Pandangan Tasawuf Ibnu Taimiyah dalam Kitab Al-Tuhfah Al-Irāqiyyah Fi Al-A’māl Al-Qalbiyyah
PANDANGAN TASAWUF IBNU TAIMIYAH DALAM KITAB AL-TUHFAH AL-IRĀQIYYAH FI AL-A’MĀL AL-QALBIYYAH Dr. Hj. Duriana, M.Ag TASAWUF IBNU TAIMIYYAH PERSPECTIVE IN AL-TUHFAH AL-IRAQIYYAH I AL-A’MAL AL-QALBIYYAH Abstract This paper intends to know about Ibnu Taimiyyah method in religious problem and specially for Tasawuf problem in his perspective. About tasawuf, result from this study is Ibnu Taimiyyah use Salaf as-Shaleh in his method and always return to al-Qur’an and al-Sunnah Rasulullah SAW in every problem like aqidah or furu’. In His book, Ibnu Taimiyyah starts from the power of heart in life and He called Ahwal and Maqamat on the basic conviction and love for Allah thus al-mahabbah, tawakkal, ikhlas, khauf, raja’ dan syukur Keywords: al-Tuhafah al-Iraqiyyah fi al-A’mal al-Qalbiyyah,al- ahwal & al- maqamat
pandangan seperti ini disebabkan karya-karya
A. Pendahuluan Ibnu Taimiyah adalah tokoh pemikir
otentik Ibnu Taimiyah, khususnya dalam bidang
Islam klasik yang reputasi keilmuannya mampu
Tasawuf, sangat sedikit dibaca dan dipelajari
menembus hingga zaman kontemporer ini. Pemikirannya dalam berbagai bidang baik Filsafat, Kalam, Hadis, Fiqh maupun Tasawuf masih
menjadi
rujukan.
Khususnya
yang
mengatasnamakan dirinya sebagai aliran Salaf. Termasuk Aliran Wahabiyah di Arab Saudi, Muhammadiyah di Indonesia, bahkan akhirakhir ini di Ambon khususnya pasca konflik sosial di Maluku, muncul satu aliran yang menamakan dirinya aliran Salaf (salafiah). Kelompok ini selalu menyerang orang-orang yang
menggandrungi
tasawuf
dan
filsafat.
Mereka berasumsi bahwa tasawuf adalah ajaran
secara teliti.1 Ibnu
Taimiyah
dan
Tasawuf
oleh
sebagian kalangan dipandang sebagai dua unsur yang tak mungkin bersatu. Ini tentu tidak mengherankan, sebab Ibnu Taimiyah telah lama dianggap
sebagai
salah
satu
tokoh
yang
membenci, memusuhi, dan melontarkan kritikkritik tajamnya terhadap Tasawuf. Dalam wacana pemikiran Islam, Ibnu Taimiyah ditempatkan sebagai tokoh yang menentang tasawuf. Bahkan ia dituduh sebagai inspirator
bagi
aliran
Wahabi
dalam
memeberantas dan memberangus ajaran-ajaran tasawuf
dengan dalih ajaran-ajaran bid’ah,
bid’ah yang tidak pernah diamalkan oleh para Ulama Salaf termasuk Ibnu Taimiyah. Timbulnya
1Mulyanto Sumardi, Penelitian Agama Masalah dan Pemikiran, (Cet. I; Jakarta: Sinar Harapan, 1982), h. 98.
Jurnal Fakultas Ushuludin Dan Dakwah IAIN Ambon | 17
Hj. Duriana
khurafat dan tahyul,2 karena itu sangat wajar
wilayah Hurasan (Persia). Oleh orangtuanya ia
kalau kitab-kitab tasawuf Ibnu Taimiyah menjadi
diberi nama Ahmad. Ayah Ibnu Taimiyah
barang tabuh untuk diteliti selama ini. Akan
bernama Syihabuddīn Abū al-Mahasīn Abdu al-
tetapi
Halīm bin Taimiyah. Dia belajar dari ayahnya
dengan
khususnya
di
perkembangan bidang
teknologi
telekomunikasi
dan
infomasi yang memberikan kemudahan bagi
(Taimiyah) mazhab faham Hambali hingga ia benar-benar memahaminya.3
manusia, maka tidak sulit untuk mengakses
Ahli
sejarah
menuliskan
nama
kitab-kitab klasik yang penuh dengan pelajaran
lengkapnya dengan: Taqiy al-Dīn Abūl-‘Abbas
berharga. Lewat bantuan internet, penulis dapat
Ahmad Ibnu ‘Abd al-Halīm Ibnu ‘Abd al-Salām
memperoleh data tentang kitab-kitab tasawuf
Ibnu
Ibnu Taimiyah yang boleh jadi justru berisi
Abi
al-Qasīm
Taimiyah al-Harrānī
Ibnu
Muhammad
Ibnu
al-Dimasyqī.4
ajaran-ajaran sebaliknya yang difahami selama
Ibnu Taimiyah mendapat pendidikan di
ini, bahwa Ibnu Taimiyah memusuhi tasawuf,
samping dari ayahnya, juga dari pamannya
bahwa belajar tasawuf adalah bid’ah dan
Fakhruddīn,
khurafat.
termasyhur. Ia mendapat pendidikan pula dari
Inilah
problema
yang
ingin
diungkapkan lewat penelitian ini. Pertanyaan-pertanyaan
seorang
pemikir
dan
penulis
para cendikiawan terkemuka di kota Damaskus. seputar
Pengetahuannya tidak hanya terbatas pada
kebenaran “permusuhan” Ibnu Taimiyah dan
studi-studi al-Qur’an, hadis dan fiqh saja, tetapi
Tasawuf akan berusaha dijelaskan melalui
juga mempelajari dan ahli di bidang mate-
penelitian ini. Tentu saja dengan merujuk
matika, sejarah, kesustraan dan secara khusus
langsung pada karya-karya yang diwariskan oleh
mendalami fiqh Hambali karena ayahnya sendiri
Ibnu
adalah tokoh dari mazhab ini.5
Taimiyah
untuk peradaban
manusia.
Khususnya karyanya yang berjudul :Al-Tuhfah al-
Ibnu Taimiyah telah terkenal pada usia
Irāqiyyah fi al-A’māl al-Qalbiyyah dan setelah
yang masih relatif muda, 20 tahun. Ia pernah
ditahqiq oleh Ainil Husni Malhuzah dengan judul “
diundang ke Mesir memberikan fatwa, di sini
Al-A’māl al-Qulūb auw al-Ahwāl wa al-Maqāmāt
Ibnu Taimiyah menunjukkan keahlian yang sungguh mengagumkan, terutama fatwanya yang
B. Riwayat Singkat Ibnu Taimiyah Beriringan
dengan
kejatuhan
berkenaan dengan pembasmian khurafat dan kota
bid’ah. Ketika ia berusia 21 tahun ayahnya
Bagdad, pada tahun 656 H/1257 M., tepat pada
meninggal dan ia menggantikan ayahnya sebagai
hari Senin, 12 Rabi’ al-Awal tahun 661 H (1263 M), Ibnu Taimiyah dilahirkan di sebuah kota yang terletak antara sungai Dajlah dan Eufrat bernama Harran, sebuah kota yang masuk dalam 2 Bid’ah dan khurafat adalah dua istilah yang begitu mudah diucapkan dan dituduhkan terhadap orang-orang yang bertasawuf dan mempelajari tasawuf. Bid’ah adalah mengikuti ajaran-ajaran yang tidak diamalkan oleh golongan salaf masa awal yaitu masa Nabi Muhammad SAW hingga masa tabi’in.
18 | Jurnal Fakultas Ushuludin Dan Dakwah IAIN Ambon
3Said Abdul ‘Azim, Ibn Taymiyah, Pembaharuan Salafi dan Dakwah Reformasi. Diterjemahkan oleh Faisal Saleh dan Khoirul Amru Harahap (Cet. I; Jakarta: Pustaka alKautsar, 2005), h.15. 4Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa al-Nihayah, Jilid 13, (Cet. I; Beirut Maktabah al-Ma’arif, 1966), h. 308. Lihat juga Al-Dzahaby, Tadzkirah al-Huffazh, Jilid IV ( Haidar Abad: t.t.), h. 288. 5Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Islam (Cet. II; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), h. 52-53.
Pandangan Tasawuf Ibnu Taimiyah dalam Kitab Al-Tuhfah Al-Irāqiyyah Fi Al-A’māl Al-Qalbiyyah
guru hadis. Profesi guru hadis ini membuat ia
melancarkan aksinya ke Syria dan berhasil
sangat
menduduki kota Aleppo, Hamah dan Harim.
termasyhur
melebihi
ulama-ulama
sezamannya.
Selanjutnya mereka menuju ke Mesir, akan tetapi
Ibnu Taimiyah meninggalkan sekitar 500
di Ayn Jalut mereka dikalahkan oleh tentara
jilid dalam berbagai bidang ilmu. Sebagian
Barbar. Di samping itu, kondisi di dalam negeri
besarnya dapat dibaca hingga sekarang, namun
tidak stabil akibat permusuhan antara para
sebagian yang lain hanya tinggal nama atau
penguasa dan sekte-sekte di kalangan Islam
masih berupa manuskrip yang belum ditahqiq.
sendiri. 6
Ibnu al-Wardy (w. 749 H) bahkan menyatakan
Sementara itu, situasi politik di Syria
bahwa dalam sehari semalam, Ibnu Taimiyah
semakin lama semakin berbahaya dan tidak
dapat menulis sampai 4 buku.
menentu. Serdadu Mongol dengan senjata yang relatif lebih modern berhasil merebut sebagian
C.
Setting Sosial dan Politik Masa Ibnu
besar wilayah Syria pada tahun 699 H/1300 M.
Taimiyah
dengan kondisi semacam ini, mendorongnya
Ibnu Taimiyah dilahirkan sekitar lima
untuk menghentikan polemiknya dalam hal
tahun setelah tentara Mongol menjatuhkan kota
pemahaman keagamaan untuk sementara waktu
Bagdad, ibukota dinasti Abbasiyah. Dengan
dan
jatuhnya Bagdad, maka runtuhlah kerajaan Islam
menghadapi
yang telah berkuasa selama lima abad (750-1258
menjajah negerinya.
mulai
mencurahkan dan
mengusir
perhatiannya tentara
yang
M) dan telah berhasil mencapai kejayaannya
Bersama-sama tokoh Islam lain, Ibnu
baik dalam kemajuan fisik ataupun kebudayaan
Taimiyah dengan keahliannya sebagai orator
dan ilmu pengetahuan. Kota Bagdad kemudian
ulung turut serta berkampanye dan ambil bagian
diduduki oleh Dinasti Īkhan sedangkan khilafah
dalam
Islam setelah jatuhnya Bagdad dikuasai oleh
membangkitkan semangat rakyat Syria agar
kerajaan Mamluk (1250-1517 M) dengan Mesir
berjihad fi sabilillah dan rela berkorban untuk
sebagai pusat kekuasaannya.
melepaskan tanah airnya dari cengkraman
Setelah
Bagdad
jatuh,
dunia
melakukan
agitasi
politik
untuk
Islam
pasukan Mongol. Demi kepentingan itu pula,
tenggelam dalam kemunduran dan menghadapi
pada tahun 700 H/1301 M. Ibnu Taimiyah pergi
berbagai tantangan. Dari arah Barat, umat Islam
ke Kairo dalam rangka memohon bantuan
menghadapi ancaman orang-orang Spanyol yang
militer kepada Sultan Mamluk, yakni al-Malik al-
sejak abad II telah melancarkan perang Salib.
Nasir Muhammad bin al-Mansur al-Qalawun.
Selama dua abad lamanya (1097-1292 M) terjadi
Usaha Ibnu Taimiyah ternyata tidak sia-
tidak kurang tujuh kali pertempuran. Arah Timur
sia dan memberi harapan bagi banyak pihak.
umat
tentara
Sultan al-Malik mengabulkan permohonannya
mereka
dan mengirimkan angkatan bersenjatanya ke
berhasil
Syria. Ibnu Taimiyah sendiri yang ternyata
membunuh ratusan ribu penduduknya. Setelah
berjiwa pejuang dan berdarah militer, oleh
Islam
Mongol.
menghadapi
Pada
menghancurkan
tahun
ancaman 1258
Bagdad
M
dan
menghancurkan Bagdad, tentara Hulagu Khan
6 http://almakmun.com/?p=85
(5 Agustus 2013)
Jurnal Fakultas Ushuludin Dan Dakwah IAIN Ambon | 19
Hj. Duriana
pemerintah diberi tugas untuk memimpin
yang berwajib atas pengaduan kaum sufi yang
langsung pasukan Islam melawan pasukan
konon disponsori oleh Ibnu Ata’.
penjajah. Ibnu Taimiyah dengan pasukan tempur yang
dikomandaninya
membawa
Islam ditandai dengan kebekuan berpikir dan
kemenangan pada peristiwa Shaqhab (702
fanatisme mazhab. Sejak abad IV H/10 M,
H/1303
mazhab empat mempunyai kedudukan mapan
M).
Dengan
akhirnya
Dari sisi keagamaan, kehidupan umat
keberhasilannya
itu,
membuat namanya semakin terkenal.
dalam kehidupan umat Islam, dan umat Islam
Ketika Ibnu Taimiyah menulis Risalah al-
hidup dalam zaman taqlid di mana penetapan
Hamidiyah yang isinya membela pendapat
hukum didasarkan kepada pendapat-pendapat
Ahmad Ibnu Hanbal, ia dituduh tajsim dan tasbih
ulama mazhab yang tersusun dalam kitab-kitab
oleh musuh-musuhnya. Untuk membantah itu, ia
fiqh. Adapun ijtihad dalam persoalan fiqh bisa
menulis al-Risalah al-Wasitiyah yang ternyata
dikatakan tidak berkembang sama sekali.
oleh
lawan-lawannya
memperkuat
justeru
tuduhan
memprtanggungjawabkan
dianggap
mereka.
Untuk
tulisannya
D. Karya-Karya Ibnu Taimiyah
yang
Karangan Ibnu Taimiyah lebih dari 500,
dianggap meresahkan masyarakat, pada 705
tetapi yang tersebar luas dan termasyhur sekitar
H/1305 M. Ibnu Taimiyah dihadapkan kepada
65 buah. Karya yang menjadi rujukan utama
Sultan Mesir. Ia diadili oleh al-Qadi Zayn al-Din
penelitian penulis adalah: Al-Tuhfah al-‘Iraqiyyah
bin Makhluf (salah seorang rival yang selalu
fi al-A’mal al-Qalbiyyah.(al-A’mal al-Qulub au al-
memusuhi Ibnu Taimiyah, sehingga kejujuran
Maqamat wa al-Ahwal). Buku ini, seperti yang
dan keadilannya sangat diragukan). Betapapun
dikatakannya, (berisi) kalimat-kalimat ringkas
pintar dan lantangnya Ibnu Taimiyah dalam
tentang amalan-amalan hati yang disebut dengan
pembelaan diri, ia tidak berdaya untuk lolos dari
‘maqāmāt’ dan ‘ahwāl’, yang juga merupakan
jeratan penjara.
bagian dari dasar-dasar keimanan dan kaidah-
Selama diasingkan di benteng Kairo
kaidah agama; seperti ‘mahabbah’ pada Allah
selama kurang lebih 1,5 tahun, Ibnu Taimiyah
dan Rasul-Nya, tawakkal, mengikhlaskan agama
menelorkan beberapa karya yang di antaranya
pada-Nya, syukur, sabar terhadap hukum-Nya,
berisi kritikan dan tantangan terhadap ajaran
khauf’ dan ‘raaj’ pada-Nya, serta hal-hal lain yang
wahdat al-wujud Ibnu Arabi, tawassul dan
mengikutinya.28
istighathah serta ajaran-ajaran tasawuf lainnya yang dinilainya menyimpang dari ajaran Islam.7 Berkat bantuan Hisham al-Din Mahna bin Isa,
seorang
amir
Arab,
Ibnu
Dalam teks tersebut dengan sangat jelas terlihat bahwa Ibnu Taimiyah menggunakan dua istilah yang umum digunakan di kalangan sufi;
Taimiyah
maqāmtā dan ahwāl. Dan dalam buku ini secara
dibebaskan dari penjara Qairo. Namun baru
khusus, ia menguraikan secara panjang lebar dan
beberapa bulan dibebaskan, dalam tahun yang
terperinci tentang berbagai maqām dan hāl.
sama dia harus berurusan lagi dengan pihak
Pandangan tasawuf Ibnu Taimiyah dalam buku ini dapat dikatakan sudah tergambar
7http://almakmun.com/?p=85
(5 Agustus 2013).
20 | Jurnal Fakultas Ushuludin Dan Dakwah IAIN Ambon
dengan jelas. Hal ini dapat dilihat ketika ia
Pandangan Tasawuf Ibnu Taimiyah dalam Kitab Al-Tuhfah Al-Irāqiyyah Fi Al-A’māl Al-Qalbiyyah
menguraikan tentang beberapa obyek kajian
masalah-masalah akidah dengan mengatakan
tasawuf oleh para sufi sebelumnya seperti ahwal
bahwa “mencari akidah dengan akal semata
dan maqamat, khauf dan raja’, mahabbah, wali,
sama dengan pencari kayu yang mencari kayu
taubat, zuhud, ridha dan lain-lain.
dimalam
hari”.9
Dengan
metode
yang
diperpegangi ini, Ibnu Taimiyah tidak setuju E. Metode Pemikiran
dengan metode yang digunakan oleh para filosof
Kritikan Ibnu Taimiyah terhadap tasawuf
yang dianggapnya semata-mata menggunakan
tidak terlepas dari metode pemikiran yang telah
akal dalam mempertahankan argumentasinya.
diyakini sebagai metode yang paling benar.
Demikian pula ia tidak setuju dengan metode
Metode pemikirannya ini menjadi dasar dalam
para mutakallimin, muhaddisin, fuqaha, sufi yang
setiap gerakan keagamaan yang diperjuangkan
mengagungkan akal dalam masalah-masalah
sepanjang hidupnya. Ia sendiri tidak gentar
akidah.
sedikitpun dalam memperjuangkan ide-idenya sekalipun
harus
mengorbankan
Ibnu
Taimiyah
mengatakan
bahwa
jiwanya.
diantara kesesatan para filosof dan mutakallimin
Terbukti dengan ia berkali-kali masuk penjara
yaitu mereka lebih mendahulukan penelitian,
bahkan ia meninggal dalam penjara demi untuk
bukti-bukti dan ilmu dari pada naql dengan
tegaknya kebenaran yang telah diyakininya.
mengatakan bahwa penelitian itu wajib karena ia
Termasuk dalam hal ini ia tidak gentar
pasti mendatangkan pengetahuan yang benar.10
mengeritik para sufi yang dianggap telah mengajarkan
ajaran
asing
yang
Ibnu Taimiyah sebenarnya tidak menolak
tidak
peggunaan akal dalam masalah akidah, hanya
berlandaskan al-Qur’an ataupun Sunnah Nabi
saja posisi akal harus mengikuti nash atau posisi
Muhammad saw.
akal di bawah nash. Karena itu mudah dipahami
Menurut Syekh Said Abd Azhim,8 bahwa metode salafiah yang dianut Ibnu Taimiyah
kalau ia tidak sependapat dengan penggunaan takwil dalam masalah-masalah akidah.
berpegang pada empat unsur: b. Tidak mengikuti seseorang karena nama, a. Tidak percaya pada akal 100% Dalam
masalah-maslah
ketenaran dan kedudukannya baik
Ibnu Taimiyah sangat menyayangkan,
masalah-masalah pokok-pokok akidah maupun
jika melihat orang yang mengikuti seseorang
masalah-masalah
Ibnu
hanya karena ketenaran dan kedudukannya,
Taimiyah selalu berpegang pada al-Qur’an dan
tanpa mengetahui dalil dan landasan kebenaran
al-Sunnah Nabi Muhammad SAW. Ia sangat
di dalamnya. Para Imam empat yang menjadi
meragukan kemampuan akal semata dalam
ikutan dan imam mayoritas kaum muslimin
furu’iyyah
agama
(cabang),
sebenarnya tidak pernah menyuruh untuk 8 Syekh Said Abdul ‘Azhīm adalah seorang Penulis buku yang berjudul: Ibn Taimiyah: al-Tajdīd al-Salafi wa Da’wah al-Islāhiyyah, karya ini secara detail mengungkap liku-liku perjuangan Ibn Taimiyah sepanjang hayatnya. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan menjadi salah satu sumber sekunder dalam penelitian ini.
mereka diikuti dengan membabi buta tanpa 9 Syekh Said Abdul ‘Azhim, Ibn Taimiyah: Pembaruan Salafi dan Da’wah Reformasi, diterjemahkan oleh Faisal Saleh (Cet.I; Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2005), h. 37. 10 Ibid.
Jurnal Fakultas Ushuludin Dan Dakwah IAIN Ambon | 21
Hj. Duriana
seleksi dengan kata lain ikut dengan taklid buta,
Landasan pokok Ibnu Taimiyah dalam
tetapi mereka menyuruh untuk menyeleksi
melakukan reformasi adalah al-Qur’an dan
pendapatnya dengan nash al-Qur’an dan Sunnah
Hadis. Ia mengatakan agama adalah apa yang
Nabi Muhammad SAW. Seandainya pendapat
disyari’atkan oleh Allah dan rasul-Nya. Ibnu
mereka bertentangan dengan nash al-Qur’an dan
Taimiyah mempunyai keyakinan yang mendalam
al-sunnah, maka wajib untuk menolaknya.
bahwa al-Qur’an dan Hadis telah mencukupi
Dengan
sebagai
semua urusan keagamaan (umūr al-Dīn) baik
pengikut salaf, mengembalikan semua perkataan
yang berhubungan dengan masalah aqidah,
kepada al-Qur’an dan al-sunnah.
ibadah atau muamalah. Dasar hukumnya adalah :
demikian
Ibnu
taimiyah
c. Dasar syari’at adalah al-Qur’an dan telah dijelaskan oleh Muhammad SAW. dengan alsunnah Ibnu Taimiyah selalu merujuk kepada alQur’an dan al-Sunnah, mengajak bertahkim
ِ َّ ِ اَاَّلل َوأ ِ ِ ول ََوأ ََاْل أَم ِر َِمأن ُك أم ََ ُوِل أ َ اَالر ُس َّ َط ُيعو َ ََّ ين َءَ َامنُواَأَط ُيعو َ ياأَيُّ َهاَالذ
َِّ فَِإ أنَتَنازعتم َِِفَشي ٍءَفَرُّدوهَإِ ََل ِ الرس َاَّللِ ََوالأيَ أوِم َّ ِولَإِ أنَ ُكأنتُ أمَتُ أؤِمنُو َنَب ُ ُ َ َ أُ أ َ أ ُ َّ َاَّلل ََو
ِ َ ( 95:(النساء.ََح َس ُنَتَأ ِو ايًل ََخأي ٌرَ َوأ أ َ أاْل ِخ ِرَ َذل َ ك
(menjadikan sebagai hakim) kepada Ulama Salaf.11 Para Ulama Salaf inilah manusia yang paling tahu dengan maksud syari’at, sebab mereka hidup saat wahyu turun, menghafalnya, memahaminya dan menyampaikannya seperti yang mereka dengar kepada para pengikut selanjutnya sampai hari kiamat.12 d. Tidak
panatik
dalam
pemikiran
Terjemahnya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika
dan
menghilangkan sikap berlebihan dan jumud Ibnu Taimiyah melepaskan dirinya dari
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.14
semua yang membelenggunya kecuali al-Qur’an, al-Sunnah dan perkataan salafus salih, dia mempunyai intuisi yang begitu tajam dalam memahami al-Qur’an dan al-Sunnah. Ia memiliki alat-alat dan sarana yang membuatnya mampu menjadi seorang mujtahid mutlak. Dia juga telah mempelajari dan mendalami semua mazhab, aliran, pendapat serta mengenal sumber setiap pendapat tersebut.13
Ibnu Taimiyah dalam membangun sistem hukum
berpikir
mengenai
segala
aturan
keagamaan, baik yang berhubungan dengan masalah aqidah, atau amaliah berdasarkan alQur’an dan Hadis. Pijakan tersebut kemudian dikembangkan dalam berbagai pemikiran yang tertuang dalam berbagai karyanya sebagai refleksi dari kondisi kehidupan keagamaan pada saat itu yang berupa berkembangnya taqlid, bid’ah, khurafat dan fitnah.
Ulama salaf adalah ulama yang hidup pada abad ketiga pertama yaitu para sahabat, pengikut sahabat (tabi’in), dan pengikut tabi’in secara baik. 12 Syekh Said Abd Azhim, op. cit. h. 40. 13 Ibid, h. 41. 11
22 | Jurnal Fakultas Ushuludin Dan Dakwah IAIN Ambon
14
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya
Pandangan Tasawuf Ibnu Taimiyah dalam Kitab Al-Tuhfah Al-Irāqiyyah Fi Al-A’māl Al-Qalbiyyah
F. Pandangan Ibn Taimiyah tentang Ajaran Tasawuf
dalam
Kitab
al-Tuhfah
al-
bertaubat. Dua kelompok ini masuk dalam golongan awliyā’ Allah (wali-wali Allah). Firman
Irāqiyyah fi al-A’māl al-qalbiyyah
Allah SWT. dalam Q.S. Yunus/10: 62:
Kitab al-Tuhfah al-irāqiyyah fi al-A’māl al-
ََ َ َ َ َ َ َ َ
qalbiyyah,
yang
menjadi
sumber
utama
penelitian ini dan telah ditahqīq oleh Abu
َ .َ
Hazifah Ibrahim bin Muhammad. Dalam kitab ini
“Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak
ia membagi amalan-amalan manusia kepada:
ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
1. Al-a’māl al-abdān (amalan-amalan badan)
(pula) mereka bersedih hati”.16
Amalan-amalan badan terbagi tiga:
Ibnu
dddddd a. Al-ẓālim
li
nafsih
(menganiaya
diri
sendiri). Orang yang menganiaya diri sendiri adalah orang yang melakukan perbuatan
keji
dan
mungkar
yaitu
mengerjakan hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. dan mengabaikan perintahperintah-Nya. Perbuatan ini termasuk dosa. b. Al-muqtaṣid
(oriented),
maksudnya
adalah orang yang punya tujuan hidup, yaitu
yang
badannya
tercapai
amalan-amalan
dengan
mengerjakan
kewajiban-kewajiban Allah SWT. dan meninggalkan yang diharamkan. c. Al-sābiq bi al-khairāt (berlomba-lomba dalam kebaikan), adalah orang yang senantiasa mengerjakan yang wajib dan yang
mustahab
(dianjurkan)
dan
meninggalkan yang haram dan yang makruh (samar-samar).15 Dua kelompok terakhir yaitu al-muqtasid
Taimiyah
secara
spesifik
memasukkan orang mu’min dan orang yang bertakwa
kedalam
golongan
al-muqtasid.
Sementara al-sbiq bi al-khairat menurut Ibnu Taimiyah adalah golongan yang lebih tinggi derajatnya yaitu para nabi dan orang-orang alshiddiqīn. Orang-orang al-siddiqīn ini banyak dijumpai pada para wali Allah.17 Menurut Ibnu Taimiyah bahwa sebelum masuk
dalam
amalan-amalan
batin
maka
amalan-amalan badan ini harus dibersihkan, termasuk di dalamnya menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan bid’ah dan mengikuti hawa nafsu. 2. Al-a’māl al-bātinah (amalan-amalan batin) Dalam
kitab
ini
Ibnu
Taimiyah
mengawali dengan pembahasan singkat tentang kekuatan (peran) hati dalam kehidupan manusia yang ia sebut dengan ahwal dan maqamat. Ahwal dan maqamat adalah sebahagian dari dasar kepercayaan dan rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.
Termasuk
di
dalamnya
adalah
dan al-sābiq bi al-khairāt juga tidak pernah luput
tawakkal, ikhlas, syukur, sabar (menerima takdir
dari dosa dan hal ini adalah suatu hal yang wajar
Allah), takut (kepada Allah), raja (berharap
sebagai manusia. Itulah sebabnya Allah SWT.
kepada Allah).
memberikan peluang kepada manusia untuk 16 Departemen 15 Lihat
A’māl al-Qulūb, h. 7-8.
17 A’māl
Agama Ri, al-Qur’an dan Terjemahnya al-Qulūb, op. cit. h. 8.
Jurnal Fakultas Ushuludin Dan Dakwah IAIN Ambon | 23
Hj. Duriana
Ahwal dan maqamat adalah istilah sufi
a.
al-Taubah
yang telah lama dikenal dan begitu populer pada
Inilah maqam pertama para penempuh
saat itu karena itulah Ibnu Taimiyah begitu
jalan menuju Allah menurut jumhur kaum sufi.19
akrab
Itulah sebabnya, dalam al-Tuhfah al-‘Iraqiyyah,
dengan
istilah
itu
dengan
sering
mengulang-ulang dalam risalah ini.
Ibnu Taimiyah mengawalinya dengan ulasan
Menurut Ibnu Taimiyah al-maqamat walahwal, meliputi: al-mahabbah tawakkal, ikhlas, raja,
khauf
dan
menjelaskannya
syukur.
secara
Kemudian
rinci
Ibnu Taimiyah mengkritik pandangan sebagian sufi yang menganggap bahwa ahwal dan maqāmāt hanyalah milik kalangan khas, dan tidak bisa menjadi milik kalangan yang mereka awam.
Baginya,
semua
ahwal
dan
māqamāt karena ia merupakan ilmu dan amal batiniyah yang menjadi dasar utama dalam menjalankan
agama,
maka
ia
seharusnya
menjadi kewajiban setiap muslim, tanpa sekatsekat awam dan khas. Terkait
dengan
itu,
ia
menyatakan:
“Amalan-amalan batin berupa cinta (mahabbah) pada Allah, tawakkal pada-Nya, ikhlas, ridha, semuanya adalah perkara yang diperintahkan kepada kaum awam dan khas. Pengabaian terhadapnya oleh satu dari dua pihak itu bukanlah
hal
terpuji,
setinggi
apapun
maqamnya.”18 Beberapa maqam yang dijelaskan Ibnu Taimiyah dalam karya al-Tuhfah al-Iraqiyah atau al-A’mal al-Qulub antara lain:
24 | Jurnal Fakultas Ushuludin Dan Dakwah IAIN Ambon
menegaskan
bahwa
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”. Taubat menurut Ibnu Taimiyah adalah sebuah kewajiban sekaligus kebutuhan hamba setiap waktu. “Dan bahwa seorang hamba itu senantiasa berbolak-balik dalam nikmat-nikmat Allah, maka ia selalu membutuhkan taubat dan istighfar. Itulah sebabnya, penghulu anak cucu Adam dan imam kaum bertakwa (Muhammad) SAW. selalu beristighfar di setiap waktu dan kondisi.” Di dalam al-Qur’an, setiap kali Allah SWT. smenyebutkan dosa dan maksiat, maka ia akan selalu disertai dengan penyebutan taubat dan istighfar. Karena itu, pembukaan pintu taubat yang luas itu juga menunjukkan luasnya pintu rahmat Allah bagi alam semesta. Ibnu taubat
Taimiyah
berdasarkan
kemudian
hukum
dan
membagi tingkatan
pelakunya. Pertama, taubat wajib, yaitu taubat dari meninggalkan perintah dan mengerjakan larangan Allah. Taubat jenis ini adalah kewajiban semua
18Lihat al-Tuhfah al-‘Iraqiyyah, h. 16. Ibnu Taimiyah juga mengkritik dampak pembagian ahwal dan maqamat menjadi “untuk awam dan khas” yang menyebabkan munculnya sebagian kalangan sufi yang menjelaskan ahwal dan maqamat itu dengan istilah-istilah yang rumit dan membingungkan. Bahkan terkesan kerumitan dan ketidakjelasan itu menjadi hal yang disengaja untuk menunjukkan ketinggian maqam sang sufi.
Ia
…
sebagaimana
Al-Maqāmāt
taubat.
sebagaimana dalam Q.S al-Baqarah/2: 222.
ia
lazimnya kitab-kitab para sufi:
sebut
tentang
mukallaf,
sebagaimana
yang
diperintahkan Allah dan Rasul-Nya dalam alQur’an dan al-sunnah. 19Abu al-Qasim al-Qusyairy, Al-Risalah alQusyairiyah: Tahqiq: DR. ‘Abdul Halim Mahmud, ( Cet. I; Dar al-Ta’lif, ma, 1385 H/ 1966 M.), h. 77.
Pandangan Tasawuf Ibnu Taimiyah dalam Kitab Al-Tuhfah Al-Irāqiyyah Fi Al-A’māl Al-Qalbiyyah
Allah berfirman dalam Q.S. Al-Nur/31: 31
hanya mengaitkan maqam tawakkal ini dengan urusan dunia. Atau dengan kata lain, tawakkal
ََ َ َ َ َ َ ...
menurut mereka adalah menundukkan diri
َ .َ “…Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”.
untuk tidak bernafsu dalam mencari dunia dengan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah. Sementara
Ibnu
Taimiyah
sendiri
lebih
menekankan jenis tawakkal yang pertama, dan bahkan menganggapnya lebih besar dari yang kedua. Karena itu, manusia yang mutawakkil
Kedua, taubat mustahabbah, yaitu taubat dari
meninggalkan
yang
sunnah
(bertawakkal) menurutnya adalah:
dan
mengerjakan yang makruh. Adapun taubat ditinjau dari sisi tingkatan pelakunya, Ibnu Taimiyah membaginya menjadi 3 tingkatan. Pertama, al-abrar al- muqtashidun, yaitu mereka yang mencukupkan diri dengan
َفإنَاملتوكلَيتوكلَعلىَهللاَِفَصًلحَقلبوَودينوَوحفظ َلسانو َوإرادتو َىذااىم َاْلمور َاليو َوهلاذا َيناجي َربو َِف َكل ََ:َكماَِفَقولوَتعاَل.ََََ:صًلةَبقولو َ
melakukan jenis taubat yang pertama; taubat yang hukumnya wajib. Kedua, al-sabiqun almuqarrabun, yaitu mereka yang selalu berusaha melakukan kedua jenis taubat di atas; taubat yang wajib dan
mustahabbah.
zhalimun,
orang-orang
yaitu
Ketiga, alyang
tidak
melakukan satu pun dari kedua jenis taubat tersebut. b.
Tawakkal
.ََ
“(Yang) bertawakkal pada Allah untuk kebaikan dan kesalehan hati dan agamanya, serta penjagaan lisannya. Inilah yang terpenting baginya. Oleh sebab itu ia selalu bermunajat kepada Rabb-nya di setiap salat: Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta tolong. (QS. Al-Fatihah:5), dan firman Allah Ta’ala: Maka sembahlah Ia dan bertawakkallah pada-Nya (QS.Hud:123).
Tawakkal adalah salah satu amal batin
Hal lain yang juga ditegaskan Ibnu
yang menghubungkan hamba dengan cinta Allah
Taimiyah dalam membahas maqam ini adalah
serta mengantarkannya sampai kepada puncak
bahwa ketawakkalan seorang hamba pada Allah
keikhlasan. Dan maqam ini merupakan maqam
sama sekali tidak menjadi penghalang atau tidak
yang menjadi kewajiban kalangan awam dan
menjadi alasan untuk tidak bekerja keras. Dalam
khas secara umum.
hal ini, ia mengkritik sebagian sufi yang
Ketika menjelaskan maqam tawakkal, setelah menyimpulkan konsep tawakkal yang
menganggap bahwa setelah bertawakkal, sang hamba tidak perlu lagi mengerahkan usahanya
umum dipahami oleh para sufi, Ibnu Taimiyah
untuk meraih apa yang ia inginkan. Kesalahan
membagi tawakkal menjadi dua: (1) tawakkal
pandangan
dalam urusan dien, dan (2) tawakkal dalam urusan dunia. Menurutnya, umumnya para sufi
ini
menurut
Ibnu
Taimiyah
disebabkan karena mereka memandang bahwa jika semua perkara telah ditakdirkan, maka
Jurnal Fakultas Ushuludin Dan Dakwah IAIN Ambon | 25
Hj. Duriana
dalam
proses
terjadinya
kemudian
sangat
yang dapat menguatkan seseorang di jalan
mustahil adanya campur tangan manusia di sana.
ketaatan pada Allah, maka meninggalkannya
Menurut Ibnu Taimiyah bahwa masalah ibadah
bukanlah kezuhudan. Sebaliknya apapun yang
dan tawakkal tidak boleh dipisahkan dalam
tidak berguna untuk negeri akhirat, maka
beberapa hal-hal tertentu karena keduanya
meninggalkannya adalah kezuhudan.
menjadi satu padu dalam ajaran agama berkaitan dengan hubungan antara Tuhan dan hambanya.
Ibnu Taimiyah juga menegaskan bahwa kezuhudan tidaklah identik dengan kemalasan,
Ibadah yang dilakukan tidak lain agar
kelemahan, ketidakberdayaan, dan hilangnya
memperoleh mahabbah (kecintaan) dan Ridha
peran serta sang hamba dalam kehidupan.
Allah. Adapun sarana ibadah tidak lain adalah
Kezuhudan
tawakkal dan memohon pertolongan Allah SWT
kemiskinan. Kezuhudan adalah ketika dunia
(al-isti’anah) dengan memanjatkan doa kepada-
tidak menguasai hati meski ia ada dalam
Nya. Allah SWT senantiasa senang dan menolong
genggaman.
hambanya yang senantiasa memohon ridha dan
menjadi manusia zuhud jika ia tidak tertawan
mahabbahnya. Oleh karena itu menyembah Allah
oleh hartanya. Sebaliknya, seorang miskin tidak
SWT dengan penuh keridhaan dan mahabbah
dapat disebut zahid jika hasrat pada dunia terus-
pada-Nya pada hakikatnya adalah kembali
menerus membakar jiwanya.
kepada
diri
penyembah
(al-‘abdu).
juga
tidak
Seorang
identik
milyuner
pun
dengan
dapat
Dan
menurutnya tawakkal seperti inilah yang masuk dalam kategori maqām. Sebab tawakkal dalam
d.
Ikhlas Ihklas adalah inti dari Islam. Yang mana
makna ini mengandung tawakkal dalam segala
Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah
urusan-urusan agama (al-umūr al—dīniyyah).
bukan kepada yang lainnya. Allah berfirman
Adapun tawakkal dalam hal urusan dunia bagi Ibnu
Taimiyah
tidak
dimasukkan
sebagai
dalam Q.S. al-Baqarah/2:131 .
kategori maqam sebagaimana yang dianut oleh al-muqarrabīnlillah (orang yang mendekatkan
“Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk
diri kepada Allah).
patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh
Dengan demikian dapat dipahami bahwa tawakkal
menurut
Ibnu
Taimiyah
adalah
penyerahan diri dengan sepenuhnya kepada Allah karena kecintaan dan keridhaan kepada-
kepada Tuhan semesta alam"”. Orang yang tidak menyerahkan diri kepada Allah maka dia termasuk orang yang
Nya.
sombong, dan orang yang menyerahkan dirinya
c. Zuhud
musyrik. Ikhlas adalah bagian dari masalah-
kepada selain Allah maka ia pun dikategorikan Dalam pandangan Ibnu Taimiyah, zuhud
masalah batin, baik yang berhubungan dengan
masyru’
segala
bidang keilmuan maupun yang berhubungan
sesuatu yang akan menyibukkan seseorang dari
dengan amalan. Misalnya yang berkaitan dengan
ketaatan pada Allah Ta’ala, dan bahwa apapun
amalan-amalan yang tidak didasari dengan
yang
adalah
meninggalkan
26 | Jurnal Fakultas Ushuludin Dan Dakwah IAIN Ambon
Pandangan Tasawuf Ibnu Taimiyah dalam Kitab Al-Tuhfah Al-Irāqiyyah Fi Al-A’māl Al-Qalbiyyah
keikhlasan
maka
amalan-amalan
tersebut
tidaklah bermanfaat, hadis yang diriwayatkan
kesabaran itulah yang akan menolongmu untuk melakukannya dengan sebaik mungkin”.
oleh Ahmad di dalam musnadnya:
Ridha adalah bagian dari amalan-amalan
َ اإلسًلمَعًلَنيةَواإلميانَِفَالقلب “Ajaran-ajaran agama Islam itu realistis, dan Nampak sedangkan ajaran-ajaran keimanan itu non-realistis, dan itu hanya ada di dalam hati”. Dalam hadis yang lain hadis muttafakun
hati (batin) dan pengaplikasian nya terdapat pada pujian-pujian terhadap Allah SWT. dalam berbagai hal (keadaan), sebab ridha itu adalah kerelaan hamba atas ketentuan-ketentuan Allah SWT. yang sudah ditakdirkan kepadanya. Demikianlah sifat ridha sebagai ciri yang harus ditempuh bagi orang yang mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam hadis yang lain
alaih dari Nu’man bin basyir disebutkan:
disebutkan:
َاحلًللَبنيَوَاحلرامَبنيَوَبنيَذالكَامورَمشتبحاتَْل
“Alllah telah memutuskan segala sesuatu dengan
َ .َ.َ.ََيعلمهنَكثرياَمنَالناس “Halal itu sudah jelas dan haram itupun juga sudah jelas, adapun diantara keduanya terdapat masalah-masalah yang syubhat (Samar-samar) yang sangat sedikit diketahui oleh sebagian manusia…”
keputusan-keputusan-Nya,
maka
ia
pantas
mendpatkan ridha-Nya. Dan barang siapa yang enggan atas keputusan-Nya, maka ia pantas mendpatkan murka dari-Nya”. Demikianlah
beberapa
diantara
al-
maqāmāt yang disinggung oleh Ibnu Taimiyah
e. Sabar Sepantasnya
setiap manusia
apabila
ditimpa musibah maka dia harus bersabar. Dan harus konsisten terhadap perintah-perintah Tuhan
ketentuan-Nya, barang siapa yang ridha terhadap
dalam
melaksanakan
kewajiban-
kewajiban yang dperintahkan. Karena itu sabar adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim untuk melaksanakan perintah-perintah Tuhan dan meninggalkan larangan-larangannya. f. Ridha Rasulullah SAW bersabda dan berkata kepad Ibnu Abbas’:
dalam beberapa karyanya, disamping tentu saja beberapa maqam lain yang belum sempat kami bahas pada kesempatan ini. Ahwāl Salah satu ahwāl yang dibahas oleh Ibnu Taimiyah adalah al-mahabbah (cinta). Di sini terlihat bahwa mungkin penempatan ini tidak sama dengan pandangan sebagian sufi yang menempatkan al-mahabbah sebagai maqām. Ini tentu dapat dimaklumi, sebab meskipun para sufi dapat dikatakan sepakat atas perbedaan
Jika kamu mampu untuk beramal kepada
maqām dan hāl bahwa maqam adalah sesuatu
Allah dengan penuh keridhaan dan keyakinan
yang diusahakan oleh seorang hamba, sedangkan
maka lakukanlah, dan jika kamu tidak mampu
hāl adalah anugrah dari Allah dan bersifat
untuk melakukannya maka ketahuilah bahwa
sementara atau tidak tetap, namun dalam
Jurnal Fakultas Ushuludin Dan Dakwah IAIN Ambon | 27
Hj. Duriana
menyimpulkan apakah sesuatu itu termasuk almaqāmāt atau al-ahwāl sangat bergantung pada hasil ijtihad masing-masing sufi.
G. Penutup a.
tidak terlepas dari metode pemikiran yang
Al-Mahabbah menurut Ibnu Taimiyah adalah sebuah
kecenderungan
hati
tanpa
telah diyakininya sebagai metode yang
beban
paling
(paksaan) pada Allah dan pada apa yang ada di
dan benci karena Allah. Jika
penghambaan
menyatukan
dua
unsur
kepada yaitu
cinta
Allah yang
sempurna dan ketundukan yang sempurna padaNya, maka penghambaan dan penyerahan diri seperti ini akan menganugrahkan kemerdekaan bagi jiwa manusia dalam menghadapi siapa pun selain Allah. Sehingga semakin bertambah kecintaan pada Allah dalam hati, maka semakin bertambah pula penghambaan pada-Nya. Dan semakin bertambah penghambaan manusia pada-Nya, akan semakin merdekalah ia dari selain-Nya. Jika hal tersebut bisa dicapai oleh manusia, inilah kebahagiaan manusia mencapai titik tertingginya. Yaitu ketika manusia hanya
bersandar
sepenuh-penuhnya
hanya
kepada Allah dan terbebas dari ikatan pada sesama makhluq. Ibnu Taimiyah mengatakan: “Maka
hati
tidak
akan
baik,
beruntung,
itu
adalah al-Sunnah
akidah maupun masalah-masalah furu’iyyah
oleh para salaf shaleh, imam-imam hadis dan
setiap amalan keagamaan, inti iman adalah cinta
metode
sebagai dasar dalam masalah pokok-pokok
dalam al-Qur’an dan al-Sunnah serta disepakati
bahwa al-mahabbah adalah landasan dasar
benar
menempatkan al-Qur’an dan
sisi-Nya. Al-Mahabbah inilah yang ditetapkan
mutasawwuf. Ibnu Taimiyah juga memandang
Pandangan Ibnu Taimiyah tentang tasawuf
(cabang). b.
Ibnu Taimiyah menawarkan satu konsep sufi yang berdasarkan kepada Al-Quran dan Sunnah. Baginya, gerakan sufisme yang saat itu berkembang sudah harus dikembalikan kepada yang standar dan
mainstream
(berdasar al-Quran & Sunnah), karena memang
obsesi
keislamannya
sebagai
pengikut aliran salaf adalah kembali kepada al-Qur’an dan sunnah. Hal ini tergambar pada konsep tasawufnya yang senantiasa dibarengi
dengan
maupun
Hadis
dalil-dalil
al-Qur’an
Rasulullah
SAW.
sebagaimana yang terdapat dalam karyanya kitab al-Tuhfah al-Irāqiyyah fi al-A’māl alQalbiyyah DAFTAR PUSTAKA Asmuni,Yusran. 1998. Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Islam, Cet. II; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
merasakan kelezatan, bergembiraan, merasakan
Departemen Agama Terjemahnya.
kebaikan
http://almakmun.com/?p=85 (5 Agustus 2013).
dan
keteguhan,
serta
meraih
ketenangan kecuali dengan menghamba pada Rab, mencintai dan kembali pada-Nya”.
28 | Jurnal Fakultas Ushuludin Dan Dakwah IAIN Ambon
RI,
al-Qur’an
dan
Ibnu Katsir. 1966. Al-Bidayah wa al-Nihayah, Jilid 13. Cet. I; Beirut Maktabah al-Ma’arif.
Pandangan Tasawuf Ibnu Taimiyah dalam Kitab Al-Tuhfah Al-Irāqiyyah Fi Al-A’māl Al-Qalbiyyah
Ibnu Taimiyah. 1389 H/1969 M. Jamī’ al-Rasā’il: Tahqīq: Dr. Muhammad Rasyad Salim, Mathba’ah al-Madan.
al-Qusyairy, Abu al-Qasim. 1385 H/ 1966 M. AlRisalah al-Qusyairiyah: Tahqiq: Dr. ‘Abdul Halim Mahmud, Cet. I; Dār al-Ta’lif.
______.
Michel S.J,Thomas. 1982. dalam Mulyanto Sumardi, Penelitian Agama Masalah dan Pemikiran. Cet. I; Jakarta: Sinar Harapan.
Said Abdul “azhim. 2005. Ibn Taymiyah, al-Tajdīd al-Salafī wa Da’wati al-Iṣlāhiyyah. Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Faisal Saleh dan Khoirul Amru Harahap dengan judul Ibn Taymiyah, Pembaharuan Salafi dan Dakwah Reformasi, Cet. I; Jakarta: Pustaka alKautsar.
Nasution, Harun. 1995. Falsafah dan Mistisisme dalam Islam . Cet. IX; Jakarta: PT. Bulan Bintang.
Simuh. 1997. Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam. Cet. II; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
1997. Majmū' al-Fatāwā,Kitab Tasawwuf, Jilid XI. t.tp.: Mahfuzat.
al-
______. 1997. Majmū’ al-Fatāwā Kitāb ‘Ilmu alSulūk , jilid X. t.tp.: Mahfuzat.
Jurnal Fakultas Ushuludin Dan Dakwah IAIN Ambon | 29