i
Volume - 2
PANDUAN MATA PENCAHARAIN ALTERNATIF
Volume - 2
Kerjasama : Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumberdaya Alam SATKER REHABILITASI DAN PENGELOLAAN TERUMBU KARANG (COREMAP II) TAHUN 2006 Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2006 PT. BINA MARINA NUSANTARA (Konsultan Kelautan dan Perikanan) Kantor: Gedung Sarana Pengembangan Usaha Lt.8, Jl. Angkasa Blok B-9 Kav 6 Kota Baru, Bandar Kemayoran, Jakarta 10720 Telp. (021) 6546630, Fax. (021) 6546631, E-mail:
[email protected]
iii
Kata Pengantar Buku ini dibuat merupakan salah satu seri dari sepuluh buku panduan pembelanjaran mandiri dalam pengelolaan sumberdaya alam laut berbasis masyarakat yang diterbitkan oleh COREMAP II. Memang penerapan pengelolaan berbasis masyarakat menjadi pendekatan yang dirintis sejak akhir tahun 1990-an dan menjadi penting salahsatunya diterapkan pada pengelolaan terumbu karang. Penerapan pengelolaan pada terumbu karang ini membutuhkan pengenalan, pemahaman dan pendalaman terumbu karang itu sendiri terutama manfaat dan fungsi ekosistem terumbu karang itu sendiri termasuk ekosistem yang terkait dengannya. Sudah banyak yang menyebutkan bahwa dari ekosistem terumbu karang bisa menjadikan tulang punggung ekonomi di wilayah pesisir. Nilai ekonomi langsung dari ikan hias laut di Indonesia yang berasal dari terumbu karang bisa mencapai US$ 32 juta/tahun. Selain itu nilai ekonomi dari terumbu karang yang non konsumtif bisa berupa kegiatan pariwisata, pelindung pantai, dan keragaman hayati. Ada yang memperkirakan bahwa nilai keragaman hayati terumbu karang Indonesia mencapai US$ 7,8 juta, sedangkan total nilai ekosistem terumbu karang Indonesia diperkirakan sekitar US$ 466 juta (nilai bersih) sampai dengan US$ 567 juta (nilai kotor). Namun demikian, ancaman terhadap sumberdaya terumbu karang juga selalu menghadang di hadapan kita yang bisa menyebabkan menurunnya kualitas sumberdaya tersebut. Keberhasilan penerapan pengelolaan terumbu karang berbasis masyarakat tergantung pada tingkat partisipasi masyarakat dan yang tiada lain juga tergantung pada kemampuan para penggerak, fasilitator di daerah dalam upaya meningkatkan partisipasi tersebut. Pembuatan buku ini ditujukan untuk memberikan bahan yang menjadikan pengguna terutama para fasilitator di daerah agar bisa lebih mudah mengenali dan manfaat ekosistem terumbu karang dan sekaligus semoga menjadi bahan pembelajaran iv
selanjutnya secara mandiri yang bermanfaat bagi motivasi penggerak partisipasi masyarakat di daerahnya. Buku ini berisi terutama terkait dengan pendalaman pemahaman ekosistem terumbu karang terutama pengenalan manfaat dan fungsi ekositem dan strategi pengelolaan terumbu karang berbasis masyarakat. Konsep, kajian, teknik rehabilitasi dan langkah-langkah dalam pengelolaan ini menjadi hal-hal yang dicoba diangkat dalam buku ini. Disadari bahwa panduan pengenalan manfaat dan fungsi ekosistem termasuk langkah-langkahnya agar tujuan menjadi tercapai, bukan satu-satunya cara dalam upaya meningkatkan tingkat pengetahuan, kesadaran, pemahaman terhadap ekosistem terumbu karang. Demikian juga penerapan buku ini akan tergantung sekali pada kondisi lokal yang ada. Ucapan terima kasih disampaikan kepada berbagai pihak sehingga buku ini bisa diterbitkan pada waktunya, terutama kepada para fasilitator dan pertugas yang ada di garis terdepan di daerah yang telah memberikan pengkayaan pada langkah-langkah yang dibutuhkan untuk mengenalkan ekosistem terumbu karang ini. Jakarta,
Desember 2006.
Penyusun.
v
Sambutan Dirjen KP3K Pengelolaan sumberdaya terumbu karang yang berkelanjutan menuntut kesinambungan upaya dan konsistensi sistem kebijakan, serta mensyaratkan kemampuan sumberdaya manusia sebagai pengelola dan ketersediaan informasi yang memadai sebagai dasar pengambilan keputusan. Peran manusia, terutama masyarakat pesisir sebagai pengguna dan pengelola sumberdaya alam pesisir dan laut, menjadi sentral dalam proses pengelolaan sumberdaya terumbu karang. Namun, pada kenyataannya, pemangku kepentingan pengelolaan sumberdaya terumbu karang selain memiliki beragam kepentingan terhadap pemanfaatan sumberdaya alam tersebut memiliki kapasitas yang sangat bervariasi. Ada ketidakseimbangan kemampuan dalam pengetahuan secara formal yang memadai di antara pemangku kepentingan. Rendahnya sebagian besar kapasitas pemangku kepentingan sumberdaya terumbu karang, memicu ketidakseimbangan pemanfaatan sumberdaya tersebut. Dengan demikian, pembelajaran yang terus menerus bagi mereka merupakan hal yang sangat diperlukan dalam meningkatkan kapasitas pemangku kepentingan sumberdaya terumbu karang. Namun demikian, tingginya kebutuhan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan terbatasnya dana yang ada menyebabkan proses pembelajaran yang sangat diperlukan sebagai dasar pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut timpang. Sehubungan dengan itu, maka dirasakan penting untuk menyusun Paket Buku Panduan (Self Learning Material Pack) untuk pembelajaran mandiri pengelolaan terumbu karang berbasis masyarakat (Community-Based Management CBM). Hal ini karena salah satu pendekatan bagi pembelajaran masyarakat yang paling efektif dan menjangkau lokasi terpencil adalah melalui media buku. Media buku dapat membawa pesan jauh lebih banyak dan luas dibandingkan media lainnya. Kegiatan ini bertujuan untuk menyediakan informasi untuk seluruh tingkatan para pemangku kepentingan dengan menyediakan berbagai pilihan. Selain itu, kegiatan pengembangan Buku Panduan ini ditujukan untuk memberikan informasi mengenai berbagai strategi pengelolaan sumberdaya terumbu karang dari vi
sudut pandang masyarakat nelayan, para manajer sumberdaya dan organisasi-organisasi yang bergerak di bidang lingkungan. Materi Paket Buku Panduan merupakan pembelajaran dari pengalamanpengalaman pelaksanaan program-program pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut berbasis masyarakat di Indonesia maupun di luar negeri. Paket Buku Panduan terdiri atas 11(sebelas) judul sebagai berikut: (1) Panduan penyusunan Rencana Pengelolaan Terumbu Karang (RPTK) (2) Pengenalan Manfaat dan Fungsi Ekosistem Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait, serta Kondisi Terumbu Karang di Indonesia (3) Pembelajaran dari Program Pengelolaan Sumberdaya Alam Laut Berbasis Masyarakat (4) Panduan Pengambilan Data dengan Metode RRA dan PRA. (5) Panduan Penyusunan Peraturan Desa tentang Daerah Perlindungan Laut (6) Panduan Pengorganisasian Masyarakat (7) Panduan Mata Pencaharian Alternatif (8) Panduan Jenis-jenis Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan (9) Panduan Monitoring Berbasis Masyarakat (10)Panduan Pembuatan Daerah Perlindungan Laut, dan (11)Panduan Pengelolaan Pondok Informasi (Info Center). Seluruh Paket Buku Panduan tersebut diharapkan dapat memberi manfaat bagi seluruh pihak, terutama masyarakat pesisir, para Terakhir, kami mengucapkan terima kasih kepada ketua dan seluruh anggota Tim Penyusun atas kerja kerasnya sehingga seluruh paket buku panduan dapat diselesaikan dengan baik. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan dalam penyusunan paket buku panduan ini. Jakarta, Nopember 2006 Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil
vii
Sekapur Sirih Ucapan terima kasih dan penghargaan disampaikan kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaga sehingga penyusunan Paket Buku Panduan (Self Learning Material Pack) untuk pembelajaran mandiri pengelolaan terumbu karang berbasis masyarakat (Community-Based Management CBM) dapat diselesaikan dengan baik. Paket Buku Panduan ini dapat diselesaikan karena kerja keras Tim Penyusun dan berkat kontribusi yang diberikan oleh Tim COREMAP II di Jakarta serta Tim COREMAP Daerah dan para fasilitator dan motivator desa di lokasi-lokasi CORMAP II di 7 (tujuh) kabupaten, yaitu Kabupaten Banggai Kepulauan, Kabupaten Buton, Kabupaten Selayar, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Sikka, Kabupaten Raja Ampat, dan Kabupaten Biak. Kontribusi yang sangat berharga berupa dukungan kesekretariatan dan logistik disediakan oleh PT Bina Marina Nusantara.
viii
Daftar Isi PENGANTAR .............................................................................................................. iv SAMBUTAN DIRJEN KP3K .................................................................................... vi SEKAPUR SIRIH ........................................................................................................ vii DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 1. Latar Belakang ............................................................................................ 1 2. Tujuan ........................................................................................................... 1 BAB 2. MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF .................................................... 3 1. Definisi ......................................................................................................... 3 2. Tujuan ........................................................................................................... 3 3. Sasaran pengembangan MPA ................................................................. 3 4. Keberlanjutan MPA .................................................................................. 3 BAB 3. TAHAPAN PENGEMBANGAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF ................................................................ 8 1. Tahapan Umum Pengembangan MPA ................................................... 8 2. Tahapan Pengembangan MPA Proyek COREMAP II ....................... 8 BAB 4. CONTOH-CONTOH PENGEMBANGAN MPA ............................. 11 A. USAHA BUDIDAYA IKAN .................................................................. 11 1. BUDIDAYA UDANG TRADISIONAL/SEMIINTENSIF .......... 11 2. BUDIDAYA RUMPUT LAUT ......................................................... 19 3. BUDIDAYA IKAN KERAPU .......................................................... 24 4. BUDIDAYA TERIPANG ................................................................... 29 5. BUDIDAYA BERONANG DALAM KERAMBA JARING APUNG .............................................................................. 31 ix
6. BUDIDAYA BANDENG TRADISIONAL/SEMI INTENSIF ... 33 7. PEMBENIHAN UDANG WINDU .............................................. 37 B. USAHA PENGOLAHAN IKAN ........................................................ 39 1. Pembuatan Bakso Ikan ..................................................................... 39 2. Bahan .................................................................................................... 39 2.1. Bahan Baku : ............................................................................... 39 2.2. Bahan Tambahan : ...................................................................... 40 2.3. Bahan pembantu ....................................................................... 40 2.4. Bahan pengemas ........................................................................ 40 3. Peralatan .............................................................................................. 40 4. Proses pengolahan ............................................................................ 41 4.1. Produksi daging ikan : .............................................................. 41 4.2. Pembuatan adonan bakso ikan : ............................................ 41 4.3. Pembentukan Bakso ikan ........................................................ 41 4.4. Pengemasan dan penyimpanan .............................................. 42 5. Analisa Usaha .................................................................................... 42 6. Biaya ..................................................................................................... 44 6.1. Biaya produksi per bulan ........................................................ 44 6.2. Penerimaan per bulan .............................................................. 46 6.3. Pendapatan per bulan .............................................................. 46 C. USAHA NON PERIKANAN ........................................................................... 47 SARI BUAH KELAPA (NATA DE COCO)............................................................47 I. ASPEK TEKNIS ...................................................................................................... 47 1.1 Spesifikasi Produk ......................................................................................... 47 1.2 Manfaat ............................................................................................................ 47 1.3 Bahan Baku ...................................................................................................... 48 1.4 Peralatan .......................................................................................................... 48 1.5 Proses Produksi/Cara Pembuatan ............................................................ 48 1.6 Perawatan ........................................................................................................ 51
x
II. ASPEK NON TEKNIS ......................................................................................... 51 2.1 Tenaga Kerja ......................................................................................................... 51 2.2 Analisis Biaya ........................................................................................................ 51 2.2.1 Biaya Tetap ................................................................................................ 51 2.2.2 Biaya Tidak tetap ..................................................................................... 52 2.2.3 Hasil yang dicapai ................................................................................... 53 2.2.4 Laba kotor yang diperoleh dari produksi di atas : ......................... 53 2.3 Sumber Bahan Baku .......................................................................................... 53 2.4 Pemasaran ............................................................................................................ 53 2.5 Sosial, Ekonomi dan Budaya ............................................................................. 53 BUDIDAYA SECARA TUMPANG GILIR TANAMAN TOMAT, PAPRIKA & SLADA *) .......................................................54 MENGAPA EKOWISATA ....................................................................................... 58 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 64
xi
BAB
1
Pendahuluan 1. Latar Belakang Pertumbuhan populasi di masyarakat khususnya masyarakat nelayan yang memiliki ketergantungan terhadap sumberdaya alam membuat tekanan terhadap sumberdaya alam meningkat, untuk itu perlu dikembangkan sebuah program pengembangan mata pencaharian alternatif. Memahami konsep mata pencaharian alternatif sangatlah penting, terutama saat bekerja dengan masyarakat yang memiliki ketergantungan pada sumber daya alam.
1
2. Tujuan Tujuan pembuatan panduan mata pencaharian altertif adalah: 1. Menyediakan panduan praktis kegiatan usaha mata pencaharian alternatif yang dapat menurunkan tekanan terhadap ekosistem terumbu karang 2. Menyediakan panduan praktis kegiatan usaha kecil masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan.
2
BAB
2
Mata Pencaharian Alternatif 1. Definisi Mata Pencaharian Alternatif (MPA) merupakan mata pencaharian atau suatu usaha baru yang dikembangkan dalam rangka mengurangi atau menghilangkan tekanan terhadap terumbu karang sekaligus untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
2. Tujuan Tujuan pengembangan MPA adalah untuk mengisi pendapatan nelayan (dan pengguna sumberdaya karang yang lainnya) yang terkena dampak akibat pengembangan pengelolaan sumberdaya laut secara berkelanjutan. Secara tidak langsung mengurangi atau menghilangkan cara-cara penangkapan ikan atau pemanfaatan sumberdaya laut lainnya yang berakibat pada rusaknya terumbu karang.
3. Sasaran pengembangan MPA Terbentuknya jenis-jenis usaha yang dapat diterima oleh masyarakat sebagai mata pencaharian alternatif untuk merubah kegiatan masyarakat dari yang bersifat merusak terumbu karang menjadi ramah lingkungan serta mampu meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir.
4. Keberlanjutan MPA a. Berorientasi Keluarga Dalam banyak kasus, menjadi nelayan merupakan kegiatan yang di dominasi oleh laki-laki. Organisasimasyarakat nelayan 3
di Danau mainit dan wilayah propinsi Aurora cenderung didominasi oleh laki-laki, dan mata pencaharian alternatif ini menawarkan kemungkinan sebuah rancangan kebutuhan (need) tidak hanya untuk laki-laki. Karena bagaimanapun juga , perempuan harus dilibatkan di dalam starategi mata pencaharian rumah tangga dan dengan tidak melibatkan perempuan di dalam rancangan sebuah proyek dapat meneyebabkan gagasan tersebut menjadi gagal. Misalnya, di dalam masyarakat nelayan hampir semua perempuan, menghabiskan banyak waktu melakukan kegiatan yang terkait dengan hasil tangkapan ikan seperti membawa ikan ke pasar, menjajakan ikan dan menjualnya. Meningkatkan keberhasilan dalam gagasan mata pencaharian alternatif haruslah menyediakan aksi nyata bagi perempuan, khususnya dalam situasi saat masyarakat nelayan miskin dan sangat miskin yang tidak memiliki akses pada sumber daya alam lain seperti lahan dan memiliki kesempatan terbatas pada sumber pendapatan alternatif lainnya. Menangkap ikan seharusnya dipertimbangkan sebagai kegiatan keluarga, idealnya mata pencaharian alternatif haruslah dirancang meliputi seluruh keluarga. Kultur untuk menjadi seorang nelayan memiliki nilai lebih dari sekadar aktifitas keluarga sehari-hari, sehingga apabila ingin melakukan perubahan harus dari level terkecil. b. Harus ada Pendidikan dan Pembelajaran Beberapa lahan mungkin tidak langsung dapat menghasilkan keuntungan melainkan memerlukan waktu beberapa tahun lamanya. Ini merupakan salah satu fokus mata pencaharian alternatif jangka panjang. Hasilnya mungkin tidak akan dapat langsung dinikmati namun, apabila dikelola dengan baik mata pencaharian ini dapat mewujudkan keinginan bersekolah bagi anakanak dikemudian hari.
4
Kegiatan advokasi seperti “datang berkunjung “ pada program yang telah berhasil dirasakan dapat menjadi kegiatan pembelajaran yang efektif bagi masyarakat. bagaimanapun, beberapa program pendidikan dan pemberdayaan harus dibuat sesuai dengan berbagai kelompok stake holder berbeda. Materi dan bentuk program untuk pimpinan pemerintah lokal tentu berbeda dengan program untuk teknisi pemerintah atau pun program untuk para nelayan. Program pelatihan harus dibedakan untuk praktisi pembangunan dan pemegang kebijakan. Bahkan untuk anak-anak maupun orang dewasa. Kelompok stakeholder berbeda akan memiliki kepentingan dan minat yang berbeda-beda. Sangat berguna jika bekerja menggunakan konsep sebuah tim berdasarkan konsensus yang dibangun bersama oleh para stakeholder. c. Mengutamakan Kekuatan Lokal dan Pengetahuan Lokal Mencermati Dinamika yang terjadi antara sunberdaya alam dan masyarakat memberikan kesimpulan bahwa pendekatan yang fleksibel menjadi sebuah prioritas. Membangun dan berkolaborasi dengan kekuatan lokal merupakan sangat penting. Untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan, program mata pencaharian haruslah berkesinambungan dan mampu beradaptasi khususnya bagi media massa yang dapat memfasilitasi pertukaran informasi. Intervensi efektif mata pencaharian membutuhkan pelibatan dan pengembangan institusi demi desentralisasi dan demokrasi begitu juga halnya dengan sistem pendidikan. Pendampingan oleh pihak luar harus menguatkan institusi. Gagasan perlu difokuskan pada kegiatan promosi terhadap aspek kelestarian dan cara-cara untuk mencegah kerusakan ekosistem.
5
Hal ini merupakan perubahan besar dan untuk menuju jalan tersebut dibutuhkan dukungan pendidikan, termasuk juga program yang berorientasi pada pendidikan dewasa dan pembelajaran formal. Tapi hal ini membutuhkan komitmen dan keaktifan dari para pemimpin. Kegiatan pendidikan lembaga pemerintah maupun non pemerintah harus difokuskan pada kebutuhan mendatang, dan menyertakan evaluasi hasil pembelajaran yang didapatkan selama ini. Promosi tentang gagasan, pembelajaran, berbagi pengetahuan antara orang dewasa dan anak-anak sangat baik dalam membuat anak-anak dari proyek mata pencaharian alternatif saat ini menjadi lebih baik.
6
BAB
3
Tahapan Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif Sebelum dilakukan pengembangan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat maka perlu dijawab beberapa pertanyaan berikut: • Bagaimana proyek akan menimbulkan dampak pada sumber pendapatan dan mata pencaharian? • Bagaimana tingkat pendapatan masyarakat? • Apakah ada mata pencaharian non-moneter lain sebagai sumber kehidupan? • Apakah ada kendala dan peluang untuk meningkatkan pendapatan? • Apakah tersedia lahan pengganti untuk kegiatan pertanian? • Apakah mungkin meneruskan kegiatan pertanian? • Berapa banyak masyarakat yang tidak mendapat kesempatan memperoleh kembali pekerjaannya semula? • Apa keahlian yang dimiliki masyarakat? • Jenis pelatihan apa yang dibutuhkan.masyarakat dan adakah kemampuan untuk mengembangkannya? • Berapa masyarakat yang mempunyai kemauan untuk memulai usaha sendiri? • Apakah ada kesempatan pekerjaan atau memperoleh pendapatan dari proyek investasi utama? • Apakah pimpinan proyek mempunyai komitmen untuk memulihkan pendapatan di samping pemberian ganti rugi? • Adakah program yang sedang berjalan mengenai peningkatan pendapatan atau pengembangan sumbersumber mata pencarian (misalnya, pengentasan kemiskinan) di lokasi proyek?
7
1. Tahapan Umum Pengembangan MPA Secara umum pengembangan MPA dapat dikembangkan dengan langkah berikut: 1. Menganalisis kegiatan ekonomi seluruh masyarakat (menurut jenis kelamin, umur, pendidikan, 2. ketrampilan, pendapatan, besarnya keluarga, preferensi, pilihan) untuk menilai kebutuhan 3. mereka. 4. Mengidentifikasi berbagai program pemulihan pendapatan (perseorangan dan per 5. kelompok) melalui konsultasi dengan pengusaha dan analisis kelayakan pasar dan 6. keuangan. 7. Menguji program pelatihan dan pengembangan pendapatan dengan masyarakat terpilih atas dasar
8
8. 9. 10. 11.
percobaan. Merumuskan kerangka pengawasan kelembagaan dan anggaran Memacu pemasaran produk didalam dan diluar tempat relokasi. Mengevaluasi program dan memberi bantuan teknis tambahan, jika perlu.
2. Tahapan Pengembangan MPA Proyek COREMAP II COREMAP II telah menentukan tahapan spesifik pengembangan MPA di lokasi yang telah didampingi. Tahapn-tahapan yang dilakukan: 1. Menentukan kelompok sasaran yang akan mendapatkan manfaat dengan keberadaan Pengelolaan 2. Membahas secara bersama dengan kelompok sasaran mengenai jenisjenis kegiatan yang mereka minati.
9
3. 4.
5.
6.
7.
8.
Mencari informasi tentang usaha-usaha yang diusulkan dari wilayah lain Mengkaji secara dalam setiap kegiatan MPA yang disarankan, serta menulis ringkasan usaha tersebut (proposal kegiatan). Ringkasan jenis kegiatan ini meliputi: teknik yang akan dipakai, modal yang diperlukan untuk memulai usaha tersebut, periode siklus usaha serta hasil yang diharapkan, risiko yang akan dihadapi dan cara mengatasi/antisipasi, produk yang akan dibuat dan cara pemasaran, kepada siapa dan dimana. Jika diperlukan PMU akan menyediakan dukungan tenaga Ahli atau teknisi praktis untuk membantu penyusunan ringkasan/proposal kegiatan tersebut. Jika berdasarkan hasil pengkajian, usaha diatas merupakan usaha yang potensial, maka usaha tersebut akan ditawarkan melaui prosedur Dana Bantuan MPA kabupaten atau seed fund desa untuk menyediakan modal awal. Jika melalui Dana Bantuan MPA kabupaten atau seed fund desa menyetujui untuk mendukung kegiatan tersebut fasilitator desa dan motivator desa perlu melihat alasan penolakan pemberian modal kepada usaha tersebut Untuk semua kegiatan yang dapat didukung oleh COREMAP, dilakukan pelatihan teknis dan manajemen yang berkaitan dengan jenis usaha yang akan dikembangkan.
10
B A B Contoh-contoh Pengembangan MPA
4
A. USAHA BUDIDAYA IKAN 1. BUDIDAYA UDANG TRADISIONAL/SEMIINTENSIF Mengapa udang? • Udang menjadi komoditas utama dalam revitalisasi perikanan budidaya karena bernilai ekonomis untuk ekspor. Kontribusi ekspor dalam perikanan budidaya sebagian besar berasal dari udang. Pemilihan lahan • Tanah lempung liat baik untuk mendukung konstruksi tambak yang kokoh dan kedap tidak bocor. • Tanah dengan warna oranye menandakan tanah potensi pirit (FeS) kurang baik untuk tambak, karena pirit yang terekspose udara akan menyebabkan pH tanah sangat rendah (pH<4) • Dianjurkan tidak merusak mangrove, tetapi lingkungan yang memiliki kawasan mangrove menyediakan cukup baik filter biologis karena mangrove bisa menyerap bahan organik dan menyaring air, serta komponen mangrove (daun, akar) mengandung zat anti mikroba dan pencegah penyakit.. Konstruksi tambak • Dibuat harus mampu menampung air dengan kedalaman tambak yang diinginkan dan tidak bocor. • Pematang baru dibuat dengan kepadatan yang kedap, tidak rembes dan air mampu dipertahankan pada kedalaman yang diperlukan • Pintu pengeluaran air dibuat untuk pembuangan air dan juga berguna pada waktu panen. Pintu sederhana terbuat dari papan atau beton. 11
Persiapan Tambak • Persiapan tanah dasar - Bila dibuat caren akan memudahkan pengeringan dan mengarahkan bahan organik mengalir ke caren sehingga tidak menyebar ke seluruh bagian tambak. - Persiapan tanah secara basah (macak-macak/lembab) memberikan kesempatan bakteri melakukan aktifitas mineralisasi secara sempurna. - Bila tanah mengandung pirit dicirikan dengan adanya lapisan berwarna oranye harus dilakukan pencucian. Pengapuran diperlukan untuk mentralisir pH tanah yang rendah menjadi sekitar pH 6,5. - Kebocoran di pematang harus diperbaiki, karena bocoran bisa juga menjadi jalan masuknya hama tambak dan pembawa penyakit. - Trisipan sebagai hama tambak harus dikendalikan karena dikhawatirkan menjadi sumber penular penyakit. - Pengapuran tanah baik untuk meningkatkan pH dan buffer (penyangga) sehingga pH tidak mudah berfluktuasi. - Pengapuran tanah dilakukan dengan menabur kapur secara merata, melakukan pembalikan tanah dan pengulangan pengapuran hingga pH menjadi >6,5. - Kapur yang digunakan yaitu kaptan (CaCO, 75%) dengan dosis 100-300 kg/ha. Tanah berpirit memerlukan lebih banyak dan bila pH tanah masih <6 perlu dilakukan pengapuran ulang. - Bila yang digunakan kapur tohor (hydrated lime-Ca OH)2 yang 10% pH 11, dosisnya 50 – 100 kg/ha/pengapuran. - Sedang bila digunakan kapur bakar, CaO dosisnya 100-300 kg/ha. - Tanah dianggap sudah baik bila nilai potensi redoks-nya positip. • Persiapan air - Tandon atau reservoir perlu dibuat untuk tempat cadangan air. Pengambilan air yang langsung dari luar tambak sangat riskan dari kandungan penyakit. 12
- Air yang masuk ke tandon dan ke tambak disaring dengan kasa nyamuk dan kantong tepung. - Air yang masuk ke tambak disaring dengan saringan plankton (ukuran mesh 90 mikron) agar udang jambret (Mesopodopsis) sebagai hama pembawa penyakit tidak masuk ke tambak. - Sterilisasi air dilakukan dengan kaporit 20-30 ppm untuk mencegah jasad pembawa penyakit. Bisa juga dengan Dyvon 1 ppm atau krustasid lainnya. Air dibiarkan 3 – 6 hari untuk penetralan kembali sebelum ditebar benih. Bangkai ikan yang mati segera dikeluarkan atau dibuang dari tambak. - Penumbuhan plankton dilakukan dengan pupuk organik dan anorganik serta inokulasi bibit plankton. Air berwarna kehijauan berarti sudah tumbuh fitoplankton dan tambak siap untuk ditebar benih. - Aplikasi probiotik (Bacillus sp & Rodobacter sp) dianjurkan dalam persiapan air tambak. Probiotik merupakan bakteri pengurai dibiakkan dengan cara : - Mempersiapkan air rebusan, setelah didinginkan bibit probiotik dimasukkan ke air tersebut. Tambahkan substrat makanan berupa silase, gula dan katul. Aerasikan selama 24 jam. Fermentasi probiotik siap digunakan. - Probiotik dikatakan baik bila aromanya seperti aroma fermentasi, dan mengandung bakteri >1 milyar sel/ml. - Kriteria kualitas dasar tambak yang baik sebagai berikut:
Parameter
Satuan
Kisaran
pH Warna Kadar bahan organik Redoks potensial
% mEv
>6 Normal <8 +10
13
Sarana Tambak (Kincir, aerasi,) • Kincir diperlukan untuk menambah oksigen di air, dan mencampur air pada saat hujan lebat sehingga tak terjadi pelapisan air karena perbedaan salinitas (kadar garam) air. Beberapa alat/sarana tambak untuk meningkatkan oksigen di air yaitu: • Kincir Lengan Ganda yang dirangkai dari kipas, pipa galvanis, tabung pralon sebagai pelampung dan digerakkan mesin diesel. • Kincir Tunggal, 1 pK, Setiap kincir dapai mensuplai oksigen hingga 250 kg biomassa udang. • Pompa yang airnya dipancarkan ke petak tambak bisa digunakan sebagai sumber aerasi. • Blower sebagai sumber aerasi dapt meningkatkan oksigen di dasar perairan. • Penggunaan aero-two dapat digunakan untuk tambak dengan kedalaman > 1,5 m. Pengendalian hama • Hama tambak diantaranya yaitu ikan nila, kepiting, wideng, gabus atau ikan liar lainnya. Gabus biasa dijumpai pada tambak berkadar garam rendah. • Kepiting, wideng, dan udang pantus adalah hama pembawa penyakit terutama virus. • Trisipan sering dijumpai di tambak berpasir. • Pencegahan masuknya kepiting atau wideng ke tambak dilakukan melalui pemagaran tambak dengan plastik atau jaring kasa nyamuk setinggi 0,6 m diatas permukaan pematang • Burung dihalau dengan tali yang diganung dengan kertas kado yang memantulkan cahaya.. • Bahan pengendali hama diantaranya,yaitu:
14
Gol. Hama
Jenis Pestisida
Konsentrasi Penggunaan
Moluska
Boss 20 EC (Niklosamid)
2-4 ppm
Kustasea
• Dyvon (Triclorfon) • Nuvaq (Dichlorvos)
0,5-1 ppm 0,5-1 ppm
Ikan
• Akar Tuba • Tea seed cake • Rotenone powder
4-6 ppm 10-15 ppm 2 ppm
Jambret
• Kaporit
35 ppm
Penebaran Benih • Benih yang baik yaitu yang sehat secara fisik, seragam, dan berukuran > 1,2 cm ditebar di tambak 10 ekor/m2 • Cara beli benih yaitu pilih benih yang dibak dengan kepadatan tinggi, ambil contoh 500 ekor, sebaiknya diperiksa kesehatannya di laboratorium PCR, dan beli benih yang dinyatakan bebas virus. • Angkut benih secara benar • Uji benih secara fisik dengan memasukkannya kedalam waskom, ditambah air tawar dengan ratio air laut:air tawar 1:10, dibiarkan 30 menit. Apabila banyak benih yang mati berarti benih secara keseluruhan tidak sehat atau kondisinya lemah. • Aklimitasi benih yaitu menyamakan suhu dan salinitas air dalam kantong pengangkut dengan air tambak dilakukan dengan cara kantong plastik diletakkan terapung di tambak beberapa saat, kemudian dibuka dan air tambak dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam kantong. Benih yang teradapotasi akan keluar kantong dengan sendirinya. Monitoring Kesehatan udang • Penyakit viral bercak putih yang mematikan udang secara drastis total di tambak 2-3 hari harus diwaspadai bila ada udang yang di kepalanya ada bercak putih, dan udang biasa berenang ke dekat pematang dan mati, .
15
• Penyakit kepala kuning oleh virus YHV, waspadai bila ada udang yang •
•
•
•
•
kepalanya berwarna kekuningan dan diikuti kematian secara masal. Penyakit udang kerdil karena infeksi Monodon Baculovirus (MBV) dijumpai bila banyak udang berukuran kerdil. Deteksi penyakit ini dengan memeriksa kristal MBV dibawah mikroskop pada potongan helopatopancreas yang ditetesi Malachite Green 0.05%. Penyakit bercak putih karena bakteri dicirikan pada kepala udang yang berbercak putih berukuran kecil (diameter < 1 mm), kulit kepala kusam dan kadang tampak berlumut. Penyakit udang Lumutan, dicirikan oleh adanya penempelan protozoa atau alga benang terjadi akibat kondisi dasar tambak kotor ditumbuhi klekap. Penyakit Insang Hitam, adanya penempelan protozoa ciliata, jamur Fusarium dan bakteri pada insang sehingga insang berwarna kehitaman. Hal ini terjadi akibat dasar tambak kotor dan tumbuh klekap yang tak terkendali. Pemeriksaan kesehatan udang yang diambil contohnya dengan anco, bila diberi pakan ususnya kosong berarti udang tak mau makan, pakan tidak cocok, kondisi lingkungan buruk, dan udang menderita sakit.
Pemeriksaan Kondisi Lingkungan • Warna air hijau pekat dengan kecerahan < 20 cm bisa nengakibatkan kadar oksigen rendah. • Bila warna air jernih, klekap akan tumbuh • Bila tumbuh ganggang tak terkendali, kandungan oksigen di air pada malam hari menjadi rendah . Ganggang harus dibersihkan dari tambak. • Kondisi air yang baik, yaitu:
16
Parameter
Satuan
Kisaran
pH Alkalinitas Suhu Kecerahan Salinitas Kadar Oksigen terlarut Amoniak (NH3-N) Nitrit Hidrogen sulfida (H2S)
mg Ca/l o C cm, sesshi disk ppt, pronil mg/l mg/l mg/l mg/l
7,5 – 8,5 90-130 25-32 25-45 15-25 4-8 <0,02 <0,5 <0,1
Pengelolaan pakan • Gunakan pakan berkualitas baik, tak berjamur dan tak berbau tengik • Jumlah dan waktu pemberian pakan yang diberikan harus tepat. Kelebihan pemberian pakan menyebabkan pencemaran lingkungan tambak.Amati sisa pakan dengan pemberian pakan di anco. Bila usus udang hitam, berarti udang cukup makan, bila usus kosong dekat anus berarti kurang pakan, bila berwarna hitam putus-putus berarti ada masalah penyakit. Bila banyak sisa pakan di anco, kurangi jumlah pakan pada pemberian pakan berikutnya hingga 10-30%. Bila pakan habis, tambah 10-20% pada pemberian pakan berikutnya. • Gunakan vitamin dan mineral untuk meningkatkan ketahanan tubuh udang dengan cara pelet+putih telur (1 butir/5 kg pakan)+vitamin C (13 gr/kg pakan) + air. • Gunakan antibiotik alami seperti ekstrak bawang putih • Udang menyukai pakan alami daripada pakan buatan, jadi pakan tambahan mulai diberikan pada saat pakan alami berkurang. • Tabel pemberian pakan sebagai berikut:
17
Umur (hari) 7 14 21 28 35 42 29 56 63 70 77 84 91 98 105 112 119
Bobot (gr) 0,5 1,0 1,8 2,5 3,8 5,0 7,0 9,0 11,5 13,0 15,5 18,0 20,5 23,0 25,5 28,0 31,0
Dosis pks (% biomas) 8,00 7,00 6,00 5,50 5,00 4,50 4,00 3,75 3,50 3,25 3,00 2,75 2,50 2,25 2,00 2,00 2,00
Frek. Pemb. Pakan/hari (X) 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 5 5 5
Ukuran Pakan No.2 No.2 No.2 No.2+3 No. 2+3 No.3 No.3 No.3+3sp No. 3+3sp No.3sp No 3sp No. 3sp+4s No. 3sp+4s No.4 No.4 No.4 No.4
Dosis pakan Anco (%) 1 1 1 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 2 2 2 2 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Waktu kontrol anco (jam) 3-4 3-4 3-4 3-4 3-4 2-3 2-3 2-3 2-3 2-3 2-3 2-3 1-2 1-2 1-2 1-2 1-2
Sampling Pertumbuhan • Sampling pada umur 1-2 bulan pada udang yang tertangkap anco, atau jala tebar • Pendugaan populasi: Rata-rata penjalaan/lebarjala X 0,8 = jumlah udang/ m2 Panen dan Penanganan Pasca Panen
• Panen udang dilakukan dengan prayang, jala, branjang, kondom dipasang di pintu • Panen udang dengan seser atau kejutan listrik bila air sudah dangkal. • Udang yang dipanen segera masukkan ke wadah berisi es batu agar kualitas udang tetap terjaga. • Sortir dan timbang dengan baik
18
Analisa Usaha Analisa Usaha tambak udang tradisional/semiintensif selama 2 musim (1 tahun) No.
Uraian
1
Investasi lahan (th) Peralatan Jumlah
2
Operasional: Bibit (ekor benur) Pakan Obat-obatan dan pupuk Tenaga Kerja Pengolahan lahan overhead Jumlah:
3
Penjualan basah (kg)
4
Keuntungan
Jumlah
Nilai/satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
3
6000000
18000000 1000000 19000000
50000
50
2500000 10500000 500000 3500000 1000000 250000 18250000
1750
20000
35000000 16750000
2. BUDIDAYA RUMPUT LAUT Mengapa Rumput laut Rumput laut jenis Euchema mengandung karaginan yang bernilai ekonomis dan dibutuhkan oleh industri makanan, kosmetik, obat-obatan dan bahan pangan/non pangan lainnya. Ada tiga jenis yang biasa diperdagangkan dan telah dapat dibudidayakan yaitu E. cotonii Doty, E. spinosum dan E. cotoni Sakul. Tergantung mutu dan permintaannya harga bervariasi antara Rp 2000,- sampai Rp 5000 per kg kering. Rumput laut bisa dibudidayakan dengan cara yang sederhana, bisa dipanen dalam waktu 30-45 hari, dan mudah dalam penanganan hasil panennya. 19
Sebelum dilakukan budidaya hendaknya dipastikan dulu adanya pengumpul atau pengusaha pabrik pengolah rumput lauit yang berminat membeli hasil budidaya. Pemilihan Lokasi Perairan yang memiliki daerah pasang surut luas dengan dasar berkarang atau berpasir dan tidak atau sedikit berlumpur baik untuk budidaya sistem lepas dasar dengan patok. Oleh karena rumput laut memerlukan sinar matahari yang cukup, perairan yang keruh atau kotor tidak dianjurkan. Untuk sistem budidaya dengan rakit kedalaman perairan minimal 4 m. Cara Budidaya Sistem Lepas dasar dengan patok • Lahan petakan tempat budidaya terlebih dahulu dibersihkan dari bongkahan karang dan diratakan. Petakan berukuran 5m x 10m sampai 10m x 10m. Setiap 30 cm di sisi petakan dipasang patok sebagai tiang tempat mengikatkan tali utama. Patok terbuat dari kayu dengan diameter 10 cm dan panjang 1 m. • Tali utama adalah tali PE (poly-ethylene) 8 mm diikat pada patok-patok dan direntangkan mengikuti sisi panjang petakan. Pada tali utama diikatkan tali penggantung atau tali untas setiap 20 cm yang menghubungkan kedua tali utama. Tali penggantung adalah tali PE 4 mm dengan panjang 5 – 10 m. Bibit rumput laut diikat pada tali penggantung setiap 20 cm dengan tali rafia. • Agar terhindar dari gangguan hama ikan dan kurakura, petakan dipagar dengan jaring terbuat dari tali pancing, Petakan rumput laut lepas dianyam dengan matajaring 2 cm. dasar dengan patok 20
Sistem Rakit • Rakit terbuat dari bambu dengan ukuran 4m x 4m atau 5m x 5m. Agar rakit kuat, di tiap sudutnya dipasang sikep yang menghubungkan kedua sisi rakit. Rakit di pancang dengan jangkar terbuat dari karung berisi pasir. Sistem rakit Tali PE 4 mm direntangkan setiap 20 cm pada kedua sisi rakit. Bibit rumput laut diikat pada tali untai setiap 20 cm diikat dengan tali rafia. Di bagian bawah rakit dipasang jaring anyaman tali senar dengan mata jaring 2 cm untuk melindungi rumput laut dari gangguan hama. • Tali rentang (long-line) Tali utama (PE 9 mm) sepanjang 50 m direntangkan diantara dua pelampung yang terbuat dari kompan/jerigen 20 l. Pelampung tambahan berupa botol plastik 1,5 l dipasang pada tali utama setiap interval 50 cm untuk memperkuat daya apung tali rentang. Bibit rumput laut diikat pada tali utama setia 20 cm dengan tali rafia.
Sistem tali rentang 21
Bibit • Pada awal budidaya bibit dikumpulkan dari alam. Bila sudah ada budidaya, bibit didapat dari hasil panen yang dipilih secara khusus. Bibit yang dipilih dan dianggap baik yaitu ukuran diameter cabang 4-6 mm, jumlah tunas cabang lebih dari 0,5 unit/cm, thallus berwarna cerah merata dengan ujungnya tidak putih. Panjang thallus > 4cm. • Pengikatan bibit ( 100 gr per rumpun) pada tali penggantung dilakukan di darat untuk sistem lepas dasar dan rakit, sedangkan untuk sistem tali rentang (long-line) dilakukan di laut.
Pemilihan bibit secara khusus
Pemeliharaan • Dalam operasi budidaya sistem rakit dan long-line diperlukan sampan untuk pengangkutan tali penggantung sedangkan untuk sistem lepas dasar bisa digunakan “sampan” dari ban-dalam kendaraan yang besar pada saat surut.
22
• Perawatan yang diperlukan selama pemeliharaan yaitu: (i) memeriksa tali penggantung dan waring yang sering kendur kena ombak, (ii) mengganti patok, rakit dan tali penggantung yang rusak, (iii) membersihkan rumput laut dari pasir, lumpur dan hama yang menempel pada rumput laut agar tidak rontok, (iv) mengganti bibit yang rusak atau mati karena hama dan penyakit. Panen dan Penanganan Pasca Panen • Rumput laut dipanen setelah berumur 30 hari atau setelah tumbuh 4 – 8 kali dari ukuran bibit. Setelah hasil panen dipilih untuk bahan bibit pada pemeliharaan berikutnya, sisanya langsung dijual dengan atau tanpa pengeringan terlebih dahulu. • Rumput laut yang dikeringkan dilakukan secara sederhana dengan penjemuran di atas para-para dan dilanjutkan dengan pembersihan segala kotorannya. Para-para terbuat dari bambu atau kayu. Penjemuran dilakukan selama 3-4 hari hingga kadar air mencapai 35%. Agar rumput laut kering tidak menyerap air pada udara lembab, rumput laut disimpan di dalam karung atau di gudang. Agar kualitas dan harga jualnya baik, rumput laut kering harus dibersihkan dari segala kotoran (pasir, tali dlsb.) dengan pengayak sederhana atau mesin perontok padi yang dimodifikasi. • Penjualan hasil panen biasanya dilakukan melalui pengumpul atau pabrik pengolahan rumput laut. Pembentukan kelompok diperlukan terutama untuk berkoperasi dalam penanganan hasil panen seperti penyediaan gudang bersama dan penjualan hasil. Analisa Usaha Perkiraan analisis usaha pada rakit 5x5m sebagai berikut:
23
No
Uraian
Jumlah
Harga/satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
1
Investasi: Rakit/petak (5x5m) Sampan Benih (kg) Jumlah Biaya Inv.
5 1 450
500000 200000 15000
2500000 200000 6750000 9450000
12
500000
6000000
2
Operasional: Upah Pekerja (org/th) Penyusutan investasi (umur ek. 3 th.) Jumlah Biaya Opr.
3
Hasil Panen (kg)
4
Keuntungan
3150000 9150000 1800
8000
14400000 5250000
3. BUDIDAYA IKAN KERAPU Mengapa Kerapu Berbagai macam jenis kerapu merupakan jenis yang disukai di restoran sehingga jenis ini menjadi komoditas komersial. Ada beberapa jenis kerapu yang biasa diperdagangkan yaitu kerapu tikus (Cromileptes altivelis), kerapu lodi (Plectropomus leopardus), kerapu sunuk (P. maculatus), kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) dan kerapu lumpur (E. suillus). Harganya berbeda menurut jenisnya dan berkisar antara Rp 50.000 sampai Rp 300.000. Harga Ikan kerapu tikus yang tertinggi, sedangkan ikan kerapu lumpur yang terendah. Kerapu Macan
24
Pemilihan Lokasi • Untuk Keramba Jaring Apung: Perairan panta/laut yang terlindung, tidak berombak keras dengan kedalaman pada waktu surut tidak kurang dari 5 – 7 m. Pergerakan air cukup baik dengan kecepatan arus 20-30 cm/det. Perairan tidak tercemar, dan bukan di muara sungai. • Untuk pen-culture (keramba pagar, atau keramba tancap) biasa digunakan untuk kerapu macan. Pantai yang tidak terkena deburan ombak, bukan tempat pembuangan sampah masyarakat, mudah dijangkau untuk penjagaannya. Dasar pantai berkarang tetapi bisa dilakukan pendalaman untuk membuat kubangan sedalam 1 m untuk menyisakan air di dalamnya pada waktu air surut terendah. Kedalaman air pada waktu surut 1 – 4 m. Penyediaan tempat budidaya • Keramba Jaring Apung: Satu unit rakit keramba rangkanya berukuran 3m x 3mx 3m yang bila disatukan penempatannya sebanyak 4 buah memerlukan rakit berukuran 8,5m x 8,5m. Keramba jaring Apung Agar tidak hanyut, rangka rakit dipancang dengan jangkar. Kantong jaring dipasang pada rangka rakit tersebut yang tiap ujungnya diberi bandul pemberat agar jaring tetap terbuka berbentuk kubus. Ukuran mata jaring disesuaikan dengan ukuran ikan yang dipelihara agar ikan tidak lolos keluar menembus mata jaring. Rumah jaga biasanya ikut dibangun diatas rakit bila rakit ukuran besar atau di pantai di sekitar perairan tempat rakit dipasang. 25
• Pen-culture (keramba pagar). Lahan di pantai berdasar keras di gali sedalam 1 m untuk dijadikan sebagai kolam pada waktu air surut. Ukuran lahan tergantung ketersediannya bisa 20m x 20m atau lebih yang dikurung atau dipagari sekelilingnya oleh jaring yang dipancangkan dengan patok-patok kayu atau bambu. Ukuran mata jaring disesuaikan dengan ukuran ikan yang dipelihara
Penyediaan benih Benih bisa dikumpulkan dari alam atau dibeli dari balai benih. Bila ditangkap dari alam, dicari alat tangkap yang tidak merusak terumbu karang misalnya bubu, sedangkan beli dari balai benih yang lokasinya jauh memerlukan biaya transportasi yang tidak sedikit. Balai benih ada di Takalar, Gondol Bali, Situbondo, Jepara, dan Batam. Harga benih dari balai benih bervariasi tergantung jenis dan ukurannya. Benih kerapu bebek biasanya Rp 1000 per cm. Pemeliharaan • Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari dengan mengaklimatisasi air dalam wadah angkut benih dengan air di keramba. Kepadatan benih yang ditebar di keramba jaring apung antara 40-50 ekor/m3 dan keramba tancap 15 ekor/m3. • Pakan yang diberikan yaitu ikan-ikan yang rendah harganya (ikan rucah) sebanyak 5 – 11% per berat ikan per hari yang bisa diberikan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Pakan yang ditangkap dari alam merupakan pakan rucah bisa ditangkap dengan sero atau bagan seperti ikan tembang, selar dan rebon. Sekarang sudah tersedia pula pakan pelet komersil untuk makanan kerapu. Ikan rucah yang diberikan harus segar sehingga penyimpanannya memerlukan kotak pendingin/freezer -7oC atau dalam coolbox 3o-5oC yang bisa disimpan 3-5 hari. Bila hasil tangkapan yang hidup bisa dipelihara dalam keramba sebelum dijadikan pakan. 26
• Perawatan jaring diperlukan untuk membershkan kotoran-kotoran penempel pada jaring. Bila jaring kotor keluar masuknya air lewat jaring terganggu dan menyebabkan kondisi yang tidak baik bagi ikan. Penggantian jaring 2-3 minggu sekali. • Bila ada ikan sakit biasanya diakibatkan buruknya lingkungan budidaya. Penyakit karena virus sukar disembuhkan karena itu pencegahan menjadi penting seperti dengan pemberian pakan rucah yang segar dan sehat, atau dengan pelet yang tidak kedaluwarsa. Pencegahan terhadap parasit dilakukan dengan merendam ikan kedalam air tawar (30 menit) atau formalin (200 ppm 10-20 menit), atau obat kuning untuk yang luka lama (Erubaju 100-200 ppm, 1-3 jam) secara rutin 2 minggu sekali. Bila terinfeksi karena bakteri biasanya sembuh setelah 2 – 3 kali perendaman. • Kelompok pembudidaya sebaiknya dibangun agar anggotanya bekerjasama dalam memenuhi akses terhadap modal, informasi, teknologi dan pasar. Panen dan penanganan hasil panen • Panen dilakukan dengan memilih ukuran ikan yang besar (>500 gr). Ikan dibawah ukuran itu kembali pelihara untuk dibesarkan. Ikan yang ditangkap dikumpulkan dan ditampung di keramba khusus sambil menunggu saatnya penjualan. • Ikan dijual kepada pembeli yang datang ke lokasi budidaya dengan kapal angkut. • Bila harus diangkut ke lokasi pembeli bisa dilakukan dengan dua cara yaitu pengangkutan tertutup dan terbuka. Ikan yang diangkut secara terbuka dilakukan dengan palka di kapal yang dilengkapi sistem sirkulasi air laut. Sedangkan secara tertutup ikan dibius dengan obat tertentu dan airnya digunakan yang dingin (18oC) sebelum dimasukkan ke kantong plastik yang diisi oksigen (air laut:oksigen 1:1). Ikan dalam kantong plastik dimasukkan dalam boks styrofoam untuk menahan suhu sekitar 20-22oC. Ikan dalam boks dengan suhu seperti ini dapat bertahan sampai 24 jam. 27
Analisa Usaha Contoh analisis uhsaha Budidaya kerapu dengan keramba Jaring Apung
No
Uraian
1
Investasi: Rangka besi Pelampung drum Kawat Jaring Jangkar (4 bh) Pemberat Jumlah
2
3
4
Operasional: Benih: K. Tikus (> 0,5 kg)(kg) K, Tikus (<0.5 kg)(kg) Macan (>0,5 kg)(kg) Macan (<0,5 kg)(kg) Ikan rucah-pakan (kg) Upah kerja (1 org) Minyak tanah Bensin Obat-obatan Jumlah Penjualan bersih Kerapu .1,2 kg Kerapu 0,5-1,2 kg Macan 0,5-1,2 kg Kerapu mati Total penjualan:
Jumlah
Harga/satuan (Rp)
Jumlah (Rp) 1130000 1850000 1680000 8500000 4450000 2467000 20077000
40 60 20 30
50000 25000 30000 15000
2000000 1500000 600000 450000 1125000 450000 42000 30000 25000 6222000
44 30 20 20
115000 100000 50000 10000
5060000 3000000 1000000 200000 9260000 3038000
Keuntungan
28
4. BUDIDAYA TERIPANG Mengapa teripang Teripang (sea cucumber) merupakan komoditas bernilai ekonomis yang bisa dipasarkan di dalam negeri dan ekspor. Penyebarannya luas di perairan Indonesia. Ekspor teripang saat ini hanya mengandalkan dari pengumpulan nelayan. Oleh karena stok alami terbatas, pengembangan budidayanya menjadi hal yang perlu dilakukan. Pemilihan lokasi • Perairan yang terlindung dari pengaruh arus, gelombang dan angin besar. • Kedalaman air 0,5 – 1 m pada waktu surut terendah. • Dasar perairan terdiri dari pasir, pecahan karang, berlumpur, banyak ilalang atau rumput laut • Perairan jernih, kecerahannya 50-150 cm • Dekat dengan sumberdaya benih alami Sarana pemeliharaan Kurungan pagar dari jaring bisa dibuat berbagai ukuran dari 20mx20m sampai 40m x 40m Benih • Benih alam berukuran (30-40 gr/ekor) dikumpulkan di kawasan pasang surut berdasar lumpur berpasir, banyak ditumbuhi tumbuhan laut ilalang laut dan rumput laut. Pengumpulan benih dilakukan tanpa merusak lingkungan. • Benih hasil pembenihan balai benih yang harus dipesan. • Benih ditebar dengan kepadatan 15-20 ekor/m2. Penebaran sebaiknya pada pagi atau sore hari.
29
Pemeliharaan • Pakan teripang: plankton, detritus atau sisa bahan organik dan sisa endapan dari dasar laut. • Pakan tambahan bisa diberikan berupa campuran kotoran khewan dan dedak halus dengan perbandingan 1:1 sebanyak 0,2 – 0,5 kg/m2/2 minggu • Hama dan pesaingnya harus dihindarkan seperti kepiting, bulu babi atau binatang lainnya yang bisa menyebabkan penyakit. • Bila ada yang sakit pengobatannya bisa digunakan larutan acriflavin 4 ppm atau methyilen blue 4 ppm selama 0,5 – 1 jam.Setelah itu ditempatkan di bak penampungan 1 – 2 hari. Panen dan Pemasaran • Hasil panen yang diminati konsumen berukuran 200-250 gr atau 15-20 cm yang berumur sekitar 5-6 bulan. • Panen dilakukan waktu air surut, pagi hari sebelum teripang membenamkan diri ke pasir. • Hasil panen ditampung di tong plastik dan jangan sampai terluka. Analisis Usaha Perkiraan analisis usaha ukuran lahan 20m x 20m sebagai berikut:
30
No
Uraian
1
Investasi kurungan pagar: jaring/waring (m) papan (bh) Patok kayu gergaji kayu (bh) parang (bh) sekop (bh) palu (bh) tali ris PE (kg) tali jaring (kg) masker pengurusan izin Total
2
Operasional: bibit (ekor) pakan (kg) upah kerja pembatan pagar (HOK) penusutan kurungan Total
3
Hasil pembesaran 80%
4
Pendapatan bersih
Jumlah
Harga/satuan (Rp)
Nilai (Rp)
80 20 80 2 2 2 2 10 3 1
2500 5000 1000 5500 3500 7500 3000 4500 4500 15000
200000 100000 80000 11000 7000 15000 6000 45000 13500 15000 75000 567500
4000 1000
150 100
600000 100000
10
5000
50000 75000 825000
640
6000
3840000 3015000
5. BUDIDAYA BERONANG DALAM KERAMBA JARING APUNG Mengapa beronang Beronang ikan pemakan segala yang biasa tertangkap benihnya dalam alat tangkap bagan. Ikan ini populer dijual sebagai ikan bakar di Sulawesi Selatan. Ikan ini bisa dibudidayakan dalam keramba jaring apung.
31
Pemilihan lokasi Pemilihan lokasi sama dengan lokasi untuk Keramba Jaring Apung budidaya Kerapu. Perairan pantai/laut yang terlindung, tidak berombak keras dengan kedalaman pada waktu surut tidak kurang dari 5 – 7 m. Pergerakan air cukup baik dengan kecepatan arus 20-30 cm/det. Perairan tidak tercemar, dan bukan di muara sungai Benih Benih bisa berasal dari hasil tangkapan bagan yang biasanya tertangkap pada musim tertentu tergantung lokasi bagan tersebut. Keramba Jaring Apung • Keramba jaring apung untuk beronang dibuat seperti yang dilakukan untuk budidaya kerapu. • Keramba Jaring Apung: Satu unit rakit keramba biasanya rangkanya berukuran 3m x 3 m x 3 m yang bila disatukan penempatannya sebanyak 4 buah memerlukan rakit berukuran 8,5m x 8,5m. Agar tidak hanyut, rangka rakit dipancang dengan jangkar. Kantong jaring dipasang pada rangka rakit tersebut yang tiap ujungnya diberi bandul pemberat agar jaring tetap terbuka berbentuk kubus. Ukuran mata jaring disesuaikan dengan ukuran ikan yang dipelihara agar ikan tidak lolos keluar menembus mata jaring. Rumah jaga biasanya ikut dibangun diatas rakit bila rakit ukuran besar atau di pantai disekitar perairan tempat rakit dipasang Pemeliharaan • Benih ditebar setelah diaklimatisasikan pada pagi atau sore hari. • Pakan diberikan bisa berupa pelet sebanyak 2% dari berat badannya per hari. Pemberian pakan bisa 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan dore hari. • Rumput laut juga disenangi ikan beronang sebagai pakan tambahannya Panen • Panen dilakukan setelah berumur 4 – 6 bulan setelah penebaran. 32
• Panen bisa dilakukan secara sebagian-sebagaian dengan memilih ikan yang besar, atau panen seluruhnya tergantung ukuran yang diharapkan. Pemasaran • Pemasaran tergantung lokasi dan kebiasaan masyarakat setempat. Di Makasar biasanya dipasarkan ke rumah makan ikan bakar. • Di Singapura ikan ini populer dan diminta banyak pada musim imlek. 6. BUDIDAYA BANDENG TRADISIONAL/SEMI INTENSIF Mengapa Bandeng • Ikan bandeng pemakan klekap, plankton dan juga bisa menerima pakan buatan. Ikan ini hidup dengan toleransi kadar garam air atau salinitas yang lebar mulai dari air laut hingga 70 promil, payau bahkan di air tawar. Ikan ini umum dibudidayakan di pantai utara Jawa dan Sulawesi Selatan. • Ikan ini selain untuk dikonsumsi manusia juga dapat dijadikan ikan umpan dalam penangkapan ikan tuna. Pemilihan lokasi • Tambak bandeng dipilih di lahan yang bisa dialiri air laut pada waktu air surut terendah. Lahan yang tinggi elevasinya menyebabkan sulitnya air laut masuk ke tambak. • Pasang surutt air berfluktuasi antara 1,5 – 2,5 m. Sumber air laut tidak keruh dan pH air di areal ini 8 • Tanah yang baik yaitu tanah yang mempunyai tekstur lempung berliat, liat berpasir, atau liat berlumpur. Tanah hendaknya kaya unsur hara sehingga mudah tumbuh klekap. Tanah harus baik untuk pematang sehingga tidak menyebabkan kebocoran tambak. • Idealnya lahan bukan dilahan tanah yang mengandung pirit dan membuka lahan tidak merusak hutan mangrove.. • Untuk memelihara agar air bersifat payau, adanya sumber air tawar seperti irigasi sawah diperlukan untuk pencampuran air laut dan air tawar. 33
• Luas lahan untuk usaha skala kecil 1-3,5 ha, usaha sedang 4-6 ha dan usaha besar > 10 ha. Tambak • Pembuatan atau perbaikan pematang, caren (saluran keliling) dan tambak harus terhindar dari kebocoran akibat kepiting atau hewan lainnya. Pada air masuk di pasang filter untuk mencegah masuknya ikan liar. • Petak pendederan (250 m2) disiapkan sebelum nener ditebar yang dikeringkan 1-2 hari, kemudian air dimasukkan 1-5 cm, hamanya diberantas, air didiamkan selama 20 hari dan diganti terus selama 3 hari. Tambak dikeringkan lagi, dan diisi dengan kedalaman air yang sama. Kasa penyaring di pasang di pemasukan air. Tambak dipupuk dengan TSP 75 kg – 2 kwintal per ha. • Petak penggelondongan (0.3 ha) lebih luas dari petak pendederan. Pengelolaan air di caren setinggi 30-50 cm dan di pelataran 15-20 cm.Pengeringan petakan umumnya 5-7 hari, lalu air diganti dengan air baru dengan kedalaman seperti tersebut diatas dan didiamkan selama 7 hari. Pemumpukan dilakukan dengan urea dan TSP sebanyak 40 kg – 1 kwintal per ha dengan perbandingan antara urea:TSP, 1:1. • Petak pembesaran disiapkan dengan pengeringan total, perbaikan pematang, pemberantasan hama dan pemupukan. Pengelolaan air di caren sedalam 40 -100 cm, di pelataran 20-30 cm . Pupuk digunakan urea : TSP sebesar 1:1 sebanyak 40 kg – 1 kwintal per ha. Pengeringan tanah tidak berlebihan agar tanah tidak terlalu keras dan mudah menjadi debu. Kondisi ini tidak baik untuk pertumbuhan klekap, karena klekap mudah terlepas dari substratnya. • Pemberantasan hama (kompetitor dan predator) dilakukan dengan pestisida.yang diperbolehkan. Di tambak udang untuk pemberantasan moluska digunakan Boss 50 EC (Niklosamid) 2 – 4 ppm, untuk krustasea dengan Dyvon (Trichlorfon) 0,5 – 1 ppm atau Nuvaq (Dichlortvos) 0,5 – 1 ppm, untuk ikan liar dengan akar tuba 4-6 ppm, tea-seed cake 10-15 ppm, atau bubuk rotenon 2 ppm, dan untuk 34
jambret dengan kaporit 35 ppm. • Penumbuhan pakan alami klekap dengan cara pengeringan tambak, pemupukan dengan urea 50 kg/ha. Penggenangan tambak dengan kedalaman 10 cm. Setelah klekap tumbuh secara bertahap air ditinggikan hingga 20 cm dan tambak siap untuk ditebar benih. Benih • Benih bisa berasal dari benih alami hasil penangkapan dengan seser. Benih alami harus dipisahkan dari ikan-ikan lain yang ikut tertangkap. Seser dioperasikan di kedalaman air laut 1 m. • Benih bisa berasal juga dari hasil perbenihan balai benih. • Ciri nener yang baik yaitu yang bergerak aktif mengelilingi wadah di sekitar permukaan air, warna benin kehitaman, terlihat dua bintik mata berwarna hitam, gelembung udara tampak di bagian tengah, tubuh tidak cacat, dan bebas dari penyakit atau parasit. Pemeliharaan • Pemeliharan nener di petakan pendederan (pengipukan) sampai gelondongan. Pelindung terbuat dari daun kelapa baik digunakan untuk melindungi nener yang akan lemah bila kena terik matahari.. Penebaran nener dilakukan setelah klekap tumbuh dengan padat tebar 30-60 ekor/ m2. Pergantian air 5 – 10 hari sekali. Pemeliharaan nener selama 1- 1,5 bulan yang kemudian dipindahkan ke petak gelondongan. • Pemeliharaan penggelondongan, ikannya berasal dari petakan pendederan dengan membuka saluran pematang petakan pendederan. Penggelondongan dilakukan 1 – 3 bulan dan diteruskan dengan pembesaran di kolam pembesaran. Pemindahan gelondongan ke petak pembesaran dilakukan juga dengan membuat saluran di pematang petakan gelondongan atau ditangkap dengan jaring.. • Pembesaran dilakukan dengan penebaran gelondongan 200 ekor per ha kedalam petak pembesaran yang berukuran 0,15 – 0,45 ha. • Perawatan pematang petakan pembesaran dilakukan dengan memeriksa 35
pematang dari kemungkinann bocor. Penggantian air dan penaikan muka air secara bertahap dilakukan hingga kedalaman minimal 60 cm. Panen • Setelah dipelihara 2 – 5 bulan di petak pembesaran, ikan yang dipanen bisa berukuran 200 – 250 gr per ekor. Untuk ikan umpan cukup berukuran 100 gr. • Panen bisa dilakukan secara bertahap dengan memilih yang berukuran besar atau secara total.dengan jaring yang matanya disesuaikan dengan target ukuran yang akan ditangkap. • Pemasaran dilakukan umumnya ke pasar lokal atau pengusaha penangkapan ikan bila bandeng umpan yang dijual. Analisis Usaha Perkiraan analisa usaha tambak bandeng tradisional/semi intensif sebagai berikut: No
Uraian
1
Investasi: Lahan (sewa 3 tahun) peralatan Jumlah
2
Biaya operasional: nener pakan obat dan pupuk tenaga kerja pengolahan overhead Jumlah:
3
Penjualan bersih (kg)
4
Keuntungan
Jumlah
Nilai/satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
3 1
4000000 750000
12000000 750000 12750000
60000
30
1800000 18000000 6750000 11250000 500000 300000 38600000
4500
10000
45000000 6400000
36
7. PEMBENIHAN UDANG WINDU Mengapa benih udang windu • Tambak tradisional umumnya memelihara udang windu yang memerlukan pasokan benur dari hatchery. • Pembenihan udang windu bisa dilakukan pada perbenihan skala rumah tangga. Persiapan bak larva • Bak harus dipersiapkan dengan baik, bersih, bebas dari kototran, parasit atau lumut • Bak dibilas air tawar dan diber desinfektan yaitu kaporit 1 – 10 ppm yang dilaritkan dengan air tawar. • Setelah selesai pembilasan atau perendaman bak dengan kaporit, bak dikeringkan untuk menghilangkan bau kaporit minimal sehari. • Bilas lagi bak dengan air tawar atau cuci dan keringkan lagi selama 2 – 5 hari • Lengkapi atau pasang sistem aerasi dalam bak • Bak diisi air yang disaring dengan filter agar kotoramntak ikut masuk kedalam bak • Air yang dimasukkan salinitasnya 30-34 permil. Ukur kadar garam dengan refraktometer • Masukkan EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid) dan treflan masingmasing 1 ppm untuk mencegah timbulnya penyakit • Aerasi bak selama 1 – 2 hari agar EDTA dan treflan merata diseluruh bagian bak. Penebaran larva • Naupli ditebar pada bak berukuran 4-6 ton sebanyak 500000 – 750000 ekor. Pada bak 6-8 ton masukkan 750000-1000000 naupli, dan bak berukuran 8-10 ton dengan 1000000-1500000 naupli.
37
• Sebelum ditebar, aklimatisasikan dulu air media naupli dalam kantong dengan air bak dengan mengapungkan kantong naupli 5-60 menit, air dimasukkan kedalam kantong naupli sedikit-demi sedikit. Naupli akan keluar kantong bila air sudah teraklimitasi. Perawatan larva • Larva diberi pakan alami yaitu fitoplankton Skeletonema sp, zooplankton yaitu artemia. Berbagai pakan buatan juga bisa diberikan seperti artificial plankton, vitafeed, shrimp flake, spirulina, frippak microencapsulated, mackay dan mixed feed for J. Japonica. • Pakan buatan disaring dahulu agar tersuspensi dalam ember 20 l berisi air tawar atau laut, kemudian di tebar di bak pemeliharaan • Pakan buatan diberikan bila sudah stadium zoea dengan frekwensi 8-12 kali sehari, sedangkan pakan alami 2-4 kali sehari dengan interval waktu 2-3 jam. • Pemberian skeletonema dilakukan mulai saat naupli stadium N6 (umur enam hari) dengan aerasi agar pakan tersuspensi dengan baik. • Pada stadium Zoea, pakan buatan mulai diberikan 6 – 8 kali sehari disamping pakan alami. Dosis pakan yang diberikan 0,2-0,5 ppm. • Pada stadium mysis diberi pakan buatan dengan dosis 0,2 – 0,6 ppm dengan frekwensi 6-8 kali sehari. • Pada pasca larva diberi spirulina, harvest, vitafeed, frippak, flake dengan dosis 0,2-0,7 ppm untu PL1-5; 0,3-0,9 ppm untuk PL6-13; 0,3-1,2 ppm untuk PL14-20. • Penyediaan artemia dilakukan satu hari sebelum digunakan untuk sub stadium M3. • Air dalam bak dirawat dengan sistem sirkulasi atau air mengalir. Pergantian air berkisar 2-3 hari sekali sebanyak 25% dari volume media. Panen • Pemanenan larvadilakukan pada PL13-20 tergantung permintaan pembeli. 38
Analisa Usaha ergantung pada besar kecilnya usaha yang dikur dengan jumlah bak yang digunakan
B. USAHA PENGOLAHAN IKAN 1. Pembuatan Bakso Ikan Bakso daging merupakan makanan yang sudah populer dewasa ini yang dibuat dari daging giling dengan bahan tambahan utama garam dapur (NaCl), tepung tapioka dan bumbu, berbentuk bulat seperti kelereng dengan berat 25-30 g per butir dan setelah dimasak memiliki rasa kenyal sebagai ciri spesifiknya. Pemasakan dan penyajiannya biasanya sebagai porsi atau kudapan tunggal atau dikombinasi dengan mie (noodle) atau sebagai bahan tambahan pada sayur menu masakan cina (cap cay). Pemasarannya sebagai bahan makanan harian masyarakat telah merambah mulai pasarpasar tradisional sampai ke pasar-pasar swalayan (super-market). Bakso dari daging ikan juga mulai dikenal dan digemari dikota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Bogor. Bahkan bakso ikan di kota Bandung umumnya dibuat dari daging dari jenis ikan rucah yang sudah dalam bentuk fillet dan didatangkan dari kota-kota di pantai Utara P. Jawa, seperti Cirebon, Tegal dan Pekalongan. Teknologi pengolahan bakso relatif mudah, dapat dibuat dengan peralatan sederhana dan telah digunakan sebagai usaha mata pencaharian yang cukup menjanjikan, sehingga layak diperkenalkan sebagai salah satu usaha mata pencaharian alternatif bagi para pengusaha kecil (KUB) binaan DKP. 2. Bahan 2.1. Bahan Baku : Jenis-jenis ikan rucah yang harganya murah, baik yang berdaging putih maupun berdaging merah. 39
2.2. Bahan Tambahan : No
Bahan
% Berat Ikan
1 2 3 4 5 6 7 8
Tepung tapioka Garam halus Air Es MSG Lada/merica halus STTP Bumbu (campuran bawang merah : bawang putih = 2 : 1 ) Baking soda
12,50 2,60 40,00 0,25 0,25 0,20 1,50 0,10
2.3. Bahan pembantu - Air bersih layak minum - Es batu 2.4. Bahan pengemas Kantong plastik tahan dingin ukuran ¼, ½, atau 1 kg. 3. Peralatan - Pisau dan talenan - Mini food processor atau lumpang & penumbuk (kapasitas 2-3 kg daging) - Kompor gas/minyak tanah dan termometer - Baskom tahan karat - Refrigerator dan/atau Chest Freezer - Sealer elektrik dan/atau alat pengemas vakum
40
4. Proses pengolahan 4.1. Produksi daging ikan : Ikan bahan baku dicuci, disiangi (dibuang isi perut dan insangnya), dibelah fillet (dibuang tulang, sirip dan kepala), dikuliti, sehingga tinggal dagingnya saja. 4.2. Pembuatan adonan bakso ikan : - Daging ikan digiling hingga halus. Setelah cukup halus ditumbuk sambil ditambahkan berturut-turut serta sedikit demi sedikit bahan tambahan dengan proporsi berat masing-masing sesuai dengan berat daging ikan yang digunakan yaitu : garam ’! tepung tapioka ’! minyak goreng ’! gula ’! lada ’! penyedap masakan ’! bumbu ’! Zat warna. Setelah rata penumbukan dihentikan dan adonan yang dihasilkan siap untuk di cetak/ dibentuk. - Bahan tambahan utama yang diperlukan untuk pembentukan bakso adalah garam dan tepung tapioka, sedangkan bumbu lebih berperan terhadap rasa yang dapat diatur kadarnya sesuai dengan selera konsumen. - Bahan tambahan lainnya seperti minyak goreng, berperan untuk mengurangi tekstur yang terlalu keras, sedangkan gula, lada dan penyedap masakan lebih berperan untuk mendukung bumbu yang mempengaruhi rasa. 4.3. Pembentukan Bakso ikan - Adonan dapat dibentuk atau dicetak dengan tangan atau dengan mesin, ukuran 25-30 gr/buah, apabila menggunakan tangan sebaiknya menggunakan sarung tangan tipis dari bahan sintesis seperti yang biasa digunakan untuk operasi di rumah sakit. Hasil cetakan ditampung langsung di air hangat suhu 40-50 C lk.15’. - Setelah jadi bentuk bakso direbus (dimasukkan kedalam air mendidih) sampai matang ( tandanya bakso mulai mengapung) lk. 30’. Setelah matang dianginangin ditempat yang bersih sampai dingin. 41
4.4. Pengemasan dan penyimpanan - Bakso yang sudah dingin dikemas 250 g (10 buah), 500 g (20 buah) atau 1 kg (40 buah) dalam kantong plastik yang di sealed. Lebih bagus lagi kalu dikemas vakum, karena akan lebih tahan terhadap oksidasi dan kontaminasi selama penyimpanan yang dapat menyebabkan bakso menjadi rusak. - Pada penyimpanannya, daya awet bakso yang sudah dikemas pada suhu kamar tahan sehari, suhu chilling (0-5 ºC) dapat tahan s/d 2 minggu dan pada suhu beku (< -18,5 ºC) dapat tahan s/d 3 bulan. 5. Analisa Usaha Analisa usaha sederhana untuk menghitung kelayakan usaha pengolahan bakso ikan skala kecil (skala rumah tangga) menggunakan metode analisa perbandingan pendapatan dan biaya (B/C : benefit and cost ratio) berdasarkan : - Kapasitas produksi 3 kg daging ikan lomeh (5kg ikan utuh) per hari dan dari 3 kg daging ikan menjadi adonan bakso lk. 4,7 kg atau butiran adonan setengah masak ukuran lk. 25 g/butir (188 butir atau 9,4 bungkus a 20 butir) dijual dengan harga Rp. 15.000,- per bungkus. Kegiatan produksi 5 hari per minggu selama 4 minggu per bulan dan 12 bulan/tahun. Kegiatan produksi menggunakan tenaga kerja 1 orang. - Modal investasi dan operasional adalah pinjaman dari Lembaga Keuangan Masyarakat Pantai (LKMP) dengan bunga 12% per tahun. Biaya Investasi hanya digunakan untuk membeli peralatan pengolahan, karena tempat pengolahan cukup menggunakan bagian dari dapur yang telah dimiliki oleh pengusaha pengolahan bakso ikan. Komponen-komponen yang dihitung pada analisa usaha ini terdiri dari biaya produksi yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel, penerimaan dan pendapatan.
42
Gambar 1. Diagram Proses Pengolahan Bakso Ikan
43
6. Biaya 6.1. Biaya produksi per bulan Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel, dimana biaya tetap meliputi biaya-biaya penyusutan peralatan, pemeliharaan, pembayaran bunga dan angsuran modal. Sedangkan biaya variabel meliputi biaya-biaya pembelian bahan baku, bahan tambahan, bahan pembantu, upah, transportasi dan pemasarannya. a. Nilai penyusutan alat per bulan Peralatan dibiayai dari modal investasi yang dipinjam dari LKMP dengan bunga 12% per tahun. Perhitungan penyusutannya didasarkan atas perkiraan masa pakai dari peralatan tersebut, yaitu sebagai berikut ini.
44
b. Biaya variabel per bulan Biaya variabel atau operasional dibiayai dari modal kerja yang berjumlah tiga (3) kali biaya operasional per bulan dan dipinjam dari LKMP dengan bunga 12% per tahun.
c. Biaya tetap per bulan
45
6.2. Penerimaan per bulan
6.3. Pendapatan per bulan
46
C. USAHA NON PERIKANAN SARI BUAH KELAPA (NATA DE COCO) (Sumber : IPB Bogor, BPTPK Ciracas) I. ASPEK TEKNIS 1.1 Spesifikasi Produk Manisan air buah kelapa ini biasanya berwarna putih, dipotong dengan bentuk kotak-kotak sebesar 1 x 1 cm, lunak/kenyal, rasanya khas manis, dan biasanya ditemui di pasar-pasar swalayan yang sudah dikemas dalam kantong plastik. Manisan air buah kelapa dapat langsung dimakan atau sebagai bahan campuran pembuatan es buah (coktail). 1.2 Manfaat Sebagai daerah tropis hampir seluruh pelosok wilayah Indonesia merupakan daerah penghasil kelapa yang cukup besar. Melimpahnya produksi kelapa menyebabkan air kelapa banyak dibuang hanya sebagai limbah dan belum dimanfaatkan secara berhasil guna. Di lain pihak air kelapa yang terbuang sebnarnya dapat diolah secra tepat guna menjadi makanan/minuman yang lezat dan mahal harganya. Masalahnya terletak pada kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara mengolah limbah air kelapa menjadi suatu produk minuman yang lezat yang disebut Sari Kelapa atau Nata Decoco. Teknologi pembuatna sari buah kelapa atau nata decoco sangat cocok dan perlu dikembangkan di Indonesia karena bermanfaat ganda sebagai berikut: a. Memanfaatkan limbah air kelapa. b. Mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah air kelapa. c. Memberikan nilai tambah/meningkatkan pendapatan masyarakat.
47
d. Meningkatkan kesehatan masyarakat. e. Menambah jenis ragam minuman yang lezat. 1.3 Bahan Baku a. b. c. d.
Air kelapa Gula pasir Kultur aceptobacter xylinumsecukupnya Asam acetat glacial
140 liter 10 kg 200 cc
1.4 Peralatan a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
Panci besar (Email) Kompor sumbu 20 Pengaduk Saringan Sendok makan Stoples bening/Loyang plastik Talenan (alas untuk emmotong) Ember plastik Jerigen Pisau
3 buah 3 buah 2 buah 2 buah 2 buah 75 buah 3 buah 3 buah 2 buah 3 buah
1.5 Proses Produksi/Cara Pembuatan Cara : I a. Air kelapa dicampur dengan gula pasir 10-13% dimasak sampai mendidih. Bila ada terdapat kotoran-kotoran pada cairan tersebut maka setelah mendidih campuran air dan gula dapat disaring hingga bersih. b. Setelah agak dingin, campuran air kelapa dan gula ditambah asam acetat glacial 20-22 ml untuk setiap liter air kelapa dan diaduk sampai rata, kemudian setelah dingin tambahkan dengan kultur aceptobacter 48
c.
d.
e.
f. g.
xylinum cukup 165 ml untuk setiap liter air kelapa. Tuangkan hasil olahan di atas ke dalam stoples atau tempat lainnya, kemudian tutup dengan kain saring atau tisue dan letakkan pada tempat yang datar pada suhu kamar selama 2-3 minggu. Setelah terlihat terbentuk film (nata) dengan tebal kira-kira 1 cm dalam waktu 2-3 minggu kemudian dapat dilakukan pemanenan. Untuk mengurangi rasa asam, film yang telah dipanen direndam dalam air selama 3 hari (air rendaman diganti tiap hari). Catatan : film adalah lapisan bening seperti agar-agar. Film atau nata dipotong-potong dengan ukuran 1x1 cm, direbus dengan air selama 20 menit, ditiriskan, kemudian direndam dalam air gula selama semalam. Setelah direndam dalam air gula, nata dapat dibungkus dengan kantong plastik atau kemasan lainnya seperti botol dan kaleng untuk dipasarkan. Cara pengemasan sangat emmpengaruhi pemasaran hasil produksi, karena dengan kemasan yang mnarik dan dilengkapi dengan label, akan memudahkan konsumen mengenal produk sari buah kelapa ini.
Cara : II a. Siapkan 50 liter air kelapa dan disaring. b. Teteskan 30 cc cuka murni (100%). Ke dalam air kelapa, aduk sampai merata, kemudian disimpan selama 1-2 hari. c. Rebuslah air kelapa sampai mendidih, biarkan menyusut 10-25% dari jumlah semula. d. Dinginkan air kelapa, tempatkan dalam loyang-loyang, biarkan selama 1 malam. e. Tuangkan aceptobakter xylinum ke dalam air kelapa yang sudah dingin, tutup dengan kertas dan peram selama 11 hari. f. Nata decoco siap dipanen, dipotong, direbus dengan gula dan dikemas untuk dipasarkan.
49
Air Kelapa Disaring Gula pasir Dicampur dan didihkan Didinginkan Asam acetat glacial Diaduk sampai rata
Kultur aceptobacter xylinum
Tuang dalam wadah dan tutup Diamkan selama 2-3 minggu Dipanen Direndam dakan air Dipotong ukuran 1 x 1 cm Direbus dan ditiriskan Dicampur air gula dan direndam Dibungkus/dikemas Siap untuk dipasarkan
Gambar 2. Skema Pembuatan Nata Decoco
50
1.6 Perawatan Data proses pembuatan Nata Decoco perlu diperhatikan: alat untuk merendam harus dipilih yang anti karat atau setidak-tidaknya jangan sampai ada karat. Selanjutnya dalam proses pemeraman nata decoco selama 2-3 minggu perlu dihindari pencemaran debu atau gangguan binatang. Perawatan peralatan lainnya seperti kompor dapat dilakukan dengan membersihkan sumbu seminggu sekali, sehingga nyalanya rata dan teratur. II. ASPEK NON TEKNIS 2.1 Tenaga Kerja Proses pembuatan nata deccoco atau sari buah kelapa dapat dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga secara padat karya. Kegiatan ini juga merupakan ushaa sambilan sebagai “home industry” yang dapat menyerap dan mendayagunakan tenaga kerja secara lebih produktif. Teknologi pembuatan sari buah kelapa akan banyak membutuhkan tenga kerja terutama dalam mengumpulkan bahan, menyiapkan peralatan, mengaduk, memasak, memotong-motong, mencuci, mengemasi dan menjual (memasarkan). 2.2 Analisis Biaya 2.2.1 Biaya Tetap a. Panci besar (email) 3 buah @ Rp. 15.000,b. Kompor sumbu 20 3 buah @ Rp. 20.000,c. Pengaduk 2 buah @ Rp. 2.500,d. Saringan 2 buah @ Rp. 1.500,e. Sendok makan 2 bh @ Rp. 500,-
51
= Rp. 45.000,= = = =
Rp. 60.000,Rp. 5.000,Rp. 3.000,Rp. 1.000,-
f. g. h. i. j.
Loyang plastik 75 bh @ Rp. 1.500,Talenan 3 buah @ Rp. 2.000,Ember plastik 3 bh @ Rp. 5.000,Jerigen plastik 2 bh @ Rp. 7.500,Pisau 3 buah @ Rp. 2.500,-
= Rp. 105.000,= Rp. 6.000,= Rp. 15.000,= Rp. 15.000,= Rp. 7.500,—————————— = Rp. 262.500,-
Jumlah
Kekuatan alat diperkirakan 1 (satu) tahun pakai, sehingga biaya penyusutan alat sama dengan Rp. 262.500,- dibagi 12 bulan Rp. 21.875,2.2.2
Biaya Tidak tetap
a. Bahan langsung 1. Air kelapa 140 liter @ Rp. 50,2. Gula pasir 10 kg @ Rp. 1.100,3. Kultur Aceptobakter Xylinum 4. Asam Acetat Glacial 100 cc
= = = =
b. Buruh langsung Upah 3 orang tenaga kerja 3 x 3 x Rp. 2.500,-
= Rp. 22.500,-
Rp. 7.000,Rp. 11.000,Rp. 1.500,Rp. 500,-
c. Bahan tak langsung 1. Minyak tanah 10 ltr @ Rp. 250,= Rp. 2.500,2. Kantong plastik ukuran ½ kg 5 ons = Rp. 2.000,—————————— Jumlah Biaya Produksi = Rp. 68.875,-
52
2.2.3 Hasil yang dicapai Hasil produksi Nata Deccoco yang dicapai berdasarkan jumlah bahan tersebut di atas adalah 50 Kg Nata Decoco dengan harga jual @ Rp. 2.500,50 X Rp. 2.500,= Rp. 125.000,2.2.4 Laba kotor yang diperoleh dari produksi di atas : Rp. 125.000,- dikurangi Rp. 68.875,Rp. 56.125,2.3 Sumber Bahan Baku Bahan baku sari kelapa berupa air kelapa dan gula pasir dapat diperoleh dengan mudah di kota dan pedesaan. Asam acetat glacial dan Kultur acetobacter xylinum dapat dibeli di toko kimia. 2.4 Pemasaran Pemasaran produk sari buah kelapa ini tidak terlalu sulit karena produk ini sekarang telah banyak dijual di toko, supermarket bahkan di kampungkampung. Konsumennya semakin banyak karena selain rasanya lezat harganyapun terjangkau. Sari buah kelapa biasanya dijual dalam bentuk kemasan kantong plastik atau kalengan. 2.5 Sosial, Ekonomi dan Budaya Kalau diperhatikan, sering terlihat banyak air kelapa yang terbuang menjadi air limbah yang mungkin dapat menimbulkan pencemaran dan bau yang tidak sedap bagi kesehatan dan lingkungan. Hal ini dapat diatasi dengan penyebarluasan teknologi sari buah kelapa sehingga air kelapa dapat dimanfaatkan, dan mempunyai nilai ekonomi dan budaya yang cukup tinggi. Pengembangan teknologi ini di kalangan masyarakat dapat menimbulkan 53
home industry, memberi kemungkinan munculnya perusahaan-perusahaan baru berskala sedang yang selanjutnya mampu mendorong berkembangnya perekonomian daerah dan pembangunan nasional. Perluasan lapangan kerja dan produktivitas tenaga kerja yang diciptakan akan mengurangi kerawanan sosial dan budaya masyarakat. BUDIDAYA SECARA TUMPANG GILIR TANAMAN TOMAT, PAPRIKA & SLADA *) 1. Pengantar Budidaya tanaman slada (Lactuca sativa)’ paprika (Capsium longum I. Sendt) dan tomat (Lycopersicum esculentum Mill) yang ditanam secara tumpang gilir dapat menguntungkan petani, karena dapat melakukan panen hampir setiap bulan. Tumpang gilir sayuran adalah sistem tanam suatu lahan dengan luasan tertentu pada satu musim tanam ditanami dengan dua sampai tiga jenis sayuran. 2. Penyemaian Benih slada,paprika dan tomat ditebarkan kotak semai yang tanahnya telah bercampur dengan pupuk kandang. Untuk lahan satu hektar dibutuhkan benih slada 400-600 gr; paprika 500 gr dan tomat 300-400 gr. Setelah benih ditebar, kotak semai ditutup dengan daun-daun pisang untuk melindunginya dari hujan, terik matahari dan tiupan angin. Selama 3-4 hari daun penutup diambil dan diberi atap peneduh miring menghadap timur. 3. Pembumbungan Bumbungan dibuat dari pelepah pisang kering. Selanjutnya diisi tanah bercampur pupuk kandang masak. Untuk tanaman slada dan tomat pembumbungan dilakukan 1 minggu setelah penyemaian. Tanaman paprika baru dapat dibumbung setelah berumur 2 minggu dari saat semai. Bibit yang *) Diangkat dari Buletin TaniSantri Edisi-1, Okt-Nov 1995
54
telah tumbuh tersebut dimasukkan agak dalam ke dalam bumbungannya supaya akarnya tumbuh sehingga tanaman kuat dan kokoh. Selanjutnya ditebari dengan daun-daun pinus untuk melindunginya dari hujan. Disiram setiap pagi dan sore. Dalam air siraman dilarutkan pupuk urea atau ZA satu sendok dalam 10 liter air. 4. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah dilakukan sekitar tiga hari sebelum penanaman. Tanah dicangkul menurut baris-baris. Sisa tanaman dan gulma di tumpuk di antara baris-baris yang dicangkul, lalu ditimbun dengan gundukan tanah yang telah dicangkul. Bila pupuk kandang tersedia dalam jumlah besar, maka dapat dicampurkan dengan tanah saat pengolahan ini. Bila pupuk kandang yang tersedia sedikit maka pupuk diberikan bersamaan dengan saat tanam pada lubang-lubang tanam. 5. Penanaman Lubang dibuat agak dalam kemudian pupuk kandang dimasukkan ke dalamnya, demikian juga urea dan TSP yang telah dicampur terlebih dahulu. Bibit tanaman dimasukkan ke lubang setelah membuang pelepah pisang, wadah bumbungannya. Tanah di sekitarnya dipadatkan agar akar dapat berhubungan langsung dengan tanah. Urutan penanaman sistem tanam tumpang gilir ini slada, kemudian tomat dan paprika. Slada ditanam pada umur 3 minggu dari penyemaian, seterusnya tomat dan paprika 5 minggu setelah penyemaian. 6. Pemupukan Selama masa pertumbuhannya, pemupukan dilakukan 4 kali yaitu : Pertama, pada saat penanaman slada, digunakan 50 kg Urea &TSP dengan perbandingan 1 : 1, diletakkan di dalam lubang tanam di atas pupuk kandang. Pupuk ini untuk luas 1 ha tanaman.
55
Kedua, ditujukan untuk slada dan paprika yang dilakukan 1 minggu setelah penanaman paprika dengan jumlah 100 kg. Campuran pupuk urea, TSP dan Kcl. Dengan perbandingan 9:9:7. pupuk ini diberikan dengan cara memasukkan ke dalam lubang dengan tugal di samping tanaman slada dan paprika. Ketiga, untuk slada dan paprika, 3 minggu setelah penanaman paprika atau 2 minggu setelah pemupukan kedua. Dosis dan cara pemupukan sama dengan cara kedua. Keempat, untuk tanaman tomat dan paprika diberikan 2 bulan setelah penanaman tomat. Pada saat ini tanaman tomat telah mulai berbunga, dan pemupukan saat ini untuk merangsang pembungaan dan pembuahan. Pupuk yang diberikan campuran urea dan TSP sebanyak 40 kg dengan perbandingan 1 : 3. pupuk ini dimasukkan ke dalam lubang-lubang yang dibuat di samping tanaman. 7. Pemeliharaan Tanaman Kegiatan pemeliharaan ini terdiri dari pengairan, penyiangan gulma, pendangiran, pemasangan ajir (turus) khusus tanaman tomat. Pengairan dilakukan saat musim kemarau. Penyiangan dilakukan setiap 10 hari sekali dan secara hati-hati agar tidak melukai akar tanaman. Pendangiran penting apabila lokasi berbukit. Tanah yang tererosi ditimbun agar akar tanaman terlindungi. Pendangiran dapat dilakukan bersama penyiangan. Pemasangan ajir dapat dilanjutkan dengan pemangkasan untuk tanaman tomat. Pemangkasan dilakukan terhadap tunas-tunas liar yang tumbuh pada ketiak-ketiak daun dan percabangan yang terlalu lebat tumbuhnya. Sebaiknya hanya ditinggalkan 2 cabang utama dengan 6 tandan buah agar kualitas buah dan jumlah produksinya meningkat. Pemasangan ajir agar tanaman mendapatkan penyinaran yang optimum. Pada umur 50 hari tunas tomat dipangkas sehingga tidak dapat tumbuh lagi. Tanaman slada yang terguyur hujan, 56
daunnya dibersihkan dari percikan tanah yang melekat, karena bisa menimbulkan busuk daun. 8. Perlindungan Tanaman Tomat dan slada sering terserang busuk daun (Phytophthora infectans). Kemudian ulat tanah (Agrotis ipsilon), sering menyerang tanaman slada pada malam dan sore hari. Ulat ini ditemui sekitar perakaran tanaman. Ukurannya 4-6 cm dan dapat dibunuh langsung. Untuk melindungi dari busuk daun dapat disemprotkan insektisida Orthene 5-10 gr/liter air. Busuk daun pada tanaman slada akibat jamur Rhizoctonia solani Kuhn sering tejadi akibat daun bersentuhan dengan tanah. Daun berwarna coklat dan lembab, dan penyebarannya cepat sekali ketika curah hujan tinggi. Pengendalian penyakit ini dengan penyemprotan Dithane 30 gr/liter air. 9. Panen Dan Penanganan Setelah Panen Panen slada 2,5 bulan dari saat semai. Diusahakan slada yang dipanen tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Ada dua cara panen slada, yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya atau memotong batang tanaman dengan menyisakan 4 helai daun terbawah dekat dengan tanah. Saat panen yang baik adalah saat cuaca cerah dan daunnya tidak berembun. Slada dimasukkan ke keranjang kapasitas 25 kg. Paprika dipanen pada umur 4 bulan. Panen dapat dilakukan beberapa kali secara bertahap 2-4 minggu. Paprika yang tumbuh baik dapat panen 8 kali, dipanen saat hijau ketika buah telah tumbuh optimum. Grading (pengkelasan) dilakukanpada keranjang yang berbeda dengan kapasitas 40 kg. Penjualan paprika dilakukan di pasar swalayan, hotel dan restoran besar. Buah paprika kurang laku bila dijual ke pasar-pasar umum & pasar tradisional.
57
MENGAPA EKOWISATA? Ekowisata meruapakan kegiatan wisata yang menaruh perhatian besar pada terhadap kelestarian sumberdaya pariwisata. Masyarakat ekowisata internasional mengartikan sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggungjawab dengan cara mengonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat local (TIES dalam Damanik dan Weber 2006). Proses Pengembangan Ekowisata A. Perumusan Gagasan Perumusan gagasan merupakan pembuatan term of reference (ToR) dari sebuah gagasan ekowisata pada suatu wilayah. Dalam ToR tersebut biasanya berisi (Damanik dan Weber 2006): - Identifikasi perkembangan kunjungan wisatawan pada suatu wilayah - Evaluasi dampak perkembangan tersebut terhadap eksistensi kegiatan konservasi, ekonomi local dan nasional. - Indentifikasi atraksi wisata yang tersedia dan dapat dikembangkan - Identifikasi keterlibatan berbagai pemangku kepentingan di dalam pengelolaan wilayah tersebut - Identifikasi segmen pasar potensial dengan karakteristik kebutuhanya - Identifikasi pengembangan investasi proyek ekowisata dan sebagainya. B. Studi Kelayakan Setelah ToR disepakati oleh berbagai pihak-pihak yang terkait secara langsung dengan perencanaan, maka dibuat studi kelayakan tentang pengembangan ekowisata diwilayah tersebut. Studi kelayakan mencakup; a. Menganalisis situasi lokasi wisata. b. Mengidentifikasi fasilitas dan infrastruktur yang tersedia. c. Mengidentifikais profil wisatawan. d. Analisis tentang daya dukung kawasan wisata tersebut. e. Memilih alternatif aktivitas ekowisata yang terbaik 58
f. Mengevaluasi realitas sumberdaya manusia yang tersedia g. Memperkirakan investasi yang dibutuhkan proyek h. Memperkirakan pendapatan. C. Evalusi Studi Evaluasi studi dilakukan terhadap hasil studi kelayakan sehingga diperoleh kesimpulan yang tepat dalam langkah berikutnya, yaitu pembuatan perencanaan proyek ekowisata. Evalusi hasil studi dapat dilakukan dengan berbagai teknik, misalnya dengan teknik SWOT yang dapat dilanjutkan juga dengan teknik AHP. D. Penyusunan Proposal Proyek/Program Ekowisata Dalam penyusunan rencana proyek pengembangan proyek/program ekowisata dalam suatu wilayah harus menyangkut beberapa hal yaitu; a. Tujuan dan Sasaran Program Tujuan program ekowisata harus jelas dan terukur. Contoh; Meningkatkan kunjungan wisatawan sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat dan adanya keberlanjutan program konservasi. b. Program dan Kegiatan untuk Mencapai Tujuan dan Sasaran Program merupakan penjabaran dari tujuan dimana program yang dibuat harus mendukung tujuan yang ada sedangkan kegiatan merupakan penjabaran dari program yang dibuat.
Gambar 3. Contoh Pengembangan Program dan Kegiatan
59
c. Tugas dan Tanggungjawab Pemangku Kepentingan Perlu dilakukan pemetaan pemangku kepentingan dalam pengembangan ekowisata. Setelah dilakukan pemetaan maka perlu dijabarkan tugas dan tanggung jawab para pemangku kepentingan tersebut. d. Strategi Pemasaran Dalam strategi pemasaran ditentukan strategi penjualan jasa ekowisata atau promosi. Promosi dapat dilakukan dalam bentuk kampanye, pameran, home visit, da sebagainya. Teknik promosi berkaitan dengan segmen pasar yang akan dibidik, segemen pasar dapat dibedakan berdasarkan demografis, geografis, psikografis, tipe atau bentuk wisata dan sebagainya. Selain itu perlu dibuat mekanisme penentuan harga produk ekowisata yang akan dibuat. e. Anggaran Biaya Program Anggaran biaya program akan berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang merupakan penjabaran program. f. Skedul Rencana Kerja Perlu dibuat skedul implementasi dari rencana kerja yang dibuat. Skedul yang dibuat harus berdasarkan SDM dan ketersedian waktu. Tabel Contoh Penentuan Harga Produk Wisata A. Biaya Tetap 1. Menejemen biro perjalanan 2. Gaji guide 3. Pajak 4. Pemasaran 5. Transportasi dan Komunikasi 6. Listrik dan Air B. Biaya Variabel 1. Akomodasi 2. Makanan dan minuman 3. Pemandu lokal 4. Donasi untuk konservasi 5. Donasi untuk masyarakat 6. dll C. Overhead 10% dari komponen A Total Komponen A + B + C
Unit
Subtotal A
Subtotal B
60
Biaya
Tabel Contoh Pembuatan Anggaran Program No
Kegiatan
1
Pembuatan Sarana -Cottage -Taman Pembelian alat -Perahu -Alat Selam Pelatihan SDM -Pelatihan Bahasa -Pelatihan guide Promosi -Leflet -Poster -Produksi video -Pameran Operasional -Sewa kantor -Gaji staf -Telpon, listrik dan air Pengembangan cinderamata -Modal
2
3
4
5
6
Kuantitas A
Frekuansi B
4 1
1 1
2 6
1 1
10 10
2 2
500 100 50 1
1 1 1 2
1 4 1
1 12 12
1
1
Grant Total
Biaya D
Total Biaya AxBxC
Rp xxxxxxx
E. Strategi dan Metode Dalam implementasi rencana diperlukan strategi-strategi sehingga semua kegiatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Strategi paling sederhana adalah dengan pelibatan berbagai pihak untuk pengembangan ekowisata tersebut sesuai dengan tugas dan tanggung jawa masing-masing. Strategi dan metode yang bisa dikembangkan adalah; a. Pengembangan Kawasan Ekowisata Secara spesifik mencakup - Mekanisme pengendalian dampak ekologi pariwisata (berkaitan dengan daya dukung).
61
- Mekanisme pencatatan pengunjung - Penyusunan peta kegiatan dan rencana penyediaan infra-struktur. - Deskripsi ketersediaan sumberdaya manusia. b. Menghubungkan Lokasi dengan Pihak Luar Secara spesifik mencakup - Keterlibatan lokasi dengan masyarakat setempat - Penetapan kegiatan-kegiatan pengembangan infra-struktur yang mendukung ekowisata dan pelibatan kelompok atau institusi diluar lokasi - Penunjukan kawasan wisata sejenis atau berbeda diluar lokai - Penentuan dasar hukum yang akan berkaitan dengan masalah pembiayaan - Keterkaitan berbagai pihak dengan sektor industri (mis; travel) c. Pelibatan Masyarakat Setempat Strategi yang dipilih dalam pengembangan ekowisata seharusnya menghasilkan model partisipasi masyarakat sejelas mungkin. Pelibatan masyarakat dilakukan mulai dari perencanaan program sampai pengelolaan dan pembagian hasil. F. Para Pihak Para pihak yang direkomendasikan terlibat dalam pengembangan ekowisata adalah (Steck 1999 dalam Damanik dan Weber 2006); - Sektor industri pariwisata - Sektor publik (Pemerintah) - Organisasi non-pemerintah - Lembaga donor internasional - Lembaga penelitian - wisatawan
62
Sumberdaya Ekowisata Atraksi Alam: Flora dan fauna Pemandangan alam Atraksi khusus (air terjun,dll) Fasilitas olahraga (trekking, arung jeram,dll) Atraksi budaya: Seni budaya local (tari,drama,dll.) Tradisi dan kebiasaan local Festival Peninggalan sejarah dan purbakala (museum) Ukiran-ukiran dan kerajinan Lanskap dan budaya (terasering,dll.) Makanan local Kehidupan sehari-hari Keramahtamahan Akomodasi: Homestay dengan jumlah kamar dan harga Losmen dengan jumlah kamar dan harga Hotel dengan jumlah kamar dan harga Camping ground dengan kapasitasnya Aksesibilitas dan transportasi: Jaringan dan moda angkutan Jarak dan kota besar terdekat Frekuensi dan tariffawat Masalah polusi Informasi wisata terdekat: Pemandu dan interpreter wisata Informasi pertunjukan seni Brosur,peta,atau petunjuk jalan lainnya Toilet umum Tempat tetirah Telepon,facsimile, atau internet Fasilitas kesehatan dan keamanan yang terdekat: Akses ke layanan kesehatan dan unit gawat darurat Polisi wisata Sumber daya manusia: Tenaga kerja Sikap dan keinginan bekerja di pariwisata Fasilitas latihan Fasilitas belanja Barang kerajinan Produk lain yang dipasarkan Air, Energi dan Limbah Air bersih Energi alternative Dampak lingkungan penggunaan energi Sumber pembiayaan Swadana (masyarakat dan investor) Bantuan (Pemerintah dan donor)
63
Baik
Tersedia Sedang
Buruk
Tidak ada
Daftar Pustaka _____________ 2006. Budidaya Rumput Laut Karaginofit (Euchema spp). Leaflet. Balai Budidaya Laut Lombok. DKP. Syahyuti, B. Ibrahim, Zulkifli, R. Basuki, M.N. Asyik, dan S. W. Rustam. 2004. pengembangan Mata pencaharian Alternatif. Ditjen Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. DKP. Taslihan, A., Supito, E. Sutikno dan R.B. Callinan. Teknik Budidaya Udang Secara Benar. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau. Jepara Santos, R. (2000). Belajar dari masing-masing konflik. Dalam Jurnal STREAM Edisi 1 No. 1 (Januari-Maret 2002). STREAM Initiative, Bangkok. Anonimus. 2006. Perdikan; Penghidupan Alternatif bagi Anak. Edisi 2/06. VSO dan MFP Anonimous. 2004. Teknologi Pengolahan Bakso Ikan. Proyek Pembangunan Masyarakat Pantai Dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Bengkalis
64