ORACLE DATA GUARD PT.INDESSO NIAGATAMA UNTUK KEBERLANGSUNGAN DATA BISNIS Arwandy, Andy, Johanson, Suparto Darudiato Bina Nusantara University Jl. K. H. Syahdan No. 9, Jakarta Barat Telp +62.21 534 5830, 535 0660 Fax +62.21 530 0244 Email :
[email protected] ABSTRACT Using information technology has became mandatory thing to do a business activity. One of a information technology are widely used to store enterprise data is known as database. As time goes, transaction volume in enterprise are increase, so that system availability in a database became vital in business process activity. The purpose of this research is to design a high availability system to ensure business data availability using oracle data guard, analysis problem and risk that occur at business process, and doing cost and benefit analysis for disaster recovery center. Methodology that use in this research is gathering data, study literature, analysis, design, and evaluation. From analysis result can be obtained that since PT. Indesso Niagatama using oracle database at 2007, they already experience three times downtime and loss about one hundred million rupiah. The result of research was oracle data guard system that already design got a positive response from user of the ease of use, and usefulness, so that user agree to implement oracle data guard system in their enterprise. The conclusion of this research is oracle data guard system can do a fast recovery so that user doesn't need to have a long downtime and oracle data guard system also can minimized data loss. ABSTRAK Penggunaan teknologi informasi telah menjadi hal yang wajib untuk melakukan kegiatan bisnis. Salah satu teknologi informasi yang banyak digunakan untuk menyimpan data perusahaan adalah database. Seiring berjalannya waktu, volume transaksi dalam perusahaan semakin meningkat sehingga ketersediaan sistem dan data di dalam database menjadi bagian yang vital dalam kegiatan proses bisnis. Tujuan di dalam penelitian ini adalah merancang sistem high availability untuk menjamin keberlangsungan data bisnis dengan menggunakan oracle data guard, melakukan analisis masalah dan resiko pada proses bisnis, dan melakukan analisis cost and benefit disaster recovery center. Metodologi yang dipakai adalah melakukan pengumpulan data, studi pustaka, analisis, perancangan, dan evaluasi. Dari hasil analisis dapat diperoleh bahwa semenjak menggunakan Oracle Database dari tahun 2007, PT. Indesso Niagatama telah mengalami down selama tiga kali dan kerugian lebih dari ratusan juta rupiah. Hasil dari penelitian ini adalah sistem oracle data guard yang telah dirancang mendapat respon yang positif dari para user dari sisi kemudahan penggunaan dan manfaat yang diberikan sehingga user setuju untuk mengimplementasikan sistem oracle data guard di dalam perusahaan mereka. Simpulan dari penelitian ini adalah sistem oracle data guard dapat melakukan recovery dengan
cepat sehingga user tidak perlu merasakan downtime yang lama dan dapat meminimalkan resiko terjadinya data loss. Kata kunci : Oracle Data Guard, High Availability, Disaster Recovery Center, Primary Database, Standby Database.
Pendahuluan Penggunaan teknologi informasi telah menjadi suatu hal yang wajib untuk melakukan berbagai kegiatan, salah satunya kegiatan bisnis. Teknologi informasi banyak digunakan untuk menyimpan data perusahaan yang nanti akan digunakan untuk menghasilkan informasi. Teknologi informasi tersebut dinamakan database. Database digunakan agar data-data perusahaan dapat teorganisir dengan baik dan disimpan secara terintegrasi dengan metode tertentu sehingga mampu memenuhi informasi yang dibutuhkan perusahaan. Akan tetapi, dengan menggunakan database, perusahaan akan dihadapkan resiko terjadinya gangguan pada database yang mengakibatkan data tidak dapat diakses (database downtime) atau terjadinya data loss, sehingga perusahaan akan mengalami kerugian. Gangguan pada database dapat terjadi akibat adanya maintenance, kerusakan hardware, software, dan data corruption. Gangguan pada database juga dapat terjadi akibat adanya bencana alam seperti kebakaran,gempa bumi, dan banjir. Untuk mengantisipasi terjadinya gangguan pada database, maka perusahaan akan melakukan pengawasan dan perlindungan terhadap database dengan menerapkan sistem high availability. PT. Indesso Niagatama merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang penjualan flavor dan fragance, seasoning, dan bahan baku alam. PT. Indesso Niagatama telah menggunakan mySAP ERP dengan database oracle untuk mengintegrasikan semua proses bisnisnya. Seiring berjalannya waktu, volume transaksi yang dilakukan oleh PT. Indesso Niagatama semakin meningkat, sehingga ketersediaan sistem dan data di dalam database menjadi bagian vital dalam kegiatan proses bisnis. Oracle database mempunyai sebuah kemampuan sistem high availability yaitu oracle data guard sebagai sistem high availability di dalam perusahaan. Dengan oracle data guard, maka keberlangsungan proses bisnis diharapkan akan tetap terjaga sehingga perusahaan lebih kompetitif dan dapat bertahan serta berkembang di pasar global. Oracle Data Guard dapat menjamin high availability, data protection (sebuah fitur yang berfungsi untuk meminimalisir resiko kehilangan data), dan disaster recovery (kemampuan untuk melindungi data dari bencana yang tidak direncanakan) bagi data perusahaaan. Oracle data guard digunakan sebagai solusi sistem high availability untuk menjaga keberlangsungan proses bisnis suatu perusahaan. Anil, Kumar, Yadav dan Sharma (2012, p157) berpendapat bahwa Oracle data guard dapat melindungi data perusahaan dari failure, disaster, error, data corruptions pada database, dan juga dapat meminimalkan database downtime. Data guard menyediakan layanan-layanan untuk membuat, mengelola serta melakukan monitoring terhadap satu atau lebih standby database agar production database dapat bertahan dari bencana dan kerusakan data. Jika production database mengalami downtime karena sebab tertentu, maka data guard akan mengalihkan tugas dan fungsinya kepada standby database sehingga downtime dapat diminimalisir. Dengan data guard, DBA dapat dengan bebas meningkatkan performance dari production database dengan menyerahkan proses backup dan reporting kepada standby database. Data guard terdiri dari primary database yang berfungsi sebagai database utama yang diakses oleh aplikasi dan digunakan untuk memproses transaksi sehari-hari dan standby database yang merupakan replika dari primary database. Standby database juga terdiri dari dua yaitu physical standby yang merupakan salinan yang secara fisik sama dengan primary database baik secara tiap blok, skema, dan indeks, dan logical standby database yang merupakan tipe standby database yang mempunyai struktur berbeda dari primary database. Menurut Anil (2012, p2231-5268), keuntungan yang akan diperoleh apabila menggunakan oracle data guard adalah sebagai berikut : • Disaster recovery, data protection, dan high availability. • Data protection secara menyeluruh. • Penggunaan resource sistem yang lebih efisien. • Fleksibilitas dalam perlindungan data untuk menyeimbangkan kebutuhan availability dengan performa. • Manajemen yang simple dan secara terpusat. • Integrasi dengan database oracle
Tujuan yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah melakukan analisis masalah dan resiko yang terjadi pada proses bisnis yang berhubungan dengan sistem, melakukan perancangan sistem high availability dengan oracle data guard, dan melakukan analisis cost and benefit disaster sistem oracle data guard.
Metode Penelitian Untuk dapat melakukan analisis dan memberikan solusi sistem high availability yang tepat, maka digunakan beberapa metode penelitian yang ada. Metode penelitian yang digunakan yaitu : 1. Studi pustaka Dilakukan dengan membaca buku, artikel, jurnal yang berkaitan dengan oracle database dan Oracle Data Guard. Hasil dari studi literatur akan digunakan sebagai dasar dari pengembangan penelitian ini. 2. Metode pengumpulan data a) Survei lapangan Survei lapangan dilakukan untuk mengetahui proses bisnis yang ada di dalam perusahaan serta mendapatkan gambaran mengenai perusahaan tersebut. b) Wawancara Wawancara akan dilakukan secara tatap muka dan dalam bentuk tanya jawab dengan pihakpihak terkait untuk mendapatkan semua informasi yang berhubungan dalam penelitian. 3. Metode analisis Dilakukan dengan analisis sistem berjalan dengan menggunakan rich picture, analisis masalah dan resiko pada proses bisnis, analisis kerugian akibat gangguan pada database, dan analisis RTO dan RPO. 4. Metode perancangan Metode perancangan sistem high availability menggunakan Oracle Data Guard . Perancangan Oracle Data guard ini akan meliputi konfigurasi primary database, standby database, oracle network environment, redo transport, data protecion, data guard broker, dan role transition. 5. Metode evaluasi Metode evaluasi terhadap sistem Oracle Data Guard yang telah dirancang dengan menggunakan analisis cost and benefit dan Technology Acceptance Model.
Hasil Dan Bahasan Analisis Sistem Berjalan Dalam menjalankan proses bisnisnya, PT.Indesso Niagatama menggunakan aplikasi mySAP ERP dengan database Oracle. Proses Bisnis PT.Indesso Niagatama secara menyeluruh dapat digambarkan dengan rich picture seperti di halaman selanjutnya. Dari rich picture, proses bisnis PT.Indesso Niagatama dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok, berupa : • Proses penjualan ke customer • Proses pembelian product dari vendor • Proses retur barang • Proses forecasting • Proses pembuatan laporan
Gambar 1 Proses Bisnis Pada Indessno Niagatama
Analisis Sistem Backup Yang Berjalan Sistem backup di PT. Indesso Niagatama dilakukan dengan dua cara yaitu backup offline dan online. Backup online dilakukan secara otomatis dengan menggunakan BRTools pada jam 12 siang, enam sore, dan 11 malam. File yang di-backup di dalam backup offline yaitu datafile, control file, online redo log, dan archive redo log. Sedangkan backup offline dilakukan secara manual dengan menggunakan Tivoli Storage Manager di Gedung Cyber daerah Kuningan. Backup offline dilakukan pada hari sabtu dan mem-backup semua file dari database oracle. Hasil backup offline dan online akan disimpan ke dalam media disk storage manager IBM 3851 LTO2 8 library.
Analisis RTO Proses bisnis yang berjalan pada PT.Indesso Niagatama telah terintegrasi dalam sistem ERP yang dimana setiap data-data mulai dari pembuatan Sales Quotation sampai dengan Invoice dan pembuatan laporan akan langsung disimpan dalam database dan diproses oleh sistem ERP secara real
time. Apabila terjadi gangguan pada data center maka akan berdampak pada proses binis perusahaan sehingga proses pembuatan dokumen-dokumen yang di-generate oleh sistem ERP akan berhenti dan proses bisnis akan terhambat. Berdasarkan analisis resiko yang telah disebutkan diatas, maka perusahaan memberikan kebijakan bahwa batas RTO adalah maksimal selama satu jam.
Analisis RPO Setiap hari PT.Indesso Niagatama memiliki transaksi bisnis yang cukup banyak dan memiliki aliran dana yang masuk dan keluar dari transaksi bisnis yang cukup besar. Jika terjadi gangguan pada data center atau mengalami kehilangan data maka perusahaan akan mengalami kerugian yang cukup besar. Kerugian tersebut akan dijelaskan pada analisis kerugian income selanjutnya. Berdasarkan analisis dampak tersebut, maka perusahaan memberikan batas RPO adalah maksimal selama setengah jam.
Analisis Masalah Proses bisnis yang berjalan pada PT.Indesso Niagatama sangat bergantung pada data center yang terletak pada Gedung Cyber. Oleh sebab itu, jika ada gangguan ataupun kerusakan pada salah satu bagian pada data center terutama database server dan storage server maka akan mengakibatkan system down dan tidak dapat diakses untuk melakukan proses bisnis perusahaan. Masalah-masalah yang berpengaruh pada proses bisnis PT.Indesso Niagatama adalah sebagai berikut : • Pada proses penjualan, saat terjadi system down, akan terjadi ketidakcocokan antara penjualan barang dengan stok barang yang ada karena proses penjualan tidak dapat diakses secara real time. • Pada proses pembelian, saat terjadi system down, proses pembelian barang menjadi terhambat karena data yang dibutuhkan pada saat melakukan pembelian tidak dapat diakses secara real time. • Pada proses retur barang, saat terjadi system down, pengaksesan data yang dibutuhkan untuk proses retur barang menjadi terhambat sehingga memungkinkan tingkat kesalahan data. • Pada proses forecasting, saat terjadi system down, tingkat keakuratan forecasting menurun diakibatkan data yang tidak real time. • Pada proses pembuatan laporan, saat terjadi system down, proses pembuatan laporan tidak dapat dilakukan. Sedangkan dari hasil wawancara dengan IT Manager PT. Indesso Niagatama, perusahaan pernah mengalami gangguan pada server, yaitu : • Pernah terjadi kerusakan pada salah satu disk dan controller disk di storage server yang mengakibatkan data loss selama tiga jam dan perlu dilakukan recovery selama 24 jam. • Terjadinya corrupt pada data files sehingga data dalam database tidak bisa diakses oleh aplikasi mySAP ERP ECC 6.0 sehingga memerlukan recovery selama dua jam. • Pernah terjadi kerusakan memori pada application dan database server sehingga server tidak bisa dinyalakan. Kerusakan memori ini memerlukan recovery selama empat jam dan mengakibatkan proses bisnis menjadi terhambat karena dijalankan secara manual.
Perkiraan Kerugian Income Akibat Ketidaktersediaan Sistem Jumlah transaksi pada PT.Indesso Niagatama diambil secara rata-rata adalah sebanyak 8.900 transaksi setiap hari nya. Jumlah transaksi paling tinggi setiap hari nyayaitu di antara jam 09.00-12.00 siang. Setelah itu transaksi menurun pada saat jam makan siang, kemudian transaksi dilanjutkan kembali pada jam 13.30 sampai jam kerja selesai yaitu jam 18.00. Jumlah rata-rata transaksi dalam satu bulan diperkirakan adalah sebesar 195.000 transaksi dan akan mencapai titik puncaknya pada pertengahan bulan. Pihak manajemen mengasumsikan bahwa rata-rata nilai untuk setiap transaksi setiap harinya adalah sebesar Rp. 90.000,- jadi asumsi income PT.Indesso Niagatama perhari nya adalah : Rp. 90.000,- x 8900 = Rp.801.000.000,Dari analisis di atas, apabila proses bisnis terhambat dalam satu hari, maka perusahaan akan mengalami kerugian rata-rata sekitar Rp. 801.000.000,-.
PT.Indesso Niagatama mengalami titik puncak transaksi pada pertengahan bulan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya sehingga pada masa tersebut perusahaan menangani transaksi sebesar 30% dari total transaksi satu bulan. 30% x 195.000 = 58.500 transaksi Maka perusahaan akan mengalami perkiraan kerugian income apabila terjadi system down pada masa titik puncak transaksi sebesar : Rp. 90.000,- x 58.500 = Rp 5.265.000.000,-
Konfigurasi Data Guard Pada Primary Database Di dalam data guard terdapat sebuah production database yang biasanya disebut dengan primary database. Primary database diperlukan sebagai media yang dapat diakses oleh aplikasi untuk menyimpan data hasil penginputan atau perubahan yang dilakukan oleh user. Primary database juga menjadi sumber utama untuk melakukan sinkronisasi dengan standby database yaitu dengan mengirim archive log dari primary ke standby database. Berikut ini merupakan rancangan arsitektur data guard yang akan diimplementasikan ke dalam PT. Indesso Niagatama.
Gambar 2 Arsitektur Data Guard Di PT.Indesso Niagatama Untuk membuat primary database, maka diperlukan mengetahui unique name database diperlukan untuk membedakan primary dan standby database, sehingga dapat melakukan konfigurasi pada database yang tepat. Selain itu, value pada unique name juga diperlukan dalam beberapa konfigurasi yang akan dilakukan di dalam data guard. Untuk penelitian ini, maka value unique name dari database yang akan berperan sebagai primary dan standby database adalah IDS dan IDS2. Selanjutnya perlu untuk mengaktifkan archive log agar primary database dapat melakukan proses archiving dari redo log, dimana hasil dari archiving tersebut akan dikirimkan ke standby database. Syntax SQL yang digunakan untuk memeriksa status archive log adalah SQL> archive log list Lalu aktifkan force logging yang berfungsi agar database dapat mengambil semua perubahan yang terjadi untuk ditulis ke dalam redo log. Syntax SQL untuk mengaktifkan force logging adalah : SQL> alter database force logging; Lalu membuat password file yang merupakan kunci utama agar dapat mengirimkan dan menyetujui archive log dari primary ke standby database dimana proses pengiriman tersebut dikenal dengan redo
transport. Lalu dilanjutkan dengan pembuatan standby redo log yang diperlukan sebagai salah satu syarat untuk mengaktifkan data protection (maximum availability dan maximum protection) dan real time apply. Fungsi standby redo log di dalam data guard adalah untuk menyimpan log yang dikirimkan oleh primary database. Syarat dari pembuatan standby redo log adalah jumlah grup, jumlah member di dalam grup, dan ukuran harus sama dengan online redo log. Syntax SQL untuk membuat standby redo log adalah : SQL> Alter database add standby log file group 5 (‘LOG_G15M1.DBF’,’’LOG_G15M2.DBF’) size 50M; SQL> Alter database add standby log file group 6 (‘LOG_G16M1.DBF’,’’LOG_G16M2.DBF’) size 50M; SQL> Alter database add standby log file group 7 (‘LOG_G17M1.DBF’,’’LOG_G17M2.DBF’) size 50M; SQL> Alter database add standby log file group 8 (‘LOG_G18M1.DBF’,’’LOG_G18M2.DBF’) size 50M; Kemudian dilanjutkan dengan konfigurasi parameter spfile untuk mengontrol proses redo transport ketika database berperan sebagai primary database atau standby database. Untuk mengkonfigurasi parameter spfile, maka diperlukan pfile untuk memasukkan parameter-parameter yang kemudian akan di-decompile ke dalam spfile. Selanjutnya akan dibuat standby control file agar standby database dapat mengetahui struktur dari data file, SCN, dan jumlah archive log sequence number dari primary database. Sintaks untuk membuat standby control file adalah : SQL> Alter database create standby controlfile as ‘F:\oracle\product\10.2.0\oradata\orcl\STDBYCONTROL.CTL’ ; Lalu lakukan backup primary database. File yang akan di-backup adalah datafile, tempfile, online redo log, standby redo log, password file, pfile dan standby control file. Backup ini dilakukan untuk me-restore hasil backup ke dalam standby database supaya keadaan di dalam standby menjadi konsisten dan sama dengan primary database. Setelah itu akan dilakukan konfigurasi tnsname dan listener agar primary dan standby database dapat saling terhubung satu sama lain. Konfigurasi tnsname dan listener dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi text editor seperti wordpad.
Konfigurasi Data Guard Pada Standby Database Langkah awal yang dilakukan dalam konfigurasi standby database adalah mengembalikan backup yang dilakukan sebelumnya pada primary database dan akan di-restore balik ke dalam standby database. Struktur direktori file yang akan di-restore ke dalam standby database harus sama seperti struktur direktori file yang ada di dalam primary database. Lalu akan dilakukan konfigurasi parameter spfile pada standby database. Langkah konfigurasi parameter spfile di standby database hampir sama dengan yang dilakukan pada primary database. Setelah itu, akan dilakukan uji coba data guard yang telah dikonfigurasi yaitu dengan menjalankan redo apply pada standby database. Syntax untuk menjalankan redo apply adalah : SQL> alter database recover managed standby database disconnect from session; Untuk menutup proses redo apply, maka dapat menggunakan syntax SQL sebagai berikut : SQL> Alter database recover managed standby database cancel; Apabila jumlah archive log sequence di primary database sama dengan yang ada dan ter-apply di dalam standby database, berarti konfigurasi data guard primary dan standby database telah berhasil.
Konfigurasi Tipe Data Protection Data Guard Protection diperlukan untuk melindungi data yang ada di dalam primary database. Untuk mengubah tipe data protection, maka diperlukan mengubah value dari log_archive_dest_2 yang ada di dalam spfile. Perubahan ini harus ditambahkan value mekanisme redo transport dari jenis data protection. Setelah itu lalu dilakukan perubahan ke tipe data protection yang diinginkan dengan syntax SQL sebagai berikut : SQL> alter database set standby database to maximize {availability | performance | protection }; Lalu waktu melakukan pemeriksaan, maka tipe data protection telah terubah.
Gambar 3 Tipe Data Protection
Konfigurasi Real Time Apply Real time apply digunakan agar standby database akan mengikuti perubahan yang terjadi di primary database pada saat itu juga. Syntax SQL yang digunakan untuk konfigurasi real time apply adalah : SQL> Alter database recover managed standby database using current logfile disconnect;
Konfigurasi Data Guard Broker Data guard broker diperlukan agar proses pengelolaan dan monitoring terhadap primary dan standby database dapat dilakukan secara terpusat, sehingga memudahkan para DBA untuk melakukan pengawasan. Selain itu, data guard broker juga diperlukan untuk mengaktifkan fitur fast-start failover. Untuk membuat data guard broker, maka harus mengaktifkan parameter data guard broker dari primary dan standby database. Lalu dilanjutkan dengan membuka DGMGRL dan membuat profil broker untuk primary dan standby database. Setelah itu, konfigurasi broker akan di-enable yang berarti data guard broker telah aktif.
Gambar 4 Data Guard Broker
Switchover Pada Physical Standby Database Switchover berfungsi untuk mengubah role standby database menjadi primary database. Switchover akan digunakan apabila primary database tidak dapat digunakan atau diakses akibat adanya maintenance sistem pada database tersebut. Untuk menjalankan switchover, maka status dari kedua database harus dalam keadaan aktif dan tidak ada gangguan. Syntax yang digunakan untuk menjalankan switchover pada DGMGRL adalah : DGMGRL > switchover to [Unique_name_standby_database];
Gambar 5 Switchover Database
Failover Pada Physical Standby Database Failover akan digunakan pada saat primary database mengalami fail, sehingga database tidak dapat digunakan atau diakses user. Dengan keadaan seperti itu, maka standby database akan diganti rolenya menjadi primary database untuk menggantikan tugas primary database yang mengalami fail. Failover akan dilakukan dengan menggunakan Data guard command line interface (DGMGRL). Untuk melakukan proses failover, maka diperlukan kondisi dimana primary database tidak dapat terhubung dengan standby database. Syntax yang digunakan untuk proses failover di dalam DGMGRL yaitu : DGMGRL> Failover to [Unique_name_standby_database];
Gambar 6 Failover Database Setelah failover selesai, maka primary database yang lama (telah berubah menjadi standby database) perlu dilakukan pemulihan ke kondisi sebelum terjadinya fail yang disebut dengan reinstate. Syntax yang digunakan untuk melakukan reinstate di dalam DGMGRL adalah DGMGRL> Reinstated database [Unique_name_database yang disabled];
Gambar 7 Reinstate Database
Konfigurasi Fast-Start Failover Fast-start failover berfungsi untuk melakukan semua proses failover secara otomatis tanpa adanya campur tangan dari seorang DBA jika terjadi fail pada primary database. Untuk menggunakan fast-start failover di dalam data guard, maka terlebih dahulu harus mengkonfigurasi target fast-start failover pada tiap database yang bertujuan untuk menentukan identitas tujuan primary database baru yang akan dilakukan oleh fast-start failover. Setelah itu, maka akan diaktifkan fast-start failover. Syntax yang digunakan untuk menjalan fast-start failover di DGMGRL adalah DGMGRL> Enable fast_start failover; Kemudian akan dilakukan pengaktifan observer dengan syntax sebagai berikut : DGMGRL> Start Observer; Fast-start failover akan secara otomatis dijalankan pada saat primary mengalami fail. Fast-start failover juga akan secara otomatis melakukan reinstate primary database lama ke kondisi sebelum terjadinya fail pada database tersebut.
Gambar 8 Proses Fast-Start Failover
Analisis Cost And Benefit Analisis cost and benefit dilakukan untuk mengetahui jumlah kerugian yang bisa dilindungi dari hasil investasi disaster recovery center oracle data guard. Hasil dari analisis cost and benefit dari penelitian ini adalah dengan investasi yang dikeluarkan PT. Indesso Niagatama sebesar Rp 695.011.000,untuk pembuatan disaster recovery center dengan sistem oracle data guard, maka akan dapat melindungi kerugian sebesar Rp 2.653.560.000,- per tahun akibat terjadinya fail pada database.
Evaluasi Hasil evaluasi dari konfigurasi oracle data guard yang telah dilakukan adalah dengan menggunakan metode Technology Acceptance Model (TAM) yang terdiri dari empat bagian yaitu perceived ease of use, perceived usefulness, attitude toward using, dan behavorial intention to use. Metode TAM digunakan untuk mengukur tingkat penerimaan responden terhadap konfigurasi data guard yang telah dirancang.
Gambar 9 Technology Acceptance Model Evaluasi menggunakan metode TAM akan dilakukan dengan presentasi hasil konfigurasi oracle data guard dan membagikan kuesioner yang menggunakan skala likert kepada enam orang responden yaitu IT manager, database administrator, kepala bagian SAP, kepala departemen finance, kepala departemen
accounting, dan account manager. Hasil dari kuesioner yang telah diisi responden akan dihitung rataratanya untuk mengetahui respon dari user terhadap sistem oracle data guard. Berdasarkan hasil rata-rata jawaban responden, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : • Pada bagian perceived ease of use, secara keseluruhan, responden setuju bahwa penggunaan sistem oracle data guard itu mudah digunakan baik dari segi pemahaman terhadap proses kerja oracle data guard, dan tahap-tahap penggunaan yang jelas dan mudah dimengerti. • Pada bagian perceived usefulness, responden setuju bahwa dengan penerapan sistem oracle data guard dapat memberikan banyak manfaat kepada PT. Indesso Niagatama baik dari sisi mengatasi masalah down pada database, mengurangi downtime yang terjadi dengan proses recovery yang cepat, dan melindungi terjadinya data loss. Responden juga setuju bahwa dari manfaat yang diberikan tersebut, maka dengan melakukan investasi untuk disaster recovery center berbasis oracle data guard akan memberikan keuntungan yang maksimal terhadap perusahaan. • Pada bagian attitude toward using, para responden tertarik dalam menggunakan sistem oracle data guard. Selain itu, responden setuju bahwa penggunaan sistem oracle data guard lebih baik daripada sistem data guard yang sedang dijalankan. • Pada bagian intention of use, responden menunjukkan niat atau keinginan mereka untuk menggunakan sistem oracle data guard sebagai solusi disaster recovery center untuk database PT. Indesso Niagatama.
Simpulan Dan Saran Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan perancangan high availability dengan oracle data guard pada PT. Indesso Niagatama, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut : • Perancangan sistem oracle data guard dapat membuat proses bisnis tetap bisa berjalan walaupun primary database tidak bisa diakses atau digunakan yaitu dengan mengubah role standby database menjadi primary database yang baru. • Keamanan data pada saat melakukan redo transport ke standby database akan lebih terjamin dengan menggunakan maximun availability sebagai jenis data guard protection di dalam data guard • Dengan menggunakan real time apply pada oracle data guard, maka standby database akan mengikuti perubahan yang terjadi di primary database pada saat itu juga, sehingga resiko terjadinya data loss dapat diminimalisir • Apabila sedang melakukan maintenance pada primary database, maka proses bisnis tetap dapat berjalan dengan menggunakan switchover untuk menggantikan peran standby database menjadi primary database • Dengan menggunakan fast-start failover, maka proses pergantian role standby database ke primary database akan terjadi secara otomatis apabila terjadi fail pada primary database tanpa adanya campur tangan dari DBA, sehingga akan memudahkan pekerjaan DBA dalam melakukan monitoring terhadap oracle data guard. • Hasil dari analisis cost and benefit memperlihatkan bahwa investasi untuk disaster recovery center menggunakan sistem oracle data guard dapat melindungi kerugian akibat terjadinya gangguan pada database, sehingga akan memberikan benefit kepada PT. Indesso Niagatama. • Hasil dari analisis technology acceptance model menunjukkan bahwa responden setuju dengan manfaat dan kemudahan penggunaan oracle data guard dan tertarik untuk menggunakan oracle data guard di dalam PT. Indesso Niagatama.
Saran Berdasarkan hasil analisis dan perancangan high availability dengan oracle data guard pada PT. Indesso Niagatama, ada beberapa saran yang penulis dapat sampaikan untuk pengembangan sistem oracle data guard agar sesuai dengan kebutuhan yaitu : • Membuat lebih dari satu standby database dengan lokasi yang berjauhan antar database.
•
Melakukan upgrade oracle database ke versi 11g agar standby database dapat aktif dalam keadaan read write dengan menggunakan fitur snapshot standby
Referensi Anil, Kumar, S., Yadav, P., & Sharma, B. (2012). Disaster Recovery of Data by Using Data Guard. IJCSMS International Journal of Computer Science and Management Studies, 12(2), 157-160. Carpenter, L. (2009). Oracle Data Guard 11g Handbook. United States: McGraw-Hill Companies, Inc. Cyran, M. (2005). Oracle Database Concepts, 10g Release 2 (10.2). Oracle Corporation. Schupmann, V. (2008). Oracle Data Guard Concept and Administration. Oracle Corporation. Weygant, P. (2001). Cluster for High Availability: A Primer of HP Solutions (Second ed.). United States: Prentice-Hall.
Riwayat Penulis Arwandy lahir di kota Medan pada 13 September 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Bina Nusantara University dalam bidang Sistem Informasi pada 2013.