Orang-orang Kristen tidak boleh bersifat statis. Jika Roh Kristus diam di dalam mereka (Rm. 8:9) maka mereka akan mengalami proses perubahan.
Pengalaman keselamatan menyangkut 1. pertobatan, 2. pengakuan, 3. keampunan, 4. pembenaran, 5 penyucian.
Pertobatan. Pertobatan yang sejati timbul dalam satu perubahan yang radikal dalam tingkah laku terhadap Allah dan dosa. Amsal 28:13
Motivasi untuk bertobat
Hati menjadi luluh dan takluk apabila kita merasakan bahwa kematian Kristus membenarkan kita serta melepaskan kita dari hukuman mati (Yoh. 12:32).
Pembenaran. Secara umum, pembenaran sebagaimana digunakan menurut teologia, adalah “tindakan Ilahi yang dengannya Allah menyatakan manusia yang menyesali dosanya dibenarkan, atau dianggap sebagai orang yang benar. Pembenaran adalah kata lawan penghukuman” (Rm. 5:16). Dasar pembenaran itu bukanlah penurutan kita, melainkan Kristus, (Rm. 5:18, 19).
Pengalaman pembenaran. Melalui pembenaran oleh iman di dalam Kristus, kebenaran-Nya dipertalikan kepada kita. Kita menjadi benar di hadapan Allah karena Kristus telah menjadi Pengganti kita. (2 Kor. 5:21).
Hasil-hasilnya. Apakah hasil-hasil pertobatan dan pembenaran? 1. Penyucian 2. Diangkat ke dalam keluarga ALLAH 3. Jaminan Keselamatan 4. Awal kehidupan baru yang penuh kemenangan 5. Pemberian hidup kekal
1. Penyucian. Pertobatan sejati dan pembenaran menuntun kepada penyucian. Pembenaran dan penyucian berhubungan erat,7 berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan sama sekali. Ada dua fase keselamatan yang dinyatakannya: Pembenaran ialah apa yang dilakukan Tuhan bagi kita, sedangkan penyucian adalah apa yang dilakukan Tuhan dalam kita. 2. Diangkat ke dalam keluarga Allah. Pada saat yang bersamaan orang-orang percaya yang baru telah menerima “Roh yang menjadikan.” Allah telah menjadikan mereka seperti anak-Nya, yang berarti menjadi putra-putri Raja!
3. Jaminan keselamatan. Pembenaran menjadi jaminan penerimaan orang beriman. Didatangkannya kegembiraan karena dipersatukan kembali dengan Allah sekarang juga. 4. Awal kehidupan baru yang penuh kemenangan. Sementara iman kita bertumbuh di dalam Dia, pemulihan dan perubahan kita mendapat kemajuan, dan diberikan-Nya kepada kita kemenangan atas kuasa kegelapan. 5. Pemberian hidup kekal. Dosa kita yang banyak pada masa lalu telah diselesaikannya; melalui Roh yang tinggal di dalam kita, kita dapat menikmati berkat keselamatan.
PENGALAMAN KESELAMATAN DAN MASA KINI. Melalui darah Kristus yang menyucikan, membenarkan serta memurnikan dan menguduskan, orang percaya adalah ”ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Kor. 5:17).
Perubahan batiniah. Pada kedatangan Kristus yang kedua kali kita akan diubah secara jasmani. Tubuh yang fana dan rusak akan dijadikan abadi (1 Kor 15:51-54). Bagaimanapun, tabiat kita harus mengalami perubahan dalam persiapan menyongsong hari kedatangan Yesus kedua kali itu.
Perubahan batiniah. 1. Keterlibatan Kristus dan Roh Kudus. Hanya Khalik saja yang dapat mengadakan pekerjaan yang kreatif di dalam mengubah hidup kita (1 Tes. 5:23). 2. Turut serta dalam tabiat Ilahi. “Janji-janji yang berharga dan yang sangat besar” yang diberikan Kristus, menjanjikan kuasa Ilahi-Nya untuk melengkapkan perubahan tabiat kita (2 Ptr. 1:4)
a. Hanya melalui Kristus. Apa yang mengubah manusia menjadi serupa dengan Penciptanya ialah dengan mengenakan atau turut ambil bagian dalam Tuhan kita Yesus Kristus (Rm. 13:14; Ibr. 3:14), b. Sebuah proses yang dinamis. Penyucian itu progresif. Dengan berdoa dan mempelajari Firman maka kita dapat senantiasa bertumbuh dalam persekutuan dengan Allah.
Kesempurnaan yang lengkap dalam Kristus. Bagaimana kita dapat sempurna? Roh Kuduslah yang mendatangkan kesempurnaan Kristus di dalam kita. Melalui iman maka kesempurnaan tabiat Kristus menjadi milik kita. Orang tidak dapat menyatakan bahwa kesempurnaan itu mandiri, seolaholah ia milik bawaan mereka, atau milik mereka dengan sendirinya. Kesempurnaan adalah pemberian Allah.
Bergerak menuju kesempurnaan. Sebagai umat percaya, peranan apakah yang kita lakukan di dalam semua ini? Dengan berada di dalam Kristus, kita mengalami pertumbuhan kepada kedewasaan rohani. Hidup yang disucikan bukanlah satu kehidupan tanpa kesukaran dan rintangan. Dalam istilah manusia, apakah artinya ini? Berdoa tidak berkeputusan untuk menghidupkan suatu kehidupan yang dikuduskan yang sempurna pada setiap langkah perkembangannya (Kol. 1:9, 10).
PENGALAMAN KESELAMATAN DAN MASA MENDATANG Akhirnya keselamatan kita lengkap dan sempurna pada waktu kita dibangkitkan atau diubahkan untuk masuk ke dalam surga. Melalui kemuliaan Allah terurailah kepada orang-orang yang ditebus-Nya cahaya kemuliaanNya sendiri. Inilah pengharapan kita semua, yang seharusnya kita sambut sebagai anak-anak Allah. Paulus berkata, “Kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah” (Rm. 5:2).
“Paulus menghubungkan keselamatan kita kini kepada kedatangan Kristus yang pertama. Dalam penyaliban yang bersejarah itu, kebangkitan, dan pelayanan surgawi yang dilakukan Kristus, pembenaran dan penyucian kita dipastikan sekali dan untuk semua. Keselamatan kita mendatang, pemuliaan tubuh, bagaimanapun, dihubungkan Paulus dengan kedatangan Kristus yang kedua kali.
Pemuliaan dan Penyempurnaan. Banyak yang percaya secara keliru bahwa pemuliaan dan penyempurnaan yang asasi yang akan dibawa itu sudah boleh diperoleh manusia. Penyucian adalah proses seumur hidup. Kesempurnaan kita kini hanya ada pada Kristus, akan tetapi yang pokok, perubahan yang lengkap hidup kita ke dalam gambar Allah akan berlangsung pada waktu kedatangan Kristus yang kedua kali.
Ciri-ciri tabiat Kristus maupun tingkah laku yang tidak bernoda, bukanlah landasan penerimaan kita kepada Allah. Kebenaran yang menyelamatkan hanyalah berasal dari seorang Manusia saja, yakni Yesus, yang disampaikan kepada kita melalui Roh Kudus. Kita tidak mampu memberi sesuatu atas karunia pembenaran yang diberikan Kristus itu; kita hanya dapat menerimanya. Kristus saja kebenaran, tidak ada yang lain.
John Calvin menunjukkan bahwa karena “Kristus tidak dapat dibagibagi, maka kedua hal itu, pembenaran dan penyucian, tidak dapat dipisahkan.” J. Calvin, Institutes of the Christian Religion III, 11, 6