Peluang dan Tantangan Pembiayaan Perbankan ke Sektor Maritim Indonesia:
Pandangan BNI Imam Budi Sarjito, Ph.D Direktur Kepatuhan dan Risiko Perusahaan
PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk 15 Juni 2015
Outline
Highlight Maritim Indonesia Potensi Sektor Maritim Sektor Maritim Indonesia Pembiayaan ke Sektor Maritim Tantangan dan Kendala Sektor Maritim Indonesia Tantangan dan Kendala Pembiayaan Sektor Maritim Indonesia Strategi Pembiayaan Sektor Maritim Indonesia
Page 2
Highlight Maritim Indonesia “Kita Sudah Lama Memunggungi Laut, Saatnya Kembali...” Joko Widodo – Presiden Republik Indonesia Oktober 2014, saat pelantikan menjadi Presiden ke-7 RI
Potensi maritim di Indonesia sangat besar, namun belum dimanfaatkan secara optimal… 1. Archipelago State terbesar di ASEAN (17.504 pulau) 2. Panjang laut terpanjang di ASEAN (± 81 ribu Km) 3. Luas laut Terbesar di ASEAN (± 5.8 juta Km2 dibanding luas daratan 1.9 juta Km2) 4. Memiliki tiga Selat Tersibuk (Selat Malaka, Selat Sunda, dan Selat Lombok) 5. Dihimpit oleh Samudera Pasifik dan Atlantik 6. Terletak diantara Benua Asia dan Australia 7. Menganut Prinsip Asas Cabotage atas Angkutan Laut Domestik Sumber: Indonesia National Shipowners Association (INSA) Page 3
Highlight Maritim Indonesia: Indikator Kedaulatan Maritim Untuk mewujudkan cita-cita sebagai poros maritim dunia, pemerintahan Jokowi-JK memprioritaskan pembangunan, pengembangan, serta penguatan kedaulatan maritim hingga 2019 mendatang…. Kedaulatan Maritim: Penegakan kedaulatan dan hukum di teritorial wilayah laut Indonesia.. 4 (empat) Parameter Keberhasilan Kedaulatan Maritim Kondisi 2014
Target 2019
Growth (%)
Rata-rata per Tahun
Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan (Unit)
210
270
29%
12 Unit
2
Pembangunan Kapal Perintis (Unit)
50
104
108%
11 Unit
3
Produksi Hasil Perikanan (Juta Ton)
22.4
50.0
123%
6 Juta Ton
4
Pengembangan Pelabuhan Perikanan (Unit)
21
24
14%
1 Unit
No.
Indikator
1
Sumber: RPJMN 2015-2019 terkait Sektor Kelautan dan Perikanan, diolah
Page 4
Potensi Maritim : Sektor Perikanan Dalam 5 tahun terakhir, peran subsektor perikanan cukup vital terhadap perekonomian Indonesia…… • Sektor perikanan berperan sekitar 3% terhadap total PDB Indonesia dalam kurun waktu 2008-2014, dan cenderung terus meningkat. • Hingga tahun 2011 lalu, sektor perikanan tangkap di perairan laut maupun perairan umum, rata-rata memiliki tingkat pemanfaatan sekitar 60% dari luas perairan Indonesia. Sementara perikanan budidaya nampaknya belum cukup berkembang dengan masih rendahnya tingkat pemanfaatan lahan (perairan yang tersedia).
Peran Sektor Perikanan terhadap PDB PDB Perikanan (Rp T) 400,00 300,00 200,00 100,00 -
3,10 2,77
Share thd PDB Total (%)
3,44
3,36 3,09
3,15
3,34 3,06
Share thd PDB Tanpa Migas (%) 3,36
3,47 3,21
3,10
3,62
3,37
137,25
176,6
199,4
226,7
255,4
291,8
340,3
2008
2009
2010
2011
2012
2013*
2014**
4,00 3,00 2,00 1,00 0,00
Sumber: Majalah SWA April 2015 dan BPS; *Angka Sementara; **Angka Sangat Sementara
Potensi Perikanan Tangkap dan Budidaya (2011) Jenis Kegiatan Perikanan
Page 5
A. Perikanan Tangkap 1. Laut 2. Perairan Umum B. Perikanan Budidaya 1. Laut 2. Tambak (payau) 3. Perairan Umum dan Tawar TOTAL
Luas Perairan (juta Ha)
Potensi Produksi (juta ton/tahun)
Produksi Tahun 2011 (juta ton/tahun)
Tingkat Pemanfaatan (%)
580 54
6.5 0.9
5.34 0.36
82.15 40.00
24 1.2 13.7 672.9
42 10 5.7 65.1
4.6 1.6 1.72 13.62
10.95 16.00 30.18 20.92
Sumber: Statistik Kelautan dan Perikanan 2011, Kementerian Kelautan dan Perikanan 2012
Potensi Maritim : Industri Pengolahan Ikan Saat ini terdapat sekitar 63.700 Unit Pengolahan Ikan (UPI). Dengan total produksi sekitar 3,1 juta ton senilai Rp83 triliun… NAD
DKI JAKARTA
JAWA BARAT
BANTEN
BALI
NUSA TENGGARA TIMUR
Juml: 1.623 unit Prod : 262,1 Ribu Ton Nilai : Rp 7,6 T
Juml : 1.018 unit Prod : 39,5 Ribu Ton Nilai : Rp 1,2 T
Juml : 7.698 unit Prod : 145 Ribu Ton Nilai : Rp 3,6 T
Juml : 1.340 unit Prod : 30,3 Ribu Ton Nilai : Rp 925 M
Juml : 920 unit Prod : 25,1 Ribu Ton Nilai : Rp 609 M
Juml : 547 unit Prod : 11,4 Ribu Ton Nilai : Rp 340 M
SUMATERA UTARA
DI YOGYAKARTA
JAWA TENGAH
JAWA TIMUR
NUSA TENGGARA BARAT
KALIMANTAN BARAT
Juml : 2.855 unit Prod : 99,2 Ribu Ton Nilai : Rp 2,9 T
Juml : 438 unit Prod : 5,2 Ribu Ton Nilai : Rp 132 M
Juml : 8.417 unit Prod : 774,2 Ribu Ton Nilai : Rp 18,4 T
Juml : 9.604 unit Prod : 629,7 Ribu Ton Nilai : Rp 7,2 T
Juml : 3.614 unit Prod : 196,6 Ribu Ton Nilai : Rp 4,7 T
Juml : 1.577 unit Prod : 94,9 Ribu Ton/ Nilai : Rp 2,8 T
SUMATERA BARAT
Total UPI : 63.716 Unit (Pindang 9.000, Asin 36.151, Asap 11.374, Lainnya 7.191) Total Produksi: 3,11 Juta Ton Total Nilai : Rp 83 T
Juml : 1.647 unit Prod : 52,5 Ribu Ton Nilai : Rp 1,5 T
KALIMANTAN TENGAH Juml : 2.836 unit Prod : 36,4 Ribu Ton/ Nilai : Rp 1,0 T
RIAU
KALIMANTAN TIMUR
Juml : 1.013 unit Prod : 55, 1 Ribu Ton Nilai : Rp 1,4 T
Juml : 1.794 unit Prod : 61,8 Ribu Ton Nilai : Rp 1,9 T
JAMBI
KALIMANTAN SELATAN
Juml : 703 unit Prod : 8.0 Ribu Ton Nilai : Rp 258 M
Juml : 3.746 unit Prod : 122,8 Ribu Ton Nilai : Rp 3,6 T
SUMATERA SELATAN
SULAWESI UTARA
Juml : 2.447 unit Prod : 25,1 Ribu Ton Nilai : Rp 432 M
Juml : 501 unit Prod : 26,8 Ribu Ton Nilai Rp 635 M
BENGKULU
SULAWESI TENGAH
Juml : 447 unit Prod : 15,3 Ribu Ton Nilai : Rp 432 M
Juml : 31 unit Prod : 32 Ribu Ton Nilai : Rp 863 M
LAMPUNG
KEPULAUAN RIAU
GORONTALO
SULAWESI BARAT
SULAWESI TENGGARA
SULAWESI SELATAN
Juml : 1.687 unit Prod : 52,7 Ribu Ton Nilai : Rp 1,6 T
Juml : 838 unit Prod : 17,4 Ribu Ton Nilai : Rp 524 M
Juml : 432 unit Prod : 6,7 Ribu Ton Nilai : Rp 193 M
Juml : 228 unit Prod : 7,8 Ribu Ton Nilai : Rp 223 M
Juml : 813 unit Prod : 46,6 Ribu Ton Nilai : Rp 1,2 T
Juml : 1.960 unit Prod : 197 Ribu Ton Nilai : Rp 5,8 T
BANGKA BELITUNG
MALUKU
MALUKU UTARA
PAPUA BARAT
PAPUA
Juml : 1.417 unit Prod : 12,8 Ribu Ton Nilai : Rp 438 M
Juml : 499 unit Prod : 5,1 Ribu Ton Nilai : Rp 123 M
Juml : 703 unit Prod : 9 Ribu Ton Nilai : Rp 219 M
Juml : 101 unit Prod : 1,6 Ribu Ton Nilai : Rp 46 M
Juml : 223 unit Prod : 6,3 Ribu Ton Nilai : Rp 151 M
Page 6
Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan
Potensi Maritim : Industri Galangan Kapal Sebagai negara maritim, jumlah kapal indonesia masih terbatas… Jumlah galangan kapal hanya 198 unit baik skala besar maupun kecil….
JUMLAH GALANGAN KAPAL DI INDONESIA: 198 Unit
Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, Desember 2014 Page 7
Potensi Maritim : Transportasi Laut Untuk pemenuhan transportasi laut, dibutuhkan pengadaan beberapa jenis kapal, dengan kebutuhan investasi sekitar Rp 57 triliun… Pengadaan 46 Kapal Petikemas 1000 TEUs
Pengadaan 37 Kapal Petikemas 3000 TEUs
Kebutuhan Investasi 2015-2019: Rp 57.31 Triliun
Pengadaan 26 Unit Kapal Perintis 260 TEUs
Pengadaan 500 Unit Kapal Pelayaran Rakyat TEU: Twenty-foot Equivalent Unit
Sumber: Indonesia National Shipowners Association (INSA) Page 8
Potensi Maritim : Transportasi Laut (2) Selain itu, juga dibutuhkan angkutan laut terutama untuk komoditas…… Potensi Kebutuhan Angkutan Laut Komoditas (Juta Ton) SEMUA KOMODITAS Tahun
Volume
2013
388.03
2014
424.11
2015F
463.55
2016F
506.66
2017F
553.77 CRUDE PALM OIL
Tahun
Produksi
2014
29.5
2015
31.0 BATUBARA
Page 9
Tahun
Produksi
Ekspor
Domestik
2014
435.0
359.0
76.0
2015
460.0
350.0
110.0
Sumber: Indonesia National Shipowners Association (INSA)
Sektor Maritim : Fokus Program Pembangunan Pemerintah 2015-2019 Pengembangan Pelabuhan : a. 24 Pelabuhan Strategis sebagai hub dan feeder tol laut b. 163 Pelabuhan Non Komersial Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan di 65 lokasi Pengadaan kapal: • 50 Kapal Perintis • 100 Kapal Patroli, • 50 Kapal Negara Kenavigasian • 50 Kapal Ferry Perintis Pembangunan Sarana Kenavigasian : • 20 Vessel Traffic Service, • 59 Global Maritime Distress and Safety System, • 20 Menara Suar dan 525 Rambu Suar Terlayaninya jalur 193 lintas angkutan laut perintis Page 10
Sumber: RPJMN 2015-2019 terkait Sektor Kelautan dan Perikanan, diolah
Sektor Maritim Indonesia : Pengembangan Komersial Maritim adalah segala sesuatu yang terkait dengan laut, terutama untuk kepentingan ekonomi. Ekonomi maritim tidak sekedar perikanan…. Besarnya potensi maritim di Indonesia, menjadikan adanya beberapa sektor pengembangan yang mampu mendorong perekonomian…. Industri Pengolahan Hasil Laut
Perikanan/Hasil Laut
Perdagangan Hasil Laut (Wholesale & Retail)
Pengembangan Sektor Maritim Secara Komersial Pertambangan Migas dan Non Migas Off-Shore
Page 11
Transportasi/ Angkutan Laut
Pelabuhan/ Dermaga
Kawasan Pariwisata
Galangan Kapal
Pembiayaan ke Sektor Maritim: Kredit Perbankan di Sektor Maritim Dalam beberapa tahun terakhir, kredit perbankan ke sektor maritim meningkat cukup signifikan, walaupun porsinya masih rendah……..
Kredit Perbankan 2012 – 2014 (Rp Triliun) SEKTOR Perikanan Industri Makanan dan Minuman Hasil Laut Industri Kapal/Perahu/Shipyard Konstruksi (Dermaga/Pelabuhan) Perdagangan Besar dan Eceran Hasil laut Angkutan Laut* Kawasan Pariwisata TOTAL KREDIT KEMARITIMAN TOTAL KREDIT PRODUKTIF PERBANKAN TOTAL KREDIT PERBANKAN (SPI) * Termasuk Angkutan Sungai, Danau & Penyeberangan
2012 5.49 2.25 5.90 1.42 2.82 38.79 0.76 57.44 1,908.11 2,707.86
2013 6.39 3.01 8.16 1.64 4.71 47.94 1.25 73.10 2,383.82 3,292.87
2014 7.70 4.71 8.71 2.42 5.55 53.18 1.28 83.55 2,660.64 3,674.31
CAGR 2012-2014 (%) 18.39 44.65 21.46 30.43 40.23 17.08 30.22 20.60 18.08 16.49
Share Thd total Kredit Produktif 2014 (%) 0.27 0.17 0.31 0.09 0.20 1.89 0.05 2.98 100.00
Rasio NPL 2014 (%) 2.54 0.45 2.26 1.73 5.21 4.87 19.84 4.30 2.45 2.16
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, 2015 dan Statisik Perbankan Indonesia, diolah
Kredit perbankan ke sektor maritim tumbuh rata-rata 20.6% per tahun, di atas pertumbuhan total kredit perbankan yang sekitar 16.5%. Namun, risiko kredit ke sektor ini cukup tinggi, tecermin dari tingginya rasio NPL (4,3%). Penyaluran kredit ke sektor maritim masih rendah (3%), sehingga potensi untuk melakukan ekspansi masih terbuka lebar. Page 12
Pembiayaan ke Sektor Maritim: Kredit BNI kepada Sektor Maritim Dalam 2 tahun terakhir, pembiayaan BNI pada sektor kemaritiman tumbuh rata-rata 14% per tahun, dengan rasio NPL yang sangat terjaga….
Kredit BNI 2012 – 2014 (Rp Triliun) SEKTOR Perikanan Industri Makanan dan Minuman Hasil Laut Industri Kapal/Perahu/Shipyard Konstruksi (Dermaga/Pelabuhan) Perdagangan Besar dan Eceran Hasil laut Angkutan Laut * Kawasan Pariwisata TOTAL KREDIT KEMARITIMAN TOTAL KREDIT PRODUKTIF BNI TOTAL KREDIT BNI * Termasuk Angkutan Sungai, Danau & Penyeberangan
2012 0.61 0.37 1.18 0.22 0.05 4.12 0.0016 6.55 159.59 200.7
2013 0.65 0.35 1.58 0.18 0.12 5.41 0.0016 8.30 203.11 250.6
2014 0.53 0.35 1.93 0.13 0.18 5.42 0.0015 8.54 225.60 277.6
CAGR 2012-2014 (%) -6.32 -3.63 27.81 -22.24 81.97 14.75 -2.40 14.17 18.90 17.60
Share Thd total Kredit Prod. BNI 2014 (%) 0.24 0.15 0.86 0.06 0.08 2.40 0.00 3.79 100.00
Rasio NPL 2014 (%) 0.82 0.00 0.00 0.00 1.40 1.75 0.00 1.19 1.96
Sumber: BNI, Bank Only, diolah
Pembiayaan BNI ke semua sektor kemaritiman memiliki rasio NPL yang relatif rendah, dibandingkan dengan perbankan Pertumbuhan pembiayaan tertinggi pada subsektor perdagangan besar dan eceran hasil laut, terutama pada lapangan usaha perdagangan perikanan dalam negeri dan perdagangan ekspor hasil perikanan. Page 13
Optimalisasi Pembiayaan ke Sektor Maritim: Program Kerjasama OJK, KKP, KADIN, dan Perbankan • Guna mengoptimalkan pembiayaan ke sektor maritim, pada akhir 2014 lalu telah dibentuk Tim Kerja Lintas Lembaga yang terdiri dari OJK, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Perbankan serta Lembaga Keuangan lainnya. • Tim Kerja akan fokus pada 4 (empat) sub-program di bawah ini: Skema Bisnis & Skema Pembiayaan
c.key success factor d.karakteristik usaha
b.Rekomendasi pembiayaan baru
Regulasi yang Kondusif: Aspek: • Peraturan OJK • Peraturan KKP • Peraturan Kemenkeu dll
Program 4
b.risk anatomy
Aspek : a. skema pembiayaan (skim khusus)
Regulasi
Program 3
Seluruh Subsektor Kemaritiman Aspek: a.pengembangan model bisnis
Program 2
Program 1
Value Chain
Sosialisasi/ Penyebaran Informasi Aspek: • Database pelaku usaha • Sistem Informasi Debitur (SID) • Penyebaran informasi berupa Buku Pintar
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, disarikan dan diolah
Pada Mei 2015, OJK bersama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meluncurkan program Jangkau, Sinergi, dan Guideline (JARING). Sebanyak 8 (delapan) bank ikut mendukung program tersebut yaitu BNI, BRI, Bank Mandiri, Bank Danamon, BTPN, Bank Permata, Bank Bukopin, dan BPD Sulselbar. Page 14
Tantangan dan Kendala Sektor Maritim Indonesia: Sektor Perikanan
SARANA
Kapal nelayan rata-rata masih tradisional dan kapasitasnya relatif kecil (≤ 30 Gross Ton); Fasilitas (kualitas dan kuantitas) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) masih kurang dan masih memerlukan sistem pengendalian harga untuk mengatur standar harga ikan tangkap; Beberapa daerah belum memiliki Cold Storage karena tidak adanya TPI, beberapa lainnya belum optimal digunakan nelayan. Selain itu masalah pasokan listrik juga berperan dalam kurang optimalnya Cold Storage; Harga, stok, dan supply bahan bakar minyak (BBM) untuk nelayan kurang dimonitoring.
INFRASTRUKTUR DASAR
Pasokan listrik di beberapa daerah pantai di Indonesia masih terbatas; Infrastruktur jalan pendukung menuju TPI maupun pelabuhan masih perlu perbaikan kualitas dan kuantitas; Fasilitas-fasilitas pendukung di dermaga/pelabuhan rakyat masih kurang.
SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)
Pendidikan nelayan rata-rata masih cukup rendah, serta tiadanya pendidikan non formal yang menunjang, menyebabkan tidak berkembangnya inovasi cara dan alat tangkap ikan; Jiwa bahari yang semakin rendah, adanya anggapan bahwa pekerjaan nelayan adalah turunan, sehingga menyebabkan aktivitas nelayan konvensional dan produktivitas rendah.
REGULASI
Belum adanya Peraturan Daerah (Perda) khusus yang mengatur tentang pengembangan sektor perikanan dan kelautan; Pengurusan izin laut yang rumit (setidaknya 10 surat izin terkait dengan Permen No.26/2013 tentang Usaha Perikanan Tangkap).
LAIN-LAIN
Perbankan belum banyak melakukan pembiayaan langsung ke nelayan, dimana bank hanya membiayai pemilik kapal (pemilik modal)/koperasi nelayan; Rendahnya pengetahuan nelayan akan perbankan terutama mengenai aspek jaminan/agunan perbankan, menyebabkan nelayan meminjam dari pemilik modal (biasanya sekaligus pemilik kapal) di sisi lain, hasil tangkapan ikan tidak disimpan di bank.
Page 15
Sumber: Hasil Diskusi RCE BNI Nov 2014
Tantangan dan Kendala Sektor Maritim Indonesia: Infrastruktur Laut Kendala infrastruktur masih menjadi hal klasik dalam sektor transportasi laut di Indonesia…
Produktivitas buruh bongkar muat rendah
Produktivitas bongkar muat rendah
Besaran dan jenis tarif kepelabuhanan terus meningkat
Kondisi kapasitas pelabuhan masih terbatas
Terjadi antrean kapal di berbagai pelabuhan
Akses jalan keluar masuk pelabuhan yang buruk
Kemacetan arus lalu lintas menuju pelabuhan
Produktivitas bongkar muat peti kemas yang rendah
Peralatan bongkar muat berusia tua
Terjadinya penumpukan peti kemas karena terbatasnya area
Sumber: Indonesia National Shipowners Association (INSA) Page 16
Tantangan Pembiayaan Sektor Maritim Indonesia: View Perbankan SUBSEKTOR MARITIM: Perikanan/ Hasil Laut
Industri Pengolahan Hasil Laut
• Hasil tangkapan bergantung pada cuaca.
• Ketersediaan bahan baku fluktuatif • Terbatasnya penguasaan teknologi industri pengolahan makanan. • Kualitas industri pengolahan yang relatif rendah. • Kurang memadainya sarana-prasarana industri pengolahan.
• Teknologi penangkapan ikan masih tradisional. • Kuantitas dan kualitas hasil tangkapan relatif rendah. • Dalam mencari kredit nelayan lebih prefer pada rentenir (sosiokultural) walaupun sudah ada bank di lingkungan sekitarnya. • Jaminan terbatas.
Page 17
Perdagangan Hasil Laut
Transportasi Laut
• Tidak ada standar harga komoditas laut, kecuali udang. • Harga komoditas laut sulit diakses. • Produksi sangat tergantung pada cuaca. • Jaminan terbatas.
• Risiko cukup tinggi. • Cashflow fluktuatif tergantung harga BBM (solar). • Fluktuasi Freight Rate tergantung dengan nilai tukar Rupiah. • Regulasi pada transportasi laut cukup ketat, contoh: asas Cabotage.
Tantangan Pembiayaan Sektor Maritim Indonesia: View Perbankan (2) SUBSEKTOR MARITIM: Galangan Kapal • Risiko cukup tinggi. • Kandungan impor bahan baku sangat tinggi (±70%). • Penguasaan teknologi terbatas. • Modal perusahaan galangan kapal relatif rendah. • Risiko pembatalan kontrak. • Isu kenaikan UMP menyebabkan kenaikan biaya produksi.
Page 18
Infrastruktur Pelabuhan/ Dermaga • Tingginya kebutuhan biaya pembangunan infrastruktur pelabuhan (perlu kredit sindikasi). • Munculnya risiko finansial (proyek infrastruktur belum memberikan pendapatan saat pembangunan, adanya grace period).
Pariwisata • Risiko tinggi (NPL tinggi). • Infrastruktur menuju kawasan pariwisata kurang memadai. • Promosi kawasan pariwisata rendah. • Pengembangan kawasan pariwisata biasanya dipelopori oleh investor asing. • Kurangnya expertise perbankan di sektor ini.
Pertambangan Migas & Non Migas Off Shore • Risiko tinggi • Kebutuhan modal sangat besar (bank terkena aturan BMPK) • Terbatasnya expertise perbankan di sektor ini.
Strategi Pembiayaan Perbankan ke Sektor Maritim • Kredit sindikasi;
Membutuhkan Pembiayaan Skala Besar : (Galangan Kapal, Infrastruktur Pelabuhan/Dermaga, Kawasan Pariwisata)
• Adanya special grace period; • Jaminan dari pihak ketiga; • Perlunya campur tangan pemerintah, misalnya untuk membangun infrastruktur pendukung (pariwisata); • Optimalisasi jasa perbankan (pemberian L/C, Garansi Bank, dll). • Penajaman analisis kredit
Membutuhkan Pembiayaan Skala Menengah - Kecil dan Butuh “Kepanjangan Tangan” : (Perikanan/Hasil Laut, Perdagangan Hasil Laut, Industri Pengolahan Hasil Laut) Page 19
• Sinergi dan kerjasama dengan lembaga keuangan mikro dan/atau Koperasi di daerah; • Kerja sama dengan asuransi kredit; • Pemberian kredit sesuai karakteristik usaha. Misal, industri pengolahan ikan berbeda dengan industri pengolahan rumput laut; • Pengembangan business model (lending model) khusus terutama untuk segmen kecil (nelayan)
Catatan Akhir 1
Potensi sektor maritim Indonesia sangat besar, namun belum dimanfaatkan secara optimal.
2
Pemerintah telah menetapkan program pembangunan dan pengembangan sektor maritim. Perlu adanya konsistensi dan prioritas dalam implementasi program-program tersebut.
3
4
Peluang sektor perbankan untuk berekspansi di sektor maritim masih terbuka lebar. Namun, masih ada beberapa tantangan yang perlu untuk diatasi bersama agar peluang tersebut dapat direalisasikan, antara lain: • Expertise perbankan yang sangat memahami sektor maritim masih terbatas; • Keterbatasan informasi yang tersedia untuk dapat membuat Risk-Assessment yang akurat yang diperlukan dalam membuat keputusan kredit; • Masih tingginya rasio NPL pada beberapa subsektor maritim; • Masih terbatasnya jumlah jaminan yang dapat disediakan oleh debitur, sehingga perlu dukungan yang kuat dari asuransi; • Ketergantungan yang besar pada iklim (cuaca) untuk beberapa subsektor maritim sehingga produksi dan aktivitas bisnisnya agak sulit diprediksi; • Untuk beberapa subsektor, kebutuhan pembiayaannya sangat besar, sehingga tidak dapat dibiayai oleh satu bank saja, perlu sindikasi. BNI siap dan berkomitmen dalam mendukung program pembangunan, pengembangan serta penguatan sektor maritim sesuai kapabilitasnya.
Page 20
Terima Kasih
Page 21