Payakumbuh Sebuah Kota Penghubung Di Sumatera Tengah 1970 – 2010
Anggara Irhas, Ita Syamtasiyah Ahyat
Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16436, Indonesia.
E-mail :
[email protected]
Abstrak
Artikel ini membahas mengenai Payakumbuh sebuah kota Penghubung Di Sumatera Tengah. Payakumbuh menjadi sebuah kota pada tanggal 17 Desember 1970 yang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Limapuluh Kota. Payakumbuh memiliki memiliki letak yang cukup strategis diantara provinsi Sumatera Barat,Riau dan Jambi, menghubungkan wilayah tersebut. Faktor yang mendukung dari perkembangan Kota Payakumbuh menjadi Kota penghubung adalah sarana jalan, sarana transportasi dan juga perdagangan. Transportasi yang bisa digunakan hanya transportasi darat sehingga sarana jalan menjadi penting. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari tahap heuristik,kritik,interpretasi dan historiografi. Kata Kunci : jalan;kota;penghubung;perdagangan;transportasi.
Payakumbuh, A Connecting City in Middle Sumatera 1970 – 2010 Abstract
This article This study examine Payakumbuh as a connecting city in Central Sumatera. Payakumbuh was previously a regency of Limapuluh Kota and became a municipal in December 17, 1970. Payakumbuh has a strategic location between Province of Sumatera Barat,Riau and Jambi, connecting these regions. Supporting factors of the development of Payakumbuh into a connecting city were roads, transportation, and trade. The only transportation can use is land transportasion that make roads become important. This study uses historical method comprising the steps of heuristics, criticism, interpretation and historiography. Keywords : city; connector ; roads ; transportation ; trade
1 Payakumbuh sebuah…, Anggara Irhas, FIB UI, 2014
Pendahuluan
Sejarah kota merupakan salah satu bagian dari ilmu sejarah yang membahas tentang kehidupan kota dan permasalahan yang terjadi di kota. Di Indonesia penulisan sejarah kota sudah cukup mendapat perhatian dari para sejarahwan tapi kebanyakan kota yang ditulis adalah kota pusat perdagangan dan pusat pemerintahan yang kebanyakan berada di pulau Jawa. Kota-kota kecil yang berada di luar alur utama itu sangat jarang dilakukan penulisan sejarah. Sejarah kota cukup banyak mendapat perhatian kalangan sejarawan akademis. Juga skripsi-skripsi, thesis dan desertasi di perguruan tinggi yang mengajarkan sejarah telah menunjukkan adanya perhatian terhadap kota sebagai bidang kajian sejarah tersendiri. Barangkali
hal
ini
disebabkan
kurangnya
kepercayaan
terhadap
kekayaan
dan
kemungkinannya, padahal sejak abad ke 20 kota-kota di Indonesia sudah mengambil alih banyak kegiatan dari pedesaan.(Kuntowijoyo,1994 : 51) Permasalahan yang menjadi bidang kajian sejarah kota sesungguhnya sangat luas sekali, seluas sejarah sosial sendiri, sehingga kadang berpikir apa saja yang tidak termasuk kepada sejarah kota. Keluasan itu mendorong penulisan sejarah kota untuk memikirkan definisi bidangnya. Dari satu segi sejarah kota dapat dimasukkan ke dalam sejarah lokal dan dari segi lain dapat di masukkan ke dalam sejarah lainnya seperti sejarah ekonomi politik, demografi dan sebagainya. Di semua jenis penulisan itu kota hanyalah merupakan lokasi bagi kajian yang bermacam-macam. Jika semua yang mengenai kota, orang kota kejadian di kota dapat menjadi bidang kajian sejarah kota, kiranya semua hal bisa termasuk di dalamnya. (Kuntowijoyo,1994 : 55) Menurut Kuntowijoyo,sejarah kota di Indonesia masih merupakan bagian yang sudah cukup digarap, sejarah kota dibuat seluas-luasnya dengan catatan bahwa kekuasaan kota hendaklah menjadi permasalahan yang pokok. Bidang - bidang sejarah kota dapat dikelompokkan menjadi : pertama adalah perkembangan ekologi kota. Ekologi ialah interaksi antara manusia dan alam sekitarnya dan perubahan ekologi terjadi bila salah satu komponen itu mengalami perubahan. Kedua, bidang garapan sejarah kota adalah transformasi sosial ekonomis. Industrialisasi dan urbanisasi adalah bagian dari perubahan sosial. Ketiga, sistem sosial. Kota sebagai sebuah sistem sosial menunjukkan kekayaan yang tidak pernah habis 2 Payakumbuh sebuah…, Anggara Irhas, FIB UI, 2014
sebagai bidang kajian. Keempat, adalah problema sosial. Perkembangan ekologi, termasuk didalamnya masalah kepadatan penduduk, mobilitas horizontal dan heterogenitas dapat menyebabkan timbulnya masalah sosial. Di antara masalah itu adalah disparitas dan pemisahan pemukiman yang secara ekonomi dan sosial, ketimpangan demografi dan masalah lingkungan fisik, sosial dan psikologis. Kelima, adalah mobilitas sosial. (Kuntowijoyo,1994 : 55-61) Payakumbuh merupakan salah satu kota yang terdapat di Sumatera Barat. Payakumbuh merupakan kota yang berada bagian timur Sumatera Barat dan
juga bukan pusat
pemerintahan di daerah Sumatera Barat. Payakumbuh lebih terkenal ketika disebutkan Pemerintah
Darurat
Republik
Indonesia
(PDRI)
yang
merupakan
usaha
untuk
mempertahankan kemerdekaan ketika pemimpin Indonesia telah ditangkap Belanda. Payakumbuh memegang peranan yang cukup besar karena merupakan daerah buffer yang melindungi daerah yang terdapat di sekitar. Payakumbuh merupakan sebuah kota yang terdapat di Sumatera Barat. Payakumbuh terletak ditengah pulau Sumatera yang menghubungkan daerah yang berada di wilayah Provinsi Riau dengan kota-kota lain yang berada di Sumatera Barat. Menurut Tambo Alam Minangkabau Payakumbuh berasal dari kata kata “Payo” dan “Kumbuah”. Payo berarti Paya-paya atau tempat yang digenangi oleh air. Di Paya-paya tersebut ditumbuhi oleh sejenis tumbuhan air yang dikenal dengan nama Kumbuh, disebut juga dengan Mensiang. Mensiang ini biasa digunakan untuk membuat tikar atau keranjang (Kambuik). Paya tempat Mensiang tumbuh inilah yang yang kemudian hari disebut dengan Payokumbuah selanjutnya diindonesiakan menjadi Payakumbuh. Ketika menyebut tentang Payakumbuh pasti hal yang akan teringat adalah Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dan juga peristiwa Situjuh Batur yang merupakan peristiwa penting yang sangat mempengaruhi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Selain dua peristiwa tersebut jarang Payakumbuh dibahas dalam sejarah Indonesia, hanya ketika Payakumbuh menang Adipura atau mendapatkan penghargaan. Adipura merupakan penghargaan lingkungan hidup untuk kota di Indonesia yang dinilai teduh (clean and green city) denga menerapkan prinsip-prinsip Good Governance. Payakumbuh merupakan sebuah daerah yang telah berkembang semenjak zaman sebelum masuknya kolonial, hal ini dapat terlihat dari adanya di dalam Tambo Adat Minangkabau 3 Payakumbuh sebuah…, Anggara Irhas, FIB UI, 2014
mengenai pembentukan daerah Luhak Lima Puluh Kota, daerah Payakumbuh termasuk daerah tersebut. Pada zaman kolonial juga terdapat catatan-catatan tentang Payakumbuh. Payakumbuh merupakan sebuah kota yang berperan sebagai kota penghubung di Sumatera. Kota penghubung tidak hanya kota yang dilalui untuk mencapai kota pusat perdagangan atau juga dilewati ketika untuk mencapai pusat pemerintahan. Rumusan Masalah Payakumbuh merupakan sebuah kota yang terdapat di Sumatera Barat yang memiliki potensi menjadi kota penghubung. Dari latar belakang yang dijabarkan mengenai Kota Payakumbuh diatas dapat disimpulkan tiga perumusan masalah yaitu : 1. Bagaimana gambaran umum tentang Payakumbuh sampai tahun 1970? 2. Bagaimana faktor pendukung Payakumbuh sebagai kota penghubung 1970-2010? 3. Bagaimana dampak, hambatan dan solusi Payakumbuh sebagai kota Penghubung? Metode Penelitian Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode sejarah.Metode sejarah adalah kumpulan prinsip-prinsip atau aturan yang sistematis yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif di dalam usaha mengumpulkan bahan-bahan bagi sejarah, menilai secara kritis dan kemudian menyajikan suatu sintesa daripada hasil-hasilnya dalam bentuk tertulis. Metode sejarah terdiri dari tahap heuristik, kritik, interpetasi, dan historiografi. Tahap heuristik adalah tahap mencari dan menemukan sumber. Tahap heuristik ini dilakukan dengan mengumpulkan arsip, buku, majalah ataupun koran yang sesuai dengan topik pembahasan junal. Selain melakukan pencarian data yang sifatnya studi pustaka ataupun studi arsip, pengumpulan data juga dilakukan dengan wawancara terhadap saksi sejarah. Tujuan wawancara adalah untuk mengetahui kondisi zaman secara lebih mendalam dari tokohnya langsung. Di Perpustakaan Universitas Indonesia penulis mendapatkan beberapa buku yang berkaitan dengan penelitian penulis seperti buku mengenai Sosiologi Suatu Pengantar Perkembangan Kota dan Permasalahannya Metodologi Sejarah Strategi Pembangunan 4 Payakumbuh sebuah…, Anggara Irhas, FIB UI, 2014
Perkotaan di Indonesia, Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya. Juga mendapatkan Thesis yang membahas mengenai sejarah kota dan yang memiliki spasial Payakumbuh. Di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia penulis mendapatkan buku yang berkaitan dengan penelitian sejenis seperti : Kota Lama, Kota Baru Sejarah Kota-Kota di Indonesia Sebelum dan Setelah Kemerdekaan, Mojokuto Dinamika Sosial Sebuah Kota Di Jawa. Bukubuku ini tidak terdapat di Perpustakaan Universitas Indonesia. Disini juga didapatkan peta topografi Payakumbuh. Di Perpustakaan KITLV penulis melihat banyak mendapatkan sumber mengenai Payakumbuh, ternyata bahan tersebut terdapat di KITLV Leiden. Di KITLV Jakarta hanya didapatkan sebuah biografi berjudul H. C Israr Kesederhanaan dan Keperjuangan Anak Payakumbuh yang menceritakan tentang keadaan kota Payakumbuh selama hidup di kota Payakumbuh. Di Arsip Nasional Republik Indonesia penulis mendapatkan dua arsip yang berkaitan dengan penulisan. Pertama mengenai transportasi di Sumatera Barat pada tahun 1973, juga mendapatkan peta transportasi Sumatera Barat dan juga mendapatkan arsip mengenai spasial kota Payakumbuh. Penulis juga mendapatkan buku di perpustakaan Arsip Nasional, Padang Riwayatmu Dulu yang memberikan infomasi mengenai transportasi Payakumbuh. Di Badan Pusat Statistik Kota Payakumbuh penulis mendapatkan buku Payakumbuh Angka dari tahun 1980-2013. Ini merupakan salah satu sumber tertulis yang membahas mengenai Payakumbuh secara utuh. Buku ini merupakan terbitan dari kerja sama antara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Payakumbuh dengan Badan Pusat Statistik Kota Payakumbuh, buku ini terbit setiap tahun. Penulis juga mencoba mencari data lewat Website resmi kota Payakumbuh. Penulis akan melakukan wawancara dengan walikota dan juga dengan tokoh masyarakat yang mengalami jangka waktu yang penulis ambil. Juga akan mengambil koran sezaman Tahap kedua dalam metode sejarah adalah tahap kritik, yang merupakan tahap penyeleksian sumber-sumber. Tahap kritik terdiri dari dua bagian, yaitu kritik intern dan kritik ekstern. Dalam tahap kritik intern, dilakukan kritik atas isi dari sumber-sumber yang telah didapatkan. Sedangkan dalam kritik ekstern, dilakukan kritik atas kondisi fisik sumber data penulis. Tujuan dari tahap kritik adalah untuk mendapatkan data yang baik dan valid. 5 Payakumbuh sebuah…, Anggara Irhas, FIB UI, 2014
Tahap ketiga adalah tahap interpretasi. Dalam tahap ini, dilakukan penafsiran atas sumber sejarah yang telah didapatkan untuk menemukan jawaban dari rumusan permasalahan. Hasil penafsiran tersebut kemudian dijelaskan dalam bentuk eksplanasi. Tahap terakhir dalam metode sejarah adalah tahap historiografi, yaitu tahap penulisan sejarah. Tahap ini kemudian menghasilkan suatu tulisan sejarah, yang dalam hal ini berbentuk jurnal ilmiah. Ruang lingkup dalam penelitian ini terbagi kepada tiga yaitu : tematis, spasial dan temporal.Dalam ruang lingkup tematis akan dibahas mengenai sejarah kota, sejarah kota merupakan salah satu bagian dari sejarah yang membahas mengenai kota dan permasalahannya. Ruang lingkup yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah kota penghubung.Ruang lingkup spasial dari sejarah kota ini mememiliki spasial yaitu kota Payakumbuh. Payakumbuh merupakan sebuah kota yang terdapat di tengah Sumatera yang menghubungkan antara daerah Sumatera bagian barat (Padang) dengan Sumatera bagian timur (Pekanbaru). Temporal yang akan diambil adalah dari tahun 1970 sampai dengan 2014. Dimulai pada tahun 1970 karena merupakan awal dari berdirinya kota Payakumbuh, yang sebelumnya Payakumbuh merupakan bagian dari Kabupaten Lima Puluh Kota. Diakhir tahun 2014 karena melihat perkembangan kota Payakumbuh terjadi hingga saat ini Gambaran Umum Payakumbuh merupakan sebuah kota yang terletak di 3º07,9 - 0º120 Lintang Selatan dan 100º33,5 – 100º - 29’8 Bujur Timur.Kota Payakumbuh merupakan daerah yang memiliki ketinggian ±512 m dari permukaan laut, memiliki relief datar. Hal ini menjadikan Payakumbuh memiliki beberapa dan kerugian dalam pembangunan kota. Relief yang datar ini memberikan keuntungan didalam mengelola daerahnya dibandingkan daerah yang memiliki topografi yang beragam. Payakumbuh berjarak sekitar 30 km dari Kota Bukittinggi atau 120 km dari Kota Padang dan 188 km dari Kota Pekanbaru. Wilayah administratif kota ini dikelilingi oleh Kabupaten Lima Puluh Kota. Dengan luas wilayah 80,43 km² atau setara dengan 0,19% dari luas wilayah Sumatera Barat, Payakumbuh merupakan kota terluas ketiga di Sumatera Barat. Kota ini pernah menjadi kota terluas pada tahun 1970, sebelum perluasan wilayah administratif Kota Padang dan Kota Sawahlunto. Kota Sawahlunto yang pada tahun 1970 merupakan kota yang paling kecil dengan luas 6,3 km² diperluas menjadi 273,45 km² atau meningkat sebesar 43,4 kali dari sebelumnya, sementara Kota Padang diperluas menjadi 694,96 km² dan sekaligus 6 Payakumbuh sebuah…, Anggara Irhas, FIB UI, 2014
menjadi kota yang terluas di Sumatera Barat. Perluasan ini menyebabkan Sawahlunto menjadi kota terluas kedua dan Payakumbuh turun menjadi terluas ketiga di Sumatera Barat. (Badan Pusat Statistik Kota Payakumbuh, 2011: 4) Kota Payakumbuh dilalui oleh tujuh buah sungai yaitu batang Agam, Lampasi dan Sinamar. Sungai-sungai ini merupakan sungai yang dangkal dan tidak bisa di layari oleh kapal. Untuk menghubungkan daerah yang dilalui oleh sungai digunakan jembatan. Penduduk mengacu kepada sejumlah manusia yang berdiam dalam suatu wilayah. Pengkajian mengenai penduduk bukan saja melibatkan bilangan penduduknya tetapi juga umur, jenis kelamin dan ciri-ciri penting lainnya yang membedakannya dengan penduduk lain. Jumlah penduduk itu ditentukan oleh tiga faktor yaitu kelahiran, kematian dan perpindahan. (Joseph S Roucek, Roland L Warren, 1984 : 84) Tabel 1. Perkembangan jumlah penduduk kota Payakumbuh 1980 - 2006 TAHUN 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
LAKI-LAKI 38.673 39.336 39.802 40.877 41.595 41.783 41.891 42.279 42.613 43.158 44.599 45.207 45.394 45.670 45.738 45.963 46.440 46.650 46.840 47.276 48.218 48.539 48.701 50.101 50.952 51.150 51.554
JUMLAH PENDUDUK (Jiwa) PEREMPUAN TOTAL 40.116 78.789 40.894 80.230 41.764 81.566 42.682 83.559 42.893 84.488 43.124 84.907 43.512 85.403 43.815 86.094 43.990 86.603 44.822 87.980 46.626 91.225 46.667 91.874 46.754 92.148 47.069 92.739 47.281 93.019 47.432 93.395 47.745 94.185 47.950 94.600 48.312 95.152 48.654 95.930 49.779 97.997 50.040 98.579 50.331 99.032 51.777 101.878 51.588 102.540 52.180 103.330 52.592 104.146 RATA-RATA
Pertumbuhan Rata-rata 1,83% 1,67% 2,44% 1,11% 0,50% 0,58% 0,81% 0,59% 1,59% 3,69% 0,71% 0,30% 0,64% 0,30% 0,40% 0,85% 0,44% 0,58% 0,82% 2,15% 0,59% 0,46% 2,87% 0,65% 0,77% 0,79% 1,08%
7 Payakumbuh sebuah…, Anggara Irhas, FIB UI, 2014
Sumber : Payakumbuh Dalam Angka 2007, BAPPEDA & BPS Kota Payakumbuh
Penduduk Payakumbuh pada awal berdiri yaitu pada tahun 1971 berjumlah 63.339 orang yang terdiri dari 31.055 laki-laki dan 32.284 perempuan. Penduduk Kota Payakumbuh tersebar ke dalam tiga kecamatan yaitu Kecamatan Payakumbuh Utara, Payakumbuh Barat dan Payakumbuh Timur. Penduduk Kota Payakumbuh tahun 2010 berjumlah 117.876 jiwa, yang terdiri dari 58.333 jiwa penduduk laki-laki dan 59.543 jiwa penduduk perempuan, dengan sex ratio 8:9. Dibanding tahun lalu, terjadi peningkatan jumlah penduduk sebanyak 10,26 %. Peningkatan jumlah penduduk berdampak langsung kepada peningkatan kepadatan yaitu dari 1.329 jiwa per kilometer persegi tahun 2009, menjadi 1.466 jiwa per kilometer persegi tahun 2010. Memasuki dekade 1970an barulah mulai perubahan baru dalam lapangan daerah Administratif. Pada tahun 1970 contohnya diresmikan oleh pembentukan Kotamadya Solok dan Payakumbuh. Pembentukan kedua kota tersebut didasarkan kepada Peraturan Mentri dalam negeri NO.8/1970. Peraturan Mentri ini berisi tentang pelaksanaan Pemerintahan Kotamadya Solok dan Kotamadya Payakumbuh yang peresmiannya
dilaksanakan pada
tanggal 17 Desember 1970 oleh Mentri dalam negeri. Landasan Hukum berdirinya kota Payakumbuh terdiri: a. Undang-undang No 8 tahun 1956,lembaran negara no 19 tahun tentang pembentukan Otonomi Kota Kecil dalam lingkungan daerah Provinsi Sumatera Tengah. b. Peraturan Mentri Dalam Negeri No 7 tahun 1970 tentang penentuan batas-batas Kotamadya Dati II Payakumbuh. c. Peraturan Mentri Dalam Negeri no. 8 tahun 1970 tentang pelaksanaan Pemerintahan Kotamadya Solok dan Kotamadya Payakumbuh yang peresmiannya dilaksanakan pada tanggal 17 Desember 1970, oleh Mentri Dalam Negeri. Dengan Batas Daerah Sebelah Utara Dengan Kecamatan Harau dan Kecamatan dan Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Limapuluh Kota. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Luhak dan Kecamatan Situjuh Limo Nagari, Kabupaten Lima Puluh Kota. Sebelah Barat berbatasan dengan Payakumbuh dan Kecamatan Akabiluru Kabupaten Lima 8 Payakumbuh sebuah…, Anggara Irhas, FIB UI, 2014
Puluh Kota. Sebelah Timur dengan Kecamatan Luhak dan Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota. (Laporan Tahunan Walikotamadya Paayakumbuhtahun 1975-1976, 1976 : 1) Payakumbuh selama berdirinya hingga saat sekarang ini telah dipimpin oleh 8 orang Walikota yaitu : Walikota pertama Soetan Usman (1970-1978), Walikota Kedua Masri Ms (1978 – 1983), walikota Ketiga Muzahar Muchar (1983-1988), keempat Muchtiar Muctar (1988 – 1993) . Kelima Fahmy Rasyad (1993-1998), keenam Darlis Ilyas (1998-2002), ketujuh Josrizal Zein (2002-2012) dan sekarang Riza Fahlevi (2012 – 2017). (Badan Pusat Statistik Payakumbuh 2011, 2011 : xLxi) Meskipun telah memiliki 8 orang Walikota, Payakumbuh baru memiliki 3 orang wakil Walikota yaitu Benny Muchtar, Syamsul Bahri dan Suwandel Muchtar. Kota Payakumbuh merupakan kota yang terdapat di tengah-tengah pulau Sumatera dan dilalui oleh beberapa sungai,sungai-sungai ini tidak bisa dilayari karena dangkal dan kecil sehingga menyebabkan transportasi darat menjadi satu-satunya transportasi yang dapat digunakan dengan baik. Hal ini menyebabkan jalan merupakan sebuah faktor yang penting sebagai indikator perkembangan Payakumbuh sebagai kota Penghubung. Pengaruh Transportasi antar kota terhadap kota Payakumbuh cukup signifikan dari segi ekonomi maupun dari segi pengembangan fasilitas atau sarana dan prasarana yang ada, dari segi pengembangan ekonomi jelas transposrtasi mempunyai pengaruh karena transportasi merupakan realisasi dari hubungan yang saling mengikat antara daerah yang mengelilingi daerah kota Payakumbuh Faktor Pendukung Payakumbuh Sebagai Kota Penghubung Faktor pendukung Payakumbuh terbagi menjadi sarana jalan, sarana transportasi dan perdagangan. Sarana jalan terbagi menjadi dua yaitu jaringan jalan,perkembangan jalan dan jembatan. Sarana transportasi umum terbagi kepada terminal, bus dan angkutan kota serta kereta api. Jalan merupakan ruang politik dan ekonomi suatu kota. Ia mempunyai pengertian lambang baik dalam kegiatan seremonial dan politik, ekonomi dan sosial politik bagi masyarakat. Jalan adalah tempat penduduk berkumpul dan bertukar informasi. Selain untuk kegiatan sosial, jalan juga digunakan sebagai sarana untuk kegiatan ekonomi bagi mereka yang mencari nafkah di sektor informal.(Bambang Heryanto, 2011, 24). Jalan umum memiliki beberapa 9 Payakumbuh sebuah…, Anggara Irhas, FIB UI, 2014
klasifikasi yaitu jalan berdasarkan fungsi jalan, jalan berdasarkan administrasi pemerintah dan jalan berdasarkan titik tumpu. Klasifikasi jalan menurut fungsinya di Indonesia dapat dikelompokkan kedalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal dan jalan lingkungan (Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan) Di kota Payakumbuh jalan arteri ini terbagi menjadi dua bagian yaitu pertama jaringan jalan arteri primer yaitu jalan jalan Lingkar Luar Utara dan Selatan Kota Payakumbuh. Kedua, jaringan jalan arteri sekunder yaitu jalan Soedirman dan Soekarno-Hatta. Jaringan jalan kolektor ini juga terbagi dua yaitu jalan kolektor primer yang mencakup jaringan jalan lingkar utara dalam,jalan Tan Malaka dan jalan Pahlawan. Jaringan jalan kolektor sekunder yang mencakup jalan lingkar selatan serta jalan poros penghubung daerah pinggir dan transisi menuju pusat kota. Grafik 1. Perkembangan jalan di Payakumbuh 1970-2010
Sumber : Payakumbuh Dalam Angka 2010
Pada Grafik diatas terlihat bagaimana perkembangan jalan di Payakumbuh yang sebelumnya merupakan jalan yang terbuat dari tanah dan kerekel berangsur-angsur mulai berganti dengan jalan Aspal. Disini juga terlihat pergeseran dari jalan berupa tanah yang bertransformasi menjadi jalan yang terbuat dari kerekel dan setelahnya menjadi jalan yang beraspal. 10 Payakumbuh sebuah…, Anggara Irhas, FIB UI, 2014
Tahun 2010 ditandai dengan hal perkembangan menarik dari panjang jalan yang ada di Kota Payakumbuh, menarik karena panjang jalan terus mengalami penurunan. Tahun 2008 panjang jalan secara total 243,76 km, selanjutnya menjadi 237,29 km pada tahun 2009 dan 220,28 km pada tahun 2010. Hal tersebut dipengaruhi oleh pengurangan jalan yang di urus oleh pemerintah kota, dari 220,30 km tahun 2008 menjadi 195,35 km tahun 2010. Ditinjau dari kondisi jalan maka keadaan jalan pada tahun 2010 maka hampir setengahnya dalam keadaan baik. Hal ini terjadi untuk jalan yang di urus oleh pemerintah pusat, propinsi maupun pemerintah kota. Sebesar 53 % jalan kota dalam keadaan baik, 54 % jalan propinsi dan 42 % lebih jalan nasional dalam keadaan baik. Terminal merupakan tempat untuk menaikan dan menurunkan penumpang. Terminal dapat terbagi menjadi : terminal penumpang dan juga terminal barang. Terminal adalah tempat tersedianya fasilitas masuk dan keluar penumpang atau barang. Terminal juga merupakan tempat pergantian moda. Terminal diselenggarakan untuk melancarkan mobilitas orang dan barang dan untuk terlaksanananya keterpaduan antar moda.Di Payakumbuh terdapat beberapa buah terminal yaitu Terminal untuk Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP), Angkutan Kota Antar Provinsi (AKAP) di Koto nan empat. Sedangkan untuk Angkutan Kota (Angkot) atau biasa disebut Sago di Payakumbuh terletak juga di Terminal Kota nan Empat dan juga terdapat terminal di Pasar Payakumbuh. Untuk yang jurusan kota Payakumbuh berada di dekat pasar Payakumbuh dan angkotnya berwarna biru sedangkan yang jurusan untuk ke Kabupaten Lima Puluh Kota yang berwarna hijau berada di daerah Pasar Kabau. Pada tahun 1899 kereta api mulai masuk ke Payakumbuh, yang merupakan alat transportasi jarak jauh. Sehubungan dengan dibukanya tambang emas Manggani maka dibuka pula hubungan kereta api dari Payakumbuh melalui Simalanggang, Taeh, Guguak, Dangungdangung sampai ke Limbanang. Adanya jalan kereta api ini Padang-Payakumbuh-Limbanang telah memperlancar mobilitas penduduk, jasa angkutan barang hingga Payakumbuh semakin ramai dan berkembang. (Akmal, 1995, 141) Sejak tahun tahun 1970an fungsi kereta api mulai menurun karena semakin berkembangnya jumlah kendaraaan bermotor seperti mobil, bus dan sepeda motor. Hal ini disebabkan oleh karena kendaraan bermotor kecepatannya jauh lebih tinggi, dan keuntungan lainya adalah berupa rasa aman yang dirasa oleh penumpang karena bebas dari polusi. Sedangkan dengan kereta api yang masih menggunakan lokomotif uap dapat mengeluarkan gulungan asap yang bisa menyesakkan nafas. Selain itu daya jangkau 11 Payakumbuh sebuah…, Anggara Irhas, FIB UI, 2014
kendaraan bermotor jauh lebih luas dan dapat berhenti di mana saja,sedangkan jangkauan kereta api terbatas di sekitar rel saja dan tidak bisa berhenti di sembarang tempat. Pasar adalah salah satu tempat di mana masyarakat tidak hanya bisa melakukan jual beli berbagai barang jual beli berbagai bahan yang mereka butuhkan, tetapi pasar juga merupakan salah satu pusat pertukaran informasi. Setelah beberapa tahun berjalan,hari pasar akhirnya berubah menjadi hari libur bagi warga. Kegiatan ke sawah-keladang dan ke kebun atau aktifitas lainya seperti bertukang dihentikan. Sebagai gantinya mereka pergi ke pasar (Gusti Adnan, 2007 : 107) Tahun 1825 diperkirakan jumlah pasar di daerah pedalaman kawasan pantai barat bagian selatan ini sebanyak 40 buah. Pasar pasar yang relative besar di Padang Panjang,Bukittinggi, Batusangkar dan Payakumbuh. Kegiatan di pasar berlangsung pada hari Pasar dan penamaan pasar cenderung mengacu kepada hari pelaksanaan pasar tersebut. Misalnya Pakan Akaik (Pasar Minggu), Pakan Sinayan (Pasar Senin), Pakan Salasa (Pasar Selasa), Pakan Raba’a (Pasar Rabu), Pakan Kamih (pasar Kamis), Pakan Juma’ik (Pasar Jum’at) Pakan Sabtu (Pasar Sabtu). Rata-rata pengunjung setiap hari pasar berkisar antara 2000-3000 orang. (Gusti Adnan, 2007 : 197) Pengembangan kota Payakumbuh sebagai kota pertanian mengingat masih besarnya penduduk yang bekerja di sektor pertanian ini yaitu 24,23% dan hampir setengah lahan budidaya kota adalah pertanian. Berdasarkan perkembangan yang terjadi sub sektor peternakan dengan komoditi sapi, ayam ras memiliki potensi berkembang. Untuk itu dibutuhkan penyediaan berbagai fasilitas pendukung. Posisi kota Payakumbuh untuk pemasaran ke provinsi Riau membuat potensi pertanian perlu ditingkatkan. Untuk sub sektor lain seperti tanaman pangan, perkebunan dan perikanan dibutuhkan peningkatan produktifitas dengan menyediakan input, budidaya dan pemasaran yang lebih baik. Peningkatan produksi di sektor pertanian perlu untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Hasil Daerah Payakumbuh : Pada tahun 2010 produksi padi sawah di Kota Payakumbuh tercatat 32.065 ton. Bila dibandingkan dengan tahun 2009 produksi padi sawah mengalami peningkatan sebesar 8.981 ton atau 38,91 %. Peningkatan produksi padi sawah ini disebabkan oleh naiknya luas panen dari 5.105 Ha tahun 2009 menjadi 7.214 Ha tahun 2010. Untuk tanaman palawija komoditi ubi kayu dan ubi jalar, produksinya mengalami kenaikan masingmasing 79,18 % dan 21,59 %. Usaha perkebunan di kota Payakumbuh merupakan usaha 12 Payakumbuh sebuah…, Anggara Irhas, FIB UI, 2014
perkebunan rakyat dengan lahan terbatas. Untuk tahun 2010 produksi tanaman kelapa dan cengkeh mengalami penurunan. Sedangkan produksi tanaman lain meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan produksi tertinggi tahun 2010, adalah tanaman aren, yaitu sebesar 58,82 % Sedangkan penurunan terbesar adalan tanaman kelapa yakni 25,71 %. Dampak dan Hambatan Payakumbuh sebagai Kota Penghubung Dampak dari Payakumbuh sebagai kota penghubung terdiri dari dampak ekonomi dan pemukiman penduduk. Dampak ekonomi yaitu : Payakumbuh merupakan lokasi dari kegiatan ekonomi daerah belakang (Hinterland). Payakumbuh sebagai tempat berlangsungnya kegiatan perdagangan hasil bumi dan perdagangan umum. Hasil bumi terdiri dari bahan makan,palawija dan holtikultura. Komoditas yang yang diberikan oleh daerah Hinterland kepada Payakumbuh antara lain tembakau,gambir, hasil ternak,beras gula aren dan hasil bumi lainnya.
Komoditas
ini
datang
ke
Payakumbuh
kemudian
diperdagangkan
ke
Padang,Pekanbaru,Batam hingga ke luar negeri. Titik transit tersebut juga memberikan peluang bagi penduduk daerah belakangnya, untuk melakukan instabilitas (mobilitas),baik vertikal seperti jenjang mata pencarian,karier dan status maupun secara horizontal seperti migrasi. Grafik 2. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh 1997-2006 LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PAYAKUMBUH TAHUN 1997 - 2006 8,00% 6,00% 4,00% 2,00% 0,00%
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
-2,00% -4,00% -6,00%
Sumber : PDRB Kota Payakumbuh 2002-2006, BAPPEDA & BPS Kota Payakumbuh
13 Payakumbuh sebuah…, Anggara Irhas, FIB UI, 2014
Dari grafik diatas terlihat perkembangan laju petumbuhan ekonomi kota Payakumbuh. Pada awal tahun 1997 dimana terjadi krisis ekonomi di Indonesia laju pertumbuhan ekonomi Payakumbuh berada di titik negative ini terjadi hingga tahun 1998. Setelah mulai diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia, Payakumbuh pun mendapatakan otonomi daerah. Payakumbuh pun mulai berkembang dan laju pertumbuhan ekonominya mulai positif dan berjalan dengan lebih baik Jika dilihat dari perkembangan PDRB 2003 menurut Lapangan usaha di Kota Payakumbuh terlihat bahawa ada tiga sektor yang memberikan kontribusi diatas 20% yaitu sektor jasa sebesar 29,26 %, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 17,97 % serta sektor perdagangan sebesar 16,29 %. Ini berarti menandakan bahwa Kota Payakumbuh merupakan kota yang berfungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa yang tidak hanya dalam skala lokal tetapi juga sebagai pelayanan daerah Hinterlandnya. Perkembangan tenaga kerja menurut lapangan usaha Kota Payakumbuh tahun 2003, sektor-sektor yang menyerap tanaga kerja adalah sektor jasa sebanyak 32,63% (Peraturan Daerah, 2003, II.12) Dampak pemikiman penduduk Struktur ruang yang dikembangkan di Payakumbuh berpola konsentrik dengan pusat adalah kawasan kota Payakumbuh. untuk mengurangi beban pelayanan dan aktifitas pusat kota, maka dikembangkan tiga sub pusat dengan fungsi sebagai pusat perdagangan lokal yang berwujud pasar-pasar satelit. Untuk pengembangan dan distribusi kegiatan perkotaan maka dikembangkan jalan lingkar utara dan selatan. Lingkar utara terdiri dari lingkar dalam dan lingkar luar. Perkembangan Kota Payakumbuh berkembang menurut teori konsentris. Teori ini menyatakan bahwa Daerah Pusat Kota (DPK) atau Central Business adalah pusat kota yang tepat di tengah kota dan berbentuk bundar yang merupakan pusat kehidupan sosial,ekonomi,budaya dan politik, serta merupakan zona dengan derajat aksesebilitas tinggi dalam kota. DPK atau CBD tersebut terbagi atas dua bagian, yaitu: pertama, bagian paling inti atau RBD (Retail Business District) dengan kegiatan dominan pertokoan, perkantoran dan jasa; kedua, bagian di luarnya atau WBD (Wholesale Business District) yang ditempati oleh bangunan dengan peruntukan kegiatan ekonomi skala besar, seperti pasar, pergudangan (warehouse), dan gedung penyimpanan barang supaya tahan lama (storage buildings). Lokasi perumahan di Payakumbuh menyebar keseluruh bagian wilayah kota. Perumahan berkembang di Kota Payakumbuh terutama kearah Payakumbuh Barat. Hal ini terjadi di sebabkan oleh 14 Payakumbuh sebuah…, Anggara Irhas, FIB UI, 2014
perkembangan penduduk terutama terjadi di Kecamatan Payakumbuh Barat kemudian disusul oleh perkembangan penduduk dari kecamatan Payakumbuh Timur Hambatan Payakumbuh sebagai kota penghubung terdiri dari pembebasan lahan. Perkembangan
Payakumbuh
sebagai
Kota
Penghubung
sangat
tergantung
kepada
perkembangan infrasturuktur terutama jalan, terminal dan jembatan. Ini disebabkan oleh kondisi geografis Payakumbuh yang terletak di tengah pulau Sumatera. Hak tanah merupakan bagian yang penting dalam penelitian pembangunan perkotaan. Tanah merupakan mekanisme utama yang mengatur ekologi (perubahan lambat). Tanah adalah sumber daya strategis yang memungkinkan penguasaan kekayaan di masa depan contohnya sebagai faktor produksi atau objek spekulasi. Sebelum kedatangan bangsa asing (Aceh, Cina dan Belanda ) pada abad ke 16 dan 17 semua tanah yang berada dibawah kepemilikan yang sesuai adat Minangkabau. Ini berarti bahwa tanah merupakan harta milik ulayat di bawah garis keturunan perempuan. Keragaman hak pemilikan yang pertama terjadi sewaktu beberapa bidang tanah diserahkan kepada VOC untuk mendirikan benteng. Dipandang sebagai sejarah masa lampau kita bisa memandang hal ini sebagai awal tanah milik negara. Residen H.J.J.L De Stuers (1824-1829) mengambil langkah pentinguntuk memberikan sertifikat tanah kepada siapa saja yang membuka lahan tidur (wasteland). Langkah ini merupakan dasar pembedaan antara tanah ulayat yang tunduk kepada adat Minangkabau dan tanah yang dimili secara pribadi menurut hukum barat. Pada tahun 1875 pembedaan yang serupa dituangkan dalam peraturan adat tentang keseluruhan Indonesia. Pendaftaran Tanah sudah mulai ada sejak tahun abad ke 19 dan ini tidak mengubah lahan yang dimiliki menurut adat. Antara tahun 1923 dan 1926, 16 % pajak tanah yang bersetifikat di Padang dan daerah sekitarnya nerasal dari warga Minangkabau, Bagian terbesar tanh orang Minangkabau sudah sejak dahulu didaftarkan. Undang-undang Agraria tahun 1960 secara resmi menyatukan semua hak tanah dan menggalakan agar penduduk mendaftarkan tanahnya tetapi tidak menghilangkan peran adat. (Freek Colombijn, 2006 : 235-236) Hak Ulayat adalah hak tradisonal
dari masyarakat umum adat di Indonesia
untuk
menguasai dan mengelola suatu wilayah tertentu sebagai lapangan kehidupan dalam rangka mendukung kelangsungan hidup anggota masyarakat sendiri. Setiap anggota masyarakat hukum adat yang bersangkutan berhak dan bebas mengolah dan memanfaatkan tanah dan
15 Payakumbuh sebuah…, Anggara Irhas, FIB UI, 2014
sumber daya alam yang adat di dalam kawasan mereka. Orang luar tidak berhak kecuali atas izin dari masyarakat itu sendiri (Kurnia Warman, 2010 : 39) Pembuatan jalan lingkar luar Payakumbuh disebabkan karena bus dan truk yang masuk kedalam kota sehingga menyebabkan macet. Untuk menghadapi masalah pembebasan lahan untuk membuat jalan Lingkar utara dan selatan Payakumbuh. Walikota Payakumbuh Payakumbuh saat itu Fahmy Rasyad (1993-1998) membentuk Panitia Pengadaan Jalan dan Tanah. Panitia ini bertugas untuk melakukan negosiasi dengan masyarakat perihal pembebasan tanah. Hal ini disebabkan oleh Dinas Pekejaan Umum tidak menanggung biaya pembebasan lahan hanya menanggung biaya pembuatan jalan. Jalan lingkar ini merupakan jalan Nasional bukan merupakan jalan kota. (Wawancara Fahmy Raysad 20 September 2013) Untuk Mewujudkan keinginan untuk menjadikan Kota Payakumbuh sebagai pusat perekonomian masyarakat Sumatra Barat. Walikota periode 1998-2002, Darlis Ilyas bersedia bolak balik Jakarta-Payakumbuh untuk berbagai hal terutama peningkatan yang berhubungan dengan peningkatan asset daerah, termasuk mengupayakan tambahan perolehan dana dari melalui Dana Alokasi Umum (DAU). Usaha ini membuahkan hasil untuk tahu anggaran 2001, Payakumbuh memperoleh Dana DAU sebesar Rp. 72,6 Milyar yang jauh berada di atas rata-rata penerimaan kota di Sumatera Barat lainnya di mana hanya memperoleh sekitar Rp. 50 Milyar. Begitu pula tambahan dana DAU pada tahun sebelumnya mencapai Rp. 1,2 Milyar sementara Payakumbuh mendapat tambahan anggaran sebesar Rp. 4,6 Milyar. Anggaran yang didapat tersebut dipergunakan untuk peningkatan fasilitas pembangunan,kesejahteraan rakyat, termasuk pegawai negeri guru serta pendidikan. Proaktif walikota dan bupati mendatangkan investor dari luar negri sejalan dengan haluan program otonomi daerah yang telah ditetapkan. Dalam Undang-Undang no 25 Tahun 1999 tentang perimbangan Keuangan antara pusat dan daerah. Pada bagian penjelasan undang-undang tersebut diungkapkan pembangunan daerah adalah sebagai bagian intergral dari pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai sub sistem pemerintahan negara untuk meningkatkan daya dan guna penyelengaraan pemerintah dan pelayanan masyarakat. Dalam undang-undang otonomi daerah ini dijelaskan mempunyai tujuan pokok antara lain memberdayakan dan meningkatkan kemampuan perekonomian daerah. Oleh sebab itu dapat 16 Payakumbuh sebuah…, Anggara Irhas, FIB UI, 2014
diterjemahan bagi setiap pemerintah daerah diberikan kewenangan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan potensi ekonomi daerahnya masing-masing. (Darlis Ilyas, 2001, 24) Solusi untuk memajukan Payakumbuh sebagai sebuah Kota Hubung di Sumatera adalah pertama : membuat pemicu pertumbuhan ekonomi baru di Payakumbuh, dengan adanya pusat ekonomi baru ini dapat mempercepat kemujuan Kota. Kedua membuat membuat pusat industri yang dengan potensi daerah Payakumbuh. Ketiga Payakumbuh merupakan pusat persimpangan jalan. Pelabuhan memiliki pelabuhan baik seaport ataupun airport. Disebabkan payakumbuh merupakan kota yang terletak di tengah pulau Sumatera maka seaport tidak dimungkinkan untuk dilakukan. (Wawancara Reza Fahlevi,2013) Kesimpulan Payakumbuh merupakan daerah yang telah berkembang sebelum wilayah tersebut menjadi wilayah administrasi bernama Kota Payakumbuh yang diresmikan pada tanggal 17 Desember 1970. Wilayah yang menjadi bagian dari Payakumbuh adalah 7 kanagarian yaitu : Koto nan Gadang, Koto Nan Empat, Lampasi, Tiakar, Air Tabit, Limbukan Payobasung. Wilayah inilah yang kemudian dilebur menjadi tiga kecamatan yaitu : Kecamatan Payakumbuh Utara, Payakumbuh Barat dan Payakumbuh Timur. Tahun 2008 kecamatan di kota Payakumbuh dimekarkan dan bertambah yaitu kecamatan Payakumbuh Selatan dan Lamposi Tigo Nagari. Payakumbuh adalah sebuah kota yang terletak di tengah Pulau Sumatera. Diakibatkan oleh letaknya itu Payakumbuh menjadi sebuah kota yang strategis karena dapat menghubungkan pantai Barat Sumatera dengan pantai timur Sumatera. Payakumbuh juga memilki topografi yang datar. Berdasarkan letaknya tersebut Payakumbuh tergolong kepada Kota Penghubung. Kota ini dilewati oleh jalur lintas Sumatera, yang merupakan jalur yang sibuk setiap hari. Adanya pergerakan yang terjadi setiap hari ini mengakibatkan perkembangan terhadap Kota Payakumbuh terutama perkembangan wilayah yang dilalui jalur transportasi tersebut sehingga mempercepat pembangunan daerah yang dilewati. Disebabkan oleh kondisi geografisnya yang berada di tengah pulau Sumatera, akomodasi yang diandalkan adalah transportasi darat. Perkembangan sarana dan prasarana Payakumbuh terus berkembang salah satu tonggak yaitu pembangunan Jalur Lingkar luar utara dan selatan yang pembangunannya telah digagas oleh Walikota Payakumbuh Fahmy Rasyad (1993-1998) merupakan salah satu hal yang memicu perkembangan kota Payakumbuh sebagai kota 17 Payakumbuh sebuah…, Anggara Irhas, FIB UI, 2014
penghubung. Jalur ini membuat jaringan jalan di payakumbuh menjadi lebih baik yang sebelumnya hanya mengandalkan jalur Lingkar dalam sehingga menimbulkan kemacetan di dalam kota.Daerah yang berada di Jalur ini juga memicu perkembangan ekonomi dan juga perkembangan pemukiman di Payakumbuh. Daerah yang dilewati oleh jalur ini memjadi berkembang karena adanya jalan. Transportasi sangat berpengaruh dalam kota Payakumbuh. Angkutan umum di Payakumbuh pada awalnya memiliki
masa jaya, namun pada saat sekarang ini sedang
meredup karena telah tersaingi oleh kendaraan pribadi yang sekarang sudah sangat mudah mendapatkanya. Sekarang dengan mudahnya dapat membeli kendaraan pribadi. Terlihat dari tidak adanya lagi kereta api di Payakumbuh dan juga mati surinya terminal yang berada di Payakumbuh. Payakumbuh merupakan sebuah daerah yang menunjang daerah hinterlandnya yaitu daerah Kabupaten Lima Puluh Kota. Terkait dengan Pengembangan ekonomi daerah belakangnya yang bergantung kepada Payakumbuh untuk memasarkanya baik itu menuju ke daerah Sumatera Barat maupun daerah Riau menuju daerah lain. Setelah mengalami otonomi daerah yang terjadi setelah terjadinya reformasi daerah Payakumbuh dapat mengembangkan daerahnya sendiri. Dengan adanya perkembangan ini menyebabkan perkembangan ekonomi Payakumbuh menjadi lebih baik ini ditandai juga dengan meningkatnya Pendapatan Asli. Pembangunan di kota Payakumbuh berjalan dengan baik namun di samping itu juga terdapat hambatan dalam mencapai kemajuan salah satunya adalah pembebasan lahan. Pembebasan lahan untuk pembangunan selalu menjadi masalah, ini juga terjadi di Payakumbuh. Bahkan sampai jalur lingkar utara harus berbelok dari rencana semula karena terkendala masalah lahan dan jalur lingkar selatan belum dapat digunakan secara maksimal sampai saat sekarang. Untuk dapat memajukan dan mengembangkan kota Payakumbuh menjadi lebih baik Payakumbuh lagi diperlukan pemimpin bagi Payakumbuh baik itu Walikota, Wakil Walikota, Ketua DPRD Payakumbuh maupun tokoh dalam masyarakat yang memiliki visi ke yang bagus dan dapat dekat dengan masyarakat sehingga dapat menyerap aspirasi dari masyarakat, sehingga dapat terjadi komunikasi dua arah antara pemerintah dengan rakyat. Membuat pusat perekonimian baru juga diperlukan untuk dapat memajukan kota Payakumbuh karena dengan adanya hal tersebut maka ekonomi akan semakin meningka 18 Payakumbuh sebuah…, Anggara Irhas, FIB UI, 2014
Daftar Acuan A. Arsip Laporan Tahunan Walikotamadya Tingkat II Payakumbuh tahun 1975 - 1976 Pola dan Pengarahan Pengelolaan perusahaan Jawatan Kereta Api Eksploitasi Sumatera Barat,Maret 1973,Direktorat Jendral Perhubungan Darat :No. 1/B/PHBD/1973 Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 18 Tahun 2003 tentang Rencana Umum Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kota Payakumbuh, Pemerintah Kota Payakumbuh 2003 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan. B. Buku Akmal. 1995. 25 Tahun Kotamadya Tingkat II Payakumbuh. Payakumbuh : Payakumbuh.
Pemda
Asnan, Gusti. 2007. Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera.Yogyakarta : Ombak -------. 2007. Memikir Ulang Regionalisme Sumatera Barat 1950an. Jakarta, Yayasan Obor Indonesia. -------. 2006 . Pemerintahan Sumatera Barat Dari VOC Hingga Reformasi,Yogyakarta,Citra Pustaka. Badan Pemurnian Sejarah Indonesia- Minangkabau. 1981. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan R.I di Minangkabau 1945-1950 jilid 2. Jakarta : BPSIM. Badan Pusat Statistik Kota Payakumbuh, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Payakumbuh. 1987. Payakumbuh Dalam Angka 1986. Payakumbuh : Badan Pusat Statistik Kota Payakumbuh. -------. 1988. Payakumbuh Dalam Angka 1988. Payakumbuh : Badan Pusat Statistik Kota Payakumbuh. -------. 1991. Payakumbuh Dalam Angka 1990. Payakumbuh : Badan Pusat Statistik Kota Payakumbuh. ------. 2001. Payakumbuh Dalam Angka 2000. Payakumbuh : Badan Pusat Statistik Kota Payakumbuh. -------. 2011. Payakumbuh Dalam Angka 2010. Payakumbuh : Badan Pusat Statistik Kota Payakumbuh. Bintarto, R. 1989. Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya . Jakarta : Ghalia
Indonesia.
Colombijn, Freek. 2006. Paco-Paco (Kota) Padang. Yogyakarta : Ombak
19 Payakumbuh sebuah…, Anggara Irhas, FIB UI, 2014
Datoek Sanggoeno Diradjo, Ibrahim. 2009. Tambo Adat Minangkabau Tatanan Adat Warisan Nenek Moyang Orang Minangkabau . Bukittinggi : Kristal Multimedia. Ernawati. 2007. Asap Hio di Ranah Minang : Komunitas Tionghoa di Sumatera Yogyakarta : Ombak.
Barat,
Graves, Elizabeth E. 2007. Asal Usul Elite Minangkabau Modern. Jakarta : Obor.
Yayasan
Heryanto, Bambang. 2011. Roh dan Citra Kota Peran Perancangan Kota SebagaiKebijakan Publik .Surabaya : Brilian Internasional. Ilyas, Darlis. 2002. Dibawah Dukungan Rakyat “Pemikiran dan Langkah Reformasi Walikota”. Jakarta : LPMP.
Sang
Israr, M. Hikmat, ed. 2004. H. C Israr Kesederhanaan dan Keperjuangan Anak Payakumbuh. Jakarta : Budaya Media. Kuntowijoyo. 1994. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Tiara Wicana Yogya. Roucek, S Joseph Warren, L Roland. 1984. Pengantar Sosiologi. Yogyakarta : Aksara.
Bina
Sjarifoedin, Amir. 2011. Minangkabau Dari Dinasti Iskandar Zulkarnain Sampai Tuanku Imam Bonjol. Jakarta : Gria Media Prima. Tim Penyusun. 1981. Monografi Daerah Sumatera Barat . Padang : Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Dit.Jen. Kebudayaan Departeman Pendidikan dan Kebudayaan RI. Vesky, Fajar Rillah dan Trisnadi,Rendra . 2010. 40 Tahun Kota Payakumbuh Dari Soetan Usman Hingga Josrizal Zain . Payakumbuh : Anggrek Perdana. Warman, Kurnia. 2010. Hukum Agraria Dalam Masyarakat Majemuk : Dinamika Interaksi Hukum Adat di Sumatera Barat. Jakarta : KITLV. Zed, Mestika dkk. 1998. Sumatera Barat di Panggung Sejarah 1945-1995. Jakarta: Harapan.
Sinar
C. Wawancara Fahlevi, Reza. 10 September 2013. Merupakan Walikota Payakumbuh periode 2012 – 2017. Di wawancara di rumah dinas Walikota Payakumbuh di Labuh Basilang, Kota Payakumbuh. Rasyad, Fahmi. 20 September 2013. Merupakan Walikota Payakumbuh periode Diwawancara di kediamannya di Labuh Basilang Kota Payakumbuh.
1993-1998.
20 Payakumbuh sebuah…, Anggara Irhas, FIB UI, 2014