor apa saja yang mengakibatkan rendahnya kinerja penyuluh
pertanian di Kota Palangka Raya.
http://www.mb.ipb.ac.id
2. Bagaimana hubungan antara produMivitas usahatani dengan lcinerja
penyuluh pertanian. 3. Upaya apa saja yang dilakukan untuk dapat meningkatkan kinerja
penyuluh pertanian di Icota Palangka Raya.
D. Tnjuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kinerja
penyuluh pertanian di IZota Palangka Raya. 2. Menganalisis hubungan antara produktivitas usahatani dengan kinerja
penyuluh pertanian. 3 . Menentukan langkah-langkah upaya yang hams dilakukan untuk
meningkatkan kinerja penyuluh pertanian di Kota Palangka Raya.
E, Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang akan dicapai dalam penelitian ini : 1. Sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Kota Palangka Raya dalam
rangka peningkatan kinerja penyuluh pertanian kedepan yang berkaitan langsung kepada pembinaan terhadap kelomp~ktani agar lebih maju dan berkembang. 2. Sebagai dasar penelitian lebih lanjut dan untuk memperkaya dunia ilmu
pengetahuan khususnya bidang Manajemen Sumberdaya Manusia.
http://www.mb.ipb.ac.id
F. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian dibatasi hanya pada kajian
kinerja penyuluh
pertanian di Kota Palangka Raya yang menyangkut bagaimana hubungannya antara masing-masing f a k t ~terhadap r kinerja penyuluh pertanian. Hasil penelitian akan memberikan gambaran tentang mengidentifikasi faktorfaktor yang mengakibatkan rendahnya kinerja penyuluh pertanian dalam pelaksanaan tugasnya di lapangan dan menentukan upaya yang hams dilakukan untuk meningkatkan kinerja penyuluh pertanian di Kota Palangka Raya.