Pemanfaatan Kulit Rambutan (Nephelium lappaceum L) dalam Pembuatan Lilin Aromaterapi Penolak Serangga Anisa Wantifa Pratiwi, Ima Kusuma Wardani, Nuria Cahyani, Sutanti SMA Negeri 1 Manyaran Email:
[email protected] ABSTRACT Wonogiri is a potential area for growing plantation crops e.g. Rambutan. Plantation center area for the plants are purwantoro, slogohimo,jatiroto, girimarto and sidoharjo. The rind of rambutan (nephelium lappaceum l) are compounds that are responsible for antioxidant activity and it contains flavonoids, tannins and saponins. The main ingredient in the making insect repellent aromatherapy candles are paraffin, stearin, wax dyes and essential oils from the rind of rambutan (nephelium lappaceum l) with the ratio of 5ml, 10ml, and 15 ml of essential oils from the rind of rambutan (nephelium lappaceum l)of every 100 grams of paraffin. From the observation,the use of the rind of rambutan (nephelium lappaceum l) aromatherapy candles, the candles with wax treatment ab3 which has ratio of 100: 10 is the most widely appreciated by the public.the data are obtained from organoleptic and it effectively repels insects based on repelency test on ants. Key words: rind of rambutan, aromatherapy candle, insect PENDAHULUAN Wonogiri merupakan daerah yang potensial untuk pertumbuhan tanaman perkebunan misalnya tanaman buah seperti mangga, rambutan dan durian, juga aneka tanaman empon-empon dan cabe jamu sebagai bahan pembuat obat herbal (jamu). Salah satu tanaman yang dapat ditanam diperkebunan adalah tanaman buah rambutan. Sentral tanaman rambutan di wonogiri terdapat di Kecamatan Purwantoro, Slogohimo, Jatiroto, Girimarto, Sidoharjo. Buah rambutan yang telah matang mempunyai ciri-ciri warna buah yang disesuaikan dengan jenis rambutan yang ada dan dengan mencium aroma buahnya. Buah rambutan dapat dilakukan pemanenan pada sekitar bulan nopember sampai dengan februari. Perkiraan hasil panen dapat diketahui dari proses penanganan dan pemeliharaan semenjak pembibitan hingga panen yang dilakukan secara baik dan benar serta memenuhi aturan yang ada maka dapat diperkirakan hasil yang maksimal. Setiap pohonnya dapat mencapai hasil minimal
0,10 kuintal dan maksimal dapat mencapai 1,75 kuintal setiap pohonnya. Setelah masa panen selesai buah rambutan akan menghasilkan limbah yang berupa biji dan kulit rambutan termasuk kedalam golongan limbah biodegradable yaitu limbah yang dapat diuraikan secara proses biologi baik secara aerob maupun anaerob. Namun akan lebih baik jika limbah ini diolah menjadi produk yang memiliki nilai guna terlebih jika memiliki nilai jual. Rambutan yang dikenal sebagai tanaman buah hanya dimanfaatkan buahnya sedangkan kulit buah dan bijinya tidak termanfaatkan secara maksimal dan menjadi limbah. Kulit buah rambutan (nephelium lappaceum l) merupakan senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antioksida dan. Kulit buahnya mengandung flavonoid, tanin dan saponin (dalimartha, 2005). Berdasarkan latar belakang diatas peneliti mencoba untuk melakukan penelitian tentang manfaat kulit rambutan sebagai lilin aromatik sebagai penolak serangga. Tujuan penelitian secara rinci sebagai berikut: 1. Mengetagui cara membuat ekstrak dari kulit rambutan. 22
2. 3.
Mengetahui cara mengekstrak kulit rambutan dapat digunakan pembuatan lilin aromaterapi penolak serangga. Mengetahui proses ekstrak kulit rambutan dapat digunakan pembuatan lilin aromaterapi penolak serangga.
METODE Penelitian dilakukan pada bulan Juni - Oktober 2016 di Laboratorium Biologi SMA Negeri 1 Manyaran. Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi kompor, panci, stainless mug, timbangan, gelas ukur, telanan, mangkok, pengaduk, pisau, kain lap, plastik, cetakan lilin/gelas sloki, kotak kaca berukuran 33x23x21 dan kasa dawai. Bahan yang digunakan antara lain palmwax, kulit rambutan, minyak atsiri, stearin, pewarna lilin, metanol dan air. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian sebagai berikut: 1. Menyiapkan alat dan bahan untuk penelitian. 2. Mendidihkan air dalam panci. 3. Meletakkan 100 gram parafin blok dalam stainless mug. 4. Melelehkan parafin dengan cara memasukan stainless mug ke dalam panci berisi air. Jangan sampai airnya masuk dan bercampur dengan parafin. 5. Setelah parafin meleleh, mengangkat stainless mug, sambil diaduk kemudian dimasukkan esktrak kulit rambutan (Nephelium lappaceum L) dengan konsentrasi 0%, 5%, 10 % dan 15%. 6. Menambahkan 5 gram stearin dan pewarna secukupnya, kemudian mengaduk menggunakan pengaduk kayu. 7. Menyiapkan cetakan, jangan lupa taruh benang kasur dalam cetakan untuk sumbu lilin. 8. Setelah parafin, stearin dan pewarna tercampur sempurna, angkat mug dari panci. 9. Menunggu selama 2 menit sebelum dimasukan ke dalam cetakan, kemudian masukkan minyak esensial ke dalam bahan cetakan yang sudah diberi sumbu kemudian dibiarkan sampai mengeras
dan terbentuk lilin aromatik yang diinginkan. Uji yang dilakukan dalam penelitian adalah uji repelensi dan uji penerimaan/panelis. 1. Uji Replensi dilakukan dalam kotak kaca berukuran 33 x 23 x 21 cm dalam suhu ruangan. a. Permukaan dalam kotak kaca dibagi kedalam dua area yang sama besar yaitu area A dan area B. b. Lilin aromatik hasil percobaan digoreskan pada permukaan dalam dan dinding bagian A sedangkan area B dibiarkan sebagai kontrol. c. Kemudian, tutup botol berisi gula dan air diletakan pada area A yang terdapat bahan uji. Gula dan air sebagai atraktan. Seterusnya, kotak– kotak kaca tersebut ditutup diatasnya menggunakan kasa dawai untuk mencegah serangga keluar. d. Masukkan 10 serangga kedalam kotak kaca yang telah dipersiapkan. e. Jumlah serangga pada area A dicatat dalam 10, 20, 30 menit. f. Pengujian diulang sebanyak 3 kali untuk setiap jenis lilin aromatik berbeda konsentrasi yang dibuat. g. Data serangga yang telah direpel untuk setiap konsentrasi ekstrak kulit rambutan (Nephelium lappaceum L) dan waktu interval dianalisis untuk melihat efek konsentrasi ekstrak kulit rambutan (Nephelium lappaceum L) dan efek waktu terhadap kekuatan . 2. Uji penerimaan konsumen/ panelis, digunakan Uji hedonik digunakan untuk menguji penerimaan konsumen/panelis terhadap lilin aromatik. Pengujian ini berupa penilaian atas bau dan aroma yang dilakukan oleh 19 orang panelis siswa SMA Negeri 1 Manyaran yang pada uji ini panelis dapat menentukan tingkat kesukaannya. Adapun nilainya ialah: a. Sangat tidak suka b. Tidak suka c. Biasa d. Suka e. Sangat suka 23
Panelis diminta untuk menilai produk lilin aromatik sesuai dengan formulir isian. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada proses pembuatan lilin aromaterapi dengan pemanfaatkan kulit rambutan (Nephelium lappaceum L) sebagai penolak serangga membutuhkan bahan utama yang berupa parafin, stearin, pewarna dan minyak atsiri dari kulit rambutan (Nephelium lappaceum L). Parafin adalah bahan dasar lilin sebagai bahan bakar untuk lilin agar dapat terbakar. Pada pembuatan lilin, membutuhkan stearin yang berfungsi untuk memberi bentuk pada lilin yang dibuat, stearin perlu dipanaskan untuk mencairkan
stearin yang semula berwujud padat pada titik lelehnya yaitu sekitar 69,60C. Kemudian parafin dicampur dengan stearin. Tujuan pencampuran antara parafin dan stearin adalah agar parafin dapat menjadi keras karena sifat dasar dari parafin ialah cenderung lembek dan lentur pada temperatur dibawah titik leburnya, Selanjutnya penambahan zat fiksasi yaitu minyak atsiri dari kulit rambutan (Nephelium lappaceum L). Data hasil pengamatan tentang lilin aromaterapi dengan pemanfaatan kulit rambutan (Nephelium lappaceum L) sebagai penolak serangga adalah sebagai berikut : 1. Karakteristik Lilin Aromaterapi dari Kulit Rambutan (Nephelium lappaceum L)
Tabel 1. Karakteristik Lilin Aromaterapi dari Kulit Rambutan (Nephelium lappaceumL) No Karakteristik Lilin Aromaterapi Formula Lilin Kulit Rambutan 0,00% 5.00% 10.00% 15.00% 1 Letak sumbu (ditengah) tengah 2 Panjang lilin (cm) 4.00% 4.00% 4.00% 4.00% 3 Diameter lilin (cm) 1.50% 1.50% 1.50% 1.50% 4 Warna biru-merah biru-merah biru-merah biru-merah 5 Aroma pembakaran wangi mawar wangi mawar wangi mawar wangi mawar 6 Lama bakar 30’ 30’ 30’ 30’ 7 Minyak atsiri Kulit Rambutan a. rasa pahit pahit pahit pahit b. warna jernih jernih jernih jernih c. bau khas dan khas dan khas dan khas dan aromatis aromatis aromatis aromatis 8 Keadaan fisik - tidak retak V V V V - tidak patah V V V V - tidak ada gelembung udara V V V V 9 Keadaan waktu dinyalakan - nyala kuning terang V V V V - lilin terserap dan terbakar habis - tidak terdapat percikan V V V V 2.
Uji organoleptik Hasil dari uji organoleptik lilin aromaterapi dengan pemanfaatan kulit rambutan (Nephelium lappaceum L)
sebagai penolak serangga yang dilakukan terhadap 19 responden mempunyai hasil sebagaimana pada Tabel 2.
24
a. Uji Organoleptik lilin sebelum dibakar Hasil Pengamatan Perlakuan Warna Aroma
Kekerasan
Kesukaan
AB1
Tidak menarik
Tidak beraromaterapi Agak keras
Tidak Suka
AB2
Menarik
Tidak beraromaterapi Agak keras
Suka/sangat suka
AB3
Menarik
Agak beraromaterapi Agak keras
Suka
AB4 Menarik Agak beraromaterapi Sangat keras Suka Keterangan : AB1 : Perlakuan kontrol AB2 : Palm wax dengan minyak atsiri kulit rambutan dengan perbandingan 100 : 5 AB3 : Palm wax dengan minyak atsiri kulit rambutan dengan perbandingan 100 : 10 AB4 : Palm wax dengan minyak atsiri kulit rambutan dengan perbandingan 100 : 15 1.
Uji Organoleptik Warna Organoleptik lilin aromaterapi Uji Warna lilin aromaterapi dengan tambahan minyak atsiri dari kulit rambutan (Nephelium lappaceum L) pada perlakukan yang paling banyak disukai responden yaitu warna pada perlakuan AB2 dan AB3 memiliki perpaduan warna antara biru dan merah yang rata. Hasil menunjukkan bahwa warna pada lilin aromaterapi dari kulit rambutan (Nephelium lappaceum L) tiap sampel adalah sama yakni .perpaduan warna antara biru dan merah yang rata. Warna biru dan merah yang ada karena dalam pembuatan lilin aromaterapi dari kulit rambutan (Nephelium lappaceum L) menggunakan pewarna lilin biru dan merah. Selain itu adanya warna disebabkan dari adanya Tanin dalam kulit rambutan. Dalam kajian pustaka disebutkan bahwa tanin merupakan campuran senyawa polifenol yang jika semakin banyak jumlah gugus fenolik maka semakin besar ukuran molekul tanin. Tanin dapat ditemukan di daun, tunas, biji, akar, dan batang jaringan. Apabila diamati menggunakan mikroskop, tanin biasanya tampak sebagai massa butiran bahan berwarna kuning, merah, atau cokelat. Warna produk lilin yang menarik merupakan daya tarik masyarakat untuk menggunakan suatu produk. Secara kimiawi, memiliki sifat-sifat polifenol yang sukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal, tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi, dan senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia,
antiseptik dan pemberi warna (Najebb,2009). 2. Uji Organoleptik Aroma lilin aromaterapi Uji Aroma lilin aromaterapi dengan pemanfaatan kulit rambutan (Nephelium lappaceum L) yang paling banyak disukai responden pada perlakukan AB3 yaitu agak beraroma lilin karena komposisi dalam pembuatan lilin banyak kandungan parafinnya. Selain itu dalam perlakuan didalam kulit rambutan (Nephelium lappaceum L) terdapat Saponin yang berasa pahit. Dalam pemakaiannya saponin bisa dipakai untuk banyak keperluan, misalnya dipakai untuk membuat minuman beralkohol, dalam industri pakaian, kosmetik, membuat obat-obatan, dan dipakai sebagai obat tradisional. 3. Uji Organoleptik kekerasan lilin aromaterapi Uji Kekerasan lilin aromaterapi dengan tambahan minyak atsiri dari kulit rambutan pada perlakukan AB2, AB3 lilin sama-sama kerasnya, hal ini disebabkan karena adanya perubahan suhu dan udara. Parafin yang dilakukan pemanasan akan mencair tetapi apabila disimpan dalam suhu kamar akan berbentuk padat. Selain karena adanya perubahan sifat pada suatu benda, lilin yang mengeras dikarenakan adanya penambahan stearin. Tujuan pencampuran antara parafin dan stearin ialah agar parafin yang dimasukkan dapat keras karena sifat dasar dari parafin ialah cenderung lembek dan lentur pada temperatur dibawah titik 25
leburnya, maka digabungkan dengan stearin. 2. Uji organoleptik aroma Selanjutnya penambahan zat fiksasi yaitu Uji lilin yang paling banyak disukai minyak atsiri dari kulit rambutan oleh responden dengan hasil tertinggi AB3 (Nephelium lappaceum L). karena lilin aromaterapi memiliki aroma dari kulit kulit rambutan (Nephelium lappaceum 4. Uji Organoleptik kesukaan lilin L) yang ditambah dengan aroma bunga aromaterapi Uji kesukaan lilin aromaterapi dengan mawar. pemanfaatan minyak atsiri dari kulit 3. Hasil Uji repelensi rambutan pada perlakukan AB3 karena Pada uji repelensi mengunakan perlakuan AB3 memiliki bentuk, warna dan tempat yang dibagi menjadi dua bagian. kekerasan yang sangat menarik. Bagian A adalah daerah yang diolesi dengan lilin aromaterapi sedangkan bagian B b. Uji Organoleptik lilin sesudah adalah daerah yang tidak diolesi dengan dibakar lilin aromaterapi. Dalam uji repelensi 1. Uji organoleptik warna Uji warna lilin aromaterapi sesudah menggunakan semut sebagai bahan uji coba dibakar yang paling banyak disukai oleh sebanyak 10 ekor. Kemudian 10 ekor semut responden dengan hasil tertinggi yaitu AB3 diletakkan pada bagian A dan dilakukan karena lilin sesudah dibakar masih pengamatan antara 5 sampai 30 menit. mempunyai warna dasar yang sama. Tabel 3. Hasil Uji repelensi Lilin Aromaterapi dari Kulit Rambutan (Nephelium lappaceum L) Waktu AB1 AB2 AB3 AB4 5'
Semua semut masih berada dibagian A
10'
Semut masih ada Semut mulai ber Semut masih di pada bagian A pindah dari A ke B bagian A
20'
Semut masih ada Hanya 3 semut yang Semut masih ada yang Hanya 2 semut yang pada bagian A masih berada di A berada di A dan B masih berada di A
30'
Semut masih ada Hanya 1 semut yang Semua semut pindah pada bagian A masih berada di A dari A ke B
Dari hasil pengamatan tentang uji repelensi sebanyak tiga ulangan untuk 4 jenis perlakuan lilin aromatik, didapatkan hasil sebagai berikut: a. Pada 10 menit pertama semut yang diujikan mulai meninggalkan area yang sudah diberi lilin aromatik dengan penambahan atsiri dari kulit rambutan (Nephelium lappaceum L) 5 %. b. Pada 20 menit pertama 50% semut yang diujikan meninggalkan area yang sudah diberi lilin aromatik dengan penambahan siri dari kulit rambutan (Nephelium lappaceum L)10 %. c. Pada 30 menit pertama semua semut yang diujikan meninggalkan area yang sudah diberi lilin aromatik dengan penambahan siri dari kulit rambutan (Nephelium lappaceum L)15 %.
Semut dibagian A mulai pindah ke B
Hanya 2 semut yang masih berada di A
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN 1. Lilin aromaterapi dengan pemanfaatan kulit rambutan (Nephelium lappaceum L) sebagai penolak serangga yang paling banyak disukai masyarakat adalah lilin aromaterapi dengan perlakuan AB3 yaitu lilin dengan perbandingan 100 : 10. 2. Lilin aromaterapi yang ditambahkan minyak atsiri dari kulit rambutan (Nephelium lappaceum L) efektif mengusir serangga berdasar uji repelensi terhadap semut . SARAN 1. Perlu dilakukan upaya untuk menyebarluaskan pada masyarakat tentang lilin aromaterapi yang menggunakan bahan baku palmwax 26
dengan penambahan kulit rambutan melalui organisasi yang ada di masyarakat. 2. Penelitian selanjutnya diharapkan mampu meneliti daya simpan lilin aromaterapi dengan penambahan kulit rambutan DAFTAR PUSTAKA Bacadatacom. 2015, Manfaat Lilin Aromaterapi Berdasarkan Jenis Aromanya http://www.bacadata.com/2015/03/m anfaat-lilin-aromaterapi-berdasarkanmanfaatnya.html (diunduh, Senin, 31 Oktober 2016, pukul 12.00) Fredikurniawan, 2012, klasifikasi-danmorfologi-tanaman-rambutan,
http://fredikurniawancom/klasifikasi-dan-morfologitanaman-rambutan (diunduh Kamis, 28 April 2016, pukul 23.00) Gusti Reza, 2013, Pengertian destilasi dan macam-macam destilasi, web:http//gustireza2906.blogspot.co m/2013/10/pengertian-destilasi-danmacam-macam.html.(diunduh Senin, 31 Oktober 2016, pukul 12.00) Kartika, Apa itu serangga, http://kartika.xyz/biologi-klas-x/apaserangga/(diunduh, 28April 2016: pukul 12.00).
27