P R O F I L K U L I P A N G G U L P E R E M P U A N ………| 101
PROFIL KULI PANGGUL PEREMPUAN DESA SELOTINATAH KECAMATAN NGARIBOYO KABUPATEN MAGETAN Farah Wahyuni Idha Salasin & Yudi Hartono* Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil akan kuli panggul perempuan, terkait dengan kesejarahan kuli panggul, faktor-faktor yang mendasari bekerja sebagai kuli panggul serta interaksi kuli panggul baik dengan keluaraga, masyarakat serta antar kelompok kuli panggul di pasar sayur kota Magetan. Lokasi penelitian di Desa Selotinatah Kecamatan Ngariboyo, Kabupaten Magetan. Sumber data berupa Informan, Arsip dan Dokumen. Informan dalam penelitian ini adalah perangkat desa Selotinatah, Ketua SPSI Cabang pasar sayur magetan dan Kuli panggul perempuan dari Desa Selotinatah. Sedangkan Arsip maupun dokumen yang digunakan meliputi bahan pustaka, data dari SPSI Cabang Pasar Sayur Magetan, profil desa Selotinatah serta Data dari BPS. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan wawancara (Interview), Observasi dan dokumentasi. Validasi yang digunakan untuk menguji kebenaran data dengan menggunakan triangulasi sumber penelitian. Sedangkan analisis data menggunakan tiga teknik yakni reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuli panggul perempuan di Desa Selotinatah bisa dikatakan telah membudaya, padahal untuk sekarang bagi perempuan menjadi TKW menjadi primadona dalam bekerja. Meskipun begitu, pemilihan pekerjaan ini tidak lain bagi perempuan, tetap ingin menjalankan perannya sebagi ibu rumah tangga. Pekerjaan sebagai kuli dijalani oleh perempuan desa Selotinatah sejak tahun 1970-an. Faktor yang mendasari mereka memilih bekerja sebagai kuli selain ketersediaan pekerjaan di desa juga dipengaruhi oleh faktor pendidikan serta topografi desa Selotinatah. Terkait dengan interaksi baik dengan keluarga, masyarakat dan antar sesama kuli panggul tetap dapat terjalin dengan berbagai kegiatan khusus perempuan “ibu-ibu” baik di desa maupun di pasar sendiri. Kata Kunci: Kuli, Perempuan
Pendahuluan Masyarakat
dengan masyarakat serta segala aspek
Indonesia
sebagian
kehidupannya. Menurut Sutardjo Kartodikusumo
besar bercirikan agraris. Basis kehidupan masyarakat
agraris
adalah
desa.
Keberadaan desa sangat penting, karena desa merupakan tempat penyedia bahan baku pangan, produksi dan tenaga kerja. Adanya fungsi tersebut, maka pantas jika dikatakan
desa
kehidupan menstabilkan
merupakan
masyarakat gerak
kota
sosial
jantung dalam ekonomi.
Pembahasan tentang desa akan terkait
(dalam R. Bintarto, 1984:13) “Desa ialah suatu kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri”. C.S.T Kansil,
dkk
(2004:56)
mengemukakan
pengertian desa “.... dalam perkembangan sejarah
ketatanegaraan
dan
tata
pemerintahan sampai sekarang merupakan suatu wilayah yang ditempati sejumlah
* Farah Wahyuni Idha Salasin adalah Alumni Pendidikan Sejarah IKIP PGRI MADIUN * Yudi Hartono adalah Dosen Pendidikan Sejarah IKIP PGRI MADIUN
102 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
penduduk
yang
mempunyai
organisasi
desa merupakan jantung kehidupan kota,
pemerintahan terendah langsung di bawah
meski keadaan kemakmuran dan kemajuan
camat,
suatu desa akan berbeda. Perbedaan itu
telah
memiliki
hak
menyelenggarakan rumah tangganya”. Menurut
Peraturan
dipengaruhi
Pelaksanaan
(geografi
oleh
setting)
dan
tata
geografi
usaha
manusia
Pemerintahan Republik Indonesia Nomor
(human
72 Tahun 2005 Tentang Desa Bab IV Daerah
desanya.
Peraturan
mendorong masyarakat memanfaatkannya
Pemerintahan
Tentang
Desa
efforts)
faktor dalam
Ketersedian lahan
memanfaatkan
lahan
tanaman
di
pokok,
desa
pasal 1 (2006:23), pengertian desa sebagai
sebagai
yang
berikut.
disesuaikan dengan keadaan alam terkait
“Desa atau yang disebut nama lain,
dengan tanaman komoditus yang dapat di
selanjutnya di sebut desa, adalah
tanam
kesatuan masyarakat hukum yang
perekonomian masyarakat pedesaan.
serta
dapat
meningkatkan
memiliki batas-batas wilayah yang
Unsur desa yang kedua adalah
berwenang untuk mengatur dan
penduduk atau masyarakat. Pengertian
mengurus kepentingan masyarakat
masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan
(dalam Abraham Nurcahyo dkk, 2009:48)
adat istiadat setempat yang diakui
masyarakat
dan
sistem
manusia yang berinteraksi menurut suatu
Kesatuan
sistem adat istiadat tertentu yang bersifat
dihormati
Pemerintahan
dalam Negara
menurut sebagai
Koentjaraningrat kesatuan
hidup
Republik Indonesia.”
kontinu dan yang terikat oleh suatu rasa
Berdasarkan pengertian-pengertian
identitas bersama. Sedangkan, Unsur yang
di atas, dapat disimpulkan bahwa desa
ketiga adalah tata kehidupan. Menurut R.
merupakan
tinggal
Bintarto (1984:14) tata kehidupan dalam
sekelompok manusia yang memiliki batasan
hal ini adalah pola tata pergaulan dan
wilayah dan peraturan yang sesuai dengan
ikatan-ikatan pergaulan warga desa. Jadi,
karakter setiap wilayah,
menyangkut
mengatur
kawasan
tempat
pemerintahan
serta desa
berhak yang
mempunyai status hukum yang diakui Negara.
seluk-beluk
kehidupan
masyarakat desa. Besarnya jumlah penduduk desa menjadikan
surplus
tenaga
di
sektor
Ada beberapa unsur desa. Menurut
pertanian. Hal ini menjadikan masyarakat
R. Bintarto (1984:14), unsur-unsur desa
menyalurkan tenaga di sektor ekonomi yang
yaitu:1) Daerah, 2) Penduduk dan 3) Tata
lain. Selain itu, sektor pertanian bagi
Kehidupan. Daerah pedesaan tidak terlepas
masyarakat desa hanya bersifat musiman
dari pertanian. Hal ini akan terkait bahwa
saja, sehingga tidak mampu menghasilkan
P R O F I L K U L I P A N G G U L P E R E M P U A N ………| 103
pendapatan setiap harinya baik bagi pemilik
menggunakan sektor kerajinan dijadikan
tanah maupun buruh tani.
pekerjaan yang utama. Walaupun mengrajin
Sektor nonpertanian yang berperan dalam
pengalokasian
masyarakat
pedesaan,
tenaga
kerja
selain
sebenarnya masyarakat masih mempunyai keterkaitan
dengan
sektor
pertanian,
mencari
seperti ungkapan masyarakat dalam Ravik
pekerjaan ke kota, bisa dengan kegiatan
Karsidi (2003: 146) “nasinya dari sawah
industri
rakyat
lauknya dari industri”. Namun, jika dalam
yang berskala rumahan. Industri kerajinan
sektor kerajinan ini tidak tersedia atau tidak
rumah tangga bisa menjadi pilihan bagi
mampu menyerap tenaga kerja di desa,
masyarakat, biasanya hal ini disesuaikan
maka urbanisasi menjadi pilihan untuk
dengan komuditi kerajinan yang ada di
mencari penghidupan/kerja selanjutnya.
rumah-tangga/kerajinan
suatu desa. Kondisi kerajinan ini biasanya
Urbanisasi
menjadi
daya
tarik,
terkait dengan icon suatu desa maupun
disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut
daerah, yang dapat menarik wisatawan.
Soerjono Soekanto (2001:173-174) sebab
Namun, ada pula yang menjalankan usaha
urbanisasi yaitu faktor pendorong dari desa
kerajinan karena kreatifitas, dengan begitu
ke kota dan faktor daya tarik kota. Faktor
usaha kerajinan tetap ada dan tentunya
yang mendorong penduduk desa untuk
membuka lahan pekarjaan baru. Selain
meninggalkan daerah kediamannya (Push
industri kerajinan ada pula usaha/buruh
Factors) diantaranya: kurangnya lapangan
non pertanian seperti pekerja bangunan,
kerja di desa. penduduk muda merasa
galian dan angkutan.
tertekan dengan adat istiadat di desa, di
Usaha kerajinan dalam Ravik Karsidi
desa
tidak
banyak
kesempatan untuk
(2003: 142) merupakan pekerjaan yang
menambah pengetahuan, rekreasi yang
lebih
ini
merupakan faktor penting dalam spiritual
dikarenakan anggapan masyarakat jika
dan bagi masyarakat yang mempunyai
seorang
keahlian
“halus”
dari
pengrajin
sosialnya
dari
pada lebih
pada
bertani, tinggi
petani.
strata
Kegiatan
mengrajin ini kebanyakan dilakukan oleh
selain
bertani,
menginginkan
pasaran yang lebih luas, yang tidak di dapatkan di desa.
kaum perempuan. Pekerjaan ini dilakukan
Faktor kota yang menarik penduduk
juga sebagai pengalihan tenaga kerja selama
desa untuk pindah dan menetap di kota-
menunggu masa tanam maupun masa panen
kota (Pull Factors) diantaranya: anggapan
tiba. Walaupun begitu, tidak dipungkiri jika
penduduk desa jika di kota banyak lapangan
usaha kerajinan menjadi pekerjaaan yang
kerja dan penghasilan, di kota lebih banyak
utama bagi sebagian masyarakat. Meskipun
kesempatan
ada
industri dan lain-lain, kelebihan modal di
sebagian
masyarakat
yang
mendirikan
perusahaan
104 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
kota
desa,
pedagang keliling hasil pertanian, pedagang
pendidikan di kota terutama lanjutan lebih
Es/Bakso dan perdagang keliling dalam
banyak, kota merupakan tempat yang
desa/luar desa. Namun bagi mereka yang
menguntungkan
mengembangkan
tidak memiliki kualifikasi pendidikan dan
jiwa dan kota memiliki tingkat budaya yang
tidak memiliki modal yang memadai untuk
tinggi. Kondisi tersebut yang mendorong
melakukan
perempuan
untuk
memilih pekerjaan yang mengandalkan
berurban ke kota. Kerasnya persaingan
kekuatan fisik. Keadaan seperti itulah yang
kerja di kota, tanpa adanya ketrampilan
menjadi gambaran latar belakang kaum
yang mereka miliki memaksa untuk bekerja
perempuan Desa Selotinatah menjadi kuli
apa saja, yang terpenting bagi mereka bukan
panggul di pasar. Menjadi kuli panggul di
pekerjaannya di kota melainkan hasilnya
pasar sayur karena psar ini secara umum
yang ingin dicapai yaitu uang.
menjadi tempat translit pertama sayuran
para
lebih
banyak
daripada di
untuk
maupun
laki-laki
kegiatan
berdagang,
Dengan pilihan pekerjaan yang ada,
dari pengepul suatu desa
perempuan
sentral
memilih
menjalani
pekerjaan sebagai kuli/tenaga jasa. Selain,
penghasil
maka
yang menjadi
sayuran,
kemudian
berlajut ke pedagang eceran.
karena tuntutan kebutuhan rumah tangga
Pekerjaan kuli panggul merupakan
juga disebabkan karena sektor pertanian
pekerjaan dalam bidang informal, sehingga
hanya bersifat musiman. Namun tidak
tidak
dipungkiri, bagi kaum perempuan yang
pendidikan maupun seleksi yang rumit bagi
awalnya bekerja menjadi kuli panggul
yang ingin bekerja. Selain itu, dalam
beralih menjadi pedagang didesanya. Lain
memulai pekerjaan tidak diperlukannya
dari pada itu, bagi perempuan selain bekerja
modal serta ketrampilan atau kecakapan
menjadi kuli panggul, apabila memiliki
tertentu. Kuli panggul di pasar sayur
kualifikasi
Magetan
pendidikan
yang
memadai,
memerlukan
memiliki
adanya
standart
kelompok-kelompok,
memiliki modal serta kecakapan berdagang
dimana kelompok ini bertujuan sebagai
perempuan
tersebut
memilih
pengorganisir dalam penyampain informasi
pedagang.
Sektor
perdagangan
menjadi ini
dari ketua SPSI (Serikat pekerja seluruh
mempunyai peranan dalam menciptakan
Indonesia) cabang pasar sayur magetan
kesempatan kerja secara mandiri. Meski,
terkait
usaha perdagangan yang mereka lakukan
kelompok besar kuli panggul seperti arisan.
bukan yang berskala besar.
acara
rutin
dalam
kelompok-
Kerja sebagai kuli panggul dijalani
Mubyarto (1985: 191) membagi
kaum
perdagangan
berkembang
Selotinatah sejak lama atau bisa dikatakan
dipedesaan, yaitu : pedagang warung,
telah membudaya. Melihat kondisi zaman
jenis
yang
perempuan
masyarakat
Desa
P R O F I L K U L I P A N G G U L P E R E M P U A N ………| 105
saat ini, masih saja warga desa Selotinatah
penelitian sejarah sosial lebih lanjut dan
tetap
dapat
menjalani
pekerjaan
tersebut,
sementara banyak di desa yang lain kaum
dipergunakan
untuk
pembedaharaan perpustakaan.
perempuan lebih memilih untuk mengadu
3. Untuk mengkaji kehidupan masyarakat
nasib/bekerja di negeri orang dengan
desa Selotinatah terkait dengan SDM
pertimbangan hasil yang didapatkan lebih
(Sumber
Daya
Manusia)
berarti. Dalam eksistensi menjamurnya
(Sumber
Daya
Alam)
pengiriman TKI (Tenaga Kerja Indonesia)
dengan potensi alam dan kemampuan
khususnya TKW (Tenaga Kerja Wanita) ke
masyarakat
luar negeri, ternyata masih ada kaum
potensi yang ada.
dalam
dan
SDA
sehubungan
mengembangkan
perempuan Desa Silotinatah yang menjalani pekerjaan kasar sebagai kuli panggul. Kenyataan ini menarik bagi penulis untuk
Kajian Teori A. Kuli
menelaah mengenai sejarah, faktor – faktor
Kuli sebagai salah satu jenis
yang mem-pengaruhi menjadi kuli panggul
pekerjaan dapat di bagi menjadi kuli
dan kehidupan sehari-hari kuli panggul
profesional dan kuli kasar. Kata kuli
perempuan di Desa Selotinatah Kecamatan
sendiri tersinonim dengan kata buruh,
Ngariboyo Kabupaten Magetan.
hal
ini
yang
membedakan
dalam
perkembangan penggunaan istilah. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dari
“Kata
buruh
dalam
hukum
penelitian adalah mengenai sejarah, faktor –
positif
faktor yang mem-pengaruhi menjadi kuli
mendefinisikan buruh sebagai
panggul dan kehidupan sehari-hari kuli
orang yang bekerja untuk orang
panggul perempuan di Desa Selotinatah
lain dengan mendapatkan upah,
Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan.
sebagaimana termuat dalam UU
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
No. 21/2001 tentang Serikat
sebagai berikut.
Buruh. Secara sosiolagis buruh
1. Sebagai
kajian
bahwa
perempuan
Indonesia
terdefinisi sebagai kelompok
sekarang juga telah berperan dalam
masyarakat
peningkatan
keluarga.
berpenghasilan sangat rendah,
Pemahaman dalam bentuk emansipasi
sehingga digolongkan ke dalam
perempuan yang sederhana.
kelompok masyarakat pinggiran
ekonomi
2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai
masukan
untuk
(marginal)”.
yang
(Dalam
Labibah, 2004:27-28)
Umnia
106 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
Menurut
Basir
Barthos
dimulai dengan pendatanganan ikatan
(2001:19) buruh atau karyawan adalah
kerja (perjanjian kerja) yang salah satu
mereka yang bekerja pada orang lain
isinya mereka bekerja selama 10 jam
atau
perhari. Kuli dalam bahasa belanda
instansi/kantor
dengan
menerima
perusahaan
upah/gaji
baik
berupa uang maupun barang, seperti:
adalah Koelie (dalam R.P. Suyono, 2005: 101-105)
pegawai negeri/swasta, buruh tani, dan
Perkembangan akan kuli di
sebagainya. UU Ketenagakerjaan No 13
Indonesia ada tiga jenis, yaitu kuli
Tahun 2003 Pasal 1 pekerja atau buruh
kenceng, kuli setengah kenceng dan kuli
adalah
kendho.
setiap
orang
yang
bekerja
Kuli
Kenceng
merupakan
dengan menerima upahan atau imbalan
pekerja yang memiliki kewajiban penuh
dalam bentuk lain. Pengertian tersebut
melaksanakan
hanya sebagai penggambaran buruh
tanggung-jawabnya/pekerja
yang secara umum sama denga kuli,
Menurut
meski
setiap penggarap menjadi sikep (peserta
secara
inti
juga
berhak
mendapatkan upah dari penggunanya. Awal
keberadaan
Jan
pekerjaannya Breman
atau tetap.
(1986:12,14)
pemilik tanah persawahan), yang harus
kuli
menyediakan jasa tenaga. Orang sikep
sejarah
biasa dikenal juga wong kenceng yang
munculnya perkebunan di Indonesia
ditempat lain disebut juga Kuli kenceng.
pada masa penjajahan. Upaya yang
Dalam
dilakukan
dalam
Kenceng adalah lapisan masyarakat
dalam
paling
berhubungan
dengan
penjajah
mengeksploitasi pemanfaatan
hasil
bumi,
yakni
34)
lapisan
Kuli yang
menguasai tanah, pembayaran pajak
Indonesia. Kemunculan kuli pada masa
tanah dan wajib kerja serta patuh
perkebunan (onderneming) yang berada
kepada
di luar Jawa seperti Sumatera, sehingga
setengah kenceng dan kuli kendho
perlu mendatangkan pekerja dari Jawa.
merupakan kuli/pekerja yang sedang
Tawaran bekerja ini di terima oleh
menunggu giliran tanah garapan.
Jawa
karena masalah
dengan
tanah
atas,
(1991:
di
masyarakat
kesuburan
Suhartono
antusias,
kemiskinan yang
raja,
terkait
Penggolongan didasarkan
pada
kuli
di
atas
tanggung
jawab
melanda. Namun, mereka tidak tahu jika
seseorang
bekerja disana mereka menjadi kuli. Hal
pekerjaan tersebut atau keterikatan
ini perlu dimaklumi, karena mereka
pekerja
petani yang buta huruf dan minim
dilakukan. Menurut Umnia Labibah
pengetahuan.
(2004:58) industri yang dikembangkan
Proses
bekerja
juga
dalam
dengan
dengan
melaksanakan pekerjaan
yang
P R O F I L K U L I P A N G G U L P E R E M P U A N ………| 107
pemerintahan
Belanda
adalah
Keadaan ekonomi yang miskin
industri
semakin mendesak masyarakat mencari
manufaktur. Kebijakan yang dilakukan
kerja tambahan dengan menjadi kuli
oleh
untuk
kontrak diperkebunan Belanda di luar
mengeruk sumber daya Indonesia dan
Jawa melalui jasa calo penyaluran
mengusai pekerja dengan biaya murah.
tenaga kerja, Lurah maupun Kepala
Masa ini bercirikan eksploitasi buruh
desa.
dipedesaan.
mereka oleh para mandor disuguhi
perkebunan
dan
belanda
ini
sedikit bertujuan
Perkembangan perkebunan
awalnya
dari
Setelah
mendapatkan
upah,
sistem
dengan perjudian. Keberadaan akan judi
adanya
ini membuat warga Indonesia atau kuli
penerapan sistem sewa tanah oleh
dari
Belanda,
menyewakan
selanjutnya para Kuli berhutang kepada
tanah dengan berbagai aturan yang
Mandor. Adanya hutang dalam berjudi
diterapkan oleh Belanda. Setelah dirasa
menjadikan para kuli ini terbebani
oleh Belanda berhasil, maka pemerintah
hutang, dengan begitu maka mereka
Belanda melancarkan sistem terbaru
akan memperpanjang kontraknya untuk
yakni tanam paksa. Penguasaan tanah
tetap menjadi kuli dengan upah yang
yang
tersebut
murah. Semua itu merupakan taktik
menjadikan tanah sewa dari warga
yang dilakukan oleh Belanda dengan
dijadikan
maksud memperbanyak tenaga kerja
masyarakat
dilakukan
Warwati
Belanda
perkebunan. Djoened
ketagihan
dan
murah bagi perkebunannya. Selama
yang
bekerja cuti bagi kuli merupakan hal
per-kebunan
yang istimewa, yang dianggap mereka
tembakau,
sebagai cuti saat pembagian upah kerja
perkebunan karet, perkebunan kopi dan
yakni dua kali dalam sebulan (R.P.
lain-lain. Perkebunan pada masa Hindia
Suyono, 2005:103-112)
perkebunan
dikembangkan tebu,
Nugroho
menjadi
N
(2008:184-194)
dan
Menurut
Jawa
adalah
perkebunan
Belanda di Indonesia menjadi soko guru
Buruh pada akhirnya bekerja
perekonomian. Upaya pengeksploitasian
demi upahan tidak demi pekerjaan,
tidak hanya dilakukan di pulau Jawa saja
maupun demi pengembangan diri, sebab
melainkan sampai luar pulau Jawa,
ada kondisi yang memaksa (dalam
kesemuanya
Umnia Labibah, 2004:30).
disesuaikan
dengan
pembagian
kuli
Salah satu
tanaman komoditi yang ada di setiap
jenis
adalah
kuli
daerah. Keadaan ini di dukung dengan
panggul. Panggul berarti membawa
sumber tenaga kerja murah dalam
barang dengan dipanggul,
penggarapannya.
cukup banyak barang yang mampu
sehingga
108 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
dibawa. Pekerjaan ini selain ditekuni
semuanya berdasarkan pada kebutuhan
oleh kaum laki-laki juga dilakukan oleh
akan keluarga.
kaum perempuan. Pekerjaan ini banyak
B. Perempuan
berkembang di pasar, karena di sana banyak
yang
membutuhkan
jasa
Peribahasa menempatkan
orang
Jawa
perempuan
sebagai
mereka. Karena tergolong kerja kasar,
wanita “wanito” yang beratikan berani
pekerjaan
ini
tidak
memerlukan
di tata. Menurut Arif Budiman (dalam
keahlian,
serta
tidak
memerlukan
Amin
Yitno,
DepDikBud,
1985:
adanya kualifikasi pendidikan tertentu.
mengungkapkan
Bagi
panggul
dalam membedakan antara laki-laki dan
permasalahan gaji tidak termuat dalam
wanita tidak terbatas pada bentuk
UMR (Upah Minimal Regional) dan UMK
fisiknya. Dalam pandangan masyarakat
(Upah Minimal Kota).
laki-laki itu lebih rasional, aktif dan
kuli
khususnya
Realitas
kuli
kebanyakan
3)
orang
memperkerjakan
agresif, sedangkan wanita itu emosional,
perempuan ini tidak bersumber pada
pasif dan submisif keseluruhan ini
kualitas sumber daya (human capital),
berdasar pembeda pada kejiwaan.
namun
memperkerjakan
perempuan
Zaitunnah Subhan (2004: 2)
karena pertimbangan kesediaan dibayar
menjelaskan
murah disebabkan oleh lebihnya tenaga
berasal dari Bahasa Sangsekerta wan
kerja dan tekanan kemiskinan menurut
yang berarti nafsu, sedangkan dalam
Tadjuddin (dalam Nursyahbani dkk,
Bahasa Inggris perempuan atau wanita
2001:46).
juga
want dalam bentuk lampaunya wanted,
diutarakan oleh Jane C. Ollenburger dan
yang menjadikan wanita sebagai Who is
Helen (1996:106) bahwa perempuan
being
merupakan kelompok pekerja cadangan
dibutuhkan).
potensial yang bisa dimanipulasi oleh
membuat
pemilik.
melakukan
menjadi objek, dimiliki, dieksploitasi
pekerjaan untuk upah yang lebih murah
layaknya Alam yang diwujudkan dalam
dari laki-laki. Menurut Ester Boserup
keajaiban
(1984:69) banyak wanita yang bekerja
Simone De Beauvoir (diterjemahkan
sebagai buruh tani musiman, juga
Oleh Toni B. Febrianto, 2003:106).
Penjelasan
Perempuan
bersedia
menerima
tentunya
yang
ketrampilan. menjalani
tersebut
tidak
pekerjaan
membutuhkan
Perempuan
pekerjaan
lain,
kasar
kata
wanted
wanita
dianggap
(seseorang
Penempatan perempuan
ke-suburan
Berdasarkan
yang tersebut
ditakdirkan
perempuan
pengertian
tersebut meletakan perempuan sebagai
bersedia
the second sex, seperti ungakapan orang
lainnya,
Jawa yang proverbial swargo nunut,
P R O F I L K U L I P A N G G U L P E R E M P U A N ………| 109
neroko
katut,
unggapan
yang
kata
yakni
matri
dan
fokal
yang
menguntungkan bagi kaum laki-laki. Hal
merupakan bahasa latin. Matri berasal
senada juga diungkapkan Fauzi Ridjal
dari
dkk
atau
sedangkan fokal berpangkal pada kata
perempuan
focus yang berarti pusat. Secara harfiah,
tergantung dari kaum laki-laki (suami).
matrifokal berati “ibu sebagai pusat” atau
Ungkapan
“berpusat pada ibu”. Dari penjelasan
(1993:
50)
penderitaan
Kebahagian
seorang Jawa
tersebut
selain
kata
mater
yang
ketergantungan
tersebut,
perempuan,
meng-hilangkan
perempuan atau seorang ibu merupakan
perempuan.
inti ataupun pusat dalam kehidupan
kebebasan
kaum
Kebebasan yang dimaksud merujuk
disimpulkan
ibu,
menggambarkan juga
dapat
berati
jika
sehari-hari di suatu keluarga.
pada peran wanita dalam kemaslahatan
Menurut
Soenardjati-
Ihsanudin (dalam kajian Ilmi Magetan,
Djajanegara
2012: 09). Peran perempuan dalam
Itsna, 2007:300) salah satu sikap yang
kehidupan bermasyarakat menjadi ter-
dilabelkan kepada gender feminis ialah
samar,
sikap ketergantungan yang merupakan
sehingga
muncul
budaya
dari
Sugihastuti
didalamnya.
Penjelasan
mengenai
hakikat
perempuan,
(melakukan sesuatu bagai orang lain).
sebenarnya memiliki andil besar dalam
Sifat ini dikarenakan perempuan di
kehidupan keluarga, masyarakat bahkan
anggap lemah, dan bergantung pada laki
negara. Perempuan sebagai pedamping
laki
laki-laki
atau
sikap
dan
patriarki
memiliki
implikasi
(dalam
suami.
vicarious
Dengan
adanya
peran
dalam
pelebelan tersebut, maka menjadikan
dengan
cara
peran laki-laki sebagai superordinat
dan
dalam berbagai kehidupan. Menurut
Lestari
Collins, 1991 (dalam Irwan Abdullah,
(dalam majalah Mimbar Volume 307
2001: 110) per-bedaan perempuan dan
Tahun 2012: 29). Uraian tersebut
laki-laki
menguatkan jika ada laki-laki besar
dalam
(sukses)
kemudian
kesuksessannya, memberikan
suntikan
memberikan
semangat
pasti
ada
moral Umi
wanita
hebat
disampingnya. dkk, 1985: 9) mengemukakan jika ibu pusat,
telah
kehidupan
disosialisasikan
berkeluarga,
terrefleksikan
yang dalam
kecenderungan “menerima perintah” dan
Amien Yitno (dalam Soedarsono merupakan
yang
pengertian
ini
“memberi perintah”. Maria
Etty
(2004:14)
keberadaan perempuan pada masa lalu
diperoleh dari kata matrifokal yang
perannya
hanya
ditekankan
pada
berasal dari penggabungan dua suku
peranan biologisnya, yakni mengandung,
110 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
melahirkan, dan mengasuh anak. Peran
Abdul
Haris
dalam
Irwan
yang diungkapkan tersebut tergolong
Abdullah (2006: 187) mengungkapkan
peran tradisional yang dilakukan oleh
gender
perempuan.
perempuan
terbangun atas dasar ide terhadap 2
dalam sektor domestik sesuai dengan
kategori yaitu laki-laki dan perempuan
kata orang bahwa perempuan sebagai
dalam
“ratu rumah tangga”. Pasal 27 ayat 1 UUD
Adanya hasil dari budaya, maka gender
1945 hasil amandemen menjelaskan
mengenal akan sistem hirarki yang
bahwa semua orang kedudukannya sama
bersifat oposisional dalam kelompok-
di mata hukum (Achie Sudiarti, 2007:
kelompok.
72).
Keberadaan
Namun
sebagian
dalam
kenyataanya,
masyarakat
menempatkan manusia
perempuan
kedua.
merupakan
selalu sebagai
Kenyataan
fenomena
sebagai
hasil
kehidupan
dari
budaya
bermasyarakat.
Studi mengenai analisis gender menimbulkan diantaranya:
berbagai adanya
masalah, marginalisasi
ini
ekonomi bagi perempuan (pemiskinan
diskriminasi
ekonomi). Terjadinya subordinasi yang
gender. Menurut Ann Oakley (dalam
menjadikan
Maria
ikutsertaan perempuan dalam sektor
Etty,
2004:17)
gender
pada
pendidikan
publik
tanggung jawab, baik lelaki maupun
Terciptanya
pelebelan
perempuan, yang ditetapkan masyarakat
(stereotipe)
bagi
secara sosial maupun kultural. Dengan
menjadikan
diskriminasi.
begitu gender bukan sebagai kodrati
(violence) terhadap kaum perempuan
yang diberikan Tuhan, melainkan hasil
baik kekerasan fisik, sampai kekerasan
dari pembedaan yang dilakukan dalam
dalam bentuk yang lebih halus seperti
perjalanan kehidupan. Pendapat tersebut
pelecehan (sexualn harassment) dan
juga di jelaskan Sugihastuti dan Itsna
penciptaan ketergantungan dijelaksan
(2007:46)
oleh Mansour Fakih (2008: 72-75).
langsung
melalui
prakecenderungan
tidak ciri
diturunkan
biologis
seseorang
tidak
ke-
dasarnya adalah pembagian peran serta
gender
menjadi
serta
penting.
yang
perempuan
negatif yang
Kekerasan
atau
Peran gender yang melekat dari proses
untuk
sosial dan kultural tersebut menjadikan
menjadi manusia dengan jenis tertentu.
tanggung
jawab
perempuan
Gender juga bukan kepemilikan individu,
pekerjaan
melainkan pengaturan sosial dan setiap
dominan/banyak
gender individu terbangun dalam orde
Kondisi sekarang peranan perempuan
sosial.
tidak lagi hanya berkutat dengan peran
domestik dan
pada
yang
lebih
lebih
lama.
tradisional saja, namun telah memiliki
P R O F I L K U L I P A N G G U L P E R E M P U A N ………| 111
peran sosial yang menjadikan mereka
Namun
mampu berkarir. Keikutseraan tersebut
mengambil
termasuk dalam hal ekonomi. Menurut
change, mereka tetap berada di lapisan
Irwan
gejala
kedua dalam sistem hirarki sosial-
keterlibatan wanita di luar rumah
budaya. Keterlibatan perempuan dalam
menandakan bahwa perempuan telah
upaya
berusaha
sejarah
pemenuhan ekonomi keluarga, harus
hidupnya, dengan membangun identitas
dibebani pula dengan melaksanakan
baru bagi dirinya, tidak hanya sebagai
kegiatan domestik sebagai seorang ibu
ibu/istri, tetapi juga sebagai pekerja dan
maupun istri. Kedua kegiatan tersebut
wanita karier. Meski begitu, perempuan
menunjukkan peran ganda atau rangkap
tidak
bagi
Abdullah
(2006:
13)
merekontruksi
bisa
menanggalkan
citranya
demikian,
meskipun
posisi sebagai
kegiatan
seorang
wanita
agent
ekonomi
perempuan.
of
atau
Kondisi
sebagai ibu rumah tangga dan istri.
tersebut diartikan Kamla Bhasin dan
Keikutsertaan tersebut membebaskan
Nighat Said Khan (1999: 28) kaum
perempuan
perempuan selain menanggung beban
yang
dulunya
hanya
berkutat pada sektor tradisional. Adanya
pembangunan
pekerjaan dengan upah (sebagai bagian dan
modernisasi mulai merubah pola pikir
dari angkatan kerja) dan pekerjaan tanpa upah (dalam rumah tangga).
serta memberi kesempatan bagi kaum
Terkait dengan bidang ekonomi,
perempuan, untuk memasuki sektor
dalam tataran kehidupan orang Jawa
publik. Keterlibatan perempuan dalam
dikenal
pasar
dapat
sumbangan suami maupun istri. Istilah
perempuan
yang digunakan adalah duit lanang dan
(Nursyahbani dkk ,2001: 44). Status
duit wadon. Kedua istilah tersebut,
perempuan
penyebutan akan hasil kerja dari laki-laki
kerja
lamban
memperbaiki
status yang
laun
dimaksud,
jika
kategori
tentang
sebelumnya seorang perempuan hanya
maupun
berkutat dengan pe-kerjaan domestik
membedakan
(mengurus rumah tangga) sekarang
dalam pengalokasian hasil kerja antar
telah
keduanya
mampu
sebagai
menjalankan
seorang
pekerja
peran
(angkatan
kerja).
Diantaranya, hanyalah
Pande
Made
yang
pembagian Kutanegara
(dalam Irwan Abdullah, 2006:200). C. Realitas Perempuan dalam Keluarga
Menurut Irawan
istri.
budaya
Abdul
Abdullah,
Haris
(dalam
2006:
185)
dan Ekonomi Pada
masa
lalu
peran
menjelaskan wanita menjadi “pusat”
perempuan hanya ditekankan pada
perubahan sosial, ekonomi dan budaya.
peran
biologisnya,
yakni
untuk
112 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
mengandung,
melahirkan
dan
penadapatan yang diperoleh suami di
pengasuhan anak yang juga sering
rasa tidak mencukupi akan kebutuahan
disebut dengan peran domestik. Kondisi
rumah tangga.
ini terjadi setelah masuknya laki-laki dalam
kelompok
pihak
Ken
Suratiyah
(dalam
Irwan
perempuan
Abdullah, 2006: 227) perempuan yang
setelah adanya perkawinan, maka laki-
terlibat dalam perekonomian ini adalah
laki berkewajiban untuk memenuhi
wanita pedesaan yang miskin, yang
kebutuhan perempuan (keluarga). Sejak
suaminya bekerja sebagai petani, buruh
adanya
tersebut
tani maupun buruh kasar yang lainnya.
menjadikan adanya pembagian kerja
Perempuan sebagai pekerja merupakan
menurut jenis kelamin, yang mana
bentuk
perempuan
keberlangsungan
perkawinan
bertugas
mengurus
tanggung
jawab
ekonomi
akan keluarga.
administrasi rumah tangga. Perempuan
Sekecil apapun pendapatan seorang
dalam masyarakat jawa selain dulunya
perempuan
hanya
sepele,
ditekankan
dalam
peran
tidak
karena
dapat
dipandang
dapat
domestik, mereka juga ditempatkan
kebutuhan dapur setiap hari.
sebagai the second human being yakni
Penjelasan
menopang
Ken
Suratiyah
sebagai makhluk pelengkap setelah laki-
senada dengan Doni Rekro H (2001: 19)
laki. Sehingga menjadikan perempuan
meski tugas domestik tetap menjadi
sebagai
urusan
makluk
yang
lemah
dan
perempuan,
namun
bagi
memerlukan adanya perlindungan baik
perempuan yang berasal dari keluarga
secara fisik maupun psikologis.
berpenghasilan rendah, mereka sudah
Dalam Julian Clever (2002: 38) bagi
perempuan,
pekerjaan
rumah
terbiasa mencari nafkah. Berbagai faktor yang
menyebabkan
perempuan
tangga apapun bentuknya merupakan
melakukan peran yang kompleks karena
bagian penting dari peran gendernya.
tidak
Seiring dengan perkembangan zaman
domestik, mereka juga harus terlibat
serta gerak emansipasi perempuan pada
dalam kehidupan ekonomi dalam upaya
saat ini, perempuan Indonesia tidak
memenuhi ekonomi keluarga.
hanya sebagai korban, namun telah
Keikutsertaan
berani dalam membela kaumnya. Modernisasi pembangunan
telah
dalam dan
hanya
melakukan
upaya
menjadikan
perempuan
ekonomi
mereka
kegiatan
keluaraga,
secara
tidak
mengantarkan
langsung menjalankan peran ganda,
perempuan untuk masuk ke dalam
sebagai ibu rumah tangga (istri) serta
ranah ekonomi, hal ini terjadi karena
menjadi pekerja informal. Keterlibatan
P R O F I L K U L I P A N G G U L P E R E M P U A N ………| 113
perempuan
tersebut
juga
atas
persetujuan suami.
Triangulasi tersebut dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut:
Metode Penelitian Penelitian mengenai kuli panggul perempuan desa Selotinatah Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan merupakan
Bagan 3.2 . Bagan Trianggulasi Sumber Sumber : HB Sutopo, 2006: 49
studi kasus. Penelitian dilakukan selama kurang lebih 4 bulan yaitu bulan mei sampai dengan agustus 2012. Lokasi Penelitian berjarak 7 km dari Kabupaten Magetan. Sumber data berupa Informal, Arsip dan Dokumen. Informasi dalam penelitian ini
Menurut
Miles
tehnik analisi data mencakup tiga kegiatan yang
bersamaan
Selotinatah.Sedangkan
yakni
Reduksi
Kesimpulan (Verifikasi). Pengumpulan data
Desa
Arsip
merupakan
Sajian data / Model
Reduksi data
buku yang relevan, Data BPS. Profil desa dan SPSI .
Verifikasi
Validasi kebenaran
digunakan data
dengan
untuk
menguji
menggunakan
trianggulasi sumber penelitian. Hal ini mengarahkan agar di dalam pengumpulan data lebih menggunakan beragam sumber data yang berbeda. Artinya, sebuah data akan lebih berukur kebenarannya apabila dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda. Kebergaman informasi yang didaptkan, maka akan banyak pendapat yang ada serta dapat memudahkan peneliti untuk memilah jawaban yang sama maupun tidak yang nantinya
Data
(Reduction), Penyajian Data, dan Menarik
SPSI Cabang Pasar Sayur Magetan dan kuli perempuan
Huberman
(dalam Basrowi dan Suwandi, 2008: 209)
adalah perangkat desa Selotinatah, Ketua Panggul
dan
layak
untuk
dijadikan
data.
BaganHasil 3.3. Analisis Data Model Interaktif Penelitian Sumber : Emzir, 2011: 134 A. Sejarah Kuli Panggul Perempuan Pekerjaan kuli ditekuni masyarakat
Desa
Selotinatah
khususnya perempuan berawal dari tahun 1970-an, hal ini didasarkan karena di desa ini pada saat musim ketigo (Kemarau), setelah habis masa tanam dan panen tidak ada kegiatan pada
bidang
pertanian.
Kondisi
tersebut menjadikan para perempuan memutar otak untuk mencari pekerjaan lain (sumber pendapatan lain), karena
114 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
kebutuhan
hidup
terus
berlanjut.
dengan para pemilik lapak (kios)
(Wawancara dengan Sarno, Tanggal 17
(Wawancara dengan Lasmini, Tanggal
Mei 2012)
30
Pemilihan
akan
Mei
2012).
Kedekatan
ini
pekerjaan
menjadikan adanya kepercayaan dari
sebagai Kuli Panggul (Tenaga jasa) di
pemilik kios dengan para kuli panggul
pasar, awalnya belum menjadi prioritas
(Tenaga Jasa) yang selain mengangkat
atau tujuan. Saat itu mereka hanya
barang para pembeli dari dalam pasar
berangkat ke pasar, karena mereka
sampai ke parkiran, tentunya dengan
mengganggap
nanti
bayaran yang tidak ditentukan dengan
pekerjaan yang dilakukan, pasti ada.
berat dan banyak barang yang diangkat,
Karena,
dilakukan,
melainkan dengan keikhlasan para
menjadi masalah yang kesekian. Hal ini
pembeli (Pengguna Jasa) itu sendiri.
terjadi karena tuntutan perekonomian
Tidak dipungkiri, dengan keuletan dan
dalam pemenuhan kebutuhan rumah
sikap baiknya terkadang para pemilik
tangga. (Wawancara dengan Hartiah,
kios meminjamkan modal kepada kuli
Tanggal 26 Mei 2012)
panggul (Tenaga Jasa) untuk mulai
entah
pekerjaan
Merujuk mengenai
apapun yang
pada
keberdaan
studi kuli
kasus
berdagang.
panggul
Pembagian ship berlaku pada
perempuan (Tenaga Jasa) yang banyak
sektor
sayur,
berasal
tempat
penampungan
dari
desa
Selotinatah,
karena
sebelum
merupakan sayur
sampai
yang
keterangan ini juga diperkuat oleh PLH
pertama
kepada
Lurah Desa Selotinatah yakni Bapak
pedagang yang tersebar di sekitaran
Sarnu dan bapak Supangat selaku
pasar. Ship ini terbagi atas 2 jenis, yakni
pengurus SPSI (Serikat Pekerja Seluruh
Ship pagi sekitar pukul 03.00 Wib (dini
Indonesia) cabang pasar sayur Kota
hari) sampai pukul 07.00 Wib dan Ship
Magetan.
Siang sekitar Pukul 07.00 Wib sampai
Bekerja sebagai Kuli Panggul
Pukul 16.00 Wib. Pada sektor Beras dan
(Tenaga Jasa) juga terbagi atas sektor
Bahan Pokok lainnya tidak adanya ship,
kerja (Sektor Beras, Sektor Sayuran dan
karena jam bekerja mereka hampir
Sektor Bahan Pokok) pembagian ini
bersamaan dengan bukanya pasar dan
awalnya
toko sekitar jam 09.00 Wib (Observasi
berlandaskan
agar
setiap
pekerja dapat memperoleh hasil (uang).
Tanggal 20 Mei 2012).
Seiring berjalannya waktu pembagian tempat
itu
menjadikan
kedekatan
antara kuli panggul (tenaga jasa)
Meski pekerjaan ini terlihat remeh, namun hasil yang di dapat untuk
biaya
hidup
di
Magetan
P R O F I L K U L I P A N G G U L P E R E M P U A N ………| 115
khususnya
desa
bisa
Di pasar sayur kota Magetan,
dikatakan cukup, dengan penghasilan
yang kebanyakan di dominasi dari Desa
rata-rata Rp.50.000,00, perhari. Namun,
Selotinatah khususnya Dusun Banaran
terkadang juga sampai Rp.70.000,00
maka mereka yang bekerja sebagai kuli
perhari.
panggul
Meski,
Selotintah
begitu
dengan
(Tenaga
Jasa),
ada
yang
penghasilan uang memang cukup untuk
berangkat diantar oleh suami yang
biaya hidup. Namun, hal ini terkadang
kebetulan suaminya juga sebagi kuli
kurang saat ada acara (Gawe) di
dan ship yang sama, ada juga yang
tetangga (seperti nikahan dan sunatan).
berangkat besama-sama.
Selain dari kuli (Tenaga Jasa) mereka
B. Faktor-faktor kaum perempuan Desa
juga mendapatkan hasil dari petani
Selotinatah menjadi Kuli Panggul.
maupun buruh petani. Dengan begitu,
Faktor ataupun alasan para
maka menjadikan keikutsertaan dari
perempuan Desa Selotinatah bekerja
para sanak saudara bahkan ada yang di
menjadi Kuli Panggul (Tenaga Jasa) dari
antara anak mereka yang mengikuti
hasil wawancara dapat diketahui :
jejak orang tuanya sebagai kuli panggul
1) Berawal dari minimnya pekerjaan
(Tenaga Jasa) (Wawancara dengan
setelah masa panen dan tanam,
Winarsih, Tanggal 03 Juni 2012).
sehingga mereka (para perempuan)
Ukuran pendapatan yang diperoleh kuli
Desa Selotinatah mulai memikirkan
panggul ini, dijadikan kebijakan dalam
cara lain untuk mendapatkan hasil
penentuan UMK (Upah Minimal Kota)
karena kebutuhan rumah tangga
(Wawancara dengan Supangat, 05 Juni
yang
2012)
dengan Sadiyem, Tanggal 28 Mei Ada dari beberapa orang yang
memilih kuli panggul (Tenaga Jasa)
setiap
hari.
(Wawancara
2012) 2) Dengan kondisi tersebut, dengan
sebagai pekerjaannya, karena mereka
minimnya
masih ingin tetap di Jawa seperti kata
kemampuan yang ada, maka mereka
pepatah ”Lebih baik hujan batu di
memilih
negeri sendiri dari pada hujan emas di
mengandalkan
negeri orang”, apapun pekerjaan yang
adanya prosedur yang bertele-tele.
di kerjakan asal bisa buat makan dan
(Wawancara
masih kumpul bersama-sama keluarga
Tanggal 28 Mei 2012)
akan
mereka
jalani
pendidikan
dan
pekerjaan otot
yang
serta
dengan
tanpa
Warsini,
(Wawancara
3) Ada dari beberapa yang menjadikan
dengan Sarkiyem, Tanggal 03 Juni
pekerjaan sebagai Kuli Panggul ini
2012).
jadi pekerjaan yang utama, karena
116 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
tidak memiliki lahan pertanian di
Hartiyah,
desa.
Sedangkan, dengan para kuli panggul
4) Adanya ketertarikan menjadi kuli,
Tanggal
itu
yang
Panggul/Tenaga
membantu
dalam
dapat
perekonomian
Mei
2012).
sendiri adanya kegiatan arisan selain
karena mengikuti jejak saudara/ibu penghasilannya
26
juga
pada
bercengkrama
mereka Jasa)
saat
biasanya
rehat
maupun
keluaraga (Hartiyah, Tanggal 26 Mei
menunggu
2012)
membutuhkan jasa mereka (Observasi
C. Kehidupan Sehari-Hari Kuli Panggul
para
(Kuli
yang
Tanggal 20 Mei 2012).
Perempuan
Sebelum Kehidupan
pembeli
adanya
pendataan
sehari-hari
akan pekerja jasa baik Kuli Panggul
seseorang, terhubung akan masalah
maupun pekerja jasa yang lain (Ojek) di
interaksi dan komunikasi. Terkadang
seluruh Kota Magetan. Pendataan ini
dengan jenis pekerjaan tertentu, akan
mulai dilakukan kurang lebih sekitar
mempengaruhi
tahun
persaudaraan)
kedekatan
1978
(Wawancara
dengan
tetangga.
Supangat, Tanggal 05 Juni 2012). Selang
Namun, hal ini tidak menjadi masalah
beberapa Tahun kemudian, sekitar
bagi
tahun 1988 mengawali adanya kerja
para
dengan
(tali
pekerja
kuli
panggul
perempuan Desa Selotinatah, meski
sama
pekerjaan
kesepakatan
yang
mereka
lakukan
dengan ini
pihak
Jamsostek,
menghasilkan
dua
tergolong membutuhkan waktu yang
premi yaitu: Jaminan Kecelakaan Kerja
cukup lama. Kehidupan sehari-hari
dan Jaminan Kematian. Selain dengan
yang terkait dengan interaksi tidak
Jamsostek, SPSI cabang Pasar Sayur
hanya dengan keluarga, tetangga dan
Magetan juga bekerjasama
masyarakat
Pedagang
besar
berjalan dengan baik. Komunikasi yang
berhubungan
dengan
terjalin tentunya mengekor pada sektor
(tenaga
dan jam kerja yang ada.
barangnya dari truk.
desa
setempat
dapat
jasa)
yang
dengan
(Tengkulak) kuli
panggul
mengakuti
Pekerjaan sebagai kuli panggul
Untuk saat ini jumlah kuli
dengan kondisi jam yang ada, kuli
panggul (Tenaga Jasa) di pasar sayur
panggul
kota Magetan, perempuan berjumlah
perempuan
masih
bisa
mengurus rumah tangga. Sedangkan, dengan masyarakat terjalin dengan adanya
kegiatan setiap minggunya
arisan dan yasinan (Wawancara dengan
275 Orang dan Laki-laki 160 Orang.
P R O F I L K U L I P A N G G U L P E R E M P U A N ………| 117
Tabel 4.8. Daftar Ketua Kelompok Anggota Kuli Panggul Nama Jumlah Alamat Anggota Sakiyah 33 Selotinatah Tukini 20 Balegondo Karmi 25 Baleasri Murweti 17 Selotinatah Sarinem 33 Selotinatah Juminem 28 Selotinatah Suwuh 18 Selotinatah Rusmini 43 Selotinatah Riyem 30 Selotinatah
N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Sumini 27 Selotinatah 0 Sumber : Data DPC SPSI Pasar Sayur Magetan tahun 2012 Adanya pendataan kuli panggul tersebut,
sejumlah
(Pekerja
Jasa)
berhak mendapatkan Jamsostek, selain itu bagi Para Ojek yang tergabung dalam SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) daerah Magetan umumnya memperoleh operasi
kemudahan
polisi.
dibuktikan
jika
ada
Keanggotaan
ini
dengan
adanya
setelahnya
pembaharuan
kartu
dengan estimasi satu kelompok ada 9 sampai
di-lakukan anggota
(Wawancara dengan Supangat, Tanggal 05 Juni 2012).
petugas SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) khusus pasar sayur Magetan kesulitan dalam mengorganisir dan menyampaikan informasi yang terkait. Pembentukan kelompok dalam masingmasing sektor (Sektor Beras, Sektor
orang/anggota. tentu
bendahara, melalui
ada
yang
Setiap
ketua
dan
penunjukkannya
pemilihan
(musyawarah
kelompok). Dengan adanya ketua ini, maka pengurus SPSI (Serikat Pekerja Seluruh
Indonesia)
khusus
cabang
pasar sayur Magetan mudah dalam pengaturan dan penyampain informasi. Kegiatan
yang
dilaksanakan
oleh SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) khusus pasar sayur Magetan biasanya tanggal 02 setiap bulannya ada kegiatan arisan dan pembayaran iuran setiap individu kuli panggul (Tenaga Jasa), yang terwakili oleh masing-masing ketua kelompok, selain itu juga ada kegiatan Jum’at bersih. Pelaksanaan
kegiatan
ini,
dimakssudkan untuk menumbuhkan rasa
kebersamaan
dalam
bekerja,
sehingga tidak menimbulkan adanya persaingan
dalam
melaksanakan
pekerjaan. Untuk
Jumlah kuli panggul (Tenaga Jasa) yang tidak sedikit membuat
41
kelompok
kartu
anggota yang berlaku selama 2 Tahun dan
Sayuran dan Sektor Bahan Pokok)
sekarang
pekerjaan
sebagai kuli panggul atau (tenaga jasa) tidak
ada
lowongan,
dengan
pertimbangan jumlah pekerja dengan sektor kerja yang ada (Wawancara dengan Supangat, Tanggal 05 Juni 2012). Meski begitu, jika mereka ingin (para pencari kerja) untuk melakukan pekerjaan ini mereka jika ada yang
118 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
digantikan
seseorang
sektor
masyarakat
bukan
Pekerjaan kuli adalah tenaga jasa, yang
merupakan pabrik, maka dari dinas
tergolong sebagai pekerjaan kasar. Kerja
pasar tidak bisa memberikan pesangon
yang mereka lakukan (bagi perempuan)
(Wawancara dengan Hartiyah, Tanggal
jika melihat akan fisik, sebenarnya
26 Mei 2012). Bagi para pengganti
mereka sama dengan perempuan yang
memberikan tanda terima kasih kepada
lainya.
orang
dengan
berperawakan kecil, sedang dan subur.
yang
Namun, keadaan fisik tidak menjadi
tertentu.
Karena
yang
memberikan
dari pasar
digantikan sejumlah
uang,
yang
Ada
mengganggur.
diantara
yang
nominalnya disesuaikan dengan kelas.
penghalang
Tabel 4.9. Rincian Tanda Terima Kasih (Tali Asih)
Selotinatah untuk menjalaninya, karena
No 1 2
Kelas Kelas I (Kuli LakiLaki) Kelas II
3
Kelas III
Jumlah (Rp) 10.000.000 – 15.000.000 5.000.000 – 7.000.000 3.500.000
Sumber : Wawancara dengan Beberapa Kuli Panggul Mengenai
pemberian
uang
(tanda terima kasih) tersebut tidak menjadi aturan yang tertulis, namun sudah menjadi kebiasaan. Pendapat senada juga disampaikan oleh Sarno,
jawab
akan
menjadi
pekerjaan,
terutama setelah masa tanam dan panen di wilayah pedesaan. Pada kedua masa tersebut banyak memerlukan tenaga namun
setelah
kekuatan
keluarganya
tersendiri
dalam
menjalani pekerjaan. Penduduk di pedesaan padau mumnya memang banyak yang bekerja lebih dari satu jenis pekerjaan.Kondisi ini terjadi jika hasil dari pekerjaan utama tidak mencukupi. Kegiatan nonpertanain yang
dapat
(termasuk
dikerjakan buruh
kegiatan
antara
industri,
industri
lain buruh
rumah
tangga/kerajinan, dagang dan buruh bangunan,
pekerja
formal) Mubyarto (1985:153-164). Pengalihan
perempuan di Desa Selotinatah tidak
kerja,
ekonomi
bebas dan kegiatan kegiatan sektor
Sejarah keberadaan kuli panggul ketersedian
desa
angkutan, jasa, mencari barang di alam
Pembahasan
dari
perempuan
motivasi mereka untuk bertanggung
nonpertanian
Eni Muslikah dan Supangat.
lepas
bagi
mereka
itu
banyak
kegiatan/tenaga
selama menunggu masa panen ada sebagian masyarakat yang melakukan kegiatan mengrajin. Namun, kerajinan yang dengan
dibuat
tentunya
identitas
disesuaikan
daerahnya.
Aspek
kesejarahan kuli panggul terkait dengan
P R O F I L K U L I P A N G G U L P E R E M P U A N ………| 119
hukum
sebab-akibat.Hal
karena
adanya
terjadi
bekerja sebagai kuli panggul/tenaga jasa
kebutuhan
di pasar sayur kota Magetan yang
ekonomi maka menyebabkan pekerjaan
berjarak sekitar 7,5 km dari desa
itu ada atau sebaliknya.Menurut Irwan
Selotinatah.
Abdullah
ini
sebab
(2001:
158-159)
alasan
Asal-asul
atau
perempuan kepasar, diantaranya: a)
pekerjaan
posisi perempuan lemah dalam bidang
perempuan Desa
pertanian; dan, b) tekanan ekonomi
dengan alasan ataupun faktor-faktor
rumah tangga tani.
yang
Pendapat tersebut menguatkan
kuli
kesejarahanan
menjadikan
panggul
dijalani
Selotinatah
terkait
perempuan
desa
Selotinatah memilih pekerjaan sebagai
mengenai alasan mengenai awal mula
kuli panggul (tenaga
keberadaan kuli panggul/tenaga jasa di
bagaimana ataupun siapa yang pertama
pasar
kali yang membuka kesempatan kerja ini,
sayur
daripada
Kota
alasan
Magetan.Selain
tersebut,
faktor
jasa). Tentang
dari beberapa hasil wawancara tidak
pendidikan juga menjadi salah satu
diketahui
faktor
Selotinatah
mengenai alasan, akan terhubung juga
menjadi tenaga jasa, kebanyakan dari
dengan kemampuan atau kreativitas,
yang bekerja sebagi kuli panggul/tenaga
selain
jasa hanyalah lulusan SD bahkan ada
melakukan usaha. Keterbatasan dan
yang tidak sekolah (lihat tabel 4.3.
ketiadaan modal ini membawa meraka
Jumlah Penduduk berdasarkan tingkat
(para perempuan) untuk melakukan
Pendidikan) dengan tingkat pendidikan
pekerjaan
yang
mendapatkan hasil/uang.
perempuan
minim
desa
serta
ketrampilan
tidak
tertentu,
memiliki
menjadikan
secara
pasti
ketiadaan
yang
Kesengajaan
.Penjelasan
modal
ada, yang
untuk
asalkan dulunya
mereka memilih pekerjaan yang tidak
dilakukan perempuan Desa Selotinatah
membutuhkan
serta
pergi ke pasar tanpa rancangan itu,
standrat pendidikan tertentu. Faktor
menjadi pintu pembuka pekerjaan baru
topografi desa Selotinatah yang berada di
bagi
dataran
dengan
perempuan.Meski tanpa diketahui secara
keadaan sawah yang merupakan tadah
pasti siapa yang memulai pekerjaan
hujan maka tanamannya (Sumber Daya
ini.Namun, untuk sekarang ini cukup
Alam) disesuaikan dengan ketersediaan
banyak perempuan Desa Selotintah yang
air (lihat tabel 4.6. Sumber Daya Alam)
bekerja sebagai kuli panggul (tenaga
juga
faktor
jasa).Selain itu mulainya atau awal
untuk
pekerjaan inipun juga tidak diketahui
ketrampilan
tinggi/pegunungan
menjadi
perempuan
desa
salah
satu
Selotinatah
warga
Selotinatah
khususnya
120 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
secara
pasti.Dari
hasil
epentingan, maka bolehdigantikan orang
wawancara ada yang telah bekerja
lain dengan persyaratan membawa kartu
selama
anggota
30
menjadikan panggul
beberapa
tahunan,
yang
pekerjaan
(Tenaga
hal
sebagai
Jasa)
ini kuli
orang
Pembawaan
yang
akan
digantikan.
kartu
ini
juga
membudaya.
bertujuan agar tidak terjadi kesalah
Karena dari penelitian, ada yang satu
fahaman akan sesama kuli panggul. Kuli
keluarga yang terdiri atas Bibi (Kakaknya
panggul
Ibu) , Ibu (Adik) dan Anak (Keponakan).
anggotanya. Manfaat pendataan selain
Selain karena faktor penghasilan dan
mudah dalam pengorganisasian dan
kemampuan yang terbatas, bagi mereka
penyampain informasi serta terkait sikap
tak ada salahnya berbagi pekerjaan
dalam
dengan saudara, karena bagi mereka
(tenagajasa).Dalam keseharian bekerja
(perempuan) rejeki sudah ada yang
para kuli panggul (tenaga jasa) ada juga
mengatur.Kejadianini
penilainnya
yang
ini
juga
ada
kinerja
Kuli
(rapot),
pendataan
panggul
penilaian
ini
menjadikanpekerjaansebagaikulipanggul
dilakukan sesama
(TenagaJasa) mampumembudaya (turun-
pedagang yang biasanya menjadi tempat
temurun).Pembagian sektor kerja terjadi
mangkal
secara alamiah, yang kemudian menjadi
peristirahatan
aturan
namun
panggul.Adanyapenilaianbertujuan, jika
bersama.Untuk
ada keluhan dari para pedagang besa
sekarang bisa dikatakan kesempatan
rmengenai sikap maka kelompok dan
pekerjaan ini sudah tidak ada meski
selanjutnya SPSI Cabang Pasar Sayur
pasar merupakan area publik. Keputusan
Magetan
atupun kebijakan ini dilakukan karena
(Wawancara denganSupangat, Tanggal
pertimbangan
05 Juni 2012).Keberangkatannya kepasar
yang
menjadi
tidak
tertulis
kesepakatan
akan
hasil.
Sebagai
kelompok atupun
(area)
dan bagi
dapat
mengatasinya
ada
dimakan
dimakan
suaminya, yang kebetulan juga bekerja di
berlima ataupun berenam tentu tidak
bidang yang sama. Namun, ada diantara
akan
mereka yang menggunakan angkutan
kenyang.
harus
Alasan
inilah
yang
mendasari kebijakan tersebut.
yang
kuli
perumpamaan nasi sepiring yang cukup berempat
beberapa
tempat
diantar
oleh
desa (AngkotDes).
Kebijakan tersebut, jika ditelaah
Keterlibatan perempuan dalam
memang bisa dikatakan baik.Sebagai
ekonomi rumah tangga, sejalan dengan
pertimbangan tidak apa-apa sedikit yang
menurunnya peranan perempuan itu
penting cukup. Meski begitu jika ada
sendiri dalam sektor pertanian dalam
salahs atu yang cuti atau izin adak
per-ekonomian
desa.Sementara,
P R O F I L K U L I P A N G G U L P E R E M P U A N ………| 121
kebutuhan uang tunai sehari-hari terus
dilakukan dengan rasa tanggung
diperlukan
jawab.
(Irwan
Abdullah,
2001:
145).Pendapat tersebut, sesuai dengan
3. Namun, ada di antarameraka (kuli
alasan yang mendasari perempuan Desa
panggul/tenaga
Selotinatah bekerja sebagai kuli panggul,
menjadikan
selain
menjadi
dari
sektor
jasa)
pekerjaan
pekerjaan
yang
yang tersebut, utama.
pertanian.Merujukpadafactoratau alasan
Disebabkan karena tidak memiliki
yang mendasari para kaum perempuan
lahan persawahan dan ketiadaan
desa
modal untuk melakukan pekerjaan
Selotinatah
untuk
menjalani
pekerjaan sebagai kuli panggul (Tenaga
lain sebagai contoh berdagang.
Jasa), bertolak dari kebutuhan yang
Semula mereka pergi ke pasar
setiap hari. Ada beberapa faktor yang
tanpa adanya pekerjaan yang jelas akan
menjadikan
Desa
mereka lakukan, ternyata membawa
Selotinatah memilih bekerja menjadi kuli
keberkahan yang lain bagi mereka para
panggul (Tenaga Jasa) :
pelaku tenaga jasa (kuli panggul).
1. Mengisi waktul uang selepas masa
Seiringwaktu,
para
perempuan
yang
panen. Diketahui bahwa pekerjaan
bermulasebagaiupayamengisiwaktu
di desa dalam bidang pertanian
luang tersebut para kuli perempuan
sedikit yang tersedia dan sedikit
(Tenaga Jasa) secara tidak langsung
membutuhkan tenaga jasa, dengan
telah menjadi pekerjaan yang utama
alasan tersebut para perempuan
bagi beberapa orang.Keinginan mereka
dari
(para
desa
Selotinatah
memutar
perempuan)
untuk
bekerja
pikiran untuk mencari pekerjaan
sebagai tenaga jasa ternyata di sambut
lain (kesibukan). Awalnya mereka
baik oleh para suami, selain karena
hanya berangkat kepasar, tanpa
kebutuhan juga karena keinginan yang
memikirkan pekerjaan apa yang
kuat itu sendiri dari seorang istri.
akan mereka lakukan.
Membahas mengenai pekerjaan
2. Denganpekerjaan yang ada, mereka
ini, maka akan terlintas jika ada di desa
(kuli panggul/tenaga jasa) tetap
lain yang lebih memilihsebagai TKW
ingin menjadi Ibu rumah tangga.
(Tenaga Kerja Wanita) yang sebagai
Adanya ke dua fungsi yang tetap
pertimbangan adalah hasil. Keadaan ini
ingin mereka lakukan, membuktikan
berbeda dengan pendapat perempuan
bahwa mereka (kuli panggul/tenaga
yang bekerja sebagai kuli panggul
jasa) memiliki peran ganda, yang
(Tenaga Jasa), bagi mereka hasil sedikit namun masih bias tetap bersama-sama
122 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
anak/keluarga.Keberadaan akan kuli
Interaksisebagai
proses
panggul ternyata juga menjadi unsur
adasyarat-syarat
dalam
pendukung akan keberadaan pasar
yakni : 1) Adanya kontak sosial dan 2)
tradisonal sendiri. Walau terkadang,
adanya komunikasi (Soerjono Soekanto,
adanya
2004:
kuli
sosial
juga
ter-jadinya,
tersebut
menjadi
pemandangan
yang
kurang
menyenangkan
bagi
sebagian
Muhammad,2004: 2,184) menjelaskan
keberadaan
komunikasi merupakan proses individu
mereka juga sangat dibutuhkan, tidak
mengirim stimulus yang biasanya dalam
hanya bagi pembeli tapi juga para
bentuk verbal untuk mengubah tingkah
pedagang.
laku orang lain, , komunikasi dalam
pengunjung.Padahal
Permasalahan maraknya
pasar
menjadikan menurun, keadaan
geliat juga
kuli
Hovland,
dkk
menurut
(dalam
Arni
dengan
mulai
kelompok kecil seringdigunakan dalam
moderent
yang
pembuatan keputusan dan pemecahan
pasar
tradional
berpengaruh panggul
Keterlibatan
61,64).Komunikasi
masalah yang terjadi dalam kelompok.
pada
itu
sendiri.
perempuan
akan
Alasan kehidupan sosial menjadi pembahasan
bahwa
itu
adalah
makhluk
menjadikan
sosial/makhluk
yang
saling
mereka menjalani dua peran “beban
membutuhkan.
ganda” dalam kesehariannya, yakni
dibahas terkait dengan interaksi.Dengan
peran sebagai ibu rumah tangga “ratu
jam kerjapara kuli panggul perempuan
rumah tangga” serta tenaga kerja
(Tenaga Jasa) yang tidak sebentar, maka
upahan.Ken Suratiyah (dalam Irwan
memungkinkan
Abdullah 2006:224) peran ganda dalam
hubungan
kehidupan wanita pedesaan yakni tugas
Meskidenganinterval jam yang berbeda
mencari nafkah serta tugas tanggung
antar
jawab atas kegiatan rumah tangga
Magetan, ternyata
sehari-hari.
interaksi para kuli panggul (TenagaJasa)
kehidupan
ekonomi
Kehidupan sehari-hari seseorang
manusia
berdasarkan
Masalah
akan
dan
sektor
sosial
mempengaruhi
interaksi
di
yang
pasar
tersebut.
Sayur Kota
tidak menjadikan
dengan keluarga maupun masyarakat
terkait dengan interaksi dan hubungan
tetap
antar keluarga dan sesama tetangga
sewajarnya. Hal ini dikarenakan, adanya
(masalah kehidupan Sosial), interaksi
pembagian
sosial merupakan proses sosial dan
tersebut serta pergantian jam kerja bagi
merupakan
kuli panggul (tenaga jasa) pada setiap
syarat
aktivitas-aktivitas
utama
terjadinya sosial.
minggu
berjalan jam
dengan kerja
maupun
baik/kondisi antar
sektor
bulan.Mengenai
P R O F I L K U L I P A N G G U L P E R E M P U A N ………| 123
interaksi sesama keluarga, para pekerja
pokok masa kerja mereka sekitar jam
perempuan ini masih bisa mengurus
Sembilan pagi sampai jam empat sore.
keluarganya.Mengenai interaksi antar
Interaksi dengan para anggota
tetangga (bagi kaum perempuannya),
kuli itu sendiri terjalin setiap bulannya
dapat diatasi dengan adanya kegiatan
dengan kegiatan arisan setiap tanggal
yasinan dan arisan setiap minggunya di
dua. Kedekatan mereka juga terjalin
Desa Selotinatah. Adanya kegiatan rutin
dengan
ini,
minggunya
tentu
akan
memangkas
adanya
kerja
yakni
bakti
setiap
pada
hari
misskomunikasi antar warga khususnya
jum’at.Adanya kedua kegiatan tersebut
para
secara
perempuannya
selama
mereka
bekerja.
tidak
langsung
menjadikan
interaksi antar anggota kuli itu sendiri.
Membahas lebih lanjut tentang
Kondisi jam kerja tersebut, ternyata juga
interaksi para kuli panggul (dengan
tidak berpengaruh akan pola interaksi
keluarganya,
serta kedekatan hubungan antar pekerja
maka
dapat
dijelaskan
dengan merujuk pada tempat kerja
kuli
panggul
(sektor). Sektor Beras, Sektor Sayuran
keluarga,
dan Sektor Bahan Pokok. Diantara
pekerja kuli panggul tersebut.
masyarakat
masing-masing sektor yang adatersebut, maka
waktu
kebersamaan
mereka
perempuan
sesama
A. Simpulan Sejarah
awal
para kuli yang bekerja pada sektor
perempuan
sayuran
SelotinatahKabupaten
penampungan)
dan
Penutup
dengan keluarga juga akan berbeda. Bagi (pasar
dengan
kuli
panggul
di Magetan
Desa sejak
kebersamaan mereka dengan keluarga
tahun 1970-an, namun tidak diketahui
terjadi dari mulai pukul tujuh pagi,
secara pasti siapa yang memulai.Setelah
dengan
bisa
masa tanam danmenunggu masa panen,
yang
tenaga yang di-butuhkan dalam sektor
begitu
menyiapakan
mereka apa
masih
keperluan
dibutuhkan anaknya saat malam hari.
pertanian
Menyangkut pekerjaan rumah tanga
waktu luang. Saat seperti itu, kaum
yang lainnya dapat dilakukan setelah
perempuan Desa Selotinah berangkat
pulang
kepasar
dari
kerja
pagi
harinya.
sedikit
tanpa
sehingga
banyak
mem-perdulikan
Sedangkan, bagi yang bekerja pada
pekerjaan apa nantinya yang akan
sektor beras dan sektor bahan pokok
dilakukan disana, namun ternyata hal
dapat melakukan pekerjaannya sebelum
itu membuka peluang kerja baru di
berangkat kerja. Bagi yang mereka
pasar sebagai kuli panggul.
bekerja pada sektor beras dan bahan
124 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
Faktor yang mendasari para
melihat dari banyaknya kuli panggul
perempuan memilih bekerja sebagai
perempuan yang berasal dari Desa
kuli karena habis masa panen, tidak ada
Selotinatah, maka diperlukan adanya
pekerjaan
pertanian,
peninjauan terhadap masyarakat Desa
prosedur menjadi kuli panggul tidak
tersebut. Mendayagunakan masyarkat
berbelit-belit. Selain itu, pekerjaan ini
dalam bentuk ekonomi mandiri, seperti
sudah ada yang mengawali seperti
peminjaman modal.
dalam
sektor
ibuataupun saudara yang lain serta ingin
membantu
suami
dalam
perekonomian keluarga dengan tidak meninggalkan pekerjaan rumah tangga. Kehidupan panggul
sehari-hari
perempuan
di
kuli
keluarga
tetapdapat berjalan dengan baik.Mereka bekerja atas persetujuan para suami dan masih tetapbisa mengurus keperluan anak dan keluarga.Hubungan dengan tetangga tetapterjalin dengan adanya kegiatan arisan dan yasinan.Begitupun dengan sesama kuli juga terjalin dari organisasi dalam setiap sektor dan juga seluruh kuli juga dengan kegiatan arisan.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulis memberikan saran Bagi
Pendidikan
keterbatasan
data
Sejarah yang
dengan
didapatkan
peneliti, diperlukan adanya penelitian yang mendalam terkait dengan sejarah kuli panggul perempuan di pasar sayur Kota Magetan baik terkait dengan masalah
sosial,
ekonomi
kesejarahannya.Pemangku
maupun kebijakan
Daftar Pustaka Abdul Haris.__.”Mobilitas Angkatan Kerja Wanita Indonesia ke Luar Negeri”.2006. Irwan Abdullah Sangkan Paran Gender. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Cetakan ke III Abraham N, Dkk. 2009. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Magetan : Le_Swastika Achie Sudiarti. 2007. Bahan Ajar Tentang Hak Perempuan. Jakarta: Yayasan Obrol Indonesia Amien Yitno.1985.”Gejala Matrifokalitas di Masyarakat Jawa”. (Soedarsono, dkk). 1985. Wanita, Kekuasaan dan Kejahatan: Beberapa Aspek Kebudayaan Jawa. Jakarta : Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara (Javanologi) Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Arni Muhammad. 2004. Komunikasi Organisasi.Jakarta : Bumi Aksara Barthos, Basir. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara Baseruf, Ester.1984. Peranan Wanita Dalam Perkembangan Ekonomi. Jakarta : Yayasan Harapan Indonesia Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta Beauviour, De Simone (Diterjemahkan Oleh Toni B. Febrianto). 2003. Secand Sex Fakta dan Mitos. Surabaya : Pustaka Promethea Bhasin, Kmala & Khan S Nighat. 1999. Persoalan Pokok Mengenai FEMINISME DAN
P R O F I L K U L I P A N G G U L P E R E M P U A N ………| 125
RELEVANSINYA.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Breman, Jan. 1986. Penguasaan Tanah dan Tenaga Kerja Jawa di Masa Kolonial. Jakarta :LP3S Doni Rekro Harijani. 2001. Etos Kerja Perempuan Desa Realisasi Kemandirian dan Produktivitas Ekonomi. Yogyakarta : Philosophy press Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta : Rajawali Press Fauzi Ridjal, dkk. 1993. Dinamika Gerakan Perempuan di Indonesia. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya Irwan Abdullah. 2001. Seks, Gender & Reproduksi Kekuasaan. Yogyakarta : Tarawang Pres Kansil, C.S.T & Chriestin. 2004. Pemerintahan Daerah Di Indonesia Hukum Administrasi Daerah. Jakarta : Sinar Grafika Ken Suratiyah.__. “Pengorbanan Wanita Pekerja Industri”. . Irwan Abdullah Sangkan Paran Gender. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Cetakan ke III Majalah Bening (Ihsanudin). 2012. Jejak Perempuan di Zaman Rasulullah. Magetan : ILMI cabang Magetan Majalah Mimbar No. 307 (Umi Lestari). 2012. Ulama Sang pencerah Ketika Bunga-bunga Berguguran. Surabaya : Kantor Wilayah Kemenag Provinsi Jatim Mansour Fakih. 2008. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Maria Etty. 2004. Perempuan Memutus Mata Rantai Asimetri. Jakarta : Grasindo Marwati Djoned dan Nugraho, N. 2008. Sejarah Nasional Indonesia V Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Republik Indonesia (+1900 – 1942) (Edisi Pemutahiran). Jakarta : Balai Pustaka Mosse, Julia Cleves . 2002. Gender dan Pembangunan. Yogyakarta: RIFKA ANISSA Women’s Crisis Center
Mubyarto. 1951. Peluang Kerja dan Berusaha di Pedesaan. Yogyakarta: BPFE UGM Nursyahbani, dkk. 2001. Potret Perempuan Tinjauan Politik, Ekonomi, Hukum di Zaman Orde Baru. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Ollenburger, Jane. 1996. Sosiologi Wanita. Jakarta : PT. Rineka Cipta Pande Made Kutanegara.__. “Perdagangan: Kosmologi dan Konstruksi”dunia wanita”. . Irwan Abdullah Sangkan Paran Gender. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Cetakan ke III R. Bintarto. 1984. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahnnya: Jakarta: Ghalia Indonesia. R. P. Suyono. 2005. Seks dan Kekerasan pada Zaman Kolonial Penelusuran Kepustakaan Sejarah. Jakarta : Gramedia Ravik Karsidi. 2003. Dari Petani ke Pengrajin Sebuah Transformasi Pekerjaan. Surakarta : Pustaka Cakra Soerjono Soekanto . 2004. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada ______________. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Sugihastuti dan Itsna .2007. Gender & Inferioritas Perempuan Praktik Kritik Sastra Feminis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Suhartono. 1991. Apanage & Bekel Perubahan Sosial di Pedesaan Surakarata 1830-1920. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya Sutopo. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Tadjuddin Noer Effendi. 2001. “Peran Perempuan Dalam Pembangunan Ekonomi”. (Nursyahbani, dkk). 2001. Potret Perempuan Tinjauan Politik, Ekonomi, Hukum di Zaman Orde Baru. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Team. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Team. 2006. Peraturan Pelaksanaan Pemerintahan Daerah Pedoman
126 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
Penyusunan dan Penerapan Standart Pelayanan Minimal. Jakarta : Cv. Eka Jaya Umnia Labibah. 2004. Wahyu Pembebasan : Relasi Buruh Majikan. Yogyakarta : Pustaka Alief Zaitunah Subhan. 2004.Kodrat Perempuan Takdir atau Mitos?. Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara