Pedoman Pembangunan dan Pengembangan
TAMAN SAINS DAN TEKNOLOGI (Science Technology Park)
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2015
Nawa Cita ke-6: Membangun sejumlah Science dan Techno Park di daerah-daerah, politeknik dan SMK-SMK dengan prasana dan sarana dengan teknologi terkini.
Kata Pengantar Assalammualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
“Pengembangan STP dalam rangka hilirisasi Iptek harus berkelanjutan, jangan sampai menggarami air laut” (Rakor STP Nasional, Jakarta, 6 Pebruari 2015) “STP adalah kawah Candradimuka bagi para peneliti dalam menghilirkan hasil risetnya” (Rakernas Kemenristek-Dikti, Jakarta, 26 Pebruari 2015).
Pengembangan Taman Sains Teknologi (science technology park) merupakan langkah strategis bangsa dalam mendorong hilirisasi hasil riset dan teknologi untuk dapat segera dimanfaatkan sepenuhnya dalam proses industrialisasi. Pengembangan taman ini merupakan bagian visi misi Presiden RI sebagaimana dalam Nawa Cita ke 6 : membangun sejumlah science and techno park di daerah-daerah, politeknik dan SMK-SMK dengan prasarana dan sarana dengan teknologi terkini. Berdasar International Association of Science Park (IASP), Taman Sains Teknologi merupakan “sebuah organisasi yang dikelola oleh profesional khusus, tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menguatkan peran iptek dalam pembangunan ekonomi dengan mempromosikan budaya inovasi dan daya saing usaha terkait, serta lembaga-lembaga berbasis pengetahuan. Ke depan, dalam kurun waktu RPJMN 2014-2019 akan dikembangkan 100 buah Taman Sains Teknologi di seluruh wilayah Indonesia. Dengan maksud untuk memberikan panduan mengenai tahapan pembangunan dan pengembangan kawasan sains teknologi ini, maka disusunlah dokumen ini. Dokumen Pembangunan dan Pengembangan Taman Sains Teknologi ini merinci penjelasan tentang konsepsi Taman Sains Teknologi baik terkait mengenai definisi, arah pengembangan, lingkup aktivitas dan beberapa pengaturan inisiator, ownership serta peran beberapa pelaku terkait (Kementerian/Lembaga, Daerah, Perguruan Tingi dan Masyarakat). Tahapan pembangunan yang terbagi dalam tahapan persiapan, tahapan pembangunan dan tahapan pengembangan Taman Sains Teknologi juga dijelaskan sebagai sebuah panduan prosedur pelaksanaan. Dan pada bagian akhir dokumen, disampaikan juga mengenai indikator ukuran kinerja atas keberhasilan pencapaian target pengelolaannya. Kami berharap rancangan norma, standar, prosedur dan kriteria yang dikembangkan sebagai panduan dalam dokumen ini dapat bermanfaat bagi segenap pelaku terkait, sehingga ke depan dapat mendorong tumbuh berkembangnya Taman Sains Teknologi ini. Harapan akhir dari pembangunan dan pengembangan Taman Sains Teknologi ini tentunya diabdikan untuk meningkatkan perekonomian nasional dan daerah melalui proses pemanfaatan hilirisasi hasil riset yang telah dikembangkan oleh seluruh lembaga litbang dan perguruan tinggi selama ini. Akhirnya, kami sampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu dalam penyelesaian dokumen Pembangunan dan Pengembangan Taman Sains Teknologi. Terus kembangkan semangat hilirisasi hasil riset melalui pengelolaan Taman Sains Teknologi. Wassalammualaikum wa rahmatullahi wabarakatuh Prof. H. M. Nasir, M.Si. Ph.D.Ak. Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
BATASAN ISTILAH
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Keberadaan Taman Sains Teknologi di daerah merupakan indikator kunci bagi tumbuh berkembangnya model Sistem Inovasi Daerah (SIDa), yang ditandai dengan segenap unsur inovasi di daerah yakni perguruan tinggi, lembaga litbang, badan usaha, dan lembaga penunjang; saling bersinergi satu sama lain secara intensif dalam suatu kawasan. Dibutuhkan panduan yang berfungsi sebagai pedoman dalam pembangunan dan pengembangan Taman Sains dan Teknologi. Oleh karenanya, pedoman ini disusun sebagai dokumen yang integratif serta mendukung bagi langkah-langkah strategis dan implementatif . Pedoman yang dimaksudkan sebagai uraian penjelasan terkait norma, standar, prosedur dan kriteria ini akan menguraikan pengaturan terkait konsepsi Taman Sains dan Teknologi, tahapan pembangunan dan pengembangan, serta kriteria pengukuran kinerja. Dengan demikian diharapkan dapat menjadi panduan dan pegangan bagi segenap komponen lembaga litbang, perguruan tinggi, daerah dan masyarakat yang terlibat aktif dalam mendukung pengelolaan Taman Sains Teknologi.
RUANG LINGKUP 1.
TUJUAN DAN SASARAN Tujuan: a. Sebagai referensi dalam pengembangan Taman Sains Teknologi di Indonesia; b. Sebagai pedoman mendirikan dan mengembangkan Taman Sains Teknologi. Sasaran: a. Tercapainya kesamaan persepsi terkait Taman Sains Teknologi di Indonesia; b. Terwujudnya Taman Sains Teknologi di berbagai daerah sesuai pengembangan potensi daerah dan mendukung perekonomian daerah.
2.
Norma dan Standar :
a. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan b. Definisi, Lingkup Fungsi dan Tingkatan Maturitas Taman Sains Teknologi c. Kelembagaan Taman Sains Teknologi (Peran Pemerintah Daerah, Ownership, Initiator dan Organisasi Manajemen) d. Exit Policy Kelembagaan
Prosedur Pembangunan dan Pengembangan Taman Sains Teknologi
a. Tahapan Persiapan (: pemetaan aktor-stakeholder, studi kelayakan dan penguatan komitmen) b. Tahapan Pembentukan (: penyusunan kelembagaanmanajemen operasional, penyusunan rencana induk, penyusunan rencana aksi, dan penyiapan infrastruktur) c.Tahapan Pengembangan (:inkubasi , pengembangan kapasitas SDM, konsultasi& bimibingan teknis)
3. Kriteria Pengukuran Kinerja Taman Sains
Teknologi
a. Dimensi Pengukuran Kinerja : Relevansi, Keberlanjutan dan Kemandirian b. Maturitas dan Pemeringkatan Kinerja c. Pelaporan Kinerja
KONSEPSI
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN
Beberapa prinsip penting dalam strategi pembangunan Taman Sains Teknologi ini sesuai dengan arahan Kementerian Perencanaan Pembangunan/Bappenas, antara lain (1) Taman Sains Teknologi merupakan wahana mendukung upaya peningkatan ekonomi daerah, (2) berbasis pada hilirisasi iptek dan inovasi, (3) mengedepankan upaya relevansi dan peningkatan pengelolaan potensi daerah, (4) mengintegrasikan proses produksi (on farm) dengan kegiatan pengolahan dan pemasaran (off farm), (5) mampu memberikan layanan pelatihan, inkubasi bisnis, dan magang bagi UKM dan Industri Rumah Tangga, (6) manajemen lembaga pengelola didasarkan atas asas profesional dan memiliki kompetensi , (7) menekankan aspek keberlanjutan (sustainability) baik pada aspek kelembagaan maupun SDM yang tangguh, (8) Dirancang untuk mencapai target kinerja sebagai sebuah lembaga yang mandiri (bukan cost center), (9) perencanaan dan pengelolaan kawasan atas dasar permasalahan riil atas hilirisasi hasil riset yang dihadapi dari bawah (kabupaten/kota) , (10) harus didukung oleh pemerintah daerah baik dalam hal penyediaan infrastruktur dasar (jalan, jaringan listrik, jaringan irigasi) maupun sarana pendukung lainnya., dan (11) dalam pengembangannya didukung penuh oleh perguruan tinggi setempat sebagai resource knowledge.
Type
Karakteristik Fisik
Fokus
Contoh
A. Science / Technology Park : Property-based initiative
DEFINISI, LINGKUP FUNGSI, DAN TINGKAT MATURITAS
Incubation Center
Pengembangan dalam ruang terbatas
Terutama ditujukan untuk perusahaan pemula (start-up firmns)
- CNU Incubation Centre - Dortmund Technology Center (Jerman)
Science / Techno Park
Area/kawasan lebih besar
R&D (dengan produksi terbatas)
- Dortmund TP (Jerman) - Cambridge Research Park (UK)
Research Park
Area/kawasan lebih besar
R&D Dasar (sampai tahap prototype)
Surrey Research Park (UK)
B. Technopolis : Urban Development Science City
Penciptaan pemukiman baru (kota baru)
R&D Dasar
- Tsukuba (Jepang) - Daedeok (Korea)
Technopolis
Penciptaan pemukiman baru termasuk aktivitas produksi
Produksi teknologi tinggi
- Kumamoto (Jepang) - Hsinchu (Taiwan) - Sophia Antipolis (Perancis)
Regional InnovationClu ster
Pengembangan Technopolis dan Science park secara kluster di wilayah tertentu
Klaster innovasi dan enteurpreneur dalam satu wilayah
- Daedeok Innopolis (Korea) - Multimedia Super Corridor (Malaysia)
Kolaborasi R&D Berkelanjutan Inkubasi Bisnis dan Spin Off Value Added Product
III National - STP
II
Science Techno Park (STP) • STP
I
Science Park (SP)
Techno Park (TP) Pusat Penerapan Teknologi untuk Mendorong Perekonomian di Kabupaten/Kota.
Paket dan Solusi Teknologi Terkini
• Kolaborasi Riset • Inkubasi dan Spin Off • Layanan Teknologi
• Pusat Pengembangan SainsTeknologi Maju
aktivitas- fungsi ! !
Inkubasi bisnis. Penerapan langsung ke pelaku ekonomi/petani.
!
!
Penyedia pengetahuan dan solusi teknologi terkini Kepada masyarakat (level propinsi).
!
!
!
Memfasilitasi inkubasi dan proses spin-off perusahaan pemula. Wahana kolaborasi R&D antar PT, lemlitbang dan industri Menyediakan layanan teknologi lainnya (menarik industri ke dalam kawasan).
Fungsi STP + Pusat pengembangan sains dan teknologi maju;
Garis Besar Model Pengembangan Taman Sains Teknologi
Tidak ada bentuk baku kelembagaan sebuah Taman Sains Teknologi. Namun yang perlu diperhatikan adalah karena karakter dasar kelembagaan menyangkut integrasi dari berbagai fungsi layanan dalam satu kawasan, oleh karenanya Taman Sains Teknologi harus dikelola secara profesional.
2.3. KELEMBAGAAN TAMAN SAINS TEKNOLOGI
Secara umum, kriteria kelembagaan Taman Sains Teknologi yang ideal akan membutuhkan beberapa faktor pendukung antara lain (1) dukungan kuat pemerintah daerah dan universitas/ lemlitbang (sebagai owner sekaligus inisiator), (2) dukungan industri (industri jangkar atau bapak angkat) sebagai basis investasi, pasar dan pelaku usaha, (3) tersedianya lahan dan infrastruktur dasar, (4) terbentuknya organisasi (Satker Daerah) yang fleksible, sehingga mampu membuat pengelola Taman Sains Teknologi yang mandiri, (5) tersusunnya manajemen profesional yang mampu menjalankan program sehingga mampu meningkatkan aspek relevansi, berkelanjutan dan kemandirian, serta (6) terbangunnya komitmen jangka panjang daerah bagi tersedianya biaya operasional yang kontinyu (RPJMD). Businness Process dan Produk dari Taman Sains Teknologi harus berdasarkan pada potensi dan keunggulan daerah dan diabdikan untuk turut menyelesaikan permasalahan di daerah (misalnya : kemiskinan, pengangguran). Oleh karenanya, komitmen jangka panjang pemerintah daerah menjadi faktor kunci bagi suksesnya program prioritas nasional ini. Pemerintah Daerah juga berperan dalam penyediaan lahan, sharing pendanaan dan fasilitasi dalam pembangunan Taman Sains Teknologi. Program Pembangunan dan Pengembangan Taman Sains Teknologi ini harus diintegrasikan dalam program pembangunan SIDa, dan tercantum dalam dokumen perencanaan daerah (RPJMD dan RPJPD).
Perlu dibangun kesadaran bahwa ownership utama Taman Sains Teknologi adalah kelembagaan daerah, baik pemda, perguruan tinggi daerah, maupun DPRD, sehingga pengembangan Taman Sains Teknologi didasarkan pada potensi daerah, berbasis sumber daya daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan/ pembangunan ekonomi daerah. Dengan demikian, pengembangan Taman Sains Teknologi relevan dengan kebutuhan daerah. Lebih lanjut terkait dengan initiator pembangunan dan pengembangan Taman Sains Teknologi, beberapa pointer pengaturan dalam dokumen ini disampaikan sebegai berikut : 1. Inisiator awal/utama adalah Pemerintah Daerah, yang mendapat dukungan penuh dari masyarakat (DPRD), sehingga bersifat nir-personal dan sistemik dalam dokumen perencanaan jangka penjang pembangunan daerah. Sehingga sesuai dengan karakter ownership Taman Sains Teknologi, yakni kelembagaan daerah. 2. Inisiator lain adalah PT setempat/lemlitbang, yang memberikan dukungan basis knowledge (science-technology-research) dan SDM. 3. Inisiator industri, sebagai industri jangkar, akan mengokohkan Taman Sains Teknologi 4. Minimal dua inisiator pemda dan PT, dalam bingkai triple-helix. Alternatif bentuk kelembagaan yang dapat dipilih antara lain : 1. Unit Pelaksana Teknis (UPT) dibawah salah satu SKPD, 2. Lembaga teknis daerah setingkat SKPD/Kantor 3. Badan Usaha Milik Nasional/Daerah. Bentuk pengembangan kelembagaan sebagaimana dijelaskan di atas, dapat dilakukan secara bertahap, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Pilihan bentuk kelembagaan STP yang disampaikan diatas (BLU ataupun BUMD), terkait dengan sifat pengelolaan STP yang professional, efisien, efektif dan cenderung non birokratis. Adapun syarat dan ketentuan pembentukan BUMD dan PPK-BLUD bisa dilihat pada Peraturan Mendagri Nomor 3 Tahun 1999 tentang Bentuk Hukum BUMD, dan PP No 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
Bentuk Kelembagaan, Initiator, Ownership
EXIT POLICY KELEMBAGAAN TAMAN SAINS TEKNOLOGI
TAHAPAN
TAHAPAN PERSIAPAN
Tahap Identifikasi Aktor dan Stakeholders
Pada tahap ini, dilakukan serangkaian diskusi, seminar, workshop dengan menghadirkan pakar / pelaku Taman Sains Teknologi yang telah sukses. Tujuannya untuk menggali informasi dan pengalamanpengalaman dalam pengembangan Taman Sains Teknologi sebagai bagian dari proses transfer pengetahuan. Kegiatan diharapkan melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang akan terlibat dalam pengembangan, baik dari unsur pemerintah, perguruan tinggi, lembaga litbang, pelaku bisnis / asosiasi pengusaha, maupun representasi masyarakat. Pelibatan stakeholder sejak tahap awal sangat penting agar terjalin kesepahaman sekaligus tanggungjawab dari semua pihak dalam pengembangan ke depan. Tahapan ini juga sebagai wahana tukar pikiran (brainstorming) terkait bidang fokus teknologi dan industri yang akan didukung oleh STP yang akan dibangun, dengan mempertimbangkan berbagai aspek seperti komoditas unggulan lokal, rencana pengembangan industri, rantai pasokan, budaya masyarakat, serta jenis wirausaha yang ada di daerah sekitar. Output dari tahap persiapan ini adalah Surat Keputusan dari Kepala Daerah tentang Tim Teknis Pendirian Taman Sains Teknologi yang beranggotakan semua stakeholder (ABG+C) untuk menyusun, studi kelayakan, masterplan, business plan dengan fokus teknologi, bentuk kelembagaan, penyiapan SDM pengelola, tahapan dan jadwal pembangunan infrastruktur, serta rancangan
operasional dimulainya layanan dan fungsi Taman Sains Teknologi. Pada prinsipnya, terdapat empat faktor kunci dalam Taman Sains Teknologi, yaitu: (1) Source of Innovation; (2) Human ware ; (3) Software; dan (4) Hardware. Source of Innovation dalam konteks Taman Sains Teknologi ini berasal dari aktivitas penelitian dan pengembangan (litbang) yang dilakukan oleh perguruan tinggi atau lembaga litbang. Faktor sumberdaya manusia di STP terkait erat dengan proses bisnis yang dijalankan di dalamnya. Diperlukan SDM yang qualified untuk menjalankan aktivitas intermediasi serta inkubasi teknologi dan bisnis, membangun jejaring kewirausahaan, spinoff, serta penumbuhan perusahaan/IKM berbasis inovasi. Sementara itu, Software yang dimaksud dalam hal ini adalah segala aspek terkait pengaturan dan pengelolaan (manajemen) yang mencakup organisasi, pengembangan jejaring, sistem kolaborasi, dukungan finansial, pemasaran, program pelatihan, serta sistem pemanfaatan ruang/tanah di STP. Dan akhirnya hardware merupakan infrastruktur yang harus direncanakan dan disediakan sedemikian rupa sehingga mendukung tercapainya tujuan pembangunan STP.
Tahap Pelaksanaan Quick Assessment
Pelaksanaan quick assessment merupakan tahapan mengetahui kondisi awal lokasi yang bakal dibangun dan dikembangkan Taman Sains Teknologi. Dilaksanakan di awal dalam tahapan persiapan, diharapkan dapat mengidentifikasi potensi unggulan daerah, kekuatan daya dukung daerah (kelembagaan dan sumber daya) dan potensi pengembangan ke depan. Untuk itu, beberapa kriteria dukungan data dan informasi yang disiapkan terutama data dan informasi awal kondisi daerah, antara lain daerah dalam angka, RPJM Daerah dan beberapa rancangan strategis yang sedang dan akan dilaksanakan daerah. Penguatan informasi yang dihasilkan dalam tahapan quick assessment ini dijadikan pegangan awal untuk melakukan koordinasi secara lebih intensif untuk persiapan studi kelayakan dan pada akhirnya penyiapan naskah masterplan. Quick assessment juga dilakukan untuk koordinasi awal dengan pihak terkait di daerah.
Setelah mendapatkan kesepahaman serta pengetahuan yang sama tentang STP serta manfaatnya bagi daerah, tahapan selanjutnya adalah menuangkan konsep secara rinci dalam dokumen studi
Tahap Pelaksanaan Studi Kelayakan dan Review Masterplan
kelayakan (feasibility study). Jika diperlukan, studi kelayakan melibatkan pendampingan dari ahli/pakar yang berpengalaman dalam pengembangan STP. Studi kelayakan STP mencakup analisis berbagai aspek, antara lain: - Dokumen AMDAL (Anlisis Mengenai Dampak Lingkungan) yang terdiri dari KA-ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL o Analisis/Survey kondisi daerah; o Analisis area / lokasi pembangunan STP; o Analisis kebijakan industri dan perdagangan; - Dokumen studi kelayakan (feasibility study) o Analisis kebijakan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi baik di tingkat nasional maupun daerah; o Analisis kapabilitas iptek dan inovasi yang ada di daerah yang bersangkutan; o Analisis dukungan kelembagaan, sumberdaya, dan jaringan yang tersedia; o Analisis kelayakan keuangan; o Analisis kelayakan manajerial; o Peramalan (forecasting) manfaat dan dampak pengembangan STP ke depan.
Tahap Penguatan Kesepahaman dan Komitmen
Terdapat enam aspek kunci dari tata kelola STP, yaitu: a) Dukungan penuh dari pemerintah daerah dan para stakeholder b) Bentuk badan hukum yang jelas dari pengelola STP c) Manajemen yang tidak terlalu birokratis d) Tim manajemen yang tangguh, terutama pada tahap-tahap awal berdirinya STP e) Hubungan erat dengan perguruan tinggi, pusat pelatihan dan lembaga-lembaga penelitian f) Hubungan masyarakat yang baik.
Pada dasarnya, STP memberikan layanan kepada pengguna (tenan) dalam bentuk 7-S, yaitu: - Space & Shared : Menyediakan fasilitas kantor bersama (ruang diskusi, laboratorium bagi tenant, showroom, fastel, internet)
- Services : Bimbingan teknis (manajemen, marketing, aspek keuangan, hukum, info perdagangan, dan teknologi) - Support : membantu akses (riset, jaringan profesional, pengembangan teknologi, hubungan internasional, dan investasi) - Skill Development : Memberikan latihan (rencana bisnis, manajemen, kepemimpinan) - Seed Capital : memberikan bantuan akses ke sumber pendanaan dan lembaga keuangan - Synergy : Kerjasama antar tenan, universitas, lembaga riset, usaha swasta, profesioanal, dan masyarakat. - Social Networking : membangun jejaring (melalui seminar, pameran, kunjungan instansi) STP harus mampu menyediakan sarana-prasarana untuk mendukung layananlayanan tersebut. Sarana-prasarana di STP harus dikelola dan dipelihara secara baik, nyaman, dan modern sehingga menjadi daya tarik bagi masyarakat dan pengguna untuk bergabung di STP. Pemerintah daerah memiliki peran yang sangat penting dalam penyediaan, pengelolaan dan pengembangan saranaprasarana dasar STP, khususnya jalan akses, jalan kawasan, drainase dan pengelolaan limbah, infrastruktur air bersih, listrik dan teknologi informasikomunikasi, serta akses transportasi baik orang maupun barang menuju STP. Manajemen STP juga dapat bekerjasama dengan instansi pemerintah maupun swasta dalam penyediaan fasilitas-fasilitas, termasuk mesin-mesin, yang dibutuhkan oleh STP. Kerjasama yang dilakukan dikuatkan melalui penguatan kesepahaman dan komitmen dalam bentuk naskah MoU yang berbasis saling berinteraksi sinergi sesuai dengan kompetensi dan kapasitas yang dimiliki.
TAHAPAN PEMBANGUNAN Tahap Penyusunan Kelembagaan dan Manajemen Operasional
Pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk mendukung Taman Sains Teknologi, yang diinisiasi baik oleh perguruan tinggi, industri, maupun pemerintah/pemerintah daerah. Bentuk kelembagaan Taman Sains Teknologi yang dikelola oleh perguruan tinggi (negeri atau swasta) dan dunia usaha, mengikuti pola dan mekanisme di masing-masing instansi induknya. yang dikelola perguruan tinggi swasta dan dunia usaha, pada umumnya berbentuk Perseroan Terbatas (PT), dapat pula berbentuk yayasan. Sementara itu, untuk STP yang dikelola oleh pemerintah/pemerintah daerah.
Struktur organisasi Taman Sains Teknologi sangat bergantung pada bentuk kelembagaan serta kebutuhan organisasi itu sendiri. Namun, secara umum ada unsur-unsur pokok yang tercermin dalam struktur organisasi yaitu : Unsur Pengawas, Unsur Pimpinan , Administrasi/ketatausahaan dan rumah tangga, Pengembangan infrastruktur/sarana-prasarana, Pelayanan industri, inkubasi teknologi dan bisnis, serta Pengembangan SDM.
3.2.2. Tahap Penyusunan Rencana Induk (Masterplan)
Rencana Induk (Masterplan) adalah dokumen yang memuat uraian arah strategi dan alokasi sumberdaya yang akan digunakan dalam mencapai tujuan pengembangan Taman Sains Teknologi Dalam dokumen masterplan diharapkan bukan saja memuat aspek-aspek fisik Taman Sains Teknologi, namun juga aspek non fisik, yang mengacu kepada dokumen hasil studi kelayakan. Adapun aspek fisik meliputi antara lain (a) gambaran spasial dan topografi wilayah, (b) rencana pemanfaatan ruang (land use plan), (c) rencana tapak (site plan), (d) delinasi kawasan, (e) rencana struktur ruang, (f) rencana tapak, (g) alokasi ruang (zonasi), mencakup zona pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, inkubasi teknologi dan bisnis, area terbuka dan fasilitas umum serta fasilitas pendukung, (h) rencana pengembangan infrastruktur fisik, dan (i) rencana pengembangan Infrastruktur aksesibilitas dan fasilitas transportasi ke dalam kawasan Taman Sains Teknologi. Sedangkan aspek non fisik mencakup antara lain (a) konsep sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga litbang, perguruan tinggi, dunia usaha/industri dan lembaga-lembaga penunjang inovasi, (b) konsep pembiayaan inovasi dalam bentuk insentif riset, insentif pendanaan untuk start-up companies, insentif asuransi teknologim dan lainnya, (c) konsep regulasi kebijakan yang mendorong komersialisasi hasil litbang dan transfer teknologi dari lembaga litbang ke dunia usaha/industri, terutama menyangkut sistem HKI., (d) analisis peran pemerintah pusat serta pemerintah daerah dan stakeholder lainnya dalam pembangunan Taman Sains Teknologi, (e) konsep ekonomi dan bisnis yang akan didukung oleh Taman Sains Teknologi, dikaitkan dengan rencana pengembangan industri strategis daerah setempat, dan (f) kelembagaan/organisasi, manajemen/tata kelola Taman Sains Teknologi, serta aspek regulasi yang diperlukan. Output dari tahap penyusunan rencana induk (masterplan) ini antara lain (a) dokumen rencana atau tahapan pembangunan infrastruktur termasuk asal usul sumber pembiayaannya, tanggung jawab penggunaan dan pengelolaan bangunan dan peralatannya, (b) bentuk kelembagaannya, dan (c) regulasi model kerjasama antara pengelola Tama Sains Teknologi, akademisi, industri, pemerintah daerah/pusat, dan pihak-pihak yang berkepentingan, yang memuat hak, kewajiban dan bentuk-bentuk pertanggungjawaban masingmasing.
Rencana Induk (Masterplan) adalah dokumen yang memuat uraian arah strategi dan alokasi sumberdaya
Tahap Penyusunan Rencana Aksi (Actionplan) Rencana aksi pembangunan Taman Sains Teknologi diturunkan dari dokumen rencana induk (masterplan). Rencana aksi ini meliputi (a) menetapkan Industri yang akan dijadikan mitra dari Taman Sains Teknologi, (b) menumbuhkembangkan IKM baru (start-up) berbasis teknologi; (c) mengembangkan daya tarik investasi, (d) membuat analisis pendapatan dan pengeluaran, (e) menyusun kebijakan-kebijakan pendukung, terkait dengan penyediaan infrastruktur, promosi transfer dan adaptasi teknologi baru, memperbaiki kondisi lingkungan, peningkatan kinerja keuangan dan dukungan teknologi bagi IKM
Tahap Penyiapan Infrastruktur Pada bagian awal tahapan penyiapan infrastruktur, pembagian zonasi strategi dalam pengembangan Taman Sains Teknologi juga perlu ditetapkan, misalnya adanya pembagian 3 zona strategis yaitu: (1) Zona Riset dan pengembangan teknologi informasi, (2) Zona pelatihan dan inkubasi, (3) Zona industri dan Perdagangan. Zona Strategis 1 : Riset dan Pengembang Teknologi informasi, strategi ini memberikan peluang besar peran serta dari Universitas, pendidikan tinggi, lembaga litbang untuk berperan mendorong tersedianya fasilitas di Taman Sains Teknologi untuk mewadahi kegiatan ini, termasuk model pengelolaan yang mulai diaktifka dan sarana teknologi informasi dipersiapkan. Di dalamnya termasuk penyiapan identifikasi hasil pendidikan technopreuner dari universitas beserta konsep produksinya perlu diwadahi. Tugas Taman Sains Teknologi dalam kaitan ini adalah mempersiapkan dengan model pengelolaannya, luasan bangunan kantor dan ruang konsultasi. Zona Strategis 2 : Pelatihan SDM dan Inkubasi, strategi ini adalah kelanjutan dari tahapan zona 1, karena untuk menjalankan suatu kegiatan produksi diperlukan SDM terampil sesuai dengan kompetensi yang diperlukan oleh industri baru tersebut. Fasilitas untuk prainkubasi, inkubasi, dan post-inkubasi memerlukan infrastruktur dengan fasilitas yang memadahi dan bentuk pendampingan yang berbeda untuk setiap fasenya dan juga sarana untuk memberikan pelatihan dan dukungan kepada IKM. Oleh karenanya, Pengelola Taman Sains Teknologi harus kuat dalam mengelola program Inkubatornya. Zona Strategis 3 : Industri dan Perdagangan, zona inilah yang sebenarnya sebagai ajangnya untuk implementasi dari program pasca inkubator. Pengelola Taman Sains Teknologi menyeleksi industri yang bersedia membesarkan dan /atau bermitra dengan industri pemula yang ada di kawasan Taman Sains Teknologi, luasan gedung yang diperlukan dan bidang teknologinya harus disesuaikan, in-line dengan fokus dan rencana strategis bisnis STP.
Secara fisik, fasilitas inkubator bisnis dan teknologi terdiri dari Gedung 1 : Manajemen dan Fasilitas Pelayanan Umum. Area yang akan digunakan sebagai kantor manajemen dan fasilitas umum mencakup terdiri atas (a) Kantor pusat manajemen, (b) Ruang konferensi dan rapat; (c) Kantor pelayanan umum Gedung 2 : Gedung Multi-Tenan. Adalah fasilitas ruang fisik serta fasilitas lain untuk tenan dengan dukungan kelembagaan yang sistematis, seperti memberikan konsultasi manajemen secara professional. Dilengkapi dengan fasilitas khusus untuk mengakomodasi kegiatan penelitian dan pengembangan bisnis – Research & Bussiness Development (R&BD). Gedung 3 : Tempat Produksi Skala Kecil / Percontohan (Pilot Plant) Pilot Plant adalah fasilitas teknologi tinggi untuk memproduksi sejumlah kecil produk. Fasilitas tersebut dirancang untuk menguji atau membuktikan metode yang mungkin digunakan pada saat produksi massal (full scale plan). Pilot plant sangat penting keberadaannya d Inbistek ini karena dapat mengurangi resiko investasi pada metode produksi yang belum teruji. Hal ini membantu tenan untuk menguji proses produksinya sebelum memproduksi produk dalam jumlah besar. Untuk IKM/UKM baru, menggunakan fasilitas pilot plant jauh lebih murah dibandingkan full scale plant. Pilot plant juga dapat memberikan data berharga untuk merancang full scale plant, seperti data ilmiah tentang reaksi kimia atau sifat-sifat material yang kompleks. Data-data tersebut diperlukan untuk memperbaiki desain pada fasilitas skala produksi. Setelah mendapatkan data dari pengoperasian pilot plant, maka fasilitas produksi skala yang lebih besar dapat dibangun di kawasan hi tech industrial park atau kawasan industri yang tersedia di sekitar Taman Sains Teknologi
TAHAPAN PENGEMBANGAN Tahap Pengembangan Inkubasi dan Research-Business Development
Secara umum terdiri atas: a) Proses seleksi tenan; b) Penyediaan fasilitas; c) Pendampingan Bisnis dan Teknologi; dan d) Monitoring dan Evaluasi. a) Proses seleksi tenan Calon tenan yang akan diinkubasi di STP, dipilih berdasarkan berbagai kriteria yang ditetapkan oleh timyang dibentuk. Seleksi dan penilaian dilakukan terhadap proposal yang diajukan oleh calon tenan oleh tim ahli (peer reviewer) yang secara khusus dibentuk. Disarankan, anggota Peer reviewer berasal dari unsur akademisi, pemerintah, dan pelaku usaha. Kriteria penerimaan calon tenan antara lain adalah sebagai berikut : (1). Persyaratan Umum, (a) Kegiatan bisnis yang diusulkan adalah di area teknologi sesuai dengan bidang fokus yang didukung oleh STP, (b) memenuhi definisi bisnis "yang berbasis teknologi" (yaitu yang mengaplikasikan teknologi dalam kegiatan bisnisnya, atau mengkomersialisasikan teknologi itu sendiri; mempekerjakan teknisi, insinyur atau ilmuwan; atau memerlukan R&D untuk menghasilkan produk atau jasa baru ). Adapun (1) Persyaratan Teknis, (a) Usaha yang diusulkan adalah perusahaan, kemitraan atau kepemilikan tunggal, (b) menunjukkan kebutuhan akan jasa inkubator, (c) menunjukkan kemampuan untuk kelangsungan dan pertumbuhan bisnis, serta memiliki rencana bisnis yang cukup visible, dan (d) Pengusaha/calon pengusaha yang mengusulkan proposal tidak diharuskan memiliki latar belakang kewirausahaan. b) Penyediaan fasilitas: Jika fasilitas di Taman Sains Teknologi cukup lengkap, proses inkubasi terhadap tenan dilakukan langsung di Taman Sains Teknologi (in-wall). Namun jika tidak, dapat dilakukan di luarTaman Sains Teknologi (out-wall), dengan memanfaatkan inkubator di perguruan tinggi, lembaga litbang, atau instansi lainnya. Untuk inkubasi yang dilaksanakan secara in-wall bahwa setiap tenan yang telah dinyatakan lulus seleksi, akan diberikan fasilitas berupa ruang kantor berikut fasilitas pendukungnya.
Pengelola Taman Sains Teknologi hanya akan menyediakan peralatan yang bersifat umum yang disimpan di ruang workshop bersama. Peralatan yang bersifat spesifik sesuai kebutuhan tenan, harus disediakan sendiri.STP membantu tenan untuk bisa memanfaatkan fasilitas pengujian tersedia di laboratorium-laboratorium milik lembaga litbang atau perguruan tinggi di sekitar STP. c) Pendampingan Bisnis dan Teknologi Proses penumbuhan dari ide menjadi produk komersial di inbistek pada dasarnya melalui tiga tahapan: pra inkubasi, inkubasi, dan post inkubasi. Tahapan pra inkubasi diarahkan pada penguatan proses kemitraan antar-pihak yang akan terlibat dalam proses berikutnya, baik dari unsur Akademisi/peneliti, pelaku usaha, maupun pemerintah. Aktivitas yang dilakukan antara lain: Technocamp, workshop, seminar, pameran. Kemudian dilakukan proses matching melalui business matching dan busines gathering, dan selanjuntya dilakukan penandatanganan kesepakatan antara tenan dengan pihak terkait.Waktu untuk pelaksanaan tahap pra inkubasi adalah 3-9 bulan. Tahapan inkubasi merupakan proses inti alih teknologi dan bisnis di inbistek. Pada tahap ini tenan sudah menempati fasilitas yang disediakan di STP. Tahapan inkubasi memerlukan waktu antara 3-36 bulan, bergantung kepada tingkat kompleksitas bisnis dan teknologi yang dijalankan. Pelatihan diberikan kepada tenan dengan tujuan untuk membangun kapasitas dan kemampuan bisnis tenan serta membangun jejajring (network) antar- tenan. Materi pelatihan ditekankan pada enterpreneurial training, mencakup (a) Keuangan : Akuntasi dasar, menyusun anggaran, merencanakan laba, penyusunan business plan, (b) Manajemen SDM: Kepemimpinan (leadership), training of trainer, (c) Pemasaran : Kemampuan negosiasi bisnis, Manajemen pemasaran, (d) Produksi: Manajemen Inventori, managing cost and quality, (e) Legal: Hukum bisnis. Mentoring merupakan aktivitas mendampingi tenan dalam mengelola bisnis selama masa inkubasi dengan membuat perencanaan inkubasi dan pendampingan teknis. Pendampingan yang dilakukan menyangkut aspek bisnis dan aspek teknologi. Uji produksi merupakan proses uji coba produksi dalam skala kecil sampai skala pilot, yang bertujuan untuk menemukan teknik dan kondisi produksi yang tepat, sekaligus mengembangkan produk dari skala lab ke skala produksi. Proses uji produksi meliputi tahapan: Persiapan; Review desain/formulasi; Identifikasi kebutuhan bahan, alat, SDM dan pengaturan jadwal; Penyiapan bahan, alat dan SDM; Optimasi kondisi produksi; running uji produksi; dan pengujian produk hingga siap diuji pada konsumen. Uji konsumen atau disebut alpha test adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi pelanggan yang diminta menggunakan contoh produk dan memberikan umpan balik sebagai bahan perbaikan dan
pengembangan produk. Tahapan yang dilakukan meliputi: menentukan jumlah responden; membuatdan menyebarkan kuesioner dengan metode tertentu, contoh dengan metode ‘Kano’; serta membuat analisa dan kesimpulan. Uji jual atau disebut beta test adalah kegiatan penjualan produk untuk mengetahui nilai jual produk, baik kepada pelanggan maupun kepada konsumen baru. Tahapan yang dilakukan meliputi: Menentukan segmen pasar yang potensial; Melaksanakan penjualan produk; Melakukan analisa dan kesimpulan atas laporan penjualan. Sertifikasi adalah kegiatan peningkatan kapasitas legal bagi produk tenan sesuai dengan kriteria yang diinginkan pasar.Sertifikasi dilakukan oleh lembaga-lembaga yang telah ditunjuk, dan difasilitasi oleh STP. Kegiatan ini meliputi tahapan:Identifikasi jenis sertifikasi; survey lembaga terkait, proses dan pembiayaan; serta pelaksanaan sertifikasi. Promosi adalah kegiatan untuk memperkenalkan produk terhadap masyarakat yang lebih luas, memperluas pasar , serta menciptakan potensi kerjasama dengan pihak lain sebagai pengguna produk. Kegiatan promosi diakukan melalui pameran, penerbitan dan penyebarluasan brosur, pembuatan iklan di media cetak maupun elektronik, serta media on-line. Tahap post inkubasi adalah tahapan berikutnya setelah tenan dinyatakan lulus (graduate) dari inkubator. STP dapat menyediakan area khusus bagi perusahaan rintisan yang lahir untuk mengembangkan bisnisnya dengan pola sewa.Jika tidak, maka perusahaan rintisan tersebut dapat mencari lokasi di luar STP, seperti di sentra-sentra industri yang disediakan khusus oleh pemerintah.Meskipun sudah keluar dari STP, perusahaan rintisan tetap menjalin kemitraan dengan STP, bahkan disarankan ikut membantu STP dengan menjadi bapak angkat / angel investor bagi tenan yang sedang dibina. d) Monitoring dan Evaluasi. Monitoring dan evaluasi terhadap tenan dilakukan oleh peer reviewer untuk memastikan bahwa proses inkubasi berjalan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Monitoring dan evaluasi dilakukan minimal sekali dalam 6 bulan.Hasil monev menjadi bahan untuk memutuskan apakah tenan diberikan kesempatan untuk melanjutkan tahapan berikutnya di inkubator, atau gagal dan harus meninggalkan inkubator. Pada tahap akhir inkubasi, hasil monev menentukan apakah tenan dinyatakan lulus (graduate) menjadi perusahaan pemula berbasis teknologi, atau gagal.
Tahap Pengembangan Kapasitas SDM (Capacity Building)
Selain mendorong penciptaan IKM baru berbasis teknologi, Taman Sains Teknologi juga mendukung penyediaan SDM / tenaga kerja terampil untuk industri. Tersedianya tenaga kerja terampil selain menciptakan peluang lapangan kerja bagi masyarakat, juga menjadi solusi bagi peningkatan produktivitas dan daya saing industri. Melalui program ini, STP ikut mendukung percepatan transisi ekonomi berbasis tenaga kerja buruh ke ekonomi berbasis tenaga terampil. Materi training yang diselenggrakan oleh STP, diarahkan sesuai dengan bidang fokus STP yang bersangkutan. Solo Technopark, misalnya, fokusnya dibidang manufakatur sehingga jenis pelatihan untuk peningkatan kapasaitas SDM di Solo Technopark terdiri atas kompetensi mekanik manufaktur, serta mekanik pengelasan.
Tahap Pengembangan Konsultasi, Bimbingan Teknis dan Kapasitas Informasi Dengan semua sumberdaya yang dimiliki, baik peralatan, sumberdaya manusia, serta jaringan dengan berbagai pihak, Taman Sains Teknologi berperan sebagai pusat konsultasi dan informasi bagi masyarakat luas, khususnya terkait dengan teknologi dan bisnis dalam bidang yang menjadi fokus Taman Sains Teknologi tersebut. Bagi pelaku usaha, baik industri maupun IKM, Taman Sains Teknologi memfasilitasi penyelesaian atas berbagai permasalahan menyangkut teknologi dan bisnis yang muncul. Taman Sains Teknologi dapat membangun semacam expert pool, berupa forum para ahli yang berasal dari perguruan tinggi, lembaga litbang, maupun dunia usaha dan lembaga linnya, untuk menjadi konsultan teknologi dan bisnis yang selalu siap jika diperlukan oleh masyarakat. Penyediaan layanan konsultasi dan informasi dapat dilakukan baik secara langsung dimana konsumen datang ke , atau melalui layanan secara on-line.Oleh karena itu, penyediaan sumber informasi yang up-to-date dalam sistem informasi yang dibangun di Taman Sains Teknologi menjadi sangat penting.
Dalam hal keuangan khususnya untuk modal usaha, perusahaan pemula pada umumnya mengalami kesulitan dalam mengakses pinjaman dari lembaga keuangan perbankan, karena pihak bank memerlukan jaminan. Sementara itu, lembaga-lembaga keuangan non bank juga memiliki persyaratan yang cukup rumit bagi perusahaan pemula.
Tahap Pengembangan Teknologi untuk Mendukung Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi
STP berperan dalam membantu menyelesaikan permasalahan tersebut, misalnya dengan menjadikan diri sebagai penjamin ke pihak Bank. Disamping itu, STP dapat mencari sumber-sumber keuangan baik dari program pemerintah, lembaga permodalan ventura, dana Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan, maupun investor-investor individu dengan syarat yang mudah. Tenan diberikan bimbingan dalam menyiapkan berbagai dokumen dan persyaratan yang dibutuhkan dalam proses mendapatkan bantuan keuangan tersebut. Begitu pula halnya, STP juga memfasilitasi akses tenan terhadap sumber-sumber teknologi, baik di perguruan tinggi dan lembaga litbang dalam negeri, maupun dari lembaga-lembaga sejenis di luar negeri melalui jaringan yang dikembangkan. STP juga memberikan bantuan dalam pengurusan Hak Kekayan Intelektual (HKI) yang timbul selama proses inkubasi berlangsung, dengan mengacu kepada peraturan yang berlaku, dan memfasilitasi akses ke sentra HKI yang sudah ada. Dalam hal tenan memerlukan ijin dalam pengelolaan dan pengembangan bisnisnya serta sertifikasi produknya, STP membantu proses perijinan dan sertifikasi tersebut. Proses pengembangan teknologi dari hasil riset di laboratorium menjadi produk komersial melewati beberapa tahapan penting. STP berperan membantu tahapan-tahapan pengembangan dan ‘pematangan’ teknologi hingga mencapai level yang siap dikomersialisasikan oleh tenan. Contoh layanan serta dukungan penyediaan peralatan oleh STP, adalah desain, pembuatan prototype produk, pengujian, dan uji-coba produksi skala pilot. Tipe bisnis yang ditumbuh kembangkan melalui STP adalah bisnis berbasis teknologi. Oleh karena itu, pengembangan teknologi dan bisnis merupakan dua aspek penting yang didukung STP.Pengembangan teknologi secara berkelanjutan dilakukan melalui aktivitas riset di lembaga-lembaga riset dan perguruan tinggi yang ada di dalam atau di sekitas STP. Sedangkan pengembangan bisnis dijalankan melalui inkubator wirausaha yang tersedia di STP. Kedua aktivitas tersebut tidak dapat dipisahkan serta saling terkait satu dengan lainnya.
KRITERIA KEBERHASILAN
13
( ( DIMENSI PENGUKURAN KINERJA : RELEVANSI, KEBERLANJUTAN DAN KEMANDIRIAN Dimensi –Sasaran
KEMANDIRIAN
Satuan
Indikator Keberhasilan
Besar pendapatan usaha dlm kawasan thd PAD
%
Jumlah produk yang telah dilepas ke pasar Meningkatnya daya saing produk yg didukung Jumah tenaga kerja yang diserap dlm kawasan oleh manajemen operasional yg mandiri Jumlah industri yang masuk dalam kawasan
KEBERLANJUTAN Terwujudnya kelembagaan pengelola yang kokoh dengan strategi bisnis yg terterapkan
RELEVANSI Tercapainya kesesuaian program dengan potensi dan daya dukung daerah
Sc i en c e - Tec h n ol
Unit Orang Unit
Prosentase biaya operasional yang dipenuhi sendiri
%
Jumlah usaha pemula /spin-off yang lulus
Unit
Jumlah kontrak pembiayaan pengembangan produk inovatif
Paket Kontrak (buah)
Bentuk organisasi (BUMD/N= 4; BLU/D= 3; Satker= 2;
Level (#)
Tim kerja= 1)
Jumlah produk berbasis potensi daerah yang dikembangkan
Paket Produk (buah)
Jumlah usaha pemula yang dibina
Unit
Jumlah teknologi hasil litbang domestik yang diterapkan
Paket Teknologi (buah)
MATURITAS DAN PEMERINGKATAN KINERJA Aspek pertumbuhan dan perkembangan kinerja Taman Sains Teknologi menjadi pijakan dalam pengukuran kinerja Taman Sains Teknologi. Indikator pertumbuhan dan perkembangan kinerja ini selanjutnya memperlihatkan tingkat maturitas sebuah Taman Sains Teknologi. Maturitas yang dimaknai sebagai tingkatan tahapan kinerja dari Taman Sains Teknologi akan mencerminkan tingkat keberhasilan atas operasionalisasi pengelolaan sesuai dengan rencana induk dan rencana aksi sehingga menghasilkan kinerja awal dan secara berkesinambungan diharapkan dapat terus mencapai kinerja yang mandiri. Besaran maturitas kinerja ini lebih bersifat kualitatif-indikatif daripada ukuran yang kuantitatif. Ukuran maturitas kinerja disesuaikan dengan tugas dan fungsi yang diemban masing-masing Taman Sains (Science Park), Taman Teknologi (Techno Park) dan Taman Sains Teknologi Nasional (National Science Technology Park). Taman Sains dinyatakan mature apabila telah menghasilkan teknologi yang siap untuk diterapkan dalam lingkungan industri yang sebenarnya (Tingkat Kesiapan Teknologi ≥ 7). Sementara itu, Taman Teknologi dinyatakan mature apabila kondisi kinerjanya telah menghasilkan usaha baru secara Sci ence - Technol ogy Par k ! ( berkesinambungan. Adapun untuk Taman Sains Teknologi Nasional dapat dikatakan mature apabila telah memperlihatkan kinerja awal berupa (a) melaksanakan riset secara berkesinambungan, (b) menghasilkan perusahaan pemula, dan (c) mampu menarik industri ke kawasan. INDIKATORKEBERHASILAN
N-STP
SATUAN
KODE
Jumlah teknologi maju yang telah diterapkan
Unit
N1
Jumlah perusahaan pemula/spin-off yg dihasilkan
Unit
N2
Jumlah industri yang masuk dalam kawasan
Unit
N3
Jumlah usahapemula/spin-off yang dihasilkan per tahun
Unit
T1
Jumlah teknologi hasil litbang yang telah diterapkan di TP/masyarakat per tahun
paket
S1
TP
SP
Maturitas : indikator pertumbuhan dan perkembangan kinerja Taman Sains Teknologi
Ukuran maturitas atas pertumbuhan dan perkembangan kinerja selanjutnya menjadi pedoman dalam pemeringkatan Taman Sains Teknologi. Taman Sains Teknologi yang masuk dalam kategori PRATAMA apabila pencapaian kinerja masih belum mencapai secara penuh indikator keberhasilan baik pada dimensi relevansi, dimensi keberlanjutan dan dimensi kemandirian. Kategori MADYA apabila dalam pencapaian kinerjanya telah memenuhi semua indikator pada dimensi relevansi, namun masih belum sepenuhnya mencapai indikator baik pada dimensi keberlanjutan maupun dimensi kemandirian. predikat UTAMA apabila telah mencapai semua indikator keberhasilan pada dimensi
(
(
relevansi mencapai Sc i en ce - Tec hn ol indikator ogy Par k ! ( dan dimensi keberlanjutan namun masih belum sepenuhnya pada dimensi kemandiria
Dimensi –Sasaran KATEGORI : UTAMA
KEMANDIRIAN
Satuan
Indikator Keberhasilan
Prosentase biaya operasional yang dipenuhi sendiri Jumlah usahapemula/spin-off yang lulus
Unit
M2
Jumlah kontrak pembiayaan pengembangan produk inovatif
Paket Kontrak (buah)
M3
Bentuk organisasi (BUMD/N=4; BLU/D=3; Satker=2;
Level (#)
M4
Besar pendapatan usahadlm kawasan thd PAD
Jumlah produk yang telah dilepas ke pasar Meningkatnya daya saing produk yg didukung Jumah tenagakerjayang diserap dlm kawasan oleh manajemen operasional yg mandiri Jumlah industri yang masuk dalam kawasan
KATEGORI : MADYA
KEBERLANJUTAN Terwujudnya kelembagaan pengelola yang kokoh dengan strategi bisnis yg terterapkan
RELEVANSI KATEGORI : PRATAMA Tercapainya kesesuaian program dengan potensi dan daya dukung daerah
Kode
Ukuran maturitas atas pertumbuhan Udan % 1 perkembangan kinerja Unit U2 selanjutnya menjadi Orang U3 pedoman dalam Unit U4 pemeringkatan Taman Sains Teknologi M1 %
Tim kerja=1)
Jumlah produk berbasis potensi daerah yang dikembangkan
Paket Produk (buah)
P1
Jumlah usaha pemula yang dibina
Unit
P2
Jumlah teknologi hasil litbang domestik yang diterapkan
Paket Teknologi (buah)
P3
PELAPORAN KINERJA Kinerja pelaksanaan pengelolaan Taman Sains Teknologi merupakan basis informasi atas gambaran keberhasilan secara nasional dari Program Pembangunan dan Pengembangan Taman Sains Teknologi. Oleh karenanya, pengembangan kerangka pelaporan kinerja disusun dan ditetapkan untuk menjadi panduan setiap pengelola Taman Sains Teknologi. Selanjutnya pangkalan data dan informasi tersebut dikuatkan dengan mekanisme diseminasi informasi baik untuk kalangan internal pengelola Taman Sains Teknologi, untuk pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya maupun juga untuk konsumsi publik : masyarakat dan industri. Dengan demikian pencapaian kinerja yang ada dapat terlihat secara transparan dan mudah diakses. Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi menjadi institusi yang berkewajiban mengelola pangkalan data pelaporan kinerja Taman Sains Teknologi secara nasional.