LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS
JUDUL PROGRAM
PELATIHAN PENGEMBANGAN PRAKTIKUM IPA KONSENTRASI KIMIA BERWAWASAN LINGKUNGAN UNTUK GURU IPA SMP SE-KECAMATAN BANJAR KABUPATEN BULELENG
Oleh: I KETUT LASIA, S.Pd., M.Pd. NIP 197212232001121001
I KETUT BUDIADA, S.T. NIP 197404262001121002
NI NYOMAN WIDIASIH, S.E. NIP 197408052000032001 Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha Dengan SPK Nomor: 155/UN48.15/LPM/2014 tanggal 5 Maret 2015
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2015 i
ii
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadapan Hyang Widhi Wasa karena berkat rakhmatNya,P2M ini dapat terlaksana sesuai rencana. P2M yang berjudul “P2M pelatihan pengembangan praktikum IPA konsentrasi kimia berwawasan lingkungan untuk guru IPA SMP seKecamatan Banjar Kabupaten Bauleleng” merupakan upaya untuk melatih guru IPA agar praktikum kimia menjadi murah, mudah, dan efisien. P2M ini terlaksana atas dukungan beberapa pihak. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada. a. Rektor Universitas Pendidikan Ganesha b. Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha yang telah mengusulkan proposal ini ke Dikti sehingga pengabdian ini dapat terlaksana c. Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA yang telah memfasilitasi alat pengabdian d. Semua pihak yang tidak tersebutkan namanya yang telah menyukseskan pengabdian ini Akhirnya kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat. Saran dan kritik juga kami sangat harapkan untuk kesempurnaan laporan ini.
Singaraja, 9 Oktober 2015
Tim Pelaksana
iii
DAFTAR ISI …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… ……………………
Sampul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis situasi 1.2 Identifikasi dan perumusan masalah 1.3 Tujuan kegiatan 1.4 Manfaat kegiatan BAB II METODE PELAKSANAAN BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan 4.2 Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran 1. Absensi peserta kegiatan 2. Foto-foto kegiatan 3. Peta lokasi
iv
I Ii Iii Iv Vi Vii 1 4 5 6 6 8 13 17 17 17 18 20 20 21 22
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Keterkaitan masalah, metode, dan …………………… bentuk kegiatan Tabel 2.2. Rancangan evaluasi ……………………
v
10 11
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Kerangka pemecahan masalah …………………… Gambar 3.1 Pengawas mata pelajaran IPA …………………… SMP Kecamatan Banjar memberi sambutan Gambar 3.2 Nara sumber memberi strategi cara …………………… pembelajaran yang menarik (A), peserta mengikuti dengan serius (B)
9 13
Gambar 3.3 Diskusi sifat-sifat bahan kimia dan …………………… pengelolaanya Gambar 3.4 Identifikasi bahan ramah …………………… lingkungan dan praktik menggunakannya dalam praktikum kimia.
14
Gambar 3.5 Peserta mendapat pengarahan dan …………………… berlatih membuat prosedur praktikum berbasis lingkungan
15
Gambar 3.6 Pendampingan peserta dalam …………………… membuat Praktikum IPA konsentrasi Kimia berwawasan lingkungan
16
vi
14
15
BAB I PENDAHULUAN Permen Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah menyatakan standar kompetensi lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas“ menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh mengingat,
memahami,
menerapkan, menganalisis,
melalui
aktivitas“
mengevaluasi,
dan
mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas“ mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran) dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning). Pendekatan ilmiah (scientific) IPA sebagai satuan pendidikan dilakukan melalui keterampilan proses sains (KPS). KPS adalah keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan produk kimia yang meliputi keterampilan mengamati (observasi), mengklasifikasikan, mengukur, inferensi, prediksi, dan mengkomunikasikan. KPS merupakan perwujudan keterampilan kimia sebagai proses. Kimia sebagai proses dilakukan melalui kegiatan praktikum/percobaan. Percobaan memungkinkan siswa menggunakan semua potensi yang ada pada dirinya (kognitif, afektif, dan psikomotorik) terutama proses mentalnya untuk menemukan sendiri konsep-konsep/ prinsip-prinsip kimia dan prosesproses mental lainnya (Mulyati Arifin, 1995: 190). Untuk melakukan kegiatan praktikum diperlukan sarana penunjang laboratorium.
1
Laboratorium adalah unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan, berupa ruangan tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara sistematis untuk kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas, dengan menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuwan tertentu dalam rangka pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Peraturan bersama MENPENNAS dan Kepala BKN No. 02/V/PB 2010 No. 13 tahun 2013). Laboratorium di SMP dan SMA didominasi untuk kegiatan pengujian atau verifikasi suatu teori. Sedangkan di SMK, laboratorium didominasi untuk kegiatan pengujian dan produksi dalam skala terbatas. Mengingat pentingnya laboratorium, maka laboratorium harus dikelola dengan baik. Hasil penelitian terkait pengelolaan laboratorium menunjukkan sebagian besar laboratorium belum dikelola dengan baik. Tantris (2006) mengungkapkan laboratorium IPA SMP Negeri se-Kabupaten Buleleng berkualitas rendah dan frekuensi penggunaan laboratorium untuk praktikum juga rendah. Ayu Ari Laksmi
(2014) juga menemukan kesulitan pihak sekolah untuk mengadakan
bahan-bahan kimia untuk praktikum. Bahan-bahan kimia yang dimiliki seperti, HgCl2, AgNO3, CuSO4, MnO, Pb asetat, dan sebagainya belum termanfaatkan dengan baik karena bahan tersebut sangat beracun dan sangat berbahaya bagi praktikan. Redhana (2013) mengidentifikasi bahan-bahan kimia berbahaya yang digunakan dalam praktikum kimia. Bahan-bahan tersebut adalah padatan NaOH, larutan HCl, larutan H2SO4, larutan HNO3, larutan CuSO4, larutan KSCN, larutan FeCl3, dan larutan Pb(NO3)2. Sedangkan berdasarkan pengalaman emperik Ketut Lasia selama 10 tahun menjadi laboran di Jurusan Pendidikan Kimia Undiksha, mahasiswa PPL di SMA juga menggunakan CCl 4, benzene, dan K2CrO4. Bahanbahan tersebut jika tidak terkelola dengan baik, maka akan dapat mencemari lingkungan. Pencemaran lingkungan akibat limbah bahan kimia sudah dirasakan oleh umat manusia. Seperti, timbal (Pb) dapat menyebabkan gangguan syaraf dan organ reproduksi. Timbal juga dapat menurunkan kecerdasan anak, sedangkan merkuri dapat menyebabkan gangguan syaraf, otak, dan ginjal (Kompas. Com.
2
2009). Limbah yang dihasilkan oleh laboratorium pendidikan memang sedikit, tetapi akumulasi limbah-limbah tersebut sangat mengancam kesehatan manusia dan lingkungan. Bahaya yang disebabkan oleh limbah bahan kimia tersebut tidak dirasakan langsung dan bahkan tidak disadari (Redhana, 2014). Ketidaksadaran terpapar bahan kimia berbahaya tidak terlepas dari pengetahuan dan pemahaman praktikan terhadap sifat bahan yang digunakan dan dampaknya terhadap kesehatan. Lasia (2013) melaporkan 85% mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia Undiksha tidak mengetahui dampak bahan yang digunakan terhadap kesehatan dan 85% tidak mengetahui cara menggunakan bahan yang berbahaya secara aman. Keadaan tersebut diperparah dengan alat-alat yang digunakan tidak diseting dengan aman. Ketakutan terhadap penggunaan bahan kimia didalam praktikum kimia juga dirasakan oleh guru-guru IPA di Kecamatan Banjar Buleleng. Hal terebut terungkap ketika perbincangan secara tidak sengaja terhadap para guru yang berkunjung dipameran kimia di laboratorium kimia. Para guru khawatir bahan kimia yang digunakan membahayakan anak didiknya dan dirinya sendiri. Untuk menghindari hal tersebut, para guru memilih untuk tidak melakukan praktikum IPA khususnya kimia. Bagi para guru keselamatan lebih penting daripada praktikum kimia. Keputusan tersebut diambil, karena latar belakang guru IPA di SMP di Kecamatan Banjar kebanyakan berlatar belakang pendidikan biologi, pendidikan fisika, dan sangat sedikit berlatar belakang pendidikan kimia. Keselamatan kerja di laboratorium merupakan dambaan bagi setiap individu yang sadar akan kepentingan kesehatan, keamanan, dan kenyamanan kerja. Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan resiko kecelakaan (Muhtaridi, 2011). Untuk mengurangi resiko kecelakaan praktikum di laboratorium IPA khususnya praktikum kimia, berbagai penelitian telah dilakukan. seperti pembuatan garam dari air laut. Dalam pembuatan air laut konsep-konsep pemisahan yang dapat digali adalah penyaringan, penguapan, dan pengkristalan (Surdana, 2010).
Sedangkan untuk pengujian asam basa dapat
digunakan bahan cuka, ekstrak buah-buahan, air sabun, air abu, dan yang lainnya. Pengujian reaksi-reaksi kimia dapat digunakan asam cuka dengan baru kapur untuk uji gas, air kapur ditiup untuk uji endapan, dan karbid dengan air untuk uji
3
perubahan suhu. Sedangkan peristiwa eksoterm dan endoterm dapat digunakan urea ditambah air untuk endoterm, dan karbid ditambah air untuk peristiwa eksoterm (Redhana, 2014). Penggunaan bahan-bahan yang aman untuk praktikum kimia di SMP ternyata belum banyak diketahui oleh para guru IPA SMP di Kecamatan Banjar. Hal itu terungkap dari pertanyaan para guru IPA kecamatan Banjar Buleleng “ apakah ada bahan yang aman untuk praktikum kimia di SMP?” Lebih lanjut mereka menanyakan,”Apakah Jurusan Pendidikan Kimia tidak ada program pelatihan praktikum kimia untuk guru IPA SMP?” Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengindikasikan bahwa para guru IPA SMP Banjar sangat memerlukan pengetahuan tentang praktikum kimia. Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan pelatihan pengembangan praktikum IPA konsentrasi kimia berwawasan lingkungan untuk guru IPA SMP se-Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng. 1.1
Analisis situasi Kecamatan Banjar adalah salah satu kecamatan dari 9 kecamatan yang ada
di Kabupaten Buleleng. Kecamatan banjar terletak di sebelah barat Kota Singaraja. Wilayah selatan Kecamatan Banjar merupakan daerah perbukitan. Kecamatan Banjar memiliki 6 SMP Negeri. Ke-6 SMP tersebut tersebar diseluruh Kecamatan Banjar. Guru-guru IPA yang mengajar di SMP rata-rata 3-4 orang. Kualifikasi guru IPA tersebut adalah 13 orang S1 tamatan pendidikan biologi dan 10 orang S1 tamatan pendidikan fisika. Guru IPA SMP Kecamatan Banjar sangat jarang melakukan praktikum kimia. Alasan guru tidak melakukan praktikum kimia adalah bahan-bahan dan alat tidak ada, bahan-bahan kimia yang ada sangat berbahaya bagi praktikan, dan waktu yang dibutuhkan untuk praktikum sangat banyak. Disamping itu, pengembangan praktikum kimia yang lebih aman untuk praktikan juga masih sangat kurang. Praktikum kimia yang aman bagi praktikan untuk siswa SMP telah banyak dikaji melalui penelitian. Seperti praktikum pemisahan yang meliputi aspek penyaringan/filtrasi, sublimasi, kristalisasi, penyulingan/ destilasi, ekstraksi, dan kromatografi. Bahan praktikum penyaringan dapat digunakan air yang dikotori
4
sampah disaring kasa, sublimasi dapat dialakukan dengan kapur barus dicampur pasir kemudian dipanaskan, kristalisasi dapat digunakan garam dilarutkan dengan air kemudian dipanaskan, ekstraksi dapat digunakan air dan minyak, penyulingan/ destilasi dapat digunakan air the yang dipanaskan dalam ketel, dan kromatografi dapat digunakan kertas dan spidol dengan aneka warna. Pratikum kimia lain yang aman untuk praktikan adalah menggunakan air sabun, air kapur, dan air abu uji basa; ekstrak buah dan cuka untuk uji asam. Pengembangan praktikum kimia SMP oleh guru-guru IPA di Kecamatan Banjar belum benyak dilakukan. Hal itu terungkap dari pertanyaan para guru IPA kecamatan Banjar Buleleng “ apakah ada bahan yang aman untuk praktikum kimia di SMP?” Lebih lanjut mereka menanyakan,”Apakah Jurusan Pendidikan Kimia tidak ada program pelatihan praktikum kimia untuk guru IPA SMP?” Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengindikasikan bahwa para guru IPA SMP Banjar sangat memerlukan pengetahuan tentang praktikum kimia. Di sisi lain, banyak sekali potensi-potensi yang ada di sekitar pebelajar dapat digunakan untuk media pembelajaran. Media pembelajaran yang berbasis lingkungan sangat telah terbukti dapat meningkatkan pemahaman konsep pebelajar (Lasia, 2012 dan Wiratini, 2011). Keunggulan penggunaan bahan-bahan berwawasan lingkungan dalam praktikum kimia adalah pengurangan pencemaran lingkungan akibat limbah praktikum kimia, biaya murah, dan mudah didapat. Disamping itu, materi kimia menjadi sangat kontekstual sehingga mudah dipahami oleh siswa. 1.2
Identifikasi dan perumusan masalah Berdasarkan latar belakang dan analisisi situasi di atas maka dapat
diidentifikasi permasalahan sebagai berikut. a. Guru-guru IPA SMP di Kecamatan Banjar jarang melakukan praktikum kimia b. Guru-guru IPA SMP di Kecamatan Banjar belum mampu mengelola bahan kimia yang berbahaya ketika praktikum kimia c. Guru-guru IPA SMP di Kecamatan Bajar kurang informasi tentang bahan-bahan yang aman untuk praktikum kimia
5
d. Guru-guru IPA SMP di Kecamatan Banjar kurang mengembangkan praktikum kimia menjadi praktikum yang aman bagi praktikan Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. a. Pengetahuan guru-guru IPA SMP di Kecamatan Banjar melakukan praktikum kimia masih kurang. b. Pemahaman guru-guru IPA SMP di Kecamatan Banjar tentang pengelolaan bahan-bahan yang berbahaya ketika praktikum kimia masih kurang. c. Pengembangkan praktikum kimia yang aman bagi praktikan belum dilakukan oleh guru-guru IPA SMP di Kecamatan Banjar. 1.3 Tujuan kegiatan Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh guru-guru IPA SMP di Kecamatan Banjar. Tujuan secara khusus dapat dijabarkan sebagai berikut. a. Guru-guru IPA di kecamatan Banjar dapat meningkatkan intensitas praktikum kimia b. Meningkatkan pemahaman guru-guru IPA SMP di Kecamatan Banjar tentang pengelolaan bahan-bahan yang berbahaya ketika praktikum kimia c. Meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru-guru IPA SMP di Kecamatan Banjar agar dapat mengembanganan praktikum kimia yang aman bagi praktikan 1.4 Manfaat kegiatan Manfaat yang diperoleh oleh peserta pengabdian pada masyarakat ini adalah. a. Guru-guru IPA SMP di Kecamatan Banjar mendapatkan pengetahuan tentang cara mengelola bahan-bahan kimia yang berbahaya ketika praktikum kimia b. Guru-guru IPA SMP di Kecamatan Banjar mendapatkan pengetahuan bahan-bahan tidak berbahaya yang dapat digunakan untuk praktikum kimia
6
c. Guru-guru IPA SMP di Kecamatan Banjar mendapatkan pengetahuan dan keterampilan tentang cara mengembangkan praktikum kimia yang aman bagi praktikan
7
BAB II METODE PELAKSANAAN 2.1 Kerangka penecahan masalah Kerangka pemecahan masalah dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat digambarkan seperti Gambar 2.1. Berangkat dai permasalahan yang dimiliki oleh para guru IPA di Kecamatan Banjar, kemudian disusun berbagai alternative untuk memecahkan masalah. Selanjutnya dari berbagai alternatif tersebut dipilih yang paling mungkin dapat dilaksanakan. Berdasarkan Gambar
2.1, langkah
yang paling mungkin
dapat
dilaksanakan adalah memberi pelatihan praktikum IPA konsentrasi kimia yang berwawasan lingkungan. Keunggulan langhkah-langkah ini adalah aman bagi praktikan, tidak mencemari lingkungan akibat limbah praktikum kimia, biaya murah, mudah didapat, pembelajaran menjadi kontekstual. Dengan demikian materi kimia menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa. 2.2 Sasaran Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah para guru IPA di Kecamatan Banjar. Guru-guru IPA di Kecamatan Banjar sangat membutuhkan pengetahuan dan keterampilan pengembangan praktiukum kimia berwawasan lingkungan. Disamping itu keterbatasan sarana dan prasaran laboratorium khususnya kimia dapat teratasi dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan pengembangan praktikum kimia berwawasan lingkungan. 2.3 Metode kegiatan Metode yang digunakan untuk memecahkan masalah di atas adalah diskusi dan praktek. Gabungan kedua metoda tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta dalam mengembangan praktikum IPA konsentrasi kimia di SMP. Dengan demikian ketergantungan terhadap bahan kimia yang berharga mahal dapat diatasi dan pencemaran lingkungan akibat lingkungan limbah praktikum dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Keterkaitan masalah, metode, dan bentuk kegiatan disajikan dalam Tabel 2.1. Keberhasilan program pengabdian pada masyarakat ini dirancang melalui rancangan evaluasi. Rancangan evaluasi program ini mengaitkan tujuan, indicator, dan cara pengukuran, seperti disajikan Tabel 2.1.
8
Permasalahan guru-guru IPA SMP di Kecamatan Banjar a. Tidak ada latar belakang pendidikan kimia b. Jarang melakukan praktikum kimia c. Belum mampu mengelola bahan kimia yang berbahaya ketika praktikum kimia d. Kurang informasi tentang bahan-bahan yang aman untuk praktikum kimia e. Kurang mengembangkan praktikum kimia menjadi praktikum yang aman bagi praktikan
Alternatif pemecahan masalah a. Penambahan guru IPA berlatar belakang pendidikan kimia b. Penambahan jumlah alat dan bahan kimia c. Pelatihan pengembangan praktikum kimia berwawasan lingkungan
Pemecahan masalah yang paling mungkin Pelatihan pengembangan praktikum kimia berwawasan lingkungan
a. b. c. d. e. f.
Keunggulan Aman bagi praktikan, Limbah praktikum tidak mencemari lingkungan Biaya murah, Mudah didapat, Pembelajaran menjadi kontekstual. Materi kimia menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa.
Metode kegiatan a. Diskusi sifat-sifat bahan kimia dan dampaknya terhadap kesehatan serta lingkungan b. Diskusi bahan alternative (aman)yang dapat digunakan untuk praktikum kimia c. Praktek merancang prosedur praktikum kimia berwawasan lingkungan d. Praktek hasil rancangan prosedur praktikum yang telah dibuat e. Diskusi permasalahan yang dihadapi selama merancang dan mempraktekan praktikum kimia berwawasan lingkungan
Gambar 2.1. Kerangka pemecahan masalah
9
Tabel 2.1. Keterkaitan masalah, metode, dan bentuk kegiatan No
Masalah
Metode
Bentuk kegiatan
1
Guru-guru IPA SMP di
Diskusi
Diskusi strategi
2
Kecamatan Banjar
melakukan praktikum
jarang melakukan
yang mudah dan
praktikum kimia
aman
Guru-guru IPA SMP di
Diskusi dan praktek
Diskusi sifat-sifat
Kecamatan Banjar
bahan kimia dan
belum mampu
dampaknya
mengelola bahan kimia
terhadap kesehatan
yang berbahaya ketika praktikum kimia
Diskusi cara mengelola bahn kimia
Praktek cara mengelola bahan kimia berbahaya
3
Guru-guru IPA SMP di
Diskusi
Identifikasi bahan-
Kecamatan Banjar
bahan aman yang
kurang informasi
dapat digunakan
tentang bahan-bahan
untuk praktikum
yang aman untuk
kimia
praktikum kimia 4
Guru-guru IPA SMP di
Diskusi, praktek,
Kecamatan Banjar
pendampingan
Diskusi
membuat prosedur
kurang
praktikum
mengembangkan
berwawasan
praktikum kimia
lingkungan
menjadi praktikum
Praktikum
yang aman bagi
berwawasan
praktikan
lingkungan
10
cara
kimia
kimia
Pendampingan
pengembangan praktikum
kimia
berwawasan lingkungan
Tabel 2.2. Rancangan evaluasi No 1
Tujuan
Indikator
Cara pengukuran
Guru-guru IPA di
Guru melakukan
Prosentrase
Kecamatan Banjar dapat
praktikum kimia
peningkatan
meningkatkan intensitas
meningkat minimal
praktikum kimia
praktikum kimia
25%
oleh guru-guru IPA di Kecamatan banjar
2
Guru-guru IPA SMP di
Guru dapat
Tidak
terjadi
Kecamatan Banjar
mengelola bahan-
kecelakaan
ketika
mendapatkan pengetahuan
bahan kimia
praktikum
kimia
tentang cara mengelola
berbahaya ketika
menggunakan
bahan-bahan kimia yang
praktikum kimia
bahan-bahan
berbahaya ketika praktikum
berbahaya
kimia 3
Guru-guru IPA SMP di
Guru dapat
Guru menggunakan
Kecamatan Banjar
mengidentifikasi
bahan-bahan
mendapatkan pengetahuan
bahan-bahan yang
tidak
bahan-bahan tidak
tidak berbahaya
minimal di dua judul
berbahaya yang dapat
untuk praktikum
praktikum kimia
digunakan untuk praktikum
kimia
yang
berbahaya
kimia 4
Guru-guru IPA SMP di
Dapat merancang
Terdapat rancangan
Kecamatan Banjar
praktikum kimia
prosedur praktikum
mendapatkan pengetahuan
berwawasan
kimia
dan keterampilan tentang
lingkungan
lingkungan
cara mengembangkan
11
berwawasan
praktikum kimia yang aman bagi praktikan
12
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian pada masyarakat di Kecamatan Banjar untuk guru IPA SMP dihadiri oleh pengawas mata pelajaran IPA dari Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng. Dalam kegiatan tersebut, jumlah guru IPA yang hadir adalah 20 orang dari 21 orang yang diundang. Dalam kegiatan tersebut pengawas mata pelajaran IPA Kecamatan Banjar sangat menyambut baik kegiatan tersebut dan berharap kegiatan tersebut dapat berlangsung terus.
Gambar 3.1 Pengawas mata pelajaran IPA SMP Kecamatan Banjar memberi sambutan Hasil Pengabdian pada masyarakat ini meliputi: diskusi strategi pembelajaran melalui praktikum kimia, diskusi sifat-sifat bahan kimia dan pengelolaanya, identifikasi bahan alam yang dapat digunakan praktikum, dan praktik pengembangan membuat prosedur praktikum berbasis lingkunngan. 3.1 Diskusi strategi pembelajaran melalui praktikum kimia di SMP Diskusi
strategi
pembelajaran
kimia
SMP
melalui
praktikum
menghadirkan nara sumber Dr. I Made Kirna, M.Si. dalam diskusi tersebut sangat banyak permasalahan guru IPA di SMP se-Kecamatan Banjar terungkap. Permasalahan-permasalahn yang disampaikan guru antara lain: a) guru belum mampu membuat strategi yang menarik dalam pebelajaran IPA konsentrasi kimia, b) praktikum kimia takut dilakukan karena bahan yang digunakan berbahaya dan mahal, c) alat praktikum kimia sangat terbatas. Suasana diskusi sangat hangat, karena para guru IPA SMP di kecamatan sangat membutuhkan penyegaran materi kimia dan suatu strategi agar kimia
13
disenagi oleh siswa. Karena para guru IPA SMP di Kecamatan Banjar menyadari latar belakang mereka bukan dari pendidikan kimia.
A
B
Gambar 3.2 Nara sumber memberi strategi cara pembelajaran yang menarik (A), peserta mengikuti dengan serius (B) 3.2 Diskusi sifat-sifat bahan kimia dan pengelolaannya Para guru IPA SMP Kecamatan Banjar berlatar belakang pendidikan fisika dan biologi. Dalam diskusi sifat-sifat bahan kimia, para guru sangat antosias menanyakan sifat-sifat bahan kimia yang sering digunakan dalam praktikum kimia di SMP. Dalam diskusi terebut, muncul pertanyaan, “ Apakah tidak ada bahan yang lebih aman dari yang sering kita gunakan?”. Ketertarikan diskusi terebut karena mereka ingin anak-anak didik aman dari bahaya bahan praktiukum yang digunakan. Kegiatan diskusi terebut dapat dilihat dalam Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Diskusi sifat-sifat bahan kimia dan pengelolaanya 3.3 Identifikasi bahan yang dapat digunakan praktikum kimia di SMP Identifikasi bahan yan dapat digunakan dalam praktikum kimia di SMP sangat menarik para guru IPA Kecamatan Banjar. Mereka seperti tidak percaya banyak bahan yang murah dan mudah dapt digunakan untuk praktikum kimia. ketertarikan mereka tersebut semakin bertambah, setelah diajak praktikum bersama dengan menggunakan bahan alam ramah lingkungan yang dikaitkan dengan materi kimia di SMP. Ketertarikan terebut disajikan dalam Gambar 3.4.
14
Gambar 3.4 Identifikasi bahan ramah lingkungan dan praktik menggunakannya dalam praktikum kimia. 3.4 Pelatihan cara membuat prosedur praktikum kimia SMP berbasis lingkungan Pelatihan cara membuat prosedur praktikum berbasis lingkungan didahului dengan penyampaian materi tentang aspek-aspek yang harus dipenuhi dalam membuat prosedur praktikum agar mencapai tujuan yang diinginkan. Semua materi kimia di SMP dibuatkan prosedur praktikum berbasis lingkungan, antara lain: perubahan fisika dan kimia; teknik pemisahan; identifikasi larutan asam, basa, dan netral; larutan elektrolit dan non elektrolit; serta jenis-jenis reaksi kimia. Dalam membuat prosedur praktikum tersebut, para peserta sangat serius dan sangat inten berdiskusi satu dengan yang lainnya, seperti terlihat dalam Gambar 3.5.
Gambar 3.5 Peserta mendapat pengarahan dan berlatih membuat prosedur praktikum berbasis lingkungan
15
3.5 Pendampingan Program pendampingan dimaksudkan untuk mengetahui penerapan dan permasalahan peserta dalam menidaklanjuti materi pelatihan yang telah diberikan. Dalam pendampingan tersebut, beberapa permasalahan yang muncul, seperti: cara mendisain alat dan jumlah bahan yang digunakan. Setelah diarahkan peserta menyadari bahwa permasalahan mereka sangat mudah untuk dipecahkan,
Disis
lain, terdapat peserta telah mampu membuat prosedur praktikum IPA konsentrasi kimia berbasis lingkungan, bahkan telah menerapkan prosedur tersebut dalam pembelajaran, seperti yang terjadi di SMPN 3 Banjar. Berdasarkan hasil pendampingan, para siswa sangat tertarik sekali dengan praktikum kimia berbasis lingkungan. Hal ini sangat melegakan guru pengajar/peserta pelatihan.
Gambar 3.6 Pendampingan peserta dalam membuat Praktikum IPA konsentrasi Kimia berwawasan lingkungan
16
BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Simpulan yang dapat ditarik dalam kegiatan P2M ini adalah guru-guru IPA SMP di Kecamatan Banjar telah dilatih: cara melakukan praktikum kimia agar menarik, cara mengelola bahan kimia yang berbahaya, cara mengidentifikasi bahan kimia yang aman digunakan untuk praktikum, cara membuat prosedur praktikum kimia SMP berbasis lingkungan. Peserta telah dapat mengambangkan prosedur IPA konsentrasi kimia berwawasan lingkungan dan telah dapat menerapkan dalam pembelajaran.
Disamping itu semangat dan ketertarikan
peserta dalam mengikuti kegiatan merupakan hal yang patut diberi penghargaan. 4.2 Saran Penumbuhan sifat kreatif guru IPA Kecamatan Banjar melalui kegiatan P2m ini semakin terasa. Untuk itu kegiatan P2M ini diharapkan dapat terus diterapkan.
17
DAFTAR PUSTAKA Ari Laksmi, IGA. 2014. Analisa Pengelolaan Alat dan Bahan Praktikum pada Laboratorium Kimia: Studi Kasus di SMA N 1 Seririt. eJournal Kimia Visvitalis.Vol. 2. No. 1. Tersedia pada http://www.Undiksha.ac.id/ ejournal. Diakses tanggal 9 september 2014. Dash, S. 2014. Green Chemistry: An Essential of an Hour: A reviw. Asian Journal Of Biochemical and Pharmaceutical Research, 2(4), 1-3. Lasia, I Ketut, Wiratini, Ni Made. 2012. Membangun Penguasaan Konsep IPA Kelas V SD melalui Laboratorium Berbasis Lingkungan. Jurnal IKA Undiksha. Vol. 10. No 1. Hal. 73-87. Lasia, I Ketut. 2013. Analisis Pengetahuan Mahasiswa tentang Dampak Penggunaan bahan Kimia dalam Praktikum Kimia Organik terhadap Kesehatan (Studi Menuju Pengelolaan laboratorium Kimia yang Aman bagi Manusia). Proseding Seminar Nasional FMIPA III Undiksha. Hal 148-151. Permendikbud RI No. 65 th. 2013. Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Bersama Menpan dan Kepala BKN No. 02?V?PB.2010. No.13 th. 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional PLP dan Angka Kreditnya. Ravichandran, S. 2011. Green Chemistry For sustainable Development. Asean Journal of Biochemical and Pharmaceutical Research, 2(1), 129-135. Redhana, I Wyn. 2013. Identifikasi Bahan Kimia Berbahaya yang Digunakan dalam Praktikum Kimia SMA. Proseding Seminar Nasional FMIPA III Undiksha. Hal 53-60. Redhana, I Wyn (a). 2014. Menghijaukan Kurikulum Kimia untuk Mencapai Pembangunan Berkelanjutan. Orasi Ilmiah Pengenalan Guru Besar Tetap dalam Bidang Pendidikan Kimia. Singaraja: Undiksha. Suardana, I N. (2010). Pengembangan Model Praktikum Kimia Dasar Berbasis BudayaBali untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa Calon Guru Kimia. Disertasi SPs UPI. Tidak Dipublikasikan Singh,A.,Singh, S., Singh, N. 2014. Green Chemistry: Sustainability An Innovative Approach. Journal of Applied Chemistry, 2(2), 77-82 Tantris.2006. Pengelolaan Laboratorium dan Sistem evaluasi Kegiatan Praktikum Fisika dalam Proses Pembelajaran (Studi Kasus pada SMAN di Kabupaten Buleleng). Tesis. Singaraja: PPS Undiksha Wiratini, Ni Made, Suardana, I Nyoaman, Lasia, I Ketut. 2011. Pemanfaatan Potensi Lingkungan Lokal dalam Membuat Prosedur Praktikum
18
Kontekstual. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Jilid 44. Nomor 1-3. Hal. 60-68.
19
LAMPIRAN-LAMPIRAN a. Absensi peserta kegiatan
20
b. Foto-foto kegiatan
Gambar acara pembukaan
Gambar Kegiatan P2M
21
c. Peta lokasi
Lokasi P2M SMPN 1 Banjar
UNDIKSHA Polsek Banjar
22