PANDUAN PENYUSUNAN PROSPEK BISNIS INVENSI BALITBANGTAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 i
KATA PENGANTAR
Salah satu persoalan klasik yang dihadapi lembaga riset publik (pemerintah), termasuk Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) adalah relatif lambannya proses penggandaan (komersialisasi) teknologi. Dari beberapa penyebab lambannya proses penggandaan teknologi, salah satu yang penting adalah kurang lengkapnya informasi keunggulan dan prospek bisnis dari teknologi yang dihasilkan (utamanya terhadap teknologi sejenis yang sudah eksis di pasar). Akibatnya, pihak pengganda teknologi perlu waktu untuk menelaah keunggulan (daya saing) serta prospek pasar yang akan dikembangkan. Oleh karena itu, Balitbangtan melalui Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian (BPATP) berupaya melakukan langkah terobosan dimana teknologi yang siap dikomersialiasikan akan dilengkapi dengan informasi prospek bisnis (Bussiness Prospect). Upaya terobosan ini diharapkan dapat lebih menarik minat para pengganda teknologi (baik usaha perorangan maupun usaha kecil, menengah, dan besar) untuk mengkomersialisasikan teknologi pertanian yang dihasilkan oleh UK/UPT lingkup Balitbangtan. Kelengkapan informasi rencana bisnis teknologi pertanian tersebut, disusun oleh inventor dari masing-masing UK/UPT; dan agar informasi yang disusun konsisten antar UK/UPT dan jenis teknologi maka perlu disusun panduan penyusunan prospek bisnis invensi dan inovasi Balitbangtan. Dalam jangka pendek, manfaat dari penyusunan rencana bisnis teknologi pertanian ini selain untuk meningkatkan daya tarik teknologi yang ditawarkan, juga sebagai sarana evaluasi mandiri (self assessment) terhadap teknologi yang dihasilkan oleh masing-masing UK/UPT. Dalam jangka panjang, upaya ini dapat digunakan untuk mempertajam rencana penelitian dan pengembangan teknologi yang benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan pengguna dan daya saing di pasar. Pedoman ini merupakan dokumen hidup (living document) yang akan dilakukan penyesuaian dan penyempurnaan secara berkesinambungan. Saya berharap buku pedoman ini dapat diacu dan dipedomani oleh seluruh UK/UPT lingkup Balitbangtan yang akan mengkomersialisasikan invensi dan inovasi yang dihasilkannya.
Jakarta, Oktober 2015 Kepala Badan Litbang Pertanian
Dr. Ir. M. Syakir, MS
i
DAFTAR ISTILAH 1. Ilmu pengetahuan adalah rangkaian pengetahuan yang digali, disusun, dan dikembangkan secara sistematis dengan menggunakan pendekatan tertentu yang dilandasi oleh metodologi ilmiah, baik yang bersifat kuantitatif, kualitatif, maupun eksploratif untuk menerangkan pembuktian gejala alam dan/atau gejala kemasyarakatan tertentu. 2. Teknologi adalah cara atau metode serta proses atau produk yang dihasilkan dari penerapan dan pemanfaatan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan, kelangsungan, dan peningkatan mutu kehidupan manusia. Dalam panduan ini, teknologi dikelompokkan ke dalam enam jenis yaitu teknologi benih/bibit, pupuk, pestisida, obat-obatan, teknologi pengolahan, serta perangkat uji, alat dan mesin pertanian. 3. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. 4. Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru. 5. Invensi adalah suatu ciptaan atau perancangan baru yang belum ada sebelumnya yang memperkaya khazanah serta dapat dipergunakan untuk menyempurnakan atau memperbarui ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada. 6. Penerapan adalah pemanfaatan hasil penelitian, pengembangan, dan/atau ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam kegiatan perekayasaan, inovasi, serta difusi teknologi. 7. Perekayasaan adalah kegiatan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bentuk desain dan rancang bangun untuk menghasilkan nilai, produk, dan/atau proses produksi dengan mempertimbangkan keterpaduan sudut pandang dan/atau konteks teknikal, fungsional, bisnis, sosial budaya, dan estetika. 8. Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi. 9. Alih teknologi adalah pengalihan kemampuan memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi antar lembaga, badan, atau orang, baik yang berada di lingkungan dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri ke dalam negeri dan sebaliknya. 10. Lembaga penelitian dan pengembangan yang selanjutnya disebut lembaga litbang adalah lembaga yang melaksanakan kegiatan penelitian dan/atau pengembangan. 11. Badan usaha adalah badan atau lembaga berbadan hukum yang melakukan kegiatan usaha sesuai dengan peraturan perundangundangan. 12. Hak kekayaan intelektual yang selanjutnya disebut HKI adalah hak memperoleh perlindungan secara hukum atas kekayaan intelektual sesuai dengan peraturan perundang-undangan. ii
13. Produk adalah segala sesuatu yang dihasilkan dari proses kerja penelitian misalnya berupa benda/barang, jasa, lokasi/tempat, organisasi, ataupun ide/gagasan yang dapat menjadi substansi prospek bisnis ini. 14. Komersialiasi adalah perbuatan menjadikan sesuatu sebagai barang dagangan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). 15. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang HKI kepada pihak lain berdasarkan perjanjian pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu HKI yang diberi perlindungan dalam jangka waktu dan syarat tertentu. 16. Royalti adalah imbalan atas pemanfaatan HKI atau produk HKI yang diterima oleh pencipta atau pemilik HKI terkait. 17. Prospek Bisnis adalah gambaran masa depan dari suatu produk dalam hal peran dan potensinya untuk dikembangkan secara komersial. 18. Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) adalah suatu sistem pengukuran sistematik yang mendukung penilaian kematangan suatu teknologi tertentu dan perbandingan kematangan atau kesiapan antara jenis teknologi yang berbeda. 19. Teknometer adalah alat ukur tingkat kesiapan teknologi. Petunjuk Penggunaan Buku Pedoman: Sebelum melakukan penyusunan panduan prospek bisnis, dirasa penting bagi pengguna untuk mempelajari petunjuk penggunaannya sebagai berikut: 1. Teknologi yang bisa disusun business plan atau siap dikomersialisasikan merupakan teknologi yang telah lolos dari Pengukuran Teknometer minimal pada level 7. Persyaratan ini penting untuk menjamin tingkat keberhasilan komersialisasi teknologi nantinya. 2. Prospek Bisnis disusun oleh tim di UK/UPT yang dibentuk khusus dengan setidaknya melibatkan peneliti penghasil terknologi bersangkutan dan peneliti sosial ekonomi. 3. Prospek bisnis disusun pada akhir tahun saat penciptaan teknologi. 4. Prospek bisnis yang telah disusun disampaikan ke Badan Litbang Pertanian cq BPATP. 5. Penyampaian dokumen prospek bisnis disertai dengan data, informasi dan dokumen yang relevan.
iii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................................
i
DAFTAR ISTILAH ....................................................................................................
ii
PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU PEDOMAN .....................................................
iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................................
vi
I. PENDAHULUAN .................................................................................................
1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................
1
1.2. Tujuan ..........................................................................................................
2
1.3. Sasaran .......................................................................................................
2
1.4. Landasan Hukum .........................................................................................
2
II. GAMBARAN UMUM PRODUK ...........................................................................
3
2.1. Deskripsi teknis dari inovasi .........................................................................
3
2.2. Aspek Pembeda dan Keunggulan dengan Produk sejenis ..........................
3
III. NILAI TAMBAH PRODUK, PASAR, DAYA SAING DAN PROSPEK BISNIS .....
4
3.1. Nilai Tambah Produk ...................................................................................
4
3.2. Pasar ............................................................................................................
5
3.3. Daya Saing ..................................................................................................
5
3.4. Segmen dan Target Pasar ...........................................................................
6
3.5. Prospek Bisnis dan Pricing ..........................................................................
7
IV. ANALISIS PANGSA PASAR ATAS PRODUK YANG DIHASILKAN ..................
8
V. PELUANG DAN TANTANGAN ...........................................................................
10
5.1. Kekuatan dan Peluang .................................................................................
10
5.2. Kelemahan dan Tantangan .........................................................................
10
VI. PENUTUP ...........................................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
12
LAMPIRAN ..............................................................................................................
13
iv
DAFTAR TABEL
No.
1.
Halaman Ringkasan besaran nilai tambah produk baru dibanding produk
4
sebelumnya .................................................................................................. 2.
Ringkasan Pemetaan Pasar Berdasarkan Deliniasi dan Kekhasan
5
Produk .......................................................................................................... 3.
Indikator Keunggulan Produk Invensi ..........................................................
6
4.
Indikator Segmen dan target Pasar Produk Invensi .....................................
6
5.
Kriteria Kelayakan Produk Invensi ...............................................................
7
v
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1.
Deskripsi Teknis Invensi
13
2.
Contoh Prospek Bisnis Komoditas Jagung
16
3.
Tingkat Kesiapan Teknologi
18
vi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu persoalan klasik yang dihadapi oleh lembaga riset publik (pemerintah) adalah masih relatif rendahnya hasil riset yang dikembangkan dan dimanfaatkan secara luas oleh pengguna. Persoalan ini juga dihadapi oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian. Secara konseptual, idealnya inovasi teknologi yang dihasilkan oleh Balitbangtan harus benar-benar unggul, baik secara teknis, ekonomi, dan kompetitif terhadap inovasi sejenis yang ada di pasar. Hal ini dapat dicapai apabila input, proses penciptaan, sistem seleksi dan standarisasi terhadap inovasi teknologi yang dihasilkan dapat dilaksanakan dengan baik. Prasyarat pada aspek penciptaan inovasi teknologi perlu mendapat perhatian yang serius karena beberapa hasil kajian menunjukkan sebagian inovasi teknologi yang dihasilkan oleh Balitbangtan kurang kompetitif pada saat akan digandakan lembaga pengganda teknologi. Untuk itu, Balitbangtan berupaya melakukan langkah terobosan pada aspek perencanaan riset yang sejak awal sudah mempertimbangkan prospek bisnis terhadap inovasi teknologi yang akan dihasilkan. Hasil kajian menunjukkan bahwa rendahnya daya saing teknologi pertanian yang dihasilkan oleh lembaga riset publik (termasuk Balitbangtan), disebabkan antara lain: (a) lemahnya keterkaitan kegiatan penelitian dengan kebutuhan pengguna; (b) spektrum topik penelitian dan pengembangan terlalu luas, sehingga teknologi yang dihasilkan (walaupun mempunyai keunggulan) kurang mantap; (c) sistem inovasi belum terbangun dengan baik, sehingga keterkaitan antara lembaga pencipta, penyampai (termasuk pengganda teknologi), dan penerima teknologi masih belum optimal. Secara prinsip, penciptaan teknologi didasarkan pada dua aspek utama, yaitu (a) kebutuhan pengguna/pasar; dan/atau (b) penetrasi pasar. Kedua aspek tersebut ke depan mestinya harus menjadi pertimbangan utama dalam menyusun rencana kegiatan riset Balitbangtan. Teknologi yang dihasilkan oleh lembaga riset pemerintah terbagi atas teknologi domain publik/masyarakat (public domain) dan teknologi domain privat (private domain). Perbedaan prinsip keduanya adalah teknologi domain publik dapat diakses dan digandakan oleh masyarakat luas; sementara teknologi domain privat upaya akses dan penggandaannya hanya untuk kalangan terbatas yang mendapatkan hak lisensi dari lembaga riset yang bersangkutan. Satu catatan penting agar inovasi teknologi yang sudah digandakan dikenal oleh pasar, maka proses penyalurannya utamanya harus melalui pasar dan tidak hanya mengandalkan program atau proyek pemerintah. Hal ini perlu diperhatikan karena tingkat daya saing dan sanding yang sebenarnya adalah di pasar terbuka (free market) bukan di proyek pemerintah. Strategi komersialisasi teknologi yang umum diacu oleh dunia usaha, paling tidak harus mencakup 5 (lima) aspek utama, yaitu produk (product), harga (price), distribusi (place), promosi (promotion), dan tim pemasaran yang handal (people). Kelima aspek tersebut dalam banyak literatur sering disebut Bauran 5 P. Berkaitan dengan strategi komersialisasi teknologi tersebut, yang perlu mendapat perhatian Balitbangtan sebenarnya hanya aspek produk dan harga; sementara sisanya merupakan domain pelaku usaha. Terkait dengan produk teknologi, hal yang perlu diperhatikan adalah teknologi yang akan dikomersialisasikan harus pada tingkat matang (mature), serta memenuhi persyaratan teknis (keunggulan), finansial, dan legal. Sementara itu, dalam merumuskan harga produk harus memperhatikan harga produk pesaing (kecuali produk yang mempunyai keunikan tertentu atau manfaat yang besar dapat dijual pada tingkat harga premium). Beberapa aspek utama dalam komersialisasi teknologi itulah yang hendak dijadikan ketentuan tambahan dalam menyusun rencana kegiatan penelitian UK/UPT lingkup Balitbangtan ke depan. Melalui ketentuan tambahan tersebut, diharapkan akan dapat memperderas komersialisasi dan memperluas adopsi teknologi hasil Balitbangtan secara berkelanjutan. Agar ketentuan tambahan yang terkait dengan 1
komersialisasi teknologi lebih mudah dipahami oleh UK/UPT lingkup Balitbangtan, maka disusunlah “Panduan Penyusunan Prospek Bisnis Produk Invensi Balitbangtan” ini. 1.2.
Tujuan Panduan ini disusun dengan tujuan :
1. Mengkondisikan UK/UPT lingkup Balitbangtan untuk menghasilkan invensi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna; 2. Melengkapi perencanaan penciptaan invensi dan paket teknologi Balitbangtan dengan informasi keunggulan dan daya saing untuk memperderas inovasi dan komersialisasi; 3. Meningkatkan networking antar lembaga riset pertanian, baik di dalam maupun di luar Balitbangtan. 1.3. Sasaran Panduan ini disusun untuk dipedomani oleh UK/UPT lingkup Balitbangtan dalam melakukan kegiatan penelitian, agar invensi dan inovasi teknologi yang dihasilkan mudah dikomersialisasikan.
1.4. Landasan Hukum Dasar Hukum Penyusunan Prospek Bisnis Invensi Balitbangtan, antara lain mengacu pada: 1)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman 2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2001Tentang Paten 3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, Dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi 4) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta 6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Hasil Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan. 7) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. 8) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2012 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Pertanian. 9) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Penyusunan dan Evaluasi Proposal Penelitian Dan Pengembangan Pertanian 10) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 06/Permentan/OT.140/2/2012 tentang Pedoman Kerja Sama Penelitian dan Pengembangan. 11) Peraturan Menteri Pertanian No. 29 tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian
2
II. INFORMASI POKOK INVENSI 2.1. Deskripsi Teknis Invensi Invensi yang dihasilkan oleh pencipta teknologi (inventor), dapat dibedakan berdasarkan jenis invensinya (Permentan 99 tahun 2013), yaitu: (1) Benih/bibit, (2) Pupuk, (3) Pestisida, (4) Obat-obatan, (5) Teknologi pengolahan, dan (6) Perangkat Uji, Alat dan Mesin Pertanian. Pada setiap item jenis invensi, diperlukan keterangan singkat jelas dan terukur tentang aspek teknisnya untuk kelengkapan proses lisensi produk yang diajukan (Lampiran 1) 2.2. Aspek Pembeda dan Keunggulan Produk Invensi Untuk dapat memasuki dan menguasai pasar, maka invensi harus memiliki keunggulan. Sejak tahap pengajuan HKI, khususnya paten dan PVT, unsur kebaruan dari invensi menjadi atribut penting yang harus disebutkan. Kebaruan dapat mencakup aspek pembeda dan keunggulan/keunikan (kuantitatif maupun kualitatif) atas produk sejenis, baik di dalam dan di luar negeri.
3
III. Nilai Tambah Produk, Pasar, Daya Saing, dan Kelayakan Bisnis Pada uraian ini produk yang akan dilisensi harus melengkapi keterangan atas: (1) nilai tambah produk, (2) pemetaan pasar, (3) daya saing produk, (4) segmen dan target pasar, dan (5) kelayakan bisnis dan harga. Keterangan yang diberikan harus lengkap singkat, jelas dan terukur. 3.1. Nilai Tambah Produk Menurut Hayami et al. (1987) bahwa untuk menghitung nilai tambah suatu produk dapat dilakukan dengan cara menggabungkan nilai tambah pengolahan dan pemasaran. Dalam konteks ini, pada hakekatnya nilai tambah dari produk yang dihasilkan dapat dilihat dalam hal harga jual produk, biaya produksi, produktivitas, serta keunggulan lain dibandingkan produk sejenis yang telah ada. Produk invensi memiliki nilai lebih pada kriteria-kriteria berikut: a.
Harga lebih murah, karena biaya produksi yang lebih rendah, namun tetap memiliki kemampuan produksi dan produktivitas yang sama dengan produk sebelumnya.
b.
Harga yang sama, karena biaya produksi yg sama, namun memiliki kemampuan produksi dan produktivitas yang lebih tinggi dibanding produk sebelumnya.
c.
Harga yang lebih tinggi, karena biaya produksi yang lebih tinggi, namun memiliki kemampuan produksi dan produktivitas yang lebih tinggi dibanding produk sebelumnya, dan rasio antara kenaikan harga dan peningkatan produksi serta produktivitas masih menunjukkan bilai tambah yang lebih baik dibanding produk sebelumnya.
Tabel 1. Ringkasan besaran nilai tambah produk baru dibanding produk sebelumnya
Harga
Produksi
Produktivitas
Nilai tambah
Lebih rendah
Sama
Sama
Selisih harga x produksi
Lebih rendah
Lebih tinggi
Lebih tinggi
Selisih harga x produksi
Sama
Lebih tinggi
Lebih tinggi
Harga x produksi
Lebih tinggi
Lebih tinggi
Lebih tinggi
Selisih harga x produksi
Penentuan besaran harga produk dapat dilakukan atas berbagai basis perhitungan, yaitu: (1) sebagai produk baru, (2) pada produk lama melalui jalur pemasaran yang baru, (3) berdasarkan analisis permintaan, (4) berdasarkan analisis biaya dan harga penawaran produk pesaing, (5) berdasarkan tujuan untuk tetap bertahan pada industri, (6) untuk memaksimumkan keuntungan, (7) untuk memaksimumkan penerimaan/revenue, (8) untuk meningkatkan penjualan, (9) untuk merampingkan pasar, atau (10) agar produk tersebut dapat memimpin pasar (dari aspek kualitas). Sementara metode penentuan harga mengikuti berbagai pertimbangan, yaitu: (1) Cost-plus, dimana biaya produksi ditambah profit, (2) target pengembalian investasi dalam jangka waktu tertentu, (3) nilai efektifnya dibanding produk pesaing, (4) sinyal kualitas produk, atau persepsi konsumen, (5) lokasi geografis/spasial, (6) segmen khusus lokasi, (7) potongan harga berdasarkan jumlah penjualan, (8) harga promosi, dan (9) waktu pembelian. 4
3.2. Pemetaan Pasar Sebuah produk yang akan memasuki pasar perlu melakukan pemetaan (mapping) kondisi pasar secara komprehensif. Pemetaan pasar berguna untuk melihat bagaimana dan dimana posisi produk kita di antara pesaing usaha yang sejenis. Beberapa hal yang harus dipenuhi dalam melakukan pemetaan pasar adalah: (1) Mencakup aspek ekonomi (berdasarkan klaster produk) atau daya sanding terhadap produk sejenis, komplemen, dan substitusi; (2) Mempunyai kekhasan sesuai jenis teknologi, dan (3) Memiliki kekhasan untuk lokasi geografis, segmen khusus lokasi. Pemetaan pasar semestinya dilakukan dalam empat konteks, yaitu pemetaan pasar terhadap produk sejenis, terhadap produk komplemen, terhadap produk substitusi, dan mempunyai kekhasan sesuai jenis teknologi. Untuk setiap pemetaan pasar, dilakukan penilaian terhadap empat hal dengan penjelasan sebagai berikut. Tabel 2. Ringkasan pemetaan pasar berdasarkan deliniasi dan kekhasan produk
Indikator
Penjelasan
1. Pangsa pasar dalam negeri
Kemungkinan meraih pangsa pasar untuk pasar di dalam negeri
2. Pangsa pasar dalam negeri
Kemungkinan meraih pangsa pasar untuk pasar di luar negeri
3. Tingkat kekhasan produk 4. Kekuatan bersaing meraih pasar
Satuan Persen Persen Persen Persen
3.3. Daya saing Tingkat daya saing produk dalam terminologi ini dicerminkan oleh keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimiliki produk yang akan dilisensi. Keunggulan komparatif mengukur efisiensi biaya yang digunakan dalam proses produksi. Keunggulan kompetitif sudah mengukur efisiensi dengan produk lainnya yang sejenis keunggulan potensi ekspor.
5
Tabel 3. Indikator keunggulan produk invensi Indikator 1. Keunggulan komparatif
2. Keunggulan kompetitif
3. Keunggulan potensi ekspor
4. Efisiensi teknis produk yang dihasilkan
Penjelasan Mengukur efisiensi biaya yang digunakan dalam proses produksi Rasio biaya sumberdaya domestik terhadap selisih pendapatan dan biaya tradable (Atas harga sosial DRCR) dari hasil perhitungan. Terdapatnya aturan yang mendukung perdagangan produk (Ya/tidak) Mengukur efisiensi produk dengan produk lainnya yang sejenis. Rasio biaya sumberdaya domestik terhadap selisih pendapatan dan biaya tradable (Atas harga private PCR) dari hasil perhitungan. Terdapatnya aturan yang mendukung perdagangan produk (Ya/tidak). Memiliki pasar khusus ekspor (Ya/tidak). Potensi produk tersedia untuk ekspor (Ya/tidak). Daya saing tinggi untuk pasar ekspor. Terdapatnya aturan yang mendukung perdagangan produk untuk ekspor (Ya/tidak). Rasio produksi riil terhadap produksi potensial
3.4. Segmen dan Target Pasar Segmen dan taerget pasar dari produk menjelaskan potensi konsumen produk. Ini merupakan gambaran umum dari konsumen produk sejenis. Dalam hal ini untuk melihat posisi pasar dengan melihat kelas konsumen, dimensi waktu dan wilayah. Adapun sasaran dan segmen pasar merupakan sasaran khusus bagi konsumen potensial dari produk. Tabel 4. Indikator segmen dan target pasar produk invensi Indikator 1. Konsumen
2. Sasaran dan segmen pasar
3. Kualitas
Penjelasan Merupakan gambaran posisi pasar produk dengan melihat kelas konsumen, dimensi waktu dan wilayah secara geografis. Mencakup konsumen produk pada umumnya, dinamika pasar produk berdasarkan waktu, potensi pasar berdasarkan wilayah, dan persaingan konsumen dengan produk sejenis Merupakan sasaran khusus bagi konsumen potensial dari produk, berdasarkan segmentasi dan kekhasan dari produk. Mencakup potensi konsumen berdasarkan kelas pendapatan (tinggi/sedang/rendah), dan saingan konsumen produk sejenis Menjelaskan standar mutu suatu produk yang dihasilkan sesuai dengan konsumen, sasaran dan segmen pasar tertentu.
6
3.5. Kelayakan Bisnis dan Harga Untuk melihat prospek bisnis suatu invensi, harus mempertimbangkan beberapa atribut sebagai berikut: 1. Perkiraan jumlah permintaan konsumen terhadap produk. Bagian ini menggambarkan target dan segmentasi pasar dari produk yang dihasilkan, dijelaskan sesuai klaster dari teknologi yang dimaksud. Target dan segmentasi pasar data yang mendukung penciptaan teknologi yang dihasilkan. Permintaan produk setidaknya disampaikan dalam setahun mendatang. 2. Proyeksi permintaan konsumen dalam beberapa tahun mendatang, sesuai dengan kenaikan jumlah penduduk dan preferensi konsumen. Bagian ini meramalkan potensi permintaan dari produksi yang dihasilkan, didasarkan pada riil dan potensi permintaan (trend peningkatan pendapatan penduduk). Peramalan didasarkan proyeksi minimal 5 tahun ke depan, berdasarkan data 5 tahun ke belakang. 3. Penawaran dari perusahaan pesaing. Bagian ini menggambarkan bahwa produk yang dihasilkan merupakan produk yang sangat dibutuhkan pasar, dukungan data di lapangan bisa memberikan gambaran peluang walaupun ada kompetisi dengan produk sejenis. Dalam gambaran ini mencakup: (a) Ragam dan jenis produk sejenis yang ada di pasaran. Dalam hal ini dijelaskan kelebihan dan kekurangan produk kemudian produk yang dihasilkan sebagai solusi dalam menjawab kekurangan (lebih unggul) dari produk yang sudah ada di pasaran; (b) Harga dalam hal harga produk sendiri dan produk pesaing; (c) Cakupan wilayah pemasaran secara spasial, setidaknya pada level provinsi; dan (d) Promosi dalam hal strategi promosi yang akan dilakukan, dan mengapa menggunakan strategi tersebut. 4. Komponen pembentuk harga pokok penjualan. Bagaimana menetapkan harga merupakan satu komponen yang sangat penting, karena tidak hanya akan menentukan daya penetrasi pasarnya, namun juga keberlanjutan usahanya sendiri. Harga yang disampaikan dengan basis perhitungan skala industri, meskipun belum termasuk promosi dan bea PPN. Metode untuk melihat kelayakan investasi adalah dengan menggunakan kriteria investasi seperti terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kriteria kelayakan investasi produk invensi antara lain: Kriteria investasi 1. R/C ratio
Penjelasan (rumus) Penerimaan dibagi Total Biaya Produksi
2. Payback period
Jangka waktu saat Net Benefit= Total biaya investasi
3. Break event point (BEP) a. BEP penjualan (Jumlah produk) b. BEP Harga jual
Satuan Tanpa satuan Tahun
Q= Total Biaya Produksi/Harga jual
Satuan/unit
P= Total Biaya Produksi/Volume jual
Rp/satuan
7
IV. ANALISIS PANGSA PASAR ATAS PRODUK YANG DIHASILKAN Setiap produk yang dihasilkan oleh para inventor dan selanjutnya dilisensi oleh pihak ketiga (industri pengganda) dan disebarluaskan (dijual) sesuai pasar yang dimiliki oleh industri pengganda. Dalam rangka mendukung komersialisasi tersebut maka diperlukan informasi mengenai bagaimana estimasi pangsa pasar. Pada bab sebelumnya telah diuraikan mengenai potensi dan prospek pasar suatu produk. Maka pada bab ini secara khusus akan menguraikan mengenai bagaimana pangsa pasar (market share) suatu produk yang dihasilkan (William J.S, 1984). Pangsa pasar suatu perusahaan adalah bagian pasar yang mampu dikuasai oleh perusahaan apabila dibandingkan dengan penjualan seluruh industrinya (total penjualan perusahaan yang sejenis). Sehingga dapat dikatakan bahwa pangsa pasar merupakan proporsi kemampuan perusahaan terhadap keseluruhan penjualan seluruh pesaing, termasuk penjualan perusahaan itu sendiri. Tingkat pangsa pasar ditunjukan dan dinyatakan dalam angka prosentase. Atas dasar angka pangsa pasar tersebut dapat diketahui kedudukan perusahaan dan juga kedudukan pesaing-pesaingnya dipasar. Sehingga seringkali tingkat pangsa pasar dapat dipergunakan dalam pedoman atau standart keberhasilan pemasaran perusahaan dalam kedudukannya dengan pesaing-pesaingnya. Pangsa pasar (absolut maupun relatif) yang merupakan indikator perusahaan yang mampu menjelaskan tentang : 1) Kemampuan perusahaan menguasai pasar.
Kemampuan penguasaan pasar dapat dipandang sebagai salah satu indikator keberhasilan. Tujuan perusahaan pada umumnya adalah mempertahankan atau meningkatkan tingkat market share. Sehingga pencapaian tujuan berarti juga dianggap sebagai keberhasilan perusahaan. 2) Kedudukan (posisi) perusahaan di pasar persaingan.
Berdasarkan tingkat market share, kedudukan masing-masing perusahaan dapat dilakukan urutan atau rangkingnya dalam pasar persaingan. Jika suatu perusahaan dengan produk tertentu mempunyai pangsa pasar 35%, maka dapat diartikan bahwa jika penjualan total produk -produk sejenis dalam periode tertentu adalah sebesar 1000 unit, maka perusahaan tersebut melalui produknya akan memperoleh penjualan sebesar 350 unit. Besarnya pangsa pasar setiap saat akan berubah sesuai dengan perubahan selera konsumen, atau berpindahnya minat konsumen dari suatu produk ke produk lain. Terdapat empat karakteristik yang mempengaruhi pengguna dalam melakukan pembelian suatu produk yaitu: (1) faktor budaya (budaya, subbudaya, dan kelas sosial), (2) faktor sosial (kelompok keluarga, peran, dan status), (3) faktor pribadi (umur, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian), dan (4) faktor psikologis (pengetahuan, motivasi, keyakinan, dan sikap). Proses keputusan membeli seorang pengguna melewati lima tahap yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan membeli, dan tingkah laku pasca pembelian (Kotler, 1993) Sebelum mendapatkan pangsa pasar, terdapat tahapan yang harus dipahami oleh penghasil produk terkait pemasarannya, yaitu: 8
1)
2) 3) 4) 5)
Mengetahui potensi pasar seperti telah diuraikan pada bab sebelumnya, berapa Nilai penjualan yang bisa diraih dari pemasaran dalam kurun waktu tertentu misalnya Rp/bulan, Produk awal yang dihasilkan dengan kemasan, kualitas dan kekhasan tertentu yang unggul dipasar, Perbaikan atas kemasan, kualitas dan kekhasan tertentu dengan lebih modern, Perlunya menghitung biaya investasi dan fasilitas produksi lainnya untuk menghasilkan produk berkualitas namun harganya jadi lebih terjangkau konsumen, Dapat menghitung total penjualan dan nilainya dari suatu pasar atas produk yang dipasarkan tersebut.
Adapun produk yang akan diuraikan mencakup: (1) Benih/bibit, (2) Pupuk, (3) Pestisida, (4) Obat-obatan, (5) Teknologi pengolahan, dan (6) Perangkat Uji, Alat dan Mesin Pertanian. Pada proses komersialisasi suatu produk, dari setiap item jenis produk akan dilihat bagaimana: (1) harga pokok produk, dan bagaimana tahapan penentuannya, dan (2) bagaimana pangsa pasarnya. Penentuan Harga Pokok Produk (HPP) dari setiap produk invensi dirumuskan sebagai berikut : HPP = Total Biaya Produksi (TC) /Jumlah Produk yang dihasilkan (Q). Sementara untuk melihat pangsa pasar produk invensi dapat dirumuskan sebagai berikut : Pangsa Pasar (%) = (Volume penjualan produk ke pasar tertentu / total volume penjualan ) x 100. Catatan: Pada saat BEP (Break Even Point), maka Total Biaya Produksi (TC) = Penerimaan (R). Keuntungan yang disarankan ditetapkan sekitar 20% dari Posisi BEP.
9
V. PELUANG DAN TANTANGAN Pada bagian ini, produk yang diajukan untuk lisensi juga harus melengkapi terkait keuatan dan peluang, serta kelemahan dan tantangan pasar. Pengisian bagian ini penting untuk pengembangan produk lebih lanjut kedepan dan juga untuk meningkatkan respon dari UK/UPT agar senantisa terus mengembangkan produk yang lebih unggul lagi pada masa mendatang. 5.1. Kekuatan dan Peluang Informasi berkenaan dengan kekuatan produk sangat penting. Dari informasi nilai tambah dari produk, dapat menjadi bahan UK/UPT untuk melakukan pengembangan untuk memperbaiki atau melanjutkan riset teknologi bersangkutan. Hal ini juga dapat menjadi dorongan bagi unit kerja lain dalam menghasilkan produk yang lebih unggul dari sisi produk, proses, dan manajemen pengelolaan produksi. 5.2. Kelemahan dan Tantangan UK/UPT juga perlu mengidentifikasi potensi risiko dan kerugian yang berpotensi akan disebabkan oleh produk baru melalui uraian dampaknya dan cara penanggulangannya. Potensi risiko adalah peluang terjadinya kerugian usaha yang dapat diperkirakan sebelumnya. Selengkapnya penjelasan analisis resiko disampaikan pada tabel berikut.
10
VI. PENUTUP Panduan prospek bisnis ini memberikan sebuah cara pandang mengenai prinsip dasar dan metode yang digunakan untuk mengkaji produk invensi dan inovasi pertanian yang dihasilkan oleh Unit Kerja (UK) dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dilingkup Badan Litbang Pertanian. Oleh karena itu, panduan ini hendaknya dapat dijadikan sebagai rujukan bagi setiap UK/UPT dilingkup Badan Litbang Pertanian dalam menyiapkan informasi yang diperlukan dalam penyusunan prospek bisnis dari produk yang telah dihasilkan. Panduan prospek bisnis yang perlu disusun hendaknya secara ringkas dapat mencakup: (1) Gambaran Umum Produk yang mencakup: Deskripsi teknis dari inovasi dan Aspek Pembeda dan Keunggulan dengan Produk sejenis; (2) Nilai Tambah Produk, Pasar, Daya Saing dan Prospek Bisnis serta Pricing; dan (3) Peluang dan Tantangan dalam pengembangan produk kedepan,yang mencakup: Kekuatan dan Peluang serta Kelemahan dan Tantangan. Dengan demikian kiranya panduan diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan scientific recognition maupun impact recognition bagi UK/UPT dilingkup Badan Litbang Pertanian dalam kerangka menghasilkan produk inovasi yang lebih berkualitas dimasa mendatang.
11
DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2014. Rencana Strategis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Tahun 2015 – 2019. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, KementerianPertanian. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 2006. Tingkat Kesiapan Teknologi. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 2012. Panduan Pengukuran Teknologi/TKT (TRL/Technology Readiness Level). BPATP. 2013. Hasil Kajian Dampak Adopsi Inovasi Produk Balitbangtan. Bogor. Hayami Y, Kawagoe T, Mooroka Y, Siregar M. 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java. A Perspective from a Sunda Village. Bogor : The CPGRT Center. Hisrich, R.D. and Peters, M.P.1995. Entrepreneurship, Starting, Developing and Managing a New Entreprise. Tokyo: Richard D. Irwin, Inc. Kementerian Pertanian. 2013. No. 29/permentan/OT.140/2013, Permentan Tugas dan fungsi BPAT. Jakarta. Kotler, Philip, 1993, Manajemen Pemasaran, Jilid satu, edisis ke – 7, Lembaga Penerbit FE UI, Salemba. Puslitbang Sosial, Ekonomi dan Lingkungan. 2011. Penyusunan Rekomendasi Kesiapan Teknologi Hasil Litbang untuk Kebelanjutan Pemanfaatan oleh Masyarakat. BadanLitbang, Kementerian Pekerjaan Umum. Sadin, S. R., F. P. Povinelli, R. Rosen. 1988. The NASA technology push towards future space mission systems. Paper presented at IAF, International Astronatical Congress, 39thBengalore, India. Set. Kab. 2015. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi. Jakarta. Supriyanto. 2009. Business Plan Sebagai Langkah Awal Memulai Usaha. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 6 Nomor 1, April 2009:73-83. William, J. S. 1984. Fundamentals of marketing. McGraw-Hill series in marketing. 697p.
12
LAMPIRAN
Lampiran 1. Deskripsi teknis invensi Satu, Benih dan bibit. Mencakup benih dan bibit tanaman hibrida, benih/bibit tanaman non hibrida, benih transgenik, benih pakan rumput-rumputan, dan bibit unggul ternak.
Aspek teknis 1. Produktivitas
2. Umur panen 3. Daya tahan terhadap hama dan penyakit 4. Kesesuaian agro ekologi
Penjelasan
Satuan
Jumlah produksi per satuan luas, hasil penelitian di level lapang, bukan level laboratorium atau rumah kaca
Ton/ha
Lama waktu mulai dari tanam benih sampai panen secara matang
Hari
Kemampuan menangkal serangan hama dan penyakit penting yang relevan
Persen
Menyebutkan agroekologi yang lebih sesuai dan kurang sesuai, serta juga yang tidak sesuai
(sebutkan)
Dua, Pupuk dan pembenah tanah. Mencakup pupuk an-organik, pupuk organik/hayati, dan pembenah tanah. (Permentan 70 tahun 2011, Permentan 40 tahun 2011)
Aspek teknis 1. Kandungan bahan aktif
Penjelasan
Satuan
Menyebutkan kandungan bahan aktif penting yang relevan
Gram/kg
2. Efektivitas
Daya hasil yang mampu dicapai dihadapkan dengan kemampuan maksimal semestinya
Persen
3. Peruntukan
Penggunaan untuk berbagai komoditas ataupun kegiatan pertanian lain
(sebutkan)
Persen
13
Tiga, Pestisida. Mencakup biopestisida, pestisida kimia, atraktan, dan zat pengatur tumbuh.
Aspek teknis 1. Kandungan Bahan Aktif
Penjelasan
Satuan
Menyebutkan kandungan bahan aktif penting yang relevan
Gram/kg
2. Efektivitas
Daya hasil yang mampu dicapai dihadapkan dengan kemampuan maksimal semestinya
Persen
3. Peruntukan
Penggunaan untuk berbagai komoditas ataupun kegiatan pertanian lain
(sebutkan)
Persen
Empat, Obat-obatan pertanian. Mencakup produk biologik veteriner berupa vaksin, antigen, antiserum, dan diagnostic kit, obat hewan, dan Antibiotik Aspek teknis (Produk) 1. Efektifitas (Vaksin, Antiserum, Diagnostik Kit, Obat Hewan, Antibiotika) 2. Mono/multivalen (Vaksin, Antigen, Antiserum, Diagnostik Kit) 3. Daya proteksi (Vaksin, Antiserum) 4. Cara aplikasi (Vaksin, Antigen, Diagnostik Kit, Obat Hewan, Antibiotika) 5. Daya simpan (Vaksin, Antigen, Diagnostik Kit, Obat Hewan, Antibiotika) 6. Spesifisitas (Antigen, Antiserum, Diagnostik Kit, Antibiotika) 7. Sensitifitas (Antigen, Diagnostik Kit) 8. Reaksi silang (Vaksin, Antigen, Antiserum, Diagnostik Kit) 9. Spektrum luas (Antiserum, Obat Hewan, Antibiotika) 10. Waktu uji (Antigen, Diagnostik Kit) 11. Uji cepat (Antigen, Diagnostik Kit)
Penjelasan
Satuan
Daya hasil yang mampu dicapai dihadapkan dengan kemampuan maksimal semestinya
Persen
Menyebutkan apakah bahan aktif yang dikandungnya tunggal atau jamak
(sebutkan)
Daya hasil yang mampu dicapai dihadapkan dengan kemampuan maksimal semestinya
Persen
Cara mengaplikasikan produk
(sebutkan)
Lamanya produk stabil/bertahan penyimpanan tertentu Kekhasan produk reaksi/respon
dalam
dalam
memberikan
Hari
Persen
Kepekaan dalam memberikan reaksi/respon
Persen
Memberikan rekasi silang terhadap agen lain
Jumlah agen yang bereaksi
Cakupan reaksi yang lebih luas
Jumlah agen yang bereaksi
Saat pelaksanaan uji dilakukan
Tanggal
Uji yang dilakukan dengan cara screening terhadap penyakit tertentu
Tanggal
14
Lima, Teknologi Pengolahan. Mencakup proses dan produk di bidang makanan, di bidang minuman, dan bidang lainnya.
Aspek teknis
Penjelasan
Satuan
1. Kandungan
Menyebutkan kandungan bahan aktif Gram/kg penting yang relevan, misalnya zat Gram/volume gizi, mineral, dll persen
2. Kegunaan
Peran terhadap kesehatan konsumen
3. Efektivitas produksi
Daya hasil yang diperoleh Persen dibandingkan terhadap aspek waktu dan bahan baku yang digunakan
4. Kemudahan dalam proses massalisasi produk
Penjelasan teknis pengembangannya dalam industri
(sebutkan)
dalam (sebutkan) skala
Enam, Perangkat Uji, Alat dan Mesin Pertanian. Mencakup perangkat uji, perangkap hama dan lainnya, alat pertanian, dan mesin-mesin dan komponennya.
Aspek teknis
Penjelasan
Satuan
1. Kapasitas alat
Kemampuan alat mengolah kondisi normal dan daya cukup
2. Daya
Skala kekuatan mesin
3. Kompatibilitas
Peralatan dan komponen lain yang dibutuhkan agar alat berfungsi optimal
(sebutkan)
4. Dimensi alat
Ukuran panjang, lebar dan tinggi alat
mxmxm
dalam
ton/jam horse power
15
Lampiran 2. Contoh Prospek Bisnis Komoditas Jagung Hibrida Bima 3
Latar Belakang 1) 2) 3) 4)
Melengkapi produk jagung BIMA 3 agar lebih mudah dilisensi oleh Industri pengganda Penyampaian data, informasi dan dokumen yang relevan dalam mendukung kelengkapan dokumen prospek bisnis komoditas jagung BIMA 3 Meningkatkan akses dan pangsa pasar jagung BIMA 3kedepan Meningkatkan daya saing produk jagung BIMA 3
Sasaran dan Jangkauan Produk Jagung BIMA 3 1)
Pasar dalam negeri: P. Jawa dan Luar Jawa (Sumatera, Sulawesi, NTB, NTT dan Papua)
Gambaran Umum Produk:
Deskripsi Teknis jagung Bima 3 : Produktivitas, Umur panen, Daya tahan terhadap HPT dan kesesuai agroekologi Deskripsi teknis lainnya: Kandungan, kegunaan, efektivitas produksi, kemudahan dalam proses masalisasi Aspek Pembeda/Deferensiasi produk BIMA3 dengan lainnya Stay green, tanaman cocok untuk pakan ternak Umur Genjah 95-100 hari Toleran terhadap kekeringan Kandungan Protein mencapai 13%, Karbohidrat mencapai 64% Fisik Tanaman kokoh dan tinggi Biomasa tanaman lebih dari 70 ton/HA
Nilai Tambah Produk, Pasar, Daya Saing Dan Prospek Bisnis 1)
Nilai Tambah Produk Efisiensi biaya mencapai 10% Tanaman yang stay green Dapat dipanen sebagai jagung sayur (70 HST) Biomassa tinggi (> 20%) Harga kompetitif
2)
Pasar Pangsa pasar dalam negeri: NTT dan NTB 30% , Sulbar 40%, Sulsel 20%. , Jatim dan Jateng 10%, Government Project 75% , Free Market 25% Pangsa pasar luar negeri: dapat dicapai dengan perencanaan dan pemetaan pasar secara bertahap.
16
3)
Daya Saing Keunggulan komparatif: jelas, menggunakan input usahatani berbasis sumber daya lokal. Profit marjin yang dapat diraih: 40% Keunggulan kompetitif: bersaing dengan produk sejenis melalui peningkatan efisiensi penggunaan sumberdaya lokal dengan kondisi harga riil yang ada.
4)
Segmen dan Target Pasar
5)
Segmen dan target Pasar: (a) pasar umum: NTT dan NTB 30% , Sulbar 40%, Sulsel 20%. , Jatim dan Jateng 10%; (b) Government Project 75% , Free Market 25% Kualitas produk: Hasil panen Tinggi, Tahan Terhadap Hama dan Penyakit, Biaya Efisien,
Prospek Bisnis dan Pricing Perkiraan jumlah permintaan konsumen terhadap produk: 500 Ton/tahun Proyeksi permintaan konsumen : pasar Sulawesi
Analisis Investasi 1) 2) 3) 4)
Kriteria: R/C=1,7 Pay back Period = 2,3 tahun BEP jumlah= 133,8 ton BEP harga= Rp 40.000/kg
ANALISIS SWOT 1) Kekuatan
: Kapasitas produksi 800 ton per tahun, keunggulan kualitas benih, jaringan yang kuat di berbagai daerah 2) Kelemahan : Keterbatasan benih tetua (parent seed), biaya produksi yang tinggi, kapasitas produksi yang masih rendah. 3) Peluang : Proyek pemerintah yang masih terbuka luas dan belum terpenuhi, program swasenbada pangan pemerintahi. 4) Tantangan : Pesaing yang memiliki permodalan yang lebih baik.
17
Lampiran 3. Tingkat Kesiapan Teknologi Pengembangan sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) ditujukan untuk mengubah pengunaan IPTEK dari yang berciri tradisional kearah yang lebih maju (Balitbangtan, 2004). Dengan sumberdaya yang terbatas dan tatanan pasar yang sangat kompetitif, penerapan inovasi teknologi merupakan factor kunci dalam pengembangan pertanian industrial yang berkelanjutan (Balitbangtan, 2010). Salah satu karakeristik inovasi adalah tingkat kesiapannya untuk digunakan (BPPT, 2012). Tingkat kesiapan teknologi (TKT) (technology readiness level) pada dasarnya dapat diartikan sebagai keadaan atau kondisi pemanfaatan oleh penggunanya. Sementara itu, untuk menilai kondisi tersebut diperlukan suatu instrument atau alat tukur yang disebut indikator (Puslitbang Sosek dan Lingkungan, Kemen PU, 2011). TKT di sisi penyedia (supply side) dapat diukur dan hasil pengukurannya akan mempengaruhi mekanisme difusi dan kecepatan adopsi teknologi oleh pengguna. Tingkat kesiapan teknologi mencerminkan kepercayaan tentang teknologi dan tingkat kelayakan teknologi untuk didifuikan, tetapi bukan suatu indikator
kompeten sipelaku
litbangyasa yang bersangkutan. Dari sisi pengguna hasil pengukuran TKT akan membentuk persepsi tentang kesiapan adopsi teknologi tersebut (BPPT, 2012). Tingkat kesiapan teknologi ini dikembangkan oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA) pada tahun 1980 yang konsep semula hanya terdiri atas 7 tingkat (level), kemudian dikembangkan menjadi 9 tingkat (Sadin et al., 1988) seperti dalam Tabel 1 berikut. Tabel 1. Tingkat Kesiapan Teknologi KesiapanTeknologi T K T Prinsip 1 dasar dari teknologi telah diteliti dan dilaporkan Formulasi 2 konsep dan/atau aplikasi teknologi
Pembuktian konsep(proof-of3 concept) fungsi dan/atau karakteristik penting secara analitis dan eksperimental
Penjelasan
Riset ilmiah dimulai untuk diterjemahkan ke dalam riset terapan dan pengembangan Teknologi telah diformulasikan dalam bentuk konsep sesuai aplikasinya. Pada tingkatan ini aplikasi masih bersifat spekulatif dan tidak ada bukti eksperimen yang sudah teruji atau analisis terperinci yang mendukung hipotesa Proses pematangan teknologi, dimana penelitian dan pengembangan secara aktif dimulai. Hal ini dapat menyangkut studi analitis dan studi laboratorium untuk memvalidasi secara fisik bahwa hipotesis secara analitik adalah benar 18
Komponen 4 teknologi telah divalidasi dalam lingkungan laboratorium
Komponen 5 teknologi telah divalidasi dalam lingkungan yang relevan Model 6 atau prototype Telah diuji dalam lingkungan yang relevan Prototipe 7 telah diuji dalam lingkungan yang sebenarnya. Sistem 8 Teknologi telah lengkap dan memenuhi syarat (qualified) melalui pengujian dan demonstrasi dalam lingkungan/ aplikasi sebenarnya Teknologi 9 benar-benar teruji/terbukti melalui keberhasilan pengoperasian
Konsep dasar telah teruji, komponen teknologi dasar diintegrasikan untuk menetapkan bahwa suatu konsep teknologi telah layak. Pengesahan ini harus dipikirkan untuk mendukung konsep yang sudah dirumuskan di awal, dan harus juga konsisten dengan aplikasinya Ketepatan dari komponen teknologi dilakukan pengujian lingkungan relevan agar validasi fungsi dan karakteristik komponen teknologi sesuai dengan aplikasi yang diharapkan Suatu model atau sistem prototipe atau sistem yang akan berlanjut ke pengembangan berikut diuji di dalam suatu lingkungan yang relevan Ukuran prototipe harus mirip atau dalam skala yang sesuai dengan sistem operasional yang direncanakan dan demonstrasi harus berlangsung pada lingkungan sebenarnya Sistem teknologi telah lengkap, dimana teknologi telah melalui uji dan demonstrasi dalam lingkungan yang sebenarnya, memenuhi syarat dan pengembangan sistem dari semua unsur teknologi telah diakhiri
Teknologi benar-benar telah teruji/terbukti melalui keberhasilan pengoperasian. Tahapan ini merupakan akhir dari keseluruhan pengembangan teknologi Sumber: NASA (dalam Mankin,1995), dan BPPT (2012).
19
Tingkat kesiapan teknologi hasil litbang digambarkan dalam gambar 1 berikut.
Gambar 1. Tingkat KesiapanTeknologi Menurut Siklus Riset (BPPT, 2006) Gambar 1 dapat dijelaskan sebagai berikut (Puslitbang Sosek dan Lingungan PU, 2011): 1. Pada TKT 1-3 pengukuran masih dilakukan pada tiap-tiap komponen teknologi (belum terintegrasi) dengan tiga pendekatan yaitu studi analitik, modeling dan simulasi, serta eksperimen laboratorium. 2. Pada TKT 4-6, pengukuran yang dilakukan sudah dalam satuan system (terintegrasi), uji sistem terintegrasi masih dalam akurasi yang rendah, dan terjadi perkembangan dari akurasi rendah ke akurasi tinggi pada TKT 5 dan 6. 3. Pada TKT 7-9, uji sistem terintegrasi sudah dalam akurasi yang tinggi: a. Pengukuran sudah memunculkan kesiapan fabrikasi b. Perkiraan investasi juga sudah dimunculkan c. Desain gambar/diagram sudah tidak ada perubahan yang sidnifikan d. Pada TKT 7 sudah ada kesiapan untuk produksi awal e. Pada TKT 8 sudah siap produksi penuh f. Pada TKT 9 produktivitas sudah stabil. Menurut Suhendri (2014) pada TKT 1-6 bila dilakukan peluncuran produk masih mempunyai risiko tinggi, sedangkan pada TKT 7-9 peluncuran produk mempunyai risiko rendah.
20