1. Pendahuluan Batik sudah lama dikenal sebagai warisan budaya Nusantara. Selama berabad-abad, dunia mengenal batik berasal dari Indonesia [1]. Begitu banyak macam batik yang ada di Indonesia, dengan motif yang beraneka ragam. Salah satunya motif batik Solo yang berasal dari lingkungan keraton, yang memiliki makna dan filosofi yang dalam pada tiap ornamen hiasnya. Dahulu kala motif ini hanya digunakan dan dibuat oleh kalangan keraton saja. Seiring perkembangan zaman motif-motif yang ada dapat dikenakan oleh semua orang. Namun dalam perkembangannya ada pihak yang kurang paham dengan makna yang ada pada motif batiknya, melakukan perubahan maupun penambahan gambar corak yang membuat makna yang terkandung pada corak aslinya menjadi hilang. Maka perlu adanya sebuah tindakkan yang dilakukan untuk mengembalikan arti dan filosofi pada setiap motif batik yang ada. Terlebih di era yang sudah modern ini, banyak orang yang belum tahu dengan makna ataupun arti yang tersirat pada tiap motif batik yang ada. Dari sinilah perlu diadakan penelitian untuk menciptakan inovasi baru dimana motif batik tetap mengandung filosofi aslinya, dikemas pada format yang baru sesuai dengan era yang lebih modern kini. Maka dipilihlah pixel-art sebagai format baru untuk batik yang akan dirancang. Pixel-art merupakan sebuah seni digital yang dibuat dengan bantuan komputer. Tersusun dari sebuah titik-titik kecil, menyatu dan membentuk sebuah gambar. Banyak orang awam kurang paham dengan hal ini dan tidak memperhatikannya. Lantas dimana pixel-art dapat dijumpai. Sejujurnya semua hal yang biasa dilihat pada layar televisi, komputer, layar handphone atau gadget lainnya yang memiliki layar display gambar adalah pixel-art. Berdasarkan latar belakang tersebut maka diangkatlah penelitian ini, dengan maksud membuat sebuah inovasi baru dalam bidang grafis, yang erat hubungannya dengan unsur seni dan hasil budaya. Dari banyaknya hasil budaya, batik Solo diambil sebagai objek utama. Karena batik Solo memiliki makna dan filosofi pada tiap motifnya. Sedangkan pixel-art yang merupakan salah satu dari karya seni yang sering di jumpai, namun keberadaannya sering tidak diperhatikan oleh khalayak umum. Pada penelitian ini dilakukan perancangan pattern motif Batik Solo, dalam bentuk pixel-art tanpa mengurangi dan menghilangkan arti dari tiap corak hias dan ornamen yang ada. Harapan dari penelitian ini budaya batik semakin dikenal dan digandrumi oleh masyarakat yang lebih luas, dan seni pixel atau yang lebih sering dikenal dengan pixel-art mendapatkan perhatian yang lebih di khalayak pada umumnya. Dengan cara menggabungkan kedua unsur ini menjadi satu. 2. Tinjauan Pustaka Penelitian Sebelumnya Pada penelitian sebelumnya ada “Perancangan typeface menggunakan karakter motif batik Jogja” oleh Cindy Purnamasari yang mengabungkan unsur 2
batik dengan ilmu tentang typografi untuk membuat sebuah typeface yang baru[2]. Ada pula yang membahas tentang bagaimana cara membuat batik dengan cara yang sudah ada. Pada tahun 2011, Vicky Romario Utomo dari Universitas Kristen Petra melakukan penelitian “Perancangan Modul Pembelajaran Batik Klasik Jawa Timur Untuk Anak SD oleh KIBAS” yang membuat buku modul dengan ilustrasi sebagai hasil akhir dari penelitiannya [3]. Dari beberapa temuan inilah diangkatnya judul “Perancangan PIXEL-ART pada motif Batik Solo dengan Proses Pengolahan Digital” karena belum adanya penelitian batik yang disinambungkan dengan pixel-art. Batik Batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu [4]. Secara Etimologi, kata batik berasal dari bahasa Jawa. Terdiri dari kata “amba” yang berarti lebar, luas, kain: dan “titik” yang berarti titik atau matik (membuat titik) yang kemudian berkembang menjadi istilah “batik”, yang berarti menghubungkan titik-titik menjadi gambar tertentu pada kain yang luas dan lebar. Ada dua poin utama yang harus diperhatikan dalam perancangan batik. Poin pertama adalah warna, melalui warna dapat diketahui ciri sebuah motik batik. Warna mampu memberikan kesan dan identitas tertentu pada sebuah motif. Poin kedua adalah garis, garis membentuk corak dan motif batik sehingga menjadi gambar-gambar yang indah sesuai yang diharapkan. Tanpa garis-garis yang saling berpadu, tidaklah mungkin terbentuk pola-pola batik yang indah. Batik sendiri dibedakan oleh banyak hal. Dilihat dari ragam coraknya batik dibagi menjadi tiga bagian: batik keraton, batik pesisir, dan batik pedalaman. Batik keraton adalah batik yang berasal dari daerah keraton, ciri batik keraton memiliki ragam khusus, hiasannya bersifat simbolis, berlatarkan budaya Hindu, Budha, dan Islam. Warna-warna yang digunakan cenderung netral atau kalem. Batik pesisir adalah batik yang berasal dari daerah pesisir atau pinggiran pantai tempat biasanya orang asing berlabuh. Memiliki ragam hias natural kebanyakan dipengaruhi oleh berbagai budaya asing, warna yang digunakan sangat beraneka ragam dan biasanya mencolok. Sedangkan batik pedalaman adalah batik yang berasal dari daerah pedalaman, batik ini biasanya sangat terkenal di daerah masing-masing, tetapi sering dianggap bukan batik. Bahkan sering disebut bukan batik, karena corak dan warnanya keluar dari aturan corak dan warna batik. Berdasarkan bentuknya batik juga dibedakan menjadi tiga golongan yaitu batik dengan corak hias geometris, batik dengan corak hias nongeometris, dan batik dengan corak hias khusus. Ketiganya memiliki perbedaan masing-masing. Corak hias geometris adalah corak hias yang mengandung unsur-unsur garis dan bangun (seperti garis miring, bujur sangkar, persegi panjang, trapesium, belah ketupat, jajaran genjang, lingkaran, dll) yang disusun secara berulang-ulang membentuk satu kesatuan corak. Corak ini cocok untuk digunakan sebagai desain pattern. Corak hias nongeometris adalah corak hias dengan susunan yang tidak teratur, pola ini tidak dapat diukur secara pasti. Sedangkan corak hias khusus 3
hampir sama dengan corak hias nongeometris. Corak hias khusus ini diperuntukkan bagi batik diluar keraton (pesisir dan pedalaman). Berdasarkan bentuknya corak geometris dan nongeometris memiliki berbagai macam bentuk dasar. Corak geometris secara garis besar memiliki bentuk utama ceplokan, ganggong, parang, dan banji. Corak ceplokan memiliki ciri bentuk lingkaran dan oval. Corak ganggong memiliki bentuk hampir sama dengan ceplokan. Biasanya pada corak ganggong terdapat isen yang terdiri dari seberkas garis yang panjangnya tidak sama. Isen sendiri merupakan motif yang berfungsi sebagai pengisi bidang kosong dalam batik. Untuk garis yang paling panjang biasanya berbentuk tanda +. Corak parang merupakan corak yang terdiri atas lebih dari satu ragam rias yang tersusun membentuk garis-garis sejajar dengan sudut 45o. Corak banji berdasar pada ornamen swastika, dibentuk atau disusun dengan menghubungkan swastika pada garis-garis, sehingga membentuk sebuah corak. Corak nongeometris biasanya memiliki bentuk utama semen, lunglungan, buketan, pinggiran, dan dinamis. Tiap coraknya memiliki khas masingmasing. Seperti corak semen mempunyai ragam rias utama berupa meru, suatu gubahan yang menyerupai gunung. Meru berasal dari nama gunung Mahameru. Hakikat meru adalah lambang gunung atau tempat tumbuh-tumbuhan bertunas (bersemi) hingga corak ini disebut semen yang berasal dari kata dasar semi. Corak lung-lungan mempunyai ragam hias serupa dengan corak semen. Berbeda dengan corak semen, ragam hias corak lung-lungan tidak selalu lengkap dan tidak mengandung ragam hias meru. Corak buketan dikenali lewat rangkain bunga atau kelopak bunga dengan kupu-kupu, burung, atau berbagai bentuk dan jenis satwa kecil yang mengelilinginya. Corak pinggiran terdiri atas ragam hias yang biasa digunakan untuk hiasan pinggir atau hiasan pembatas antara bidang yang memiliki hiasan dan bidang kosong pada pola batik. Corak dinamis adalah corakcorak yang masih dapat dibedakan antara unsur-unsur coraknya, tetapi ornamen di dalamnya tidak lagi berupa ornamen-ornamen tradisonal. Corak ini merupakan peralihan corak batik klasik dan modern. Pixel-Art Kata pixel-art berasal dari dua suku kata pixel dan art. Pixel merupakan unit terkecil dari sebuah gambar pada layar televisi atau komputer [5]. Art ( dalam bahasa Indonesia : seni) adalah pembuatan hal-hal seperti lukisan atau gambar, atau hal lain yang dibuat [6]. Pixel-art sendiri merupakan salah satu jenis dari seni digital. Sampai sekarang tiap orang memiliki definisi yang berbeda beda tentang pixel-art. Jika dilihat dari berbagai faktanya pixel-art merupakan jenis grafis yang dikembangkan dengan software raster image editor (MS Paint, Photoshop, GIMP, dll). Untuk membuat gambar yang berupa garis solid, pixel demi pixel dengan warna yang terbatas pada grafik komputer. Pixel-art awalnya digunakan pada grafik game klasik pada komputer yang masih terdiri dari pixel hitam dan pixel putih. Ambil salah satu contohnya adalah game “Space Invader” tahun 1978 yang dibuat oleh Midway. Satu dari game simpel yang hanya menggunakan tone hitam dan putih. Seiring perkembangan hardware komputer, grafiknya pun mulai berkembang. Pada tahun 1986 nintendo 4
mengembangkan game Kid Icarus. Game yang dimainkan pada console NES (Nintendo Entertainment System) ini memiliki jumlah warna maksimal 25 yang bisa ditampilkan pada layar monitor. Lalu pada tahun 1991, dikeluarkanlah “The Legend of Zelda : A Link to The Past”. Yang dapat dimainkan pada SNES (Super Nintendo Entertainment System). Didukung dengan 15-bit color, yang memiliki 256 warna maksimal. Sampai kini pixel-art masih banyak ditemui pada permainan pada console game (GBC, GBA, NDS, dll). Bukan hanya digunakan untuk game saja. Pixel-art juga merambah pengaplikasiannya pada media cetak. Seperti poster, adverting, t-shirt, action-figure, dll. Salah satu contohnya desain kaos dengan corak pixel-art yang dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Kaos dengan corak pixel-art[7]
3. Metode Penelitian Metode Proses Desain Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini mengadaptasi model proses desain yang digunakan Giesecke Frederick dalam mendesain. Menggunakan pendekatan yang terorganisir dan teratur atas masalah yang ada [8]. Proses desain melalui kelima proses tahapan seperti yang ditunjukan pada Gambar. 2 , tetapi jika ada suatu tahapan yang terbukti tidak memuaskan dapat kembali ke tahapan yang kurang dan kembali mengulangi prosedur tersebut.
5
Gambar 2 Diagram Proses Desain [8]
Tahap pertama yang dilakukan adalah Identifikasi Masalah. Dalam tahap ini ditemukan masalah berupa banyaknya desain batik yang beredar di pasaran tidak sesuai dengan aturan desain batik pada awalnya, sehingga membuat makna dan filosofi yang ada pada corak pembentuk ragam motifnya menjadi tidak sesuai. Masuk tahap berikutnya konsep dan gagasan yang akan dibuat, pada tahap ini diambil gagasan untuk merancang batik Solo yang memiliki makna dan arti pada motifnya dengan pixel-art sebagai bentuk baru dari inovasi ini. Kompromi Terhadap Masalah kemudian dilakukan, di tahap ini dicarilah data-data yang berhubungan dengan batik keraton Solo dengan mengadakan surve ke museum batik Danar Hadi untuk mencari tahu ciri-ciri dari batik Solo, kemudian didapatkan data-data tentang motif Batik Solo yang digunakan untuk perancangan ini . Setelah itu pembuatan model dan prototype dikerjakan, dari data yang telah didapat kemudian dibuatlah rancangan sketsa baru tanpa mengurangi inti dari tiap motif yang ada. Kemudian dibuatlah desain pixel dari motif yang ada, dengan mengikuti sketsa yang telah dibuat untuk mendapatkan desain yang baru. Tahap terakhir yang dilakukan adalah gambar produksi atau gambar kerja. Tahap terakhir pada proses ini desain yang telah dirancang telah jadi dan siap digunakan dalam bentuk pattern batik pixel-art. Ditahap ini pattern yang telah dibuat diimplementasikan pada buku katalog dan sample material sebagai contoh dan memberikan gambaran untuk nantinya dapat diproduksi pada media lain yang diinginkan.
6
Analisis Kebutuhan Dalam penelitian ini yang menjadi kebutuhan utama perancangan batik pixel adalah data tentang batik Solo. Data tersebut menjadikan fokus utama jadi atau tidaknya hasil akhir dari penelitian ini. Data yang dibutuhkan berupa motif batik berserta dengan makna dari masing-masing gambar motifnya, supaya desain baru yang dirancang tetap mengandung filosofi batik aslinya. Untuk mendapatkan data yang diperlukan maka diadakanlah kunjungan untuk observasi di Museum Danar Hadi. Metode Perancangan Batik Pixel-Art Dalam perancangan batik pixel ini, langkah-langkah kerja desain mengadaptasi cara membuat pixel-art[9]. Dimulai dengan langkah pertama merancang batik yang ingin dibuat, dengan menggambar sketsa dari pola batik yang telah didapatkan. Selanjutnya, setelah langkah pertama selesai, bentuk utama dari sketsa mulai dibangun. Dilangkah ini dilakukan pembuatan pixel yang mengacu pada pola yang sebelumnya sudah dibuat. Langkah terakhir mulai diberikan warna pada pixel yang telah dibuat. Detail pada pixel pun dapat ditambahkan pada proses ini. Agar pixel yang dibuat menjadi lebih baik. Motif Batik Solo 1.
Dodot Alasan Dodot Alasan merupakan salah satu motif batik keraton Solo yang digunakan oleh para raja untuk menolak bala. Dodot Alasan ini memiliki ciri khas corak binatang pada motifnya seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Motif Dodot Alasan
2.
Grompol Grompol berarti berkumpul atau bersatu. Motif ini melambangkan harapan pemakai dapat berkumpul bersama semua sanak saudara dan tamu-tamu. Juga berkumpulnya semua hal yang baik seperti rejeki, kebahagiaan, kerukunan hidup, ketenteraman untuk keluarga. Motif ini memiliki ciri gambar titik-titik yang melingkar seperti berkumpul seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.
7
Gambar 4 Motif Grompol
3.
Nitik Cakar Nitik Cakar memiliki filosofi agar setelah berumah tangga keturunannya nanti dapat mencari nafkah sendiri atau hidup mandiri. Motif ini memiliki ciri gambar garis-garis yang menyerupai dengan cakar ayam seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Motif Nitik Cakar
4.
Parang Cantel Motif Parang Cantel biasanya digunakan oleh para remaja putri. Maksud yang tersirat pada motif ini agar dilancarkan dan cepat mendapatkan jodoh. Ciri utama dari motif ini adanya gambar berupa cantelan (kait) pada motifnya seperti yang dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Motif Parang Canthel
5.
Parang Pamor Motif Parang Pamor berasal dari kata pamor yang berarti memancarkan cahaya atau bersinar. Ciri khas dari motif ini adalah warna coraknya yang terang dan ada lukisan keris yang menempel pada motif parang-nya seperti yang dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Motif Parang Pamor
8
6.
Parang Rusak Parang Rusak diciptakan oleh Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram. Konon, sang raja sering bertapa di sepanjang pesisir selatan pulau Jawa yang dipenuhi oleh jajaran pegunungan yang terlihat seperti pereng (tebing). Akhirnya, ia menamai tempat bertapanya dengan pereng yang kemudian berubah menjadi parang. Di salah satu tempat bertapa tersebut, ada bagian yang terdiri dari tebing-tebing atau pereng yang rusak karena terkikis deburan ombak laut selatan, sehingga lahirlah ilham untuk menciptakan motif batik yang diberi nama Parang Rusak. Ciri utama dari motif ini adalah kotak yang disusun miring 45 o. Dengan perpaduan isenisen lereng bentuk panjang berjajar disusun miring 45 o. Dan diantara lereng yang di berjajar tersebut disisipi dengan motif lereng yang rusak seperti yang dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Motif Parang Rusak
7.
Satria Wibawa Satria Wibawa merupakan jenis batik ceplokan segi-empat dengan titik pusat ditengah. Dalam ajaran Jawa motif ini melambangkan kekuasaan raja, menunjukkan kewibawaan, watak yang bijaksana seperti yang dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Motif Satria Wibawa
8.
Sidoluhur Motif Sidoluhur juga salah satu motif yang sering dipakai pada saat akad nikah. Motif ini diciptakan dengan harapan bahwa pemakainya akan memiliki posisi tinggi di masyarakat dan menjadi sosok yang baik dari masyarakat. Ciri utama dari motif ini adalah warna bidang isen-nya yang cenderung gelap seperti yang dapat dilihat pada Gambar 10.
9
Gambar 10 Motif Sidoluhur
9.
Sidomulyo Motif Sidomulyo adalah salah satu motif yang sering dipakai pada saat akad nikah. Motif ini diciptakan dengan harapan bahwa hidup akan menjadi kaya, baik secara fisik maupun spiritual. Ciri utama dari motif ini adalah warna bidang isen-nya yang cerah seperti yang dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Motif Sidomulyo
10. Slobok Slobok berasal dari bahasa jawa lobok yang yang berarti longgar. Motif ini sering digunakan saat menghadiri pemakaman. Makna dari kata longgar disini agar keluarga yang ditinggalkan diberi kelonggaran hatinya untuk melepaskan yang telah tiada. Ciri dari motif ini adalah bangun segiempat yang dibagi dua, dimana salah satu bagiannya sengaja tidak diisi atau kosong seperti yang dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12 Motif Slobok
11. Truntum Truntum berasal dari kata tentrem yang berarti tenteram. Motif ini diciptakan oleh istri raja yang sedang dilupakan karena Raja mempunyai kekasih baru. Untuk melupakan kepedihan hati, sang Ratu mulai membatik dengan motif bintang kecil dilangit . Kain ini juga biasa digunakan orang tua pengantin pada saat pesta pernikahan yang melambangkan harapan agar orang tua mampu menuntun atau memberi contoh kepada putra10
putrinya dalam memasuki kehidupan berumah tangga dan mencapai ketenteraman hidup seperti yang dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13 Motif Truntum
12. Wora Wari Rumpuk Motif Wora Wari Rumpuk memiliki arti berupa doa dari orang tua untuk anak-anak, agar terus menerus memberkati oleh Tuhan. Konon, ciri dari motif ini diambil dari bentuk utama tempat orang berdoa seperti yang dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14 Motif Wora Wari Rumpuk
13. Yuyu Sekandang Yuyu Sekandang merupakan motif yang digunakan oleh ibu hamil. Motif ini memiliki arti agar sang ibu diberikan anak yang banyak seperti yuyu (kepiting kecil yang hidup disungai). Pada motif ini digambarkan dengan garis-garis yang saling berhubungan satu sama lain membentuk sebuah bangun segiempat kecil-kecil seperti yang dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15 Motif Yuyu Sekandang
Warna Motif Batik Solo Motif batik Solo terdiri dari 3 warna utama, yaitu krem, cokelat, dan biru indigo. Adapun pemilihan yang digunakan menggunakan warna tanah dengan makna agar pemakainya dapat membumi atau ingat darimana mereka berasal. Sedangkan dalam proses pembuatannya warna-warna ini sering berubah-ubah, sebab pada jaman dahulu kala pembuatannya masih secara tradisional sehingga 11
tidak ada warna pakem yang harus digunakan pada pembuatan tiap batik. Sampai kini pun belum ada aturan warna pakem yang digunakan untuk memproduksi batik, warna yang digunakan pada motifnya biasanya mengikuti permintaan pasar. Dan untuk batik yang digunakan kalangan keraton untuk acara-acara penting, dalam pembuatannya beracuan pada literatur batik klasik peninggalan raja-raja sebelumnya. 4. Hasil Desain Pattern Batik Pixel Hasil dari penelitian ini berupa pola atau pattern batik pixel. Desain pola batik pixel yang dibuat serupa dengan motif aslinya, yang membedakan antara motif asli dan batik pixel ini selain proses dan cara pembuatannya adalah bentuk ornamennya. Desain baru yang dibuat semuanya terdiri dari bangun kotak-kotak dimana pada tampilan layar monitor gambar ini sering disebut dengan nama dot.
Gambar 16 Desain Pola Batik Pixel Dodot Alasan
Desain pola batik pixel Dodot Alasan pada Gambar 16 merupakan desain pola baru yang memiliki panjang lebih daripada desain pola batik lainnya. Hal ini dikarenakan perulangan geometris pada pola ini jatuh pada sisi panjang motifnya.
Gambar 17 Desain Pola Batik Pixel Grompol, Nitik Cakar, dan Wora Wari Rumpuk
Desain untuk pola batik pixel Grompol, Nitik Cakar, dan Wora Wari Rumpuk disusun secara rapi dan simetris, baik dari sisi atas/bawah maupun kanan/kiri. Desain dengan pola yang tersusun rapi ini dapat dilihat pada Gambar 17. 12
Gambar 18 Desain Pola Batik Pixel Parang Canthel, Parang Pamor, dan Parang Rusak
Pada pola batik pixel Parang Canthel, Parang Pamor, dan Parang Rusak disusun rapi dengan kemiringan 45o. Motif-motif ini dibuat sesuai dengan aturan perancangan batik motif parang pada umumnya. Desain dengan alur yang rapi ini dapat yang dilihat pada Gambar 18.
Gambar 19 Desain Pola Batik Pixel Satria Wibawa, Sidoluhur, dan Sidomulyo
Desain Pola batik pixel Satria Wibawa, Sidoluhur, dan Sidomulyo seperti pada gambar 19 merupakan batik dengan pola yang komplek. Pada motif Sidoluhur dan Sidomulyo tidak banyak perbedaan yang signifikan, karena pada dasarnya perbedaan dari kedua motif batik ini hanya pada warnanya saja.
Gambar 20 Desain Pola Batik Pixel Slobok, Truntum, dan Yuyu Sekandang
Tiga pola terakhir merupakan desain dengan pola termudah diantara motif yang lain. Pada motif Slobok dan Truntum mungkin terlihat sedikit komplek, tetapi ornamen pengisi pola ini terbilang cukup sederhana dari pada motif-motif sebelumnya. Sedangkan untuk pola Yuyu Sekandang hanya terdiri dari garis vertikal dan horisontal saja. Ketiga pola batik ini dapat dilihat pada Gambar 20. 13
Implementasi Desain Implementasi dari 13 pattern yang telah dirancang disajikan dalam bentuk buku katalog Batik Pixel yang dibuat untuk menjelaskan makna dari tiap motifnya. Sekaligus sebagai contoh penerapan pattern yang telah dibuat dalam bentuk perulangan gambar layaknya kain batik pada umumnya. Ada pula motif kartu kecil yang berfungsi sebagai ensiklopedia batik mini yang dibuat seukuran kartu nama, dengan konten gambar pattern dan penjelasan singkat tiap gambarnya. Untuk tampilan dari buku katalog dan kartu ensiklopedia batik pixel ini dapat dilihat pada Gambar 21.
Gambar 21 Desain Buku Katalog dan Kartu Ensiklopedia
5. Pembahasan Desain Motif Nongeometris pada Pattern Batik Pixel Motif nongeometris kebanyaknya berdiri sendiri dan biasanya tidak memiliki bagian perpotongan baik secara vertikal, horisontal, ataupun diagonal seperti bangun geometris pada umumnya. Hal inilah yang sulit diimplementasikan pada bentuk pattern, dimana pola yang sudah dibuat akan diulang-ulang secara berjajar hingga membentuk sebuah gambaran motif yang diinginkan. Ornamen motif-motif seperti ini sering disebut dengan nama ragam hias batik. Terlebih pada ornamen ragam hias nongeometris, kebanyakkan memiliki gambar bentuk yang rumit, sulit untuk dirancang dengan pixel-art.Salah satu contohnya adalah motif Pakis pada batik Buketan yang dapat dilihat pada Gambar 22.
14
Gambar 22 Pixel-art Buketan
Corak Lung-lungan pada Batik Pixel Sama hal dengan masalah yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya. Corak lung-lungan memiliki ciri yang hampir sama dengan corak semen. Hanya saja corak lung-lungan tidak serumit bentuk dari corak semen. Corak lung-lungan biasanya digambarkan dengan garis lengkung kecil. Meski merupakan salah satu jenis corak nongeometris, motif ini sering menjadi kombinasi corak gabungan, untuk mengisi ornamen kosong pada motif batik geometris. Salah satu contohnya batik dengan motif Sidomukti.
Gambar 23 Motif Sidomukti
Jika diperhatikan pada Gambar 23, corak lung-lungan pada motif batik sidomukti tersebut sudah merupakan bagian komplek yang sangat kecil sebagai ornamen isen-isen batik. Apabila di-pixel-kan hal yang terjadi adalah perubahan bentuk yang sangat siknifikan seperti yang dapat dilihat pada Gambar 24. 15
Gambar 24 Pixel-art Sidomukti
Hal ini tidak bisa diterapkan pada perancangan pixel-art. Sebab dengan perubahan bentuk corak lung-lungan pada batik pixel membuat corak tersebut bukan lagi menjadi bagian dari motif batik Sidomukti. Karena perubahan bentuk total dari corak lung-lungan, yang tadinya merupakan ornamen kecil dan komplek. Menjadi motif bukan lung-lungan saat di-pixel-kan. Membuat makna dari batik tersebut berubah. Perbandingan Desain Asli dan Desain Pixel-Art Dilihat dari segi bentuk motifnya, untuk desain asli terlihat halus namun banyak gambar yang kurang rapi pada pengulangan motifnya. Sedangkan untuk desain pixel-art terlihat lebih kaku dan rapi dengan bentuk motif yang terlihat kotak-kotak. Perbandingan antara dua desain ini dapat dilihat pada Gambar 25.
Gambar 25 Perbandingan Desain Asli dan Desain Pixel-art
6. Pengujian Desain Pengujian desain ini dilakukan untuk mengetahui layak atau tidak desain batik pixel yang telah dirancang. Pengujian desain menggunakan metode pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pada pengujian kualitatif motif batik pixel akan ditunjukan kepada pihak yang dekat dan tahu dengan batik keraton Solo. 16
Untuk pengujian kuantitatif, motif batik pixel akan ditunjukkan kepada masyarakat umum dalam jumlah tertentu agar dapat menilai motif batik yang telah dibuat. Pengujian Kualitatif Pengujian kualitatif adalah pengujian pertama yang dilakukan, untuk mengetahui baik atau tidak desain batik pixel yang telah dirancang. Pada pengujian ini hasil akhir dari desain yang telah dibuat, ditunjukan kepada pihak yang dekat dan mengerti tentang batik. Pada pengujian ini dipilihlah Bapak Edi Pratik, yang masih memiliki kerabat dengan keraton Solo sekaligus seniman dan pemerhati kebudayaan. Hasil dari perancangan ini dinilai baik oleh Bapak Edi Pratik, dan dijelaskannya perlu adanya inovasi-inovasi seperti perancangan batik pixel ini untuk terus mengembangkan budaya di era yang terus berkembang ini agar budaya warisan nenek moyang tidak hilang dan dilupakan. Selain pengujian kualitas gambar motif, dilakukan juga pengujian praproduksi. Maksud dari pengujian pra-produksi ini untuk mengetahui bisa atau tidak batik pixel ini untuk di produksi, untuk itu dilakukanlah wawancara dengan Bapak Yahmanto selaku Kabag. Engraving di PT. Daya Manunggal Salatiga. Adapun pemilihan responden untuk pengujian produksi ini dikarenakan PT. Daya Manunggal merupakan satu dari banyak pabrik di Indonesia yang mengekspor textile hingga keluar negeri. Setelah menunjukkan batik pixel yang telah dirancang, Bapak Yahmanto mengatakan bahwa batik pixel ini dapat diproduksi di pabrik. Pengujian Kuantitatif Pada pengujian kuantitatif dilakukan dengan cara pengisian kuisoner. Responden yang dilibatkan dalam pengujian ini adalah 30 orang mahasiswa. Responden yang dipilih sengaja diambil dari kalangan mahasiswa, sebab mahasiswa cenderung berfikir lebih kritis dalam mengambil keputusan pada umumnya. Pengisian kuisioner dilakukan dengan menunjukkan desain batik pixel yang telah dirancang pada responden, dan membandingkannya dengan corak batik aslinya. Aspek yang dinilai pada pengujian ini adalah gambar motif yang telah dirancang, kecocokan warna dengan batik aslinya, dan perulangan pola pada motif batik pixel. Kuisioner yang diberikan bertujuan untuk menilai tanggapan para responden terhadap desain yang telah dibuat. Hasil persentase penilaian kuisioner yang telah diisi 30 responden pada tiap motif secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1.
17
Tabel 1 Tabel Hasil Pengisian Kuisioner Batik Pixel no.
nama motif
1
Dodot Alasan
2
Grompol
3
Nitik Cakar
4
Parang Cantel
5
Parang Pamor
6
Parang Rusak
7
Satria Wibawa
8
Sidomulyo
9
Sidoluhur
10
Slobok
11
Truntum
12
Wora Wari Rumpuk
13
Aspek gambar motif kecocokan warna perulangan motif gambar motif kecocokan warna perulangan motif gambar motif kecocokan warna perulangan motif gambar motif kecocokan warna perulangan motif gambar motif kecocokan warna perulangan motif gambar motif kecocokan warna perulangan motif gambar motif kecocokan warna perulangan motif gambar motif kecocokan warna perulangan motif gambar motif kecocokan warna perulangan motif gambar motif kecocokan warna perulangan motif gambar motif kecocokan warna perulangan motif
gambar motif kecocokan warna perulangan motif gambar motif Yuyu Sekandang kecocokan warna perulangan motif Total keseluruhan
sangat baik 47% 13% 24% 47% 37% 57% 40% 23% 33% 27% 33% 17% 27% 7% 30% 40% 30% 57% 30% 27% 27% 53% 56% 47% 26% 27% 30% 20% 17% 13% 57% 53% 53%
baik 50% 70% 70% 43% 50% 40% 53% 50% 67% 57% 40% 73% 57% 53% 60% 50% 60% 40% 63% 63% 73% 37% 37% 50% 67% 63% 63% 63% 66% 77% 40% 37% 34%
23% 37% 37% 43% 30% 27% 33,9%
67% 57% 60% 40% 67% 53% 55,4%
Point kurang baik 3% 17% 3% 10% 13% 3% 7% 27% 0% 13% 27% 10% 17% 37% 7% 10% 10% 3% 7% 10% 0% 10% 7% 3% 7% 10% 7% 17% 17% 7% 3% 10% 13% 7% 7% 3% 17% 3% 20% 10,2%
tidak baik 0% 0% 3% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 3% 0% 0% 0% 3% 3% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 3% 0% 0% 0% 3% 0% 0% 0% 0% 0% 0,5%
Dapat dilihat pada Tabel 1 untuk motif Dodot Alasan baik dari gambar motif, kecocokan warna serta perulangan motif banyak dinilai baik oleh para responden. Pada motif Grompol hampir sama dengan motif Dodot Alasan, untuk semua aspek kurang dari 13% yang menilai kurang baik. Nitik Cakar dan Parang Cantel tidak berbeda jauh, namun 27% responden menilai kecocokan warnanya kurang baik. Sedangkan pada motif Parang Pamor 37% responden banyak yang kurang cocok dengan warna yang digunakan. Pada motif Parang Rusak didominasi oleh respon baik, khusus pada aspek perulangan motif 73% responden menilai sangat baik. Motif Satria Wibawa, Sidomulyo, dan Sidoluhur juga banyak yang merespon baik untuk setiap aspeknya, kurang dari 10% responden yang menilai kurang baik. Motif Slobok masih banyak dinilai baik, tetapi pada gambar motif dan kecocokan warna 17% responden menilai kurang baik. Hasil yang bagus ditunjukan pada motif Truntum yang lebih dari 50% responden menilai sangat baik untuk ketiga aspeknya. Motif Wora-wari Rumpuk didominasi oleh respon baik, dan untuk motif Yuyu Sekandang cenderung dinilai baik, tetapi pada perulangan motifnya 20% responden menilai kurang baik. Secara keseluruhan setengah lebih dari responden menilai batik pixel yang dirancang baik.
18
7. Simpulan Setelah merancang pixel-art pada motif batik Solo dengan proses pengolahan digital ini dapat diambil kesimpulan tidak semua batik Solo dapat dibuat pixel-art. Beberapa motif batik solo memiliki ornamen hias yang rumit dan detail. Dikarenakan perancangan ini berfokus pada motif batik Solo, maka desain yang telah dibuat harus mengikuti aturan dari batik Solo. Sehingga ada aturanaturan perancangan yang dilakukan pada pembuatan desainnya, baik gambar motif ataupun warna yang digunakan. Salah satu ciri yang dimiliki dari batik Solo adalah adanya corak lunglungan pada beberapa motif tertentu. Dimana pada perancangannya corak ini tidak dapat dibuat pixel-art, gambar coraknya yang kecil membuat corak mengalami reduksi dan berubah bentuk tidak seperti gambar aslinya. Perubahan bentuk itu membuat batik yang didesain tidak lagi mengandung makna serta filosofi batik Solo. 8. Daftar Pustaka 1. Wulandari, Ari. 2011.batik nusantara:makna filosofis, cara pembuatan dan industri batik. Yogjakarta : Penerbit Andi. 2. Purnamasari, Cindy. 2009. Perancangan typeface beserta aplikasi medianya dengan menggunakan karakter motif batik Jogja. http://dewey.petra.ac.id (diakses pada tanggal 20 Maret 2012). 3. Utomo, Vicky Romario. 2011. Perancangan Modul Pembelajaran Batik Klasik Jawa Timur Untuk Anak SD oleh KIBAS. http://dewey.petra.ac.id (diakses pada tanggal 20 Maret 2012). 4. Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa. 2008 . batik. http://bahasa.kemdiknas.go.id (diakses tanggal 29 Februari 2012). 5. Cambridge University Press. 2011 . pixel. http://dictionary.cambridge.org (diakses pada tanggal 29 Februari 2012). 6. Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa. 2008 . seni. http://bahasa.kemdiknas.go.id (diakses tanggal 29 Februari 2012). 7. Pixelcute. 2009. PIXEL BARONG BALI. http://www.gantibaju.com (diakses tanggal 20 Juni 2012). 8. Frederick E., Giesecke, Mitchell, Spencer,dkk. 2000. TECHNICAL DRAWING, Eleventh Edition. Prentice Hall: Upper Saddle River. 9. Hanson-White, Alex. 2007. Pixel Artist’s Beginner Booklet chapter. 5. Pixel Artist’s Beginner Booklet, 1-3. http://finalredemption.com (diakses pada tanggal 29 Februari 2012).
19