Prosiding Semirata 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat Universitas Tanjungpura Pontianak Hal 36 - 46
PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT TRADISIONAL OLEH MASYARAKAT ETNIS SERAWAI BERBASIS NASKAH KUNO KA GA NGA DI DESA KAMPAI TALO KABUPATEN BENGKULU SELATAN UTILIZATION OF PLANT TRADITIONAL MEDICINES BY SERAWAI ETHNIC COMMUNITY BASED ON AN ANCIENT KA GA NGA IN KAMPAI TALO VILLAGE SOUTH BENGKULU REGENCY Kasrina1 Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu Jalan Raya Kandang Limun Bengkulu
[email protected] ABSTRACT Serawai ethnic commonly live at South Bengkulu in Bengkulu province. Their use medical plant for traditional healing and it is noted in old script Ka Ga Nga. The research last moment for old script Ka Ga Nga, the are 63 species in old script, but the used medical plant was difficult to understand. For this, the research is continued, to understand what kind of used medical plant based on old script Ka Ga Nga. The research done in Kampai Talo Village South Bengkulu. The Method used observation and interview dukun and collected medical plant based on old script Ka Ga Nga. Analysis was done by descriptif. There are 39 species is used and using is the same or not the same with old script Ka Ga Nga. Decreased is used medical plants caused by the medical plant is not at Kampai Talo village and may be used information of the medical plant is degradation to among generation. So, may be information used in Old script not come from this area because where is come from the Old Script Ka Ga Nga is still not information until now. Keywords: Medical Plant, Serawai Ethnic, old script Ka Ga Nga, Bengkulu ABSTRAK Suku Serawai secara geografis umumnya mendiami kawasan Kabupaten Bengkulu Selatan, Propinsi Bengkulu. Masyarakat Bengkulu telah melakukan pengobatan secara tradisional sejak dari dulu dan dicatat dalam naskah Ulu dengan menggunakan tulisan kuno Ka Ga Nga. Penelitian terdahulu telah dilakukan terhadap naskah tersebut dan diperoleh informasi 63 jenis tumbuhan obat yang telah dimanfaatkan sebagai obat, tetapi informasi pemanfaatannya dalam pengobatan sangat terbatas dan susah dipahami. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan manfaat berbagai jenis tumbuhan obat yang tertulis di dalam naskah Ulu pada Suku Serawai di Desa Kampai Talo. Penelitian dilakukan dengan metode observasi, wawancara pada dukun, dan koleksi tumbuhan obat dari lapangan dengan mengacu pada kajian naskah kuno. Data-data ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Hasil yang didapatkan ada 39 jenis tumbuhan yang dipakai dan pemanfaatannya ada yang sama dan tidak sama dengan naskah Ulu. Penurunan jumlah jenis tumbuhan obat yang dipakai dalam pengobatan disebabkan tumbuhan tersebut tidak ditemukan atau mungkin tidak tumbuh di kawasan Desa Kampai Talo dan kemungkinan adanya erosi pengetahuan pada generasi selanjutnya. Kata kunci: tumbuhan obat, etnis Serawai, naskah Tradisional, Bengkulu
36
Prosiding Semirata 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat Universitas Tanjungpura Pontianak Hal 36 - 46
1. PENDAHULUAN Salah satu pemanfaatan tumbuhan yang terpenting adalah untuk obat. Obat tradisional sudah lama dikenal masyarakat dalam bentuk ramuan dari berbagai macam jenis dari bagian tumbuhan yang mempunyai khasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit yang sudah dilakukan sejak zaman dahulu secara turun-temurun. Hal ini bisa dilihat dari peradaban zaman batu sampai zaman modern dan tercatat dalam relief candi-candi, dalam naskah-naskah kuno yang tersimpan di museum-museum. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena mempunyai keunggulan. Salah satunya adalah memiliki efek samping yang relatif rendah. Ramuan obat tradisional memiliki komponen-komponen yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan ramuan obat memiliki efek saling mendukung, yakni pada beberapa tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi. Ramuan obat tersebut lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif. Pemanfaatan obat tradisional sekarang ini mulai ‘naik daun” lagi karena faktor ekonomi yang menurun dan harga obat kimia relatif mahal. Menurut [13], berkaitan dengan kekayaaan keanekaragaman hayati Indonesia dan kemudian dipadukan dengan kebhinekaan suku-suku bangsa yang mendiami kepulauan nusantara ini maka akan terungkap tumbuhnya berbagai sistem pengetahuan tentang lingkungan alam. Pengetahuan ini berbeda dari kelompok satu ke kelompok suku yang lainnya, karena tergantung tipe ekosistem tempat tinggal mereka dan tentu saja sangat dipengaruhi oleh tingkat kebudayaaan suku-suku bangsa. Supriadi (2001) menyatakan ada 370 etnis/suku asli Indonesia yang hidup di dalam atau di sekitar kawasan hutan. Dari 370 suku yang ada tersebut, baru 45 suku yang sudah diteliti mengenai pengetahuan tradisional dalam penggunaan tumbuhan berkhasiat obat. Selanjutnya [6] mengungkapkan bahwasanya kelompok suku yang beragam di Indonesia mempunyai ciri dan jati diri budaya yang jelas sudah terdefinisi, sehingga diduga kemungkinan besar persepsi dan konsepsi masyarakat tentang sumberdaya nabati di lingkungannya berbeda. Adanya beragam etnik di Indonesia dimungkinkan beragam pula informasi mengenai keanekaragaman pemanfaatan tumbuhan sebagai obat. Informasi lisan Prof Manjang salah seorang pakar penelitian tumbuhan obat dari Universitas Andalas menyatakan dalam setiap seminarnya bahwa penggalian informasi tentang tumbuhan obat tradisional dari berbagai daerah dan berbagai suku di Indonesia belum tuntas, sehingga perlu dilakukan penggalian informasi tumbuhan obat suku-suku lainnya,
yang
nantinya
akan
semakin
meningkatkan
informasi
dasar
untuk
pengembangan penelitian tumbuhan obat ini di masa depan. [10] menyatakan diperkirakan terdapat sekitar 30.000 jenis tumbuhan di hutan hujan tropis dan 1.260 jenis
37
Prosiding Semirata 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat Universitas Tanjungpura Pontianak Hal 36 - 46
diantaranya berkhasiat sebagai obat dan telah dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Suku Serawai merupakan salah satu suku terbesar di Propinsi Bengkulu, sebagian besar berdomisili di wilayah Bengkulu bagian Selatan di kawasan Bukit Barisan Selatan. Mereka masih menggunakan obat-obat tradisional dalam pengobatan dan pengetahuan mengenai obat-obatan tradisional diperoleh secara turun-temurun. Zaman dahulu Suku Serawai di Propinsi Bengkulu menyimpan pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai obat dalam bentuk tulisan atau dokumen empat naskah kuno yang disebut dengan naskah Ka Ga Nga. Dokumen ini belum dapat diakses oleh masyarakat Indonesia atau dunia Internasional karena hambatan bangsa. Menurut Sarwono (1998) yang telah melakukan kajian pendahuluan terhadap naskah ini, menyarankan perlu segera ditindaklanjuti mengidentifikasi nama ilmiah tumbuhan bahan obat sebagai mana yang diuraikan dalam empat naskah tersebut dan dilanjutkan dengan kajian bahan aktifnya, untuk ditindaklanjuti khasiat ramuan tradisionalnya. Penelitian lanjutan ini telah dilakukan oleh [4]. Hasil penelitian terhadap 63 jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan sebagai obat dan uji senyawa bioaktifnya, tetapi informasi pemanfaatan untuk penyakit yang bisa diobati oleh tumbuhan tersebut masih sulit dipahami dan pemanfaatannya sangatlah terbatas. Untuk
memahami
keterbatasan
pemakaian
dan
susahnya
memahami
pemanfaatan tumbuhan obat yang ada dalam naskah tersebut serta menggali potensi pemakaian tumbuhan tersebut oleh masyarakat Serawai saat ini, maka dilakukan penelitian lanjutan yaitu suatu penelitian pemanfaatan tumbuhan obat berbasis Naskah Ulu di Desa Kampai Talo Bengkulu Selatan. Sembilan puluh persen penduduk Desa Kampai adalah asli suku Serawai dan mereka masih mempercayai dukun untuk mengobati anggota keluarga yang sakit. Delapan orang dukun di desa ini memanfaatkan tumbuhan dalam pengobatan. [9] mengemukakan terdapat 66 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat oleh Suku Serawai yang berdomisili di 5 desa di kecamatan Pino, 65 jenis di kecamatan Manna, dan 87 jenis di desa Kembang Sri Talo Berdasarkan masalah
di
atas
maka
telah
dilakukan
penelitian
tentang
pemanfaatan tumbuhan obat berbasis naskah Ka Ga Nga di desa Kampai kecamatan Talo yang bertujuan untuk menggali potensi pemakaian tumbuhan untuk mengobati penyakit berdasarkan naskah Ka Ga Nga pada masyarakat Suku Serawai di Desa Kampai Kecamatan Talo Bengkulu Selatan.
38
Prosiding Semirata 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat Universitas Tanjungpura Pontianak Hal 36 - 46
2. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Desa Kampai, Kecamatan Talo, Kabupaten Seluma Bengkulu Selatan bulan Januari 2012. Alat yang di gunakan dalam penelitian ini adalah: perlengkapan herbarium berupa kertas koran, karung plastik, buku lapangan, kantong plastik, parang, kertas label, tali rafia, etiket gantung, gunting tanaman, sasak dari bambu dan sasak dari kardus, isolasi, kamera, jarum, benang, plastik bening, kertas karton tebal ukuran 29 x 41 cm. Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70% dan sampel tumbuhan obat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasi dan wawancara dengan delapan dukun dan Studi Pustaka. Data yang dihimpun berbasis pada Naskah Ka Ga Nga, yaitu berupa nama jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat, bagian tumbuhan yang digunakan dalam pengobatan, cara pengolahan atau meramu dan penyakit yang dapat diobati dengan jenis tumbuhan obat tersebut. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dicatat di lembar data. Pengambilan sampel tumbuhan di lapangan dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu mengoleksi dan membuat herbarium jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat yang dipandu oleh dukun dan masyarakat setempat. Data yang diperoleh ditabulasikan dan dianalisis secara deskriptif. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1.Sosial Budaya Suku Serawai. Tanah kediaman Suku Serawai cukup subur sehingga mereka memilih mata pencaharian dengan bercocok tanam di sawah atau di ladang. Selain bertanam padi mereka juga menanam kopi, sawit, dan karet. Perairan sungai dan lautnya banyak menyediakan ikan dan hasil hutannya berupa kayu, rotan, dan dammar. [3] menyatakan bahasa Serawai termasuk rumpun bahasa melayu namun dekat dengan bahasa Pasemah serta memiliki dua dialek yaitu dialek Manna dan Serawai. Bentuk kekerabatan orang Serawai adalah keluarga luas (klen) bilateral, terdiri dari satu keluarga batih yunior keturunan mereka. Keluarga terbentuk karena adanya hubungan genealogis dari seorang kakek (puyang) yang sama. Bentuk kekerabatan ini juga disebut jughai tuo atau sepuyang. Beberapa jughai bisa bergabung karena punya asal-usul dari puyang yang sama. Suku Serawai sebagaian besar sebagian besar berdiam di Kabupaten Seluma, Bengkulu Selatan, dan kota Bengkulu. Pada zaman dahulu daerah mereka mencakup marga Semidang Alas, Pasar Manna, Ilir Talo, Ulu Talo,Ulu Manna dan Ilir Manna dan sekarang tersebar hampir diseluruh Propinsi Bengkulu [5]. Alat musik tradisional orang serawai adalah kulintang, reban, rebab, atau redab, suling, gendang, dan sebagainya. Alat-alat ini dimainkan untuk mengiringgi tari-tarian
39
Prosiding Semirata 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat Universitas Tanjungpura Pontianak Hal 36 - 46
seperti tari: Lelawan kebanyakan, dangkumbang, ari mabuk, lagu duo, tari pedang dan sebagainya. Selain itu mereka juga mengenal seni bertutur yang disebut berejung, yaitu acara berbalas pantun antara orang muda [5]. 3.2 Jenis Tumbuhan Obat dan Pemanfaatannya bagi masyarakat Suku Serawai berdasarkan Naskah Ka Ga Nga di Desa Kampar Talo Dari hasil penelitian yang telah di lakukan dengan cara wawancara delapan orang dukun di Desa Kampai, Kecamatan Talo, Kabupaten Seluma, Bengkulu Selatan mengenai jenis-jenis tumbuhan dan pemanfaatannya sebagai obat berdasarkan naskah Ka Ga Nga diperoleh 39 jenis tumbuhan yang digolongkan ke dalam 27 suku (Tabel 1). Tabel 1. Jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaaatkan sebagai obat oleh masyarakat Suku Serawai di Desa kampai, Kecamatan Talo, Kabupaten Seluma, Bengkulu Selatan berdasarkan naskah Ka Ga Nga Suku Nama ilmiah Acanthaceae 1. Graptophyllum pictum Daun wungu (^) Lengkabang abang (*) Amaranthaceae 2. Celosia argentea boroco kuning (^) Bungo kuning (*)
Pengobatan Mnghilangkan pada bayi
Status Tumbuhan
Perdu
Budidaya
Sakit perut
1, 7
Herba
Liar
Mengobati nyeri pada saat buang air kecil Sakit pinggang Sakit perut
1, 4
Herba
Liar
Pinggang sakit
4,7
Anak kecil nangis malam
1,2,3
Herba
Budidaya
Cacingan Mencret
6 1,3,6,7
Pohon
Budidaya
Cocos nucifera var ebunea Kelapa kuning (^) Niugh kuning (*) Cocos nucifera var viridis Kelapa hijau (^) Niugh ijang (*)
Pemukul terkena guna-guna
1, 2
Pohon
Budidaya
Pemukul terkena kesurupan
1, 2
Campak
3,7
pohon
Budidaya
Darah tinggi
3,7
7.
Demam panas
3
pohon
Budidaya
Mencret
1, 3
Malaria
1, 4, 5
Perdu
Budidaya
Maag
1,2,3
Herba
Budidaya
Anak kecil demam malam
3,5
Bengkak pada kaki
1,6
Perdu
Budidaya
3.
Celosia cristata L. Boroco merah (^) Bungo abang (*) Araceae 4. Acorus calamus L. Drigo (^) Jeghangau (*) Arecaceae 5. Areca catechu L. Pinang (^,*) 6.
Zalacca edulis Salak (^,*)
Asteraceae 8. Blumea balsamifera (L)(DC) Sembung (^) Capau (*) Balsaminaceae 9. Impatient balsamina L. Pacar air (^) Inai aik (*) Bignoniaceae 10. Oraxylum indicum
merah
Habitus
2, 7
L.
kulit
Narasumber
4, 7 1, 7
Mata Perih
40
Prosiding Semirata 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat Universitas Tanjungpura Pontianak Hal 36 - 46 Kapung (^,*) Blecheniaceae 11. Stenochlaena palustris Paku Abang (^) Paku hurang (*) Clusiaceae 12. Gracinnia parvifolia Kandis (^,*) Euphorbiaceae 13. Aleurites moluccana Willd. Kemiri (^) Miling (*) 14. Bridelia pustulata Keniday (^,*) 15. Jatropha gossypifolia L. Jarak merah (^) Jarak abang (*) 16. Mallotus paniculatus Balik angin (^) Baliak angin (*) Flacourtiaceae 17. Flacourtia rukam Rukam (^) Ngukam (*)
Gleicheniaceae 18. Gleichenia linearis Paku resam (^) Ghesam (*) Liliaceae 19. Cordyline fruticose hanjuang merah (^) Njuang abang (*) Loranthaceae 20. Loranthus Sp. Tali putri (^) Benalu (*) Malvaceae 21. Hibiscus rosa-sinensis Bunga kembang sepatu (^) Bunga rayo puti-ah (*) 22. Urena lobata Pepulut (^,*) Moraceae 23. Artocarpus integra Nangka (^) Nangko (*) 24. Ficus benjamina L. Beringin (^,*) Musaceae 25. Musa rumphiana Pisang Mas (^,*) Myrtaceae 26. Eugenia aquea Jambu air (^) Jambu keling (*) Ochnaceae 27. Ghompia serrata Sepat/semampat (^,*)
Obat agar terinfeksi
pusar
tidak
1,5,6
Herba
Liar
Pohon
Budidaya
Kudis
1,2,3,4,7
Panu
5
Kudis
1,2,3,
Pohon
Budidaya
Sakit perut
3
Pohon
Budidaya
Sariawan
1
Perdu
Budidaya
Maag
2
Usus buntu
1,3,7
Pohon
Budidaya
Gantungan di rumah-rumah pada saat bangun rumah yang berguna untuk mengusir mahkluk halus. Sakit pinggang
2,5
Pohon
Budidaya
Panas demam
1,2,8
Herba
Liar
Obat bengkak
1
Herba
Budidaya
Kurang gizi pada anak-anak
1,8
Herba
Liar
Anak kecil demam panas
1,2,3,4,5,6,7 ,8
Perdu
Budidaya
Bengkak pada kaki
5
Perdu
Liar
Obat kudis
1,2,3,7
Pohon
Budidaya
Obat sakit kepala Bengkak pada perut
1
Pohon
Budidaya
Sunup dingin atau malaria
1,2,3
Herba
Budidaya
Sakit perut
1,2,3,5,7
Perdu
Budidaya
8
Pohon
Budidaya
Sakit pinggang
Mencret Demam berselang satu hari
Oxalidaceae
41
Prosiding Semirata 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat Universitas Tanjungpura Pontianak Hal 36 - 46 28. Averhoa bilimbi L. Belimbing wuluh(^) Belimbing Besi(*)
3, 4,7
Pohon
Budidaya
Obat gato (merah-merah di gigit serangga)
7,8
Pohon
Budidaya
Rasa sakit mendadak
1,3,4,7
Semak
Liar
Luka di tusuk dengan pisau pada bagian pinggang
1
Semak
Budidaya
Kepala sakit mendadak
1
Semak
Budidaya
Obat bengkak
3,4,8
Perdu
Budidaya
Obat sendi sakit
4
Herba
Liar
Gigitan lipan
4
Herba
Budidaya
Mencegah mata rabun
1, 3, 5
Herba
Budidaya
37. Clerodendrum japonicum Bunga pagoda(^) Memayo(*) Zingiberaceae
Sendi sakit
4
Perdu
Liar
38. Curcuma domestica Kunyit (^,*)
Maag
2, 5
Herba
Budidaya
3, 5, 8
Herba
Budidaya
Papilionaceae 29. Erythrina subumbrans Dadap putih (^) Dedap Putiah(*) Poaceae 30. Imperata Cylindrica(L.) Beauv Ilalang (^) Lalang (*)
Sariawan Darah tinggi
yang
datang
Peluruh air seni Demam Kencing batu Mimisan Darah tinggi Diare Keputihan
31. Oryza glutinosa Beras Ketan (^) Padi pulut (*) 32. Oryza sativa Padi (^,*) Rubiaceae 33. Morindra citrifolia Mengkudu (^,*) Selaginellaceae 34. Selaginella doederlennii Ceker ayam (^) Lengkenai (*) Solanaceae 35. Capsicum annuum L. Cabe merah (^) Cabia abang (*) 36. Solanum torvum Rimbang (^) Nenteghang (*) Verbenaceae
Sakit perut
Tidur lelap sampai mimpi buruk hingga hilang akal 39. Zingiber officinale Pembersih darah yang baru Jahe (^,*) melahirkan Penyegar badan setelah melahirkan Batuk Ket: Nama indonesia (^); Nama lokal Desa Talo (*)
Tiga puluh sembilah spesies tumbuhan yang digunakan sebagai obat yang ditemukan pada penelitian ini termasuk ke dalam famili Euphorbiaceae (4 spesies), Arecaceae (3 spesies), Poaceae (3 spesies), Malvaceae (2 spesies), Moraceae (2 spesies), Solanaceae (2 spesies), Zingiberaceae (2 spesies).
42
Prosiding Semirata 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat Universitas Tanjungpura Pontianak Hal 36 - 46
Suku Euphorbiaceae banyak di gunakan sebagai obat karena jenis-jenis tumbuhan dari famili ini banyak, mudah dibudidayakan dan banyak ditanam masyarakat. Semua spesies dari famili Euphorbiaceae yang ditemukan di kawasan ini sudah merupakan tanaman budidaya. Ada jenis yang kurang popular dipakai oleh suku lain yaitu Bridelia pustulaca (Keniday), yang di desa ini bermanfaat untuk mengobati sakit perut. Suku Euphorbiaceae juga banyak digunakan karena jenis-jenis tumbuhan dari suku ini juga dimanfaatkan sebagai tumbuhan pelindung atau peneduh dan dapat tumbuh dengan mudah dan berumur tahunan, misalnya Aleurites moluccana Willd. (Kemiri). Jenis tumbuhan dari suku ini memiliki kandungan kimia seperti Jatropha gossypolium L. untuk sariawan dan maag, Mengandung alkaloid (akar) tannin, calcium oksalat, sulfur, pectic substans (daun) tannin, sulfur (batang), tanaman ini berfungsi untuk susah buang air besar, radang anak telinga, pembengkakan dan penyakit kulit, demam (daun) sembelit, perangsang muntah,lepra (Minyak dari biji) menurut [13] jenis yang paling banyak manfaatnya adalah Ilalang, yaitu untuk: mengobati rasa sakit yang mendadak datang, peluruh batu ginjal, demam, mimisan, darah tinggi, diare dan keputihan. Jika ditinjau dari kandungan senyawa kimianya, Imperata cylindrical(L.) Beauv. (Alang-alang) banyak mengandung manitol, glukosa, sakarosa, malic acid, citric acid, coixol, arundoin, cylindrin, fernenol, simiarenol, anemonin, asam kersik, damar dan logam alkali yang berfungsi sebagai memperlacar pengeluaran air seni (diuretik), menurunkan panas (antipiretik) dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Menurut Seniwaty, dkk (2009) Imperata cylindrica Beauv. mengandung alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid dan tannin, yang dalam dunia kesehatan banyak dimanfaatkan untuk mengobati penyakit demam, kencing manis, dan peluruh air seni. Menurut [11], Imperata cylindricaBeauv mengandung damar, asam kersik, kalium dan logam alkali yang dapat di gunakan untuk pengobatan kencing batu terutama mengandung garam kalium yang diketahui berkhasiat sebagai diuretik dari golongan garam pembentuk asam. Dari jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat, ada 32 jenis tumbuhan yang sudah dibudidayakan dan 7 jenis tumbuhan yang tidak dibudidayakan dan tumbuh liar di sekitar desa penelitian. Banyaknya jenis tumbuhan yang sudah dibudidayakan karena sebagian besar tumbuhan yang digunakan sebagai obat digunakan pula untuk keperluan sehari-hari sebagai bahan pangan, rempah-rempah (bumbu dapur), tanaman pelindung, tanaman pagar, tanaman hias, dan perkakas rumah tangga. Selain itu, hal tersebut di latar belakangi pula oleh kehidupan masyarakat di desa penelitian ini yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani yang menggantungkan hidupnya dari sumber daya alam, terutama sumber daya alam yang terdapat di hutan, sawah, perkarangan dan
43
Prosiding Semirata 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat Universitas Tanjungpura Pontianak Hal 36 - 46
sekitarnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh [1] ekosistem yang sudah mendapat olahan dari manusia (Human Made Ekosistem) adalah tempat dimana tumbuhan yang banyak ditemukan dimanfaatkan oleh manusia dan termasuk juga tumbuhan obat ini. Jadi bukanlah berasal dari hutan. Hal ini juga terdapat pada kondisi penelitian ini dan yang terdahulu, bahwasanya ada jenis tumbuhan yang tidak dipakai lagi
karena
keberadaannya di hutan juga susah untuk menemukannya, antara lain kayu kunyit, muray, pauh, remengka, dan pumawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa spesies tumbuhan obat dapat mengobati satu penyakit yang sama. Misalnya, sakit perut dapat diobati dengan empat tumbuhan obat yaitu bungo kuning/ Celosia argentea, bungo abang/ Celosia cristata, keniday / Bridelia pustulaca; jambu air / Eugenia aquea. Penyakit kudis dapat diobati dengan 3 jenis, yaitu daun Nangka, daun kandis tua, dan buah kemiri. Pembuatannya obatnya dengan cara mengabuarangkan daun nangkat atau kandis tua atau memanggang buah kemiri lalu dioleskan pada kudis. Penyakit Malaria yang merupakan endemik Bengkulu/ hampir menyerang
semua warga Bengkulu dapat diobat dengan
Sembung/Capau (Blumea balsamifera) daun satu genggam direbus dan diminum, tunas Pisang mas (Musa rumphiana) diremas-remas dengan air kemudian diuraskan ke kepala dan seluruh tubuh. Pemakaian tunas pisang hampir sama dengan pemakaian daun kembang sepatu warna putih untuk etnis Minang [2]. Jenis jenis lain yang dipakai untuk mengobati penyakitdi kawasan ini adalah sambiloto Andrografhis paniculata L., Annona muricata L., Carica papaya,., Timnospora rumphii L./brotowali Sebaliknya, satu spesies tumbuhan obat dapat mengobati berbagai macam penyakit. Misalnya, Imperata cylindrica (alang-alang) dapat mengobati penyakit mimisan, diare, demam, peluruh air seni, kencing batu, darah tinggi, radang paru-paru, asma dan keputihan. Sementara dari Naskah ditemukan berguna untuk perabula beringin yang tak sembuh / keluar urat di kening menyerupai akar beringin atau disebut varises. Beberapa cara mengolah tanaman obat: 1) Memipis, biasanya bahan yag digunakan bahan yang masih segar. Bahan tersebut dihaluskan dengan ditambahkan sedikit air kemudian diperas hingga ¼ cangkir. Jika kurang air matang ditambahkan pada ampas lalu diperas lagi; 2) Merebus, tanaman obat direbus agar zat-zat yang berkhasiat dalam tanaman larut kedalam air (air bersih). Pada awal perebusan digunakan api besar hingga mendidih, setelah mendidih api dikecilkan dan dibiarkan selama 5 menit; 3) Menyeduh, bahan yang telah diramu diseduh dengan air panas dan didiamkan selama 5 menit, kemudian hasil seduhan disaring. Selain dari cara pengolahan yang perlu diperhatikan adalah cara pemakaian dan jangka waktu pemakaian.
44
Prosiding Semirata 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat Universitas Tanjungpura Pontianak Hal 36 - 46
Cara pemakaian dan penanganan obat berbeda-beda tergantung jenis penyakit. Misalnya untuk penyakit kulit, herbal digunakan secara dioles atau diramu untuk mandi. Umumnya ramuan dikonsumsi 1 jam sebelum makan dengan tujuan agar proses penyerapan zat-zat yang berkhasiat optimal. Bagi yang belum terbiasa sebaiknya dosisnya diminum sedikit demi sedikit. Jangka waktu pemakaian setiap obat yang telah dibuat juga berbeda-beda. Ramuan yang direbus boleh disimpan selama sehari atau 24 jam. Apabila dibuat dari perasan tanpa direbus hanya boleh disimpan selama 12 jam. Antar narasumber (delapan dukun) mempunyai resep yang berbeda dalam pemakaian tumbuhan obat (Tabel 1). Terdapatnya perbedaan ini dimungkinkan karena silsilah keluarga mereka berbeda dan kearifannya terhadap tumbuhan juga berbeda, sebagai mana yang dikatakan [8] bahwa sejalan dengan perubahan ekosistem tempat mereka hidup, perubahan lingkungan dan arus lalu lintas, komunikasi dan informasi dari luar, menyebabkan nilai-nilai budaya yang selama ini tumbuh dan berkembang di masyarakat ikut berkembang. 4. KESIMPULAN Jenis-jenis tumbuhan yang bermanfaat sebagai obat di Desa Kampai, Kecamatan Talo, Kabupaten Seluma Bengkulu Selatan yaitu Sebanyak 39 jenis tumbuhan yang terdiri dari 27 suku. Umumnya tumbuhan tersebut didapatkan di lingkungan mereka dan sudah dibudidayakan
5. DAFTAR PUSTAKA [1]. [2]. [3].
[4].
[5].
[6].
[7].
Hariyadi, B. 2011. Obat Rajo Obat di Tawar: Tumbuhan Obat dan pengobatan Tradisional Masyarakat Serampas- Jambi. Biospecies 4(2): 29-34. Kasrina, 2013. Bahan Ajar Taksonomi TumbuhanTinggi. Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Bengkulu. Musiardanis. 1996. Kelompok-kelompok suku Bangsa di Propinsi Bengkulu. http://musiardanis.multiply.com/jurnal/item/82/seri tulisan tentang dua suku terbesar Di propinsi Bengkulu VII. Di akses 11 juni 2011.http://ilib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId/Suku Serawai Bengkulu=1080. Di akses 11 Juni 2011. Nurhamidah, Kasrina.2006. Studi Etnobotani Tumbuhan Obat Tradisional dalam Naskah kuno Suku Serawai di Propinsi Bengkulu dan Survey Senyawa Bioaktifnya. Laporan Penelitian Dosen Muda FKIP. Bengkulu. Ramlan. 2006.System sapaan bahasa Serawai , analisis sapaan di kkabupaten Seluma, Bengkulu, UGM: Yogyakarta.http://litbangjambi11.files.wordpress.com/2011/11/pendahuluan.pdf. Di akses 11 Juni 2011. Rifai, M.A. 1998. Pemasakinian Etnobotani Indonesia: suatu keharusan demi peningkatan upaya pemanfaatan, pengembangan dan penguasaannya. Makalah seminar Etnobotani III Denpasar, 5-6 Mei 1998. Sarwono, S. 1998. Kajian Pendahuluan terhadap Naskah-Naskah Pengobatan Tradisional Masyarakat Serawai. Dalam Naskah Sebagai Sumber
45
Prosiding Semirata 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat Universitas Tanjungpura Pontianak Hal 36 - 46
[8].
[9].
[10]. [11].
[12].
[13].
Pengetahuan Budaya (Kumpulan makalah simposium Internasional II Pernaskahan Nusantara. Unri. Press. Pekanbaru. Setyowati FM, Wardah. 2007. Keanekaragaman Tumbuhan Obat Masyarakat Talang Mamak di Sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Riau. Biodiversitas8(3):228232.http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D0803/D080313Franchiska_talang_mam ak.pdf. Di akses 11 Juni 2011. Siagian,H. Mangasa. 1999. Potensi Keanekaragaman Hayati di Bengkulu Dan Hubungannya Dengan Pemanfatan Tumbuhan Sebagai Bahan Obat. Laporan Teknik Proyek Penelitian. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Biologi. LIPI, Bogor. Di akses 11 Juni 2011. Supriadi. 2001. Tumbuhan Obat Indonesia Pengguna dan Khasiatnya .pustaka populer obor: Jakarta. Wakidi. 2003. Prospek tumbuhan obat tradisional untuk menghancurkan batu ginjal. Sumatra Utara: Bagian Farmasi-Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Di akses 10 Maret 2012.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3577/1/farmakologiwakidi1.pdf. Waluyo, EB.1993. keanekaragaman hayati Indonesia dan peluangnya dalam penelitian etnobotani. Makalah dalam “ Seminaire Science Humanies et Social et Recherche Francaise in insulinde” 17-20 Nop.1993. di kedutaan Bear Pranas. Jakarta. http://biologyeastborneo.com/wp-content/uploads/2011/08/Potensi-hutansumber-obat.pdf. Di akses 11 Juni 2011. Wijayakusuma, H. 1996. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Pustaka Kartini, Jakarta.
46