PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI PADA KURIKULUM 2013 Rifai1
Abstrak Pendidikan sebagai saka utama negara yang perlu mendapatkan porsi utama dalam peningkatan kualitas pelayanan. Amanat Undang-undang Dasar 1945 Republik Indonesia yang termuat dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alenia empat bahwa “Mencerdaskan kehidupan bangsa.” Mencerdaskan kehidupan bangsa harus terwujud baik cerdas secara akal maupun cerdas budi pekertinya. Penanaman budi pekerti tidaklah mudah, karena watak atau karakter peserta didik terbangun ketika ada sebuah sistem yang kuat dalam mengembangkan budaya sekolah atau school culture. Pendidikan budi pekerti merupakan usaha sadar menyiapkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang berbudi luhur dan berguna sepanjang masa. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan kurikulum sebelumnya yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidik yang menempatkan pendidikan budi pekerti sebagai pendidikan terintegrasi dengan mata pelajaran lain. Mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen berupaya mengembangan peserta didik memiliki kecerdasan-kecerdasan lain selain ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Artinya dalam Pendidikan Agama Kristen kecerdasan emosional, kecerdasan kinestetik, kecerdasan antar pribadi mendapat perhatian khusus. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti menjadi kurikulum wajib bagi sekolah di seluruh Indonesia. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti merupakan proses pembelajaran yang dilandaskan pada Alkitab, dengan Kristus pusatnya melalui pembimbingan Roh Kudus. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti mencipta pribadi yang mampu memiliki nilai-nilai kehidupan seperti religius, jujur, toleran, disiplin, bertanggung jawab, percaya diri, peka terhadap lingkungan, demokratis, cerdas, kreatif, dan inovatif. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti membimbing pribadi-pribadi pembelajar memiliki kesadaran, budi, pikiran, berperilaku sopan santun di masyarakat sesuai dengan tata krama. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti akan membentuk keterampilan sosial peserta didik sehingga memiliki mampu berperan kelompok sosial masyarakatnya. Kata kunci: Pendidikan Agama Kristen, Budi Pekerti, Kurikulum
1
Alumni Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta,
[email protected]
1
Abstract Education as a major saka country needs to get a major portion of the improvement of service quality. The mandate of the 1945 Act of the Republic of Indonesia, which is contained in fourth paragraph the Preamble of the Constitution of 1945, that "Educating the nation's life." Educating the nation's life must be realized either intelligent or smart sense attitude. Planting character is not easy, because of the nature or character of students woke up when there is a strong system in developing a school culture or school culture. Character education is a conscious effort to prepare students to be fully human noble and useful of all time. Curriculum 2013 is the previous curriculum development Curriculum Unit Level Educators who put character education as education is integrated with other subjects. Subjects attempt to develop Christian education learners have intelligences other than cognitive, affective and psychomotor. That is the Christian education emotional intelligence, kinesthetic intelligence, interpersonal intelligence received special attention. Christian Religious Education and Character Budi be required curriculum for schools across Indonesia. Christian education and Budi Character is a learning process that is based on the Bible, with its center Christ through the guidance of the Holy Spirit. Christian education and create a personal character that is able to have the values of life such as religious, honest, tolerant, disciplined, responsible, confident, sensitive to the environment, democratic, intelligent, creative, and innovative. Christian education and character personalities guiding learners to have consciousness, mind, reasons, manners behave in accordance with the manners of society. Christian education and character will shape social skills so that students have a social group capable of acting community. Keywords: Christian education, manners, Curriculum
PENDAHULUAN
meningkatkan
Latar Belakang Masalah
pendidikan Indonesia. Peningkatan pembangunan
Pendidikan sebagai saka utama
Indonesia
negara dalam meningkatkan kualitas
perlu
pemerintah
langkah Indonesia
pendidikan
dengan
jalan
dunia
di usaha
meningkatkan dan menyempurnakan
sumber daya manusia (SDM). Untuk itu
kualitas
penyelenggaraan
strategis
sendiri.
guna
2
pendidikan
itu
Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah
dengan
nantinya dapat menjawab kebutuhan
cara
masyarakat.
mengalakkan program wajib belajar
Menanamkan pendidikan budi
9 tahun. Dengan demikian ada
pekerti tidaklah mudah. Diperlukan
kesamaan
proses
hak
memperoleh
yang
panjang
dalam
pendidikan selama 9 tahun bagi
membangun karakter itu sendiri.
setiap
Indonesia.
Karena untuk mendapatkan output
warga
negara
Pemerintah
juga
berupaya
dari pendidikan yang berupa anak
meningkatkan
kualitas
pendidik
cerdas otak, tetapi juga cerdas watak.
diklat,
Watak atau karakter peserta didik
workshop, seminar serta sertifikasi
terbangun ketika ada sebuah sistem
guru. Setiap tindakan yang ditempuh
yang kuat dalam mengembangkan
oleh pemerintah sebagai upaya agar
budaya sekolah atau school culture.
pendidikan di tanah air Indonesia
Keberhasilan
berjalan seperti amanat Undang-
melaksanakan proses pembelajaran
undang
budi
dengan
cara
Dasar
Indonesia
yang
diadakan
1945
Republik
pekerti/akhlak
dalam
mensyaratkan
dalam
adanya dukungan baik dari dalam
Pembukaan Undang-undang Dasar
maupun dari luar institusi sekolah
1945
tersebut. Peran serta orang tua,
alenia
termuat
sekolah
empat
bahwa
“Mencerdaskan kehidupan bangsa.” Untuk
mewujudkan
lingkungan masyarakat memberikan
amanat
ruangan
kondusif
bagi
proses
Pembukaan Undang-undang Dasar
penanaman dan pembentukan budi
1945,
pekerti.
pembangunan
pendidikan
bidang
peningkatan
Paul Suparno mengungkapkan
penyempurnaan
dalam rangka membantu pendidikan
penyelenggaraan pendidikan secara
kemanusiaan yang lebih utuh itulah,
terus menerus. Peningkatan secara
pendidikan
kontinyu ini jangan mengabaikan
penting
perkembangan ilmu pengetahuan dan
sumbangan
teknologi yang berkembangan dalam
manusia yang lebih utuh.2 Melalui
dan
masyarakat
diadakan
di
sehingga
budi dan bagi
pekerti dapat
sangat menjadi
pengembangan
pendidikan 2
Paul Suparno, dkk. Pendidikan Budi Pekerti untuk SMP (Yogyakarta: Kanisius, 2004), 7
3
pendidikan budi pekerti nara didik
Kecerdasaan watak seseorang salah
mengembangkan peserta didiknya
satunya
untuk
penanaman nilai-nilai keagamaan.
mengaktifkan
kemampuan
dapat
perilaku,
Kurikulum
mengembangkan kemampuan dalam
pengembangan
proses sosial dan pembentukan watak
sebelumnya
manusia.
Tingkat
pribadi
dan
Secara
konsepsional,
dibentuk
2013
melalui
merupakan kurikulum
yakni
Satuan
Kurikulum
Pendidik
yang
pendidikan
budi
pendidikan budi pekerti merupakan
menempatkan
usaha sadar menyiapkan peserta
pekerti
didik menjadi manusia seutuhnya
terintegrasi dengan mata pelajaran
yang berbudi luhur dan berguna
lain.
sepanjang masa. Secara operasional,
budi pekerti dalam pembelajaran
pendidikan budi pekerti merupakan
bukan
pembekalan peserta didik melalui
sebagian besar guru. Di satu sisi
kegiatan
pengajaran,
pendidikan budi pekerti merupakan
pembimbingan dan latihan selama
upaya pembentukan peserta didik
pertumbuhan dan perkembangannya
untuk mampu melaksanakan tugas
sebagai bekal di hari depan. Tujuan
hidup secara seimbang, serasi dan
utama diberlakukan pendidikan budi
selaras.
mentoring,
pekerti agar peserta didik memiliki
sebagai
Pengintegrasian
pekerjaan
pendidikan
mudah
bagi
Pengintegrasian pendidikan budi
hati nurani yang bersih serta menjaga
pekerti
kesusilaan
dalam
diperjelas
kewajiban
Tuhan
melaksanakan dan
pendidikan
terhadap
dalam
pembelajaran
wujudnya,
melalui
implementasi pendidikan pada ranah
sesama makhluk.
kognitif,
Dalam berbagai kegiatan belajar
ranah
psikomotorik.
afektif
dan
Pengimplementasian
mengajar pendidikan budi pekerti
demikian berupa sikap dan perilaku
dimasukkan dalam hiddencurriculum
peserta
yang diberikan kepada siswa secara
sehari-hari.
sistematis. Sebab pendidikan budi
Pendidikan Agama Kristen berupaya
pekerti
mengembangan
berupaya
mencerdaskan
didik
dalam
kehidupan
Mata
peserta
pelajaran
didik
siswa bukan hanya secara akal
memiliki kecerdasan-kecerdasan lain
melainkan
selain ranah kognitif, afektif dan
juga
secara
watak.
4
psikomotorik.
Artinya
Pendidikan
dalam
Agama
menghasilkan
Kristen
keahlian.
pengetahuan
Dalam
setiap
dan proses
kecerdasan emosional, kecerdasan
mengajar, selalu diperlukan alat atau
kinestetik, kecerdasan antar pribadi
benda,
mendapat
menyampaikan
pesan,
yang
kemudian
disebut
dengan
perhatian
Problematika
tersebut
khusus. di
atas
mendorong penulis untuk mengkaji
sebagai
sarana
lazim
untuk
media pembelajaran.
dalam sebuah karya ilmiah yang
Samuel
Sidjabat
mengutip
berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran
definisi dari Eksiklopedi Pendidikan
Pendidikan Agama Kristen Dan Budi
mengatakan bahwa pendidikan dapat
Pekerti Pada Kurikulum 2013”.
diartikan usaha
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
“semua
dari
perbuatan
generasi
mengalihkan
tua
dan untuk
pengetahuannya,
pengalamannya, kecakapannya, serta Pengertian Pendidikan Agama Kristen
ketrampilannya
kepada
generasi
muda sebagai usaha menyiapkannya Menurut adalah
Thorndike,
proses
interaksi
belajar
agar
antara
dapat
memenuhi
fungsi
hidupnya baik jasmaniah maupun
stimulus dan respon. Stimulus adalah
rohaniah.4
apa yang merangsang terjadinya kegiatan
belajar
seperti
pikiran,
Hakikat Pendidikan Agama Kristen
perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap
melalui
alat
Warner C. Graedorf , sebagai
indera.
Sedangkan respon adalah reaksi yang
berikut:
dimunculkan peserta didik ketika
pengajaran dan pembelajaran yang
belajar, yang dapat pula berupa
berdasarkan Alkitab, berpusat pada
pikiran,
atau
Kristus, dan bergantung kepada Roh
gerakan/tindakan.3 Dengan demikian
Kudus, yang membimbing setiap
pembelajaran
pribadi
perasaan,
proses
belajar
mengajar yang memberikan dan
“PAK
pada
pertumbuhan
3
4
Baharudin, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2007), 64-65
adalah
semua melalui
proses
tingkat pengajaran
Homrighausen, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta : BPK Gunung Mulia , 1999), 2 - 8
5
masa kini ke arah pengenalan dan
untuk memperlengkapi mereka bagi
pengalaman rencana dan kehendak
pelayanan
Allah melalui Kristus dalam setiap
ditujukan
aspek kehidupan, dan melengkapi
seperti pelayanan Kristus (Yoh 1:
mereka bagi pelayanan yang efektif,
43).
yang berpusat pada Kristus sang
penyedia, pendorong, dan fasilitator
Guru Agung dan perintah yang
dalam pembimbingan.
efektif.
Proses
kepada
PAK
setiap
PAK pribadi
berfungsi
sebagai
mendewasakan pada murid”16 Paulus Aspek Filosofi PAK
Lilik Kristianto, dalam Buku Prinsip dan
Praktik
Pendidikan
PAK
Agama
merupakan
pembelajaran dan pengajaran yang
Kristen, terdapat tiga aspek utama
berpusatkan
PAK, yakni : diskripsi PAK, Aspek
Agung
fungsional dan Aspek Filosofi PAK.5
Kristus,
dan
mendewasakan Kesimpulannya,
Diskripsi PAK PAK
dan
berdasarkan
Alkitab,
sang
Guru
perintah
untuk
para
murid.
PAK
yang
proses
Alkitabiah harus mendasarkan diri
pembelajaran
pada Alkitab sebagai firman Allah
merupakan
pengajaran
proses
berpusatkan
dan
menjadikan
Kristus
sebagai
Kristus, dan bergantung pada kuasa
pusat beritanya dan harus bermuara
Roh Kudus.
pada hasilnya , yaitu mendewasakan murid.
Aspek fungsional Pendidikan Agama Kristen (PAK)
Pada
dasarnya
PAK
dimaksudkan untuk menyampaikan kabar baik (euangelion = injil), yang
PAK
berusaha
membimbing
disajikan dalam dua aspek, aspek
setiap pribadi ke semua tingkat pertumbuhan
melalui
Allah Tritunggal (Allah Bapa, Anak,
pengajaran
dan Roh Kudus) dan Karya-Nya, dan
masa kini ke arah pengenalan dan
aspek nilai-nilai Kristiani.
pengalaman tentang rencana dan kehendak
Allah
melalui
Kristus
Dasar Alkitab
dalam setiap aspek kehidupan dan
Perjanjian Lama Dalam Perjanjian Lama telah
5
Paulus Lilik Kristanto, Prinsip dan Praktek PAK Penuntun bagi Mahasiswa Teologi dan PAK, Pelayan Gereja, Guru Agama dan keluarga Kristen, ( Yogyakarta: Andi Offset, t.th. ), 4-5
menyinggung
mengenai
kegiatan
belajar mengajar. Dimulai sejak di
6
Taman Eden, Allah membina Adam
kepada
dan Hawa agar memuliakan nama
Abraham
Tuhan dalam segala hal, hal ini
bagaimana Allah mengajar Abraham
menunjukkan bahwa proses kegiatan
untuk menjadi orang beriman dengan
belajar mengajar telah dimulai sejak
melewati
di zaman perjanjian lama. Di taman
Abraham menunjukkan sikap sebagai
Eden Allah membina keterampilan,
seorang pelajar yang sedang dididik.
6
umatnya.
Melalui
Allah
kisah
menunjukkan
berbagai
proses
dan
moral serta iman (Kej1-2). Allah
Allah
memiliki kedekatan dengan ciptaan
untuk menjadi ”Bapa” bagi orang
Nya melalui proses manusia di
beriman di bumi. Kepada Abraham,
Taman
Allah
Eden.
Disinilah
Tuhan
diri
mereka
Dalam Perjanjian Baru banyak menyebutkan bahwa Yesus menjadi
Dialog antara Allah dan Manusia melarang
teladan sebagai guru yang mengajar
mereka
dengan kewibawaan dan otoritas,
menyentuh atau bahkan merabah
Tuhan
buah dari pohon pengetahuan baik
satu
Allah
dan
manusia
5-7
kegiatan
belajar-
Hal
ini
menunjukkan
bahwa Yesus juga memperhatikan
kisah
suatu
pemanggilan
langsung
Kanaan, merupakan proses belajar Allah
proses
pengajaran
dimana
seseorang harus mendengar secara
Abraham untuk menuju ke Tanah
yang
proses
ceramah.
perkataan Allah.
mengajar
Matius
orang banyak menggunakan metode
sebagai
pendengar yang perlu belajar dari
Dalam
Dalam
menguasai
mengajar dimana Yesus mengajar
memposisikan diri sebagai pengajar mereka,
sangat
”Khotbah di bukit”, menunjukkan
ada proses kegiatan belajar mengajar dimana
Yesus
Peran-Nya.
dan jahat, menjadi gambaran bahwa
didalamnya,
menyatakan
Perjanjian Baru
untuk hidup bertanggung jawab.
Allah
kali
sebagai
mahluk tertinggi, yang di panggil
ketika
berulang
Abraham
perintah dan janjiNya (Kej 12-22).
membimbing Adam dan Hawa untuk mengenal
mempersiapkan
pengajaranNya.
pengajaran
tunjukkan
mengaharapkan 6
Dengan
tersebut,
Yesus
perubahan
dalam
diri pendengar. Matius 7: 28-29
Sidjabat B.S. Menjadi Guru Profesional: Sebuah Perspektif Kristen (Bandung: Kalam Hidup, 1993), 13.
menunjukkan 7
respon
yang
baik
ketika disebutkan bahwa pendengar
Sedangkan kata pekerti diartikan
merasa takjub dengan pengajaran
perilaku, akualisasi. Doni Koesoma
Yesus.
A. mengartikan budi pekerti berasal dari
Dua belas murid Tuhan Yesus
bahasa
sangsekerta
yang
adalah mereka yang dipilih, didik
memiliki arti tata karma, sopan
dan dilatih oleh Yesus untuk menjadi
santun dalam masyarakat.8 Sehingga
guru seperti Dia sendiri, para murid
pengertian
mengalami proses kegiatan belajar
kesadaran
mengajar selama bersama Yesus.
berperilaku
sopan
Dalam Yohanes 13:13 menunjukkan
masyarakat
sesuai
relasi yang baik antara Yesus sebagai
karma.
guru dan para murid sebagai peserta didik.
Yesus
tidak
budi
pekerti
adalah
manusia
dalam santun
dengan
di tata
Budi pekerti secara konsepsional
pernah
merupakan
budi
manusia
yang
membiarkan para murid-Nya untuk
diaktualisasikan
mengatasi masalah mereka sendiri,
dalam kehidupan sehari-hari dalam
tetapi selalu ada pertolongan dari
kehidupan
Yesus sebagai seorang guru (Mark 4:
masyarakat,
38).
7
Teladan Yesus menjadi guru
atau
dilakukan
pribadi, bangsa
sekolah, dan
negara.
Dalam perilaku kehidupan sehari-
perlu untuk diterapkan dalam diri
hari,
pendidik Pendidikan Agama Kristen,
mengandung lima jangkauan sebagai
dalam
berikut:
proses
pendidikan
yang
mendidik dan melatih para murid. Budi Pekerti Pengertian Budi Pekerti Budi pekerti berasal dari dua kata budi dan pekerti, kata budi dalam bahasa sangsekerta berarti kesadaran, pikiran
dan
dan
sikap
itu
Pertama, sikap dan perilaku dalam hubungan dengan Tuhan. Kedua, sikap dan perilaku dalam hubungan dengan diri sendiri. Ketiga, sikap dan perilaku dalam hubungan dengan keluarga. Keempat, sikap dan perilaku dalam hubungan dengan masyarakat dan bangsa. Kelima, sikap dan perilaku dalam hubungan dengan alam sekitar9
dilakukan Tuhan Yesus mengajar,
budi,
perilaku
kecerdasan. 8
Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter (Jakarta: PT Grasindo, 2007), 199 9 Paul Suparno, dkk. Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah – Suatu Tinjauan Umum (Yogyakarta: Kanisius, t.th.), 27
7
Dien Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif dan Menarik (Yogyakarta: Andi, 2006), 44-47
8
Dengan demikian budi pekerti
manusia
dapat dipahami sebagai moralitas
Artinya
yang mengandung pengertian antara
adalah
lain adat istiadat, sopan santun dan
menyiapkan peserta didik menjadi
perilaku.10
manusia seutuhnya yang berbudi
Dalam budi pekerti
Indonesia pendidikan usaha
luhur
seutuhnya. budi
pekerti
sadar
seseorang dalam berperilaku secara
pekerti
sadar melakukan penanaman dan
perannya di masyarakat bangsa dan
penginternalisasian nilai-nilai moral
negara baik waktu sekarang, dan
ke dalam sikap dan perilaku manusia
masa yang akan datang. Upaya
dalam kehidupan sehari-hari, baik
pendidikan budi pekerti membekali
dalam berinteraksi dengan Tuhan,
peserta
dengan sesama manusia maupun
bimbingan, pembiasaan, pengajaran
dengan alam/lingkungan.
dan
didik
latihan
dalam
dalam
melalui
menjalani
kegiatan
keterampilan
serta
keteladanan.
Implementasi budi pekerti dalam
Dalam
pendidikan dan kehidupan sehari-
Karya
Lengkap
hari seringkali terjadi benturan antara
Driyarkara diungkapkan tentang isi
nilai-nilai dan norma yang kita
pendidikan budi pekerti diantaranya
rasakan. Dalam artian perilaku yang
adalah:
dulu
dianggap
benar,
di
a). Pada diri manusia, yang harus dididik adalah bakat-bakat tabiat baik, tanah air, dan lain-lain. b).Bakat-bakat ini pada permukaannya mempunyai ketidaktentraman karena manusia belum sadar akan semuanya itu, karena belum diaktulisasi karena masih terdesak oleh dorongan yang lain dan sebagainya. c). Di samping bakat-bakat baik ini, terdapat juga bakat-bakat jelek inipun begitu kuat tetapi lebih mudah berkembang. d). Cacat sebagai cacat negatif, jadi tidak berdiri sendiri melainkan ada sebagai kekurangan (private). Sebagai contoh kelumpuhan/kebutaan tidak berdiri sendiri sebagai barang positif. Yang ada ialah
masa
sekarang menjadi perilaku yang tidak benar. Perilaku yang dulu dianggap tabu
apabila
sekarang
dibicarakan
menjadi
masalah
masa yang
lumrah dan biasa. Sebagai contoh bicara
masalah
seks,
pacaran,
pernikahan di usia belia, masalah politik, masalah hak azasi dan lain sebagainya. Prinsip utama penanaman nilainilai budi pekerti dalam pendidikan budi 10
pekerti
adalah
menjadikan
Ibid.
9
kaki yang lumpuh atau yang tidak bisa bekerja. Hal yang sama berlaku untuk cacat dalam bakat tabiat. Cinta hormat misalnya berdasarkan cinta kepada kebesaran cinta semacam ini dapat menjadi motor yang kuat dalam pekerjaan. e). Manusia tidak mesti ditentukan oleh bakat tabiatya. Dialah yang harus membangun budi pekertinya sendiri. f). Dasar kemungkinan dan keadaan ini ialah bahwa manusia itu rohani jasmani. Sebagai rohani dalam prinsipnya dia sudah menguasai diri sendiri, akan tetapi sebagai jasmani dia juga dapat kehilangan kekuasaan itu.11
pandangan pendidikan budi pekerti, pendidika karakter, pendidikan moral dan pendidikan kewarganegaraan. Berhadapan moral
Indonesia
pribadi seutuhnya
dalam
kemerosotan
masyarakat,
pendidik
para
seringkali
menyederhanakan persoalan sekadar pada
lemahnya
iman
dan
pengetahuan agama sehingga untuk mengatasinya, menjadi
pendidikan
mutlak
agama
dipikirkan.
Kesalahan pandangan inilah yang membuat pembaruan apapun yang mengatasnamakan
pendidikan
karakter tidak tepat sasaran.12
Pendidikan budi pekerti berupaya membentuk
dengan
Bangsa Indonesia diperhadapkan
manusia
dengan
yang
berbagai
masalah
yang
dicerminkan pada perilaku berupa
menyurutkan pendidikan budi pekerti
ucapan, perbuatan, sikap, pikiran,
dalam kerangka kurikulum yang
perasaan/emosi, hasil karya dan kerja
berlaku
dengan
Persoalan klasik selalu berbicara
melandaskan
nilai-nilai
agama serta norma dan moral luhur
tentang
bangsa.
pendidikan
di
Pada
umumnya
Indonesia.
minimnya
mendongkrak Tujuan Pendidikan Budi Pekerti
bangsa
yang
anggaran
tidak
pendidikan
mampu budi
pekerti sebagai bagian utama bangsa
kalangan
ini. Jika anggaran bagi pendidikan
akademisi dan kalangan elit politik
masih terasa kecil, mungkin karena
mengalami kesalahpahaman perihal
alasan kristis ekonomi, atau karena kesalahan keputusan politik yang
11
dilakukan
A. Sudiarja, Budi Subanar, Sunardi, T. Sackim, Karya Lengkap Diryarkara (PT Kompas Media Nusantara, PT Gramedia Pustaka Utama, Percetakan Kanisius, Ordo Serikat Jesus Provinsi Indonesia, 2006), 493- 494
oleh
pemerintahan
sebelumnya, para negarawan ini 12
10
Doni Koesoema, Op.cit., 190
sesungguhnya tetap memiliki fungsi
mempertinggi
edukatif
memperkuat
yang
membantu
budi
pekerti, kepribadian,
pembentukan pendidikan karakter
mempertebal semangat kebangsaan
bangsa bagi warga negara yaitu
agar dapat menumbuhkan manusia-
dengan
manusia pembangun
memberikan
keteladanan
yang dapat
moral sebagai seorang negarawan
membangun dirinya sendiri serta
sejati.13
sama-sama bertanggungjawab atas
Pendidikan
budi
pembangunan bangsa.15
pekerti
merupakan pendidikan nilai, moral, Fungsi Pendidikan Budi Pekerti
etika (tatakrama) yang berfungsi menumbuhkembangkan warga
negara
Cahyoto mengungkapkan bahwa
individu
Indonesia
(2001:13) fungsi pendidikan budi
yang
pekerti antara lain sebagai berikut:
berakhlak mulia dalam pikiran, sikap dan Secara
umum
Pertama,
sehari-hari.14
perbuatannya
pendidikan
dalam
pekerti memfasilitasi siswa agar
mengembangkan
keterampilan
sosial.
Pendidikan
sebenarnya
budi
menjadi
Tujuan
budi pekerti luhur bagi pola perilaku
pekerti
sehari-hari yang didasari hak dan
dari
kewajiban sebagai warga negara. Ketiga, siswa dapat mencari dan
pendidikan
memperoleh informasi tentang budi
nasional adalah untuk menciptakan manusia
pembangunan
pekerti,mengolahnya dan mengambil
yang
keputusan
memiliki Pancasila (Jalal, 2001).
1978
tujuan
Keempat,
pendidikan
Tuhan
kecerdasan,
yang
menghadapi
siswa
dapat
berkomunikasi dan bekerja sama
nasional meningkatkan ketakwaan kepada
dalam
masalah nyata dimasyarakat.
Dalam ketetapan MPR Nomer IV Tahun
bagi
Kedua, siswa memiliki landasan
tujuan pendidikan nasional bangsa Indonesia.
etika
ilmu pengetahuan.
serta
bagian
lingkup
pengembangan dirinya dalam bidang
mampu mengkaji pengetahuan dan nilai
memahami
susunan pendidikan budi pekerti
budi
mempersonalisasikan
siswa
Mahaesa,
keterampilan, 15
Mohammad Ali, Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional (Jakarta: PT Imtima, t.th.), 15
13
Ibid., 191 14 Pokja Disdik Prov. JABAR, 2001: 2
11
dengan
orang
lain
keyakinan. Di satu sisi siswa tersebut
untuk
berkewajiban
mengembangkan nilai moral.
menghormati
keyakinan yang berbeda siswa lain
Dari pendapat yang diutarakan oleh Cahyoto fungsi pendidikan budi
serta
pekerti
tenggang rasa dan tepa slira.
dalam
lingkup
etika
mengembangkan
sikap
bagi
Pendidikan budi pekerti sangat
pengembangan diri dalam bidang
berguna bagi peserta didik dalam
ilmu pengetahuan. Artinya seorang
menjalani
siswa yang memiliki etika baik akan
yang
memiliki etos belajar baik pula
masalah-masalah
dalam mencapai prestasi belajar.
masyarakat. Bahkan pendidikan budi
Etos belajar yang dimiliki oleh
pekerti akan menuntun peserta untuk
seorang
berkomunikasi dan bekerja sama
kehidupan
berguna
siswa
pengembangan
berguna ilmu
untuk
masyarakat
dapat dilihat dari perilaku seseorang sebagai
sebagai
warga
berbudi luhur, dapat dikemukakan adanya sifat-sifat budi pekerti, antara
mampu
lain sebagai berikut :
kewajibannya
negara.
Pertama, budi pekerti seseorang
Sebagai
contoh salah satu sikap siswa berbudi pekerti luhur, dimana seorang siswa
lain
yang
untuk
mengutamakan
kebajikan
sesuai
dengan
hati
Kedua, budi pekerti mengalami
atas keyakinan dan kepercayaannya siswa
cenderung
nuraninya.
berhak mendapatkan penghargaan
dari
Menurut
pengamatan terhadap perilaku yang
untuk
memiliki sikap luhur berperilaku
hak
perwujudannya.
Cahyoto (2002:19 -20) dari hasil
Artinya bahwa seorang siswa akan
menjalankan
dalam
dalam unsur sifat keperibadian yang
kewajiban warga negara yang baik.
sehingga
lain
Pendidikan budi pekerti tercakup
sehari-hari siswa berdasarkan hak
sehari-hari
orang
di
Sifat-sifat Budi Pekerti
dasar pekerti luhur pola perilaku
dituntun
nyata
banyak
Pendidikan budi pekerti menjadi
dan
dengan
mengembangkan nilai-nilai moral.
bukan untuk kepentingan diri sendiri.
dibimbing
sehari-hari
diperhadapkan
dengan
pengetahuan
yang arah kedepannya ditujukan bagi kesejahteraan
kehidupan
perkembangan
berbeda
12
seiring
dengan
bertambahnya usia (Perkembangan
pelajaran. Menurut Undang-undang
Budi Pekerti cukup lambat).
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem yang
Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 19
cenderung mewujudkan bersatunya
bahwa kurikulum adalah seperangkat
pikiran dan ucapan dalam kehidupan
rencana dan pengaturan mengenai isi
sehari-hari
dan bahan pelajaran serta cara yang
Ketiga,
budi
pekerti
dalam
arti
terdapat
kesejajaran antara pikiran, ucapan,
digunakan
dan perilaku.
penyelenggaraan
Keempat,
budi
menampilkan dorongan berbuat
pekerti
diri
dan
pedoman kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan
akan
pendidikan tertentu.
berdasarkan
kehendak
sebagai
untuk
Oemar
sesuatu berguna dengan
Hamalik
mengatakan
istilah “Kurikulum” berasal dari
tujuan memenuhi kepentingan diri
bahas
sendiri dan orang lain berdasarkan
artinya jarak yang harus ditempuh
pertimbangan moral.
oleh seorang pelari. Pada waktu itu,
Kelima, budi pekerti tidak dapat
latin,
yakni
“Curriculae”,
pengertian kurikulum ialah jangka
diajarkan langsung kepada orang
waktu
atau
kedudukanya
ditempuh oleh siswa yang bertujuan
sebagai dampak pengiring bagi mata
untuk memperoleh ijazah. Dengan
pelajaran lainya.
kata lain, suatu kurikulum dianggap
siswa
karena
Keenam,
pembelajaran
budi
sebagai
pendidikan
jembatan
yang
yang
harus
sangat
pekerti di sekolah lebih merupakan
penting untuk mencapai titik akhir
latihan
bagi
meningkatkan
siswa
untuk
dari suatu perjalanan dan ditandai
kualitas
budi
oleh perolehan suatu ijazah tertentu.
pekertinya sehingga terbiasa dan
Prayitno
mampu menghadapi masalah moral
mengungkapkan bahwa kurikulum
dimasyarakat pada masa dewasa
sejumlah mata pelajaran yang diikuti
nanti.
peserta didik, sedangkan pengertian
(2009:
208)
yang sangat mencakup mengatakan Kurikulum 2013
bahwa kurikulum adalah apa yang
Pengertian Kurikulum
dialami seseorang di tempat ia
Istilah “kurikulum” sebelumnya
belajar.
yang lazim digunakan adalah rencana 13
perubahan
Beranjak dari beberapa pendapat diatas,
semua
kegiatan
memberikan
yang
masyarakat.
yang
nasional
pengalaman
terjadi
Semua
di
kurikulum
dirancang
berdasarkan
belajar/pendidikan bagi siswa pada
landasan yang sama, yaitu Pancasila
hakikatnya
adalah
kurikulum.
dan
Kurikulum
adalah
seperangkat
Undang-Undang
perbedaannya pada penekanan pokok
rencana dan pengaturan mengenai
dari
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
pendekatan
cara
merealisasikannya.
yang
digunakan
1945,
sebagai
tujuan
pendidikan
serta dalam
pedoman penyelenggaraan kegiatan 1. Kurikulum 1947
pembelajaran untuk mencapai tujuan
Kurikulum
pendidikan tertentu.
kemerdekaan pelajaran
Sejarah Kurikulum Indonesia
penyebutan
Sejarah kurikulum pendidikan di
pertama namanya
1947.
di
masa
rencana
Ketika
lebih
itu
populer
indonesia kerap berubah setiap ada
menggunakan Leer Plan (Rencana
pergantian
pelajaran)
Menteri
Pendidikan,
ketimbang
istilah
di
Curriculum dalam bahasa inggris.
belum
Rencana pelajaran 1947 bersifat
memenuhi standar mutu yang jelas
politis, yang tidak mau lagi melihat
dan
perjalanan
dunia pendidikan masih menerapkan
sejarah sejak tahun 1945, 1952,
kurikulum belanda, yang orientasi
1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004
pendidikan dan pengajarannya di
dan
tersebut
tujukan untuk kepentingan kolonialis
merupakan konsekuensi logis dari
belanda. Rencana pelajaran 1947 ini
terjadinya perubahan sistem politik,
lebih
sosial budaya, ekonomi, dan IPTEK
watak, kesadaran bernegara, dan
dalam masyarakat berbangsa dan
masyarakat daripada
bernegara.
pikiran.
sehingga
mutu
indonesia
pendidikan
hingga
mantap.
2006.
Sebab, seperangkat
kini
Dalam
Perubahan
kurikulum rencana
mengutamakan
pendidikan
pendidikan
Materi pelajaran duhubungkan
sebagai
dengan
pendidikan
kejadian
sehari-hari,
perlu dikembangkan secara dinamis
perhatiaan terhadap kesenian, dan
sesuai
pendidikan jasmani. Pada masa itu
dengan
tuntutan
dan 14
juga di bentuk kelas Masyarakat
3. Kurikulum 1964 Kali ini beri nama Rentjana
yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke
Pendidikan
SMP.
pikiran
Kelas
masyarakat
1964.
Pokok-pokok
kurikulum
1964
yang
mengajarkan keterampilan, seperti
menjadi ciri dari kurikulum ini
pertanian,
adalah
pertukangan,
dan
bahwa
pemerintah
perikanan. Tujuannya, agar anak
mempunyai keinginan agar rakyat
yang tak mampu sekolah ke jenjang
mendapat
SMP, bisa langsung bekerja.
untuk pembekalan pada jenjang SD,
pengetahuan
akademik
sehingga pembelajaran dipusatkan 2. Kurikulum 1952
pada program Pancawardhana yang
Pada tahun 1952 ini di beri nama
meliputi pengembangan daya cipta,
Rentjana Pelajaran terurai 1952.
rasa, karsa, karya, dan moral. Mata
Kurikulum ini sudah mengarah pada
pelajaran diklasifikasikan dalam lima
suatu sistem pendidikan nasional.
kelompok bidang studi : moral,
Yang paling menonjol dan sekaligus
kecerdasan, emosional, keprigelan
ciri dari kurukulum 1952 ini bahwa setiap
rencana
pelajaran
(keterampilan),
harus
dengan
pada
kehidupan
pengetahuan
Fokusnya
pada
pengembangan
daya
rasa,
4. Kurikulum 1968
dan
moral
Kurikulum
Mata
pelajaran
karsa,
karya
(pancawardhana). diklasifikasikan
dalam
dan
kegiatan
fungsional praktis.
sehari-hari.
cipta,
jasmaniah.
Pendidikan dasar lebih menekankan
memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan
dan
1968
merupakan
pembaharuan dari kurikulum 1964, yaitu
lima
dilakukannya
perubahan
kelompok bidang studi : moral,
struktur kurikulum pendidikan dari
kecerdasan, emosional, keprigelan
pancawardhana menjadi pembinaan
(keterampilan),
jasmaniah.
jiwa pancasila, pengetahuan dasar,
Pendidikan dasar lebih menekankan
dan kecakapan khusus. Kurikulum
pada
1968 merupakan perwujudan dari
dan
pengetahuan
dan
kegiatan
fungsional praktis.
perubahan
orientasi
pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dari segi tujuan 15
pendidikan,
kurikulum
bertujuan
bahwa
tekankan
pada
apa yang akan dicapai dari setiap
1968
pendidikan upaya
kegiatan
di
pembelajaran.
kurikulum
untuk
kegiatan
membentuk manusia pancasila sejati,
menekankan
kuat,
pelajaran
dan
mempertinggi
sehat
jasmani,
kecerdasan
Pada
ini
pada
juga
pentingnya
matematika
sebagai
pedoman untuk melakukan kegiatan
dan
sehari-hari.
keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi
6. Kurikulum 1984 (Kurikulum CBSA)
pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan
dan Kurikulum
keterampilan, serta mengembangkan
process
fisik yang sehat dan kuat.
skill
1984
mengusung
approach.
Meski
mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting.
5. Kurikulum 1975 Kurikulum
1975
Kurikulum ini juga sering disebut
menekankan
pada tujuan, aagar pendidikan lebih
“kurikulum
efisien
disempurnakan”.
dan
efektif.
“yang
1975
yang
Posisi
siswa
melatarbelakangi adalah pengaruh
ditempatkan sebagai subjek belajar.
konsep di bidang manajemen, yaitu
Dari
MBO (management by objective)
mengelompokkan,
yang terkenal saat itu. Metode,
hingga
materi, dan tujuan pengajaran di rinci
disebut Cara Belajar Siswa Aktif
dalam
(CBSA)
Prosedur
Pengembangan
mengamati
mendiskusikan,
melaporkan.
atau
sesuatu,
Model
Student
ini
Aktive
Learning (SAL).
Sistem Intruksional (PPSI). Zaman
Kurikulum 1984 ini berorientasi
ini di kenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan
kepada
bahasan. Setiap satuan pelajaran
Didasari
dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan
pemberian
instruksional khusu (TIK), materi
kepada siswa dalam waktu belajar
pelajaran, alat pelajaran, kegiatan
yang sangat terbatas di sekolah harus
belajar
evaluasi.
benar-benar fungsional dan efektif.
Kurikulum 1975 banyak dikritik.
Oleh karena itu, sebelum memilih
Guru dibikin sibuk menulis rincian
atau menentukan bahan ajar, yang
mengajar,
dan
16
tujtuan oleh
interaksional.
pandangan
pengalaman
bahwa belajar
petama harus dirumuskan adalah
berbasis
tujuan apa yang harus dicapai siswa.
pedoman pembelajaran. Kurikulum ini
7. Kurikulum 1994
kompetensi
berorientasi
sebagai
pada
hasil
dan
dampak dari proses pendidikan serta
Kurikulum 1994 dibuat sebagai
keberagaman
penyempurnaan kurikulum 1984 dan
individu
dalam
menguasai semua kopetensi.
dilaksanakan sesuai UU no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
9. Kurikulum 2006 (KTSP) Kurikulum
Nasional. Hal ini berdampak pada
2006
ini
dikenal
sistem pembagian waktu pelajaran,
dengan sebutan kurikulum tingkat
yaitu dengan mengubah dari sistem
satuan pendidikan (KTSP). Awal
semester
caturwulan.
2006 uji coba KBK dihentikan,
Tujuan pengajaran lebih menekankan
muncullah KTSP. Tinjauan dari segi
pada
dan
isi dan proses pencapaian target
keterampilan menyelesaikan soal dan
kompetensi pelajaran oleh siswa
pemecahan maslah.
hingga
ke
sistem
pemahaman
konsep
teknis
evaluasi
tidaklah
banyak perbedaan dengan kurikulum 8. Kurikulum 2004 (KBK) Kurikulum dengan
ini
2004.
lebih
dikenal
Kurikulum
Berbasis
(KBK).
Pendidikan
Kompetensi
pengembangan
kemampuan
untuk
melakukan
(kompetensi)
kebebasan
performance
yang
lingkungan
kerangka
mampu
individu
melakukan
dikembangkan
adalah suatu
sesuai dan
dengan
kondisi
sekolah
dasar
(KD),
standar
kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap
yang
satuan
ditetapkan
perangkat
pendidikan oleh
Pendidikan
kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya
merencanakan
kompetensi lulusan (SKL), standar
telah
bahwa pendidikan mengacu pada penyiapan
paling
berada. Hal ini dapat disebabkan
ditetapkan. Hal ini dapat diartikan
upaya
untuk
pembelajaran
tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar
yang
menonjol adalah guru lebih diberikan
berbasis kopetensi menitikberatkan pada
Perbedaan
Depertemen
Nasional.
pengembangan
perlu
telah
Jadi perangkat
pembelajaran, seperti silabus dan
kurikulum
sistem 17
penilaian
merupakan
kewenangan
satuan
pendidikan
Efektivitas Pembelajaran Kurikulum 2013
(sekolah) dibawah koordinasi dan sepervisi
Kurikulum 2013 mengamanatkan
pemerintah
esensi
Kabupatena/kota.
pendekatan
ilmiah
dalam
pembelajaran. Dalam pendekatan / 10. Kurikulum 2013 Kurikulum
proses kerja yang memenuhi kristeri
2013
merupakan
ilmiah,
kurikulum berbasis kompetensi yang pernah
digagas
Kurikulum (KBK)
dalam
Berbasis 2004,
reasoning) dedukyf
belum
umum
mengimplementasikan
Kurikulum
Tingkat
tahun 2003 tentang
Pertama, akan
menarik
interaksi,
dengan
iklim
adanya
akademi
dan
budaya sekolah. Efektifitas interaksi dapat terjaga apabila kesinambungan
Kurikulum 2013 dikembangkan meningkatkan dua
manajemen dan kepemimpinan pada
capaian
satuan pendidikan.
strategi
Kedua, efektifitas pemahaman,
utama, yaitu peningkatan efektifitas
menjadi
pembelajaran pada satuan pendidikan dan
efektifitas
tercipta
harmonisasi
jangka
menengah nasional.
dengan
kemudian
tahapan yakni:
presiden N0. 5 tahun 2010 tentang
pendidikan
untuk
kurikulum 2013 dicapai melalui tiga
pendidikan nasional dan peraturan
untuk
reasoning).
Efektivitas pembelajaran dalam
2013 dilakukan sebagai amanah dari
pembangunan
(deductive
penalaran
Anas, t.th.: 83).
penataan kurikulum pada kurikulum
rencana
ketimbang
simpulan yang spesifik (Muhammad
Satuan
Pendidikan (KTSP) 2006. Selain itu
UU No.20
lebih
Penalaran deduktif melihat fenomena
terselesaikan karena desakan untuk segera
ilmuan
mengedepankan induktif (inductive
rintisan
Kompetensi tapi
para
penambahan
bagian
penting
dalam
pencapaian efektifitas pembelajaran.
waktu
Efektifitas tersebut dapat dicapai
pembelajaran di sekolah.
apabila
pembelajaran
mengedepankan
yang
pengalaman
personal siswa melalui observasi,
18
asosiasi,
bertanya,
menyimpulkan
Proses Manajemen Kurikulum
dan mengkomunikasikan.
1. Perencanaan Proses
Ketiga, efektivitas penyerapan, dapat
tercipta
kurikulum
adanya
yang pertaman adalah perencanaan
pembelajaran
kurikulum. Sri Minati (2011:96)
manakala
kesinambungan
manajemen
mengatakan perencanaan kurikulum
horizonta dan vertikal.
menyangkut penetapan tujuan dan
Penerapan pembelajaran dalam kurikulum 2013 denganm adanya
memperkirakan
penambahan
tersebut
tujuan tersebut. Pencapaian tujuan
sebagai dampak dari siswa yang
perencanaan kurikulum dijabarkan
diberitahu
dalam
jam,
menjadi
hal
siswa
yang
pencapaian
perangkat
rencana
pembelajaran.
mencari tahu. Orientasi kurikulum
Uzer Usman sebagaimana dikutip
2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi
oleh
sikap,
menjelaskan
keterampilan
cara
dan
Sri
Minati tahapan
(2011:96) dalam
pencapaian rencana pembelajaran:
pengetahuan. Hal itu sejalan dengan
1).
amanat UU no.20 tahun 2003 sebagai
Menjabarkan
silabus
mana tersurat dalam penjelasan pasal
menjadi analisis mata pelajaran.
35: “kompetensi lulusan merupakan
Hal yang paling pokok dalam
kualifikasi kemampuan lulusan yang
tahapan ini adalah mengkaji
mencakup sikap, pengetahuan, dan
pokok bahasan atau subpokok
keterampilan sesuai dengan standar
bahasan yang pling esensial atau
yang telah disepakati”. Hal ini
yang biasanya sukar dipahami
sejalan pula dengan pengembangan
oleh siswa dan biasanya pokok
kurikulum berbasis kompetensi yang
bahasan ini menjadi prioritas
telah dirintis pada tahun 2004 dengan
utama.
mencangkup
kompetensi
pengetahuan,
dan
2). Menghitung hari kerja
sikap,
efektif
keterampilan
dan
jam
pelajaran,
memperhitungkan hari libur, hari
secara terpadu.
untuk ulangan dan hari tidak efektif.
19
3).
Menyusun
program
antara satu kelas dengan kelas
Dalam
mengisi
lain.
tahunan.
2). Correlated Curriculum :
program ini, yang terpenting adalah membandingkan jumlah
Pengorganisasian
jenis
jam efektif dan alokasi waktu
kurikulum ini pada dasarnya
tatap muka dalam format analisis
merupakan
mata pelajaran.
organisasi
perluasan
dari
separated
subject
curriculum
dengan
cara
semester, dalam penyusunannya
mengadakan
korelasi
atau
hampir sama dengan program
hubungan antara mata pelajaran
tahunan, namun lebih spesifik
yang serumpun.
4).
Menyusun
program
3). Integrated Curriculum :
lagi.
meniadakan batas-batas antara 2. Pengorganisasian Setelah
berbagai mata pelajaran dan
tahap
kurikulum
untuk
perencanaan
menyajikan
melaksanakan
dalam
manajemen kurikulum dilaksanakan
L.
Hartani
(2011:
pengorganisasian
76-69)
antara
hal yang perlu diketahui oleh
kurikulum
lain
atau
Core Curriculum diajarkan hal-
setiap
yang bisa diterapkan dalam lembaga pendidikan,
unit
4). Core Curriculum : Dalam
mengatakan secara teoritis terdapat versi
bentuk
pelajaran
keseluruhan.
tahap kedua yakni pengorganisasian. A.
bahan
orang
terlepas
dari
pekerjaan yang dilakukan kelak
sebagai
di masyarakat. Contoh kongkret
berikut:
dalam Core Curriculum antara 1).
Separated
Subject
lain
Curiculum : Organisasi jenis ini menyajikan
segala
materi
pembelajaran
dalam
berbagai
pendidikan
ada
logika,
kewarganegaraan
seni. 5). Ideology Curriculum :
yang terpisah-pisah satu sama seakan-akan
filsafat,
dan sejarah nasional, bahasa dan
macam mata pelajaran (Subject)
lain,
adalah
Kurikulum
batas
ideology
adalah
segala visi, filosofi, doktrin,
pemisah antara mata pelajaran
pandangan, kerangka konseptual
yang satu dengan yang lain, juga 20
dan
system
dianut
yang
tentang proses dan hasil belajar
pendidik.
siswa yang dilakukan oleh guru
keyakinan
oleh
para
Pengorganisasian
yang
kurikulum
bersangkutan
jenis ini mendasarkan diri pada
penilaian
empat
mengukur apa
basis
ideology
ideology,
keahlian
ideology
yaitu
tersebut
akan
yang
hendak
diukur dari siswa.
akademis,
efisiensi
sehingga
2).
sosial,
Kegiatan
belajar
ideology yang terpusat pada
mengajar : merupakan proses
pembelajar,
akatif bagi siswa dan guru untuk
dan
ideology
mengembangkan potensi siswa
rekontruksi sosial.
sehingga 3. Pelaksanaan
ilmu
Tahap ketiga dalam manajemen kurikulum
adalah
proses
perlu diimplementasikan untuk
belajar
memberdayakan
yang
daerah
dan
sekolah dalam merencanakan,
Daya Manusia (SDM) dan sarana prasarana
untuk
berbasis sekolah : prinsip ini
mengajar telah memiliki Sumber
serta
mampu
pada
3). Pengelolaan Kurikulum
yang memberikan
bahwa
dan
melakukan sesuatu.
menjelaskan pelaksanaan kurikulum
kepastian
memahami
pengetahuan
akhirnya
pelaksanaan
kurikulum. Sri Minati (2011: 97)
adalah proses
mereka
melaksanakan, dan mengelola
diperlukan
sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
serta
menilai
pembelajaran
sesuai
dengan
kondisi
dan
aspirasi mereka.
A. L. Hartani (2011: 80-82) berpendapat
pelaksanaan
4. Pengendalian
yang dilakukan meliputi beberapa
Pengendalian
prinsip
bahwa
yaitu
kegiatan
dimengerti
belajar
atau
seringkali
sebagai
evaluasi
mengajar (KBM); penilaian berbasis
kurikulum merupakan bagian akhir
kelas dan pengelolaan kurikulum
dari manajemen kurikulum yang
berbasis sekolah:
mutlak harus dilakukan. Sebab hasil
1). sekolah
Penilaian :
dari
berbasis
merupakan
evaluasi
kurikulum
dapat
digunakan sebagai dasar kebijakaan
suatu
pendidikan
kegiatan pengumpulan informasi 21
khususnya
dalam
kegiatan secara
pencapaian desain
kurikulum
kurikulum
3).
yang
pendidikan Minati
menjelaskan
(2011:
dalam
terbatas,
evaluasi
dimaksudkan
untuk
100)
tersebut
meliputi
proses
belajar
pelaksanaan
pengertian
mengajar, pelaksanaan evaluasi
kurikulum
yang
memeriksa
pengajar, pengelolaan program
tingkat ketercapaian tujuan-tujuan
kurikulum
dilakukan
oleh
para
dan lain-lain.
pendidikan yang ingin diwujudkan melalui
yaitu
pelaksanaan nyata dari program
digunakan. Sri
Process,
4).
yang
Product,
yaitu
keseluruhan hasil yang dicapai
bersangkutan. Pengendalian atau ada
oleh
juga
mencakup jangka pendek dan
yang menyebutnya
sebagai
evaluasi dan pengendalian bertujuan
program
pendidikan,
jangka lebih panjang.
untuk menjamin kinerja yang dicapai Penelitian yang Relevan
sesuai dengan rencana atau tujuan
Erna
yang telah ditetapkan.
Pendidikan budi pekerti dilakukan sebagai upaya pembinaan bagi peserta didik agar menjadi orang-orang yang berwatak luhur dan berkepribadian yang terpuji sesuai dengan nilai positif, norma agama, dan kemasyarakatan serta budaya bangsa. Pencerminan watak tersebut berupa religius, jujur, toleran, disiplin, bertanggung jawab, percaya diri, peka terhadap lingkungan, demokratis, cerdas, kreatif, dan inovatif. Sekolah bukan semata–mata hanya meningkatkan kemampuan intelektual, tapi juga memupuk kejujuran, kebenaran dan nilai pengabdian dalam kehidupan
(2011:102): 1). Context, yaitu situasi atau yang
memengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi pendidikan yang akan
dikembangkan
dalam
program yang bersangkutan. 2). Input, bahan, peralatan dan fasilitas yang disiapkan untuk
keperluan
pendidikan
seperti dokumen kurikulum dan materi
pembelajaran
153)
pendidik bahwa:
evaluasi kurikulum sebagai berikut
belakang
(2009:
mengatakan dalam sebuah jurnal
Penjelasan dari keempat dimensi
latar
Setowati
yang
dikembangkan.
22
bermasyarakat, meskipun sekolah telah mencoba memasukkan materi budi pekerti secara ke dalam setiap mata pelajaran, namun belum efektif dan tidak maksimal, mengingat tidak semua guru mampu mengaplikasikannya.
ditetapkan disajikan melalui pembelajaran dengan pendekatan ilmiah meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. 3). Penilaian dilakukan untuk mendapatkan informasi yang otentik baik pada aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara komprehensif. Dengan terjaminnya pelaksanaan penyeimbangan materi, pendekatan ilmiah dan penilaian otentik dalam pembelajaran di SD, penyiapan Generasi Emas 31 tahun ke depan sehingga menjadi Bonus Demografi Tahun 2045 bagi Bangsa ini dapat diharapkan.
Pendidikan budi pekerti mencipta pribadi yang mampu memiliki nilainilai kehidupan seperti religius, jujur, toleran, disiplin, bertanggung jawab, percaya
diri,
lingkungan,
peka
terhadap
demokratis,
cerdas,
kreatif, dan inovatif. Sekolah bukan lagi
sebagai
orang
tempat
pandai
menjadikan
melainkan
juga
menjadikan seseorang menjadi jujur, hidup benar dan memiliki sikap mengabdi
kepada
Dalam kurikulum 2013 dimulai
masyarakat,
diakuinya penilaian secara yuridis,
bangsa dan negara.
dimana
Zuhdan K. Prasetyo (2014:10)
seorang
peserta
didik
berdasarkan data otentik dkan dinilai
mengatakan bahwa:
sikap,
Mengacu pada perubahan pengembangan KTSP menjadi Kurikulum 2013 dengan berbagai alasan atau tantangan baik dari dalam maupun luar, pengiplementasiannya memerlukan pengawalan berbagai pihak. Pengawalan terhadap implementasi kurikulum 2013 terutama dilakukan untuk menjamin bahwa: 1). Materi di sekolah dasar disusun seimbang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 2). Materi yang
pengetahuan
keterampilannya. dimasukkannya sikap
dan
demikian
dan Dengan
penilaian
secara
keterampilan
dengan
diharapkan
lahirlah
generasi-generasi baru bangsa yang berwatak luhur dan berkepribadian yang terpuji sesuai dengan nilai positif,
norma
agama,
dan
kemasyarakatan serta budaya bangsa. Darmansyah
(2014:
16)
mengatakan bahwa Teknik jurnal 23
pelaksanaan kegiatan sekolah sekaligus pelaksanaan pendidikan karakter. Selain itu juga diadakan pelatihan parenting untuk membantu para wali murid meningkatkan parenting skill mereka. Saran peneliti adalah SD Taman Siswa Turen harus meningkatkan pelaksanaan kebijakan pendidikan karakter dengan jalan intensif mengadakan training penanaman karakter seperti training ESQ. Hal tersebut juga bisa dengan melakukan kerjasama dengan pondok pesantren dengan jalan mengadakan pesantren kilat pada bulan Ramadhan. Hal tersebut juga sebagai wujud sinergitas sekolah dengan masyarakat terhadap pelaksanaan pendidikan karakter. Kepada para pengambil kebijakan baik di tingkat pusat maupun daerah diharapkan agar ada pelatihan penanaman karakter pada para guru. Saat ini kebijakan pendidikan karakter hanya ditindaklanjuti oleh diknas pusat maupun daerah dengan mengadakan sosialisasi semata.
harian memiliki kelebihan dimana peristiwa/kejadian
dicatat
dengan
segera. Dengan demikian, jurnal bersifat asli dan objektif dan dapat digunakan untuk memahami siswa dengan lebih tepat. sementara itu, kelemahan yang ada pada jurnal adalah
reliabilitas
rendah,
menuntut
banyak,
perlu
menanti sehingga
yang
dimiliki
waktu
kesabaran
munculnya dapat
yang dalam
peristiwa menggang-gu
perhatian dan tugas guru, apabila pencatatan tidak dilakukan dengan segera,
maka
objektivitasnya
berkurang. Penilaian sikap dapat digunakan dengan cara membuat jurnal harian bagi peserta didik. Jurnal hari dituliskan sesuai dengan kejadian yang dialami peserta didik, dan dituliskan setelah peserta didik mengalami kejadian tersebut. Sita
Acetylena
(2013:
60)
mengatakan bahwa:
Pendidikan
Peningkatan sinergitas sistem tripusat pendidikan dilakukan dengan meningkatkan peran komite sekolah dan meningkatkan intensitas hubungan wali murid dengan wali kelas. Peran komite sekolah ditingkatkan dengan mengadakan pertemuan rutin sebulan sekali untuk membahas dan mengevaluasi
budi
pekerti
memerlukan dukungan dari berbagai pihak baik internal maupun eskternal lingkungan sekolah. Secara internal peran serta komite, walikelas, orang tua dan seluruh akademika sekolah terlibat
dalam
pembentukan
pendidikan budi pekerti. Sedangkan
24
secara
eksternal
pergaulan,
sosial
(masyarakat)
lingkungan
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI PADA KURIKULUM 2013
dimana peserta didik tinggal, rekan peserta didik dalam peer groupnya Mukhibat (2014: 38) mengatakan
Pendidikan Agama Kristen dan
bahwa persoalannya sekarang adalah
Budi Pekerti menjadi kurikulum
bagaimana
wajib
membentuk
karakter
bagi
sekolah
di
sluruh
bangsa yang bersumber dari nilai
Indonesia. Penambahan porsi jam
agama. Sementara dalam banyak
tatap
kasus manusia dengan latar agama
pertemuan pembelajaran diharapkan
dan budaya yang berbeda dapat
mampu
menerima nilai-nilai universal yang
pembelajaran
berasal dari nilai agama tersebut.
Kristen dalam kerangka membentuk
Pertanyaanya
budi
dari
kesamaan
itu
bersumber?
Esensi
manakah
muncul suatu
muka
dalam
setiap
meningkatkan
efektivitas
Pendidikan
pekerti
kali
generasi
Agama
bangsa
dan
Indonesia. Hal ini mengingatkan kita
agama
semua akan perkembangan sikap dan
adalah moral, yaitu moral antara
perilaku
seorang hamba dengan Tuhannya,
sekarang yang sulit sekali dipantau
antara
dirinya
dan dikendalikan. Keprihatinan ini
sendiri, antara dia dengan orang lain,
bukan lagi menjadi keprihatinan
termasuk
sepihak
seorang
dengan
masyarakat
lingkungannya.
dengan
dalam
pendidikan
pekerti
berusaha
muda
semata
keprihatinan
Pembentukan
karakter
generasi
zaman
melainkan
bersama
seluruh
komponen bangsa Indonesia.
budi
menanamkan
Sebagai contoh generasi zaman
karakter generasi bangsa supaya
sekarang tidak sedikit yang kurang
memiliki moralitas baik. Generasi
memiliki
bangsa
adalah
publik, bicara kotor dan kasar dan
mampu
seringkali terjadi kerancuan sosial.
menerima nilai-nilai keagamaan dan
sehingga perlu menanamkan sikap
latar belakang budaya yang beragam
jujur,
dan
Perkembangan
generasi
yang bangsa
universal
bermoral yang
menjadi
sebuah
besar
kebaikan bagi kehidupan bersama.
25
nilai-nilai
bersih,
kesantunan
dan teknologi
mempengaruhi
disiplin. sangat perilaku
generasi
muda
sekarang
sedikit
membina keterampilan moral serta
banyak
di
antara
justru
iman Adan dan hawa (Kej. 1-2). Allah menempatkan Adam Hawa di
menyalahgunakan teknologi. Proses pembelajaran merupakan
taman Eden dengan memberikan
reaksi yang dimunculkan peserta
tanggung jawab secara moral dan
didik ketika belajar baik itu reaksi
iman untuk tunduk dan taat pada
pikiran,
tindakan.
perintah Allah yakni tidak memakan
Dalam proses pembelajaran harus
buah pengetahuan baik dan jahat.
memberikan
pengetahuan,
Disinilah Tuhan membimbing Adam
keterampilan,
dan Hawa untuk mengenal diri
pengalaman, kecakapan untuk dapat
mereka sebagai mahluk tertinggi,
memenuhi kehidupan jasmani dan
yang
rohaniah. Untuk itu pelaksanaan
bertanggung jawab.
perasaan
keahlian
dan
hasil dan
di
panggil
untuk
hidup
Pendidikan Agama Kristen dan Budi
Pendidikan Agama Kristen dan
Pekerti dalam kurikulum 2013 harus
Budi Pekerti mencipta pribadi yang
mencakup
mampu
beberapa
hal
sebagai
memiliki
nilai-nilai
kehidupan seperti religius, jujur,
berikut:
toleran, disiplin, bertanggung jawab, Sarana Transformasi Kekuatan Spiritual
percaya
diri,
lingkungan, Pendidikan Agama Kristen dan Budi
Pekerti
merupakan
lagi
menjadikan
melainkan
juga
kepada
masyarakat,
bangsa dan negara. Pendidikan Agama Kristen dan
pengenalan dan pengalaman rencana
Budi Pekerti merupakan pendidikan
dan kehendak Allah dalam Kristus.
nilai, moral, etika (tata krama) yang
Awal pertama kali Allah membina sebagai
pandai
mengabdi
pembelajaran
membimbing peserta didik ke arah
Hawa
tempat
hidup benar dan memiliki sikap
Pendidikan Agama Kristen dan Budi
dan
cerdas,
menjadikan seseorang menjadi jujur,
melalui pembimbingan Roh Kudus.
Adam
demokratis,
sebagai
orang
Alkitab, dengan Kristus pusatnya
melalui
terhadap
kreatif, dan inovatif. Sekolah bukan
proses
pembelajaran yang dilandaskan pada
Pekerti
peka
berfungsi
alat
menumbuhkembangkan
individu menjadi pribadi berakhlak
kemuliaan nama Tuhan dengan jalan 26
mulia dan pikiran, sikap dan perilaku
pembelajar
sehari-hari.
budi,
Artinya
Pendidikan
memiliki
pikiran,
kesadaran,
berperilaku
sopan
Agama Kristen dan Budi Pekerti
santun di masyarakat sesuai dengan
sudah seharusnya menjadi sarana
tata
bagi transformasi kekuatan spiritual
Kristen dan Budi Pekerti seharusnya
peserta didik.
tidak
yang
ada
Sistem pendidikan
sekarang
berorientasi
pada
ini
terlalu
pengembangan
krama.
Pendidikan
lagi
sebatas
Agama
wacana
pengetahuan
dan
pemahaman
keagamaan
semata.
Selanjutnya
sehingga
Pendidikan Agama Kristen dan Budi
memperhatikan
Pekerti harus mampu menumbuhkan
pengembangan sikap afektif, empati
perilaku baik dan menjadikan nilai-
dan rasa. Dalam Pendidikan Agama
nilai keagamaan sebagai pembiasaan
Kristen dan Budi Pekerti, nilai agama
dalam kehidupan.
kognitif
peserta
kurang
begitu
didik
Pendidikan Agama Kristen dan
harus diintegrasikan dalam seluruh jiwa guna menumbuhkembangkan
Budi
iman kerohanian setiap peserta didik
wadah strategis dalam pembinaan
agar hidup sesuai dengan karakter
dan pengembangan karakter peserta
Kristus. Kristus memberkan perintah
didik. Pembentukan karakter peserta
kepada setiap para murid-Nya untuk
didik dilakukan dari pendidikan anak
mampu
usia dini sampai pada pendidikan
mengekspresikan
dan
Pekerti
harus
menjadikan
mengimplementasikan iman dalam
tinggi.
kepeduliannya
Agama Kristen dan Budi Pekerti
terhadap
sesama
Keberhasilan
Pendidikan
sebagai sarana pembentuk karakter
manusia yang paling membutuhkan.
peserta didik adalah keteladanan para Sarana Pembentuk Karakter Peserta Didik
pendidik itu sendiri. Pendidikan budi pekerti memerlukan dukungan dari
Pendidikan Agama Kristen dan
berbagai pihak baik internal maupun
Budi Pekerti dalam kerangka kohesi sosial
memberikan
eskternal lingkungan sekolah. Secara
pengharapan
internal
kepada peserta didik untuk hidup beriman
dan
peran
serta
komite,
walikelas, orang tua dan seluruh
berpengharapan.
akademika sekolah terlibat dalam
Pendidikan Agama Kristen dan Budi
pembentukan
Pekerti membimbing pribadi-pribadi 27
pendidikan
budi
pekerti. Sedangkan secara eksternal
membentuk
pergaulan,
peserta didik
lingkungan
sosial
keterampilan
sosial
sehingga memiliki
(masyarakat) dimana peserta didik
mampu berperan kelompok sosial
tinggal, rekan peserta didik dalam
masyarakatnya. Pendidikan sebagai
peer groupnya
bagian inverstasi masa depan bangsa dalam
Pendidik bukan hanya sebagai panutan
moral
anak
jangka
didalamnya
didiknya
panjang
termasuk
penanaman
melainkan juga menjadi penguat
perilaku
moral
dan
panjang. Artinya dalam pelaksanaan
berperilaku para peserta didik. Untuk
Pendidikan Agama Kristen dan Budi
itu Pendidikan Agama Kristen dan
Pekerti
Budi
sarana
seharusnya
dididik
pembentuk karakter perlu menjadi
dibiasakan
berperilaku
bagian intergal yang tak terpisahkan
menjunjung etika sosial.
dalam
Pekerti
bersikap
sebagai
sosial
yang
secara
peserta
jangka
didik
sudah sekaligus etis
dan
nasional.
Dalam kurikulum 2013 dimulai
Pembentukan karakter pada peserta
diakuinya penilaian secara yuridis,
didik
secara
dimana
proses
berdasarkan data otentik dkan dinilai
dari
pendidikan
dikembangkan
komperhensif
sebagai
seorang
pembiasaan dan pembudayaan yang
sikap,
baik di sekolah, rumah, masyarakat
keterampilannya.
dan dalam kehidupan berbangsa dan
dimasukkannya
bernegara.
sikap
didik
pengetahuan
dan
demikian Sarana Pembentuk Keterampilan Sosial
peserta
dan Dengan
penilaian
secara
keterampilan
dengan
diharapkan
lahirlah
generasi-generasi baru bangsa yang berwatak luhur dan berkepribadian
Pendidikan Agama Kristen dan
yang terpuji sesuai dengan nilai
Budi Pekerti sudah barang tentu akan memberikan menyadarkan
identitas tentang
positif,
dan
Pembentukan
peserta didik secara pribadi dalam
Kristen
Budi
dan
Pekerti
dan
karakter
dalam
pendidikan budi pekerti berusaha
kaitannya sebagai anggota sosial Pendidikan
agama,
kemasyarakatan serta budaya bangsa.
keberadaan
masyarakat.
norma
menanamkan
Agama
karakter
generasi
bangsa supaya memiliki moralitas
akan 28
baik. Generasi bangsa yang bermoral
PENUTUP
adalah generasi bangsa yang mampu
Pelaksanaan Pendidikan Agama
menerima nilai-nilai keagamaan dan
Kristen dan Budi Pekerti dalam
latar belakang budaya yang beragam
implementasi
dan
menjadi mata pelajaran wajib bagi
universal
menjadi
sebuah
sekolah
kebaikan bagi kehidupan bersama.
Pekerti
dalam
di
seluruh
2013
Indonesia.
Penambahan porsi jam tatap muka
Pendidikan Agama Kristen dan Budi
kurikulum
diharapkan
proses
mampu
mendongkrak
yang
efektivitas pembentukan kerohanian,
memiliki keterampilan sosial maka
karakter dan keterampilan sosial
perlu mendapatkan suri teladan dari
peserta didik. Proses pembelajaran
seluruh komponen pendidikan di
merupakan reaksi yang dimunculkan
sekolah.
peserta didik ketika belajar baik itu
membenttuk
peserta
didik
Penerapan
Pendidikan
Agama Kristen dan Budi Pekerti
reaksi
yang
tindakan.
terintegrasi
melalui
pikiran,
perasaan
dan
dan
Pendidikan Agama Kristen dan
dalam
Budi Pekerti melalui pembelajaran
yang
membimbing peserta didik ke arah
sangat penting dalam pembentukan
pengenalan dan pengalaman rencana
keterampilan
sosial
adalah
dan kehendak Allah dalam Kristus.
menanamkan
nilai-nilai
toleransi
Allah menempatkan Adam Hawa di
dalam
taman Eden dengan memberikan
kehidupan berbangsa dan bernegara
tanggung jawab secara moral dan
yang penuh dengan keberagaman
iman untuk tunduk dan taat pada
suku,
perintah Allah yakni tidak memakan
keteladanan,
pembiasaan,
pengkondisian
lingkungan
kehidupan sehari-hari. Hal
antar
umat
ras,
ini
beragama
etnis
dan
agama.
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
dalam
pembelajaran
di
buah pengetahuan baik dan jahat.
pelaksanaan kelas
Pendidikan Agama Kristen dan
perlu
Budi Pekerti mencipta pribadi yang
mencantumkan keterampilan sosial
mampu
berupa sikap saling menghormati dan
kehidupan seperti religius, jujur,
menghargai perbedaan yang ada.
toleran, disiplin, bertanggung jawab, percaya
29
memiliki
diri,
peka
nilai-nilai
terhadap
cerdas,
keterampilan sosial peserta didik
kreatif, dan inovatif. Pendidikan
sehingga memiliki mampu berperan
Agama Kristen dan Budi Pekerti
kelompok
membimbing
Pendidikan Agama Kristen dan Budi
lingkungan,
pembelajar budi,
demokratis,
pribadi-pribadi memiliki
pikiran,
masyarakatnya.
Pekerti dalam proses membenttuk
kesadaran,
berperilaku
sosial
peserta
sopan
didik
yang
memiliki
santun di masyarakat sesuai dengan
keterampilan
sosial
maka
perlu
tata krama.
mendapatkan
suri
teladan
dari
seluruh komponen pendidikan di
Pendidikan Agama Kristen dan Budi
Pekerti
akan
sekolah.
membentuk
DAFTAR PUSTAKA Acetylena, Sita. Analisis Implementasi Kebijakan Pendidikan Karakter Di Perguruan Taman Siswa Kecamatan Turen Kabupaten Malang., Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan. Volume 1, Nomor 1 Januari 2013. Anas, Muhammad. Mengenal Metode Pembelajaran., diunduh dari google book., 83 A., Z, Mulyana. Rahasia Menjadi Guru Hebat Surabaya: Grasindo, 2010 A., Doni Koesoema. Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Grasindo, 2007 Baharudin, Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2007 Balitbang Dikbud. Pedoman Pembelajaran Budi Pekerti,. Jakarta: Pusbangkurrandik, 1997 Cahyoto, Budi Pekerti Dalam Perspektif Pendidikan. Malang : Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah – Pusat Penataran Guru IPS dan PMP Malang, 2002 Darmansyah, Teknik Penilaian Sikap Spritual dan Sosial dalam Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar 08 Surau Gadang Nanggalo., Jurusan Tekhnologi Pendidika, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang Padang, Indonesia., Jurnal Al-Ta’lim, Volume 21, Nomor 1 Februari 2014 Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia. Jakarta: Prenada Media, Cet. ke-1., 2004 Depdikbud. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta : Depdikbud., 1996
30
Dinas Pendidikan Jawa Barat. Model Implementasi Pendidikan Budi Pekerti. Bandung : Dinas Pendidikan Jawa Barat., 2001 Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon. Model-model Pembelajaran. “Modul Pelatihan”, Kepala Sekolah dan Guru Kelas. Cirebon : Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon., 2002 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan., Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1989 Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Homrighausen, Pendidikan Agama Kristen. Jakarta : BPK Gunung Mulia , 1999 J., Hasibun. dan M., Moejiono. Proses Belajar Mengajar. Bandung : CV Bina Cipta, 1989 Kristanto, Paulus Lilik. Prinsip dan Praktek PAK Penuntun bagi Mahasiswa Teologi dan PAK, Pelayan Gereja, Guru Agama dan keluarga Kristen. Yogyakarta : Andi Offset, t.th. Mohammad Ali, Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional. Jakarta: PT Imtima, t.th. Mukhibat (
[email protected]), Spitualisasi dan Konfigurasi Pendidikan Karakter Berparadigma Kebangsaan dalam Kurikulum 2013b., Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo. Al-Ulum, Volume 14 Nomer 1 Juni 2014 Prayitno, Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta: Grasindo, 2009 Prasetyo, Zuhdan K. Generasi Emas 2045 sebagai Fondasi Mewujudkan Siklus Peradaban Bangsa Melalui Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar., disajikan dalam Seminar Nasional Kurikulum 2013 di Universitas Tanjungpura Pontianak pada Rabu, 16 April 2014 Pokja Disdik Prov. JABAR, 2001 Setyowati, Erna. Pendidikan Budi Pekerti menjadi Mata Pelajaran di Sekolah., Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Lembaran Ilmu Kependidikan, Jilid 39, No. 2., Desember 2009 Sudiarja, A.; Subanar, Budi.; Sunardi, Sackim, T., Karya Lengkap Diryarkara. PT Kompas Media Nusantara, PT Gramedia Pustaka Utama, Percetakan Kanisius, Ordo Serikat Jesus Provinsi Indonesia, 2006 Suparno, Paul., dkk. Pendidikan Budi Pekerti untuk SMP. Yogyakarta: Kanisius, 2004 ______________ . Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah – Suatu Tinjauan Umum. Yogyakarta: Kanisius, t.th. Sumiyatiningsih, Dien. Mengajar dengan Kreatif dan Menarik. Yogyakarta: Andi, 2006 S., Sidjabat B. Menjadi Guru Profesional: Sebuah Perspektif Kristen. Bandung: Kalam Hidup, 1993
31
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta: PT Imperial Bhakti Utama dan Grasindo, 2007 Usman, Husaini. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006 Wahyono, Joko. Sekolah Kaya Sekolah Miskin, Guru Kaya Guru Miskin. Jakarta: Elex Media Komputido, 2010 Wipress, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. WIPRESS, 2006 W. Surakhmad. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknik. Bandung : Tarsito, 1990
32