PASAR NGARSOPURO SEBAGAI ALTERNATIF WISATA BELANJA DI KOTA SOLO
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata
ROYYAN MAHERTA SUYOTO C9406073
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai beraneka kebudayaan, adat istiadat, dan sumber daya alam yang dapat dijadikan sumber pendapatan utama dengan mengelola sumber daya alam tersebut dengan baik. Salah satu kekayaan Indonsia adalah dengan adanya beranekaragam objek wisata dengan ciri yang berbeda-beda, sehingga dapat menarik wisatawan baik wisatawan asing muapun domestik untuk berkunjung ke Indonesia dan menikmati objek wisata tersebut. Karena sektor pariwisata diharapkan menjadi penghasil devisa nomor satu dan sebagai sumber pendapatan terpenting sehingga pemerintah mengupayakan pengembangan dan perbaikan di sektor pariwisata dari waktu ke waktu. Dengan tujuan untuk melestarikan objek wisata yang ada serta meningkatkan mutu pariwisata agar menarik minat wisatawan untuk berkunjung dan menikmati objek wisata yang disajikan. Pengembangan tersebut ditujukan terutama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tentunya dengan mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain kelestarian budaya dan lingkungan alam, aspek peningkatan pendapatan daerah ataupun aspek pelayanan terhadap wisatawan. Selain itu pemerintah juga gencar melakukan promosi baik secara langsung atupun tidak langsung. Promosi secara langsung yang dilakukan pemerintah misalnya, dengan mengirimkan misi kebudayaan ke luar negeri, pameran khusus benda-benda atau hasil kebudayaan. Sedangkan promosi yang dilakukan pemerintah secara tidak langsung misalnya memberikan informasi dalam bentuk penyebaran
pamflet, iklan media cetak ataupun elektronik. Adapun promosi yang sangat efektif dan efisien yaitu melaluai antar personal. Khususnya di Kota Solo, kota ini mempunyai banyak objek wisata yang beraneka ragam, antara lain wisata religi, wisata budaya, wisata sejarah, wisata belanja, dan wisata kuliner terdapat disini. Ciri utama pariwisata di Kota Solo adalah menonjolkan wisata budaya dan wisata belanja, karena Kota Solo terkenal kental dengan budayanya dan juga dengan wisata belanja yang murah dan mempunyai mutu yang tinggi, dengan fasilitas-fasilitas pendukung pariwisata yang maju. Keberanekaragaman berbagai objek wisata yang menarik dan disertai dengan pengelolaan yang maksimal dapat menjadikan kemajuan yang baik bagi perkembangan pariwisata di Kota Solo. Dari tahun ke tahun pariwisata di Kota Solo mengalami peningkatan, jumlah kunjungannya pun juga terus meningkat, hal tersebut dapat berdampak positif bagi pendapat Kota Solo yang bertambah, ini sebagai wujud bahwa pengelolaan yang baik dapat menimbulkan dampak yang positif. Beberapa objek wisata di Kota Solo antara lain: 1. Keraton Kasunanan Surakarta 2. Istana Mangkunegaran 3. Musuem Radya Pustaka 4. Wisata Belanja Pasar Klewer 5. Tamana Bermain dan Gedung Pertunjukan Wayang Orang Sriwedari 6. Taman Satwa Taru Jurug 7. Kampoeng Wisata Batik Kaoeman 8. Wisata Kuliner Langen Bogan atau dikenal dengan sebutan Galabo 9. Pandawa
Objek wisata yang yang diminati di Kota Solo adalah objek wisata yang memberikan sentuhan budaya, karena wisatawan asing pada khususnya lebih tertarik dengan hal tersebut, sehingga di Kota Solo sendiri lebih banyak menjual wisata budaya. Selain wisata budaya, Kota Solo juga terkenal dengan wisata belanja. Pasar wisata yang terkenal di kota ini daalah Pasar Klewer. Dengan begitu Dinas Pariwisata Kota Solo mengelola dengan baik dan menambah objek wisata yang berhubungan dengan nilai budaya dan sejarah pada umumnya, agar pariwisata di Kota Solo semakin meningkat. Selain itu pemerintah Kota Solo juga meningkatkan dengan adanya event-event kesenian di Kota Solo, agar lebih dikenal. Dengan begitu Kota Solo semakin dikenal, dan objek wisata yang terdapat di Kota Solo pun juga semakin meningkat pengunjungnya. Ditambah dengan wajah baru Kota Solo yang semakin ramai dengan taman yang terdapat disepanjang jalan, sehingga menambah kesan sejuk dan dalam berwisata terkesan lebih santai. Begitu pula dengan fasilitas-fasilitas pendukung yang lain yang telah siap untuk dipergunakan menambah lebih matang lagi pariwisata di Kota Solo. Kondisi jalan yang lebar dan baik, tersedianya air yang bersih, penerangan yang baik, penginapan yang sudah pasti tersedia dimana-mana dengan berbagai macam pilihan dan kelas, dan letak objek wisata yang tidak begitu jauh, membuat kota ini menjadi kota wisata yang ramai dikunjungi wisatawan setiap harinya. Adapun objek wisata yang selalu ramai dikunjungi setiap hari adalah Keraton Kasunanan Surakarta dan Pasar Klewer, dan dimalam hari dapat dinikmati wisata kuliner langen bogan, yang letaknya tidak berjauhan dengan letak kedua objek wisata tersebut. Untuk melengkapi objek wisata yang sudah tersedia, maka kini dibangun pasar belanja, yaitu Pasar Ngarsopuro yang terletak di tengah Kota Solo. Pasar belanja ini terletak di tengah Kota Solo, sehingga mudah dijangkau dengan sarana transportasi apapun, dan letaknya pun juga strategis. Pasar Ngarsopuro terletak di depan Istana Mangkunegaran, konon nama Ngarsopuro
berasal dari kata “ngarso” adalah depan, dan “puro” adalah pura atau Istana Mangkunegaran, sehingga nama Pasar Ngarsopuro artinya adalah pasar yang terletak di depan Istana Mangkunegaran, dan juga karena jalan yang digunakan untuk area pasar ini dulu bernama Jalan Ngarsopuro. Pasar ini juga menggabungkan dengan Pasar Windu Jenar. Pasar belanja ini menjual berbagai macam barang antik dan barang-barang elektronik. Selain itu Pasar Ngarsopuro ini membuka Night Market atau pasar malam, yang dimana mengambil lokasi sepanjang Jalan Diponegoro, depan Istana Mangkunegaran. Pasar malam ini juga menjual berbagi barang misal handigraf, aksesoris, garmen dan jajanan pasar khas Kota Solo. Pertunjukan di pasar malam pun tak kalah menarik. Di pasar ini sering diadakan pertunjukan wayang kulit, campur sari, musik keroncong, dan untuk anak muda diadakan band. Sehingga lebih menarik banyak pengunjung. Di dalam hal ini penulisan tugas akhir memilih objek wisata Pasar Ngarsopuro yang menarik untuk dikunjungi. Berdasarkan uraian diatas penulisan tugas akhir mengambil judul “Pasar Ngarsopuro Sebagai Alternatif Wisata Belanja Di Kota Solo”
B. Rumusan Masalah Latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana latar belakang berdirinya Pasar Ngarsopuro? 2. Bagaimanakah usaha pemerintah daerah setempat dalam mempromosikan dan memasarkan objek wisata Pasar Ngarsopuro sebagai tujuan wisata sehingga dapat meningkatkan jumlah wisatawan? 3. Kendala atau hambatan apa saja yang dihadapi pemerintah setempat dalam mengembangkan mempromosikan objek wisata Pasar ngarsopuro sebagai daya tarik wisata belanja di Kota Solo?
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Pasar Ngarsopuro sebagai objek wisata baru di Kota Solo. 2. Untuk mengetahui usaha apa saja yang dilakukan oleh pemerintah daerah setempat dalam mempromosikan dan mengembangkan objek wisata Pasar Ngarsopuro sehingga dapat meningkatkan jumlah wisatawan. 3. Untuk mengetahui permasalahan atau kendala apa saja yang dihadapi pihak pemerintah dalam mempromosikan dan mengembangkan objek wisata Pasar Ngarsopuro sebagai daya tarik wisatawan.
D. Manfaat Penelitian
Dalam mengadakan suatu penelitian pasti ingin mendapatkan sesuatu yang bermanfaat yaitu : 1. Manfaat Teoritis a. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang dunia pariwisata. b. Penelitian ini dapat memberikan masukan untuk mengembangkan dan mempromosikan pariwisata yang tersedia di Kota Solo. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat dari penulisan ini semoga dapat memberikan gambaran bagi wisata belanja di Solo.
b. Untuk mengetahui data-data dalam penyusunan laporan Tugas Akhir dalam rangka memenuhi persyaratan dalam penyelesaian Program Diploma III Fakultas Sastra Seni Rupa. 3. Manfaat Akademi a. Dapat menambah ilmu pengetahuan, baik secara teoritis, praktis maupun akademik pengembangan diri. b. Menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis dan menambah informasi bagi pembaca.
E. Kajian Pustaka
Menurut undang-undang kepariwisataan No. 9 1990 tentang kepariwisataan,obyek dan daya tarik wisata (ODTW) merupakan istilah yang popular dalam dunia pariwisata, didefinisikan sebagai,”segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata”. Sedangkan Pariwisata itu sendiri adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan usaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam (Oka A. Yoeti, 1983 : 110). Pariwisata menurut Hubert Gulden adalah pariwisata yang didalamnya mengandung unsur perjalanan diartiakan peraliahan tempat yang bersifat sementara, seseorang atau beberapa orang untuk memperoleh pelayanan dan diperuntukan bagi kepariwisataan itu (Joko Purwanto dan Hilmi, 1994 : 10). Dalam buku Oka A. Yoeti ”Pemasaran Pariwisata” (1980 : 28) suatu obyek wisata akan semakin ramai dikunjungi oleh wisatawan apabila mempunyai suatu atraksi wisata, akomodasi serta aksesibilitas yang memadai sebagai daya tarik wisata. Daya tarik wisata meliputi hal-hal
yang dapat menarik orang untuk berkunjung ke suatu tempat karena adanya benda-benda yang tersedia dan terdapat dialam semesta, hasil ciptaan manusia dan tata cara hidup masyarakat. Suatu akomodasi sangat penting dalam dunia pariwisata karena sebagai tempat menginap para wisatawan yang berkunjung. Wisatawan yang berkunjung di suatu objek tidak berasal dari daerah sekitar saja melainkan dari luar daerah juga ada. Selain itu aksesibitas yang memadai supaya mudah dijangkau oleh para wisatawan yang akan berkunjung meskipun objek wisata tersebut letaknya tidak strategis. Menurut Indriyo Gitosudarno “Manajemen Pemasaran Edisi Pertama” (1994 : 24). Pasar adalah tempat dimana bertemunya penjual dan pembeli,tapi akan berbeda bagi para pengusaha,pasar merupakan suatu tempat yang sangat fital bagi seorang pengusaha,karena disitulah pengusaha satu dengan pengusaha lain bersaing untuk menjual semua barang yang mereka jual dan mencari konsumen atau pelanggan agar mau membeli produk atau barang yang ditawarkan. Dalam buku Nyoman S Pendit “Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana” (1986 : 36) yang berkaitan dengan jenis-jenis wisata dapat dibedakan menjadi berikut :
a.
Wisata budaya adalah suatu perjalanan yang dialakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseoarang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adapt istiadat mereka.
b.
Wisata kesehatan adalah suatu perjalanan yang dilakaukan oleh wisatawan dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana wisatawan tinngal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani dengan
mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat menyembuhkan penyakit. c.
Wisata olah raga adalah suatu perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan dengan tujuan berolah raga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta olah raga di suatu tempat atau negara seperti Asian Games.
d.
Wisata industri adalah perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri, pemeran dagang dan sebagainya.
e.
Wisata politik adalah perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan rombongan pelajar atau mahasiswa, orang-orang awam dengan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian termasuk dalam golongan wisata industri ini.
f.
Wisata sosial adalah pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan, misalnya kaum buruh.
g.
Wisata pertanian adalah
pengorganisasian suatu perjalanan yang dilakukan ke
proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk studi maupun melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan sebagai jenis sayur mayur dan palawija di sekitar perkebunan yang di kunjungi. h.
Wisata cagar alam adalah jenis wisata yang diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang.
i.
Wisata bulan madu adalah suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasanganpasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka.
j.
Wisata pilgrim adalah perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan rombongan ke tempat-tempat yang berkaitan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat dalam masyarakat.
k.
Wisata belanja adalah suatu perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan dari satu tempat ke tempat lain yang bertujuan untuk berbelanja barang khas dari daerah yang dikunjungi (www.kabar Indonesia.com. Tanggal 16 Mei, 2009).
l.
Wisata kuliner adalah suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh wisatawan dari satu tempat ke tempat lain yang bertujuan untuk menikmati makanan khas dari daerah yang dikunjungi (www.kabar Indonesia.com. Tanggal 16 Mei, 2009 ).
Definisi Wisatawan Menurut Gamal Suwantoro dalam buku Dasar-Dasar Pariwisata (2004 : 4), seseorang atau sekelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata disebut dengan wisatawan (tourist), jika lama tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yag dikunjungi. Apabila mereka tinggal di daerah atau negara yang dikunjungi dengan waktu kurang dari 24 jam maka mereka disebut pelancong (excursionist). IUOTO (The Intrnational Unions of Official Travel Organization) menggunakan batasan mengenai wisatawan secara umum ( Sumber : Gamal Suwantoro, 2004 : 4)
Pengunjung (visitor), yaitu setiap orang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan yang menerima upah. Jadi ada dua kategori mengenai sebutan pengunjung, yakni : a. b.
Wisatawan (tourist) Pelancong (excursionist)
Wisatawan adalah pengunjung yang tinggal sementara, sekurang-kuramgnya 24 jam di suatu negara. Wisatawan dengan maksud perjalanan wisata dapat diglongkan menjadi : a.
Pesiar (leisure), untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan, dan olah raga.
b.
Hubungan dagang, sanak saudara, handai taulan, konferensi, misi, dan sebagainya.
Pelancong (excursionist) adalah pengunjung sementara yang tinggal di suatu negara yang dikunjungi dalam waktu kurang dari 24 jam ( Sumber : Gamal Suwantoro, 2004 : 4)
F. Ruang Lingkup
Untuk mengembangkan dan meningkatkan promosi objek wisata Pasar Ngarsopuro sebagai objek wisata baru di Kota Solo dengan kapasitas wisatawan yang cukup tinggi, harus mencakup berbagai aspek antara lain : aspek promosi dan pemasaran dari obyek tersebut, atraksiatraksi apa saja yang ditonjolkan dari objek tersebut untuk menarik para wisatawan untuk berkunjung serta usaha untuk mengembangkan objek wisata Pasar Ngarsopuro.
G. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian Penelitian tugas akhir ini mengambil lokasi di Pasar Ngarsopuro, Jalan Diponegoro, selatan Istana Mangkunegaran, Kota Solo, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu penelitian diadakan di Dinas Tata Kota Surakarta, Perpustakaan Daerah Kota Surakarta, Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surakarta, Perpustakaan Reksopustaka Mangkunegaran. 2. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi: Pengamatan secara langsung yang dilakukan di lapangan atau tempat berlangsungya event yaitu di Pasar Ngarsopuro, Jalan Diponegoro, untuk mendapatkan dan mengumpulkan data yang diperlukan guna sebagai bahan penulisan tugas akhir, dengan cara mengunjungi stand dan mendokumentasikan foto-foto. b. Metode Studi Pustaka: Tehnik pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu denagn membaca, mengkaji serta mempelajari buku-buku, data-data dan bahan-bahan yang berkaitan dengan bidang kepariwisataan. Studi pustaka dilakukan melalui referensi Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta, Laboratorium Tour, Perpustakaan Daerah Kota Surakarta. c. Interview atau Wanwancara: Merupakan teknik di mana penelitian mengumpulkan data dengan cara komunikasi langsung atau wawancara langsung, adapun beberapa responden tersebut antara lain : Bapak Agus Kepala Dinas Tata Kota Surakarta, Ibu Sri Rejeki salah satu pedagang di Night Market Ngarsopuro, Bapak Vitriaman selaku Kepala Bidang UMKM Kota Surakarta, dan Bapak Purnomo selaku salah satu staff di Perpustakaan Reksopustoko.
3. Teknik Analisis Data
Data yang dianalisa dapat dilakukan dengan cara analisa deskriptif, kualitatif yaitu analisa yang memaparkan hasil penelitian untuk memperjelas permasalahan secara informatif dan disertai pula dengan gagasan-gagasan atau argumentasi yang lebih komperhensif. Hasil pengumpulan data kemudian dilakukan analisis data merupakan proses mangatur dan memilah urutan data, mengorganisasi kedalam suatu pola, kategori dan satuan dasar.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan adalah sebagai berikut : Bab I membahas pendahuluan yang meliputi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka meliputi pengertian pariwisata, pengertian pemasaran wisata, jenis-jenis pariwisata, pengertian wisatawan, pengertian pasar, serta metode penelitian yang berisi tehnik pengumpulan data dan tehnik analisis data. Bab II menguraikan tentang gambaran umum Kota Solo secara menyeluruh, tentang sejarah Kota Solo, letak goegrafis Kota Solo, dan daya tarik Kota Solo sebagai tempat pariwisata. Bab III menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi latar belakang berdirinya
Pasar
Ngarsopuro,
usaha
pengelola
setempat
dalam
mengembangkan,
mempromosikan serta kendala apa saja yang dihadapi pengelola dalam memprosikan pasar ngarsopuro sebagai objek wisata baru di Kota Solo. Bab IV merupakan bab terakhir yang berisi penutup yang didalamnya terdapat kesimpulan dan saran.
BAB II GAMBARAN UMUM KEPARIWISATAAN
KOTA SOLO
A. Sejarah Berdirinya Kota Solo
Hidup dalam penjajahan selain terhina, tidak memiliki kebebasan juga sengsara. Kiranya demikianlah yang dialami oleh Raja Keraton Kasunanan di Kartasura, Sri Susuhunan Paku Buwana II. Sang Raja tidak memiliki kebebasan sama sekali. Smapai-sampai untuk memilih calon putra mahkota, raja harus terlebih dahulu meminta persetujuan dari pemerintahan penjajah, VOC Belanda. Setiap tindakan, kebijaksanaan dari raja, harus minta izin dari pimpinan kompeni VOC Belanda. Sedemikian kuatnya cengkraman kekuasaan kompeni VOC Belanda terhadap para raja di kawasan Nusantara, termasuk terhadap Sri Susuhunan Paku Buwana II jaman dulu. Pemerintah penjajahan Belanda dan juga VOC Belanda dengan politik ” pecah belah” terhadap Keraton Mataram itu berhasil menguasai seluruh kekuasaan raja jajahannya.
Sementara intrik perebutan kekuasaan kerajaan melanda Keraton Kasunanan di Kartasura, yang dilakukan dari dalam keluarga keraton keturunan Mataram, telah menimbulkan kemelut berkepanjangan dan permusuhan. Di sisi lain pelarian orang-orang Cina yang tertindas oleh kompeni VOC Belanda di Jakarta dan sekitarnya melarikan diri ke Jawa Tengah. Kemarahan orang-orang Cina tertindas itu ditumpahkannya dalam pemberontakan bersenjata terhadap penguasa keraton di Kartasura yang didukung oleh kompeni VOC Belanda. Pemberontakan orang-orang Cina yang dipimpin oleh Sunan Kuning alias Mas Garendi di tahun 1742 itu juga memperoleh dukungan dari Pangeran Sambernyawa atau Raden Mas Said yang
memanfaatkan momentum itu. Raden Mas Said merasa sangat kecewa dan marah terhadap kebijaksanaan Keraton Kasunanan di Kartasura yang memangkas daerah Sukowati yang dulu diberikan oleh Keraton Kartasura kepada ayahanda Pangeran Raden Mas Said.
Serangan gencar prajurit pemberontak Cina berhasil menjebol benteng pertahanan Keraton Kasunanan di Kartasura dengan menimbulkan banyak korban jiwa. Menghadapi ancaman bahaya besar itu, maka Sri Susuhunan Paku Buwana II memerintahan kepada kerabat keraton dan para abdi dalem untuk segera mengungsi ke wilayah Jawa Timur bagian barat daya, yaitu Pacitan hingga Ponorogo. Sementara itu prajurit pemberontak Cina menghancurkan Keraton Kasunanan di Kartasura dan menjarah kekayaan yang tertinggal.
Hidup terlunta-lunta dalam pengungsian selama beberapa waktu menimbulkan kesengsaraan. Kesedihan mendalam di hati keluarga keraton dan para abdi dalem yang setia. Pemimpin prajurit kompeni VOC Belanda, Mayor Baron Van Hohendroff segera meminta bantuan prajurit kompeni Belanda di Surabaya. Sementara itu Adipati Bagus Suroto dari Kadipaten Ponorogo yang merasa benci terhadap pemberontakan orang-orang Cina terhadap Keraton Surakarta, di Kartasura itu lalu menyediakan prajuritnya untuk segera menumpas prajurit pemberontak Cina di Kartasura. Demikian pula dengan Adipati Cakraaningrat dari Madura segera memimpin prajuritnya membantu Keraton kasunanan di Kartasura untuk menumpas pemeberontakan orang-orang Cina tersebut.
Peperangan menumpas pemberontakan orang-orang Cina pimpinan Mas Garendi berlangsung dengan seru. Akhirnya pemberontakan orang-orang Cina berhasil ditumpas oleh prajurit gabungan dari Kadipaten Ponorogo, Madura bersama prajurit Keraton Kasunanan yang dibantu prajurit kompeni Belanda. Setelah tertumpasnya pemberontakan orang-orang Cina
tersebut maka Raden Mas Said berjuang sendirian bersama prajuritnya untuk melawan kekuasaan kompeni VOC Belanda dan Keraton Kasunanan di Kartasura dengan dasar wilayah perjuangan di Wonogiri dan sekitarnya.
Ketika kerabat keraton kembali ke keraton di Kartasura, nampak keraton sudah hancur, maka Sri Susuhunan Paku Buwana II memerintahkan Tumenggung Tirtawiguna, Pangeran Wijil, Tumenggung Honggowongso dan abdi dalem lainya untuk mencari lokasi keraton yang baru. Rombongan utusan keraton disertai oleh seekor gajah putih berjalan ke arah timur. Rombongan sampai di Kadipolo, di sini tercium bau wangi, yang dinamakan Desa Talangwangi. Sebenarnay desa ini cocok untuk lokasi pembangunan keraton yang baru, namun tanahnya berbukit-bukit. Kemudian rombongan berjalan ke arah timur lagi, rombongan keraton ini menyebrangi Sungai Bengawan Solo, karena ada petunjuk bahwa ada desa yang baik untuk keraton. Tibalah rombongan di Desa Sonosewu, desa ini tanahnya baik, namun menurut pandangan spiritual desa ini banyak di huni mahkluk halus yang tidak baik untuk lokasi keraton. Ketika rombongan kembali ke arah barat menyebrangi Sungai Bengawan Solo, mereka beristirahat di sebuah rawa yang banyak terdapat pohon cemaranya, rombongan mendengar suara gaib yang memberi pentunjuk bahwa rombongan harus berjalan ke Desa Sala. Kemudian rombongan menemui Kepala Desa, yang bernama Kyai Sala. Saat pertemuan itu Kyai Sala bercerita bahwa beliau mendapat wisik bahwa desa itu baik untuk tempat pembangunan keraton yang baru.
Tumenggung Tirtawiguna dan Pangeran Wijil kemudian melaporkan penemuan Desa Sala untuk lokasi keraton yang baru, dan Sri Susuhunana Paku Buwono II langsung menyetujuinya. Raja memerintahkan para Bupati untuk menutup rawa dengan tanaman lumbu dengan maksud menutup aliran air besar yang terus mengalir. Kepala Desa Kyai Sala
mengusulkan agar dapat menyumbat sumber air besar di daerah rawa dengan Gong Sekar Delima. Ini merupakan bentuk tawar menawar dalam peralihan hak milik tanah. Penutupan aliran sumber air besar harus ditutup dengan Gong Merah Delima dan Kepala Penari serta daun lumbu. Maka oleh Sri Sunan diartikan bahwa gong itu suara paling seru dalam karawitan, maknanya adalah Kyai Sala, Kepala Desa yang menghendaki, sedangkan kepala penari terkaait dengan wayang atau ringgit (Bahasa Jawa) yang berarti uang. Jelas sudah Kepala Desa Kyai Sala menghendaki uang atas tanah hak milikinya, yang akan digunakan untuk keraton. Sri Susuhunan membayar uang sebanyak 10.000 gulden Belanda (waktu itu tahun 1744).
Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi keratonsudah menjadi tradisi dengan mengadakan tirakat memenjaatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di samping kondisi pengadaan sumber air nya, keadaan tanah, adanya sarana untuk lalu lintas, yang jelaas dimana lokasi ini berdekatan dengan Sungai Bengawan Solo, sebagai sarana transoportasi. Pemindahan dari keraton lama ke keraton yang baru dilakukan pada tanggal 17 Februari 1745, sehingga pada tanggal 17 Februari diperingati sebagai hari jadi Kota Solo. (Sumber : Kenangan Emas 50 Tahun Surakarta, 1997 : 1)
1.
Letak Geografis Kota Solo terlatak di dataran rendah dengan ketinggian kurang lebih 92 meter di atas
permukaan air laut, yang berarti lebih rendah atau hampir sama tingginya dengan permukaan Sungai Bengawan Solo. Selain Sungai Bengawan Solo, kota ini juga dilalui beberapa sungai, antara lain Kali Pepe, Kali Anyar, Kali Jenes yang semuanya bermuara di Sungai Bengawan Solo. Kota ini terletak di antara 110 0 45’ 15” - 110 0 45’ 35” Bujur Timur 70 0 36’-70 0 56’ Lintang Selatan. Secara administrative, batas wilayah Kota Solo antara lain :
a.
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali.
b.
Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo.
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo. d.
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar. Kota Solo terletak di pertemuan antara jalur selatan Jawa dan jalur Semarang-Madiun,
yang menjadikan posisinya strategis sebagai kota transit. Jalur kereta api dari jalur utara dan selatan Jawa juga tergabung di kota ini. Kota Solo mempunyai suhu udara maksimum 21.6 0 C, sedangkan tekanan udara rata-rata adalah 1008.74 mbs, dengan kelembaban udara 79% sehingga kota ini beriklim panas. (Sumber : Kenangan Emas 50 Tahun Surakarta, 1997 : 21) Kota Solo adalah sebuah kota di propinsi Jawa Tengah,Indonesia. Kota ini memiliki luas daerah 44,04 Km, kota ini termasuk kota kecil, namun mempunyai penduduk yang padat, dengan kepadatan penduduk 534.540 (sensus penduduk pada tahun 2007). Pembagian administratif kota ini terdiri dari 5 Kecamatan, dan 51 Desa / Kelurahan. Kecamatan tersebut antara lain : a.
Kecamatan Banjarsari.
b.
Kecamatan Jebres.
c.
Kecamatan Lawiyan atau sering disebut Laweyan.
d.
Kecamatan Pasar Kliwon.
e.
Kecamatan Serengan. Di Indonesia, Solo merupakan kota peringkat kesepuluh terbesar setelah Yogyakarta.
Sebelah timur kota ini dilewati oleh sungai yang namanya diabadikan dalam lagu keroncong, yaitu Sungai Bengawan Solo. Kota ini dulu juga sebagai tempat kedudukan dari residen yang membawahi Karesidenan Surakarta, dimasa awal kemerdekaan. Kota ini memiliki semboyan
Solo Berseri, yang merupakan akronim dari Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah. Kota ini sekarang dipimpin oleh Wali Kota Solo Ir. Joko Widodo dan Wakil Wali Kota F.X Hadi Rudyatmo. Semenjak dipimpin oleh Wali Kota yang baru, Kota Solo semakin maju, dan banyak objek wisata baru yang bermunculan. Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kepariwisataan Kota Solo dilaksanakan secara terpadu antar berbagai komponen yang menentukan dan menunjang keberhasilannya. Seperti pengembangan obyek dan daya tarik wisata, akomodasi, transportasi, telekomunikasi, air bersih, dan cinderamata, serta meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang merupakan pelaku utama dalam pembangunan kepariwisataan. Di Kota Solo terdapat 3 perguruan tinggi negeri dan 24 perguruan tinggi swasta. Keberadaan perguruan tinggi tersebut membuktikan bahwa Kota Solo telah memiliki Lembaga Pendidikan Tinggi yang relatif lengkap. Sehingga cukup layak disebut sebagai kota pendidikan juga. Aset tersebut merupakan sarana dan prasarana yang penting bagi sumber perencanaan manusia terdidik di Kota Solo. Dari catatan sejarah kebangsaan Indonesia, sejak dulu warga Kota Solo banyak memiliki potensi besar sehingga berhasil mencetak prestasi di berbagai bidang, baik yang berskala nasional maupun internasional. Kota Solo telah beberapa kali dijadikan sebagai tempat pembentukan
atau
melahirkan
organisasi-organisasi
baik
berskala
nasional
maupun
internasional. Beberapa prestasi tersebut antara lain : a.
Tempat berdirinya Serikat Dagang Islam pada tahun 1905.
b.
Tempat di selenggarakannya Pekan Olahraga Nasional (PON) I di Stadion Sriwedari pada tanggal 9 September 1948.
c.
Pusat rehabilitasi penyandang cacat tubuh bertaraf Internasional sejak jaman perang kemerdekaan (RC. Prof. Soeharso)
d.
Kota kelahiran Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada tanggal 9 Februari 1946 di Monumen Pers.
e.
Kota kelahiran Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) pada tanggal 25 November 1945.
f.
Kota kelahiran Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).
g.
Tempat di bangunnya Tugu Kebangkitan Nasional bersama Kongres Pemuda seIndonesia pada tahun 1933.
(Sumber : Kenangan Emas 50 Tahun Surakarta, 1997 : 24)
2.
a.
Kebudayaan Kota Solo
Bahasa Bahasa daerah yang digunakan di Kota Solo adalah Bahasa Jawa dialek Solo.
Dialek ini berbeda sedikit dengan dialek-dialek Jawa yang digunakan di kota-kota lain seperti Semarang atau Surabaya. Perbedaan berupa kosa kata yang digunakan Ngoko (kasar), Krama (halus), dan intonasinya. Bahasa Jawa di Kota Solo digunakan sebagai bahasa Jawa nasional dan bahasa internasional seperti di Suriname. b.
Tarian Solo memiliki beberapa tarian daerah seperti Bedhoyo (Ketawang, Dorodasih,
Sukoharjo, dan lain sebagainya) dan tari Srimpi (Ganda Kusuma dan Sangupati). Tarian ini masih dilestarikan di lingkungan Keraton Solo. Tarian seperti Bedhoyo Ketawang secara
resmi hanya ditarikan sekali dalam setahun untuk menghormati Sri Susuhunan Paku Buwono sebagai pemimpin keraton.
c.
Batik Solo Batik adalah kain dengan corak tertentu yang dihasilkan dari bahan malam (wax)
yang ditulis di kain tersebut, meskipun kini sudah banyak kain batik yang dibuat dengan proses cetak. Solo mempunyai banyak corak batik khas, seperti Sidomukti dan Sidoluruh. Beberapa usaha batik terkenal di Solo adalah Batik Keris dan Batik Danar Hadi. Pusat perdagangan batik di Kota Solo berada di Pasar Klewer.
d.
Makanan Khas Kota Solo Kota Solo terkenal dengan banyak jajanan kuliner tradisional yang lezat. Banyak
wisatawan yang datang ke Solo hanya untuk menikmati makanan tradisional khas Solo. Beberapa makanan khas Kota Solo antara lain, nasi liwet, nasi timlo, cabuk rambak, pecel ndeso, srabi notosuman, bakpia balong, dan lain sebagainya. Banyak wisatawan asing yang berkunjung di kota ini, selain untuk berwisata budaya, para wisatawan juga ingin menikmati makanan tradisional khas Kota Solo yang nikmat dan unik rasanya, karena terbuat dari bumbu rempah-rempah khas Jawa.
B. Daya Tarik Wisata Budaya di Kota Solo
Solo adalah kota budaya. Kebudayaan Jawa di kota ini sangat kental. Penduduk tradisional di kota ini sangat menjunjung tradisi Jawa. Bentuk-bentuk tradisi di kota ini terdapat
pada ritual-ritual tertentu. Kota Solo ini memiliki beberapa daya tarik budaya yang sering diadakan setiap tahun di hari-hari tertentu untuk menghormati leluhur. Kebudayaan atau acara tersebut mampu menjadi modal penunjang bagi kemajuan di berbagai obyek wisata yang terdapat di daerah Kota Solo pada umumnya dan Pasar Ngarsopuro pada khususnya. Beberapa upacara kebudayaan yang dilakukan di Kota Solo adalah antara lain sebagai berikut : a. Upacara Garebeg Upacara Garebeg diselenggarakan tiga kali dalam satu tahun atau penanggalan Jawa pada tanggal 12 Mulud (bulan ketiga), tanggal 1 bulan Sawal (bulan ke sepuluh), dan tanggal 10 bulan Besar (bulan kedua belas). Pada hari-hari tersebut Raja mengeluarkan sedekahnya sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas kemakmuran kerajaan. Sedekah ini yang disebut Hajat Dalem, berupa pareden atau gunungan yang terdiri dari gunungan kakung dan gunungan estri (laki-laki dan perempuan). Gunungan kakung berbentuk seperti kerucut terpancung dengan ujung sebelah atas agak membulat. Sebagian gunungan ini terdiri dari sayuran kacang panjang yang berwarna hijau yang dirangkaikan dengan cabai merah, telur ayam Jawa, dan beberapa perlengkapan makanan kering lainnya. Gunungan estri berbentuk seperti keranjang bunga yang penuh dengan rangkaian bunga. Sebagian besar disusun dari makanan kering yang terbuat dari beras maupun beras ketan yang berbentuk lingkaran dan runcing. Gunungan estri ini juga dihiasi bendera Indonesia kecil di atasnya. (Sumber : Upacara Grebeg Keraton Solo : 25)
b. Upacara Sekaten Sekaten merupakan sebuah upacara kerajaan yang berlangsung selama tujuh hari. Konon asal usul upacara ini sejak Kerajaan Demak. Upacara ini sebenarnya adalah
merupakan sebuah perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad. Menurut cerita rakyat kata sekaten berasal dari istilah credo dalam agama Islam, Syahadatain. Sekaten dimulai dengan keluarnya dua perangkat Gamelan Sekati, Kyai Gunturmadu, dan Kyai Guntursari dari keraton untuk ditempatkan didepan Masjid Agung Solo. Selama enam hari, dari mulai hari ke enam sampai hari ke sebelas bulan Mulud dalam kalender Jawa. Kedua perangkat gamelan tersebut dimainkan atau ditabuh menandai perayaan sekaten. Akhirnya pada hari ketujuh upacara ditutup dengan keluarnya Gunungan Mulud. (Sumber : Tradisi Sekaten Solo : 16)
c. Upacara Malam Satu Suro Malam Satu Suro dalam masyarakat Jawa adalah suatu perayaan tahun baru menurut kalender Jawa. Malam Satu Suro jatuh pada mulai terbenamnya matahari pada hari terakhir bulan terakhir kalender Jawa (30/29 Besar) sampai terbitnya matahari pada hari pertama bulan pertama tahun berikutnya (1 Suro). Di Keraton Solo upacara ini diperingati dengan kirab mubeng benteng (perarakan mengelilingi keraton). Upacara ini dimulai dari kompleks Kemandungan Utara melalui gerbang Brojonolo kemudian mengitari seluruh kawasan keraton dengan arah berkebalikan dengan arah putaran jarum jam dan berakhir pada halaman Kemandungan Utara. Dalam prosesi ini pusaka menjadi bagian utama dan di posisikan pada barisan terdepan dan diikuti oleh para pembesar keraton, para pegawai keraton, dan diakhiri dengan masyarakat setempat. Suatu yang unik adalah pada barisan terdepan ditempatkan pusaka berupa sekawan kerbau albino yang diberi nama Kyai Slamet yang selalu menjadi pusat perhatian masyarakat. Menurut cerita jaman dulu konon kotoran
kerbau Kyai Slamet ini dapat bermanfaat untuk segala hal menurut keinginan dan kepercayaan masyarakat yang mengambilnya.
d.
Upacara Larung Agung Upacara larung agung ini diselenggarakan sekali dalam satu tahun, yang berlokasi di Sungai Bengawan Solo. Acara ini menandai parayaan lebaran ketupat yang jatuh pada hari ketujuh lebaran (bulan Syawal). Larung agung merupakan tradisi mengenag pendiri Kerajaan Pajang yaitu Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya saat menyusuri Sungai Bengawan Solo. Prosesi larung dimulai dari pintu gerbang taman yang juga dikenal sebagai kebun binatang dengan mengendarai kereta milik Keraton Kasunanan Solo Kyai Siswondo. Diiringi prajurit keraton, Joko Tingkir menuju Sanggar Gesang Sungai Bengawan Solo. Bersama dengan iring-iringan prajurit ikut pula dikirabkan gunungan ketupat yang terbuat dari susunan lima ribu ketupat.
Selain daya tarik upacara-upacara adat di atas Kota Solo juga mempunyai obyek wisata budaya yang sangat menarik untuk dikunjungi para wisatawan. Adapun obyek wisata budaya yang terdapat di Kota Solo antara lain sebagai berikut : a. Keraton Kasunanan Solo Keraton Kasunanan Solo adalah sebuah warisan Jawa. Wujudnya berupa bangunan fisik keraton, benda artefak, seni budaya, dan adat tata cara keraton. Keraton yang dalam bahasa Jawa artinya adalah kerajaan tempat tinggal raja-raja atau tempat pemerintahan raja-raja. Selain sebagai tempat tinggal raja keraton juga menyimpan bendabenda kuno milik keraton pada khususnya, yang diberi nama Museum Suaka Budaya
Keraton Solo. Museum ini letaknya berada di dalam kompleks keraton. Di dalam bangunan ini terdapat beberapa ruangan yang masing-masing menyimpan benda-benda bersejarah. Benda-benda bersejarah yang di simpan di museum ini antara lain, peralatan masak, peralatan makan, senjata-senjata perang pada jaman dulu dan pedang milik keluarga keraton, pakaian beserta topi milik Paku Buwono VI, Paku Buwono VII dan Paku Buwono X, dayung kapal milik Paku Buwono VI yang panjangnya lima meter yang dibuat oleh Putra Mahkota. Selain itu memasuki halaman sisi bangunan ini pengunjung diharuskan melepas alas kaki dan berpakaian sopan. Lantai di halaman ini adalah pasir yang di ambil dari Merapi dan Parangkusumo.
b. Istana Mangkunegaran Istana Mangkunegaran terletak di pusat Kota Solo, di antara Jalan Ronggo Warsito, Jalan Kartini, Jalan Siswa, dan Jalan Teuku Umar. Istana ini didirikan pada tahun 1757 oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (K.G.P.A.A) Mangkunegoro I. Istana Mangkunegaran adalah tempat menyimpan kesenian dan kebudayaan yang lain. Tanah milik kerajaan ini di isi banyak harta pusaka yang tak ternilai harganya dan koleksi yang sangat indah, seperti pakaian, aksesoris untuk penari istana, wayang kulit dan wayang kayu, patung-patung religius, perhiasan dan benda-benda antik serta pusaka yang tak ternilai harganya. Di dalam istana ini juga terdapat perpustakaan milik istana dengan nama Reksopustaka.
c. Museum Radya Pustaka
Museum ini dibangun pada tanggal 28 Oktober 1980 oleh Kanjeng Adipati Sosrodiningrat IV, Pepatih Dalem pada masa pemerintahan Paku Buwono IX dan Paku Buwono X. Museum ini terletak di Jalan protokol Slamet Riyadi, di dalam kompleks Taman Wisata Budaya Sriwedari. Di museum ini tersimpan benda-benda kuno yang mempunyai nilai sejarah yang tinggi, antara lain keris, gamelan, arca dari batu maupun perunggu, wayang kulit, keramik, keris, dan lain sebagainya. Yang menarik dari museum ini adalah di museum ini juga terdapat perpustakaan yang menyimpan buku-buku kasusastraan baik dalam bahasa Jawa Kuno maupun bahasa Belanda.
d. Museum Batik Wuryaningratan Galeri batik kuno Danar Hadi yang terletak di dalam kompleks nDalem Wuryaningratan didirikan oleh H. Santoso Doellah. Museum batik ini didirikan karena keprihatinan H. Santoso Doellah terhadap kelestarian dan pengembangan seni kerajinan batik di Indonesia pada khususnya dan di dunia pada umumnya. Koleksi batik yang terdapat di museum ini berjumlah kurang lebih sepuluh ribu batik kuno. Museum batik ini mengambil tema ”Pengaruh Jaman dan Lingkungan”. Tema ini di ambil dari penelitian batik dan perkembangan batik yang semakin berkembang karena pengaruh jaman dan lingkungan. Selain itu di museum ini juga terdapat buku yang menjelaskan tentang batik. Jenis batik yang di pajang terdiri dari batik Belanda, batik Cina, batik Jawa, Hokokai, batik pengaruh India, batik Keraton, batik pengaruh Keraton, batik sudagaran, batik Petani, batik Indonesia dan batik Danar Hadi. Didirikannya museum batik kuno ini dengan maksud dan tujuan untuk melestarikan batik yang terkenal di Kota Solo agar tidak punah dan tetap ada hingga generasi mendatang.
BAB III PERAN PASAR NGARSOPURO DALAM PERKEMBANGAN PARIWISATA DI KOTA SOLO
A. Latar Belakang Berdirinya Pasar Ngarsopuro Sebagai Tujuan Wisata Belanja
Kota Solo mempunyai objek wisata yang beranekaragam, salah satunya adalah objek wisata belanja. Solo terkenal dengan pusat perbelanjaan yang murah, dengan berbagai macam jenis barang yang dijual, dan kualitas yang tinggi, sehingga banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang berbelanja di kota ini. Salah satu ciri khas dari wisata belanja Kota Solo adalah batik tulis yang terkenal. Sebagian besar dari kebutuhan wisata belanja dapat ditemui di Pasar Wisata. Identitas sebagai Kota Budaya sangat akrab dan melekat lama di Kota Solo. Upaya pelestarian tentu saja menjadi kehendak seluruh warga Kota Solo. Sebab pelestarian warisan pusaka sebagai tanda proses perubahan serta perkembangan kota yang terjadi secara alamiah. Secara berurutan tanpa harus kehilangan masa lalu yang dapat dijadikan cermin untuk pembangunan masa depan.
Strategi pengelolaan kota
yang terarah dan bersinambung
dimaksudkan sebagai piranti lunak untuk menjalankan fungsi pengarahan dan fungsi kontrol bagi laju pembangunan cepat tersebut. Kawasan Ngarsopuro di sepanjang Jalan Diponegoro yang menghubungkan antara city walk Jalan Slamet Riyadi dengan Kompleks Mangkunegaran diharapkan mampu menjadi salah
satu kawasan wisata, ekonomi, dan seni bagi kota Surakarta. Kawasan ini bisa menjadi pusat kegiatan baru (node) bagi aktivitas sosial, ekonomi, dan seni-budaya untuk kebutuhan rakyat Solo. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalain rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan atau kawasan. RTBL akan menjadi pedoman perancangan kawasan dan arahan rancangan bangunan serta lingkungan untuk mewujudkan kawasan yang tertata. (Sumber : Dinas Tata Kota Surakarta, 2009) Pasar Ngarsopuro merupakan salah satu objek wisata baru di Kota Solo. Pasar ini menjual barang-barang antik, kerajinan khas Solo, batik, dan makanan khas Solo. Pasar ini sangat strategis karena terletak di Jalan Diponegoro dan dihadapkan pada Istana Mangkunegaran dan pasar antik Windu Jenar, sehingga memudahkan para wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk mengunjungi pasar ini. Pasar ini diresmikan pada tanggal 16 Februari 2009 oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu yang didampingi oleh Wali Kota Solo Joko Widodo beserta Wakil Wali Kota Solo F.X Hadi Rudyatmo dan dihadiri para pejabat Departemen Perdagangan dan Wali Kota Aceh, Bengkulu dan lainnya. Pasar ini didrikan dengan maksud dan tujuan untuk menggabungkan toko-toko yang ada di pinggiran sepanjang Jalan Diponegoro. Selain itu karena penggunaan lahan komersial mengganggu kawasan budaya, dan keberadaan toko-toko tersebut mengurangi vasibilitas beberapa bangunan tradisioanl dan Pasar Windu Jenar yang terletak dibelakangnya menempati tanah negara. Kini Jalan Diponegoro sudah
terlihat bersih dari toko-toko tersebut, dan pemerintah memanfaatkan jalan alternitif tersebut untuk dijadikan pasar malam yang hanya buka pada hari sabtu saja, atau malam minggu. Mengapa pasar ini dinamakan Pasar Ngarsopuro, karena dari buku Babad Solo tenteng sejarah Kota Solo, nama jalan yang digunakan untuk lokasi pasar ini dulu bernama Jalan Ngarsopuro dan juga sebagai jalan searah sumbu Utara sampai Selatan kawasan Pura Mangkunegaran. Selain itu pengambilan nama Ngarsopuro juga karena pasar ini terletak di depan Istana Mangkunegaran (Ngarso = depan, Puro = Pura atau Istana Mangkunegaran). Pada tahun 1939 bagian timur jalan di bangun pasar untuk memperingati tiga windu pemerintahan Mangkunegoro VII, yang diberi nama Pasar Triwindu yang sekarang berganti nama menjadi Windu Jenar. Pasar ini dinamakan Triwindu karena sesuai artinya ”Tri” yang berarti tiga dan ”windu” yang berarti delapan. Jadi Triwindu adalah ulang tahun pemerintahan Mangkunegoro VII. Pada masa pemerintahan Sri Paduka Mangkunegoro VII yang ke 24 dulu diakan pesta besar-besaran oleh kerabat Mangkunego dan masyarakat Kota Solo pada umumnya, bahkan dihadiri oleh Ratu Wilhelmina dari Belanda. Oleh para kerabat Mangkunegoro dihadiahkan tempat yang semula adalah kandang kuda milik Mangkunegaran yang kemudian di ubah menjadi pasar yaitu Pasar Triwindu. Awalnya barang yang dijual di pasar ini adalah barang bekas yang masih bercampur dengan onderdil sepeda motor, alat-alat rumah tangga dan alat-alat pertukangan. Namun pada tahun 1966 berdirilah Pasar Sumodilagan yang kemudian barangbarang bekas tersebut dipindahkan di Pasar Sumodilagan , dan pada tahun 1970 barang yang dijuaal di Pasar Triwindu sudah berganti menjadi barang antik seperti lampu gantung, patung perunggu dari Eropa, keramik dari Cina, vas bunga model Eropa, dan alat-alat rumah tangga yang terbuat dari perak. Suasana Kota Solo dulu sangat ramai dengan adanya Pasar Triwindu ini, namun lambat tahun karena hiburan di Kota Solo semakin banyak sehingga pasar ini mengalami
penurunan pengunjung. (Hasil Wawancara Dengan Purwanto Guide Istana Mangkunegaran. Tanggal 16 Februari, 2010). Pada sekitar tahun 1970 an di Kota Solo juga tedapat pasar malam yang terletak di sepanjang Jalan Gatot Subroto, pasar malam ini bernama Pasar Ya’ik. Di pasar ini dulu menjual berbagai macam barang. Penataaan Pasar ya’ik masih belum tertata rapi seperti pasar pada jaman sekarang. Pasar Ya’ik dulu muncul dengan sendirinya, dan seiring dengan berjalannya waktu kemudian toko ini tutup dengan sendirinya juga, karena di Solo sudah banyak toko-toko sehingga pasar ya’ik mengalami penurunan pengunjung. (Hasil Wawancara Dengan Purwanto Guide Istana Mangkunegaran. Tanggal 16 Februari, 2010) Selain karena ingin menghidupkan Kota Solo kembali, pemerintah juga bermaksud untuk mengembangkan koridor ekonomi berbasis wisata di Kota Solo. Sehingga perekonomian di Kota Solo dapat berkembangdan sekaligus pariwisata di kota ini juga semakin maju. Pemerintah sudah merencanakan pembangunan berbagai kawasan wisata di Kota Solo, yaitu kawasan wisata Istana Mangkunegaran, wisata Ngarsopuro, kawasan Purwosari, City Walk, dan kawasan wisata Keraton Kasunanan. Pasar Ngarsopuro hanya buka pada tiap hari Sabtu saja, atau malam minggu pukul 17.00 hingga pukul 22.00 WIB. Penentuan waktu ini berdasarkan konsep dan implementasi night market ngarsopuro. Namun pasar ini juga buka pada saat ada event di Kota Solo, seperti acara pembukaan Indonesia Perfoming Art music, batik fashion, Solo City Jazz yang mengambil lokasi di Jalan Diponegoro tepatnya di depan Pasar Windu Jenar. Barang yang diperjual belikan di pasar ini adalah antara lain, seni kerajinan tangan, barang-barang khas Solo, barang-barang khas Indonesia, batik, barang antik, dan makanan khas Solo. Barang-barang yang paling digemari turis asing adalah kerajianan tangan dan barangbarang khas Kota Solo, seperti batik, produk kerajinan unggul khas Solo, dan barang antik
lainnya. Selain barang-barang khas Kota Solo khususnya dan barang-barang khas Indonesia umunya, pasar ini juga menyediakan kuliner khas Kota Solo. Makanan yang dijual di pasar ini antara lain, nasi liwet, nasi pecel ndeso, cabuk rambak, nasi gudeg ceker atau cakar, nasi timlo, jagung bakar, karak bratan, wedang ronde, dan lain sebagainya. Pasar ngarsopuro mempunyai peran sebagai kawasan wisata belanja baru di Solo, yang berpengaruh terhadap kemajuan pariwisata di Kota Solo.Dengan dibukanya pasar ini, Kota Solo semakin dibanjiri dengan wisatawan asing yang berkunjung ke Solo, perekonomian di kota ini pun juga semakin maju, Kota Solo sendiri juga lebih berkembang dan lebih hidup dimalam hari. Night Market Ngarsopuro ini sangat menarik banyak pengunjung, karena sesuai dengan penggarapannya yang matang. Ciri-ciri pasar malam adalah harus adanya penerangan yang bagus, karena pasar ini berlangsung pada malam hari. Bebas dari kendaraan bermotor jenis apapun, karena pasar malam biasanya untuk pejalan kaki yang ingin menikmati suasana malam sambil bersantai dan belanja sehingga membuat pengunjung nyaman dan betah selama berada di pasar malam. Adanya atraksi seni dan budaya sangat menarik para pengunjung untuk datang ke pasar malam, sambil bersantai pengunjung dapat menikmati hiburan yang disuguhkan di pasar malam tersebut. Dan yang terakhir adalah makanan. Di dalam melakukan suatu kegiatan wisata, wisata kuliner tak pernah luput dari sorotan wisatawan. Di pasar ini pun juga menyediakan makanan sebagai pelengkap saat menikmati hiburan. Wisata kuliner di Kota Solo sendiri pun juga sudah ada yaitu Galabo Langen Bogan yang terletak di sepanjang Jalan Mayor Sunaryo (depan PGS dan BTC). (Sumber : Dinas Tata Kota Surakarta, 2009)
B. Pengelolaan dan Pengembangan Pasar Ngarsopuro
1)Usaha Pengelolaan Pasar Ngarsopuro Usaha yang dilakukan pihak pengelola pasar untuk kemajuan dan untuk menarik wisatawan adalah dengan cara memberikan fasailitas-fasilitas yang memadahi bagi pengunjung, seperti adanya area parking yang letaknya tidak jauh dari area pasar malam, toilet yang letaknya berada satu lokasi dengan Pasar Windu Jenar. Dalam segi kebersihan, pengelola turut menjaga kebersihan di area pasar dan sekitarnya dengan menyediakan tempat-tempat sampah yang terdapat di area pasar, hal ini dikarenakan agar pengunjung juga ikut menjaga kebersihan lingkungan di sekitar pasar sehingga para pengunjung baik dari dalam kota, luar kota, maupun turis asing dapat merasa nyaman saat berada di pasar ini dan kota ini benar-benar Solo Berseri. Dari segi keamanan pengelola menyediakan pos keamanan yang terdapat di area Pasar Ngarsopuro, hal ini untuk menghindari terjadinya hal-hal kriminal yang tidak diinginkan, misal pencopetan karena mengingat lokasi pasar ini adalah di ruangan terbuka dan begitu banyak pengunjung dengan karakter yang berbeda-beda. Pengelolaan pasar yang hingga semaksimal ini tidak hanya dilakukan oleh pihak pengelola pasar saja, tetapi juga dibantu dengan tenaga-tenaga ahli yang ikut membangun dan mengelola pasar ini hingga pasar ini dapat dijadikan kawasan wisata di Kota Solo, dan menarik warga Solo untuk mengunjungi pasar ini.
2)Usaha Dalam Mengembangkan Pasar Ngarsopuro Usaha-usaha yang dilakukan pemerintah untuk mengembangkan Pasar Ngarsopuro lebih maju
adalah
dengan
membuat
perencanaan
konsep
pembangunan.
RTRW NASIONAL
KEGIATAN NIAGA
RTRW PROPINSI JATENG
RTRW KOTA SURAKARTA
RDTR Kawasan
KEGIATAN SEKOLAH
RTBL & DED NGARSOPURO
• • • •
KEGIATAN SENI BUDAYA
PERBAIKAN PENGEMBANGAN KEMBALI PEMBANGUNAN BARU PELESTARIAN/
PROSES IMB & PENYELENGGARA AN BANGUNAN GEDUNG & LINGKUNGAN
PERDA BANGUNAN GEDUNG
PENATAAN RUANG
PENATAAN BANGUNAN & LINGKUNGAN
KEGIATAN REKREASI/O R KEGIATAN PASAR MALAM
PENATAAN KEGIATAN
Gambar 1 : konsep night market Sumber : Dinas Tata Kota Surakarta, 2009
Pemerintah kota Solo sudah membuat rancangan dengan begitu matang dan sudah siap untuk dibangun. Pemerintah juga sudah menyiapkan rencana progam pembangunan Pasar Ngarsopuro, antara lain penataan koridor Ngarsopuro (pembangunan pedestrian, landscaping, street furnicure, dan perbaikan drainase), relokasi pedagang di sepanjang jalan Diponegoro dan jalan Ronggowarsito (pembangunan kios untuk pedagang di jalan Diponegoro dan jalan Ronggowarsito), revitalisasi Pasar Triwindu atau Pasar Windu Jenar (pembangunan Pasar Triwindu atau Pasar Windu Jenar), pengembangan night market (diperuntukan untuk pengrajin unggulan khas Solo).
Psr. Windu Jenar/Psr. Triwindu
Mangkutronik
Penataan Night Market Pamedan Mangkunegaran
Gambar 2 : Pengembangan Kawasan Ngarsopuro Sumber : Dinas Tata Kota Surakarta, 2009
Gambar di atas adalah gambar pengembangan kawasan ngarsopuro. Tampak dari Utara Pamedan Mangkunegaran atau Gapura Mangkunegaran, di sebelah Barat Pamedan Mangkunegaran terdapat Mangkuntronik atau pasar elektronik, kemudian di depan Pamedan Mangkunegaran adalah Jalan Dipinegoro yang dijadikan area night market, masih di kawasan Jalan Diponegoro juga terdapat Pasar Windu Jenar. Untuk design gerbang night market telah didesign hampir menyerupai gapura Mangkunegaran. Design gerbang yang sekarang hanya sementara, yang berbentuk seperti gapura biasa yang bertuliskan Pasar Malam Ngarsopuro.
Pasar Malam Ngarsopuro Pasar Malam Ngarsopuro Pasar Malam Ngarsopuro
Gerbang Pasar Malam Gambar 3 : Konsep Gerbang Pasar Ngarsopuro Sumber : Dinas Tata Kota Surakarta, 2009
Pengembangan pasar tak hanya sampai disini masih banyak konsep yang lainnya, seperti pembangunan koridor Pasar Ngarsopuro. Pola sirkulasi koridor Ngarsopuro terkait dengan sirkulasi makro kawasan mangkunegaran. Dengan pola pengaturan, seperti pengurangan kemacetan, pada waktu dilakukan acara atau upacara seremonial atau ritual atau sakral, kawasan ditutup bagi kendaraan bermotor. Pengaturan batas maksimal kecepatan secara fisik permukaan jalan dibuat bertekstur dengan menggunakan penutup jalan dari concrete block. Peningkatan kualitas jalur pedestrian bagi pejalan kaki dibedakan dengan jalur jalan raya dengan peninggian pedestrian dengan skala manusiawi.
Pasar ini juga akan diberi taman agar tidak terlihat gersang. Sistem tata hijau dalam kawasan Ngarsopuro ini berdasarkan kriteria fungsi, yang fungsi taman adalah sebagai peneduh, penyejuk, dan sebagai pembatas.
Gambar 4 : Sistem Tata Hijau Pasar Ngarsopuro Sumber : Dinas Tata Kota Surakarta, 2009
Night Market Ngarsopuro ini buka dengan tenda-tenda bongkar pasang, sehingga pada saat night market ini dibuka tenda-tenda dipasang dan saat night market tutup tenda ini dapat dibongkar lagi, sehingga di sepanjang Jalan Diponegoro dapat dilalui kendaran lagi seperti pada hari-hari biasanya. Tenda-tenda ini terdiri dari 59 tenda, dengan jumlah pedagang 236 pedagang. Setiap satu tenda dihuni 4 pedagang. Pengelompokan pedagang dalam satu tenda sesuai dengan barang yang dijual. Barang yang dijual dalam pasar ini terdiri dari empat klasifikasi yaitu handigraf, aksesoris, garmen, dan makanan kecil. Untuk pengembangan tenda, pengelola pasar berencana menambah jumlah tenda hingga 86 tenda, dengan jumlah pedagang 344 pedagang.
Penyewaan tenda bongkar pasang ini dari pihak pemerintah tidak dikenakan biaya, karena pemerintah ingin membantu pedagang kecil di Kota Solo. (Hasil Wawancara Dengan Bapak Vitriaman Kepala Bidang UMKM Surakarta. Tanggal 17 Februari, 2010). Namun dari pihak paguyuban pedagang di pasar ini membuat anggaran untuk sewa yang dimana sewa setiap bulan di kenakan biaya Rp 50.000,00 untuk satu tenda yang akan dibagi kepada empat pedagang yang menempati setiap tenda. Pedagang menyewa tenda-tenda ini tiap bulan. (Hasil Wawancara Dengan Sri Rejeki salah satu pedagang di Night Market Ngarsopuro. Tanggal 19 Desember, 2010). Pemerintah kota Solo juga akan mengembangkan bangunan Pasar Windu Jenar, yang masih dalam satu komplek dengan Pasar Ngarsopuro. Biasanya di depan Pasar Windu Jenar, di koridor Pasar Ngarsopuro ini digunakan untuk acara pertunjukan sebagai hiburan di Pasar Ngarsopuro. Hiburan yang biasanya dipertunjukan di Pasar Ngarsopuro adalah wayang kulit sebagai ciri khas Kota Solo, acara musik seperti campursari, keroncong, dan untuk menghibur anak muda diadakan juga band. Di lokasi Pasar Ngarsopuro pada malam juga dapat digunakan untuk bersantai para pengunjung. Biasanya para pengunjung menikmati suasana malam sambil bersantai dengan keluarga di koridor pasar ini. Para anak muda pun juga memanfaatkan koridor ini untuk bersantai sambil berfoto-foto. Suasana malam di koridor pasar ini sangat mengasikan karena terletak di pinggir jalan, suasananya pun sejuk dan dilengkapi dengan penerangan yang terang sehingga tidak berkesan negatif.
Gambar 5 : Suasana Koridor Pasar Ngarsopuro Pada Sore Hari Sumber : Dinas Tata Kota Surakarta, 2009
Selain itu pengembangan Pasar Ngarsopuro juga harus berdasarkan dengan metode A4. yang dimaksud dengan metode A4 adalah sebagai berikut : a) Atraksi (Attraction) Sebuah daerah tujuan wisata harus memiliki sebuah daya tarik tersendiri yang dapat dijadikan sebuah ciri khas yang dapat menarik minat wisatawan yang untuk berkunjung di objek wisata tersebut. Pasar Ngarsopuro mempunyai ciri khas tersendiri yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke kawasan pasar ini. Ciri dari pasar ini adalah menjual produk-produk kerajianan unggulan khas Kota Solo. Selain menjual produkproduk kerajinan unggulan khas Kota Solo, di pasar ini juga terdapat atraksi wisata, seperti diadakannya hiburan wayang kulit, keroncongan, bagi anak muda biasanya diadakan hiburan band.
b) Aksesibilitas (Accebility) Daerah tujuan wisata harus memiliki akses jalan yang bagus dan memadai
untuk
mempermudah wisatawan menuju ke lokasi objek wisata tersebut, selain itu dilengkapi oleh sarana transportasi yang mendukung sehingga banyak akses yang dapat dilalui oleh wisatawan untuk berkunjung. Pasar Ngarsopuro mempunyai akses jalan yang bagus, kondisi jalan raya pun juga sangat memadai, selain itu letaknya juga sangat strategis karena berada di tengah-tengah Kota Solo, yang tepatnya di Jalan Diponegoro dan di depan Pura Mangkunegaran, sehingga dapat dilalui dengan alat transportasi apapun.
c) Amenitas (Amenity) Tersedianya berbagai fasilitas seperti tempat-tempat penginapan, restoran, hiburan, transportasi lokal yang memungkinkan wisatawan bepergian di tempat tersebut merasa nyaman serta dilengkapi dengan alat-alat komunikasi yang canggih. Karena lokasi dari pasar ini berada di tengah-tengah Kota Solo dan juga strategis maka berdekatan dengan penginapan yang letaknya tak jauh dari lokasi pasar dan dapat ditempuh dengan alat transportasi lokal, seperti becak sebagai ciri khas Kota Solo, sehingga para wisatawan asing yang berkunjung di pasar ini merasa nyaman dan tidak kebingungan untuk kembali ke penginapan.
d) Aktivitas (Actifity) Kegiatan yang dilakukan wisatawan di Pasar Ngarsopuro antara lain berbelanja barangbarang antik, berbelanja kerajinan khas Kota Solo, menikmati hiburan yang disediakan
sambil berjalan-jalan ataupun bersantai bersama keluarga atau kerabat, dan yang pasti menikmati kuliner khas Kota Solo yang juga tersedia di pasar ini.
3)Arti Penting Kawasan Pasar Ngarsopuro
Kontribusi kawasan Ngarsapura terhadap kota Surakarta dipengaruhi oleh tata letak kawasan yang berada dalam simpul-simpul ekonomi dan pergerakan kota, dengan dilatarbelakangi komplek Kraton Mangkunegaran. Arti penting penyusunan RTBL Kawasan Ngarsopur
sebagai
berikut
:
1. Kawasan Ngarsopuro terletak di pusat Kota Surakarta dengan mengemban fungsi pelayanan jasa dan perdagangan yang bersifat sekunder (kawasan sekitar Kota Surakarta). 2. Jaringan jalan di Kawasan Ngarsopuro menjadi bagian yang penting dari sistem pergerakan kota, karena berakses langsung kepada city walk di Jalan Slamet Riyadi. 3. Intensitas kegiatan ekonomi di Jalan Diponegoro sangat tinggi, dengan keberadaan fungsi perdagangan, jasa, pendidikan, dan perumahan. 4. Komplek Istana Mangkunegaran di sisi utara Jalan Ronggowarsito menjadi pusat kegiatan budaya, menjadi datum dan simbol yang layak untuk dipertahankan keberadaannya. 5. Pasar Triwindu di sisi timur Jalan Diponegoro saat ini menjadi pusat perdagangan barangbarang antik maupun produk repro bernuansa antik. 6. Diperlukan upaya untuk memadukan kepentingan peningkatan kenyamanan pejalan kaki serta pemantapan citra kawasan citywalk.
7. Kawasan Ngarsopuro merupakan kawasan dengan dinamika yang tinggi, khususnya kegiatan perdagangan, jasa, pemukiman, dan perdagangan. Masing-masing kegiatan berupaya mengambil orientasi utama pada jalan-jalan utama di Ngarsopuro. Penyusunan RTBL untuk kawasan Ngarsopuro dapat menjadikan pembangunan lebih terarah dan terkonsep. (Sumber : Dinas Tata Kota Surakarta, 2009)
C. Promosi Dan Pemasaran Pasar Ngarsopuro
Promosi adalah salah satu teknik yang berhasil menerobos selera dan keinginan orangorang, menciptakan citra yang mampu mempengaruhi sejumlah orang-orang yang ingin mengenalkan dirinya sendiri melalui citra tersebut. (Salah Wahab : 27) Pemasaran wisata adalah penyesuaian yang sistematis dan terkodinasi mengenai kebijakan dari badan-badan usaha wisata maupun kebijakan dalam sektor pariwisata pada tingkat pemerintah, lokal, regional, nasional dan internasional, guna mencapai suatu titik kepuasan optimal bagi kebutuhan-kebutuhan kelompok pelanggan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya, sekaligus untuk mencapai tngkat keuntungan yang memadai. (Salah wahab : 28) Berdasarkan uraian di atas, bahwa promosi dan pemasaran wisata itu sangat erat hubungannya dalam mengenalkan sebuah objek wisata ke masyarakat umum sehingga promosi dan pemasaran tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu promosi dan pemasaran harus menjadi satu kesatuan untuk tercapainya tujuan bersama yaitu mengenalkan objek wisata ke masyarakat umum supaya meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung di lokasi objek wisata. Adapun beberapa usaha, kendala serta penyelesaian dalam mempromosikan dan memasarkan sebuah Pasar Ngarsopuro.
1)Usaha Dalam Mempromosikan Dan Memasarkan Pasar Ngarsopuro
Kawasan Pasar Ngarsopuro yang memiliki berbagai jenis daya tarik memungkinkan untuk dipasarkan dengan orientasi meraih berbagai segmen pasar. Segmen pasar yang ditargetkan diharapkan dapat memperkuat jumlah kunjungan wisatawan umum yang selama ini sudah relatif teraih. Saat ini kunjungan wisata di Psar Ngarsopuro didominasi wisatawan regional yaitu dari Solo dan sekitarnya. Pada saat berlangsung event-event tertentu di Kota Solo, pasar ini juga buka dan menarik banyak pengunjung. Sejauh ini pemerintah Kota Solo telah melakukan berbagai cara untuk mempromosikan obyek wisata yang ada di Kota Solo, khususnya Pasar Ngarsopuro.
Usaha-usaha
yang
dilakukan
oleh
pengelola
dalam
memasarkan
dan
mempromosikan Pasar Ngarsopuro agar dapat dikenal oleh wisatawan, sehingga dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung di Pasar Ngarsopuro ini. Adapun berbagai usaha yang dilakukan oleh pihak pengelola antara lain: a) Melalui Pameran Pameran yang diadakan di pasar ini berlokasi di depan Pasar Windu Jenar atau di koridor Pasar Ngarsopuro. Pameran yang diadakan di pasar ini adalah pameran hasil seni, seperti batik. b) Event Promosi yang dilakukan untuk menarik minat masyarakat umum adalah dengan diadakannya event-event tertentu di area pasar ini. Event yang dilakukan yaitu : 1. Event Solo Batik Fashion diadakan pada tanggal 10 Juli 2009 2. Event Solo City Jazz pada tanggal 4-5 Desember 2009
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik masyarakat umum untuk melihat acara tersebut dan sekaligus agar mengunjungi Pasar Ngarsoupuro. c) Melalui Media Elektronik Promosi melalui media elektronik dapat dilakukan dengan menayangkan profil Pasar Ngarsopuro disetiap iklan. Biasanya melalui stasiun televisi dalam kota, yang dimana stasiun televisi Kota Solo adalah TATV. Sehingga masyarakat dapat melihat profil Pasar Ngarsopuro dan tertarik untuk mengunjungi pasar ini. d) Webset Pemda Saat ini pemerintah Kota Solo sudah memasarkan Pasar Ngarsopuro melalui webset pemda yang dapat diakses oleh masyarakat umum sehingga masyarakat umum dapat mengetahui lebih banyak lagi mengenai Pasar Ngarsopuro. Selain itu banyak juga masyarakat Kota Solo atau masyarakat luar Kota Solo yang sudah mengunjungi Pasar Ngarsopuro, kemudian ikut mempromosikan Pasar Ngarsopuro melalui situs pertemanan facebook yang sedang digemari oleh masyarakat umum.
D. Pengunjung Pasar Ngarsopuro
Pasar Ngarsopuro adalah jenis pasar heterogen, yang artinya pasar yang menjual bermacam-macam jenis barang, mulai dari barang kerajinan hingga menjual makanan atau kuliner, sehingga pengunjung pasar ini tidak ditentukan dari segi umur atau hanya untuk golongan tertentu. Pengunjung pasar ini cukup rame dilihat dari area parkir yang selalu penuh dengan sepeda motor para pengunjung.
Wisatawan yang berkunjung di pasar ini umumnya adalah wisatawan dari Kota Solo, karena pasar ini terletak di Kota Solo. Namun banyak pula wisatawan luar kota atau wisatawan asing yang berkunjung di pasar ini. Kebanyakan dari wisatawan ini bertujuan untuk membeli souvenir khas Kota Solo sebagai kenang-kenangan atau oleh-oleh khas Kota Solo untuk keluarga dan kerabat di kota asal wisatawan. Jumlah wisatawan yang berkunjung di pasar ini rata-rata setiap malam adalah kurang lebih dua ribu pengunjung. (Hasil Wawancara Dengan Bapak Vitriaaman Kepala Bidang UMKM Surakarta. Tanggal 17 Februari, 2010) Selain itu jumlah pengunjung akan meningkat pada saat diadakannya event-event di pasar ini. Kebanyakan pengunjung ingin menikmati suguhan atraksi yang disuguhkan sambil berbelanja atau bersantai dengan menikmati kuliner yang disediakan.
E. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Pasar Ngarsopuro
Dalam mengembangkan Pasar Ngarsopuro pemerintah pasti mengalami banyak kendalakendala yang dihadapi. Kendala-kendala yang dihadapi antara lain :
1.
Mempromosikan Dalam hal mempromosikan Pasar Ngarsopuro pemerintah kurang begitu gencar dalam hal promosi. Pemerintah Kota Solo masih harus melakukan promosi secara maksimal. Promosi dilakukan untuk lebih memperkenalkan Pasar Ngarsopuro kepada masyarakat umum dan masayarakat sekitar Kota Solo, agar lebih banyak pengunjung yang mengunjungi pasar ini dan mengenal produk-produk yang dijual di pasar ini.
2.
Lokasi Pasar
Pasar ini terletak di sepanjang Jalan Diponegoro
tepatnya di depan Istana
Mangkunegaran dan di depan SLTP.N. 5 Surakarta. Pasar ini mengambil lokasi di tngah jalan raya yang untuk para pedagangnya menggunakan tenda-tenda, sehingga apabila pada saat musim hujan membuat pengunjung merasa tidak nyaman dengan lokasi ini, karena pengunjung tidak dapat berjalan-jalan, bersantai dan melihat produk yang dijual di pasar ini. 3. Keamanan Pasar Ngarsopuro adalah merupakan obyek wisata belanja yang buka pada malam hari sehingga membutuhkan keamanan yang ketat. Namun dari pengamatan yang diamati keamanan di pasar ini kurang memadahi, terlihat dari kurangnya pos penjagaan yang terdapat di pasar ini. Seharusnya pihak pengelola menambahkan pos penjagaan di pasar ini, agar pengunjung merasa nyaman dan tenang saat berbelanja. 4. Minimnya Fasilitas Yang Tersedia Fasilitas yang tersedia di pasar ini masih terlihat kurang memadahi. Seperti kurang luasnya area parkir
5.
Persaingan Dalam menghadapi suatu persaingan pasar dimana produk yang ditawarkan hampir sama memang faktor yang berat. Setiap pasar akan berlomba-lomba untuk menawarkan produk khas yang dimiliki. Tidak menutup kemungkinan Pasar Ngarsopuro juga mengalami kendala dalam hal tersebut.
Upaya mengatasi kendala dalam persaingan ini Pasar Ngarsopuro harus dapat menciptakan produk-produk yang berkualitas tinggi dan lebih memberi penawaran harga yang sepantasnya kepada konsumen, sehingga konsumen lebih tertarik untuk membeli produk-produk di Pasar Ngarsopuro.
F. Keterkaitan Pasar Ngarsopuro Dengan Objek Wisata Lain
Keterkaitan Pasar Ngarsopuro dengan obyek wisata lain dapat dilihat pula dengan membuat suatu paket wisata. Dalam tugas akhir ini penulis mencoba membuat suatu paket wisata one day tour.
Paket Wisata Belanja Di Solo Kota Budaya One Day Tour/ Wisata Satu ( 1 ) Hari Untuk 50 pax/@ Rp. 120.000,-
Objek Wisata 1. Keraton Kasunanan Surakarta 2. Pasar Klewer
3. Istana Mangkunegaran 4. Bale Padi 5. Kampoeng Batik Laweyan 6. Pasar Ngarsopuro Fasilitas 1. Bus besar AC (standart bus pariwisata) seat 2-2, kapasitas 50 seat 2. TV dan DVD 3. Makan 3 kali 4. Tiket masuk objek wisata 5. Foto dan compact disc selama perjalanan wisata 6. Tour Leader 7. Free Parking 8. P3K Rincian Komiponen Perhitungan Paket Tour a.) Transportasi
: Rp. 1.800.000,-/ hari
b.) Guide/ Local Guide
: Rp. 100.000,-
c.) Dokumentasi
: Rp.
10.000,-
d.) P3K
: Rp.
10.000,-
e.) Parkir Bus Rp. 10.000,- x 5
: Rp. 50.000,-
f.) Tiket Masuk - Keraton Kasunanan Rp. 3.000,- x 50
: Rp. 150.000,-
- Istana Mangkunegaran Rp. 2.500,- x 50
: Rp. 125.000,-
- Kampoeng Batik Laweyan Rp. 20.000,- x 50: Rp. 1.000.000 g.) Makanan/ Meals - Breakfast/Makan pagi di hotel Rp. 10.000,- x 50
: Rp. 500.000,-
- Lunch/ Makan Siang ( Di Bale Padi) Rp. 15.000,- x 50
: Rp. 750.000,-
- Dinner/ Makan Malam ( Di Pasar Ngarsopuro) Rp. 15.000,- x 50 Total
: Rp. 750.000, : Rp. 5.245.000,-
Harga Jual Harga Total
: Rp. 5.245.000,-
Profit 15%
: Rp.
Sub Total
: Rp. 5.769.500,-
Tax 1%
: Rp.
Sub Total
: Rp. 5.827.195 : 50 pax
524.500,-
57.695 ,-
: Rp. 116.543,9 ( Rp. 120.000,-) Selling Price/ Harga Jual @ Rp 120.000,-
Itinerary /Jadwal Kegiatan Wisata Solo
Pukul 08.00 WIB : Berangkat dari penginapan menuju obyek wisata Keraton Kasunanan Surakarta. Di Keraton Kasunanan wisatawan dapat melihat koleksi benda-benda bersejarah koleksi Keraton Kasunanan Surakarta dan juga dapat melihat bangunan dari keraton ini dan fungsi dari masing-masing banguan. Tour guide akan menerangkan tentang benda-benda bersejarah tersebut, benda-benda tersebut antara lain : senjata-senjata keraton, koleksi baju-baju raja, koleksi mata uang kuno, perahu yang dulu digunakan oleh raja sebagai alat transportasi, kereta kencana, dan lain sebagainya. Disini juga terdapat satu sumur yang terletak di tengah-tengah area taman yang konon kata dari penunggu sumur tersebut bahwa air dari sumur tersebut apabila diminum dan di gunakan untuk membasuh muka, maka orang tersebut akan awet muda. Pukul 10.00 WIB:Melanjutkan perjalanan ke Pasar Klewer. Perjalanan menuju Pasar Klewer hanya ditempuh dengan berjalanan kaki saja karena Pasar Klewer masih dalam satu kawasan dengan Keraton Kasunanan Surakarta. Di pasar ini wisatawan dapat membeli cindera mata khas Kota Solo yaitu batik karena di pasar ini banyak menjual batik dengan beraneka ragam corak dan jenis, harga yang ditawarkan di pasar ini juga sangat. Pukul 12.00 WIB : Melanjutkan perjalanan ke Istana Mangkunegaran. Waktu perjalanan yang ditempuh sekitar 15 menit dari Pasar Klewer. Di Istana Mangkunegaran wisatawan dapat melihat arsitektur bangunan yang unik dan masing-masing mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Muali dari banguan utama yang dinamakan Pendopo Ageng, bangunan kedua bernama Paringgitan, kemudian bangunan
yang paling belakang bernama Dalem Ageng. Istana Mangkunegaran ini di bangun pada tahun 1757. Kemudian dipugar dan selesai pada tahun 1866 pada saat pemerintahan Maangkunegoro ke IV. Di sini juga terdapat benda-benda koleksi keraton mulai dari keris, tombak, baju kebesaran raja, perhiasan raja, aksesoris tari, tiga gamelan yang masing-masing usianya 25 tahun, 100 tahun, 200 tahun, koleksi topeng, dan lain sebagainya. Pukul 13.15 WIB : Melanjutkan perjalanan ke Bale Padi. Waktu perjalanan sekitar 30 menit dari Istana Mangkunegaran. Di sini wisatawan akan beristirahat dan sekaligus untuk makan siang. Di Bale Padi ini menyediakan masakan khas jawa, dengan pemandangan yang masih asri karena lokasi Bale Padi terletak di pedesaan, sehingga wisatawan dapat bersantai sambil makan dan menikmati sejuknya udara pedesaan. Pukul 15.30 WIB : Melanjutkan perjalanan menuju Kampoeng Batik Laweyan. Perjalanan dari Bale Padi ke Kampoeng Batik Laweyan kira-kira 30 menit. Di kampoeng laweyan ini mayoritas penduduk setempat adalah penghasil kerajinan batik. Di sini wisatawan dapat melihat proses pembuatan batik tulis dan batik cap. Tak hanya itu wisatawan juga dapat belajar cara membuat batik tulis sendiri. Di Kampoeng Batik ini wisatawan juga dapat membeli batik yang dapat dijadikan sebagai buah tanggan. Pukul 17.30 WIB : Melanjutkan perjalanan ke Night Market Ngarsopuro. Perjalanan dari Kampoeng Batik Laweyan ke Pasar Ngarsopuro kira-kira 30 menit. Pasar Ngarsopuro terletak di depan Istana Mangkunegaran, di sepanjang Jalan Diponegoro. Night Market Ngarsopuro ini buka pada malam hari pukul 17.00
hingga pukul 22.00 WIB. Di pasar ini wisatawan bisa berbelanja cinderamata khas Kota Solo, menikmati makanan yang dijajakan oleh para padagang makanan di pasar ini sambil bersantai menikmati sejuknya suasana malam di Kota Solo dan menikmati hiburan yang disuguhkan.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Kota Solo adalah kota yang sangat terkenal dengan wisata budaya dan wisata belanja, salah satu diantaranya adalah Pasar Ngarsopuro. Kota Solo mempunyai objek yang bernilaikan sejarah dan budaya yang masih dilestarikan hingga sekarang. Wisatawan asing yang berkunjung di Kota Solo pun tak kalah banyaknya dengan wisatawan lokal. Pasar Ngarsopuro merupakan salah satu obyek wisata belanja di Kota Solo yang mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan, dimanfaatkan, dan dikelola secara profesional dan tertata. Dengan demikian Pasar Ngarsopuro diharapkan dapat memberi daya tarik dan minat para wisatawan untuk datang berkunjung ke Kota Solo dan meningkatakan pendapatan bagi para penduduk setempat. Dalam perkembangannnya saat ini Pasar Ngarsopuro selain menawarkan produk-produk kerajinan unggulan khas Kota Solo, juga memberikan hiburan yang dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung. Menghadapi perkembangan dunia yang semakin pesat,
keberadaan Pasar Ngarsopuro perlu untuk digali potensinya, baik dari segi daya tarik wisata, kekuatan ekonomi, kesehatan dan pembangunan fasilitas lainnya. Kendala-kendala yang dihadapi Pasar Ngarsopuro cukup beragam, dari pemasaran dan promosi yang masih kurang, sarana prasarana dan fasilitas yang masih kurang lengkap hendaknya dapat ditangani oleh pemerintak Kota Solo.
B. Saran
Berdasar kesimpulan di atas, saran bagi pihak terkait agar objek wisata maupun daya tarik wisata yang ada di Kota Solo, khususnya Pasar Ngarsopuro dapat berkembang dan terjaga kelestariannya serta menjadi produk unggulan pariwisata yaitu: 1. Lebih memperlengkap fasilitas yang ada, sehingga para wisatawan merasa nyaman saat berjalan-jalan di pasar ini. 2. Perlunya lebih menambah jumlah pedagang dan jenis dagangan, agar pengunjung lebih banyak pilihan belanja. 3. lebih memperketat pengamanan di pasar ini sehingga pengunjung yang berkunjung merasa tenag dan nyaman ketika berbelanja di Pasar Ngarsopuro.
DAFTAR PUSTAKA
B, Soelarto. 1993. Upacara Garebeg Kraton Solo. Yogyakarta : Kanisius Gamal, Suwantoro. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi. Indriyo. Gitosudarbo. 1994. Manajemen Pemasaran Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE
Joko Purwanto dan Hilmi. 1994. Kepariwisataan. Jakarta : Gramedia . 1997. Kenang-Kenangan Emas 50 Tahun Surakarta. Surakarta : Pemerintah kota Madya Daerah Tingkat II Surakarta Nyoman S. Pendit. 1986. Ilmu pariwisata, sebuah pengantar Perdana. Jakarta : PT. Pradayaparamita Oka A.Yoeti.1980. Pemasaran Pariwisata. Bandung : Angkasa Offset Salah Wahab. 1988. Managemen Kepariwisataan. Jakarta : PT. Pradaayaparaamita Soepanto. 1991. Tradisi Sekaten Solo. Yogyakarta : Departemen Kebudayaan dan Pendidikan Yogyakarta UU.RI,No 9 1990 Tentang Kepariwisataan. www.kabar Indonesia.com.Tanggal akses 16 Mei 2009