SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017
MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN
GEOGRAFI
BAB IX
INTERAKSI DESA-KOTA
Drs. Daryono, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017
BAB IX INTERAKSI DESA-KOTA Kompetensi Inti
: Menunjukkan manfaat mata pelajaran geografi
Kompetensi Dasar
: 1. Menganalisis pola persebaran dan interaksi spasial antara desa dan kota untuk pengembangan ekonomi daerah. 2. Menganalisis pola persebaran dan interaksi spasial antara desa dan kota
A. Desa 1. Pengertian desa Secara yuridis, sebagaimana yang termuat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada pasal 1 ayat 1, disebutkan bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sementara itu, menurut Bintarto (1984), ditinjau dari segi geografi, desa adalah merupakan suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan ini adalah suatu ujud atau kenampakan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi, politik dan kultural yang saling berinteraksi antar unsur tersebut dan juga dalam hubungannya dengan daerah-daerah lain. Beberapa pengertian lain mengenai desa sebagaimana dikutip dalam Wikipedia (https://id.wikipedia.org/wiki/Desa) antara lain sebagai berikut. Bambang Utoyo Desa merupakan tempat sebagian besar penduduk yang bermata pencarian di bidang pertanian dan menghasilkan bahan makanan Sutarjo Kartohadikusumo
1
Desa merupakan kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri merupakan pemerintahan terendah di bawah camat William Ogburn dan MF Nimkoff Desa adalah kesatuan organisasi kehidupan sosial di dalam daerah terbatas. S.D. Misra Desa adalah suatu kumpulan tempat tinggal dan kumpulan daerah pertanian dengan batas-batas tertentu yang luasnya antara 50 – 1.000 are. Paul H Landis Desa adalah suatu wilayah yang jumlah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan cirri-ciri sebagai berikut : 1) Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antra ribuan jiwa 2) Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukuaan terhadap kebiasaan 3) Cara berusaha (ekonomi) aalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam sekitar seperti iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan. Di Indonesia, pembentukan desa baru diatur dalam dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, yaitu pada pasal 8, ayat 3 disebutkan bahwa pembentukan desa baru di luar desa yang telah ada diperlukan syarat-syarat sebagai berikut. (1) Harus memenuhi syarat: a. batas usia Desa induk paling sedikit 5 (lima) tahun terhitung sejak pembentukan; b. jumlah penduduk, yaitu: 1) wilayah Jawa paling sedikit 6.000 (enam ribu) jiwa atau 1.200 (seribu dua ratus) kepala keluarga; 2) wilayah Bali paling sedikit 5.000 (lima ribu) jiwa atau 1.000 (seribu) kepala keluarga; 3) wilayah Sumatera paling sedikit 4.000 (empat ribu) jiwa atau 800 (delapan ratus) kepala keluarga; 4) wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara paling sedikit 3.000 (tiga ribu) jiwa atau 600 (enam ratus) kepala keluarga; 5) wilayah Nusa Tenggara Barat paling sedikit 2.500 (dua ribu lima ratus) jiwa atau 500 (lima ratus) kepala keluarga; 2
6) wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Kalimantan Selatan paling sedikit 2.000 (dua ribu) jiwa atau 400 (empat ratus) kepala keluarga; 7) wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Utara paling sedikit 1.500 (seribu lima ratus) jiwa atau 300 (tiga ratus) kepala keluarga; 8) wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Maluku Utara paling sedikit 1.000 (seribu) jiwa atau 200 (dua ratus) kepala keluarga; dan 9) wilayah Papua dan Papua Barat paling sedikit 500 (lima ratus) jiwa atau 100 (seratus) kepala keluarga.
2. Unsur-unsur dan Potensi desa Menurut Bintarto (1977), desa terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut. 1) Daerah, dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak, beserta penggunaannya, termasuk juga unsur lokasi, luas dan batas yang merupakan lingkungan geografi setempat. 2) Penduduk, dalam hal ini meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, persebaran dan mata pencaharian penduduk desa setempat. 3) Tata kehidupan, yaitu meliputi tata pergaulan dan dan ikatan-ikatan pergaulan warga desa Unsur-unsur desa tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu karakteristik desa dalam berbagai aspek sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur tersebut. Kemajuan suatu desa akan ditentukan oleh potensi yang dimiliki. Potensi desa dapat dibedakanmenjadi dua, yaitu potensi fisik dan potensi sumberdaya manusia. Potensi fisik antara lain meliputi letak, tanah, batuan, iklim air, luas, keadaan relief, dan lainlain. Sedangkan potensi sumberdaya manusia antara lain meliputi jumlah penduduk, kepadatan penduduk, persebaran penduduk, dan kualitas penduduk. Faktor fisik identik dengan sumberdaya alam. Kemajuan suatu desa sangat ditentukan ada tidaknya potensi sumber daya alam di di desa tersebut dan kemampuan penduduknya untuk menggali/memanfaatkan potensi yang dimilikinya. 3
Desa yang miskin akan sumberdaya alam dan kualitas penduduknya rendah, sulit diharapkan desa tersebut memperoleh kemajuan. Desa yang kaya potensi suberdaya alam tetapi penduduknya tidak mampu memanfaatkan potensi tersebut, maka potensi tersebut tidak akan memberi sumbangan apapun bagi kemajuan desa. Sebagai contoh, keberadaan air terjun di suatu desa tidak akan memberi manfaat bagi penduduknya jika mereka tidak menguasai iptek untuk mendaya gunakan potensi tersebut. Sebaliknya bagi desa yang penguasaan iptek penduduknya telah maju, keberadaan air terjun tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga air yang dapat memicu perkembangan berbagai aspekkehidupan di desa tersebut. Sebuah desa yang terletak di tepi jalan raya hanya akan memperoleh dampak yang berupa kebisingan dan polusi udara jika penduduknya tidak mampu memanfaatkan
potensi
tersebut.
Sebaliknya
jika
penduduknya
mampu
memanfaatkan potensi tersebut misalnya dengan memanfaatkannya dengan membuka usaha rumah makan, memasarkan hasil kerajinan, memasarkan hasil bumi, dan lain-lain, maka hal itu akan sangat mendukung kemajuan suatu desa.
3. Klasifikasi desa Menurut perkembangannya, desa dapat diklasifikasikan sebagai berikut. a) Desa tradisional, adalah desa yang kehidupan penduduknya masih sangat tergantung kepada lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan mereka masih sangat dikontrololeh keadaan alam. Sebagai contoh adalah desa-desa yang dihuni oleh suku-suku terasing. b) Desa Swadaya, adalah desa yang memilikiiri-ciri sebagai berikut. - Penduduk masih jarang. - Masih terikat adat istiadat - Mata pencaharian homogen yang bersifat agraris. - Kegiatan ekonomi masih terbatas untuk memenuhi kebutuhan sendiri. - Produktivitas masih rendah. - Bersifat tertutup. - Teknologi masih rendah. - Sarana dan prasarana sangat kurang. 4
- Hubungan antarmanusia sangat erat. - Pengawasan sosial dilakukan oleh keluarga. - Lembaga kemasyarakatanyang ada masih sederhana c) Desa Swakarya, adalah desa yang tingkat perkembangannya lebih maju, merupakan desa transisi dari desa swadaya menuju desa swasembada. Ciricirinya adalah sebagai berikut. - Kebiasaan atau adat istiadat sudah mengalami perubahan. - Sudah mulai menpergunakan alat-alat dan teknologi. - Mata pencaharian penduduk sudah mulai bervariasi. - Lapangan kerja bertambah dan produktivitas penduduk semakin meningkat. - Komunikasi dengan dunia luar sudah terbuka dan tidak terisolasi lagi dari pusat perekonomian. - Lembaga kemasyarakatan telah berkembang dan mulai tumbuh kesadaran dari warganya untukmmembangun desanya - Jalur lalu lintas antara desa dan kota sudah agak lancar. d) Desa Swasembada, adalah desa yang masyarakatnya telah maju, karena telah mampu memanfaatkan potensi sumber daya alam yang dimilikinya. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut. - Kebanyakan berlokasi di ibukota kecamatan, ibukota kabupaten, dan di sekitar ibukota propinsi . - Tidak lagi terikat oleh adat istiadat - Semua kebutuhan pokok telah dapat dipenuhisendiri oleh desa - Telah menggunakan alat-alat mekasnis. - Kepadatan penduduknya tinggi - Matapencaharian penduduksudah sangat bervariasi dan tidak lagi didominasi oleh sektor pertanian. - Lembaga-lembaga sosial ekonomi, dan kebudayaan sudah sangat berkembang. - Hubungan dengan kota-kota disekitarnya berjalan lancar. - Telah memiliki sarana dan prasarana pelayanan masyarakat, antara lain kesehatan dan pendidikan yang lebih maju dari desa lain.
5
Berdasarkan mata pencaharian penduduknya, desa dapat diklasifikasikan sebagai berikut. a)
Desa agraris, adalah desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah di bidang pertanian dan perkebunan.
b)
Desa industri, adalah desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah di bidang industri kecil rumah tangga.
c)
Desa nelayan, adalah desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah di bidang perikanan dan pertambakan.
4. Pola Persebaran Desa Berdasarkan pola keruangannya, Bintarto (1977), membedakan pola persebaran desa menjadi 3 macam, yaitu sebagai berikut. a) Pola memanjang, biasanya terdapat pada desa yang terletak di sepanjang jalan, jalur sungai, dan daerah pantai. b) Pola radial atau melingkar, biasanya terdapat pada desa di daerah gunung berapi. c) Pola tersebar, biasanya terdapat pada desa yang terletak ndi daerah yang homogen tetapi kesuburannya tidak merata.
B. Kota 1. Pengertian Unsur-unsur kota sangat kompleks, karena di samping komponenkomponen fisik seperti , permukiman, kawasan perdagan, kawasan industri dan sarana prasarana yang lain, di daamnya terdapat kekuatan politik dan hkum yang mengarahkan kegiatan kota. Itulah sebabnya tidak mudah untuk merumuskan kota itu apa. Pakar ekonomi memandang kota terkait dengan fungsi-fungsi produktif. Pakar politik akan memandang kota dari kaca mata pemerintahan. Arsitek memandang kota dari aspek-aspek arsitektural, mereka menaruh perhatian pada perancangan kota. Sementara itu pakar geografi menitik beratkan pada unsur-unsur fisik kota dan lingkungan sekitarnya, antara lain mengkaji mengenai letak, bentuk, perkembangan, dan fungsi kota.
6
Menurut Bintarto (1984), dari segi geografi, kota dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial-ekonomi yang hiterogen dan coraknya yang materialistis. Atau dapat diartikan pula sebagai bentang budaya yang ditimblkan oleh usur-usur alami nonalami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersfat hiterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya.
2. Teori Perkembangan Kota Banyak teori yang berusaha untk menjelaskan struktur kota. Berikut akan disampaikan tiga teori perkembangan kota sebagaimana yang dikutip oleh Yunus (1999), yaitu Teori Konsentris dan teori Sektor dan Teori Inti Ganda sebagaimana dikutip oleh Daldjuni (1992). a. Teori Konsentris (The Consentric Theory) Teori ini dikemukakan oleh E.W. Burgess (Yunus, 1999), atas dasar tudy kasusnya mengenai morfologi kota Chicago, menurutnya sesuat kota yang besar mempunyai kecenderungan berkembang ke arah luar di semua bagianbagiannya. Masing-masing zona tumbuh sedikit demi sedikit ke arah luar. Oleh karena semua bagian-bagiannya berkembang ke segala arah, maka pola keruangan yang dihasilkan akan berbentuk seperti lingkaran yang berlapis-lapis, dengan
daerah
pusat
kegiatan
sebagai
intinya.
Secara berurutan, tata ruang kota yang ada pada suatu kota yang mengikuti suatu pola konsentris ini adalah sebagai berikut: 1) Daerah Pusat atau Kawasan Pusat Bisnis (Central Bussines District/CBD). Daerah pusat kegiatan ini sering disebut sebagai pusat kota. Dalam daerah ini terdapat bangunan-bangunan utama untuk melakukan kegiatan baik sosial, ekonomi, poitik dan budaya. Contohnya : Daerah pertokoan, perkantoran, gedung kesenian, bank dan lainnya.
2) Daerah Peralihan (Transitional Zone).
7
Daerah ini kebanyakan di huni oleh golongan penduduk kurang mampu dalam kehidupan sosial-ekonominya. Penduduk ini sebagian besar terdiri dari pendatang-pendatang yang tidak stabil (musiman), terutama ditinjau dari tempat tinggalnya. Di beberapa tempat pada daerah ini terdapat kegiatan industri ringan, sebagai perluasan dari CBD. 3) Daerah Pabrik dan Perumahan Pekerja. Daerah ini di huni oleh pekerja-pekerja pabrik yang ada di daerah ini. Kondisi perumahannya sedikit lebih buruk daripada daerah peralihan, hal ini disebabkan karena kebanyakan pekerja-pekerja yang tinggal di sini adalah dari golongan pekerja kelas rendah. 4) Daerah Perumahan yang Lebih Baik Kondisinya. Daerah ini dihuni oleh penduduk yang lebih stabil keadaannya dibanding dengan penduduk yang menghuni daerah yang disebut sebelumnya, baik ditinjau dari pemukimannya maupun dari perekonomiannya. 5) Daerah Penglaju (Commuter Zone). Daerah ini mempunyai tipe kehidupan yang dipengaruhi oleh pola hidup daerah pedesaan disekitarnya. Sebagian menunjukkan ciri-ciri kehidupan perkotaan dan sebagian yang lain menunjukkan ciri-ciri kehidupan pedesaan, Kebanyakan penduduknya mempunyai lapangan pekerjaan nonagraris dan merupakan pekerja-pekerja penglaju yang bekerja di dalam kota, sebagian penduduk yang lain adalah penduduk yang bekerja di bidang pertanian.
8
Gambar: Perkembangan kota berdasarkan Teori Konsentris (https://citybuildingcrashcourse.wordpress.com/2014/08/27/citystructure-models/) Diakses 24 Juli 2016 b. Teori Sektor Teori sektor ini dikemukakan oleh Homer Hoyt, dinyatakan bahwa perkembanganperkembangan baru yang terjadi di dalam suatu kota, berangsur-angsur menghasilkan kembali karakter yang dipunyai oleh sektor-sektor yang sama terlebih dahulu. Alasan ini terutama didasarkan pada adanya kenyataan bahwa di dalam kota-kota yang besar terdapat variasi sewa tanah atau sewa rumah yang besar. Belum tentu sesuatu tempat yang mempunyai jarak yang sama terhadap CBD akan mempunyai nilai sewa tanah atau rumah yang sama, atau belum tentu semakin jauh letak atau tempat terhadap CBD akan mempunyai nilai sewa yang semakin rendah. Kadang-kadang daerah tertentu dan bahkan sering terjadi bahwa daerah-daerah tertentu yang letaknya lebih dekat dengan CBD mempunyai nilai sewa tanah atau rumah yang lebih rendah daripada daerah yang lebih jauh dari CBD. Keadaan ini sangat banyak dipengaruhi oleh factor transportasi, komunikasi dan segala aspek-aspek yang lainnya.
Gambar: Perkembangan kota Model Sektor menurut Hoyt (https://citybuildingcrashcourse.wordpress.com/2014/08/27/citystructure-models/) Diakses 24 Juli 2016
9
c. Teori Inti Ganda Teori ini dikemukakan oleh Harris dan Ullman. Harris dan Ullman berpendapat bahwa meskipun pola konsentris dan sektoral itu ada, akan tetapi dalam kenyataannya sifatnya lebih rumit lagi. Menurut mereka pertumbuhan kota ulai dari intinya dirumitkan lagi oleh adanya beberapa pusat tambahan yang masingmasing juga berfungsi sebagai kutub pertumbuhan dalam proses perkembangan kota. Di sekeliling suatu inti, tata guna lahan yang saling bertalian, muncullah sekelompok tata guna lahan yang menciptakan suatu struktur perkotaan yang memiliki sel-sel pertumbuhan lengkap.
Gambar: Perkembangan Kota model inti-ganda dari Harris - Ullman (http://www.markedbyteachers.com/as-and-a-level/geography/land-usepattern.html) Diakses 24 Juli 2016 Untuk lebih mendalami materi tentang teori-teori perkembangan kota Anda dapat membaca buku yang ditulis oleh Hadi Sabari Yunus tahun 1999 yang berjudul Struktur Tata Ruang Kota yang diterbitkan Pustaka Pelajar Yogyakarta
10
C. Interaksi Antar Wilayah Interaksi merupakan hubungan yang saling berpengaruh antara dua wilayah atau lebih yangdapat menimbulkan fenomena baru. Faktor yang mempengaruhi interaksi antar wilayah antara lain ketersediaan dan keadaan sarana transportasi dan prasarana, jarak antar wilayah, ada tidaknya kendala baik fisik, sosial maupun budaya, maupun politik diantara wilayah tersebut. Terjadinya interaksi wilayah juga dipicu oleh adanya saling membutuhkan di antara dua wilayah atau lebih. 1. Interaksi antara desa dengan desa Interaksi antar desa terjadi ketika suatu desa belum bisa memenuhikebutuhannya sendiri. Interaksi bisa terjadi antara lain misalnya karena adanya perbedaan potensi yang dimilikinya. Desa-desa yang ada di pedalaman yang mata pencahariannya sebagai petani sawah, akan membutuhkan ikan yang dihasilkan oleh desa nelayan yang menghasilkan ikan. Sebaliknya desa nelayan akan berinteraksi dengan desa di pedalaman untuk memenuhi kebutuhan beras, atau hasil bumi yang lain. Kedua desa saling berinteraksi untuk memenuhi kebtuannya. 2. Interaksi antara desa dengan kota. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya interaksi desa dan kota, antara lain sebagai berikut. a. Keberadaan desa bagi kota sangat penting karena desa merupakan hinterland bagi kota. Kota memerlukan bahan pangan yang dihasilkan oleh desa sebaliknya desa juga memerlukan hasil industri yang diproduksi kota. b. Kota membutuhkan tenaga kerja dari desa untuk pembangunan berbagai sektor di kota, sebaliknya karena lapangan pekerjaan di desa sangat terbatas, desa juga memerlukan kota sebagai lapangan pekerjaan. 3. Interaksi antara kota dengan kota. Kota merupakan pusat pertumbuhan, sehingga interaksi antara kota akan berpengaruh terhadap kota yang saling berinteraksi. Untuk mengetahui pengaruh karena adanya interaksi wilayah berikut di kemukakan beberapa teoriyang berusaha untuk menjelaskan hal tersebut.
11
a. Teori Analisis Gravitasi. Teori ini berawal dari
Dimana = interaksi antara tempat i dan j = jumlah penduduk di tempat i = jumlah penduduk di tempat j = jarak antara tempat i dan tempat j
b. Teori Breaking Point
√ Dimana, = breaking point antara tempat a dan tempat b (dalam km atau mile dihitung dari tempat b) = jarak antara tempat a dan tempat b = jumlah penduduk di tempat a = jumlah penduduk di tempat b
4. Teori Gravitasi •
Kekuatan interaksi antarwilayah dapat ditentukan dengan memperhatikan jumlah penduduk pada masing-masing wilayah dan jarak mutlak antara wilayah-wilayah tersebut.
• Rumus: Pa. Pb I = k ----------( Dab)² Keterangan • IAB : Kekuatan interaksi antara A dan B • k : nilai konstanta empiris, = 1 • PA : jumlah penduduk daerah A 12
• PB : jumlah penduduk daerah B • dAB : jarak mutlak yang menghubungkan A dan B
a. Teori Titik Henti (Breaking Point Theory) Teori ini berusaha memberikan suatu cara dalam memperkirakan suatu lokasi garis batas yang memisahkan wilayah perdagangan dari dua kota yang berbeda ukurannya. Juga dapat kita gunakan untuk memperkirakan penempatan lokasi industri atau pelayanan-pelayanan sosial antara dua wilayah sehingga dapat dijangkau oleh penduduk daerah-daerah tersebut Rumus: dAB DA-B = ---------------1+ √ Pb/Pa DA-B= Jarak lokasi titik henti yang diukur dari kota atau wilayah yang jumlah penduduknya lebih kecil dAB= jarak antara kota A-B PA = jumlah penduduk kota A (yang lebih kecil) PB = jumlah penduduk kota B (yang lebih besar)
Untuk lebih mendalami materi mengenai teori-teori yang menjelaskan interaksi antar wilayah, silahkan saudara membaca buku yang ditulis oleh
R. Bintarto dan
Surastopo Hadisumarno yang berjudul Metode Analisa Geografi yang diterbitkan tahun 1979 oleh LP3ES Jakarta.
13