PEDOMAN TEKNIS PEMERIKSAAN BERKALA TABUNG LPG Bagian 3 dari 5 Pedoman
PEDOMAN TEKNIS INSTALASI PENGISIAN, PENANGANAN DAN PENGGUNAAN SERTA PEMERIKSAAN BERKALA LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG)
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI
DAFTAR ISI
1.
RUANG LINGKUP .............................................................................. 1
2.
LANDASAN HUKUM .......................................................................... 1
3.
ACUAN NORMATIF............................................................................ 2
4.
ISTILAH DAN DEFINISI...................................................................... 3
5.
PEMERIKSAAN BERKALA TABUNG LPG ........................................ 3
5.1.
Objek Pemeriksaan ............................................................................ 3
5.2.
Periode Pemeriksaan Berkala ............................................................ 4
5.3.
Pemeriksaan Berkala Tabung LPG .................................................... 4
5.4.
Pemeriksaan visual eksternal ............................................................. 4 5.4.1. Persiapan pemeriksaan ................................................................. 4 5.4.2. Pedoman Pemeriksaan .................................................................. 5 5.4.3. Cacat-cacat yang tampak .............................................................. 5
5.5.
Pedoman Pemeriksaan Tambahan .................................................... 6
5.5.1.
Persiapan Tabung .............................................................................. 6
5.5.2.
Hydraulic proof pressure test .............................................................. 6
5.5.2.1. Persiapan ............................................................................................ 6 5.5.2.2. Pelaksanaan Uji .................................................................................. 6 5.5.3.
Pemeriksaan visual internal ................................................................ 7
5.5.4.
Uji Kebocoran dan Uji Proof Pneumatik (Pneumatic proof test and leak test) ............................................................................................. 7
5.5.5.
Uji Kebocoran Pneumatic (Pneumatic Leak Test) .............................. 8
5.5.6.
Uji Ekspansi Volumetrik ...................................................................... 8
5.6.
Pemeriksaan ulir tabung ..................................................................... 9
5.7.
Kegiatan Tahap Akhir ....................................................................... 10
5.8.
Penandaan/Marking .......................................................................... 10
5.9.
Tabung Tidak laik ............................................................................. 10
5.10.
Rekaman dokumen ........................................................................... 11
5.11.
Kompetensi Personil ......................................................................... 11
5.12.
Pengawasan ..................................................................................... 12
6.
PEMERIKSAAN TABUNG BARU ..................................................... 12
LAMPIRAN
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kriteria penolakan tabung akibat kerusakan fisik pada dinding tabung ............................................................................................... 13 Tabel 2. Kriteria penolakan tabung akibat korosi pada dinding tabung ......... 14 Tabel 3. Kriteria penolakan tabung akibat kerusakan lain ............................ 15
iii
PEDOMAN TEKNIS PEMERIKSAAN BERKALA TABUNG LPG
1.
RUANG LINGKUP
Pedoman teknis pemeriksaan berkala tabung LPG ini menetapkan persyaratan teknis pemeriksaan berkala tabung LPG ukuran isi kapasitas air antara 0,5 liter sampai dengan 150 liter yang digunakan untuk sektor rumah tangga, komersial dan industri. Pedoman ini ditetapkan untuk menjadi acuan dalam pemeriksaan tabung LPG yang dilakukan oleh Badan Usaha yang melakukan kegiatan usaha pengisian dan distribusi LPG. Pedoman ini tidak termasuk tabung LPG yang digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor. Pedoman teknis ini mencakup : 1.1
Objek dan Peralatan Pemeriksaan Berkala;
1.2
Periode Pemeriksaan Berkala;
1.3
Pemeriksaan Berkala Tabung LPG;
1.4
Kualifikasi Personil;
2.
LANDASAN HUKUM
2.1
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4152).
2.2
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2918).
2.3
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Lingkungan Hidup; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059).
2.4
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja bidang Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1973 Nomor 25; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3003).
2.5
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik -1-
Indonesia Tahun 1979 Nomor 18; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3135). 2.6
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4436).
2.7
Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 06 P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang Dipergunakan dalam Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi.
2.8
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0007 Tahun 2005 tentang Persyaratan dan Pedoman Pelaksanaan Izin Usaha dalam Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi.
2.9
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penyediaan dan Pendistribusian Liquefied Petroleum Gas (LPG).
2.10 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi
No. 84.K/38/DJM/1998
tentang Pedoman dan Tata Cara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumberdaya Panas Bumi.
3.
ACUAN NORMATIF
3.1
Standar Nasional indonesia SNI 1452:2007, Tabung Baja LPG.
3.2
Standar Nasional Indonesia SNI 13-3619:1994, Penanganan Tabung Bertekanan.
3.3
Standar Nasional Indonesia, SNI 15-1591:2008, Katup Tabung Baja LPG.
3.4
International Standard ISO 10460:2005, Gas Cylinders-Welded carbon steel gas cylinders-Periodic inspection and testing.
3.5
International Standard ISO 24431:2006, Gas Cylinders-Cylinders for compressed and liquefied gases – Inspection at time of filling.
-2-
4.
ISTILAH DAN DEFINISI
4.1. Katup Tabung Baja LPG Adalah sebuah katup yang dipasang pada tabung, berfungsi sebagai penyalur dan pengaman gas LPG. 4.2. Liquefied Petroleum Gas (LPG) Adalah gas hidrokarbon yang dicairkan dengan tekanan untuk memudahkan penyimpanan, pengangkutan dan penanganannya yang pada dasarnya terdiri atas propana, butana atau campuran keduanya. 4.3. Pemeriksaan Berkala Adalah kegiatan yang dilakukan secara berkala, meliputi pemeriksaan, pengujian dan
pengukuran
karakteristik
dari
tabung
LPG
berdasarkan
peraturan
perundangan, spesifikasi teknis dan standar yang diacu.
4.4. Tabung LPG Adalah tabung bertekanan terbuat dari pelat baja yang digunakan untuk mengemas atau menyimpan LPG dengan kapasitas pengisian 0,5 liter sampai 150 liter kapasitas air. 4.5. Penandaan/Marking Adalah setiap keterangan mengenai LPG, tabung LPG dan Badan Usaha, baik berbentuk gambar, tulisan atau kombinasi gambar dan tulisan atau bentuk lain yang tertera pada tabung LPG.
5.
PEMERIKSAAN BERKALA TABUNG LPG
5.1. Objek Pemeriksaan Objek pemeriksaan yang diatur dalam pedoman ini adalah untuk tabung baja LPG yang dibuat dengan pengelasan dengan ukuran isi kapasitas air 0,5 liter sampai dengan 150 liter termasuk kelengkapannya, yang mencakup badan tabung, cincin leher, cincin kaki, pegangan tangan dan katup.
-3-
5.2. Periode Pemeriksaan Berkala Pemeriksaan dan pengujian berkala tabung LPG dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, spesifikasi teknis dan standar yang diacu, dimana wajib dilakukan minimal setiap 5 (lima) tahun sekali.
5.3. Pemeriksaan Berkala Tabung LPG Pemeriksaan berkala tabung LPG ini terdiri dari: 1. Pemeriksaan visual eksternal dan, 2. Pemeriksaan tambahan, yang dapat dilaksanakan antara lain: a.
Uji tekan proof hidrolik (Hydraulic proof pressure test)
b.
Pemeriksaan visual internal (Internal Visual Inspection)
c.
Uji kebocoran dan uji proof pneumatic (Pneumatic proof test and leak test)
d.
Uji kebocoran pneumatic (Pneumatic leak test)
e.
Uji ekspansi volume (Volumetric expansion test)
3. Pemeriksaan ulir tabung
5.4. Pemeriksaan visual eksternal Pemeriksaan visual eksternal bertujuan untuk mengetahui kondisi fisik luar tabung LPG dari adanya cacat-cacat di permukaan tabung seperti kerusakan pada tabung, kerusakan cat, penyok dan kotoran yang menempel pada tabung. 5.4.1. Persiapan pemeriksaan Permukaan luar tabung LPG yang akan diperiksa harus bebas dari cat yang mengelupas, kotoran (a.l. aspal, oli atau benda asing lainnya). Apabila ditemukan cat yang mengelupas atau kotoran, maka harus dilakukan proses pembersihan. Pembersihan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode steel wire brushing, shot blasting, water jet abrasive cleaning, chemical cleaning atau metode lain yang sesuai. Didalam melakukan proses pembersihan, sebaiknya dilakukan secara hati-hati untuk menghindari terjadi kerusakan pada tabung.
-4-
Setiap perlakuan terhadap tabung LPG oleh sebuah proses yang mengakibatkan pengurangan material harus di cek dengan alat yang memadai, misalnya cek ketebalan material. 5.4.2. Pedoman Pemeriksaan Seluruh permukaan tabung harus diperiksa oleh personil dari Badan Usaha terhadap adanya: a.
Kerusakan seperti penyok, goresan, takik, tonjolan, retak, laminasi. Kriteria tabung yang ditolak, dapat dilihat pada Tabel 1.
b.
Korosi, yang dapat terjadi di lokasi yang memungkinkan air dapat terperangkap pada bagian tabung, seperti di bagian dasar tabung yaitu pada pertemuan antara badan tabung dengan cincin kaki, antara badan tabung dengan selubung katup dan jenis-jenis korosi lainnya. Kriteria tabung yang harus ditolak karena pengaruh korosi, dapat dilihat pada Tabel 2.
c.
Kerusakan lain, seperti terjadi perubahan tekanan dan atau karena terpapar api, kriteria penolakannya, dapat dilihat pada Tabel 3.
d.
Integritas dari seluruh asesoris (seperti pegangan tangan, cincin kaki dan katup) permanen pada tabung
Setiap tabung yang ditolak, tabung harus dipisah untuk direkondisi. Dan selanjutnya dilakukan pengujian atau dinyatakan tidak laik/scrap. 5.4.3. Cacat-cacat yang tampak Kriteria penolakan untuk cacat-cacat material dan fisik pada tabung LPG diberikan pada Tabel 1, 2 dan 3.
-5-
5.5. Pedoman Pemeriksaan Tambahan 5.5.1. Persiapan Tabung Tabung-tabung LPG harus dikosongkan dari adanya cairan dan tekanannya dihilangkan pada suatu kondisi yang terkontrol dan aman sebelum proses pengujian dilakukan. Tabung-tabung dengan katup yang tidak berfungsi, harus dipisahkan ke tempat yang aman untuk penggantian. 5.5.2. Hydraulic proof pressure test 5.5.2.1. Persiapan a.
Media cair yang digunakan sebagai media uji adalah air atau minyak tanah
b.
Jika Tabung LPG telah dibersihkan dan metode pembersihan dilakukan dengan cara membasahi bagian luar permukaan tabung, maka permukaan tabung harus dalam kondisi kering sebelum dimulai pengujian.
c.
Menyiapkan dan memastikan bahwa peralatan pengujian, seperti flexible tubing, pressure gauge, katup, fitting dan komponen lainnya dalam kondisi baik dan aman.
d.
Pressure gauge yang akan digunakan sudah terkalibrasi dan mampu membaca tekanan pengujian tabung.
e.
Seluruh sambungan yang ada pada proses uji tekan harus dalam keadaan rapat dan tidak ada kebocoran.
f.
Tekanan pada peralatan uji dengan tabung tidak melebihi batas toleransi pada butir 5.5.2.2. d
5.5.2.2. Pelaksanaan Uji a.
Tekanan pengujian ditentukan berdasarkan tekanan yang tertulis pada tekanan uji di bagian penandaan/marking pada tabung.
b.
Sebelum dilakukan pengujian, pastikan kondisi permukaan luar tabung dapat dideteksi bila terjadi kebocoran. Tabung dalam posisi sedemikian rupa sehingga las lasan akan mudah terlihat selama proses pengujian.
c.
Tekanan tabung dinaikkan secara bertahap sampai tekanan pengujian tercapai.
d.
Tekanan pengujian tidak boleh melebihi dari 10 % dari tekanan yang ditentukan atau 2 bar, dipilih mana yang terkecil.
e.
Tekanan uji ditahan sekurang kurangnya 30 detik hingga pengujian selesai.
f.
Jika terdapat kebocoran, harus diperbaiki dan dilakukan uji ulang pada tabung.
g.
Tabung yang tidak bocor dan tidak nampak adanya distorsi/kerusakan permanen, -6-
dinyatakan memenuhi persyaratan uji tekan. h.
Tabung-tabung yang tidak lulus pengujian harus ditolak.
i.
Perubahan permanen dari hasil pengujian hydraulic tidak boleh lebi dari 10%
j.
Tabung yang ditolak, dapat dilakukan perbaikan, misalnya perbaikan dengan pengelasan. Setiap pengelasan atau perbaikan harus dilakukan sesuai prosedur tertulis.
k.
Seluruh tabung-tabung yang telah diperbaiki, harus dilakukan uji ulang sesuai ketentuan diatas. Bila tabung sudah 2 (dua) kali diuji dan hasilnya tetap gagal, maka tabung dinyatakan tidak laik.
5.5.3. Pemeriksaan visual internal Setelah seluruh sisa cairan residu dan gas dikeluarkan dari tabung, dilakukan pemeriksaan internal dari berbagai korosi dan cacat-cacat fisik lainnya yang berdampak kepada integritas tabung. Pemeriksaan visual internal yang aman dapat menggunakan sistem penerangan yang menggunakan cahaya dengan lampu voltase rendah dan gas proof. Pembersihan bagian dalam tabung bisa dilakukan pembersihan secara mekanis dan kotoran-kotoran atau benda-benda asing harus dihilangkan. Bagian internal tabung yang menunjukkan adanya tanda-tanda korosi internal , harus dihilangkan sesuai kriteria penerimaan atau penolakan pada Tabel-2. 5.5.4. Uji Kebocoran dan Uji Proof Pneumatik (Pneumatic proof test and leak test) a.
Tabung harus diuji di dalam ruang berdinding yang aman untuk melindungi dari pecahan akibat tekanan pneumatik.
b.
Pengecatan ulang sebelum dilakukan pengujian sebaiknya terbatas untuk lapisan primer. Pelapisan akhir harus dilakukan setelah pengujian dengan tujuan tidak untuk menutupi potensi kebocoran.
c.
Tekanan uji pneumatik harus ditentukan sebelum pengujian dimulai. Besarnya tekanan uji pneumatik harus sama dengan tekanan uji hidrostatik.
d.
Tabung-tabung harus diisi dengan media untuk pengujian pneumatik dan tekanan ditahan selama 5 s.d. 7 detik sampai pengujian selesai.
e.
Jika peralatan uji dilengkapi dengan katup pengaman (pressure relief valve), jarak pengamanan harus dijaga antara tekanan uji pneumatik dan tekanan setting dari pressure relief valve. Jika diperlukan pressure relief valve dilepas dan ujungnya ditutup selama pengujian.
f.
Tekanan dapat diturunkan selama pemeriksaan kebocoran. Penurunan tekanan sebaiknya tidak kurang dari kenaikan tekanan pada temperatur acuan yang -7-
diberikan dalam standar desain. Jika pressure relief valve dilepas, katup tersebut sebaiknya dipasang kembali sebelum pengujian. g.
Pengecekan kebocoran harus dilakukan dengan cara direndam keseluruhan ke dalam air atau metode lain yang setara.
h.
Tabung yang tidak lulus tes dapat direkondisi atau di scrap.
5.5.5. Uji Kebocoran Pneumatic (Pneumatic Leak Test) a.
Pengecatan ulang sebelum dilakukan pengujian sebaiknya terbatas untuk lapisan primer. Pelapisan akhir harus dilakukan setelah pengujian dengan tujuan tidak untuk menutupi potensi kebocoran.
b.
Tabung harus diisi media uji pneumatik, misalnya gas bumi, udara, nitrogen atau dengan sejumlah kecil LPG.
c.
Pengecekan kekedapan gas dapat dilakukan terhadap adanya kebocoran dari setiap bagian dari tabung atau dari peralatannya.
d.
Pengecekan kebocoran harus dilakukan dengan cara direndam keseluruhan ke dalam air atau metode lain yang setara.
e.
Tabung yang tidak lulus tes dapat direkondisi atau di scrap.
f.
Tabung yang direkondisi dapat dilakukan uji ulang dengan tahapan pemeriksaan seperti dijelaskan diatas.
5.5.6. Uji Ekspansi Volumetrik a.
Tabung ditempatkan pada tempat yang dilengkapi pelindung air untuk dilakukan pengukuran ekspansi dan boleh diberi tekanan dengan air, minyak tanah atau media cair lain yang memungkinkan.
b.
Tabung dikosongkan dari adanya cairan dan tekanannya dihilangkan dengan kondisi yang terkontrol dan aman sebelum proses pengujian.
c.
Tabung-tabung dengan katup yang tidak berfungsi dipisahkan ke suatu tempat yang aman untuk penggantian.
d.
Katup harus dilepas dari tabung untuk kegiatan pemeriksaan internal.
e.
Tabung harus ditempatkan dalam suatu kubangan air dilengkapi dengan alat pengukur ekspansi dan diberi tekanan dengan menggunakan air, minyak tanah atau cairan lain yang sesuai.
f.
Seluruh peralatan uji, termasuk pipa flexible tubing, katup-katup, fitting dan komponen pendukung pengujian didesain untuk mampu menahan tekanan 1,5 kali dari tekanan maksimum uji tabung. Flexible tubing harus memiliki karakteristik yang tidak dapat patah.
g.
Alat pengukur tekanan harus terkalibrasi dan diperiksa keakuratannya dengan -8-
menggunakan Master pengukur tekanan. h.
Master pengukur tekanan harus dikalibrasi sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
i.
Seluruh sambungan dalam sistem dipastikan tidak bocor.
j.
Alat pengukuran ekspansi harus memiliki akurasi ± 2 % atau lebih baik.
k.
Tekanan pengujian harus ditetapkan dari tekanan uji yang tercantum pada tabung.
l.
Tekanan tabung dinaikkan secara perlahan sampai tekanan uji tercapai. Selanjutnya tabung diisolasi dari unit pompa.
m. Tekanan uji ditahan sekurang-kurangnya 30 detik hingga pengujian selesai. n.
Jika terdapat kebocoran dalam sistem tekanan, harus dilakukan koreksi dan tabung diuji ulang.
o.
Tabung tidak boleh menunjukkan ekspansi tetap yang lebih besar dari 10% dari ekspansi maksimumnya.
5.6. Pemeriksaan ulir tabung Bilamana katup dilepas selama pelaksanaan pemeriksaan berkala, ulir pada tabung harus dilakukan pemeriksaan berikut ini: a.
Ulir bagian dalam dari tabung harus dilakukan pemeriksaan secara visual untuk memastikan ulir-ulir dalam bentuk yang sesuai dan bersih. Ulir harus dicek terhadap cacat retak dan kerusakan ulir lainnya.
b.
Ulir bagian luar dari cincin leher untuk kebutuhan operasi, harus dilakukan pengujian terhadap integritas dan kemungkinan adanya kerusakan pada ulir.
c.
Bila memungkinkan dan memenuhi persyaratan desain, kerusakan pada ulir boleh diperbaiki oleh personil yang mampu.
d.
Setiap 5 (lima) tahun sekali katup harus diganti dengan yang baru dan memenuhi persyaratan pengujian katup atau sesuai dengan standar yang diakui.
e.
Jika katup, sebelum 5 (lima) tahun beroperasi dan secara pemeriksaan visual masih dalam keadaan baik, maka katup tetap dapat dipergunakan.
f.
Apabila katup, sebelum 5 (lima) tahun beroperasi dan secara pemeriksaan visual tidak memenuhi persyaratan pengujian, maka katup harus diganti dengan yang baru.
g.
Katup dinyatakan memenuhi persyaratan, bilamana telah lulus dari :
pemeriksaan visual
uji kebocoran (tekanan uji : 18,6 kg/cm2 )
uji tekanan katup mulai membuka pada tekanan 375 psi (2,59 Mpa) dengan toleransi 10%. -9-
h.
uji tekanan katup menutup penuh pada tekanan tidak kurang dari 257 psi (1,77 Mpa).
Katup yang tidak lulus uji dinyatakan tidak laik.
5.7. Kegiatan Tahap Akhir Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir, adalah: a.
Setelah dilakukan uji hydraulic, dilakukan tindakan yang tepat untuk mencegah terjadinya korosi internal.
b.
Udara yang masih ada di tabung harus dikeluarkan, misalnya dengan cara pemindahan. Tabung tidak boleh dalam keadaan terbuka tanpa katup atau pelindung untuk setiap periode selain yang dipersyaratkan untuk hal-hal utama dari kegiatan maintenance.
c.
Penimbangan tabung harus dilakukan kembali jika ada kegiatan modifikasi, repair atau penggantian katup yang dilakukan kepada tabung.
d.
Katup yang laik untuk digunakan harus dipasang ke tabung menggunakan material seal dan dengan tenaga putaran/torsi yang sesuai untuk menjamin seal yang dilekatkan diantara katup dan tabung. Tenaga putaran/torque yang digunakan harus mempertimbangkan ukuran, bentuk dan tirus dari ulir, material katup dan type/cara pemberian seal.
5.8. Penandaan/Marking Setelah seluruh pemeriksaan berkala dilakukan dengan lengkap, setiap tabung diberi penandaan (marking) yang mudah dibaca dan tahan lama, dengan informasi minimum sebagai berikut : a. Tanggal pemeriksaan, b. Tanggal pemeriksaan berkala berikutnya. c. Berat tabung kosong.
5.9. Tabung Tidak laik Tabung yang dinyatakan tidak laik tidak boleh diedarkan. Berikut ini, metode-metode yang dapat dilakukan oleh personil dari badan usaha untuk melakukan penghancuran tabung yang tidak laik : a.
Tabung dihancurkan dengan menggunakan peralatan mekanik yang ditentukan.
b.
Dilakukan pemotongan pada leher tabung secara tidak teratur -10-
c.
Dilakukan pemotongan tabung menjadi dua atau lebih secara tidak teratur
d.
Dilakukan pemecahan terhadap tabung, dengan cara yang terkontrol dan aman.
5.10. Rekaman dokumen Badan Usaha harus menyimpan dan memelihara seluruh rekaman termasuk sistem kualitas, laporan-laporan hasil pemeriksaan dan data pengujian, data kalibrasi dan laporan-laporan terkait kualifikasi atau persetujuan personil. Laporan-laporan hasil pemeriksaan dan data hasil pengujian harus disimpan dan dipelihara oleh Badan Usaha sekurang-kurangnya sampai dengan tanggal pengujian ulang berikutnya ditambah 5 (lima) tahun. Laporan hasil pemeriksaan berkala dan data pengujian dapat mencakup untuk 1 (satu) tabung atau lebih. Bila laporan hasil pemeriksaan tabung akan diterbitkan secara individu, sekurangkurangnya informasi berikut harus tersedia : a.
Nomor seri tabung
b.
Berat dan kapasitas tabung
c.
Tekanan uji
d.
Tipe dan hasil pengujian (lulus atau gagal)
e.
Tanggal uji ulang
f.
Detail dari setiap perbaikan yang dibuat pada tabung
g.
Nama pabrikan pembuat tabung
h.
Spesifikasi pembuatan tabung
i.
Ukuran dan kapasitas air.
5.11. Kualifikasi Personil Kualifikasi personil yang dimaksudkan dalam pedoman teknis ini mencakup persyaratan yang harus dipenuhi sesuai dengan standar yang ditetapkan, yaitu : a. Pengetahuan tentang produk LPG dan bahayanya. b. Memiliki pemahaman tentang tabung LPG. c. Pengetahuan tata cara mengatasi keadaan darurat d. Prosedur pengujian tabung LPG e. Pelatihan harus diberikan secara berkala dan terdokumentasi.
-11-
5.12. Pengawasan Instansi teknis sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya melakukan pengawasan terhadap mutu Tabung LPG yang beredar. Bilamana diperlukan, Instansi teknis dapat menunjuk lembaga inspeksi untuk melakukan pengawasan tabung LPG yang beredar sesuai dengan lingkup pada pedoman ini. 6.
PEMERIKSAAN TABUNG BARU
Untuk tabung LPG baru yang akan diserahterimakan dari Pabrikan kepada Badan Usaha, maka jenis pemeriksaan minimum yang harus dilakukan oleh personil dari Badan Usaha dapat dilakukan secara sampling atau penuh terhadap tabung LPG sebelum dilakukan pengisian LPG, adalah: a. Pemeriksaan dokumen serah terima barang, antara lain dokumen hasil pembuatan dan pengujian yang dikerjakan oleh pabrik pembuat termasuk sertifikat material dan sertifikat kalibrasi. b. Pemeriksaan visual bagian luar tabung mencakup kondisi cat dan pemeriksaan tabung dari adanya kerusakan selama proses pengiriman. c. Pemeriksaan dimensi tabung, termasuk berat tabung. d. Pemeriksaan penandaan/marking tabung. e. Pemeriksaan kebocoran.
-12-
LAMPIRAN Kumpulan Tabel Tabel 1. Kriteria penolakan tabung akibat kerusakan fisik pada dinding tabung Kerusakan
Deskripsi
Batasan penolakan
Tonjolan (Bulge)
Terlihat adanya tonjolan/ Ditolak untuk semua kasus pembengkakan pada tabung
Penyok (Dent)
Adanya tekanan pada tabung, Jika kedalaman penyok menyebabkan terjadinya kerusakan melebihi 25% dari lebar lapisan metal, dan lebarnya pada sepanjang area/ point (a) sepanjang area/point melebihi 2% dari diameter luar tabung.
Terpotong atau tercongkel (Cut or gouge)
Adanya bekas/ jejak congkelan benda tajam yang mengakibatkan baja berkurang.
• Jika perhitungan awal tebal dinding diketahui : dimana kedalaman dari takik atau gouge tersisa kurang dari tebal dinding minimum yang dihitung • Jika perhitungan awal ketebalan dinding tidak diketahui : ditolak untuk semua kasus
Pertemuan antara lubang atau gouge (Intersecting cut or gouge)
Adanya titik temu dari 2 (dua) atau Ditolak untuk semua kasus lebih lubang dan/atau gouge
Penyok yang mengandung takik dan gouge(Dent containing cut of gouge)
Sebuah tekanan pada tabung yang Bila ukuran penyok atau mengakibatkan terjadinya lubang atau takik atau lubang/gouge melebihi ukuran rijek gouge. sebagai cacat individu
Retak (Crack)
Ada celah atau robekan pada dinding Ditolak untuk semua kasus tabung
Laminasi (Lamination)
Lapisan dari material dinding tabung yang telihat seperti ketidkasesuaian/discontinuity, retak, lap atau bulge pada permukaan.
Ditolak untuk semua kasus
Catatan: (a) Lokasi dan tampilan dapat dipertimbangkan sebagai bahan evaluasi untuk penyok (dents) -13-
Tabel 2. Kriteria penolakan tabung akibat korosi pada dinding tabung Kerusakan
Uraian
Batasan Rijek/penolakan
Lubang korosi terisolasi (Isolated corrosion pits)
Lubang pada metal yang terjadi pada area isolasi terkonsentrasi tidak melebihi 1 pit per 500 mm2 dari permukaan area
Bila kedalaman memiliki ciri-ciri pits melebihi 0.6 mm (kedalaman terbesar dapat diterima asalkan kedalaman korosi dari tebal dinding tidak kurang dibawah minimum tebal dinding yang dihitung)
Korosi Area (Area Corrosion)
Pengurangan tebal dinding pada area tidak melebihi 20% dari permukaan termasuk pada bagian akhir tabung (atas dan bawah)
Bila kedalaman penetrasi dari banyak lubang/pits melebihi 0.4 mm (kedalaman terbesar dapat diterima asalkan kedalaman korosi dari tebal dinding tidak kurang dari minimum tebal dinding yang dihitung)
Korosi Umum (General Corrosion)
Pengurangan ketebalan dinding dari area melebihi 20 % dari permukaan tabung.
Bila kedalaman penetrasi dari banyak lubang/pits melebihi 0.2 mm (kedalaman terbesar dapat diterima asalkan kedalaman korosi dari tebal dinding tidak kurang dari minimum tebal dinding yang dihitung)
Chain pitting atau garis atau korosi terusan (Chain pitting or line or channel corrosion)
Rangkaian dari lubang2 /pit atau kavitasi rusak yang dibatasi lebar dengan panjang atau korosi berbentuk lingkaran/circum
1. Bila total panjang korosi pada sepanjang arah melebihi 50 % dari keliling tabung 2. Bila kedalaman penetrasi melebihi 0.4 mm (kedalaman terbesar dapat diterima asalkan kedalaman korosi dari tebal dinding tidak kurang dari minimum tebal dinding yang dihitung) 3. Bila kedalaman korosi tidak dapat diukur
Korosi Celah (Crevice corrosion)
Korosi retak umumnya terjadi pada area yang berhubungan dengan cincin kaki berhubungan dengan tabung.
-14-
Bila kedalaman penetrasi melebihi 0.4 mm atau bila kedalaman korosi tidak dapat diukur.
Tabel 3. Kriteria penolakan tabung akibat kerusakan lain Kerusakan
Uraian
Batasan Rijek/Penolakan
Tutup tertekan (Depressed bung)
Kerusakan pada tutup karena adanya perubahan/alterasi profil dari tabung
Ditolak untuk semua kasus, atau batasan level dari deviasi depresi/ penyimpangan dapat diterima sesuai persetujuan dari instansi yang berwenang.
Terbakar akibat goresan atau torch (Arc or torch burns)
Terbakarnya logam dasar dari tabung, hardened area terpengaruh panas (HAZ), tambahan material lasan yang tidak sesuai atau penghilangan material dengan cara scarfing atau cratering.
Ditolak untuk semua kasus
Kerusakan akibat kebakaran (fire damage)
Terjadi pemanasan berlebih secara umum atau pada lokasi tertentu dari tabung, yang diakibatkan oleh:
Ditolak untuk semua kasus
• Pemanasan cat • Kebakaran pada logam • Perubahan bentuk/distorsi tabung • Melelehnya bagian-bagian dari katup baja • Mencairnya komponenkomponen plastik, misalnya penutup atau seal plastik
-15-