Pembangunan Di Kabupaten Rembang. Jurnal Media Ekonomi dan Manajemen Vol. 18 No. 02 Juli 2008 Hal 153. ISSN; 0854-1442. Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Tarigan, Robinson. 2012. Ekonomi Regional (Teori dan Aplikasi). Bumi Aksara. Jakarta
.
Sub sektor peternakan yang memiliki nilai Proportional Shift Component yang paling besar yaitu sebesar Rp 3.552,11 juta, sehingga di Kota Bekasi sub sektor peternakan yang mengalami pertumbuhan proporsional yang paling cepat dibandingkan pertumbuhan proporsional sub sektor tabama, perkebunan dan perikanan yang ada di Kota Bekasi.Nilai Differential Shift Component pada sub sektor pertanian di Kota Bekasi tahun 20022011 (pada Tabel 11) menunjukkan bahwa sub sektor yang memiliki nilai negatif adalah sub sektor tanaman bahan (tabama) dan sub sektor peternakan. Sedangkan sub sektor pertanian di Kota Bekasi yang memiliki nilai Differential Shift Component positif adalah sub sektor perkebunan dan sub sektor perikanan. Nilai Differential Shift Component pada sub sektor perkebunan sebesar Rp 105,46 juta. Sub sektor perikanan memiliki nilai Differential Shift Component sebesar Rp 67,58 juta, dengan demikian dua sub sektor pertanian (perkebunan dan perikanan) di Kota Bekasi yang memiliki daya saing jika dibandingkan dengan sub sektor yang sama di Provinsi Jawa Barat.
Semua sub sektor pertanian merupakan sektor non basis dalam perekonomian Kota Bekasi. Komoditi sub sektor pertanian yang termasuk ke dalam sektor basis dalam perekonomian Kota Bekasi adalah komoditi petsai/sawi, bayam, kangkung, jahe, kambing, domba, ayam ras pedaging, ayam ras petelur, itik, ikan gurame dan ikan lele. Pertumbuhan sektor dan sub sektor pertanian di Kota Bekasi berdasarkan National Share memiliki pertumbuhan cepat. Proportional Shift Component menunjukkan pada sub sektor tabama dan sub sektor peternakan memiliki pertumbuhan cepat dibandingkan pada sub sektor yang sama ditingkat Provinsi Jawa Barat. Differential Shift Component yang memiliki daya saing adalah sub sektor perkebunan dan sub sektor perikanan. Saran penelitian ini adalah pemerintah Kota Bekasi dapat memberikan kebijakan yang baik dalam sektor pertanian di Kota Bekasi, khususnya pada sektor komoditi pertanian (petsai/sawi, bayam dan kangkung), hendaknya pemerintah bisa memprioritaskan komoditi tersebut yang berpotensi untuk dijadikan sumber unggulan komoditi pertanian.
KESIMPULAN Kesimpulan penelitian ini adalah Sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor bangunan adalah sektor non basis, dan sektor basis adalah sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dalam perekonomian di Kota Bekasi.
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2012. Kota Bekasi dalam Angka 2012. BPS Kota Bekasi. Surakhmad, W. 2002. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito. Susanto, Arif. 2008. Analisis Sektor Potensial dan Pengembangan Wilayah Guna Mendorong
Tabel 7. Nilai Komponen Pertumbuhan Wilayah Sub Sektor Pertanian di Kota Bekasi Tahun 2002-2011 (juta rupiah) No 1 2 3 4 5
Sub Sektor Tabama Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Jumlah
National Share 7.084,83 310,86 13.526,82 156,42 21.078,93
Proportional 836,87 -211,52 3.552,11 -167,02 4.010,44
Differential -1.021,61 105,46 -6.302,43 67,58 -7.151,00
Sumber: Analisis Data Sekunder (2002-2011) Semua sub sektor pertanian secara pertumbuhan nasional/ National Share memiliki nilai positif (Tabel 7). pada komponen pertumbuhan proporsional /Proportional Shift Component hanya sub sektor tabama yang memiliki nilai negatif, dan pada sub sektor perkebunan, peternakan dan perikanan memiliki nilai positif, sedangkan pada komponen pertumbuhan pangsa wilayah/ Differential Shift Component seluruh sub sektor pertanian di Kota Bekasi memiliki nilai negatif. Nilai National Share paling tinggi di Kota Bekasi adalah sub sektor peternakan yaitu sebesar Rp 13.526,82 juta, selanjutnya adalah sub sektor tabama sebesar Rp 7.084,83 juta, kemudian sub sektor perkebunan sebesar Rp 310,86 juta, sedangkan sub sektor yang memiliki nilai National Share paling besar adalah sub sektor perikanan yang memiliki nilai Rp 156,42 juta. Adanya nilai positif pada masingmasing sub sektor pertanian mengindikasikan bahwa setiap adanya perubahan kebijakan yang terjadi di Provinsi Jawa Barat akan memberikan keuntungan bagi sub sektor pertanian di Kota Bekasi.
Nilai Proportional Shift sub sektor pertanian di Kota Bekasi (Tabel 7) sub sektor tanaman bahan makanan memiliki nilai Proportional Shift Component yang positif yaitu sebesar Rp 836,87 juta, artinya pertumbuhan sub sektor tanaman bahan makanan termasuk cepat dibandingkan sub sektor tanaman bahan makanan di Provinsi Jawa Barat. Sub sektor perkebunan memiliki nilai Proportional Shift negatif yaitu sebesar Rp – 211,52 juta, sehingga sub sektor perkebunan memiliki pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan sub sektor perkebunan di Provinsi Jawa Barat. Sub sektor peternakan memiliki nilai Proportional Shift Component positif yaitu sebesar Rp 3.552,11 juta, artinya sub sektor peternakan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan sub sektor peternakan di tingkat Provinsi Jawa Barat. Sub sektor perikanan memiliki nilai Proportional Shift Component yang negatif yaitu sebesar Rp – 167,02 juta, artinya sub sektor perikanan memiliki pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan sub sektor perikanan di tingkat Provinsi Jawa Barat.
lele (Tabel 5). Komoditi gurame dan lele dengan nilai LQ sebesar 5,55 dan 1,54
negatif (pada Tabel 6) yaitu sebesar Rp – 27.881,99 juta, artinya pertumbuhan sektor pertanian termasuk lambat bila dibandingkan sektor pertanian di Provinsi Jawa Barat. Nilai Differential Shift Component (D) sektor pertanian pada sektor perekonomian di Kota Bekasi selama tahun 2002-2011 adalah negatif sebesar Rp – 2.760,76 juta, artinya sektor pertanian di Kota Bekasi tidak memiliki daya saing jika dibandingkan dengan sektor pertanian di Provinsi Jawa Barat.
Analisis Komponen Pertumbuhan Sektor Pertanian Analisis Shift Share menjelaskan tentang hubungan antara pertumbuhan wilayah dengan struktur ekonomi wilayah. Analisis Shift Share dapat ditentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian serta untuk mengitentifikasi sektor unggul daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar (regional) (Budiharsono, 2001). Nilai Analisis Komponen Pertumbuhan pergerakkan pertumbuhan sektor Sub Sektor Pertanian pertanian di Kota Bekasi tahun 2002Pada sub sektor pertanian 2011 disajikan pada Tabel 6. Kota Bekasi digunakan analisis Shift Sektor pertanian memiliki Share dengan tiga komponen nilai National Share (NS) yang perhitungan yang sama pada positif, artinya adanya kebijakan di perhitungan sektor pertanian di Kota tingkat Provinsi Jawa Barat Bekasi. Ketiga komponen tersebut, memberikan pengaruh positif antara lain; National Share (NS), terhadap sektor pertanian di Kota Proportional Shift Component (P) Bekasi. Nilai National Share (NS) dan Differential Shift Component sektor pertanian di Kota Bekasi (D). analisis pada sub sektor sebesar Rp 49.273,95 juta (Tabel 6). pertanian ini menggunakan data Nilai Proportional Shift Produk Domestik Regional Bruto Component (P) sektor pertanian pada (PDRB) sub sektor pertanian tahun sektor perekonomian di Kota Bekasi 2002 sampai tahun 2011 atas dasar selama tahun 2002-2011 adalah harga konstan tahun 2000. Tabel 6. Nilai Komponen Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Non Pertanian di Kota Bekasi Tahun 2002-2011 (Juta Rupiah) No Sektor Ekonomi 1 Pertanian 2 Non Pertanian a. Pertambangan dan Penggalian b. Industri Pengolahan c. Listrik, Gas dan Air Bersih d. Bangunan e. Perdagangan, Hotel dan Restoran f. Pengangkutan dan Komunikasi g. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan h. Jasa – Jasa Jumlah
National Share 49.273,95
Proportional -27.881,99
Differential -2.760,76
738.978,66 47.130,72 93.752,82 398.466,18 89.604,06 67.612,86 113.827,56 1.598.646,81
-89.794,41 -26.158,86 143.226,54 262.235,42 49.807,18 42.862,70 -34.162,60 320.133,99
4.459.402,75 563.127,14 160.224,64 3.173.544,40 1.354.532,76 432.893,44 706.238,04 10.847.202,40
Sumber : Analisis Data Sekunder (2002-2011)
Tabel 4. Nilai LQ Sub Sektor Perekonomian di Kota Bekasi Tahun 2002-2011 No
1 2 3 4 5
Sub Sektor Pertanian
Tabama Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan
2002
2003
2004
2005
Tahun 2006 2007
2008
2009
2010
2011
0,09 0,05 1,06 0,02
0,04 0,02 0,41 0,01
0,04 0,02 0,38 0,01
0,04 0,02 0,43 0,01
0,04 0,02 0,42 0,01
0,04 0,02 0,31 0,02
0,03 0,02 0,31 0,02
0,03 0,02 0,34 0,01
0,03 0,02 0,32 0,01
0,04 0,02 0,31 0,02
Sumber : Analisis Data Sekunder (2002-2011) Tabel 5. Nilai LQ Komoditi Pertanian Di Kota Bekasi Tahun 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Komoditi Petsai/Sawi Kangkung Bayam Itik Domba Gurame Kambing Ayam Ras Pedaging Ayam Ras Petelur Lele Jahe
Nilai LQ 169,08 36,85 36,69 5,65 5,55 5,55 4,63 4,42 2,18 1,54 1,08
No 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Komoditi Kencur Ubi Jalar Mas Padi Ubi Kayu Nila Jagung Kacang Tanah Ayam Buras Sapi Pandan
Nilai LQ 0,92 0,59 0,40 0,35 0,22 0,18 0,13 0,08 0,03 0,01 -
Sumber : Analisis Data Sekunder (2002-2011) Komoditi bayam dan kangkung ini merupakan komoditas pertanian basis yang berperan sebagai salah satu sumber pangan bagi masyarakat Kota Bekasi dan wilayah luar Kota Bekasi. Bayam dan kangkung ini juga memiliki permintaan pasar yang cukup banyak untuk keperluan bahan baku di rumah makan atau restoran. Komoditas pertanian basis dari sub sektor perkebunan rakyat di Kota Bekasi hanya satu komoditi yang paling banyak diusahakan yaitu jahe. Komoditas jahe ini bisa menjadi sektor basis di Perekonomian Kota Bekasi dengan nilai LQ sebesar 1,08 (Tabel 5). Komoditas pertanian yang tergolong sektor basis pada sub sektor peternakan di Kota Bekasi yang paling banyak yaitu kambing, domba, ayam ras pedaging, ayam ras
petelur dan itik (Tabel 5). Komoditi kambing dan domba memiliki nilai Location Quotient sebesar 4,63 pada komoditi kambing dan 5,55 pada komoditi domba. Komoditi ayam ras pedaging memiliki nilai LQ yaitu 4,42. Pada komoditi ayam ras petelur menjadi sektor basis dengan nilai LQ sebesar 2,18, artinya komoditi ayam ras petelur di Kota Bekasi lebih baik dibandingkan di sektor yang sama Provinsi Jawa Barat. Komoditi itik juga menjadi sektor basis dalam perekonomian Kota Bekasi dengan nilai LQ yaitu 5,65. Komoditi ayam ras pedaging dan itik menjadi sektor basis dengan harapan bisa mencukupi sumber energi dan gizi yang baik untuk kesehatan penduduk Kota Bekasi. Komoditas pertanian basis dari sub sektor perikanan yang paling banyak diusahakan di Kota Bekasi yaitu ikan gurame dan ikan
Peranan Sub Sektor Pertanian dalam Perekonomian Kota Bekasi Sektor pertanian di Kota Bekasi dibagi menjadi empat sub sektor pertanian yaitu, sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor tanaman perkebunan rakyat, sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan. Untuk mengetahui seub sektor basis di Kota Bekasi digunakan metode Location Quotient, yakni dengan membandingkan pendapatan sub sektor di Kota Bekasi dengan sub sektor di Provinsi Jawa Barat sehingga diperoleh nilai LQ tiap-tiap sub sektor pada sektor pertanian di Kota Bekasi tahun 2002-2011. Sub sektor pertanian selama tahun 2002 sampai tahun 2011 hanya ada satu sub sektor pertanian yang basis yaitu sub sektor peternakan pada tahun 2002 (Tabel 4). Sub sektor tersebut pada tahun 2002 memiliki nilai LQ > 1, yaitu sebesar 1,06 berarti sub sektor peternakan di Kota Bekasi pada tahun 2002 mampu memenuhi kebutuhan konsumsi Kota Bekasi. Sementara untuk sub sektor lain tidak ada yang menjadi sektor basis selama tahun 2002 sampai tahun 2011. Perhatian pemerintah Kota Bekasi terhadap sektor pertanian semakin berkurang, sehingga minat dari para petani juga semakin kecil dan bahkan banyak yang beralih pekerjaan ke sektor lain seperti sektor sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
Peranan Komoditi Sub Sektor Pertanian dalam Perekonomian Kota Bekasi Komoditas pertanian dapat dikelompokkan sebagai komoditas basis jika nilai LQ > 1, dan komoditas pertanian bukan basis jika nilai LQ < 1. Komoditas pertanian basis pada setiap sub sektor pertanian di Kota Bekasi dengan metode analisis Location Quotient (LQ) terdapat pada Tabel 5. Kota Bekasi memiliki komoditi pertanian basis sebanyak 11 jenis komoditi dari 22 jenis komoditi pertanian yang ada di Kota Bekasi (Tabel 5). Komoditas pertanian pada sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) berdasarkan kriteria analisis LQ yang paling banyak diusahakan di Kota Bekasi yaitu petsai/sawi, bayam dan kangkung. Komoditas tersebut memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan komoditas lain dalam sub sektor yang sama, hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayahnya saja, akan tetapi dapat diekspor ke luar wilayah. Komoditas petsai/sawi memiliki nilai LQ sebesar 169,08 (Tabel 5). Hal ini berarti bahwa komoditas petsai/sawi di Kota Bekasi memiliki keunggulan komparatif yang dapat berperan sebagai peningkatan pertumbuhan Kota Bekasi. Komoditas bayam memiliki nilai LQ yaitu 36,69. Begitu pula dengan komoditi kangkung pada tahun 2011 dengan nilai LQ sebesar 36,85.
Tabel 3. Nilai LQ Sektor Perekonomian di Kota Bekasi Tahun 2002-2011 No
Sektor Ekonomi
1 Pertanian 2 Non Pertanian a. Pertambangan dan Penggalian b. Industri Pengolahan c. Listrik, Gas dan Air Bersih d. Bangunan e. Perdagangan, Hotel dan Restoran f. Pengangkutan dan Komunikasi g. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan h. Jasa – Jasa
2002
2003
2004
2005
Tahun 2006 2007
2008
2009
2010
2011
0,21
0,08
0,08
0,09
0,09
0,08
0,07
0,07
0,07
0,07
1,06 1,14 2,17
1,06 0,67 1,34
1,05 1,08 1,24
1,01 1,18 1,17
1,01 1,29 1,15
1,03 1,68 1,13
0,99 1,76 1,12
1,00 1,65 1,09
1,12 1,47 0,97
0,99 1,94 0,95
1,35
1,65
1,73
1,60
1,45
1,39
1,41
1,37
1,27
1,31
1,27
1,53
1,45
1,48
1,41
1,69
1,98
2,14
1,42
2,00
1,44
1,20
1,14
1,29
1,26
1,26
1,28
1,28
1,52
1,22
0,94
0,83
0,76
0,86
0,90
0,93
0,94
0,98
0,73
0,92
Sumber : Analisis Data Sekunder (2002-2011) Selama tahun 2002 – 2011 (Tabel 3), sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mempunyai nilai LQ > 1. Sedangkan yang termasuk kedalam sektor non basis yaitu, sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Selama kurun waktu sepuluh tahun yaitu dari tahun 2002 sampai tahun 2011, sektor pertanian merupakan sektor non basis (Tabel 3). Hal ini berarti sektor pertanian di Kota Bekasi belum mampu memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri secara menyeluruh. Ketidakmampuan sektor pertanian dalam memenuhi permintaan akan produknya antara lain masih rendahnya produksi pertanian. Rendahnya produksi pertanian disebabkan antara lain; adanya perubahan status lahan dari lahan pertanian menjadi lahan non pertanian yang masih belum bisa dihindari, sehingga luas tanam terus menerus mengalami penyusutan. Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2002 dimulai menjadi sektor basis dengan nilai LQ
sebesar 1,35, dan mengalami perkembangan yang semakin besar sampai pada tahun 2004 merupakan nilai LQ terbesar pada sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kota Bekasi dengan nilai LQ sebesar 1,73, tetapi setelah itu mengalami penurunan nilai LQ sampai pada tahun 2011 nilai LQ sebesar 1,31, berarti selama tahun 2002 – 2011 sektor ini mampu memenuhi kebutuhan konsumsi Kota Bekasi. Sektor pengangkutan dan komunikasi menjadi nilai LQ terbesar dari sektor ekonomi yang ada di Kota Bekasi pada tahun 2009 dengan nilai LQ sebesar 2,14, berarti selama tahun 2002 sampai tahun 2011 sektor ini yang paling mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Bekasi. Pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan selama tahun 2002 sampai 2011 merupakan sektor basis pada sektor perekonomian Kota Bekasi. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada tahun 2010 memiliki nilai LQ tahun 2011 yaitu sebesar 1,52 (Tabel 3).
Diketahui Penduduk Kota Bekasi tahun 2011 menurut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Tabel 1) tercatat sebanyak 2.447.930 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 1.250.435 jiwa dan penduduk perempuan 1.197.495 jiwa. Kepadatan penduduk paling besar yaitu di Kecamatan Bekasi Timur yaitu sebesar 19.020 Jiwa/km2. Sedangkan kepadatan penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Bantargebang dengan kepadatan penduduk nya 5.959 jiwa/km2. Kondisi Pertanian Keadaan sektor pertanian masih merupakan sektor yang memberikan kontribusi dalam pembentukan PDRB Kota Bekasi. Sektor ini memiliki empat sub sektor yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor tanaman perkebunan rakyat, sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan. Sub sektor peternakan mendominasi sektor pertanian. Pada sub sektor kehutanan di Kota Bekasi tidak memiliki kontribusi, hal tersebut juga karena di Kota Bekasi sudah tidak
memiliki hutan. PDRB menurut sub sektor pertanian terbesar di Kota Bekasi adalah sub sektor peternakan dan sub sektor pertanian yang terendah adalah sub sektor perikanan (Tabel 2). Peranan Sektor Pertanian dan Non Pertanian dalam Perekonomian Kota Bekasi Metode untuk mengetahui apakah sektor ekonomi merupakan basis atau non basis digunakan metode Location Quotient (LQ) yang merupakan perbandingan antara pangsa pasar relatif pendapatan sektor i pada tingkat wilayah terhadap total wilayah Kota Bekasi dengan pangsa relatif pendapatan sektor yang sama pada tingkat wilayah terhadap pendapatan total Provinsi Jawa Barat. Sektor perekonomian di Kota Bekasi terbentuk ada delapan sektor. Berdesarkan perhitungan dengan metode LQ terhadap sektor perekonomian di Kota Bekasi dengan menggunakan data PDRB Kota Bekasi Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000.
Tabel 2. PDRB Menurut Sub Sektor Kota Bekasi tahun 2007 – 2011 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (juta rupiah) Sub Sektor Tanaman bahan makanan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Jumlah
2007 45.829,27 1.872,56 80.317,19 1.407,05 129.426,07
Sumber: BPS Kota Bekasi, 2012
2008 46.465,64 2.221,31 81.172,07 1.709,49 131.568,51
Tahun 2009 45.263,18 2.183.40 81.591,14 1.814,83 130.852,55
2010 46.166,98 2.082,08 82.519,32 2.072,51 132.840,89
2011 46.421,72 1.931,80 85.925,50 925,98 135.205,00
Keterangan: NS = National Share Kota Bekasi, P = Proportional Shift Kota Bekasi, D = Differential Shift Component Kota PDRB, r = PDRB Sektor Pertanian Kota Bekasi, N = PDRB Sektor Pertanian Provinsi Jawa Barat, t-n = Tahun awal, t = Tahun akhir, i = Sektor pertanian. Kriteria nilai: NS > 0 : pertumbuhan PDRB sub sektor I pertanian Kota Bekasi termasuk cepat di tingkat Jawa Barat, NS < 0 : pertumbuhan PDRB sub sektor i pertanian Kota Bekasi termasuk lambat di tingkat Jawa Barat, P > 0 : pertumbuhan PDRB sub sektor i pertanian Kota Bekasi lebih cepat dibandingkan di provinsi Jawa Barat, P < 0 : pertumbuhan PDRB sub sektor i pertanian Kota Bekasi lebih lambat dibandingkan di provinsi Jawa Barat, D > 0 : sub sektor i pertanian Kota Bekasi memiliki daya saing dibandingkan dengan Jawa Barat, D < : sub sektor i pertanian Kota Bekasi tidak memiliki daya saing dibandingkan dengan Jawa Barat (Tarigan, 2012). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Daerah Penelitian Kota Bekasi terletak di bagian Utara Provinsi Jawa Barat antara
106o55’ bujur timur dan 6o7’ - 6o15’ lintang Selatan. Wilayah Kota Bekasi memiliki luas sebesar 21.049 ha. Kota Bekasi berada diketinggian 11– 81 meter diatas permukaan air laut. Perda Kota Bekasi nomor 04 tahun 2004 tentang Pembentukan Wilayah Administrasi Kecamatan dan Kelurahan, Kota Bekasi terbagi menjadi 12 Kecamatan yang terdiri dari 56 Kelurahan, yaitu Kecamatan Pondok Gede, Jatisampurna, Pondok Melati, Jati Asih, Bantargebang, Mustika Jaya, Bekasi Timur, Rawa Lumbu, Bekasi Selatan, Bekasi Barat, Medan Satria, Bekasi Utara. Kota Bekasi juga 5 sungai utama yaitu; Sungai Cakung, Sungai Bekasi, Sungai Sunter, Sungai Cikeas dan Sungai Cilengsi. Kelima sungai ini memiliki daerah tangkapan air yang cukup luas disamping mempunyai potensi yang cukup sebagai drainase, sungai juga mampu sebagai pengairan primer sektor pertanian. Keadaan Umum Penduduk merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan ekonomi dan pembangunan perekonomian di suatu daerah, karena selain sebagai pelaku pembangunan juga sebagai objek pembangunan.
Tabel 1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kota Bekasi Tahun 2011 (Jiwa) Kecamatan Pondok Gede Jati Sampurna Pondok Melati Jati Asih Bantargebang Mustika Jaya Bekasi Timur Rawalumbu Bekasi Selatan Bekasi Barat Medansatria Bekasi Utara
Laki – Laki
Perempuan
Jumlah
152.640 52.592 69.333 109.987 52.452 76.878 131.183 96.707 112.618 145.796 80.483 169.766
146.097 49.723 66.510 104.888 49.090 73.708 125.409 94.761 107.865 140.339 76.831 162.274
298.737 102.315 135.843 214.875 101.542 150.586 256.592 191.468 220.483 286.135 157.314 332.040
Sumber: Data Sekunder BPS Kota Bekasi, 2012
Kepadatan Penduduk (Jiwa/ km2) 18.338 7.061 7.315 9.767 5.959 6.089 19.020 12.218 14.738 15.147 10.694 16.897
PDRB Provinsi Jawa Barat, 3) Datadata yang berkenaan dengan Kota Bekasi dan diperlukan pada penelitian ini relatif tersedia dengan lengkap Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: Peranan Sektor Pertanian dan Non Pertanian dengan rumus:
Jawa Barat, Y = PDRB sub sektor pertanian di Provinsi Jawa Barat.Kriteria nilai: LQ > 1: Komoditi i di Kota Bekasi merupakan sektor basis, LQ < 1 : Komoditi i di Kota Bekasi merupakan sektor non basis. Analisis Komponen Pertumbuhan Sektor Pertanian NSr,i,t=Er,i,t-n(EN,t/EN,t-n)–Er,i,t-n ...……….(4) Pr,i,t =[(EN,i,t/EN.i,t-n)–(EN,t/EN,t-n)]Er,i,t-n …(5)
LQ = (xi/y) / (Xi/Y)…………..…(1)
Dr,i,t=[Er,i,t –(EN,i,t/EN,i,t-n)Er,i,t-n]…………(6)
Keterangan: LQ = Nilai Location Quotient, xi =PDRB sektor i di Kota Bekasi, y = PDRB total di Kota Bekasi, Xi = PDRB sektor i di Provinsi Jawa Barat, Y = PDRB total di Provinsi Jawa Barat Kriteria nilai: LQ > 1: Sektor i di Kota Bekasi merupakan sektor basis, LQ < 1 : Sektor i di Kota Bekasi merupakan sektor non basis. Peranan Sub Sektor Pertanian. LQsub = (xi / y) / (Xi / Y)…….....(2)
Keterangan: NS = National Share Kota Bekasi, P = Proportional Shift Component Kota Bekasi, D = Differential Shift Component Kota Bekasi, E = PDRB, r = PDRB total Kota Bekasi, N = PDRB total Provinsi Jawa Barat, t-n = Tahun awal, t = Tahun akhir, i = Sektor pertanian. Kriteria nilai: NS > 0 : pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian Kota Bekasi termasuk cepat di tingkat Jawa Barat, NS < 0 : pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian Kota Bekasi termasuk lambat di tingkat Jawa Barat, P > 0: pertumbuhan PDRB sektor pertanian Kota Bekasi lebih cepat dibandingkan di provinsi Jawa Barat, P < 0 : pertumbuhan PDRB sektor pertanian Kota Bekasi lebih lambat dibandingkan di provinsi Jawa Barat, D > 0 : sektor pertanian Kota Bekasi memiliki daya saing dibandingkan dengan Jawa Barat, D <0 : sektor pertanian Kota Bekasi tidak memiliki daya saing dibandingkan dengan Jawa Barat (Tarigan, 2012).Analisis Komponen Pertumbuhan Sub Sektor Pertanian
Keterangan : LQsub = Nilai Location Quotient, xi = PDRB sub sektor pertanian i di Kota Bekasi, y = PDRB sektor pertanian di Kota Bekasi, Xi = PDRB sub sektor pertanian i di Provinsi Jawa Barat, Y = PDRB sektor pertanian di Provinsi Jawa Barat. Kriteria nilai: LQ > 1: Sub Sektor i di Kota Bekasi merupakan sektor basis, LQ < 1 : Sub Sektor i di Kota Bekasi merupakan sektor non basis. Peranan Komoditi Pertanian. LQkom = (xi / y / (Xi / Y)….…....(3) Keterangan : LQkom = Nilai Location Quotient, xi =PDRB komoditi i di Kota Bekasi, y = PDRB sub sektor pertanian di Kota Bekasi, Xi = PDRB komoditii di Provinsi
NSr,i,t=Er,i,t-n(EN,t/EN,t-n)–Er,i,t-n ...……….(7) Pr,i,t =[(EN,i,t/EN.i,t-n)–(EN,t/EN,t-n)]Er,i,t-n …(8) Dr,i,t=[Er,i,t –(EN,i,t/EN,i,t-n)Er,i,t-n]…………(9)
PENDAHULUAN Tujuan utama dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah terciptanya masyarakat adil dan sejahtera. Pembangunan nasional perlu memperhatikan pembangunan daerah, karena pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan di daerah (Susanto, 2008). Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah. Berdasarkan undangundang tersebut, pemerintah daerah mempunyai kewewenangan yang lebih luas untuk mengatur dan perencanaan pembangunan wilayahnya. Pembangunan daerah tentunya perlu mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki agar tepat fungsi untuk tiap-tiap sektor perekonomian. Sektor Pertanian berperan dalam pembangunan suatu daerah dan perekonomian, dengan pertanian harapannya mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk, sebagai sumber pendapatan, sebagai sarana untuk berusaha, serta sebagai sarana untuk dapat merubah nasib ke arah yang lebih baik lagi. Peranan pertanian tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan ekonomi petani.
Kota Bekasi termasuk ke dalam Kota Megapolitan, karena letak administratif Kota Bekasi bersebelahan dengan pusat perekonomian nasional yaitu DKI Jakarta. Nilai sektor pertanian di Kota Bekasi relatif kecil, karena tergeser oleh sektor industri pengolahan dan perdagangan. Pada bidang sektor ekonomi mungkin sektor pertanian secara umum kurang memberikan nilai yang besar untuk kontribusi perekonomian Kota Bekasi, akan tetapi jika dilihat baik dari sub sektor pertanian maupun komoditi sub sektor pertanian masih besar harapan bahwa sub sektor pertanian maupun komoditi pertanian berperan penting dalam perekonomian Kota Bekasi. Tujuan penelitian ini, yaitu; mengetahui peranan sektor pertanian, non pertanian, sub sektor dan komoditi pertanian dalam perekonomian di Kota Bekasi, mengetahui kecepatan dan daya saing komponen pertumbuhan sektor pertanian dan sub sektor pertanian dalam perekonomian di Kota Bekasi. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis(Surakhmad, 2002). Kota Bekasi dipilih menjadi lokasi penelitian karena beberapa alasan yaitu: 1) Kota Bekasi berbatasan langsung dengan Ibu Kota DKI Jakarta sehingga Kota Bekasi memiliki struktur perekonomian yang berbeda jika dibandingkan oleh kota-kota lain yang terdapat di Provinsi Jawa Barat, 2) Sebagai salah satu kota besar di Provinsi Jawa Barat, Kota Bekasi dapat memberi kontribusi yang berarti bagi
ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN KOTA BEKASI: SUATU PENDEKATAN LOCATION QUOTIENT DAN SHIFT SHARE Al Bima Ar Razzaq, Agustono dan Suprapto Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax.(0271) 637457 E-mail:
[email protected] Telp. 085694353594 Abstract: This research is aims to know the role of agriculture, non agriculture, sub sector and commodity of agriculture an economic in Bekasi City, To know the velocity and competitive ability the component and emergence of agriculture sector and agriculture sub sector of economic in Bekasi City. The Base method in this research is descriptive analysis method. The research held in Bekasi City. The type and source of data needed in this research are secondary data from Statistic Centre Board (BPS) of West Java Province and BPS Bekasi City. The results of this research shows that agriculture sector are non basis sector and basis sector that is electric sector, gas and clean water, trade sector, hotel and restaurant, transportation sector and administration sector, rent and company services of economic in Bekasi City. All of the agriculture sub sector is non basis sector of economic in Bekasi City. Comodity of the agriculture sub sector that is included in basis sector of economic in Bekasi City are mustard greens, spinach, leafy vegetable, ginger, goat, sheep, broiler, laying pullet, duck, gurami fish and cat fish. The emergence of sector and sub sector agriculture in Bekasi City base on National Share is fast.Proportional Shift Proportional Shift Component shows that tabama sub sector and animal husbandry sub sector have fast emergence than the same sub sector in West Java Province. Differential Shift Component which has competitive ability is plantation sub sector and fishery sub sector. The suggestion of government in Bekasi city can give a good policy to agriculture in Bekasi City. The government can give priority in mustard greens, spinach and leafy vegetable commodity which has potential to be superior agriculture commodity in Bekasi City. Keywords: Bekasi City, Agriculture sector, basis and non basis, Location Quotient, Shift share Abstrak: Penelitian ini bertujuan, mengetahui peranan sektor pertanian, non pertanian, sub sektor dan komoditi pertanian dalam perekonomian di Kota Bekasi, mengetahui kecepatan dan daya saing komponen pertumbuhan sektor pertanian dan sub sektor pertanian dalam perekonomian di Kota Bekasi. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Penelitian dilaksanakan di Kota Bekasi. Jenis dan sumber adalah data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat dan BPS Kota Bekasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor pertanian adalah sektor non basis, dan sektor basis adalah sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dalam perekonomian di Kota Bekasi. Semua sub sektor pertanian merupakan sektor non basis dalam perekonomian Kota Bekasi. Komoditi sektor pertanian yang termasuk sektor basis adalah komoditi petsai/sawi, bayam, kangkung, jahe, kambing, domba, ayam ras pedaging, ayam ras petelur, itik, ikan gurame dan ikan lele. Pertumbuhan sektor dan sub sektor pertanian di Kota Bekasi berdasarkan National Share memiliki pertumbuhan cepat. Proportional Shift Component menunjukkan pada sub sektor tabama dan sub sektor peternakan memiliki pertumbuhan cepat dibandingkan pada sub sektor yang sama ditingkat Provinsi Jawa Barat. Differential Shift Component yang memiliki daya saing adalah sub sektor perkebunan dan sub sektor perikanan. Saran sebaiknya pemerintah Kota Bekasi dapat memberikan kebijakan yang baik terhadap pertanian di Kota Bekasi. Pemerintah bisa memprioritaskan komoditi petsai/sawi, bayam dan kangkung yang berpotensi untuk dijadikan komoditi unggulan pertanian Kota Bekasi. Kata kunci : Kota Bekasi, Sektor Pertanian, Basis dan Non Basis, Location Quotient, Shift Share