BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada
era globalisasi dan pasar bebas hanya organisasi yang mampu melakukan
perbaikan terus menerus (continuous improvement) dalam keunggulan kompetitif yang mampu untuk berkembang. Organisasi sekarang harus dilandasi oleh keluwesan, team kerja yang baik, kepercayaan dan penyebaran informasi yang memadai.
Sebaliknya
organisasi
yang
merasa
puas
dengan
dirinya
dan
mempertahankan status quo akan tenggelam dan selanjutnya tinggal menunggu saatsaat kematiannya. Dalam keadaan seperti inilah dibutuhkan kehadiran sosok seorang pemimpin yang memiliki kecakapan dan kemampuan untuk mempengaruhi dan mengajak, mengumpulkan dan menggerakkan orang lain untuk menangani persoalan-persoalan yang ada waktu itu. Kepemimpinan adalah tentang menciptakan dan mengatasi perubahan. Kepemimpinan melibatkan setting arah, mengembangkan visi ke dalam tindakan atau aksi di dunia nyata. Suatu organisasi atau perusahaan tidak dapat berjalan dengan sendirinya tanpa adanya seorang pemimpin yang mampu membawa organisasi atau perusahaan mencapai tujuan yang direncanakan. Kepemimpinan sebagai salah satu penentu arah dan tujuan organisasi harus mampu mensikapi perkembangan zaman ini. Pemimpin yang tidak dapat mengantisipasi dunia yang sedang berubah ini, atau setidaknya tidak memberikan respon, besar kemungkinan akan memasukkan organisasinya dalam situasi stagnasi dan akhirnya mengalami
keruntuhan. Disinilah organisasi membutuhkan pemimpin, karena pemimpin merupakan jabatan yang sangat penting dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Semua kebijakan dan keputusan yang dibuatnya akan sangat mempengaruhi tercapai atau tidaknya tujuan dari organisasi dan perusahaan yang dipimpinnya tersebut. Kepemimpinan dalam bahasa Inggris
yaitu leader yang akar katanya
adalah to lead. Dalam kata ini terkandung beberapa arti yang saling berhubungan : bergerak lebih awal, berjalan di depan, mengambil langkah pertama, berbuat paling dulu, memelopori, mengarahkan pikiran-pendapat-tindakan orang lain, membimbing, menuntun, menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya. Berdasarkan definisi kepemimpinan di atas secara umum kepemimpinan dapat diartikan sebagai seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, hormat dan kerjasama yang bersemangat. Menurut Anoraga (1990;1) seorang pemimpin adalah seorang yang mempunyai wewenang untuk memerintah orang lain, yang di dalam pekerjaannya untuk mencapai tujuan organisasi memerlukan
bantuan
orang
lain.
Sedangkan
Daft
(2003;50)
berpendapat
kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi orang yang mengarah kepada pencapaian tujuan. Dengan menjadi pemimpin seseorang mendapatkan kedudukan tertinggi dalam lingkungannya, berikut kekuasaan, fasilitas hidup, alat kerja, dan keuntungan yang melekat pada jabatan kepemimpinan itu. Pemimpin pada intinya adalah sebuah tugas pengabdian. Dia ada bukan demi dirinya sendiri, melainkan demi orang lain. Dia dipanggil bukan hanya untuk memuaskan hobby pribadi, melainkan demi tujuan dan cita-cita bersama, demi kepentingan umum. Pemimpin dibebani tugas membawa mereka yang dipimpin
2
menuju ke tujuan dan cita-cita bersama. Pemimpin yang baik tidak hanya mengandalkan aturan dan insentif nyata untuk mengendalikan transaksi spesifik dengan pengikutnya. Mereka memfokuskan diri pada kualitas tidak nyata seperti visi, pemahaman nilai dan ide untuk membangun hubungan, memberi arti lebih luas pada aktivitas yang beragam dan menemukan dasar yang umum untuk melibatkan pengikut dalam proses perubahan. Dalam masa ini diharapkan dapat munculnya seorang pemimpin yang dapat menjadi motor penggerak bagi perusahaan dan bisa diandalkan. Seorang pemimpin yang baik tidak hanya sekedar mengobral janji-janji semata, tetapi mampu melaksanakan tanggung jawabnya sebagai pemimpin sehingga perusahaan atau organisasi dapat berjalan dengan baik. Rumah Sakit Emanuel adalah salah satu bentuk unit usaha yang bergerak di sektor kesehatan. Dalam memasuki era globalisasi Rumah Sakit Emanuel sangat membutuhkan seorang pemimpin yang benar-benar mengerti akan perubahan dan juga dapat mengatasi berbagai macam krisis yang terjadi. Namun untuk mendapatkan seorang pemimpin yang mengerti akan kondisi seperti saat ini bukan sesuatu yang mudah justru yang terjadi adalah pemimpin yang lebih banyak mementingkan diri sendiri dan bersikap acuh tak acuh terhadap bawahannya. Pemimpin organisasi juga harus menyadari bahwa berhasil atau tidaknya perusahaan tergantung dari sistem yang dijalani. Oleh karena itu berdasarkan pemikiran tersebut, yang menjadi judul dalam penelitian ini adalah “Analisis Gaya Kepemimpinan Yang Diharapkan Oleh Karyawan
Rumah Sakit Emanuel Purwareja
Klampok-Banjarnegara”.
3
1.2 Perumusan Masalah
Berdasar latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : • Gaya kepemimpinan seperti apa yang diharapkan oleh karyawan pada Rumah Sakit Emanuel Purwareja-Klampok Banjarnegara?
1.3 Tujuan Penelitian • Untuk mengetahui secara jelas gaya kepemimpinan yang diharapkan oleh karyawan
1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi RS Emanuel Membantu Rumah Sakit Emanuel Purwareja-Klampok Banjarnegara untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi Rumah Sakit dan karyawan. 2. Bagi penulis. Untuk mempraktekkan teori-teori yang telah diperoleh selama kuliah ke dalam praktek yang sebenarnya dan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana ekonomi. 3. Bagi pihak lain. Dapat dijadikan sebagai referensi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi pihak yang membutuhkan.
4
1.5 Batasan Masalah
Untuk
membatasi agar penelitian ini tidak terlalu luas maka penulis membatasi
masalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Emanuel Purwareja-Klampok Banjarnegara. 2. Responden yang diteliti adalah karyawan pada Rumah Sakit Emanuel Purwareja-Klampok Banjarnegara 3.
Penelitian hanya dilakukan pada masalah kepemimpinan.
4. Pembahasan difokuskan pada tipe-tipe kepemimpinan (Siagian 1988;27) •
Tipe kepemimpinan otokratik. Dilihat dari persepsinya, seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Egoismenya
yang
sangat
besar
akan
mendorongnya
memutarbalikkan kenyataan yang sebenarnya sehingga sesuai dengan apa yang secara subyektif diinterpretasikannya sebagai kenyataan. •
Tipe
kepemimpinan
paternalistik.
Gaya
kepemimpinan
paternalistik lebih bercorak peran pemimpin adalah sebagai pelindung, bapak dan guru. •
Tipe kepemimpinan kharismatik. Pemimpin tipe ini mampu menggerakkan orang lain melalui kekuatan pribadinya yang bersifat menarik dan kehadirannya selalu menimbulkan pesona.
•
Tipe kepemimpinan laissez faire. Seorang pemimpin yang laissez faire melihat peranannya sebagai “polisi lalu lintas”. Dengan
5
anggapan bahwa para anggota organisasi sudah mengetahui dan cukup dewasa untuk taat kepada peraturan permainan yang berlaku, seorang pemimpin yang laissez faire cenderung memilih peranan yang pasif dan membiarkan organisasi berjalan menurut temponya sendiri tanpa banyak mencampuri bagaimana organisasi harus dijalankan dan digerakkan •
Tipe kepemimpinan demokratik. Dalam tipe kepemimpinan ini pemimpin berperan sebagai koordinator dan integrator. Seorang pemimpin dengan tipe ini akan berusaha membawa mereka yang dipimpin menuju ke tujuan dan cita-cita dengan memperalukan mereka secara sejajar
6