SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017
MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN
KESEHATAN HEWAN
BAB III MENDIAGNOSIS, MENCEGAH DAN MENGOBATI PENYAKIT TIDAK MENULAR
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017
BAB III MENDIAGNOSIS, MENCEGAH DAN MENGOBATI PENYAKIT TIDAK MENULAR
Kompetensi Utama
: Profesional
Kompetensi Inti Guru : Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran kesehatan hewan Kompetensi Dasar
: MENDIAGNOSIS, MENCEGAH DAN MENGOBATI PENYAKIT TIDAK
MENULAR
3.1 Pendahuluan Penyakit pada ternak dibagi menjadi dua yaitu penyakit tidak menular dan Penyakit menular. Pada Bab ini kita akan mempelajari tentang penyakit tdak menular. Penyakit tidak menular dapat dikatagorikan penyakit tidak menular yang terinfeksi dan penyakit tidak menular karena gangguan metabolisme. Berbagai macam penyakit yang tidak menular antara laian: 3.2. Penyakit yang tidak menular karena infeksi Penyakit karena infeksi disebabkan oleh mikroorgansme yang menginvasi dan multifikasi dan menimbulkan gejala. Macam-macam penyakit yang tidak menular karena ifeksi adalah: a) Endometritis Endometritis adalah peradangan yang terjadi pada endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding rahim, yang terjadi akibat infeksi. Terdapat berbagai tipe endometritis, yaitu endometritis post partum (radang dinding rahim sesudah melahirkan), endometritis sinsitial (peradangan dinding rahim akibat tumor jinak disertai sel sintitial dan trofoblas yang banyak), serta endometritis tuberkulosa (peradangan pada dinding rahim 1
endometrium dan tuba fallopi, biasanya akibat Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme non spesifik yang menjadi penyebab penyakit ini adalah Eschericia coli, Proteus vulgaris, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Basillus sp. Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa pathogen, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keeping-keping nekrotis serta cairan. Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah yang sehat terdapat lapisan yang terdiri atas leukosit-leukosit. Pada infeksi yang lebih berat, batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran
Mikroorganisme spesifik yang dapat menyebabkan endometritis yang menular sudah di bahas di bagian depan, diantaranya pada jenis penyakit brucellosis, vibriosis, trichomoniasis, dan leptospirosis. Endometritis terjadi karena proses kelahiran yang abnormal, seperti keguguran (abortus), sulit beranak (distoksi), kelahiran disi, kelahiran kembar, retensia plasenta, lesion traumatic atau luka pada uterus, cervix, vagina, dan vulva.
Pencegahan dan pengobatan Pengobatan secara langsung terhadap penyakit endometritis adalah pemberian antibiotic secara intra uterin. Antibiotik yang digunakan antara lain Penisilin dan Streptomisin, atau jenis antibiotic lain yang berspektrum luas, yaitu teramisin, tetrasiklin, aureomisin, atau neomisin. Pengobatan secara tidak langsung juga dapat dilakukan, prinsipnya untuk merangsang penyembuhan, yaitu dengan menggunakan estrogen, estradiol, atau ovalum. Yang diberikan secara intra muskuler. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kandang dan lingkungan, tatalaksana pemeliharaan yang baik, penanganan induk dengan baik, serta melakukan pencegahan penyakit kelamin menular. Apabila terjadi kemanduluan sebaiknya dicoba inseminasi Buatan adalah inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut 'insemination gun'.
2
Sejarah Perkembangan Inseminasi Buatan Inseminasi Buatan (IB) pada hewan peliharaan telah lama dilakukan sejak berabad-abad yang lampau. Seorang pangeran arab yang sedang berperang pada abad ke-14 dan dalam keadaan tersebut kuda tunggangannya sedang mengalami birahi. Kemudian dengan akar cerdinya, sang pangeran dengan menggunakan suatu tampon kapas, sang pangeran mencuri semen dalam vagina seekor kuda musuhnya yang baru saja dikawinkan dengan pejantan yang dikenal cepat larinya.Tampon tersebut kemudian dimasukan ke dalam vagina kuda betinanya sendiri yang sedang birahi. Alhasil ternyata kuda betina tersebut menjadi bunting dan lahirlah kuda baru yang dikenal tampan dan cepat larinya. Inilah kisa awal tentang IB.
Tujuan Inseminasi Buatan - Memperbaiki mutu genetika ternak; -Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya; - Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama; - Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur; - Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin. Keuntungan Inseminasi Buatan (IB) - Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan; - Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik; - Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding); - Dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat simpan dalam jangka waktu yang lama; - Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati; - Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar; - Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin. Adapun Kerugian Insenminasi Buatan adalah: - Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan IB tidak tepat maka tidak akan 3
terjadi terjadi kebuntingan; - Akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia), apabila semen beku yang digunakan berasal dari pejantan dengan breed / turunan yang besar dan diinseminasikan pada sapi betina keturunan / breed kecil; - Bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila menggunakan semen beku dari pejantan yang sama dalam jangka waktu yang lama; - Dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang jelek apabila pejantan donor tidak dipantau sifat genetiknya dengan baik (tidak melalui suatu progeny test).
Penampungan Semen - Dapat dilakukan 1-3 x /minggu - Harus terampil dalam menyiapkan alat penampung (vagina buatan) dan terampil dalam menampung semen - Evaluasi kualitas semen : gerakan massa, motilitas, LD dan konsentrasi. Hanya yang kualitas baik yang dapat diproses lebih lanjut. - Pengenceran dan pengawetan - Pengawetan : semen beku atau semen cair (chilled semen) Waktu Melakukan Inseminasi Buatan (IB) Pada waktu di Inseminasi Buatan (IB) ternak harus dalam keadaan birahi, karena pada saat itu liang leher rahim (servix) pada posisi yang terbuka. Kemungkinan terjadinya konsepsi (kebuntingan) bila diinseminasi pada periode-periode tertentu dari birahi telah dihitung oleh para ahli, perkiraannya adalah : - permulaan birahi : 44% - pertengahan birahi : 82% - akhir birahi : 75% - 6 jam sesudah birahi : 62,5% - 12 jam sesudah birahi : 32,5% - 18 jam sesudah birahi : 28% - 24 jam sesudah birahi : 12% Faktor - Faktor Penyebab Rendahnya Kebuntingan
4
Faktor - faktor yang menyebabkan rendahnya prosentase kebuntingan antara laan - Fertilitas dan kualitas mani beku yang jelek / rendah; - Inseminator kurang / tidak terampil; - Petani / peternak tidak / kurang terampil mendeteksi birahi; - Pelaporan yang terlambat dan / atau pelayanan Inseminator yang lamban; - Kemungkinan adanya gangguan reproduksi / kesehatan sapi betina. Jelaslah disini bahwa faktor yang paling penting adalah mendeteksi birahi, karena tanda-tanda birahi sering terjadi pada malam hari. Oleh karena itu petani diharapkan dapat memonitor kejadian birahi dengan baik dengan cara: - Mencatat siklus birahi semua sapi betinanya (dara dan dewasa);Petugas IB harus mensosialisasikan cara-cara mendeteksi tanda-tanda birahi. Salah satu cara yang sederhana dan murah untuk membantu petani untuk mendeteksi birahi, adalah dengan memberi cat diatas ekor, bila sapi betina minta kawin (birahi) cat akan kotor / pudar / menghilang karena gesekan akibat dinaiki oleh betina yang lain. Cara apikasi hormon untuk penyerentakkan birahi adalah sebagai berikut : - Laksanakan penyuntikan hormon pertama, pastikan bahwa :Sapi betina resipien harus dalam keadaan sehat dan tidak kurus (kaheksia); - Sapi tidak dalam keadaan bunting, bila sapi sedang bunting dan penyerentakkan birahi dilakukan maka keguguran akan terjadi. - Laksanakan penyuntikan hormon kedua dengan selang 11 hari setelah penyuntikan pertama; Birahi akan terjadi 2 sampai 4 hari setelah penyuntikan kedua. Prosedur Inseminasi Buatan adalah sebagai berikut: - Sebelum melaksanakan prosedur Inseminasi Buatan (IB) maka semen harus dicairkan (thawing) terlebih dahulu - dengan mengeluarkan semen beku dari nitrogen cair dan memasukkannya dalam air hangat atau meletakkannya - dibawah air yang mengalir. Suhu untuk thawing yang baik adalah 37oC. Jadi semen/straw tersebut dimasukkan dalam - air dengan suhu badan 37 oC, selama 7-18 detik. - Setelah dithawing, straw dikeluarkan dari air kemudian dikeringkan dengan tissue.
5
- Kemudian straw dimasukkan dalam gun, dan ujung yang mencuat dipotong dengan menggunakan gunting bersih - Setelah itu Plastic sheath dimasukkan pada gun yang sudah berisi semen beku/straw - Sapi dipersiapkan (dimasukkan) dalam kandang jepit, ekor diikat - Petugas Inseminasi Buatan (IB) memakai sarung tangan (glove) pada tangan yang akan dimasukkan ke dalam rektum - Tangan petugas Inseminasi Buatan (IB) dimasukkan ke rektum, hingga dapat menjangkau dan memegang leher rahim (servix), apabila dalam rektum banyak kotoran harus dikeluarkan lebih dahulu - Semen disuntikkan/disemprotkan pada badan uterus yaitu pada daerah yang disebut dengan 'posisi ke empat'. - Setelah semua prosedur tersebut dilaksanakan maka keluarkanlah gun dari uterus dan servix dengan perlahan-lahan.
b) Foot Rot (Pododermatitis Necrotica) penyakit ini disebut juga pododermatitis, penyebabnya adalah bakteri Sphaerophoroces necrophorus adalah penyebab penyakit baktei ini. Bakteri ini hidup di faeses dan bakteri lain akan terlibat pada infeksi sekunder dan masuk ke dalam jaringan kaki pada waktu terjadi luka. Foot rot terjadi pada sapi, domba, dan kambing yang tinggal terus–menerus di kandang yang lembab atau basah. Foot rot atau radang kuku ditandai dengan gejala-gejala : 1) Mula mula celah kuku tampak merah dan sedikit bengkak serta sekitar tumit tampak bengkak serta mengeluarkan cairan putih dan kotor, 2) Kemudian penyakit menyerang ke kulit kuku, sehingga selaput kulit kuku mengelupas , 3) Akhirnya benjol–benjol yang tampak kemerahan, terasa panas, dan sakit , 4) Penderita terlihat pincang, 4) Gejala lebih lanjut terjadi dendam, dan ternak kehilangan nafsu makan Pencegahan dan pengobatan Tempatkan penderita di dalam kandang yang kering dan bersihkan kaki yang terinfeksi, sehingga bebas dari kotoran. Luka tersebut kemudian di balut dengan pembalut dan kapas yang telah di beri obat, misalnya salep ichtyol, larutan sulfat, tembaga 5%. Jika belum sembuh dapat disuntik antibiotik spectrum luas. Pencegahaan yang penting adalah
6
menjaga lantai kandang tetap bersih dan kering. Jika memungkinkan kandang didesinfeksi sekali atau dua kali sehari. infeksi anattara lain: c) Pneumonia Penyakit ini merupakan penyakit yang menyerang paru-paru pada bagian parenkhim, sehingga menyebabkan gangguan pada fungsi sistem pernapasan. Penyakit ini menyerang hampir
setiap
hewan
yang
kadang
banyak
ditemukan
bersamaan
dengan
radang bronchus hingga terjadi bronchopneumonia. Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri biasanya akibat virus pasteurella multocida, Stretococcus sp, Mycobacterium tuberculosa. Yang disebabkan oleh virus biasanya bersifat akut. Penyakit ini sering terjadi pada sapi, khususnya sapi bali yang dikirim melalui jalur laut seperti NTT dan Sumatra ke pulau Jawa. Karena perjalanan waktu tempuh yang lama serta sapi mendapatkan cuaca yang berbeda-beda, menyebabkan sapi stress sehingga daya tahan tubuh menurun. Pada saat sapi tiba di kandang penyebab lainnya yang dapat memperparah peneumonia antaranya:Tempat yang lembab atau berdebu,Ventilasi udara yang jelek,Penempatan hewan dari berbagai umur dalam satu tempat, Jumlah hewan yang berlebihan dalam satu kandang, Hewan yang berdesak-desakan (over crowding), dan Pemasukan hewan-hewan yang tidak beraturan (besar kecil dicampur) Penyakit Pneumonia ini penyebabnya sama dengan penyebab penyakit bronchitis. Peradangan terjadi pada paru–paru baik pada jaringan parenchimnya maupun pada interstitialnya. Penyakit dapat terjadi secara akut maupun kronis. Ciri yang ditimbulkan yang ditimbulkan karena penyakit pneumonia dibedakan menjadi dua macam yaitu kejadian yang akut dan kejadian yang kronis : Pada Kejadian yang akut yang dapat dilihat antara lain: Ternak mengalami demam, kondisi badannya yang lemah, ternak tidak nafsu makan , frekuensi pulsus (denyut nadi) dan frekuensi pernapasan meningkat dan ada sekret pada hidung . Sedangkan gejala-gejala yang terjadi pada penyakit yang kronis antara lain: tidak demam, sekreta dari hidung bisa berbentuk mucous, hingga mucopurulent dan ternak mengalami sesak napas Cara Pencegahannya antara lain Ternak yang sakit diobati dengan antibiotic, atau obat sulfa. Ternak yang sakit diisolasi diistirahatkan dan dan ditempatkan di kandang yang hangat dan bersih.
7
d) Kalibasilosis Colibacillosis adalah penyakit pada hewan, terutama yang berumur muda yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli (Eco/l). persendian, mastitis, pyelonephritis, cervicitis dan metritis pada sapi serta pada babi dikenal penyakit “gut oedema” Gejala sakitnya ini dikenal dua bentuk klinis
kalibasilosis, yaitu bentuk toksemia, dan bentuk klasik. Kalibasilosis bentuk toksemia ditandai dengan 1) Suhu tubuh abnormal, 2) Pulsus lemah, 3) Kelemahan usus yang berat, 4) Penderita dapat mati dalam waktu 2–6 jam, semenjak diketahui gejala–gejala tersebut Sedangkan kalibasilosis bentuk klasik, ditandai dengan 1) Diare profus, faeses berbentuk pasta atau sangat berair, berwarna putih atau kuning, dengan bau yang sangat menusuk hidung, 2) Pada faeses kadang–kadang dijumpai adanya darah segar, 3) Nafsu makan hilang 4) Penderita mengalami dehidrasi, stress dan diakhiri dengan kematian
Cara pencegahan dan pengobatan Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat diberikan cairan faali, dan tindakan pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang dan lingkungan, serta menjaga lantai kandang tidak lembab atau basah. e.Bronchitis Bronchitis merupakan suatu peradangan pada sistem pernpasan bronchus, faktorfaktor penyebabnya anatar lain :
Faktor kimiawi : bahan kimia atau gas yang merangsang
Faktor fisik : debu, perubahan suhu udara yang mendadak
Infeksi bacterial (baik primer, ataupun sekunder)
Brochus dapat mengalami peradanngan. Peradangan bronchus dapat berjalan akut atau kronis. Peradangan bisa meluas ke bronkhiolus dan di bagian parenkim paru paru. Gejala Sakit Gejala–gejala klinis yang tampak adalah :
Batuk-batuk (waktu dingin batuk lebih sering)
Stadium akut dapat berlangsung 2–3 hari
Batuk–batuk diikuti dengan lendir banyak
Pada sakit yang sudah berat sulit dibedakan dengan pneumonia
8
Diagnosis penyakit didasarkan pada gejala klinis. Apabila perlu di lakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan kemungkinan perjlanan penyakit tertentu. Apabila ada salah satu sistem yang terganggu maka kelancaran sistem pernapasan akan terganggu. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor atau agen penyebab seperti infeksi bakteri, virus, parasit, jamur dan juga agen-agen non infeksius seprti debu, asap kendaraan, asap pabrik, rokok, dll.Dalam dunia veteriner, dewasa ini banyak penyakit yang menyerang sistem pernapasan pada hewan, terutama hewan-hewan kecil seperti anjing dan kucing. Salah satu di antaranya adalah Bronchitis yang menyerang salah satu sistem organ dari sistem pernapasan bagian bawah yaitu paru-paru tepatnya Bronchus. Broncus memiliki fungsi sebagai kaliber jalan udara pada sistem pernapasan yang membawa udara dari trachea ke paru-paru. Apabila terjadi gangguan peradangan pada bronchus maka penyakitnya disebut Bronchitis. Berdasarkan agen penyebabnya bronchitis dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu bronchitis akut dan bronchitis kronik. Bronchitis akut disebabkan oleh agen infeksius seperti virus dan bakteri, sedangkan bronchitis kronik bisa disebabkan oleh jamur, debu, dll. Pada ayam yang disebabkan oleh virus, bersifat akut dan sangat menular sehingga penyebarannya dalam kelompok ayam sangat cepat sekali, dan ditandai dengan sesak nafas pada ayam dan penurunan produksi yang tajam pada ayam petelur. Penyakit IB ini sangat merugikan. Angka kematian pada ayam muda berkisar antara 0 – 40%, kematian yang tertinggi pada ayam berumur kurang dari 6 minggu sedang derajat pertumbuhannya sangat terlambat, sehingga penyakit ini sangat merugikan peternakan ayam pedaging. Pada ayam dewasa angka kematiaanya berkisar antara 0 – 5%, dan mengakibatkan penurunan produksi telur yang sangat cepat. Penurunan produksi telur ini dapat berlangsung dalam waktu yang cukup lama, bahkan ada kalanya kelompok ayam yang bersangkutan tidak dapat kembali berproduksi setingkat dengan produksi semula.
9
Cara pencegahan dan pengobatan Penderita diberi obat batuk untuk menggertak produksi lendir (ekspektoransia). Sebagai usah pencegahan, ternak hendaknya diistirahatkan dan ditempatkan di kandang yang hangat dan bersih.
3.3 Penyakit yang tidak menular karena gangguan metabolisme a. Timpani Bloat atau tympani merupakan penyakit alat pencernaan yang disertai penimbunan gas dalam lambung akibat proses fermentasi berjalan cepat. Pembesaran rumenoretikulum oleh gas yang terbentuk, bisa dalam bentuk busa persisten yang bercampur isi rumen (kembung primer) dan gas bebas yang terpisah dari ingesta (kembung sekunder). Bloat atau kembung perut yang diderita sapi, dapat menyebabkan kematian karena struktur organ sapi yang unik. Dimana pada sapi, jantungnya terletak disebelah kanan perut, bukan dibagian dada seperti halnya manusia. Hal tersebut akhirnya menyebabkan jantung sapi terhimpit oleh angin dan asam lambung saat menderita kembung. Karena kembung yang terjadi, mendesak dan mengakibatkan perut sapi membesar kesamping. Kematian pada sapi yang menderita kembung perut, biasanya rentan terjadi karena ketidaktahuan dan salah penanganan oleh peternak. Saat sapi mengalami kelumpuhan dengan perut yang kembung, banyak peternak yang memposisikan sapi mereka telentang. Hal itu menyebabkan, jantung sapi terhimpit dengan lebih cepat. Namun penyakit kembung perut tidak membahayakan atau menular kepada binatang lain atau manusia, daging sapi yang terserang penyakit inipun masih aman untuk dikonsumsi. Kembung merupakan akibat mengkonsumsi pakan yang mudah menimbulkan gas di dalam rumen. Kondisi rumen yang terlalu penuh dan padat yang berujung menurunkan gerakan rumen dan menurunkan derajat keasaman dari rumen. Pakan hijauan yang masih muda dapat memicu timbulnya bloat, selain itu tanaman kacang-kacangan juga memicu timbulnya kembung
Cara pencegahan dan pengobatan Timpani dapat diobati dengan cara pemberian minyak tumbuh–tumbuhan (minyak nabati), misalnya minyak kedele, minyak kacang tanah dan minyak jagung dengan dosis 120–240 ml diberikan per oral. Jika pengobatan tidak memberikan hasil, maka perlu dilakukan penusukan 10
rumen dengan trokar untuk mengeluarkan gas yang ada di dalam rumen. Bagian yang runcing dari trokar ditusukkan ke arah titik tengah segitiga daerah legok lapar, yang terdapat dibagian kiri badan ternak. Obat anti kembung lainnya yang dapat diberikan antara lain cresol dengan dosis 10–30 ml, terpentin dengan dosis 30–60 ml, atau larutan formaldehid dengan dosis 30–50 ml. Obat– obat tersebut diberikan per oral. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan cara tidak memberikan pakan leguminosa melebihi dari 50% dari total pakan hijauan, ternak tidak digembalakan ketika rumput masih basah karna embun atau air hujan.
b) Milk Fever Milk Fever adalah penyakit gangguan metabolisme yang menimpa sapi-sapi betina yang akan atau sedang melahirkan ataupun dekat sesudah melahirkan. Sebagian besar penyakit ini menimpa sapisapi yang sedang berproduksi. Milk fever dapat disebut juga paresis puerpuralis, hypocalcaemia,
calving paralysis, parturient paralysis, dan parturient apoplexy. Milk fever adalah penyakit metabolisme pada hewan yang terjadi pada waktu atau segera setelah melahirkan yang manifestasinya ditandai dengan penderita mengalami depresi umum, tak dapat berdiri karena kelemahan bagian tubuh sebelah belakang dan tidak sadarkan diri. Hypocalcaemia yaitu suatu kejadian kelumpuhan yang terjadi sebelum, sewaktu atau beberapa jam sampai 72 jam setelah partus. Milk Fever adalah penyakit gangguan metabolisme yang menimpa sapi-sapi betina yang akan atau sedang melahirkan ataupun dekat sesudah melahirkan. Sebagian besar penyakit
ini menimpa sapi-sapi yang sedang berproduksi. Milk Fever merupakan
penyakit metabolisme yang paling banyak ditemukan pada sapi perah yang baru saja melahirkan dan terutama yang berproduksi tinggi. PENCEGAHAN Pencegahan terhadap kejadian milk fever sangat dipengaruhi oleh jumlah kalsium yang dapat diserap dan bukan pada unsur fosfor atau imbangan Ca:P. Pemberian kalsium hendaknya sekedar untuk memelihara fungsi faali (2.5 g/100 lb). Yang ideal jumlah Ca dalam pakan sehari adalah 20 gram saja. Banyak sapi yang mengalami milk fever oleh pemberian kalsium yang tinggi, tidak terganggu oleh pembatasan pemberian unsur tersebut. Di daerah yang cukup kandungan kalsiumnya dalam pakan sehari-hari pemberian mineral blok yang mengandung kalsium-fosfat tidak dianjurkan untuk sapi yang bunting sarat. Setelah melahirkan pemberian garam kalsium 11
harus ditingkatkan. Pemberian vitamin D2 20-30 juta IU/hari 3-8 hari pre partus mampu menurunkan kejadian milk fever. Vitamin D3 sebanyak 10 juta IU yang disuntikkan intravena sekali saja 28 hari sebelum malahirkan dapt pula menurunkan kejadian milk fever tanpa diikuti deposisi kalsium dialat-alat tubuh.
c) Gondok Penyakit gondok disebut juga dengan nama penyakit struma. Gondok terjadi kerena kurangnya iodium, hingga untuk menghasilkan tirtoksin yang cukup, kelenjar gondok mendapatkan pacuan terus menerus dengan hormone thyroxin-stimulating hormone (TSH), hingga terjadi pembesaran dari kelenjar gondok. Suplementasi iodium sebanyak 0,00076% biasanya cukup untuk mencegah gondok. Sebagai akibat kurangnya tiroksin hewan tersebut bertumbuh lambat. Gondok pada anak sapi atau pedet yang baru lahir dapat dicegah dengan jalan memberikan iodium cukup pada induk yang sedang bunting. Gondok sering terjadi pada anak sapi, anak domba yang lahir dari induk yang
kekurangan yodium. Gejala sakit Gejala–gejala sakit yang ditimbulkan karena penyakit gondok antar lain :
Badan lemah
Kulit menebal dan bulu rontok
Bengkak di daerah leher
Cara pencegahan daan pengobatan Pencegahan dilakukan dengan cara pemberian garam beryodium
e) Tetani Rumput Tetani rumput
ditandai oleh hipokalsemia beserta hipomagnesia ataupun
hipomagnesia tersendiri. Penyebabnya adalah konsumsi rumput secara berlebih, terutama rumput muda pada lahan yang terpupuk dengan baik. Hipomagnesia juga dapat menyerang sapi yang hanya diam saja dikandang dan diberi makanan dengan kadar magnesium yang rendah. Gejala grass tetany sama dengan paresis puerpuralis jika hanya terdapat hipomagnesia. Akan tetapi bila terdapat juga hipokalsemia, maka gejala yang muncul seperti 12
pada trismus, hiperestesia, tachichardia, nystagmus. Penyakit ini timbul secara lambat bila dibandingkan dengan paresis puerpurealis. Prognosa dari penyakit sapi ini umumnya baik bila segera dilakukan pengobatan, terapi bisa dilakukan dengan pemberian 750 sampai 1500ml 20 persen cairan gluconas calcius secara intra vena, dan juga subcutan. Hewan yang menderita harus segera dipindahkan dari lahan rumput tempat sapi biasa makan. Setelah dipindahkan maka sapi diberi makan campuran yang mengandung kalsium fosfat dalam ransumnya. Cara pencegahan dan pengobatan Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian suntikan magnesiunm sulfat secara subkutan. Jika pengobatan tidak terlambat kemungkinan bisa menolong ternak dari kematian. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara penambahan mineral Mg dalam ransum.
f) Indigesti Indigesti merupakan sindrom gangguan pencernaan yang berasal dari rumen atau retikulum, ditandai dengan menurun atau hilangnya gerak rumen, lemahnya tonus kedua lambung tersebut, hingga ingesta tertimbun didalamnya dan disertai pula dengan sembelit. Indigesti sederhana merupakan gangguan minor yang terjadi pada gastrointestinal ruminansia terutama pada sapi. Hal ini biasanya berhubungan dengan perubahan kualitas ataupun kuantitas pakan. Penyebab indigesti sederhana antara lain perubahan pakan tibatiba, pemberian pakan beku atau masak, pengenalan pada ransum yang mengandung urea, pemberian konsentrat setelah lama tidak diberikan, dan pengenalan sapi dengan ransum tinggi konsentrat. Selain itu, indigesti sederhana dapat disebabkan oleh sapi memakan plasenta post partus. Indigesti yang merupakan keadaan atoni rumen biasanya mengikuti perubahan pada pH rumen. Perubahan pH tersebut disebabkan oleh fermentasi yang berlebihan dari pakan yang dicerna. Akumulasi pakan yang sudah dicerna dalam jumlah yang berlebihan secara fisik dapat menggangu fungsi rumen selama 24-48 jam. Pakan yang mengandung protein tinggi atau yang mengalami pembusukan akan menghasilkan ammonia, dengan akibat derajat keasaman (pH) rumen mengalami kenaikan. Hal ini akan menyebabkan bakteri yang tidak tahan suasana 13
alkalis mengalami kematian, dan menyebabkan pencernaan secara biokimiawi tidak efisien. Ingesta tidak tercerna dengan baik dan tertimbun di dalam rumen, yang secara reflektoris mendorong agar rumen berkontraksi berlebihan. Karena kelelahan, maka akan terjadi hipotonia atonia rumen. Gejala klinis yang terlihat tergantung pada penyebab dari gangguan pencernaan tersebut. Pemberian silase yang berlebihan akan menyebabkan sapi perah mengalami anoreksia dan penurunan produksi susu. Pada saat palpasi rumen terasa penuh dan padat, motilitas rumen pada kejadian ini akan menurun. Temperatur, frekuensi jantung, dan frekuensi pernafasan tetap normal. Feses berbentuk normal namun berkurang. Persembuhan dapat terjadi secara spontan dalam waktu 24-48 jam. Sedangkan indigesti yang disebabkan oleh pemberian konsentrat yang berlebihan akan menunjukkan keadaan anoreksia dan stasis rumen. Saat palpasi rumen tidak terlalu penuh dan mungkin saja mengandung cairan yang berlebihan. Feses akan tampak lembek dengan bau yang sangat khas. Terapi yang diberikan untuk kasus indigesti yaitu dengan memberikan obat-obat parasimpatomimetik seperti carbamyl-choline (Carbachol®, Lentin®) dengan dosis 2-4 cc SC (subcutan) untuk merangsang gerak rumen. Physostigmin atau Neostigmin dengan dosis 5 mg/100 kg SC juga dapat diberikan. Secara oral preparat magnesium sulfat atau sodium sulfat dengan dosis 100-400 gr dapat diberikan dengan aman. Pemberian makanan penguat atau makanan kasar perlu dihentikan. Sebaiknya, pakan hijauan yang segar akan lebih menarik bagi penderita. Air minum harus disediakan secara berlebih (ad libitum), bila perlu dapat diberikan garam dapur. g) Icterus Icterus merupakan suatu keadaan dimana terjadi penimbunan pigmen empedu pada tubuh menyebabkan perubahan warna jaringan menjadi kuning, terutama pada jaringan tubuh yang banyak mengandung serabut elastin sperti aorta dan sklera (Maclachlan dan Cullen di dalam Carlton dan McGavin 1995). Warna kuning ini disebabkan adanya akumulasi bilirubin pada proses (hiperbilirubinemia). Adanya ikterus yang mengenai hampir seluruh organ tubuh menunjukkan terjadinya gangguan sekresi bilirubin. Berdasarkan penyebabnya, ikterus dapat dibedakan menjadi 3, yaitu: 14
Migrasi larva cacing melewati hati umum terjadi pada hewan domestik. Larva nematoda yang melewati hati dapat menyebabkan inflamasi dan hepatocellular necrosis (nekrosa sel hati). Bekas infeksi ini kemudian diganti dengan jaringan ikat fibrosa (jaringan parut) yang sering terjadi pada kapsula hati. Cacing yang telah dewasa berpindah pada duktus empedu dan menyebabkan cholangitis atau cholangiohepatitis yang akan berdampak pada penyumbatan/obstruksi duktus empedu. Contoh nematoda yang menyerang hati anjing adalah Capillaria hepatica. Cacing cestoda yang berhabitat pada sistem hepatobiliary anjing antara lain Taenia hydatigena dan Echinococcus granulosus. Cacing trematoda yang berhabitat di duktus empedu anjing meliputi Dicrocoelium dendriticum, Ophisthorcis tenuicollis, Pseudamphistomum truncatum, Methorcis conjunctus, M. albidus, Parametorchis complexus, dan lain-lain . h) Ketosis Ketosis adalah penyakit yang umum terjadi pada ternak dewasa. Ketosis dapat terjadi pada sapi perah ketika masa awal laktasi dan dicirikan oleh anoreksia dan depresi. Ketosis jarang terjadi pada masa kebuntingan akhir dan kasusnya menyerupai pregnancy toksemia pada domba. Ketosis tersebar di seluruh dunia, tetapi sering terjadi pada sapi perah dengan produksi susu tinggi. Semua sapi perah pada masa awal laktasi (6 minggu pertama) mempunyai resiko yang tinggi terhadap ketosis. Insidensi ketosis pada saat laktasi berkisar antara 5 – 16 %. Sapi dengan jaringan adiposa yang berlebihan (body condition score ≥ 3,75) pada saat beranak mempunyai resiko ketosis yang tinggi. Sapi laktasi dengan hiperketonemia (ketosis subklinis) akan meningkatkan resiko terjadinya ketosis klinis. Badan-badan keton meliputi aseton, asetoasetat, dan beta-hidroksibutirat. Ketosis adalah kelainan fisiologis yang biasanya terjadi pada sapi perah beberapa minggu post partum. Ketosis dapat dibedakan menjadi ketosis primer dan ketosis sekunder, ketosis primer adalah ketosis yang terjadi tanpa ada gejala patologis dalam tubuh sapi, sedangkan ketosis sekunder adalah ketosis yang terjadi akibat pengaruh dari keadaan patologis pada tubuh sapi tersebut
15
Sebagai pencegahan dapat dilakukan dengan cara memberi pakan konsentrat yang melebihi kebutuhan pada dua minggu terakhir masa kering dua minggu pertama mas permulaan laktasi.
h) Anemia Anemia adalah suatu keadaan darah mengalami defisiensi terhadap jumlah hemoglobin yang dibutuhkan atau defisiensi terhadap sel darah merah, atau defisiensi terhadap keduanya. Anemia terjadi karena:
Penyakit infeksi dan infestasi enoparasit dan ektoparasit penghisap darah
Kurangnya unsur–unsur yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin
Sumsum tulang tempat pembuatan sel darah merah rusak karena pengaruh penyakit dan obat–obatan
Hemoglobin adalah zat warna yang memberi warna merah darah. Hemoglobin terdapat di dalam sel darah merah. Untuk pembentukan Hb diperlukan unsur Fe (Ferrum). Sel darah merah dibentuk di dalam sumsum tulang. Sel darah selalu mengalami kerusakan dan penggantian. Apabila sel darah rusak Fe yang diperoleh dapat digunakan lagi untuk pembentukan hemoglobin. Secara tidak langsung pembentukan Hb juga membutuhkan mineral Cu. Hal ini karena diketahui bahwa kekurangan Cu akan berpengaruh terhadap penyerapan Fe, walaupun peran Cu disini belum banyak diketahui. Unsur lainnya yang berperan dalam pembentukan Hb adalah Co dan vitamin B12. Anemia ditandai dengan kulit dan selaput lendir yang pucat, kehilangan energi dan denyut jantung menjadi cepat. Jika anemia terjadi karena kekurangan unsur–unsur pembentuk Hb, maka satu–satunya cara penanganan adalah melengkapi pakan dengan mineral yang dibutuhkan. Akan tetapi jika anemia yang terjadi disebabkan adanya infeksi penyakit maka penanganannya adalah dengan cara mengobati penyakitnya.
i) Rakitis (Rachitis) Rakhitis adalah suatu keadaan kekurangan nutrisi karean ketidakseimbangan kandungan kalsium, phospor dan vitamin D3 dalam pakan Diantara jenis mineral yang dibutuhkan dalam
pembentukan tulang adalah mineral Ca dan P. Metabolisme Ca dan P dapat berjalan dengan sempurna jika Ca dan P tersedia dalam perbandingan yang seimbang, yaitu 2 : 1, serta 16
tersedianya vitamin D yang cukup. Defisiensi mineral Ca dan P serta vitamin D, pada anak–anak ternak dapat menyebabkan penyakit yang disebut Rachitis. Sedangkan pada ternak dewasa menyebabkan Osteomalasia. Rachitis adalah kelainan tulang yang disebabkan kekurangan Ca, P dan vitamin D. Dalam hal ini vitamin D disebut dengan vitamin anti rachitis, karena sangat berperan dalam pembentukan tulang dan gigi serta berfungsi mengatur penyerapan Ca dan P. Osteomalasia adalah suatu keadaan dekalsifikasi sebagian dari tulang yang mengakibatkan tulang menjadi lunak dan rapuh. Untuk mencegah penyakit rachitis dilakuan dengan cara pemenuhan kebutuhan mineral Ca dan P serta vitamin D melalui pemberian pakan.
j) Avitaminosis Avitaminosis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan (defisiensi) suatu vitamin. Vitamin merupakan zat makan yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah sedikit. Namun demikian vitamin memiliki peran yang sangat penting untuk mendukung kesehatan ternak maupun produksi. Oleh karena itu kekurangan vitamin dapat menyebabkan penurunan produksi dan timbulnya suatu penyakit. Pada ternak ruminansia, selain berasal dari pakan, vitamin juga dapat dipenuhi dari proses pencernaan mikroorganisme yang terjadi di dalam rumen. Jadi avitaminosis terjadi jika pakan tidak cukup mengandung vitamin yang dibutuhkan, sehingga terjadi gangguan pencernaan atau proses pembentukan vitamin di dalam tubuh terhambat karena pengaruh penggunaan antibiotic dan obat-obat sulfa yang diberikan per oral. Pembentukan beberapa vitamin di dalam tubuh juga tidak dapat berlangsung kalau sinar matahari yang diperlukan tidak cukup. Pengobatan penyakit avitaminosis dapat dilakukan dengan cara penyuntikan preparat vitamin, walaupun terkadang dalam keadaan avitaminosis yang berat, penyuntikan preparat vitamin tidak banyak menolong. Untuk mencegah terjadinya kasus avitaminosis, dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan vitamin melalui pemberian pakan.
17
3.4 Penyakit yang tidak menular karena keracunan a) Keracunan Pestisida Pestisida merupakan obat pembasmi hama. Pestisida mencakup racun serangga (insektisida), racun tungau dan caplak (akarisida), racun nematoda (Nematisida), racun tikus (Rodentisida), Obat anti jamur (fungisida), dan obat anti tumbuhan pengganggu (herbisida). Keracunan pestisida dapat terjadi jika ternak mengkonsumsi rumput yang tercemar pestisida dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan keracunan. Keracunan juga dapat terjadi pada waktu melakukan pemberantasan ektoparasit pada ternak dengan cara dipping. Larutan pestisida tanpa sengaja terminum oleh ternak sehingga ternak mengalami keracunan. Pestisida dapat dikelompkan menjadi 6 macam yaitu khlorhidrokarbon, organofosfat, karbamat, senyawa dipiridil, arsen dan antikoagulan. Gejala yang ditimbulkan karena keracunan pestisida golongan khlorhidrokarbon antara lain gangguan pada sistem saraf pusat, disertai dengan muntah, diare, badan lemah, gemetar dan kejang-kejang. Pestisida kelompo ini antara lain DDT, dieldrin, aldrin, endrin. Gejala yang ditimbulkan karena keracunan pestisida golongan organofosfat antara lain celah atau iris mata menyempit, penglihatan menjadi kabur, mata berair, mulut berbusa, detak jantung lebih cepat, muntah, kejang perut, diare, sulit bernapas, lumpuh dan pingsan. Pestisida kelompok ini antara lain baygon, dan diasinon. Gejala yang ditimbulkan karena keracunan pestisida golongan dipiridil antara lain rusaknya jaringan epitel kulit, kuku, dan saluran pernapasan, dan terjadi peradangan. Pestisida kelompok ini antara lain gramaxon (herbisida) Gejala yang ditimbulkan karena keracunan pestisida golongan karbamat antara lain sakit perut, mual, muntah dan diare, kerusakan ginjal, dan kerusakan paru. Pestisida kelompok ini antara lain baygon EC, servin, dan furadan. Gejala yang ditimbulkan karena keracunan pestisida golongan arsen antara lain nyeri pada perut, muntah dan diare serta banyak mengeluarkan air liur. Pestisida kelompok ini antara lain kemiri Gejala yang ditimbulkan karena keracunan pestisida golongan anticoagulan antara lain nyeri lambung, usus, muntah, peradangan hidung dan gusi, timbul bintik merah pada kulit, terdapat 18
darah dalam urine dan faeses dan kerusakan ginjal. Pestisida kelompok ini antara : lain klerat (racun tikus).
b) Keracunan Pb. Keracunan Pb sering dijumpai pada ternak sapi, disebabkan sapi mengkonsumsi rumput yang tercemar minyak motor di tepi jalan raya. Keracunan ditandai dengan jalan yang sempoyongan, menabrak ke sana kemari, terjadi buta, penderita mengalami convulsi, urat daging bergetar, tidak ada nafsu makan, terjadi kolik, dan kadang–kadang diare. Untuk mendiagnosis keracunan Pb, perlu dilakukan uji kandungan Pb di dalam hati, ginjal, dan faeses. Pengobatan keracunan Pb ini dilakukan penyuntikan kalsium disodium edentate dengan cara intra vena. Obat lain yang dapat digunakan adalah Dicalcium phospoglukonate.
c) Keracunan HCN Keracunan HCN adalah keracunan yang disebabkan oleh senyawa glukosida yang mengandung HCN (glukosida cyano genetic). Jenis–jenis glukosida cyanogenetic adalah phaseolunatin yang dikandung oleh legume spesies Phaseolus lunatus (koro), Monokrotalin sp.(orok – orok), Dhurrin yang dikandung oleh rumput Sorghum dan Cynodon dan Linamarin yang dikandung oleh Cassava. Senyawa tersebut masuk ke dalam usus dan dihidrolisa, sehingga melepaskan ion CN, Melalui peredaran darah, ion CN sampai ke berbagai jaringan tubuh, termasuk paru. Jika sampai ke sel saraf, zat tersebut akan menghambat pernapasan sel, sehingga mengganggu fungsi yang bersangkutan. Sel saraf mengalami kekurangan O 2 (Anoksia). Tanda–tanda keracunan HCN antara lain:
Rasa ngantuk yang tidak tertahankan yang dialami ternak.
Terjadi konvulsi atau kejang–kejang dan akhirnya terjadi paralisa. Fase paralisa ini merupakan fase yang paling berbahaya, kemungkinan tertolong sangat kecil. Sering diakhiri dengan kematian.
Usaha pertolongan dilakukan ketika ternak mengalami gejala awal yaitu adanya rasa ngantuk yang luar biasa. Upaya pertolongan dilakukan dengan cara menyuntik dengan NaNO2 dan Na thiosulfat.
19
3.5 PROTOZOOLOGI Protozoologi adalah ilmu tentang protozoa.Sedangkan protozoologi medik adalah ilmu tentang protozoa yang berperan sebagai parasit dan dapat menyebabkan penyakit pada . Protozoa adalah organisme bersel satu (uniseluler) yang hidup sendiri-sendiri atau dalam bentuk koloni/kelompok. Protozoa berasal dari kata “Proto” berarti “pertama” dan “Zoos” yang berarti “hewan”, jadi Protozoa dapat diartikan sebagai hewan pertama yang berada di muka bumi ini. Tiap protozoa merupakan kesatuan lengkap yang sanggup melakukan berbagai fungsi fisiologi yang dalam tubuh organisme multiseluler dikerjakan oleh sel-sel khusus.
MORFOLOGI UMUM PROTOZOA Umumnya
protozoa
mempunyai
dua
stadium
yaitu
stadium
trofozoit/stadium
vegetatif/stadium proliferatif dan stadium kista.
Pada stadium trofozoit, protozoa dapat bergerak bebas dan aktif mencari makan, berkembang biak dengan cara belah pasang, akan tetapi pada umumnya tidak resisten terhadap perubahan lingkungan sehingga untuk dapat masuk ke dalam hospes baru perlu berubah menjadi bentuk kista yang lebih resisten.Perubahan dari bentuk trofozoit menjadi bentuk kista disebut Enkistasi. Beberapa faktor yang mengharuskan protozoa melakukan enkistasi adalah : kekurangan atau kelebihan makanan kelebihan produksi katabolisme dari organisme perubahan pH pengeringan kekurangan atau kelebihan oksigen populasi parasit sangat banyak
Pada beberapa parasit patogen, bentuk tropozoit dapat menginvasi dan merusak jaringan. Pada Stadium kista , protozoa menjadi lebih resisten terhadap perubahan lingkungan,
20
merupakan bentuk infektif, memiliki dinding yang tebal sebagai hasil ekskresi dari ektoplasma, kista berfungsi untuk mempertahankan diri jika keadaan lingkungan buruk, selain itu pada beberapa spesies protozoa kista juga berfungsi untuk reproduksi. Perubahan dari bentuk kista menjadi bentuk tropozoit disebut proses Ekskistasis. Faktor yang mempengaruhi proses ekskistasis adalah : perubahan tekanan osmotik dalam medium pengaruh enzim pada lapisan dalam dinding kista pH serta enzim hospes yang menguntungkan Beberapa protozoa ada yang tidak memiliki bentuk kista, sehingga penularan terjadi secara langsung, misal : Trichomonas .vaginalis, Entamoeba gingivalis.
Protozoa termasuk organisme uniseluler sehingga semua kegiatan fisiologi nya dilakukan oleh sel tersebut.Ukurannya kecil sekali hanya beberapa mikron sampai 40 mikron, kecuali B.coli memiliki ukuran paling besar yaitu 70 mikron. Bentuk sel bermacam-macam, ada yang berbentuk bulat, lonjong, simetris bilateral atau tidak teratur. Sel protozoa terbagi dalam 2 bagian besar ; 1. Inti sel, tersusun oleh
membran inti kariosom/anak inti/nukleolus kromatin
2. Sitoplasma (cairan sel), terbagi menjadi
Endoplasma (Cairan bagian dalam sel) Di dalam endoplasma, terdapat :inti dan vakuola Ektoplasma (cairan bagian luar yang tipis)
21
Vakuola kontraktil Ektoplasma
Endoplasma
Membran inti & butiran Kromatin Vakuola makanan Kariosom/anak inti/nukleolus
Gambar 1
Nukleoplasma/cairan inti
Bagian-bagian sel protozoa
Fungsi bagian-bagian sel protozoa : o Inti sel berfungsi sebagai pengatur aktivitas sel dan untuk reproduksi sel. Inti terdiri dari selaput inti, cairan inti, kariosom/anak inti, serta butir-butir kromatin.Struktur inti terutama kariosom dan susunan kromatin penting sebagai alat identifikasi spesies. Misal pada protozoa usus dibedakan menjadi 4 macam inti , yaitu ; inti Entamoeba, inti Dientamoeba, inti Endolimax, inti Iodamoeba. Jumlah inti pada stadium tropozoit pada umumnya satu, sedangkan kista memiliki jumlah inti yang bervariasi tergantung spesies. o Ektoplasma berfungsi dalam pergerakan, mengambil makanan, ekskresi, respirasi, dan melindungi diri. Alat pergerakan merupakan bagian dari ektoplasma yang memiliki bentuk berbeda-beda pada tiap kelas protozoa, ada yang berbentuk cilia/rambut getar, misal : Balantidium coli, bentuk flagel/rambut cambuk, misal ; Trichomonas vaginalis, selain itu pada kelas flagellata dikenal juga alat gerak lain lain yaitu membran undulans (membran bergelombang). Bentuk pseudopodia/kaki semu, misal ; E.histolytica, ada yang tidak memiliki alat gerak, misal ; Plasmodium sp. 22
Pada Ciliata, makanan dapat dimasukkan melalui satu tempat khusus yaitu sitostoma lalu ke sitopharynx yang berbentuk tabung sehingga makanan bisa masuk ke endoplasma, sedangkan kelas yang lain, makanan masuk melalui setiap bagian ektoplasma. Begitupun dengan proses respirasi dilakukan secara langsung, yaitu dengan mengambil O2 (oksigen) dan mengeluarkan CO2 (karbondioksida) secara difusi melalui ektoplasma. o Endoplasma yang bergranula mengurus gizi sel. Endoplasma berisi pula vakuola makanan, vakuola kontraktil, makanan cadangan, dan benda kromatoid. o Vakuola makanan berfungsi untuk mencernakan makanan yang masuk karena berisi enzim-enzim pencernaan.biasanya terdapat pada stadium tropozoit. o Vakuola kontraktil berfungsi untuk mengatur tekanan osmotik dan membuang bendabenda sampah/melakukan proses ekskresi. o Benda kromatoid berfungsi sebagai cadangan makanan biasanya pada stadium kista muda.
REPRODUKSI Kelangsungan hidup protozoa tergantung dari kemampuannya berkembang biak/reproduksi. Secara garis besar protozoa dapat berreproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi aseksual terjadi jika tanpa melalui peleburan sel gamet/sel kelamin. Reproduksi aseksual protozoa dibagi dalam : 1.Belah pasang/pembelahan biner Pada pembelahan biner ini, satu protozoa akan membelah menjadi 2 baik secara transversal maupun longitudinal menjadi 2 individu baru yang sama. Misal : kelas Rhizopoda, kelas Ciliata, kelas Flagellata 2.Skizogoni/pembelahan multipel/berganda Pada reproduksi tipe ini, inti membelah menjadi banyak dan masing-masing inti akan membentuk sitoplasma masing-masing. 3.Pembelahan pada stadium kista
23
Pada beberapa spesies, kista dapat berfungsi dalam reproduksi. Inti membelah, sehingga pada waktu ekskistasi akan keluar beberapa trofozoit baru dari tiap kista. Reproduksi seksual protozoa terjadi jika melalui proses peleburan 2 sel gamet/sel kelamin. Reproduksi seksual dibagi menjadi : 1.Sporogoni yaitu proses peleburan sel kelamin betina (makrogamet) dan sel kelamin jantan (mikrogamet) hingga terjadi
fertilisasi/pembuahan dan terbentuk zigot .Inti zigot
membelah menjadi banyak dan menghasilkan sporozoit. 2.Konjugasi yaitu proses bersatunya dua sel dan mengadakan pertukaran bahan-bahan inti.Konjugasi terjadi misalnya pada Balantidium coli. Pergantian antara reproduksi seksual dan aseksual terjadi pada kelas sporozoa, misal : Plasmodium sp dan Toxoplasma gondii. PENULARAN Lingkaran hidup dan penyebaran protozoa usus dan jaringan relatif sederhana. Parasit berpindah dari hospes ke hospes secara langsung atau melalui makanan dan air setelah parasit berada di luar tubuh hospes.Pada umumnya kista yang memang lebih resisten terhadap segala pengaruh buruk lingkungan mempunyai peranan yang besar dalam penyebaran parasit, karena kista merupakan bentuk infektif dari semua protozoa patogen yang memiliki stadium kista, seperti ; Entamoeba histolytica, Balantidium .coli, Giardia lamblia.Kecuali protozoa yang tidak memiliki stadium kista, bentuk infektifnya adalah stadium tropozoitnya itu sendiri, seperti contoh : T.vaginalis. Pada parasit darah dan jaringan seperti Plasmodium sp, penularan terjadi dari satu hospes ke hospes yang lain melalui vektor. Makhluk hidup yang berperan sebagai vektor biasanya serangga, jadi plasmodium sp hidup di dua hospes secara bergantian yaitu di tubuh nyamuk sebagai vektor sampai terbentuk stadium infektif yang siap berpindah ke dalam tubuh sebagai hospes definitifnya melalui gigitan nyamuk yang mengandung sporozoit (bentuk infektif dari plasmodium sp).
24
PATOLOGI Protozoa patogen merugikan hospesnya karena proses reproduksi, penyerangannya, pengrusakan sel dan jaringan, karena adanya toksin dan enzim yang dikeluarkan protozoa. Infeksi terjadi melalui stadium pertama yang akut dan mematikan atau berkembang menjadi stadium laten yang menahun, yang kadang-kadang diselingi dengan kambuhnya gejala-gajala sebelum akhirnya dapat disembuhkan.
DIAGNOSIS Diagnosis klinis dapat dibuat berdasarkan gejala klinis yang khas, tetapi untuk gejala yang tidak khas agak sulit, dan diagnosis laboratorium mutlak harus dilakukan. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan parasit pada sampel yang diperiksa. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan langsung pada feses ( Amoebiasis) urine, atau sekret vagina (Trikomoniasis) darah (malaria,tripanosomiasis), atau dengan cara tes serologi (Toxoplasmosis)
KLASIFIKASI Filum Protozoa dibagi kedalam 4 kelas berdasarkan alat gerak yang dimiliki, yaitu : 1.
kelas Rhizopoda (rhiz = akar ; podium = kaki ), bergerak dengan Pseudopodia /kaki semu, contoh : Entamoeba histolytica, Entamoeba coli, Entamoeba gingivalis
2.
kelas Mastigophora = Flagellata (mastix = cambuk ; phoros = mengandung), bergerak dengan flagel / rambut cambuk, contoh : Trichomonas vaginalis,Giardia lamblia, Tripanosoma gambiense
3.
kelas Ciliophora = Ciliata (Cilia = rambut getar), bergerak dengan rambut getar, contoh : Balantidium coli
4.
kelas Sporozoa, tidak mempunyai alat gerak, contoh : Plasmodium vivax, P.falciparum. (Sumber : Prof.dr.Srisasi Gandahusada,dkk.Parasitologi kedokteran edisi 3)
25
KELAS SARCODINA/RHIZOPODA 1. Entamoeba histolytica
I.
NAMA PENYAKIT DAN HOSPES
merupakan hospes definitif dari E.histolytica. Penyakit yang disebabkan oleh protozoa ini disebut Amebiasis/dysentri amoeba.
II.
MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP
2.1 Morfologi E.histolytica mempunyai 2 bentuk utama dan 1 bentuk peralihan, yaitu : (1) tropozoit, (2) minuta, (3) kista.
Bentuk tropozoit/vegetatif/bentuk histolytika
berukuran antara 20 – 40 mikron (sebagai perbandingan : eritrosit berukuran 7 mikron)
memiliki tipe inti entamoeba dengan jumlah inti satu
ektoplasma bening homogen terdapat di bagian tepi sel, pada saat bergerak ektoplasma akan membentuk pseudopodia yang besar dan lebar seperti daun, dibentuk dengan mendadak dan cepat
endoplasma berbutir halus, biasanya tidak mengandung bakteri atau sisa makanan, tetapi mengandung eritrosit
Kariosom/anak inti kecil, mudah menyerap zat warna, letaknya ditengah/tipe kariosom konsentrik
bentuk tropozoit/histolitika ini patogen di dalam usus besar, hati, paru-paru, otak, kulit, vagina.
Bentuk ini dapat berkembang biak dengan cara belah pasang di jaringan dan dapat merusak jaringan tersebut.
26
Bentuk minuta
memiliki ukuran lebih kecil daripada bentuk tropozoit yaitu 10 – 20 mikron
endoplasma kadang-kadang tidak berisi makanan atau kadang berisi bakteri tapi tidak berisi eritrosit
ektoplasma tidak terlihat nyata, hanya terlihat pada saat membentuk pseudopodium yang dikeluarkan perlahan-lahan dan tidak ada gerakan yang progresif
berkembang biak dengan cara belah pasang
Bentuk kista
berbentuk bulat, ukuran 10 – 20 mikron
bentuk kista berfungsi sebagai alat proteksi dan alat reproduksi
kista muda mempunyai sitoplasma yang mengandung vakuola glikogen dan benda kromatoid berbentuk lisong dengan kedua ujung yang tumpul, berfungsi sebagai cadangan makanan. Kista muda memiliki jumlah inti satu dengan kariosom/anak inti tipe konsentrik.
kista matang memiliki 4 inti yang lebih kecil dengan kariosom tipe konsentrik, sudah tidak terdapat vakuola glikogen dan benda kromatoid lagi. Kista matang memiliki peranan sangat besar pada penyebaran penyakit amebiasis karena kista matang merupakan bentuk infektif E.histolytica
27
Gambar 2 : Morfologi E.histolytica. A tropozoit mengandung eritrosit yang sedang dicernakan; B.Amoeba minuta yang mengandung tidak mengandung benda-benda asing di dalam sitoplasma; C.kista muda berinti 1; D.kista berinti 2, E.kista matang berinti 4. C,benda kromatoid; ect., ektoplasma; end., endoplasma; g., vakuola glikogen ; k., kariosom; n., inti; r.b.c., sel darah merah (sumber : Harold W.Brown, ) 2.2 Siklus hidup Kista matang yang resisten merupakan stadium infektif, apabila termakan seseorang akan tahan terhadap asam lambung sehingga bisa masuk ke dalam usus halus. Di dalam usus halus akan terjadi proses ekskistasi dimana dinding kista akan hancur dicerna, keluarlah bentuk metakista berinti 4 yang masing-masing membelah diri menjadi 8 tropozoit muda/minuta. Parasit ini akan terbawa isi usus untuk sampai pada usus besar. Di dalam usus besar bentuk minuta dapat berubah menjadi bentuk histolytika yang patogen dan bisa menimbulkan gejala. Di dalam usus besar terjadi penyerapan air sehingga makin ke distal keadaan usus makin kental, hal ini mengancam kehidupan parasit, maka terjadilah proses enkistasi yaitu proses perubahan dari bentuk tropozoit menjadi bentuk kista yang lebih resisten. kemudian bentuk kista akan keluar terbawa bersama feses. Di dalam feses penderita dapat ditemukan bentuk tropozoit terutama pada feses encer dan feses yang mengandung darah, sedangkan bentuk kista dapat ditemukan pada feses padat.
28
Gambar 3 : Daur hidup E.histolytica (sumber : http:www.dpd.cdc.gov/dpdx)
Patogenitas Amoebiasis intestinal/amoebiasis kolon/amoebiasis usus Bentuk histolytika merupakan bentuk patogen dari E.histolytica yang berada di usus besar. Bentuk histolytika mampu menghancurkan/melisiskan jaringan yang ada disekitarnya dengan enzim yang dikeluarkan. Rongga usus besar tersusun atas 4 lapisan dari dalam keluar , yaitu : 1. lapisan mukosa usus yang mangandung lendir 2. lapisan muskularis mukosa terdiri dari otot melingkar dan otot memanjang 3. lapisan sub mukosa, terdapat pembuluh darah arteriol, kapiler, vena dan pembuluh lymph 4. lapisan serosa, melapisi usus halus dari luar Invasi parasit ini dimulai dengan melalui lapisan mukosa usus diikuti pembentukan ulkus (luka) primer. Penyerangan dapat terus dilakukan sampai ke lapisan dalam tetapi sebelum sampai ke lapisan dalam, penyerangan tertahan pada lapisan muskularis mukosa yang bersifat resisten, sehingga penyerangan dilakukan ke bagian lateral untuk sementara. Mungkin sekali penyebaran ke lateral ini menyebabkan satu ulkus dengan ulkus yang lain akan bersatu membentuk luka yang lebih besar yang disebut sinus. Tapi jika penyerangan itu dilakukan terus menerus dengan jumlah parasit yang banyak, maka akhirnya
lapisan
muskularis mukosa akan dapat ditembus sampai ke lapisan dalam.Karena penyebaran lateral menyebabkan terbentuk sinus akibatnya akan ada bagian mukosa yang terlepas. Lepasnya mukosa tadi disertai dengan terlepasnya parasit sehingga akan terjadi penyebaran ke tempat lain. Kalau diperhatikan ulkus amoeba ini mempunyai bentuk yang khas, antara lain bentuk ulkus irreguler, ulkus berbentuk seperti botol yaitu lubang luar kecil sedangkan bagian dalam lebih besar, dinding menggaung. Amoeba terutama didapat di dasar ulkus atau tersebar di dalam jaringan. Dengan gerak peristaltik usus, bentuk histolytika akan masuk ke rongga usus besar dan keluar bersama tinja, tinja yang dikeluarkan ini disebut tinja dysentri dengan ciri-ciri tinja akan bercampur dengan darah dan lendir akibat dari peradangan bentuk histolytika ini. 29
b
a
c
Gambar Patogenitas Amoebiasis Intestinal di Usus Besar a. Penampang melintang usus besar b. Gambaran sinus pada usus besar yang disebabkan oleh bentuk histolytica(sumber :www.accessmedicine.com) c. Patogenitas bentuk histolytica dalam pembentukan ulkus di usus besar Amoebiasis Ekstraintestinal Invasi bentuk histolytika dapat terjadi sampai ke pembuluh darah yang ada di usus, sehingga dapat timbul penyebaran ke organ di luar usus melalui aliran darah. Penyebaran E.histolytica melalui pembuluh darah di sebut penyebaran secara hematogen, melalui penyebaran secara hematogen ini organ yang paling sering diserang adalah hati melalui vena porta menimbulkan abses hati, kebanyakan abses terjadi di lobus kanan hati,abses berisi nanah yang berwarna coklat. Bentuk histolytika dapat menyebar ke paru-paru bahkan bisa sampai ke otak menimbulkan abses paru dan abses otak.
30
Penyebaran juga bisa dilakukan secara perkontinuitum/secara langsung, cara ini terjadi jika abses hati tidak diobati sehingga abses pecah. Amoeba yang keluar dapat menembus diafragma, masuk ke rongga pleura dan paru, menimbulkan abses paru. Diagnosis klinis ditegakkan dengan melihat gejala, yaitu : adanya sindrom disentri disertai sakit perut/mules, defekasi tidak lebih dari 10 kali sehari, bentuk tinja lembek, berlendir, berdarah, bau amis. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan bentuk tropozoit pada tinja encer atau bentuk kista pada tinja agak padat.
Biasanya terdapat gejala diare ringan yang diselingi dengan obstipasi, dapat juga terjadi suatu eksaserbasi akut dengan sindrom disentri. Diagnosis lab ditegakkan dengan menemukan bentuk kista atau tropozoit dalam tinja. Bila amoeba tidak ditemukan, pemeriksaan perlu diulang 3 hari berturut-turut, reaksi serologi perlu dilakukan untuk ikut menegakkan diagnosa, dapat juga dengan menggunakan alat sigmoidoskop untuk melihat kelainan di sigmoid.
Amebiasis hati Diagnosis klinis ditegakkan dengan melihat gejala awal seperti berat badan menurun, badan terasa lemah, demam, tidak nafsu makan disertai pembesaran hati dan nyeri tekan. Pada pemeriksaan radiology adanya peninggian diafragma, pemeriksaan darah adanya leukositosis. Diagnosis lab ditegakkan dengan ditemukannya E.histolytica bentuk histolytica pada biopsi dinding abses atau nanah abses, bila tidak ditemukan amoeba maka perlu di tes serologi antara lain tes hemaglutinasi atau tes imunodifusi.
Epidemiologi Amebiasis terdapat di seluruh dunia, prevalensinya cukup tinggi di negara tropis terutama di negara yang memiliki sanitasi lingkungan kurang baik.Gejala – gejala klinis amoebiasis sangat tergantung dari lokalisasi dan beratnya infeksi. Infeksi tanpa gejala merupakan hal yang biasa, “carier”/ pengandung kista tampak sehat tetapi tanpa disadari dia adalah pemegang peranan yang sangat besar terhadap penyebaran penyakit amebiasis. Dalam sehari seorang “carier” dapat mengeluarkan berjuta-juta kista dalam tinjanya. Penyebaran penyakit amebiasis biasanya diawali oleh faktor hygiene perseorangan, sanitasi lingkungan serta adanya serangga yang berperan sebagai vector mekanik. 31
Kista infektif sampai kepada orang sehat
bisa melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi kista matang/infektif, sayuran yang menggunakan pupuk tinja mempunyai resiko besar terkontaminasi kista matang. Semua itu tidak terlepas dari serangga yang berperan sebagai vector mekanik dalam memindahkan kista matang sampai pada makanan atau minuman, serangga yang berperan sebagai vektor mekanik adalah kecoa dan lalat.
Pencegahan Pencegahan penyakit amebiasis ditujukan pada hygiene perseorangan dan sanitasi lingkungan. Higiene perseorangan yang harus diperhatikan misalnya mencuci tangan dengan menggunakan sabun setiap akan makan atau setelah melakukan pekerjaan. Sanitasi lingkungan meliputi : membuang sampah pada tempat sampah yang tertutup agar tidak dikerumuni lalat, menutup makanan dan minuman, tidak memakan atau meminum makanan atau minuman yang terbuka misalnya jajan di pinggir jalan, mencuci sayuran dan buahbuahan dengan bersih, memasak makanan dan air minum sampai masak.
KELAS CILIATA Balantidium coli
Ciliata merupakan kelompok protozoa yang memiliki cilia/rambut getar sebagai alat geraknya. Cilia dibentuk sebagai penjuluran dari ektoplasma. Ciliata penting yang berperan bagi kesehatan adalah Balantidium coli.
I.
HOSPES DAN NAMA PENYAKIT
Hospes dari B.coli adalah , babi. Penyakit yang bisa ditimbulkan oleh Balantidium coli disebut Balantidiasis/ balantidiosis atau disentri balantidium.
II.MORFOLOGI DAN DAUR HIDUP 2.1 Morfologi
32
Balantidium coli merupakan protozoa usus terbesar, dengan besar bisa mencapai 70 mikron. Secara umum B.coli mempunyai 2 stadium utama, yaitu : stadium tropozoit dan stadium kista.. Ciri tropozoit :
Ukuran 70 mikron, memiliki bentuk seperti kantung
Tubuh bagian luar dipenuhi cilia/rambut getar yang tersusun dalam barisan longitudinal membentuk garis spiral, sehingga tampak seperti berlapis
Pada ujung yang lebih lancip terdapat mulut sel/sitostom, dari bagian mulut makanan diteruskan ke dalam sitofaring yang akan diteruskan ke dalam endoplasma untuk dicerna dalam vakuola makanan.
Pada ujung yang tumpul terdapat lubang pengeluaran yang disebut sitopyge
Selain vakuola makanan di dalam endoplasma juga terdapat vakuola kontraktil 2 buah yang berwarna bening, berfungsi untuk mengatur tekanan osmotic sel
Memiliki 2 buah inti, makronukleus berbentuk seperti ginjal, berisi kromatin dan berfungsi sebagai
nucleus vegetatif. Mikronukleus, terletak di bagian konkaf
makronukleus, berfungsi sebagai nucleus generatif.
Ciri kista : Ukuran 45-75 mikron, kadang-kadang berbentuk bulat atau lonjong Dinding terdiri atas 2 lapisan, cilia tidak tampak karena tertutup dinding kista Kista hanya berfungsi untuk alat proteksi saja, bukan sebagai alat reproduksi Di dalam endoplasma ditemukan makro nucleus, vakuola kontraktil.
2.2 Daur hidup
Pada prinsipnya sama dengan daur hidup E.histolytica, hanya kista Balantidium coli tidak dapat membelah diri. Kista termakan bersama makanan atau minuman, terjadi ekskistasi di dalam usus halus menjadi bentuk tropozoit, sampai di dalam usus besar yaitu di daerah caecum, B.coli berkembang biak secara belah pasang transversal, lalu bentuk tropozoit ini terbawa aliran isi usus. Di daerah colon transversum keadaan kurang menguntungkan bagi tropozoit, maka tropozoit akan mengalami enkistasi menjadi kista yang akan terbawa 33
bersama feses keluar tubuh. Kista yang dapat tahan beberapa hari diluar tubuh dalam lingkungan lembab ini merupakan bentuk infektif yang siap menularkan penyakit pada hospes baru.
Gambar 6: Morfologi Balantidium coli. A tropozoit B.kista c.cilia ; cy. Sitopyge ; c.v. vakuola kontraktil ; f. vakuola makanan; g. faring ; m.mulut/sitostome ; ma.n. makronukleus ; mi.n. mikronukleus. (sumber : Harold W.Brown, 1983)
Tropozoitmenginvasi dinding usus besar
Kista Bentuk infektif Bentuk diagnostik
Gambar 7: Siklus hidup Balantidium coli dan gambaran patologi ulkus yang ditimbulkannya (sumber :http//www.dpd.cdc.gov/dpdx) III.PATOLOGI KLINIK
Tropozoit hasil reproduksi secara belah pasang hidup menempel pada lapisan mukosa dan submukosa usus besar, bergerak aktif dengan cilia. Karena pergerakan memutar dan membor ia dapat menembus lapisan mukosa usus. Eritrosit, leukosit, jaringan, tetesan minyak, granula tepung dan sisa lainnya dibawa melalui sitofaring ke dalam endoplasma untuk dicerna dalam vakuola makanan. Mukosa dan submukosa usus besar diinvasi dan dirusak oleh tropozoit 34
yang membelah diri sehingga terbentuk abses-abses kecil yang kemudian pecah, menjadi ulkus yang menggaung. Pada kasus berat, ulkus ini dapat menjadi gangren yang berakibat fatal, biasanya disertai dengan sindrom disentri, penyakit bisa sampai menahun dengan diare yang diselingi konstipasi, sakit perut, tidak nafsu makan, muntah, mual. Ciri-ciri feses penderita balantidiasis : Sama dengan amoebiasis usus yaitu diare, dysentri, mual, muntah, tinja encer, mengandung darah, nanah, berlendir, defekasi sehari 6 – 15 kali. Tetapi tidak pernah menyerang hati.
IV.DIAGNOSIS Cara mendiagnosa penyakit balantidiasis : 1. diagnosa berdasarkan gejala yang khas 2. diagnosa lab ditegakkan dengan menemukan bentuk tropozoit pada tinja encer dan kista pada tinja padat.
V.EPIDEMIOLOGI
Pada frekuensi B.coli rendah, parasit ini banyak ditemukan pada babi yang dipelihara, penularan antara babi mudah terjadi, sesekali dapat menular pada (zoonosis). Penularan pada terjadi dari tangan ke mulut atau melalui makanan yang terkontaminasi dengan tinja babi yang mengandung bentuk kista dan kista ini tertelan, maka terjadilah infeksi.Higiene perorangan dan sanitasi lingkungan turut memegang peranan penting dalam proses pencegahan penyakit ini.
KELAS MASTIGOPHORA/FLAGELLATA
Hampir semua vertebrata dapat menjadi hospes pada flagellata usus ,kelamin (urogenital), bahkan flagellata darah.Alat yang istimewa seperti batil isap, axostyle dan membran bergelombang dibentuk untuk melawan daya peristaltik usus.Flagellata /mastigophora merupakan protozoa yang bergerak dengan flagel/bulu cambuk, terdiri dari 2 golongan : 1. flagellata usus /flagellata traktus digestivus dan flagellata urogenital,contoh spesies adalah : Giardia lamblia (flagellata traktus digestivus/flagellata usus) dan Trichomonas vaginalis (Flagellata urogenital) 35
2.flagellata darah dan jaringan, Contoh : Trypanosoma cruzi, T.evansi, T.gembiense/T.rhodiense
1.Flagellata Usus Giardia lamblia
I.HOSPES DAN NAMA PENYAKIT merupakan hospes alami dari G.lamblia.Penyakit yang disebabkan oleh G.lamblia disebut Giardiasis atau lambliasis.
II.MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP
Giardia lamblia memiliki 2 stadium, yaitu stadium vegetatif/tropozoit dan stadium kista. Bentuk tropozoit merupakan bentuk yang aktif bergerak, berbentuk lonjong seperti buah pir akan tetapi pipih dorsoventral. Bagian anterior merupakan batil isap yang berfungsi untuk melekatkan diri pada mukosa usus hospes sekaligus mengisap sari-sari makanan, memiliki dua buah inti yang letaknya di bagian anterior dengan kariosom di tengah, mempunyai 4 pasang flagel yang digunakan sebagai alat pergerakan, dua axostyl dan dua benda parabasal.Tropozoit berkembang biak dengan cara belah pasang transversal.
Kista berbentuk oval mempunyai dinding yang kuat, Selain berfungsi untuk melindungi diri kista juga berfungsi sebagai alat reproduksi, reproduksi dalam kista terjadi secara mitosis (pembelahan inti) dari dua inti menjadi empat inti pada kista matang yang disusul dengan pembelahan biner tropozoit setelah terjadi ekskistasi.
36
Infeksi terjadi jika seseorang menelan kista matang karena kista matang merupakan bentuk infektif. Kista matang yang tertelan akan mengalami ekskistasi di duodenum, lalu sitoplasma membelah dan flagel tumbuh dari aksonema sehingga terbentuklah 2 tropozoit, tropozoit melekat erat pada mukosa usus dengan menggunakan batil isap sehingga tahan terhadap gerak peristaltik usus.Flagellata ini sering ditemukan pada duodenum dan bagian proksimal jejenum atau kadang-kadang di dalam saluran dan kandung empedu, enkistasi terjadi dalam perjalanan menuju ke kolon karena di kolon terjadi penyerapan air sehingga lingkungan usus mengental dan dianggap kurang menguntungkan bagi tropozoit sehingga tropozoit akan berubah menjadi kista (enkistasi). Tropozoit akan banyak ditemukan pada feses encer sedangkan kista biasa ditemukan pada feses padat.
Gambar 8.Morfologi Giardia lamblia A.Morfologi tropozoit Giardia lamblia B.Kista Giardia lamblia a.axostyl; a.f. flagel anterior; b. blefaroplast; c.w. dinding kista; d. batil isap; l.f. flagel lateral; p.f. flagel posteroir; p.b. benda parabasal; n.nukleus; k.
III.PATOLOGI DAN GEJALA KLINIK Peranan G.lamblia sebagai parasit masih ada perbedaan paham.Pada umumnya keberadaan G.lamblia pada duodenum atau jejenum tidak selalu menimbulkan gejala, walaupun timbul kelainan hanya iritasi ringan yang disebabkan oleh perlekatan batil isap pada lapisan epitel usus.Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika seseorang menelan 100 kista atau lebih maka akan terjadi infeksi sedangkan jika hanya menelan 1 kista saja tidak akan terjadi infeksi.Walaupun jarang menunjukkan gejala yang berarti namun ada bukti-bukti klinis yang menyatakan bahwa melekatnya parasit pada mukosa usus dapat menyebabkan peradangan ringan, serta mengganggu penyerapan vitamin A dan lemak sehingga lemak akan terbawa bersama feses.
Gejala klinis giardiasis tidak khas.Adanya infeksi berat dapat menyebabkan sindrom malabsorpsi di usus kecil yang menimbulkan gejala kembung, abdomen membesar dan
37
tegang, mual, anoreksia, feses banyak dan berbau busuk/tengik karena banyak mengandung lemak.
IV.DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan bentuk tropozoit dalam tinja cair sedangkan kista ditemukan pada tinja padat. Pemeriksaan tinja dengan menggunakan teknik sediaan langsung menggunakan pewarna iodin, eosin atau trikrom morfologi G.lamblia akan jelas dapat dibedakan dari protozoa yang lain.Tropozoit dapat ditemukan pada feses cair yang segar. Pemeriksaan tinja dengan menggunakan teknik konsentrasi dapat meningkatkan penemuan stadium kista.
V.EPIDEMIOLOGI
Prevalensi giardiasis tidak begitu tinggi, prevalensi yang pernah ditemukan di daerah jakarta pada tahun 1983 dan tahun 1990 hanya berkisar 2,9 %, namun demikian protozoa ini ditemukan kosmopolit. G.lamblia lebih sering menyerang anak-anak daripada orang dewasa terutama yang tinggal dalam satu tempat secara bersama-sama misalnya di panti asuhan, asrama atau sebuah keluarga besar. Penyebaran giardiasis dari individu yang terinfeksi kepada individu yang tidak terinfeksi dapat terjadi karena adanya kontak langsung diantara mereka.Di antara orang dewasa yang terinfeksi merupakan pengandung kista tanpa gejala sehingga bisa berperan sebagai sumber infeksi disamping makanan dan minuman yang terkontaminasi dengan tinja, atau lalat sebagai vektor mekanik pembawa kista yang berasal dari tinja. Pencegahan dilakukan dengan memelihara kebersihan lingkungan dan kebersihan pribadi, misalnya mencuci tangan sebelum makan, menutup makanan dan minuman agar terhindar dari lalat, dll.
Malaria Unggas (avian Malaria) Penyakit malaria unggas disebabkan oleh protozoa (binatang bersel satu) dari kelas sporozoa yang disebut plasmodium sp, dengan cara menginfeksi sel–sel darah merah. Plasmodium sp yang telah diketahui sebagai penyebab penyakit malaria unggas terdiri dari beberapa spesies 38
diantaranya Plasmodium gallinaceum, Plasmodium uxtanucleare. Penularan penyakit terjadi melalui gigitan nyamuk. Jenis nyamuk yang berperan sebagai serangga vektor adalah nyamuk culex dan aedes. Gejala sakit : Penyakit malaria unggas dikenal ada 3 bentuk, yaitu akut, kurang akut dan paralisis. Setiap bentuk menimbulkan gejala yang berbeda–beda.
rjadi kematian yang sangat tinggi, karena lebuh dari 80% sel darah merahnya mengandung bibit penyakit malaria
Gejala sakit malaria unggas bentuk akut : -Muka dan jengger tampak pucat, Tubuh kelihatan lemah, Terjadi diare dengan warna faeses kehijau–hijauan Gejala sakit malaria unggas bentuk akut : Ayam menjadi lumpuh danTerjadi gangguan saraf Cara pencegahan dan pengobatan : Pengobatan dilakukan dengan pemberian anti protozoa, misalnya atebrin, quinine dan natrium sulfamonomethoxine. Pencegahan dilakukan dengan cara memberantas nyamuk sebagai vektor, dengan penyemprotan insektisida, diusahakan tidak ada air tergenang di sekitar kandang, dan melakukan abatisasi di bak-bak penampungan air.
39
Penyakit yang tidak Menular yang disebabkan oleh cacign parasit a) Histomoniasis Penyebab penyakit : Penyakit Histomoniasis disebut juga dengan nama Infectious entrohepatitis, atau Black head (kepala hitam). Penyakit ini disebabkan oleh protosoa yang disebut Histomonas meleagridis. Penyakit ini menyerang ayam, puyuh dan kalkun. Infeksi terjadi melalui pakan dan air minum yang tercemar faeses yang mengandung bibit penyakit. Bibit penyakit dapat disebarkan melalui lalat yang hinggap pada faeses penderita, serta cacing usus buntu (Heterokis gallinarum). Proses perpindahan bibit penyakit terjadi sebagai berikut :
Pada mulanya histomonas meleagridis terbawa oleh cacing usus buntu yang terdapat ada
minum, mencemari pakan dan air minum dengan telur cacing yang mengandung bibit penyakit histomonas meliagridis Jika telur cacing yang terinfeksi histomonas meleagridis tersebut termakan unggas, maka telur cacing akan menetas dan tumbuh di dalam tubuh ayam. Sehingga bibit penyakit histomonas meleagridis puan akan berkembang di dalam tubuh unggas Bibit penyakit tinggal di dalam usus buntu dan hati
Gejala sakit : Gejala–gejala yang timbul akibat penyakit hitomoniasis antara lain : - Usus buntu berwarna merah dan membengkak, berisi eksudat berwarna kuning atau hijau
yang berwarna
Cara pencegahan dan pengobatan : Pengobatan bisa berhasil ketika sakit belum parah. Tapi kalau sakit sudah parah (mencapai ke hati) pengobatan tidak banyak berhasil. Pengobatan dilakukan dengan cara pemberian obat Enheptin. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara : -Memisahkan unggas sesui dengan umurnya (unggas muda dipisahkan dengan unggas yang lebih tua), Ayam dan kalkun tidak dicampur dalam pemeliharaannya dan Menekan populasi lalat dan nyamuk dengan cara disemprot dengan insektisida secara teratur
40
b) Penyakit Cacing Hati (Fasciolasis) Penyebab Penyakit : Fasciolasis atau distomatosis, dikenal juga dengan nama penyakit cacing hati. Penyakit ini disebabkan oleh investasi cacing dari genus Fasciola, yaitu Fasciola gigantic dan Fasciola hepatica. Cacing hati berbentuk pipih seperti daun berwarna terang. Penyakit ini menyerang ternak sapi, kerbau, kambing, domba dan babi serta kuda. Pada sapi dan kerbau penyakit ini biasanya bersifat kronis, sedangkan pada ternak lain bersifat akut. Pada ternak muda lebih rentan terhadap cacing hati dibanding ternak dewasa. Infeksi cacing hati juga dapat terjadi pada manusia. Untuk lebih memahami penyakit cacing hati ini perlu menbgetahui siklus hidupnya. Siklus hidup cacing hati dapat dijelaskan sebagai berikut : Dimulai dari telur cacing hati yang dikeluarkan bersama faeses akan menetas menjadi Mirasidium. Mirasidium memerlukan induk semang perantara (hospes intermedier)
akan berubah menjadi sporocyst yang berukuran maksimum 1 cm.
Sporocyst akan
mengalami partenogenesis me
dalam usus meta cercaria akan menembus dinding usus masuk
disebut masa prepaten, berlangsung selama 2–3 bulan.Cacing hati tinggal di saluran empedu, dapat menyumbat saluran empedu (jika jumlahnya banyak) dan menimbulkan gejala icterus , Gejala anemia, terjadi karena cacing makan jaringan hati dan darah Gejala sakit : – penurunan berat badan berlangsung cepat sehinbgga ternak menjadi lemah yang disertai anemia, Pada domba dan kambing dapat terjadi mati mendadak yang disertai dengan
terhambatnya pertumbuha
41
dan rontok, yang disebut bottle jow. Cara pencegahan dan pengobatan yang dapat dilakukan : Infeksi cacing hati dapat diobati dengan preparat obat–obatan yang sudah banyak tersedia di pasaran diantaranya hexachlorethan, bovenix, brotianida, valbazen dan sebagainya. Penyakit cacing hati dapat menimbulkan kerugian yang besar berupa penurunan berat badan, terhambatnya pertumbuhan dan kematian. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah memutus siklus hidup cacing Fasciola hepatica, dengan cara : Membunuh siput dengan
b) Penyakit Cacing Lambung (Haemonchosis) Penyebab Penyakit : Disebabkan oleh cacing dari sepcies Haemonchus sp dan Trichostrongylus yaitu cacing gilik yang ukurannya kecil, ukuran panjang (jantan: 10–20 mm dan betina: 18–30 mm). Cacing lambung tinggal dalam lambung asam (abomasum) ternak domba, kambing ataupun sapi. Cacing
lambung
sangat
berbahaya,
karena
selain
menghisap
darah,
daya
perkembangbiakannya sangat tinggi. Dan cacing ini merupakan penyebab utama kematian pada domba. Siklus hidup cacing la
akan terjadi jika ternak mengkonsumsi rumput yang tercemar larva cacing Gejala sakit :
berat maka ternak akan terserang anemia yang sangat cepat sehingga akan menimbulkan kematian bagian selaput lendir mata,bulu suram, nafsu makan berkurang, jalan sempoyongan, dan
abomasum. Jika terjadi diare kemungkinan adanya komplikasi dengan penyakit lain
Cara pencegahan dan pengobatan : Pengobatan dapat dilakukan dengan macam-macam obat yang banyak beredar di pasaran. Cacing lambung dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar, oleh karena itu penyakit 42
yang berbahaya ini harus dihindari. Tindakan yang diambil adalah memisahkan hewan yang masih muda dengan yang dewasa, sebab ternak yang muda sangat rentan terhadap infeksi parasit cacing. Menjaga kebersihan kandang, menjaga agar kandang tidak becek.
c) Penyakit Ascariasis Penyakit ini disebabkan oleh cacing Askarisis sp., yang hidup di usus sapi, kerbau, domba, dan kambing, bahkan kuda serta babi. Cacing askaris disebut juga dengan nama cacing gelang, karena bentuknya bulat memanjang, warnanya kuning pucat, dan pada mulutnya terdapat 3 buah bibir. Jenis ternak berbeda, species cacing yang menyerang juga berbeda-beda seperti Askariasis lumbricoides menyerang ternak domba dan kambing, Askariasis suum menyerang ternak babi, Ascaris equorum menyerang kuda dan Toxacara vitulorum menyerang pada sapi. Cacing betina dapat menghasilkan telur banyak sekali setiap harinya dan dikeluarkan bersama faeses. Telur cacing berdinding tebal dan sangat tahan terhadap kondisi lingkungan yang buruk, misalnya kekeringan.
Faeses yang mengandung telur cacing menjadi sumber
penularan apabila mencemari rumput, atau pakan yang lain serta air minum. Telur cacing gelang akan menetas setelah termakan ternak. Larva yang menetas akan menembus dinding usus masuk ke dalam peredaran darah, ke hati dan akhirnya masuk ke paru– paru. Dari paru–paru kembali lagi ke saluran pencernaan (usus) dan akhirnya menjadi dewasa. Investasi cacing askaris lebih banyak dijumpai pada ternak muda. Sistem kekebalan pada ternak muda berkembang lebih lambat dibading ternak dewasa, sehingga ternak dewasa relatif lebih tahan, sedangkan ternak muda lebih rentan terhadap investasi cacing ini. Gejala sakit : Gejala yang tampak akibat infeksi cacing Ascaris adalah diare, kurus, lemah, perut buncit, pertumbuhannya terhambat, kulit kering dan apabila penyakitnya berat, ternak akan mati karena komplikasi. Untuk mengidentifikasi telur cacing, tinja ternak yang bersangkutan harus diperiksa secara mikroskopis. Cara pencegahan dan pengobatan penyakit : Banyak jenis obat cacing yang banyak beredar dipasaran yang dapat digunakan sebagai pemberantas cacing ascaris. Piperazine adalah salah satu jenis obat yang cukup efektif untuk memberantas ascaris. Selain itu masih banyak lagi obat-obat
43
Cacing seperti Dichlor vos,Halaxon, Pyrantel, Ven bendazole dan Cambenda zale. Pencegahan penyakit ascaris adalah dengan cara melakukan sanitasi kandang dan kebersihan lingkungan dengan baik dan secara periodik, terutama tempat pembuangan kotoran. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan sebagai usaha pencegahan terhadap penyakit ascaris : P diperhatikan, jangan memasukkan ternak terlalu padat baik dalam kandang maupun dalam pangonan. P
d) Penyakit Cysticercocis Cysticercocis adalah penyakit yang disebabkan oleh bentuk larva dari cacing pita. Cacing pita dewasa hidup di dalam usus manusia yaitu Taenia saginata dan Taenia solium. Penyakit ini disebut juga penyakit Taeniasis. Cysticercocis termasuk penyakit zoonosis, karena dapat ditularkan dari ternak ke manusia dan sebaliknya. Manusia diperlukan untuk inang cacing pita tersebut. Sedangkan pada ternak, sapi merupakan inang untuk Taenia saginata dan babi merupakan inang dari Taenia solium. Pada stadium larva, Taenia saginata terdapat di dalam daging sapi dan disebut Cysticercus bovis, stadium larva Taenia solium terdapat di dalam daging babi, dan disebut dengan Cisticercus cellulose. Penularan cysticercus pada kedua ternak tersebut dapat terjadi akibat mengkonsumsi rumput (pakan) atau minum air yang tercemar telur cacing yang berasal dari faeses manusia penderia Taeniasis. Adanya Cysticercus di dalam jaringan otot akan menyebabkan kerusakan sel – sel sekitarnya. Pada stadium ini larva cacing berbentuk gelembung bulat atau lonjong. Cysticercus banyak dijumpai pada otot rahang, jantung, lidah dan paha, kadang–kadang hati, paru–paru dan kerongkongan. Gejala sakit : Ternak yang terinfeksi pada umumnya tidak menunjukkan gejala sakit. Gangguan pada organ tubuh yang mengandung cacing baru terjadi apabila infeksinya berat. Cara yang paling tepat untuk mendiagnosis penyakit ini adalah dengan cara menemukan Cysticercus pada berbagai jaringan otot.
Cara pencegahan dan pengobatan : Pengobatan terhadap penyakit Cysticercocis belum banyak memberikan hasil, oleh karena itu yang lebih penting adalah upaya pencegahan, dengan cara menjaga kebersihan dan 44
kesehatan kandang dan lingkungan.
Untuk mencegah terjadinya penyakit pada manusia
maka dianjurkan mengkonsumsi daging dengan memasak yang sempurna.
6) Penyakit menular yang disebabkan oleh Ektoparasit a) Penyakit Scabies Scabies disebabkan oleh tungau kudis yang ukurannya sangat kecil. Beberapa spesies tungau yang dapat menyebabkan skabies antara lain : yang me pada ternak kuda Gejala sakit : -penderita tampak merasa gatal,
selalu menggaruk, menggigit-gigit tubuhnya dan
menggesek-gesekkan badannya yang kudisan pada dinding kandang atau pepohonan sehingga terjadi luka dan menyebabkann rontok bulunya -tidak ada nafsu makan, disibukkan dengan menggaruk garuk bagian yang gatal sehingga terjadi perdarahan di kulit akibat lukakemudian menggumpal membentuk lepuhberlangsung lama, kulit menjadi tebal, mengeras, melipat-lipat dan gundul karena bulu di bagian tersebut rontok Cara pencegahan dan pengobat an penyakit :
digunakan untuk merendam ternak (dipping) maka konsentrasi yang digunakan 0,05%– 45
lingkungan kandang. Ternak yang sakit harus diisolasi dan jangan sampai terjadi kontak dengan ternak yang sehat. Pediculosis disebabkan oleh dua jenis kutu yaitu : kutu yang menghisap darah (ordo
(ordo Mallohasa): Bovicola bovis Gejala sakit : Hewan yang terkena penyakit ini akan terasa gatal sehingga untuk menghilangkan rasa gatal ternak menggesek-gesekkan badannya pada benda-benda keras.
Akibatnya kulitnya
mengelupas dan timbul sisik-sisik pada kulit bahkan dapat terjadi luka-luka pada kulit. Cara pencegahan dan pengobatan : Kutu penyebab pediculosis dapat dibasmi dengan insektisida seperti malathion, azuntol, chlordane dan negasunt.
46