VETERINARIA
Vol. 4 No. 3 Nopember 2011
Parameter Hematologi Kambing Kacang Desa Mojosarirejo Driyorejo Gresik Hematology Parameter Of Kacang Goats In Mojosarirejo Village Driyorejo Gresik Retno Bijanti, Hana Eliyani, Soeharsono Fakultas Kedokteran Hewan Unair Kampus C Unair, Jl. Mulyorejo Surabaya-60115. Telp. 031-5992785 Ext 303, Fax. 031-5993015 Email :
[email protected] Abstract Blood parameters play an important role in diagnosing disease. Basic blood parameters of kacang goats in Indonesia have not been thoroughly researched. This research aimed to determine blood parameters of kacang goats in Mojosarirejo village Driyorejo Gresik. Blood sample were taken from 7 male kacang goats and 8 female kacang goats at traditional farm in Mojosarirejo village Driyorejo Gresik, continued with examination of hemoglobin (Hb), PCV, eritrocyte, leucocyte and differential counting (eosinophil, basophil, stab, segmen, limphocyte dan monocyte). Blood examination showed no significant difference on some given parameters of male and female kambing kacang (p = 0,523), but there was significant different on eritrocyte of male and female kambing kacang (r = 0,814, p = 0,000). Hb had negative correlation with basophil (r = - 0,664, p = 0,007), while eosinophil correlated with monocyte (r = 0,567, p = 0,027). Limphocyte had negative correlation with segmen (r = - 0,979, p = 0,000) and monocyte (r = 0,630, p = 0,010). Monocyte had negative correlation with segmen (r = - 610, p = 0,018). Result shows hematology value of kacang goats in Mojosari village Driyorejo Gresik within normal range of goat hematology value found in literatures. There was no difference on hematology value in male and female kacang goats. Keywords : Kambing kacang, Hb, PCV, Differential counting
Pendahuluan Kambing termasuk salah satu jenis ruminantia yang banyak diternakkan terutama di daerah pedesaan. Berkaitan dengan ketersediaan lahan, pakan dan percepatan pemasaran Di desa Mojosarirejo Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik, ternak kambing lebih dominan dibanding domba, sapi lebih-lebih terhadap ternak unggas. Cara berternak yang tradisional dengan memanfaatkan daun dari pohon di sekitar rumah maka agak menyulitkan untuk memantau kesehatan kambing terutama pada penyakit – penyakit atau gangguan yang bersifata subklinis. Sehubungan dengan itu pemeriksaan darah perlu disertakan sebagai penunjang diagnosis klinis baik terhadap penyakit yang disebabkan agen penyakit atau gangguan fisiologis yang disebabkan karena agen bukan penyakit sperti akibat silus reproduksi atau stress karena tranportasi (Tanrittanir,
et al., 2009; Zulkifli et al., 2010). Besar harapan jika perubahan fisiologis tubuh yang disebabkan oleh gangguan tersebut diketahui secara dini maka kesehatan ternak dapat terpantau yang berakibat secara tidak langsung menghindari kerugian harga jual. (Islam et al., 2005). Salah satu parameter darah yang sering diteliti adalah PCV sedangkan paremeter lain beragam antar peneliti. Penelitian mengenai parameter darah pada kambing di Indonesia masih belum banyak dilakukan, sehingga sebagai besar acuan parameter darah masih menggunakan kepustakaan yang berasal dari luar negeri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur, jenis kelamin dan lingkungan berpengaruh terhadap nilai parameter darah (Egbe et al., 2000. Piccione et al., 2009). Sehubungan dengan itu penellitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
187
Retno Bijanti dkk. Parameter Hematologi Kambing Kacang ...
beberapa parameter hematologi kambing yang berasal dari desa Mojosarirejo, Driyorejo Gresik. Materi dan Metode Penelitian Subjek Penelitian Lima belas ekor kambing kacang terdiri atas 7 jantan dan 8 betina dipilih secara acak dari peternakan menurut riwayat pemilik kambing – kambing tersebut diberi pakan dedaunan dari pohon yang ditanam disekitar desa. Setiap ekor kambing kacang diambil darahnya sebanyak 5 cc melalui vena jugularis, dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah diberi antikoagulan EDTA. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap kadar (Hb), PCV, jumlah eritrosit, jumlah leukosit, hitung jenis leukosit (eosinofil, basofil, stab, segmen, limfosit dan monosit). Pemeriksaan kadar Hb menggunakan metode cyanmethemoglobin dengan larutan Drabkin. PCV diperiksa melalui metode mikrohematokrit dengan pembacaan menggunakan mikrohematokrit reader. Larutan Hayem digunakan pada pemeriksaan jumlah eritrosit, sedangkan pemeriksaan jumlah leukosit menggunakan larutan Turk. Peng-hitungan jumlah eritrosit dan leukosit dilakukan dalam kamar hitung Improved Neubauer. Hitung jenis leukosit diawali dengan pembuatan hapusan darah, dilanjutkan dengan pewarnaan Wright dan dihitung jenis leukosit meliputi eosinofil, basofil, stab, segmen, limfosit dan monosit dengan menggunakan Blood Counter Cell.
Analisis data. Data hasil pengukuran dari setiap parameter disajikan dalam bentuk rataan, simpangan baku dan kisaran. Untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap parameter darah dilakukan uji Hotelling. Hasil uji dinyatakan berbeda nyata jika nilai peluang hasil uji lebih kecil dari 0,05 (p< 0,05). Jika parameter uji tidak berbeda nyata data tersebut dikumpulkan kembali tanpa membedakan jenis kelamin dan selanjutnya dianalisis menggunakan korelasi Pearson untuk megetahui korelasi antar parameter. Sebaliknya jika terdapat perbedaan, uji korelasi dilakuikan menurut jenis kelamin. Data antar parameter dinyatakan berkorelasi jika p < 0,05. Hasil dan Pembahasan Nilai parameter hematologi yang diukur pada kambing jantan tidak berbeda nyata dengan parameter yang sama kambing betina (T1,13 = 1,016, p = 0,523) (Tabel 1). Secara komulatif tanpa membedakan jenis kelamin hasil pengukuran paramater darah kambing asal desa Mojosarirejo disajikan oleh Tabel 2. Nilai PCV berkorelasi dengan eritorsit (r = 0,814, p = 0,000). Hb berkorelasi negatif dengan basofil (r = - 0,664, p = 0,007), eosinofil berkorelasi dengan monosit (r = 0,567, p = 0,027). Limfosit berkorelasi negatif dengan segmen (r = - 0,979, p = 0,000) dan monosit (r = 0,630, p = 0,010). Monosit berkorelasi negatif dengan segmen (r = - 610, p = 0,018). Tidak ditemukan perbedaan nilai PCV
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan hematologi Darah Kambing Desa Mojosarirejo Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik Paarameter HB PCV Eritrosit Leukosit Eosinofil Basofil Stb Sag Limfosit Monosit Td = tak terdeteksi
188
n
Kisaran 15 15 15 15 14 15 15 15 15 15
7,82 9 9,14 17,95 12 3,00 ,td 63 56 5
Minimum
Maximum
2,43 10 10,06 8,80 0 ,00 td 11 19 1
10,25 19 19,20 26,75 12 3,00 td 74 75 6
Rataan Statistik 8,0300 14,78 14,3780 16,4787 3,14 ,7333 td 56,00 38,20 2,13
Sd. SE ,513 ,633 ,672 1,634 ,876 ,284 td 4,863 4,419 ,350
1,987 2,451 2,604 6,330 3.278 1,100 td 18,834 17,114 1,356
VETERINARIA
Vol. 4 No. 3 Nopember 2011
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Hematologi Kambing Jantan dan Betina Desa Mojosarirejo Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik Jenis kelamin Rataan Sd. n
HB PCV Eritrosit Leukosit Eosinofil Ba Stb Sag Limfosit Monosit
Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
7,2614 8,7025 14,16 15,32 14,1557 14,5725 16,6000 16,3725 2,43 3,86 ,8571 ,6250 ,0000 ,0000 64,29 48,75
2,52449 1,15128 3,020 1,867 3,02243 2,37531 6,41067 6,70003 1,178 4,375 1,21499 1,06066 ,00000 ,00000 9,656 22,378
7 8 7 8 7 8 7 8 7 8 7 8 7 8 7 8
Jantan Betina Jantan Betina
30,00 45,38 2,00 2,25
9,866 19,398 1,000 1,669
7 8 7 8
dan Hb antar jenis kelamin dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya (Aikhuomobhogbe dan Orheruata, 2006, Opera et al., 2010), tetapi berbeda dengan hasil penelitian lain yang menggunakan kambing west african dwarf (wad) sebagai subjek. Dalam penelitian tersebut nilai PCV dan Hb pada kambing betina lebih besar dibanding kambing jantannya (Egbe et al., 2010). Dibanding ketiga hasil penelitian tersebut PCV dan Hb kambing Mojosari lebih rendah. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa fakrtor misalnya iklim, lokasi dan ketersediaan jenis kualitas pakan (Tibo et al., 2004; Addas et al., 2010). PCV dan Hb dalam penelitian ini berkorelasi dengan beberapa parameter darah lainnya baik berkorelasi positif maupun berkorelasi negatif atau baik berkorelalsi secara langsung maupun diperantarai oleh parameter lain. Nilai PCV dan Hb yang rendah terjadi pada kasus penyakit yang disebabkan oleh Babesia sp dan penyakit yang disebabkan oleh cacing Hemonchus contortus dan Trichostrongilus colubroformis (Beriajaya dan Copeman, 2006; Sulaiman et al., 2010). Nilai
PCV dan Hb pada kasus coccidiosis yang dilakukan secara ekspeimental tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (Ocal et al., 2007). Hal yang sama terjadi kambing setelah vaksinasi terhadap pes atau yang berperan sebagai reaktor tuberculosa, tetapi pada kasus yang terakhir ini tidak terjadi pada nilai Hb (Aikhuomobhogbe and Orheruata, 2006, Javed, et al., 2010). Keragaman juga merupakan faktor lain yang berpengaruh terhadap keragaman PCV dan Hb, Pada musim panas lembab nilai PCV tidak berbeda nyata dibanding parameter yang sama pada musim penghujan tetapi lebih tinggi dibanding musim panas kering sedangkan nilai Hb berbeda pada ketiga musim tersebut (Abdelatif et al., 2009). Jumlah eritrosit dalam penelitian sebanding dengan penelitian sebelumnya (Ocal et al., 2007, Piccone et al., 2009). Jumlah eritrosit beragam antar kambing tergantung pada kondisi kambing dan lingkungan yang saling terkait. Hal itu terlihat dari penelitian ini yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan jenis kelamin terhadap jumlah eritrosit sedangkan pada penelitian lain jenis kelamin berpengaruh terhadap jumlah eritrosit (Aikhuomobhogbe dan Orheruata
189
Retno Bijanti dkk. Parameter Hematologi Kambing Kacang ...
2006, Addass et al., 2010). Penurunan jumlah eritrosit juga terjadi pada pemakaian xilasin hidroklorida pada anastesi epidural (Fani et al., 2008). Meskipun jenis kambing yang digunakan berbeda, tidak ditemukan perbedaan jumlah leukosit pada jenis kelamin yang berbeda, pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Addas et al (2010). Secara keseluruhan tanpa membedakan jenis kelamin, jumlah leukosit dalam pemelitian ini sebanding dengan penelitian yang terdahulu (Ocal, et al., 2007). Abdellatif et al (2009) melaporkan tidak terdapat pengaruh musim terhadap jumlah leukosit. Penelitian lain terhadap kambing lokal di Etiopia menunjukkan bahwa jumlah leukosit pada kambing jantan lebih tinggi daripada kambing betina (Tibo et al., 2004). Besar dugaan bahwa perbedaan ini disebabkan oleh cara pemeliharaan (Olayemi et al, 2009). Kambing- kambing di desa Mojosari umumnya dipelihara di dalam kandang dan peternak mencari makanan untuk kambingnya. Penurunan jumlah leukosit atau leukopenia dapat disebabkan adanya infeksi viral, infeksi bakterial, infeksi protozoa dan abnormalitas sumsum tulang. Jumlah leukosit yang rendah terdapat pada tripanosomiasis (Adenike dan Stephen, 2009). Secara eksperimental pemberian jamur pada pakan (Aspergillus niger atau Trichoderma longibrachitum) dapat menurunkan jumlah leukosit (Belewu dan Ogunsola, 2010). Jumlah limfosit dalam temuan ini lebih rendah daripada hasil penelitian yang terdahulu, tetpi masih dalam kisaran (Aikhuomobhogbe dan Orheruata 2006). Tidak ditemukan perbedaan jumlah limfosit pada kambing di Ethopia dilaporkan oleh (Tibbo et al., 2004). Dari hasil penelitian yang dilakukan, Piccione et al (2009) menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh umur terhadap jumlah limfosit pada kambing girgentana. Hal ini berbeda dengan temuan yang menununjukkan terdapat pengaruh umur dan jenis kelamin terhadap jumlah limfosit (Egbe et al, 2000). Jumlah limfosit kambing yang relatif rendah pada kambing sehat secara eksperimental terjadi pada kasus coccidiosis atau kambing yang pakannya terkontaminasi minyak mentah (Ocal et al, 2007; Ngodigha, 2009). Fungsi utama limfosit adalah sebagai agen fagosit yang bersifat terbatas yaitu hanya dapat memfagosit partikel yang bersifat mikro serta berhubungan
190
dengan pembentukan antibodi humeral dan seluler. Jumlah lilmfosit yang tidak berbeda nyata terhadap orang sehat dilaporkan pada penderita tifus atau paratifus, sedangkan penurunan jumlah limfosit dari nilai normal terjadi pada infeksi tripanosoma (Dangana et al., 2010, Adenike dan Stephen, 2009). Berbeda dengan penelitian Tibbo et al (2004), tidak ditemukan pengaruh jenis kelamin terhadap eosinofil walaupun secara kumulatif sebanding. Perbedaan ini disebabkan oleh jenis kambing dalam penelitian tersebut menggunakan kambing dengan kisaran umur yang lebih lebar dibanding penelitian ini. Penurunan jumlah eosinofil atau eosinopenia dapat disebabkan adanya keradangan akut dan kronis, intoksikasi dan trauma (Thrall, 200%). Eosinofil yang rendah secara eksperimental terjadi pada tikus yang diinfeksi Trypanosoma brucei dan berkurang menuju normal setelah diterapi (Adenike et al, 2009). Dalam penelitian tersebut jumlah eosinofil pada tikus yang diinfeksi sebesar 2.50 ± 0.19 sedangkan pada tikus kontrol 17.00 ± 0.15. Hal ini disebabkan jenis hewan yang berbeda baik secara anatomis maupun fisiologis. Hal yang sama terjadi pada kambing reaktor positif tuberculosa (Javed et al., 2010). Penelitian lain juga menunjukkan kontaminasi fungi dalam pakan tidak mempengaruhi jumlah limfosit (Belewu dan Ogunsola, 2010). Jumlah basofil kambing dalam penelitian ini sebanding dengan penelitian yang terdahulu walupun jenis kambing dan lokasi penelitian berbeda (Egbe et al., 2000, Aikhuomobhogbe dan Orheruata., 2006). Jenis kelamin dan umur tidak menyebabkan perbedaan jumlah basofil (Tibbo et al., 2004, Piccone et al., 2009). Jumlah basofil juga mengalami perubahan pada kambing reaktor tuberkulosa yang mendapat pakan terkontaminsi fungi (Javed, et al., 2010, Belewu dan Ogunsola, 2010). Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan nilai hematologi kambing kacang asal desa Mojosarirejo, Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik masih dalam kisaran nilai normal hematologi kambing dari beberapa penilitian terdahulu. Nilai hematologi kambing kacang pada penelitian ini tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin.
VETERINARIA
Daftar Pustaka Abdelatif, A.M., Y. Ibrahim, M.Y and Y.Y Hassan. 2009. Seasonal variation in erythrocytic and leukocytic indices and serum proteins of female nubian goats. Middle-East Jour Scien Res : 4 (3): 168174 Addass, P.A., A Midau and M Babale. 2010. Haemato-biochemical findings of indigenous goats in mubi adamawa state, Nigeria. J.Agric. Soc. Sci., 6: 14–16. Adenike, S.F. and A.O Stephen. 2009. Changes in haematological indices and protein concentrations in trypanosoma brucei infected rats treated with homidium chloride and diminazene aceturate. Ex Jour :9:39-45. Aikhuomobhogbe, P.U. and A.M Orheruata, 2006. Haematological and blood biochemical indices of west african dwarf goats vaccinated against Pestes des petit ruminants (PPR). Af Jourl Biotechnol : 5 (9) : 743-748. Belewu M.A and F.O Ogunsola. 2010. Haematological and serum indices of goat fed fungi treated Jatropha curcas kernel cake in a mixed ration. J Agric Biotech Sustainable Dev : 2(3) : 035-038. Beriajaya and Copeman, D.B. 2006, Haemonchus contortus and Trichostrongylus colubriformis in pen-trials with Javanese thin tail sheep and Kacang cross Etawah goats. Veterinary Parasitology 135 (2006) 315–323. Dangana, A., J Ajobiewe and A Nuhu. 2010. Haematological changes associated with Salmonella typhi and Salmonella paratyphi in humans. Int. J. Biomed Hlth Sci : 6, (4) : 219 – 222. Ebiegberi M. Ngodigha. 2009. Haematological characteristics and performance of West African Dwarf Goats fed crude oil contaminated forage. Afr. J. Biotechnol. Vol: 8 (4) : 699-702, Egbe N.T.N, S.C Nwaosu and H.A Salami. 2000. Haematological values of ppararently healthy sheep and goats as influenced by age and sex in Arid Zone of Nigeria. Afr. J. Biomed. Res. : 3 109 – 115. Fani, F.A*, Mehesare, S.P, Pawshe,D.B,. Khan, K.M and N.D Jadhav. 2008. Haematological and biochemical changes during
Vol. 4 No. 3 Nopember 2011
epidural xylazine hydrochloride anaesthesia in dogs. Vet World :.1(6): 175-177. Islam, R., S.M.H Rashid, M.K Hosaim and M Rohman. 2005. Effect of hematinicon body wight and some haematology value in sheep and goat. Int. J. Agri. Biol.: 7 (4) : 582 - 584, Javed, M.T. L, LO Ahmad, M. M Irfan, Ali. I., Khan, A.,Wasiq, M., Farooqi, F.A., Shahid,M A.L and Cagiola, M. 2010. haematological and serum protein values in tuberculin reactor and non-reactor water buffaloes, cattle, sheep and goats. Pak Vet J, 30(2): 100-104 Öcal N., B.B Yagci, S.Y Duru and O Kul. 2007. Toltrazuril treatment for acute clinical coccidiosis in hair goat kids: clinical, pathological, haematologic and biochemical findings. Medycyna Wet. 2007, 63 (7) : 805 – 809 Olayemi, F. O, O.O Oboye, I.O Azeez, A.A Oyagbemi and K.O Soetan. 2009. Influence of management systems and sex on haematology of West African dwarf goat. Afr J Agric Res : 4 (11) : 1199-1202 Opara, M,N., N Udevi and I.C Okoli. 2010. Haematological parameters and blood chemistry of apparently healthy west african dwarf (wad) goats In Owerri, South Eastern Nigeria. New York Sci Jour :3(8):68-72 Piccione, G, S Casella, L Lutri, I Vazzana, V Ferrantelli and G Caola. 2009. Reference values for some haematological, haematochemical, and electrophoretic parameters in the girgentana goat. Turk. J. Vet. Anim. Sci.; 34 (2): 197-204. Sulaiman, E.G., S.H Arslan, Q.T Al-Obaidi and E Daham. 2010. Clinical, haematological and biochemical studies of babesiosis in native goats in Mosul. Iraqi Journal of Veterinary Sciences,: 24 (1): (31-35 Tanritanir, P. S Dede and E Ceyland. 2009. Change some macro meinerals and biochemical parameter famle healthy siirt hair goat before and after parturation. JAVMA : 8 (3) : 530 – 533. Tibbo, M., Y Jibril, M Woldemeskel, F Dawo and K Aragaw. 2004 factors affecting hematological profiles in three ethiopian indigenous goat breedy. Intern J Appl Res Vet Med. Vol. 2, No. 4,: 297 – 309
191
Retno Bijanti dkk. Parameter Hematologi Kambing Kacang ...
Thrall,M.A.2005. Veterinary He matology and Chemistry Clinical Lippicott William & Wilkins Zulkifli, I., B Norbaiyah, Y.W Cheah, A.F Soleimani, A Qurni, S.M.A Rajion and Y.M Goh. 2009. Physiological responses in goats subjected to road transportation under the hot, humid tropical conditions. Int. J. Agric. Biol. : 12 (6),. 841 – 844.
192