JENDERALPERDAGANGANDALAM NEGERI DIREKTORAT PERDAGANGAN DEPARTEMEN . REPUBLIK INDONESIA
RidwanRalsNo.5 Jakarta10110 JalanNy'.l fa. 021'3858185 Tel.021-3440408,
KEPUTUSAN DALAMNEGERI PERDAGANGAN D IR E K T UJE R N D E RAL NOMOR tg /PDN n<Ep/5/2010 TENTANG SYARATTEKNISMANOMETER DALAMNEGERI, PERDAGANGAN D IR E K T UJE R N D E RAL Menimbang
a.
ketentuanPasal 3 PeraturanMenteri bahwa untuk melaksanakan tentangAlat-alatUkur, Nomor 08/M-DAGlPERl3l2010 Perdagangan (UTTP)YangWajibDiteradan Takar,Timbang,dan Perlengkapannya syaratteknismanometer; DiteraUlang,perlumengatur
b.
bahwa penetapan syarat teknis manometer,diperlukanuntuk pengujian,dan mewujudkankepastianhukum dalam pemeriksaan, penggunaanmanometer sebagai upaya menjamin kebenaran p e n g u ku ratenkanan; dalamhurufa pertimbangan dimaksud sebagaimana bahwaberdasarkan dan huruf b, perlu menetapkanKeputusan Direktur Jenderal DnalamNeger i; P e rd a g a n g a
c.
Mengingat
Nomor 2 Tahun 1981, tentang Metr ologiL egal 1 . U n d a n g -U n d ang (L e mb a ra nN e gar a RepublikIndonesiaTahun 1981 Nom or 11, Nom or3193) ; Indonesia Negar a Republik T a mb a h aLne mbar an Kons um en Nomor8 Tahun1999tentangPer lindungan 2 . U n d a n g -U n d ang 42' Nomor (L e mb a ra nN e gar a RepublikIndonesiaTahun 1999 Nomor3821), Indonesia NegaraRepublik Lembaran Tambahan Nomor21 Tahun2001tentangOtonomiKhususB agi 3 . U n d a n g -U n d ang ProvinsiPapua (LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun 2001 No m or Negar aRepublikIndonesia Lembar an N o mo r1 3 5 ,T am bahan Undangdengan terakhir kali diubah beberapa telah sebagaimana 4151) lndo nes i a Negar aRepublik U n d a n gN o mo r35 Tahun2008( Lembar an T a h u n 2 0 0 8 Nom or 112, TambahanLembar anNegar a Rep ubl i k Nomor4884); Indonesia Daerah Nomor32 Tahun2004tentangPemerintahan 4, Undang-Undang (LembaranNegara RepublikIndonesiaTahun 2004 Nomor 125, Tambahan LembaranNegara Republik IndonesiaNomor 4437) beber apakali diubahter akhirdenganUndangse b a g a i ma ntelah a lndones i a Negar aRepublik U n d a n gN o mo r12 Tahun2008( Lembar an Indones i a Republik Negar a Lem bar an Tam bahan N o mor 59, T a h u n2 0 0 8 Nomor4844), A c eh Nomor11 Tahun2006 tentangPem er intahan 5 . U n d a n g -U n d ang (L e mb a ra nN egar a RepublikIndonesiaTahun 2006 Nomor 62' Nomora633) ; Indonesia Negar a Republik T a mb a h aLne mbar an
DalamNegeri Perdagangan Keputusan Direktur Jenderal
Nomor: 19lmulrnPh/2o1a Provinsi Nomor29 Tahun2007tentangPemerintahan Undang-Undang Daerah Khusus lbukota JakartaSebagailbukota Negara Kesatuan (Lembaran Tahun2007 NegaraRepublikIndonesia Republik Indonesia No m or N o mo r9 3 , T a mbahanLem bar anNegar aRepublikIndonesia 4744), 7 . PeraturanPemerintahNomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan UntukDiteradan/atauDiteraUlangSertaSyarat-syarat (Lembaran BagiAlat-alatUkur,Takar,Timbang,dan Perlengkapannya Lem bar an N e g a raR e p u blik Indonesia Tahun1985Nom or4, Tambahan N e g a raR e p u b lik Indonesia Nomor3283) ; o.
Peraturan Pemerintah Nomor10 Tahun1987tentangSatuanTurunan, Negara dan SatuanLainYang Berlaku(Lembaran SatuanTambahan, Negar a Lembar an R e p u b l iIn k d o nesia Tahun' 1987 Nomor17,Tambahan Nomor3351) ; R e p u b l iIn k d o n esia Urusan Pemerintah Nomor38 Tahun2Q07tentangPembagian 9 . Peraturan DaerahProvinsi, dan Pemerintahan AntaraPemerintah, Pemerintahan (LembaranNegara Republik Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Lem bar an Negar aRepubl i k In d o n e siTaa h u n2007Nom or82,Tam bahan lndonesia Nomor4737), * 1 0 Peraturan dan Presiden Nomor10 Tahun2005tentangUnitOrganisasi Indonesia sebaga i m ana Negar aRepublik T u g a sE se l o nI Kem enter ian Presiden Nomor50 kalidiubahterakhir denganPeraturan telahbeberapa T a h u n2 0 0 8 ; 1 1 KeputusanPresidenNomor84/P Tahun 2009 tentangPembentukan
Ber satu ll; K a b i n eIn t d o n esia dan 1 2 . PeraturanPresidenNomor47 fahun 2009tentangPembentukan Negara; Organisasi Kementerian 1 3 . Keputusan Menteri Perindustriandan Perdagangan Nomor 61/MPP/Kepl2l1998tentang Penyelenggaaan Kemetrologian dan MenteriPerindustrian sebagaimana telahdiubahdenganKeputusan Perdagangan Nomor251IMPPlKep/6/1 999, 1 4 . Keputusan Menteri Perindustriandan Perdagangan Nomor 635/MPP/Kepl1012004 tentangTandaTera; lPERl3l2005 tentang MenteriPerdagangan Nomor01/M-DAG 1 5 . Peraturan telah sebagaimana Perdagangan Organisasi danTataKerjaDepartemen MenteriPerdagangan beberapakali diubahterakhirdenganPeraturan Nomor241M-DAG/PER/6/2009 ; 012009 tentang 1 6 . Peraturan MenteriPerdagangan NomorSO/M-DAG/PER/1 Legal; TeknisMetrologi UnitKerjadanUnitPelaksana tentang 012009 MenteriPerdagangan Nomor51/M-DAG/PER/1 1 7 . Peraturan Te k ni s Teknisdan UnitPelaksana P e n i l a i aTne rh adap UnitPelaksana DaerahMetrologi Legal; tentang lPERl3l2010 Nomor08/M-DAG 1 8 . Peraturan MenteriPerdagangan (UTTP)Yang Alat-alatUkur, Takar,Timbang,dan Perlengkapannya WajibDiteradanDiteraUlang;
Negeri Perdagangan Dalam Direktur Jenderal Keputusan Nomor : J9/wN/lap/5/201o M EMUTUSKAN: Menetapkan : PERTAMA
disebutST SyaratTeknis Manometeryang selanjutnya : Memberlakukan yangmerupakan bagian dalamLampiran Manometer sebagaimana tercantum Dalam Perdagangan Jenderal dari KeputusanDirektur tidak terpisahkan Negeriini.
KEDUA
merupakan dalamDiktumPERTAMA sebagaimana dimaksud : ST Manometer petugas pedomanbagi kegiatantera dan tera ulang dalammelaksanakan manometer. sertapengawasan
KETIGA
DalamNegeriini mulaiberlaku DirekturJenderalPerdagangan . Keputusan padatanggalditetapkan. Ditetapkan di Jakarta padatanggalJ Maret 2010 JENDERAL DIREKTUR DAI.AMNEGERI. PERDAGANGAN
-
0l IJ
SUBAGYO
DALAMNEGERI PERDAGANGAN DIREKTUR JENDERAL LAMPIRANKEPUTUSAN : tg/wY/KBP/t/?a1o NOMOR TANGGAL : jt{aret2010 Daftarlsi BA BI '
Pendahuluan r elakang 1 . 1 . L a t aB 1 .2 . Ma ksu d a nT ujuan 1 .3 . P e n g e rti a n
, BABll
Administrasi Persyaratan 2 . 1 . R u a n gL i n g k u p 2 .2 . P e n e ra p a n 2.3. ldentitas Peneraan Manometer Sebelum 2.4. "Persyaratan
BABlll
Kemetrologian TeknisdanPersyaratan Persyaratan Teknis 3.1. Persyaratan Kemetrologian 3.2. Persyaratan
BABlV
Pemeriksaan danPengujian 4 .1 . P e me ri ksa an 4 .2 . K o n d i si P e n gujian TeradanTeraUlang 4.3. Pengujian
BABV
Pembubuhan TandaTera 5 .1 . P e n a n d a aTnandaTer a 5.2. TempatTandaTera
BABVl
Penutup JENDERAL DIREKTUR DALAMNEGERI, PERDAGANGAN
SUBAGYO
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal adalah untuk melindungi kepentingan umum melalui jaminan kebenaran pengukuran dan adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metode pengukuran, dan Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP). Dalam ketentuan Pasal 12 UndangUndang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, mengamanatkan pengaturan UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang, dibebaskan dari tera atau tera ulang, atau dari kedua-duanya, serta syarat-syarat yang harus dipenuhi. Dalam melaksanakan amanat tersebut di atas, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang Serta Syarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya. Adapun UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang adalah UTTP yang dipakai untuk keperluan menentukan hasil pengukuran, penakaran, atau penimbangan untuk kepentingan umum, usaha, menyerahkan atau menerima barang, menentukan pungutan atau upah, menentukan produk akhir dalam perusahaan, dan melaksanakan peraturan perundang-undangan. Untuk menjamin kebenaran hasil pengukuran dimaksud dan dalam upaya menciptakan kepastian hukum, maka terhadap setiap UTTP wajib dilakukan tera dan tera ulang yang berpedoman pada Syarat Teknis UTTP. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu disusun Syarat Teknis UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang yang merupakan pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan tera dan tera ulang serta pengawasan UTTP.
1.2 Maksud dan Tujuan 1. Maksud Untuk mewujudkan keseragaman dalam pelaksanaan kegiatan tera dan tera ulang Manometer. 2. Tujuan Tersedianya pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan tera dan tera ulang serta pengawasan Manometer. 1.3 Pengertian Dalam Syarat Teknis ini, yang dimaksud dengan: 1.
Tekanan ukur adalah suatu tekanan yang lebih besar dari tekanan sekitarnya.
2.
Vakum adalah suatu tekanan yang lebih kecil dari tekanan sekitarnya.
5
3.
Tekanan sekitar adalah tekanan di sekitar alat ukur terpasang pada tempat dan saat pengukuran.
4.
Tekanan tetap adalah tekanan yang dapat bertahan secara kontinyu, namun dapat berubah dengan kecepatan perubahan yang tidak melebihi : a. 1% batas atas daerah pengukuran per sekon untuk alat ukur tekanan atau alat ukur vakum; b. 1% dari jumlah batas atas daerah pengukuran per sekon untuk alat ukur tekanan-vakum dengan perubahan tekanan terbesar dalam satu menit tidak lebih dari 5% dari nilai tersebut di atas.
5.
Tekanan variasi adalah tekanan yang bervariasi baik secara periodik atau dengan kecepatan: a. 1% dan 10% dari batas atas daerah pengukuran per sekon untuk alat ukur tekanan atau alat ukur vakum; b. 1% dan 10% dari jumlah batas atas daerah pengukuran per sekon untuk alat ukur tekanan vakum.
6.
Batas normal daerah pengukuran adalah batas atas daerah pengukuran yang sesuai dengan pengoperasian tetap alat ukur tersebut pada pemakaian;
7.
Kesalahan mutlak pengukuran adalah perbedaan penunjukan antara alat ukur yang diuji dengan standarnya pada tekanan yang sama;
8.
Kesalahan histerisis adalah perbedaan penunjukan alat ukur pada tekanan yang sama, antara tekanan naik dan tekanan turun, tidak termasuk tekanan rendah dan batas atas daerah pengukuran.
6
BAB II PERSYARATAN ADMINISTRASI 2.1 Lingkup Syarat teknis ini mengatur tentang persyaratan teknis dan persyaratan kemetrologian untuk Manometer. 2.2 Penerapan 1.
Ketentuan ini berlaku untuk alat ukur tekanan, alat ukur vakum dan alat ukur tekanan-vakum, yang bekerjanya berdasarkan sensor elemen kenyal dengan alat penunjukan berupa dial dan jarum penunjuk atau alat pencatat secara kontinyu sebagai fungsi dari waktu;
2.
Ketentuan ini berlaku untuk alat ukur yang bekerja secara mekanik dengan batas atas daerah pengukuran antara 0,05 MPa dan 1.000 Mpa.
2.3 Identitas Manometer harus dilengkapi identitas minimal sebagai berikut: 1.
lambang satuan ukuran;
2.
batas atas daerah pengukuran dan keseksamaan penggunaan;
3.
pada skala alat ukur vakum atau bagian dari vakum dari skala alat ukur tekanan-vakum diberi simbol “-“ (tanda minus) di depan atau di bawah angka batas penunjukan daerah pengukuran;
4.
nama dan alamat pabrik dan tanda pabriknya;
5.
nomor seri dan tahun pembuatan.
2.4 Persyaratan Manometer Sebelum Peneraan 1.
Manometer yang akan ditera harus memiliki Surat Izin Tipe atau Izin Tanda Pabrik.
2.
Label tipe harus terlekat pada Manometer asal impor yang akan ditera.
3.
Manometer yang diproduksi di dalam negeri harus memiliki label yang memuat merek pabrik dan nomor Surat Izin Tanda Pabrik.
4.
Manometer yang diproduksi di dalam negeri harus memiliki label yang memuat merek pabrik dan nomor Surat Izin Tanda Pabrik dan label tipe untuk Manometer asal impor sebelum ditera;
5.
Manometer yang akan ditera ulang harus sudah ditera sebelumnya.
7
BAB III PERSYARATAN TEKNIS DAN PERSYARATAN KEMETROLOGIAN 3.1 Persyaratan Teknis 1.
Konstruksi a.
Alat penunjukan berupa dial dilengkapi dengan tulisan seperti yang tercantum pada sub bab 2.3.
b.
Alat pencatat selain mempunyai ketentuan pada huruf a di atas agar ditambah pula dengan tulisan: 1)
harga faktor konstanta, jika hal ini berbeda dengan huruf a;
2)
jarak antara stilus;
3)
harga tegangan dan frekuensi dari power supply untuk alat pencatat dengan pergerakan waktu oleh mikromotor sincronis.
c.
Jarum penunjuk agar menutup 1/10 sampai 9/10 panjang skala yang terpendek dari pembagian skalanya.
d.
Jarum penunjuk pada suatu pembacaan memenuhi ketentuan : 1) untuk alat ukur dengan kelas kesaksamaan 1; 1,6; 2,5 dan 4 bentuknya segi tiga sama kaki yang ketebalan alasnya tidak melebihi tebal garis skala dan sudut puncaknya tidak melebihi 60o; 2) untuk alat ukur dengan kelas kesaksamaan 0,25; 0,4 dan 0,6 bentuknya seperti silet/pisau cukur. Ketebalan bentuk ini tidak melebihi ketebalan garis skala.
e.
Alat ukur ini dapat mempunyai bagian untuk penjustiran agar posisi jarum tepat pada skalanya.
f.
Alat pencatat yang dilengkapi dengan skala dan jarum penunjuk pembacaannya sesuai dengan huruf a dan b di atas. Tingkatan skalanya harus sama dengan skala pencatat, kecuali memakai ukuran % untuk batas atas daerah pengukuran.
g.
Bentuk alat pencatat dapat berupa stilus, bisa tunggal atau majemuk dan dapat dipasang satu atau lebih pencatat stilus.
h.
Konstruksi stilus posisinya harus tepat pada garis grafik dan bisa dilengkapi dengan alat pengenol stilus agar tidak menimbulkan kesalahan pada saat pencatatan.
i.
Pencatatan sebaiknya kontinyu dan ketebalannya sesuai dengan kesalahan maksimum yang diizinkan.
8
2.
j.
Grafik yang bergerak mekanis adalah grafik yang mudah dipasang, dengan penulisan stilus diletakkan tepat pada garis skala waktu.
k.
Mekanisme pembuatan grafik dalam bentuk piringan atau bentuk lembaran harus dapat dipasang dan diganti untuk mencegah pergeseran atau penggulungan saat berputar.
Penunjukan dan nilai skala a.
Bilangan pada dial dan satuannya merupakan harga langsung terhadap pengukuran tekanan tanpa memakai faktor.
b.
Interval skala agar dipilih dari seri: 1x10n, 2x10n, 5x10n satuan skala dengan n merupakan bilangan bulat, positif, negatif atau nol dan dapat mendekati harga kesalahan maksimum yang diizinkan.
c.
Jarak skala untuk skala linier harus konstan, sedapat mungkin jarak skala yang terbesar tidak lebih dari 20% jarak skala terkecil pada skala yang sama.
d.
Jarak skala tidak kurang dari 1 mm.
e.
Tebal garis skala tidak melebihi 1/5 jarak skala.
f.
Alat ukur ini boleh memiliki tambahan tanda-tanda atau garis-garis yang ketebalannya melebihi 1/5 jarak skala, selama:
g.
1)
menunjukkan daerah penyimpangan yang diizinkan dari deviasi ujung jarum penunjuk dari garis nol;
2)
penunjukan batas-batas normal daerah pengukuran;
3)
memperhitungkan tambahan tekanan yang ditimbulkan oleh cairan pada alat tekanan ke sensor elemen elastis;
4)
dapat membaca perkiraan suatu jarak.
Grafik skala tekanan harus sesuai dengan huruf b dan e di atas. Penomoran pada skala angkanya antara 0-100 dan menyeluruh pada bidang alat pencatat. Membaca alat pencatat akan terbaca harga ukuran tekanan: 1)
langsung dengan satuan pada skala, untuk alat ukur tekananvakum;
2)
langsung dengan satuan pada skala atau % dari batas atas daerah pengukuran untuk alat ukur vakum;
3)
langsung dengan satuan atau persentasi batas atas daerah pengukuran atau setelah mengalikan dengan faktor konstanta grafik, untuk alat ukur tekanan. Faktor ini terdiri dari 0,01; 0,1; 1; 10; 100.
9
h.
Skala waktu berupa interval yang sesuai dengan ketentuan yaitu suatu fungsi yang memberikan kondisi pengukuran dan kecepatan perpindahan grafik. Dengan interval ini dapat dihindari kesalahan pembacaan tekanan melebihi 1/5 kesalahan maksimum yang diizinkan;
i.
Lamanya satu putaran piringan grafik pencatat dapat dipilih dari seri berikut ini: 1, 2, 4, 6, 8, 12, 16, 24, 168 jam dan kecepatan perpindahan grafik adalah: 10, 20, 30, 40, 60, 120, 300, 360, 1200, 3600, 7200, 36000 mm/jam.
3.
Penempatan Kondisi pokok pengoperasian meliputi temperatur sekitarnya, kelembaban udara, bebas debu, getaran, goncangan kandungan fisik dan kimia dari media tekanan indikasi tekniknya harus diberikan oleh pabriknya.
3.2 Persyaratan Kemetrologian 1.
Dasar klasifikasi Manometer diklasifikasikan untuk membedakan nilai kesalahan yang diizinkan untuk setiap kelasnya sebagai tingkat keakurasian pengukuran.
2.
Klasifikasi Manometer diklasifikasikan berdasarkan kelas kesaksamaan.
3.
Kesaksamaan Kelas kesaksamaan alat ukur ini dapat dipilih satu dari dua seri berikut:
4.
a.
0,25; 0,4; 0,6; 1; 1,6; 2,5; 4;
b.
0,2; 0,5; 1; 2; 5.
Satuan a.
Satuan ukuran tekanan adalah paskal (Pa).
b.
Skala alat ukur tekanan, alat ukur vakum dan alat ukur tekanan-vakum dapat berupa Pa atau kelipatannya yaitu kPa, MPa dan GPa atau sesuai dengan satuan SI.
c.
Satuan bar dan kelipatan di bawahnya yaitu mbar boleh digunakan.
10
5.
Daerah pengukuran a.
Batas atas daerah pengukuran dapat dipilih satu dari dua seri berikut: 1) 1 x 10n, 1,6 x 10n, 2,5 x 10n, 4 x 10n, 6 x 10n; 2) 1 x 10n, 2 x 10n , 5 x 10n satuan tekanan; dengan n merupakan bilangan bulat positif, negatif ataupun nol.
b.
Batas normal daerah ukur. 1)
Untuk ukuran tekanan fraksi batas atas daerah pengukuran L, dinyatakan dalam Tabel 3.1; Tabel 3.1. Batas normal daerah ukur Batas normal daerah pengukuran
Batas atas daerah pengukuran L
2) c.
6.
Tekanan tetap
Tekanan bervariasi
L <100 Mpa
3/4 L
2/3 L
L ≥100 Mpa
2/3 L
1/2 L
Untuk alat ukur vakum adalah batas atas daerah pengukuran.
Alat pencatat harus mampu bekerja penuh pada daerah pengukuran tanpa melampaui batas atas daerah pengukuran, kecuali alat pencatat jenis piringan yang mampu bekerja dalam batas normal antara 20 % dan 90 % dari batas atas daerah pengukuran.
Batas kesalahan a.
Besarnya kesalahan maksimum yang diizinkan untuk kesalahan mutlak dan kesalahan histerisis pada tera adalah ± 0,8 A, dengan A adalah indeks kelas kesaksamaan sesuai angka 3 dan 1/100 dari : 1)
batas atas daerah pengukuran;
2)
Jumlah batas atas daerah pengukuran;
b.
Besarnya kesalahan maksimum yang diizinkan pada tera ulang adalah A.
c.
Kesalahan histerisis tidak boleh melebihi kesalahan maksimum yang diizinkan seperti pada huruf a dan b di atas.
d.
Kesalahan maksimum yang diizinkan untuk kecepatan perpindahan grafik ± 5 menit dalam tempo 24 jam.
11
e.
Kesalahan garis yang ditulis oleh stilus pada grafik yang bergerak terhadap tekanan yang diukur tidak melebihi 1/3 kesalahan maksimum yang diizinkan.
f.
Variasi penunjukan akibat variasi temperatur tidak melebihi ±α (t2 – t1)%;
g.
t1
adalah temperatur nominal oC;
t2
adalah temperatur sekitarnya oC;
α
adalah koefisien temperatur tertentu %/oC.
Di bawah pengaruh getaran dalam batas-batas tertentu, penyimpangan penunjukan tidak melebihi ketentuan pada huruf b di atas.
12
BAB IV PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN 4.1 Pemeriksaan Pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian terhadap Manometer meliputi: 1.
pemeriksaan visual;
2.
pemeriksaan pendahuluan;
3.
menentukan kesalahan ukur dan kesalahan histerisis dan jika mungkin sesuai persyaratan teknis;
4.
menetapkan kesalahan kecepatan pergerakan grafik alat pencatat;
5.
memeriksa alat pencatat.
1.
Pemeriksaan visual meliputi:
2.
a.
Alat ukur yang diuji harus memenuhi tipe yang telah disetujui;
b.
Alat ukur yang diuji harus dalam kondisi baik, tidak ada korosi, peot, berdebu serta lapisan pelindungnya tidak rusak;
c.
Kaca pelindung dial atau grafik alat pencatat harus tanpa cacat (bergores, ditambah warna) yang dapat mengganggu penglihatan/pembacaan penunjukan;
d.
Benang perangkai dan perekat harus dalam kondisi baik;
e.
Untuk alat pencatat, hubungan antara wadah dan penyangganya harus kuat untuk menghindari goyangan tiang penyangga;
f.
Alat ukur yang diajukan untuk ditera ulang harus ada tanda tera sebelumnya atau dengan surat keterangan hasil pengujian.
Pemeriksaan pendahuluan meliputi: a.
Memeriksa kebocoran hubungan antara alat ukur yang diuji dengan peralatan standar dengan memberikan tekanan secara kontinyu hingga mencapai batas atas daerah pengukuran sebelum prosedur pengujian dilakukan. Kemudian alat ukur dihentikan sekitar 3 menit. Pada saat itu kebocoran diamati. Bila pada 2 menit kemudian tekanan turun tidak melebihi 1% dari batas atas daerah pengukuran dapat dipertimbangkan;
b.
Apabila tekanan pada alat ukur yang diuji ditambah atau dikurangi secara kontinyu, jarum penunjuk atau stilus harus bergerak secara halus tanpa hambatan;
13
c.
Pada tekanan sekitar, jarum penunjuk atau stilus alat ukur yang diuji harus berhenti pada skala nol. Penyimpangannya tidak melebihi kesalahan maksimum yang diizinkan.
4.2 Kondisi Pengujian 1
Untuk mencapai hasil pengujian yang sesuai dengan ketentuan, maka: a.
Persyaratan kondisinya harus memenuhi referensi berikut: 1) alat ukur yang diuji menggunakan petunjuk-petunjuk dari pabriknya; 2) pemberian variasi tekanan harus perlahan dan kontinyu agar terhindar dari gaya inertia/kelembaban; 3) temperatur alat ukur, standar dan udara sekitarnya, harus mendekati temperatur standar dengan penyimpangannya tidak mengakibatkan variasi penunjukan > 1/5 dari kesalahan maksimum yang diizinkan; 4) kelembaban relatif tidak melebihi 80 %; 5) tidak ada getaran yang mengakibatkan goyangan pada jarum penunjuk atau alat pencatat berupa stilus dengan amplitudo > 1/10 jarak skala terkecil 6) akhir rangkaian alat ukur dengan standarnya harus pada bidang horizontal; 7) Media uji baik gas maupun cairan yang digunakan membawa tekanan saat pengujian: a)
gas lembam untuk alat ukur dengan batas atas daerah pengukuran tidak melebihi 0,5 Mpa;
b)
cairan yang tidak korosif untuk peralatan dengan batas atas daerah pengukuran melebihi 0,5 Mpa.
Kecuali untuk alat ukur dengan media uji dari gas ke cairan dan sebaliknya dari cairan ke gas tidak menyebabkan perubahan penunjukan > 1/5 dari kesalahan maksimum yang diizinkan. Untuk peralatan tersebut biasanya bisa gas atau cairan. b
Apabila alat ukur keberadaannya di bawah kondisi nominal, tidak sama dengan kondisi pada angka 1 di atas, maka harus diuji agar sesuai dengan ketentuan pada sub bab 3.2 angka 6, apabila perbedaan kondisi tersebut menyebabkan variasi penunjukan melebihi 1/5 kesalahan maksimum yang diizinkan.
14
2
Untuk mencapai hasil pengujian yang sesuai, maka peralatan pengujian harus memenuhi persyaratan: a.
Kesalahan alat ukur standar yang digunakan untuk pengujian tidak melebihi ¼ kesalahan maksimum yang diizinkan;
b.
Alat pemisah digunakan bila cairan yang berada di dalam alat yang diuji berbeda dengan cairan yang berada dalam peralatan standar. Alat ini tidak akan menyebabkan perubahan penunjukan 1/10 dari kesalahan maksimum yang diizinkan terhadap alat ukur yang diuji;
c.
Instalasi pengujian dapat digunakan untuk tekanan dengan media uji gas atau cairan baik itu ditambah atau dikurangi;
d.
Alat ukur dapat diuji di bawah kondisi referensi sesuai angka 2 huruf a atau kondisi nominal angka 2 huruf b: 1)
jika kondisi angka 1 huruf a angka 3) tidak dicapai hasilnya, dapat digunakan indikasi harga alat ukur yang diuji, kecuali jika hal ini lebih baik dengan mengoreksi temperatur dan alat ukur standar;
2)
Jika kondisi angka 1 huruf a angka 6) tidak didapat hasil tekanan dari cairan yang digunakan, koreksi perlu dilakukan mengingat kesalahan yang diakibatkan perbedaan level selalu kurang dari 1/10 kesalahan maksimum yang diizinkan terhadap alat ukur yang diuji;
3)
udara sekitarnya harus memenuhi kesehatan dan keselamatan tempat bekerja, bebas debu, kotoran atau semacamnya yang dapat merusak peralatan.
4.3 Pengujian Tera dan Tera Ulang Prosedur pengujian: 1
Menetapkan kesalahan penunjukan dan kesalahan histerisis, yaitu: a.
Pada kondisi khusus alat penunjukan, mempunyai angka-angka tentang nilai tekanan yang tertera pada alat penunjukan yang akan diuji dan pendistribusiannya pada skala harus dipilih agar dapat menghindarkan kemungkinan kesalahan maksimum yang diizinkan dari penunjukan sebagai akibat kesalahan ketidakbenaran atau ketidaklinieran pengukuran. Angka dari nilai-nilai tersebut harus sekurang-kurangnya: 1) 8 angka untuk kelas kesaksamaan 0,2; 0,25; 0,4; 0,5; dan 0,6; 2) 5 angka untuk kelas kesaksamaan 1; 1,6; 2 dan 2,5; 3) 3 angka untuk kelas kesaksamaan 4 dan 5. Pembacaan kesalahan histerisis diambil pada saat tekanan dinaikkan sampai batas atas daerah pengukuran kemudian didiamkan selama 5
15
menit dan selama tekanan diturunkan. Pembacaan skala nol diambil setelah 5 menit berikutnya pada tekanan sekitarnya. b.
Pada kondisi khusus alat pencatat, kesalahan alat pencatat dapat ditetapkan dengan salah satu metode: 1) tekanan diatur untuk menempatkan stilus pada garis grafik; 2) nilai tekanan pilihan ditetapkan dengan alat ukur standar dan dibandingkan dengan nilai tekanan yang terbaca pada grafik pencatat. Metode kedua dapat digunakan hanya apabila alat ukur yang akan diuji didapat kesalahan pembacaan kurang dari 1/5 dari skala terkecil pada grafik. Alat ukur ini sekurang-kurangnya diuji pada lima nilai tekanantermasuk batas atas daerah pengukuran. Kesalahan pengukuran dan kesalahan histerisis dapat ditetapkan setelah memberhentikan perputaran piringan grafik.
c.
2
Kondisi-kondisi yang dapat dipakai baik alat penunjukan dan alat pencatat, yaitu: 1) alat ukur vakum dengan batas atas daerah pengukuran dari 0,1 MPa dapat dijadikan pegangan selama pengujian vakum dengan batas atas daerah pengukuran sekurang-kurangnya 90 %; 2) untuk alat ukur tekanan-vakum dengan daerah pengukuran 0,5 MPa hanya kontinyuitas gerakan jarum penunjuk diperiksa, termasuk bagian skala vakum pada saat alat ukur diuji, didasarkan atas variasi vakum secara kontinyu antara 0 dan 0,05 MPa. Alat ukur ini biasanya tidak diuji pada keadaan vakum. Bagian skala vakum, nilai batas bawah tidak diuji, ditetapkan menurut kelas kesaksamaannya.
Menetapkan kesalahan kecepatan pergerakan grafik alat pencatat Kesalahan kecepatan grafik dapat ditetapkan dengan chronometer, saat grafik berputar penyimpangan frekwensi power supply dari frekwensi nominal tidak melampui ± 0,1 Hz dan tegangan utama tidak melampaui ± 10 % dari tegangan nominal. Kesalahan kecepatan dari perpindahan grafik tidak melebihi ketentuan pada BAB III butir 3.2 angka 6 huruf d.
3
Memeriksa alat pencatat Kontrol terhadap alat pencatat jika mungkin dilakukan: a.
Alat ukur yang diuji dapat dihubungkan dengan instalasi uji tekanan. Mekanisme gerak dari garis atau piringan grafik agar dilepas. Bila tekanan ditambah sampai batas atas daerah pengukuran atau dikurangi sampai skala nol, garis yang tercatat oleh stilus pada grafik diam harus paralel terhadap garis pembagian waktu. Penyimpangannya tidak melebihi ketentuan pada sub bab 3.2 angka 6 huruf e.
16
b.
Kebersamaan dari garis yang tercatat oleh stilus pada gerakan grafik dengan garis tekanan harus ditandai menurut tekanan-tekanan: 1) nol atau tekanan sekitarnya; 2) setengah dari batas atas daerah pengukuran; 3) batas atas daerah pengukuran. Selama pengujian ini piringan grafik akan membuat putaran penuh dan garis grafik agar dicetak yang panjangnya tidak kurang dari 200 mm. Garis-garis tercatat oleh stilus pada grafik yang bergerak dan garisgaris tekanan pada grafik akan serempak. Penyimpangannya tidak melebihi ketentuan pada sub bab 3.2 angka 6 huruf e
c.
Tidak terdapat tumpahan tinta pada saat stilus atau grafik keadaan diam atau bergerak sesuai dengan ketentuan pada sub bab 3.1 angka 1 huruf i.
17
BAB V PEMBUBUHAN TANDA TERA 5.1 Penandaan Tanda Tera Pada Manometer dipasang lemping tanda tera yang terbuat dari aluminium atau kuningan sebagai tempat pembubuhan Tanda Daerah, Tanda Pegawai Yang Berhak, dan Tanda Sah. Tanda Jaminan dibubuhkan dan/atau dipasang pada bagian-bagian tertentu dari Manometer yang sudah disahkan pada waktu ditera dan ditera ulang untuk mencegah penukaran dan/atau perubahan. Bentuk tanda tera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 5.2 Tempat dan Tanda Tera 1.
Tera a.
Tanda Daerah ukuran sumbu panjang 8 mm, Tanda Pegawai Yang Berhak (H) dan Tanda Sah Logam (SL) ukuran 6 mm dibubuhkan pada lemping tanda tera yang terbuat dari aluminium atau kuningan yang ditempatkan pada plat skala alat penunjukan atau alat pencatat sehingga dapat dengan mudah terlihat;
b.
Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm, dibubuhkan pada bagian yang dapat menyebabkan perubahan dari sifat-sifat kemetrologiannya;
c.
Lemping tersebut pada huruf a dipasang dengan cara dilem pada plat skala penunjukan atau alat pencatat, kecuali hal ini tidak memungkinkan, dipasang pada penutup rangkanya;
d.
Ukuran lemping tersebut adalah: 1) Panjang
: 35 mm;
2) Lebar
: 15 mm;
3) Tebal
: 2 mm;
4) Toleransi terhadap ukuran – ukuran di atas ± 0,5 mm. 2.
Tera Ulang Tanda Sah Plombir (SP) ukuran 6 mm dibubuhkan dengan kawat materai sebagai pengganti Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm pada saat tera.
3
Jangka Waktu Tera Ulang Jangka waktu tera ulang dan masa berlaku tanda tera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
18
BAB VI PENUTUP
Syarat Teknis Manometer merupakan pedoman bagi petugas dalam melaksanakan tera dan tera ulang Manometer serta pengawasan Manometer guna meminimalisir penyimpangan penggunaan Manometer dalam pengukuran tekanan serta upaya perwujudan tertib ukur sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.
19