OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI BUDIDAYA IKAN KONSUMSI AIR TAWAR (Studi kasus pada Aquakultur Sari Mukti Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor)
Oleh : Andika Prapta Daharu F14103116
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI BUDIDAYA IKAN KONSUMSI AIR TAWAR (Studi kasus pada Aquakultur Sari Mukti Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh ANDIKA PRAPTA DAHARU F14103116
Bogor, Januari 2009 Menyetujui,
Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya, MEng Dosen Pembimbing
ANDIKA PRAPTA DAHARU. F14103116. Optimasi Perencanaan Produksi Budidaya Ikan Konsumsi Air Tawar (Studi Kasus pada Aquakultur Sari Mukti Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Dibawah Bimbingan : Bambang Pramudya, 2009
RINGKASAN
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, kebutuhan akan protein yang berasal dari hewan di Indonesia juga akan semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut pemerintah terus berupaya untuk memperbanyak produksi protein hewani di Indonesia, salah satunya sektor perikanan. Perikanan budidaya merupakan salah satu subsektor yang sangat potensial untuk dikembangkan karena sifatnya yang bisa diperbaharui sehingga dapat menciptakan produk perikanan yang berkesinambungan. Tantangan penguasaan teknologi, termasuk bidang perikanan, merupakan suatu keharusan dalam menghadapi globalisasi di Indonesia. Hambatan yang terjadi pada para produsen ikan air tawar di Indonesia ialah manajemen produksi yang tradisional sehingga menyebabkan produksi belum optimal. Pengembangan dan perbaikan manajemen produksi ikan air tawar harus dilakukan agar hasil yang diinginkan tepat sesuai dengan kebutuhan konsumen baik dalam jumlah, kualitas, waktu, dan harga Perencanaan produksi dengan tujuan optimasi produksi berbasis pada penggunaan produksi secara tepat dan menghasilkan kombinasi produk yang optimal akan memberikan produk dengan kualitas dan kuantitas yang memberikan keuntungan optimum. Penelitian ini dilaksanakan di Aquakulutr Sari Mukti yang berlokasi di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan bahwa Aquakultur Sari Mukti memiliki luas lahan sebesar 1,2 ha dan telah memproduksi berbagai jenis ikan konsumsi air tawar dan memasarkan produknya ke daerah Jakarta, Bogor, Bekasi dan Tangerang. Lokasi Aquakultur Sari Mukti terletak di Kabupaten Bogor yang merupakan salah satu sentra produksi ikan air tawar di wilayah Jawa Barat.
Dilihat dari hasil analisis optimasi, produksi optimal diperoleh perusahaan jika memproduksi ikan mas dengan pola produksi berurutan dari bulan ke-3 sampai ke-12 sebesar 4000 kg, 1890 kg, 4000 kg, 4000 kg, 0 kg, 0 kg, 4000 kg, 0 kg, 163 kg, 4000 kg. Sedangkan untuk ikan mas super diproduksi dengan pola produksi berurutan dari bulan ke-3 sampai bulan ke-12 sebanyak 4000 kg, 4000 kg, 1456 kg, 2526 kg, 495 kg, 0 kg, 4000 kg, 0 kg, 4000 kg, 4000 kg. Untuk ikan bawal diproduksi dengan pola berurutan dari bulan ke-2 sampai bulan ke-12 sebanyak 8000 kg, 4319 kg, 5317 kg, 5092 kg, 8000 kg, 7749 kg, 7253 kg, 8000 kg, 5148 kg, 8000 kg, 8000 kg. Nilai keuntungan pada kondisi optimal lebih besar Rp 11.558.000,- per tahunnya atau Rp 963.167,- per bulannya daripada nilai keuntungan pada kondisi aktual. Pada kondisi optimal, sumber daya yang habis terpakai (sumber daya langka) dan menjadi pembatas tingkat produksi optimal adalah sumber daya pakan untuk ikan mas dan ikan mas super, sumber daya tenaga kerja pada bulan ke-2, ke-4, ke-5, ke-6, ke-7, ke-8, ke-9, ke-10, dan sumber daya modal pada bulan ke-3, ke-4, ke-10. Dari analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan, selang perubahan minimum paling peka untuk ikan mas terjadi pada produksi musim tanam ke-10 dengan penurunan keuntungan yang diizinkan sebesar Rp 1,7354. Untuk ikan mas super perubahan minimum paling peka terjadi pada produksi musim tanam ke-3 dengan penurunan keuntungan yang diizinkan sebesar Rp 93,0725. Sedangkan untuk ikan bawal perubahan minimum paling peka terjadi pada produksi musim tanam ke-9 dengan penurunan keuntungan yang diizinkan sebesar Rp 3,8716. Dari analisis sensitivitas nilai ruas kanan, nilai batas maksimal yang memiliki selang kepekaan paling kecil adalah sebesar 0. Hal ini terjadi pada permintaan ikan mas di musim tanam ke-7, permintaan ikan mas super di musim tanam ke-7, dan permintaan ikan bawal di musim tanam ke-8 dan ke-11. Sedangkan untuk nilai batas minimal yang memiliki selang kepekaan paling kecil ialah 0. Hal ini terjadi pada permintaan ikan mas di musim tanam ke-10, permintaan ikan mas super di musim tanam ke-10, dan permintaan ikan bawal di musim tanam ke-10.
ANDIKA PRAPTA DAHARU. F14103116. Optimasi Perencanaan Produksi Budidaya Ikan Konsumsi Air Tawar (Studi Kasus pada Aquakultur Sari Mukti Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Dibawah Bimbingan : Bambang Pramudya, 2009
SUMMARY
Citizens in Indonesia is going larger each year. It makes the need of nutriene which come from animal also increased. To fulfill this demand the government takes simultaneusly step to make production of animal nutrient being larger and the fisheries sector is one of that step. Breeding fisheries subsector is the most potencial to develop because it easy to renewable so it can create simultaneusly fish production. Challenge of tecnology mastering, included the fisheries sector, is a must in facing the globalization in Indonesia. The problem which happening in producing the river fish is the traditional management which makes the result become not optimized. Improvement and development of management must be done in making the production being adequote in ammount, quality, time, and price to the customer. Production planning with optimation production base to the precisely use of production factor and makes a product combination which optimized. That will gives product with quality and quantity which give the optimum advantage. This reserch takes place at Aquaculture Sari Mukti which located in Bogor distrct. This location is choosed because they have 1,2 ha landuse and had produced many variety of river fish and selling they product to Jakarta, Bogor, Bekasi, and Tangerang. Aquaculture Sari Mukti is located in Bogor which are the one of central production of river fish in West Java. From the optimation result, optimal production is achieved when production of gold fish has production pattern orderly from 3rd month until 12th month is 4000 kg, 1890 kg, , 4000 kg, 4000 kg, 0 kg, 0 kg, 4000 kg, 0 kg, 163 kg, 4000 kg. For the super gold fish is produced orderly with production pattern from 3rd month until 12th month is 4000 kg, 4000 kg, 1456 kg, 2526 kg, 495 kg, 0 kg,
4000 kg, 0 kg, 4000 kg, 4000 kg. For bawal fish is produced orderly with production pattern from 2nd month until 12th month is 8000 kg, 4319 kg, 5317 kg, 5092 kg, 8000 kg, 7749 kg, 7253 kg, 8000 kg, 5148 kg, 8000 kg, 8000 kg. Profit value in optimal condition is added by Rp 11.558.000,- each year or Rp 963.167,each month from actual condition. In optimal condition, resource which ended used (rare resource) and become limitation for optimal production level is the food resource for gold dan super gold fish, human resource at 2nd, 4th, 5th, 6th, 7th, 8th, 9th, 10th month, and capital resource at 3rd, 4th, 10th month. From objective coefficient value sensitivity analysis, the most sensitive changing value for gold fish is happened in 10th grow period with decreasing of profit which permitted is Rp 1,7354. For super gold fish, the most sensitive changing value is happened in 3rd grow period with decreasing of profit which permitted is Rp 93,0725. And for bawal fish, the most sensitive changing value is happened in 9th grow period with decreasing of profit which permitted is Rp 3,8716. From right hand side value sensitivity analysis,
the most minimum
allowable increase value of rigth hand side is 0. This value happened in gold fish demand at 7th grow period, super gold fish demand at 7th grow period, and bawal fish demand at 8th and 11th grow period. For the most minimum allowable decrease value of rigth hand side is 0. This value happened in gold fish demand at 10th grow period, super gold fish demand at 10th grow period, and bawal fish demand at 10th grow period.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah mencurahkan
segala
rahmat
dan
karunia-Nya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai teladan umat yang telah mencurahkan cinta dan safaatnya kepada manusia. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada : 1. Prof. Dr. Ir Bambang Pramudya, MEng. selaku dosen pembimbing akademik yang telah mengarahkan dan membimbing penulis. 2. Dr. Ir Emmy Darmawati, Msi. yang telah bersedia menjadi penguji serta memberi banyak masukan. 3. Dr. Ir Sutrisno, MAgr. yang telah bersedia menjadi penguji serta memberi banyak masukan. 4. Bapak Tanribali, SPi dan Bapak Ano Kuswando, SE selaku manajer operasional Aquakultur Sari Mukti atas bantuan dan data-data yang telah diberikan kepada penulis. 5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Kritik dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.
Bogor, September 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................. ii DAFTAR ISI ................................................................................................ iii DAFTAR TABEL ........................................................................................ v DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. vi I.
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 A. LATAR BELAKANG ............................................................................ 1 B. TUJUAN ................................................................................................ 2
II.
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 3 A. GAMBARAN UMUM BUDIDAYA PERIKANAN ............................... 3 B. KERAGAMAN JENIS IKAN AIR TAWAR .......................................... 4 C. PERENCANAAN PRODUKSI............................................................... 6 D. MODEL OPTIMASI............................................................................... 7 E. LINEAR PROGRAMMING ..................................................................... 7 F. LINDO ................................................................................................... 8
III.
METODOLOGI A. LOKASI PENELITIAN .......................................................................... 9 B. JENIS DAN SUMBER DATA................................................................ 9 C. KONSEP DAN PENGUKURAN DATA ................................................ 10 D. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA.............................................. 13 E. KETERBATASAN PENELITIAN ......................................................... 14
IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN....................................................... 15 A. SEJARAH PERUSAHAAN.................................................................... 15 B. LETAK GEOGRAFIS PERUSAHAAN ................................................. 15 C. KETENAGAKERJAAN ......................................................................... 16 D. SARANA PRODUKSI ........................................................................... 17 E. PROSES PRODUKSI ............................................................................. 18 F. SALURAN PEMASARAN..................................................................... 20 V.
OPTIMASI PRODUKSI IKAN AIR TAWAR.............................................. 21 A. PERUMUSAN FUNGSI TUJUAN......................................................... 21 B. PERUMUSAN FUNGSI KENDALA ..................................................... 23
C. TINGKAT PRODUKSI OPTIMAL ........................................................ 30 VI. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 47 A. KESIMPULAN....................................................................................... 47 B. SARAN .................................................................................................. 49 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 50 LAMPIRAN ................................................................................................. 52
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Perkembangan produksi perikanan air tawar di Indonesia tahun 2000 – 2004 ................................................................................... 1 Tabel 2. Jumlah produksi pada kondisi aktual ............................................... 31 Tabel 3. Jumlah produksi pada kondisi optimal............................................. 31 Tabel 4. Penggunaan lahan optimal (untuk ikan mas dan ikan mas super) ..... 33 Tabel 5. Penggunaan lahan optimal (untuk ikan bawal)................................. 33 Tabel 6. Penggunaan benih optimal............................................................... 34 Tabel 7. Penggunaan pakan optimal .............................................................. 35 Tabel 8. Penggunaan tenaga kerja optimal .................................................... 35 Tabel 9. Penggunaan modal optimal.............................................................. 36 Tabel 10. Permintaan optimal (untuk ikan mas) ............................................ 37 Tabel 11. Permintaan optimal (untuk ikan mas super) ................................... 37 Tabel 12. Permintaan optimal (untuk ikan bawal) ......................................... 38 Tabel 13. Jumlah produksi pada kondisi post optimal.................................... 42 Tabel 14. Penggunaan lahan pada kondisi post optimal (untuk ikan mas dan ikan mas super) ............................................................................... 45 Tabel 15. Penggunaan lahan pada kondisi post optimal (untuk ikan bawal) ... 45
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Harga Jual Ikan Air Tawar di Aquakultur Sari Mukti ................ 52 Lampiran 2. Input Produksi Dari Masing-Masing Produk ............................. 53 Lampiran 3. Biaya Produksi, Penerimaan, dan Keuntungan Dari Aktivitas Produksi Ikan Mas (Dalam Selang Waktu Satu Tahun) ............. 56 Lampiran 4. Biaya Produksi, Penerimaan, dan Keuntungan Dari Aktivitas Produksi Ikan Mas Super (Dalam Selang Waktu Satu Tahun) ... 57 Lampiran 5. Biaya Produksi, Penerimaan, dan Keuntungan Dari Aktivitas Produksi Ikan Bawal (Dalam Selang Waktu Satu Tahun) .......... 58 Lampiran 6. Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan .................. 59 Lampiran 7. Analisis Sensitivitas Nilai Ruas Kanan...................................... 60 Lampiran 8. Fungsi Tujuan Dan Fungsi Kendala (Dalam Format Program LINDO) .................................................................................... 62 Lampiran 9. Hasil Optimasi (Dalam Format Program LINDO) ..................... 66
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, kebutuhan akan protein yang berasal dari hewan di Indonesia juga akan semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut pemerintah terus berupaya untuk memperbanyak produksi protein hewani di Indonesia, salah satunya sektor perikanan. Subsektor perikanan terdiri atas perikanan tangkap (yang terbagi menjadi perikanan laut dan perikanan umum) dan perikanan budidaya. Perikanan budidaya merupakan salah satu subsektor yang sangat potensial untuk dikembangkan
karena sifatnya
yang bisa
diperbaharui sehingga
dapat
menciptakan produk perikanan yang berkesinambungan. Perikanan air tawar dibagi menjadi empat jenis budidaya yaitu : budidaya kolam, budidaya keramba, budidaya jaring apung, dan budidaya sawah. Berikut ini adalah data perkembangan produksi perikanan air tawar di Indonesia 20002004 :
Tabel 1. Perkembangan produksi perikanan air tawar di Indonesia tahun 2000 – 2004 (dalam ton) Jenis Budidaya Tahun
Jaring
Kolam
Keramba
2000
214.393
25.773
34.602
93.063
2001
222.790
39.340
40.710
98.190
2002
254.625
40.792
47.172
86.627
2003
281.262
40.304
57.628
93.779
2004
286.182
53.695
62.371
85.831
Apung
Sawah
Sumber : DKP,2004
Dari data diatas dapat diketahui bahwa peranan produksi ikan air tawar dengan budidaya kolam mempunyai peranan yang cukup nyata untuk memenuhi permintaan.
Di beberapa daerah di Indonesia, budidaya ikan air tawar dengan kolam telah menjadi bagian hidup rakyat. Provinsi yang dianggap paling maju dalam teknik budidaya, khususnya ikan konsumsi, adalah Jawa Barat. Dibandingkan dengan beberapa dekade yang lalu, sesungguhnya budi daya ikan di Indonesia telah banyak mengalami kemajuan. Dahulu yang menjadi primadona adalah bandeng di air payau serta ikan mas dan nila di air tawar. Namun, dengan berkembangnya teknologi lebih banyak jenis ikan yang dapat dibudidayakan di Indonesia. Selain ikan konsumsi, jenis ikan hias pun sudah dapat dibudidayakan. Tantangan penguasaan teknologi, termasuk bidang perikanan, merupakan suatu keharusan dalam menghadapi globalisasi di Indonesia. Segala kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dikerahkan untuk menghadapi era perdagangan bebas tersebut. Hambatan yang terjadi pada para produsen ikan air tawar di Indonesia ialah manajemen produksi yang tradisional sehingga menyebabkan produksi belum optimal. Pengembangan dan perbaikan manajemen produksi ikan air tawar harus dilakukan agar hasil yang diinginkan tepat sesuai dengan kebutuhan konsumen baik dalam jumlah, kualitas, waktu, dan harga Perencanaan produksi dengan tujuan optimasi produksi berbasis pada penggunaan produksi secara tepat dan menghasilkan kombinasi produk yang optimal akan memberikan produk dengan kualitas dan kuantitas yang memberikan keuntungan optimum.
B. Tujuan 1. Merancang kombinasi produksi ikan air tawar yang optimal 2. Menganalisis
alokasi
sumberdaya
yang
optimal
untuk
memperoleh
keuntungan maksimal 3. Membantu manajemen perusahaan Aquakultur Sari Mukti dalam mengambil keputusan produksi sekarang dan di masa yang akan datang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Budidaya Perikanan Budidaya perikanan adalah kegiatan memproduksi biota (organisme) akuatik di lingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan (profit). Organisme akuatik yang diproduksi mencakup kelompok ikan, udang, hewan bercangkang (moluska), ekinodermata, dan alga. Budidaya perikanan juga dapat didefinisikan sebagai campur tangan (upaya-upaya) manusia untuk meningkatkan produktivitas perairan melalui kegiatan budidaya. Kegiatan budidaya yang dimaksud adalah kegiatan pemeliharaan untuk memperbanyak (reproduksi), menumbuhkan (pembesaran), dan meningkatkan mutu biota akuatik sehingga diperoleh keuntungan. (Effendi,2004) Produksi ikan pada periode awal sejarah kehidupan manusia dilakukan melalui usaha berburu. Namun hasil buruan atau tangkapan ikan diperairan umum semakin berkurang. Hali ini akibat adanya penangkapan, perubahan badan air, dan pencemaran. Dalam kondisi seperti itu, usaha pemeliharaan ikan atau budi daya merupakan alternatif pilihan yang potensial untuk memenuhi kebutuhan penduduk terhadap ikan (Jangkaru, 1994) Secara garis besar, kegiatan budidaya perikanan dibagi menjadi dua bagian, yaitu kegiatan produksi on farm dan off farm. Kegiatan off farm meliputi pengadaan prasarana dan sarana produksi, penanganan hasil panen, distribusi hasil, dan pemasaran. Sedangkan kegiatan on farm terdiri dari pembenihan dan pembesaran. Dalam budidaya perikanan diperlukan adanya sistem budidaya. Secara garis besar budidaya perikanan dibagi menjadi dua jenis, yaitu sistem budidaya berbasis daratan dan sistem budidaya berbasis air Sistem budidaya berbasis daratan terdiri dari kolam air tenang, kolam air deras, tambak, dan bak aquarium. Kolam air tenang adalah wadah pemeliharaan ikan yang didalamnya terdapat air yang bersifat menggenang (stagnant). Air yang masuk dikolam ini hanya untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan atau rembesan sehingga tinggi permukaan air kolam dipertahankan tetap.
Sistem budidaya berbasis air terdiri dari jaring apung, jaring tancap, keramba, kombongan, longline, rakit, pen culture, dan enclosure. Pada sistem ini intiraksi antara ikan dan lingkngannya sangat kuat karena budidaya dilakukan pada badan air seperti danau, waduk, dan sungai. Menurut Jangkaru (1994), Lingkungan pembesaran ikan atau dikenal dengan istilah habitat pembesaran ikan air tawar dapat dilakukan pada : 1.
Sungai; terbagi menjadi hulu,hilir, dan muara
2.
Rawa; terbagi menjadi rawa pasang surut dan rawa non pasang surut
3.
Danau
4.
Waduk
5.
Kolong, cekungan dipermukaan tanah yang terjadi karena proses penggalian tambang atau tanah urug.
6.
Sawah
7.
Kolam Irigasi
8.
Kolam Tadah Hujan
9.
Sistem Air Resirkulasi, pemeliharaan dalam wadah terkontrol dengan menggunakan kembali air bekas setelah melalui proses penyaringan secara fisik dan biologi.
B. Keragaman Jenis Ikan Air Tawar Di beberapa daerah di Indonesia, budidaya ikan air tawar dengan kolam telah menjadi bagian hidup rakyat. Dengan berkembangnya teknologi, lebih banyak jenis ikan yang dapat dibudidayakan di Indonesia. Berikut ini adalah beberapa contoh jenis-jenis ikan air tawar : 1.
Ikan Mas (Cyprinus Caprio) Ikan Mas berasal dari Cina dan Rusia. Dari negara asalnya ikan mas telah menyebar ke daerah Eropa, Asia Timur, dan Asia Selatan pada sekitar abad pertengahan. Di daerah barunya ini, perkembangan ikan mas semakin pesat terutama dalam teknik pemeliharaan dan perkembang biakannya. Keadaan ini terjadi di Indonesia sejak pertengahan abad ke-19 Tubuh
ikan
mas
agak
memanjang
dan
memipih
tegak
(compressed). Mulut terletak diujung tengah (termal) dan dapat
disembulkan (protakil). Secara umum hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik. Hanya sebagian kecil saja yang tidak tertutupi sisik. Sisik ikan mas relatif berukuran besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid. Tubuh ikan mas juga dilengkapi dengan sirip. Sirip punggung (dorsal) berukuran relatif panjang dengan bagian belakang jari-jari keras dan sirip terakhir bergerigi. Letak sirip punggung berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral) dan sirip dubur (anal) yang terakhir bergerigi. Linea Lateralis (gurat sisik) terletak dipertengahan tubuh, melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Suseno,1999) 2.
Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma Macropocum) Ikan bawal air tawar dalah ikan introduksi dari Amerika Latin. Ikan Bawal memiliki tubuh dari arah samping tampak membulat (oval) dengan perbandingan antara panjang dan tinggi
2 : 1. Bila dipotong secara
vertikal, ikan bawal memiliki tubuh pipih dengan perbandingan antara tinggi dan lebar 4 : 1. Sisik ikan bawal air tawar berbentuk crenoid, dimana setengah bagian sisik belakang menutupi sisik bagian depan. Warna tubuh bagian atas abu-abu gelap sedangkan bagian bawah berwarna putih. Tubuh bagian ventral dan sekitar sirip dada ikan bawal muda berwarna merah. Warna ini akan memudar seiring dengan pertambahan umur dan perkembangan fisik. Ikan bawal air tawar memiliki 2 buah sirip punggung yang letaknya agak bergeser kebelakang. Sirip perut (ventral) dan sirip dubur (anal) terpisah sedangkan sirip ekor berbentuk homocercal. Ikan bawal memiliki bibir bawah menonjol dan memiliki gigi besar serta tajam untuk memecah biji-bijian atau buah-buahan yang akan ditelan. Lambung ikan bawal air tawar berkembang dengan baik dan memiliki 45 – 75 buah cecapylonica. Panjang usus berkisar 2 – 2,5 kali panjang badan. (Arie, 2000)
C. Perencanaan Produksi Menurut Assauri (1999), Perencanaan adalah pengorganisasian dari orangorang, bahan-bahan, unsur-unsur, dan modal yang diperlukan untuk memproduksi barang-barang pada suatu periode tertentu. Machfud (1999) menyatakan bahwa perencanaan produksi mempunyai peranan sentral dalam meningkatkan produktivitas, karena melalui perencanaan yang baik, antara lain akan dicapai penghematan dalam biaya bahan, pemanfaatan sumber daya baik fasilitas produksi, tenaga kerja, atau waktu yang optimal. Prakiraan permintaan (demand forecasting) adalah suatu usaha untuk menduga sesuatu yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan menggunakan suatu metode ilmiah. Prakiraan merupakan tahapan paling penting dalam perencanaan, hal ini dikarenakan adanya selang waktu antara kejadian atau kebutuhan yang akan datang dengan terjadinya kejadian tersebut. Menurut Makridakis (1990), ada enam langkah dalam melakukan sebuah perencanaan, yaitu : 1.
Melihat kebutuhan dari perencanaan (situasi dan kondisi pasar)
2.
Memformulasikan bermacam alternatif
3.
Memilih alternatif terbaik
4.
Mengimplementasikan alternatif terbaik
5.
Melakukan pengawasan dan pengendalian atas hasil
6.
Memilih menjalankan rencana atau menbuat rencana penyesuaian Pengendalian produksi adalah kegiatan mengatur aktifitas-aktifitas
produksi agar waktu penyelesaian dapat dicapai dengan efektif dan efisien (Assauri,1999) Pengendalian
produksi
bertujuan
untuk
merealisasikan
kuantitas
pemakaian sumber daya logistik secara tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran sehingga dapat dicegah terjadinya pemborosan dan penghamburan sumber daya agat tercapai produktivitas dan efisiensi yang direncanakan (Supari, 2000) Tiga fungsi yang harus dilakukan dalam kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi, yaitu : (1) peramalan, (2) perencanaan, (3) pengawasan dan pengendalian. Pelaksanaan fungsi tersebut berhubungan dengan pengaturan
interaksi antara faktor-faktor input dalam proses produksi maupun dalam proses pengambilan keputusan di bidang produksi (Gito Sudamo,1982)
D. Model Optimasi Optimasi adalah suatu pendekatan normatif untuk mengidentifikasikan suatu penyelesaian terbaik dalam pengambilan keputusan suatu permasalahan. Dalam optimasi ini, permasalahan akan diselesaikan untuk mendapatkan hasil terbaik sesuai dengan batasan yang diberikan (Maarif, et al., 1989 di dalam Rohmah, 2003) Optimasi memiliki tiga unsur dasar : •
Fungsi obyektif, yang akan kita maksimumkan atau minimumkan. Sebagai contoh dalam proses produksi kita bisa memaksimalkan keuntungan atau meminimumkan biaya.
•
Peubah, yang akan mempengaruhi nilai dari fungsi obyektif. Dalam permasalahan produksi, peubah yang mungkin muncul ialah jumlah dari berbagai jenis sumberdaya yang digunakan atau waktu yang dihabiskan untuk setiap aktifitas
•
Kendala, yang memungkinkan peubah untuk mendapat nilai tertentu namun mengecualikan yang lain. Dalam proses produksi, kita dapat membatasi jumlah jenis sumberdaya yang digunakan, membatasi modal yang tersedia, atau membatasi penggunaan lahan. Teknik optimasi digunakan untuk fungsi yang berkendala dan tidak
berkendala. Penyelesaian permasalahan dapat berbentuk persamaan dan pertidaksamaan. Unsur penting dalam masalah optimasi dalah fungsi tujuan, yang sangat bergantung pada sejumlah berhingga peubah masukan. Peubah-peubah ini dapat tidak saling bergantung atau saling bergantung melalui satu atau lebih kendala. (Bronson,1992 di dalam Rohmah,2003)
E. Linear Programming Linear Programming (LP) merupakan suatu teknik operasional research yang penggunaannya sangat luas (penyelesaian ± 80 % persoalan). Penemu LP adalah George B. Dantzig. Penerapan awal LP terutama di bidang militer (logistik
dan transportasi), setelah itu berkembang pada permasalahan pemerintah dan bisnis. Dalam memformulasikan model LP diperlukan tiga komponen penting, yaitu peubah keputusan, tujuan, dan kendala. Suatu model maksimasi normal, primal dapat dituliskan sebagai berikut : Max
z = cx
Kendala
ax ≤ b x≥0
Keterangan : c
= vektor baris koefisien fungsi tujuan, berukuran l x n
x
= vektor kolom peubah keputusan, berukuran n x l
a
= matriks koefisien teknologi, berukuran m x n
b
= vektor kolom sumberdaya/ ruas kanan kendala, berukuran m x l
0
= vektor kolom nol
F. LINDO Lindo singkatan dari (Linear Interaktif Diskret Optimizer) adalah program komputer yang digunakan untuk aplikasi linear programming yaitu suatu pemodelan matematik yang digunakan untuk mengoptimalkan suatu tujuan dengan berbagai kendala yang ada. Linear programming merupakan bagian dari management science atau penelitian operasional. Program Lindo ini diciptakan oleh Profesor Linus Scrage dari Graduate School of Business, Chicago Dari sudut pandang teori sistem, program ini menghendaki masukan model metematik program linier dengan format standar. Masukan tersebut akan diolah dengan proses tertentu agar menghasilkan keluaran. Hasil olahan program sebagai keluaran sistem, dapat ditampilkan dalam dua format yaitu format lindo dan format simpleks. Format simpleks di lain pihak, merupakan hasil olahan program yang masih mentah dan masih merupakan keluaran langsung dari program yang perlu dikembangkan lagi agar lebih bermanfaat dalam proses pembuatan keputusan manajerial. Menurut Siswanto(1993) di dalam Rohmah (2003) selama peubah-peubah dalam program sasaran linier juga mengikuti sifat linier maka lindo dapat digunakan.
III. METODOLOGI
A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Aquakulutur Sari Mukti yang berlokasi di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan bahwa Aquakultur Sari Mukti memiliki luas lahan sebesar 1,2 ha dan telah memproduksi berbagai jenis ikan konsumsi air tawar dan memasarkan produknya ke daerah Jakarta, Bogor, Bekasi dan Tangerang. Lokasi Aquakultur Sari Mukti terletak di Kabupaten Bogor yang merupakan salah satu sentra produksi ikan air tawar di wilayah Jawa Barat. B. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung. Data sekunder diperoleh dari hasil pencatatan perusahaan yang erat kaitannya dengan produksi ikan, berbagai literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, hasil penelitian terdahulu, dan data yang dperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini. Data yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah data produksi ikan konsumsi air tawar Aquakultur Sari Mukti selama tahun 2007, yang meliputi : 1.
Gambaran umum perusahaan, yang meliputi sejarah dan perkembangan perusahaan, letak geografis, pengadaan sarana produksi, proses produksi, dan pemasaran produk
2.
Harga jual setiap jenis ikan dan biaya produksi setiap jenis ikan
3.
Jenis pakan ikan dan besarnya penggunaan pakan ikan serta jam kerja karyawan
4.
Ketersediaan benih ikan dan lahan budidaya
5.
Ketersediaan modal yang dialokasikan untuk kegiatan produksi
6.
Produksi aktual setiap jenis ikan
7.
Jumlah permintaan ikan yang di terima perusahaan
C. Konsep dan Pengukuran Data
Berdasarkan aktivitas yang dilakukan, kendala, dan tujuan perusahaan maka langkah-langkah formulasi model program linier untuk mendapatkan keuntungan maksimum adalah sebagai berikut : 1. Penentuan peubah keputusan Peubah keputusan yang digunakan dalam model optimasi produksi di Aquakultur Sari Mukti ialah jumlah produksi setiap bulan dalam satu musim tanam dari masing-masing jenis ikan. Aquakultur Sari Mukti memproduksi tiga jenis produk yaitu ikan mas, ikan mas super, dan ikan bawal dengan fruekuensi aktivitas produksi yang berbeda-beda dalam jangka waktu satu tahun. Ikan mas dalam satu musim tanam membutuhkan waktu tiga bulan. Fruekuensi produksi yang dilakukan perusahaan selama satu tahun adalah 10 kali produksi. Jadi terdapat 10 musim tanam dalam satu tahun. Ikan mas super membutuhkan waktu 3 bulan untuk satu kali musim tanam. Fruekuensi produksinya sama dengan fruekuensi produksi ikan mas yaitu 10 kali produksi dalam satu tahun. Sehingga jumlah musim tanamnya pun sama yaitu 10 kali musim tanam. Untuk ikan bawal, satu kali musim tanamnya membutuhkan waktu 2 bulan. Fruekuensi produksi yang dilakukan perusahaan ialah 11 kali dalam satu tahun. Sehingga jumlah musim tanamnya berjumlah 11 kali musim tanam. Oleh karena itu, dalam model program linier yang akan disusun, akan diperoleh 31 peubah keputusan dari Aquakultur Sari Mukti dalam selang waktu satu tahun. 2. Menentukan fungsi tujuan Fungsi tujuan dirumuskan untuk memaksimumkan total pendapatan bersih dari berbagai aktivitas produksi setiap jenis ikan dan pada setiap periode tebar. Pendapatan bersih diukur dalam satuan rupiah (Rp). i
Z=
j
k
∑∑∑ i =1
j =1
k =1
PijkXijk ……………………………………(1)
Pijk = penerimaan dari produksi ikan jenis ke-i, musim tanam ke-j, bulan ke-k (Rp/kg) Xijk = Jumlah produksi ikan jenis ke-i, musim tanam ke-j, bulan ke-k (kg) i
= Jenis Ikan (dimana i = 3; 1 = Ikan Mas, 2 = Ikan Mas Super, 3 = Ikan Bawal)
j
= Musim Tanam (dimana untuk ikan mas j = 10, untuk ikan mas super j = 10, untuk ikan bawal j = 11)
k
= Bulan (dimana 1 = Januari, 2 = Februari, 3 = Maret, 4 = April, 5 = Mei, 6 = Juni, 7 = Juli, 8 = Agustus, 9 = September, 10 = Oktober, 11 = November, dan 12 = Desember)
3. Menentukan kendala Fungsi kendala dirumuskan untuk membatasi fungsi tujuan yang disebabkab
keterbatasan
yang
dimiliki
perusahaan
dalam
kegiatan
produksinya. Pada kasus ini yang menjadi kendala ialah : Kapasitas Lahan i
j
k
∑∑∑ i =1
j =1
XijkLijk ≤ LTk………………………(2)
k =1
Lijk = Lahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg ikan jenis ke-i, musim tanam ke-j, bulan ke-k (m2/kg) LTk = Total lahan pada bulan ke-k (m2) Ketersediaan Benih i
j
k
∑∑∑ i =1
j =1
XijkBijk ≤ BTi……………………………………….. (3)
k =1
Bijk = Benih yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg jenis ke-i, musim tanam ke-j, bulan ke-k (kgBenih / kgproduk) BTi = Ketersediaan benih ikan jenis jenis ke-i (kgbenih)
Ketersediaan Pakan i
j
k
∑∑∑ i =1
j =1
XijkPAijk ≤ PATi………………………………………. (4)
k =1
= Pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg ikan jenis ke-i,
PAijk
musim tanam ke-j, bulan ke-k (kgpakan / kgproduk) PATi = Ketersediaan pakan untuk ikan jenis ke-i (kgpakan) Ketersediaan Tenaga Kerja i
j
k
∑∑∑ i =1
j =1
XijkTKijk ≤ TKTk…………………………(5)
k =1
TKijk = Jam kerja karyawan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg jenis ke-i, musim tanam ke-j, bulan ke-k (JOK/kg) TKTk = Ketersediaan jam kerja karyawan untuk bulan ke-k (JOK) Ketersediaan Modal Kerja i
j
k
∑∑∑ i =1
j =1
XijkMijk ≤ MTk…………………………(5)
k =1
Mijk = Biaya produksi yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg jenis ke-i, musim tanam ke-j, bulan ke-k (Rp/kg) MTk = Ketersediaan modal kerja untuk bulan ke-k (Rp) Permintaan i
j
k
∑∑∑ i =1
j =1
Xijk ≤ PRij…………………………..
(7)
k =1
PRij = Jumlah permintaan untuk ikan jenis ke-i, musim tanam ke-j
D. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan secara kualitatif dilakukan secara deskriptif, mengenai gambaran dan kondisi perusahaan. Pengolahan data secara kuantitatif produksi optimal. Data kualitatif
dilakukan untuk mencari tingkat
berupa harga jual tiap produk, jumlah
penerimaan penjualan tiap produk, biaya produksi tiap produk, laba tiap produk, ketersediaan benih, ketersediaan pakan, kapasitas produksi maksimum, jam kerja karyawan, jumlah permintaan produk, dan ketersediaan modal aktual perusahaan. Kemudian data ini diolah secara manual dan ditabulasikan menggunakan program Microsoft Excel. Hasil pengolahan tersebut kemudian dijadikan dasar untuk pembuatan fungsi tujuan dan fungsi kendala dalam bentuk persamaan dan pertidaksamaan dengan menggunakan metode linear programming. Selanjutnya persamaan dan pertidaksamaan fungsi tujuan dan fungsi kendala tesebut akan diolah mengggunakan program LINDO (Liniear Interactive and Discrete Optimizer). Berdasarkan hasil pengolahan tersebut akan dilakukan analisis primal, analisis dual, dan analisis sensitivitas. 1. Analisis Primal Analisis primal berguna untuk menentukan tingkat kombinasi produk optimal yang akan memaksilamkan keuntungan. Berdasarkan hal tersebut maka akan diperolah berapa jumlah setiap peubah keputusan (Xn) yang diproduksi yang dapat memaksimalkan nilai tujuan (Z) dengan kendala sumberdaya yang dihadapi. Hasil analisis primal akan dibandingkan dengan data aktual perusahaan, sehingga dapat diketahui apakah perusahaan sudah melakukan kombinasi produksi pada tingkat optimal. 2. Analisis Dual Berdasarkan analisis dual maka akan diketahui sumberdaya mana saja yang termasuk dalam sumberdaya yang langka dan sumberdaya yang berlebihan dengan cara melihat slack/surplus dan nilai dualnya pada setiap jenis kendala. Nilai slack/surplus yang lebih besar dari nol dan nilai dual (shadow price) sama dengan nol maka sumberdaya tersebut termasuk dalam kategori sumberdaya berlebih. Jika nilai slack/surplus sama dengan nol dan
nilai dual lebih dari besar dari nol maka sumberdaya tersebut merupakan sumberdaya yang langka/terbatas dan termasuk dalam jenis kendala yang membatasi nilai tujuan. 3. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivtas dilakukan setelah analisis solusi optimal tercapai untuk mengetahui sejauh mana peubah pada tingkat keuntungan dan ketersediaan sumberdaya tidak akan mengubah solusi optimal. Pengaruh perubahan dapat dilihat dari selang kepekaan minimum (allowable decrease) dan selang kepekaan maksimum (allowable increase). Semakin sempit selang kepekaan tingkat keuntungan dan ketersediaan sumberdaya menunjukkan bahwa nilai tersebut paling peka dalam merubah solusi optimal.
E. Keterbatasan Penelitian 1. Alat analisis yang digunakan adalah program linier sehingga model memenuhi asumsi dasar program linier yaitu linieritas, proporsionalitas, aditivitas, disivibilitas, dan deterministik 2. Keuntungan yang digunakan adalah keuntungan kotor, yaitu hasil dari pengurangan antara penerimaan penjualan dengan biaya produksi 3. Besarnya nilai SR (Survival Rate) untuk masing-masing jenis ikan dianggap 100 % atau tidak ada kematian selama pemeliharaan.
IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Perusahaan Aquakultur Sari Mukti didirikan pada bulan April 2007. Aquakultur Sari Mukti adalah perusahaan perseorangan milik Bpk. Drs. Ahmad Nurhani yang bergerak pada bidang agribisnis budidaya ikan konsumsi air tawar. Untuk saat ini, Aquakultur Sari Mukti baru melakukan kegiatan pembesaran ikan konsumsi air tawar dan belum memfokuskan diri pada kegiatan pembenihan ikan. Infrastruktur Aquakultur Sari Mukti sebenarnya telah didirikan sejak tahun 1983. Pada saat itu yang membangun infrastrukturnya adalah Alm. (Purn.) Brig. Jend. Sujuko. Namun kegiatan budidaya pada saat itu tidak berjalan dengan baik karena sifat pengelolaannya yang masih tradisional. Karena tidak memberikan keuntungan yang memuaskan, akhirnya Bpk. Sujoko menghentikan aktivitas produksinya sehingga kolam-kolamnya terbengkalai. Akhirnya pada tahun 2007 Bpk. Ahmad Nurhani berinisiatif untuk membeli infrastruktur tersebut dan mendirikan Aquakultur Sari Mukti, suatu usaha budidaya ikan konsumsi air tawar intensif dan bersifat komersial. Pada awal berdiri, Aquakultur Sari Mukti melakukan budidaya pembenihan ikan mas, ikan lele, dan ikan gurame. Namun berdasarkan evaluasi hasil produksi, usaha pembenihan tidak memberikan keuntungan yang maksimal. Hal ini disebabkan tingginya tingkat kematian benih ikan. Sejak awal 2008, Aquakultur Sari Mukti memfokuskan diri pada pembesaran ikan di kolam air deras. Hal ini dilakukan karena usaha pembesaran ikan memberikan keuntungan yang stabil. Oleh karena itu pada rencana produksinya, Aquakultur Sari Mukti pada tahun 2008 akan memfokuskan diri pada pembesaran ikan pada kolam air deras.
B. Letak Geografis Perusahaan Aquakultur Sari Mukti berlokasi di Desa Situ Daun Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara umum lokasi Desa Situ Daun terletak pada ketinggian 400 m2 dari permukaan laut dengan suhu rata-rata harian 20-25ºC. Topografi daerah Desa Situ Daun merupakan dataran tinggi dengan curah hujan
rata-rata 2.898 mm per tahun. Aquakultur Sari Mukti memanfaatkan aliran irigasi dan aliran sungai Cihideung sebagai distribusi air untuk kolam-kolamnya. Lokasi geografis perusahaan sudah sesuai dengan persyaratan lokasi budidaya ikan konsumsi air tawar sehingga sangat mendukung proses budidaya untuk dapat menghasilkan produk dengan kualitas dan kuantitas yang baik.
C. Ketenagakerjaan Tenaga kerja yang dimiliki Aquakultur Sari Mukti terdiri dari 1 orang manajer operasional, 1 orang tenaga administrasi, 1 orang kepala pekerja, dan 2 orang pekerja. Tugas dari manajer operasional ialah merancang, mengawasi, dan melakukan penyesuaian-penyesuaian pada jalannya proses produksi. Manajer operasional ialah yang bertanggung jawab pada keberlangsungan proses produksi pada Aquakultur Sari Mukti. Tugas dari tenaga administrasi ialah bertanggung jawab pada semua pencatatan semua transaksi yang terjadi. Sedangakan untuk para pekerja bertanggung jawab pada semua pekerjaan teknis, seperti pemberian pakan, penebaran benih, dan pengangkutan saat panen. Untuk kegiatan perbaikan kolam, biasanya perusahaan menggunakan pekerja lepas dengan upah sebesar Rp 30.000,-/hari. Waktu kerja di Aquakultur Sari Mukti ialah 8 jam/hari dengan hari kerja 7 hari dalam seminggu. Pemberian pakan dimulai pada pukul 07.00-11.00 dilanjutkan kembali pada pukul 13.00-17.00. Bila ada kegiatan panen jam kerja dapat ditambah karena panen biasanya dilakukan pada malam hari. Untuk sistem penggajian di Aquakultur Sari Mukti, selain gaji yang sudah ditetapkan perbulannya, adapula sistem bonus yang diberikan oleh perusahaan. Bonus diambil dari 10 % keuntungan total yang diterima perusahaan untuk setiap aktivitas penjualan kemudian dibagi rata untuk semua pekerja. Selain itu semua pekerja di Aquakultur Sari Mukti diberikan tempat tinggal di dalam lingkungan perusahaan.
Tujuannya
selain
untuk
memfasilitasi
pekerja
juga
mempermudah pengawasan jika terjadi sesuatu di lingkungan perusahaan.
untuk
D. Sarana Produksi Sarana produksi di Aquakultur Sari Mukti terdiri dari lahan, benih, pakan, dan modal. Adapun penjelasan masing-masing sarana produksi dapat dilihat dibawah ini. 1. Lahan Luas lahan di Aquakultur Sari Mukti seluruhnya ialah sebesar 1,3 ha. Lahan di Aquakultur dibagi dalam 5 blok, yaitu Blok A, B, C, D, dan R, dimana disetiap blok terdiri dari kolam-kolam dengan ukuran yang berbedabeda. Blok A, B, dan D terdiri dari kolam-kolam tanah. Blok A terdiri dari 10 kolam, Blok B terdiri dari 12 kolam, dan Blok D terdiri dari 16 kolam. Blok A, B, dan D menggunakan aliran irigasi untuk keperluan distribusi airnya. Untuk Blok C dan R terdiri dari kolam beton dan kolam air deras. Blok C terdiri dari 16 kolam air deras dan 6 kolam beton. Sedangkan untuk Blok R terdiri dari 20 kolam air deras. Blok C menggunakan aliran irigasi sebagai distribusi airnya sedengakan Blok R menggunakan aliran sungai Cihideung sebagai distribusi airnya. 2. Benih Benih yang digunakan di Aquakultur Sari Mukti ada tiga jenis, yaitu benih ikan mas, ikan mas super, dan ikan bawal. Berat benih yang digunakan ialah ± 100 gr/ekor untuk ikan mas, ± 500 gr/ekor untuk ikan mas super, ± 100 gr/ekor untuk ikan bawal. Kriteria benih yang digunakan oleh Aquakultur Sari Mukti ialah yang sehat dan ukurannya seragam. Benih biasanya didapatkan dari para petani disekitar perusahaan. Untuk saat ini perusahaan belum bisa memproduksi benih sendiri dikarenakan untuk saat ini perusahaan masih fokus pada produksi pembesaran ikan konsumsi. 3. Pakan Pakan yang digunakan di Akuakultur Sarimukti ada dua jenis, yaitu pakan berkualitas sedang dan berkualitas tinggi. Pakan yang berkualitas sedang digunakan untuk ikan bawal sedangkan pakan berkualitas tinggi digunakan untuk ikan mas dan ikan mas super. Untuk pakan berkualitas tinggi digunakan pakan bermerek Shinta sedangkan untuk pakan berkualitas sedang digunakan pakan bermerek Laju. Perusahaan mendapatkan pakan dengan cara
memesan ke agen penyalur pakan didaerah Sukasari, Bogor. Pengiriman pakan dilakukan oleh agen penyalur pakan dengan kuantitas pengiriman 2000 kg per pengiriman. 4. Modal Modal kerja di Aquakultur Sari Mukti berasal dari uang pribadi pemilik perusahaan. Sejak berdiri di tahun 2007, Aquakultur Sari Mukti belum pernah mengajukan atau menggunakan modal dari hasil pinjaman pada bank ataupun lembaga keuangan yang lain.
E. Proses Produksi Aktivitas produksi yang saat ini sedang berlangsung di Aquakultur Sari Mukti ialah budidaya pembesaran ikan di kolam air deras. Adapun jenis ikan yang dibudidayakan ialah ikan mas, ikan mas super, dan ikan bawal. Tahap-tahap dari pembesaran ikan-ikan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Persiapan Untuk proses persiapan budidaya pembesaran ikan di kolam air deras sebenarnya tidak terlalu sulit. Yang harus paling diperhatikan pada tahap persiapan ialah kondisi air. Air kolam yang keruh akan menyebabkan tingginya tingkat kematian benih yang baru masuk. Biasanya kolam yang akan di tebar benih, dikeringkan terlebih dahulu dan dibersihkan semua lumpurnya. Pemberian obat untuk mencegah penyakit dapat dilakukan dengan mencampurkan obat ke dalam air. Namun pemberian obat biasanya jarang dilakukan pada tahap pembesaran. Hal ini disebabkan ikan-ikan pada proses pembesaran biasanya sudah memiliki daya tahan kuat terhadap serangan hama dan penyakit. Selain itu waktu penebaran benih juga harus diperhatikan. Sebaiknya penebaran benih dilakukan pada pagi atau malam hari. Hal ini dilakukan agar benih ikan tidak stress karena suhu yang panas. Selain itupun, hindari penebaran benih pada saat hujan besar. Hal ini disebabkan, pada waktu hujan besar aliran air sering berubah menjadi keruh karena banjir yang terjadi pada aliran sungai.
2. Pemeliharaan Untuk tahap pemeliharaan, yang perlu diperhatikan ialah pemberian pakan dan pengontrolan air. Fruekuensi pemberian pakan berbeda-beda tergantung dari jenis ikan. Untuk ikan mas pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari sedangkan untuk ikan bawal hanya 2 kali per hari. Biasanya dosis pemberian pakan ialah 5 % dari berat ikan. Pemberian pakan tidak dilakukan jika benih ikan baru ditebar, terjadi hujan besar, dan ketika akan dipanen. Pengontrolan air dilakukan jika sewaktu-waktu kekurangan kolam kekurangan air atau kelebihan air. Jika kekurangan air pintu pemasukan air harus dibuka lebh besar. Karena jika supply air kurang maka kandungan oksigen dalam air akan berkurang dan akan mempengaruhi ikan. Sebaliknya jika terjadi banjir pada aliran air, maka pintu pemasukan harus diperkecil. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kotoran-kotoran yang ikut terbawa pada aliran sungai pada saat terjadi banjir. 3. Panen Kegiatan pemanenan ikan dilakukan pada malam hari dimulai pada pukul 19.00. Pemanenan dilakukan pada malam hari agar pengiriman dapat dilakukan pada malam hari untuk menghindari panas matahari. Pemanenan dilakukan dengan cara menguras kolam. Biasanya para pembeli sudah menyiapkan peralatan dan tenaga kerjanya sendiri untuk memanen ikan. Tenaga kerja yang disiapkan pembeli biasanya tenaga kerja harian yang berasal disekitar Aquakultur Sari Mukti dengan upah Rp 250,-/kg ikan. Para pekerja di Aquakultur Sari Mukti hanya mengawasi dan mencatat jumlah timbangan agar tidak terjadi kecurangan. Ikan
dipanen
dalam
keadaan
hidup
dan
dikemas
dengan
menggunakan plastik. Proses pengemasan dimulai dengan mengisi 1/3 bagian plastik dengan air kolam kemudian ikan dimasukkan dalam plastik. Setelah itu 2/3 bagian plastik diisi oksogen dan plastik diikat. Pemberian oksigen dimaksudkan agar ikan tetap mendapat pasokan oksigen yang cukup sehingga tidak mati lemas. Jumlah ikan dalam satu plastik berbeda-beda tergantung jarak pengiriman. Jika jarak pengiriman jauh maka satu kantong plastik diisi
10 kg ikan, sedangkan jika jarak pengiriman dekat maka satu kantong plastik diisi 7 kg ikan.
F. Saluran Pemasaran Aquakutur Sari Mukti saat ini masih mengandalkan pengumpul sebagai saluran pemasarannya. Biasanya para pengumpul ini menyalurkan ikannya ke pemancingan atau langsung ke konsumen akhir, seperti catering dan rumah makan, di daerah Jabodetabek. Perusahaan tidak menyalurkan sendiri hasil produksinya karena belum memiliki kendaraan operasional sehingga lebih cepat dan efisien jika dijual kepada pengumpul. Sistem pembayaran yang disyaratkan perusahaan ialah pembayaran secara kontan. Keputusan ini diambil berdasarkan pengalaman sebelumnya. Jika pembayaran dilakukan secara kredit, terkadang ada konsumen yang tidak membayar atau menahan kreditnya. Hal ini tentunya akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
V.
OPTIMASI PRODUKSI IKAN AIR TAWAR
A. Perumusan Fungsi Tujuan Tujuan dari dibuatnya fungsi tujuan pada penelitian ini ialah untuk menentukan kombinasi jenis dan tingkat produksi ikan tiap bulannya selama selang waktu satu tahun agar memberikan keuntungan maksimal. Koefisien fungsi tujuan ini ialah keuntungan dari penjualan setiap jenis ikan yang dihasilkan selama satu tahun. Yang dimaksud dengan nilai keuntungan ialah selisih antara pendapatan per kg ikan tiap bulannya dengan biaya produksi per kg ikan tiap bulannya juga. Nilai pendapatan didapatkan dari harga jual masing-masing jenis ikan dikali dengan jumlah produksinya. Sedangkan nilai biaya produksi didapatkan dari total biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi masing-masing jenis ikan. Biaya produksi yang dimaksud terdiri dari benih ikan, pakan pelet, dan tenaga kerja. Nilai pendapatan dan nilai biaya produksi dihitung per bulan. Untuk rincian harga jual ikan dan input produksi dapat dilihat pada lampiran 1 dan lampiran 2. Di Aquakultur Sari Mukti direncanakan akan dilakukan tiga aktivitas produksi ikan pada kolam air deras, yaitu : 1. Aktivitas Produksi Ikan Mas Keseluruhan produksi ikan mas untuk satu kali produksinya membutuhkan waktu selama tiga bulan dari kegiatan penebaran benih ikan dengan ukuran ±100 gr/ekor sampai dengan kegiatan panen dengan ukuran ±500 gr/ekor. Aktivitas produksi dimulai dari bulan Januari – Desember. Untuk produksi ikan mas selama satu tahun ada sepuluh kali musim tanam, dimana satu musim tanam memerlukan waktu tiga bulan. Pada lampiran 3 dapat dilihat biaya produksi, pendapatan, dan keuntungan dari aktivitas produksi ikan mas selama selang waktu satu tahun. 2. Aktivitas Produksi Ikan Mas Super Keseluruhan proses produksi ikan mas super memiliki selang waktu yang sama dengan produksi ikan mas yaitu tiga bulan. Proses ini dimulai dari kegiatan penebaran benih
dengan ukuran ± 500 gr/ekor sampai dengan
kegiatan panen dengan ukuran ± 2 kg/ekor. Aktivitas produksi dimulai dari
bulan Januari – Desember. Untuk produksi ikan mas super selama satu tahun ada sepuluh kali musim tanam, dimana satu musim tanam memerlukan waktu tiga bulan. Pada lampiran 4 dapat dilihat biaya produksi, pendapatan, dan keuntungan dari aktivitas produksi ikan mas super selama selang waktu satu tahun. 3. Aktivitas Produksi Ikan Bawal Aktivitas produksi ikan bawal dimulai dari bulan Januari – Desember. Proses produksi bawal memerlukan waktu dua bulan dari kegiatan penebaran benih dengan ukuran ± 100 gr/ekor sampai kegiatan panen dengan ukuran ± 370 gr/ekor. Proses produksi ikan bawal memiliki sebelas musim tanam, dimana satu musim tanam memerlukan waktu dua bulan. Pada lampiran 5 dapat dilihat biaya produksi, pendapatan, dan keuntungan dari aktivitas produksi ikan bawal selama satu tahun. Berdasarkan nilai keuntungan dari masing-masing aktivitas produksi dalam selang waktu satu tahun pada lampiran 3; 4; dan 5, maka dirumuskan model fungsi tujuan program linier sebagai berikut :
MAX = 12505 X113 + 12505 X124 + 12505 X135 + 12505 X146 + 10505 X157 + 10505 X168 + 10505 X179 + 10505 X1810 + 10505 X1911 + 10505 X11012 + 13342 X213 + 13342 X224 + 13342 X235 + 13342 X246 + 11342 X257 + 11342 X268 + 11342 X279 + 11342 X2810 + 11342 X2911 + 11342 X21012 + 7193 X312 + 7193 X323 + 7193 X334 + 7193 X345 + 6693 X356 + 6693 X367 + 6693 X378 + 6693 X389 + 6693 X3910 + 6693 X31011 + 6693 X31112 4715 X111 - 2575 X112 - 4715 X122 - 2575 X123 - 4715 X133 - 2575 X134 - 4715 X144 - 2575 X145 - 4315 X155 - 2575 X156 - 4315 X166 - 2575 X167 - 4315 X177 - 2575 X178 - 4315 X188 - 2575 X189 - 4315 X199 2575 X1910 - 4315 X11010 - 2575 X11011 - 6033 X211 - 2158 X212 - 6033 X222 - 2158 X223 - 6033 X233 - 2158 X234 - 6033 X244 - 2158 X245 5533 X255 - 2158 X256 - 5533 X266 - 2158 X267 - 5533 X277 - 2158 X278 - 5533 X288 - 2158 X289 - 5533 X299 – 2158 X2910 - 5533 X21010 - 2158 X21011 - 5182 X311 - 5182 X322 – 5182 X333 - 5182 X344 - 4995 X355 4995 X366 - 4995 X377 - 4995 X388 - 4995 X399 - 4995 X31010 - 4995 X31111
B. Perumusan Fungsi Kendala Kendala merupakan faktor pembatas dalam pengambilan keputusan meliputi sumber daya yang dimiliki dan faktor lainnya yang menjadi pembatas dalam pengambilan keputusan. Kendala yang dihadapi dalam penelitian ini ialah : lahan budidaya, benih ikan, pakan pelet, tenaga kerja, modal perusahaan, dan permintaan. 1. Kendala Lahan Budidaya Lahan yang digunakan untuk budidaya di Aquakultur Sari Mukti ialah kolam air deras dengan luasan 300 m2/kolam. Kolam yang digunakan untuk produksi ikan mas dan ikam mas super ialah sebanyak 10 kolam sehingga total luasan lahan yang dibutuhkan untuk membudidayakan ikan mas dan ikan mas super adalah 3000 m2. Sedangkan untuk budidaya ikan bawal kolam yang digunakan sebanyak 20 kolam sehingga total luasan lahan untuk budidaya ikan bawal adalah 6000 m2. Tiap jenis ikan memiliki produktivitas dan kepadatan yang berbedabeda sehingga luas yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 kg ikan juga berbeda-beda. Populasi benih di lahan seluas 300 m2 ialah 500 kg untuk ikan mas, 500 kg untuk ikan mas super, dan 300 kg untuk ikan bawal. Model faktor kendala lahan budidaya merupakan faktor kebutuhan lahan untuk setiap bulan mulai dari bulan Januari – Desember. Nilai Ruas Kanan model kendala lahan budidaya ialah ketersediaan luas lahan budidaya yang dimiliki perusahaan. Nilai Ruas Kanan dalam model ini adalah 3000 m2 untuk ikan mas dan ikan mas super, dan 6000 m2 untuk ikan bawal. Koefisien dari model kendala lahan budidaya ialah luas lahan yang dibutuhkan setiap jenis ikan untuk menghasilkan setiap kg ikan. Misalkan, populasi ikan mas sebanyak 2500 kg membutuhkan lahan sebesar 300 m2 maka setiap 1 kg ikan mas membutuhkan luas lahan sebesar 0,12. Dari perhitungan diatas maka model kendala lahan bududaya dirumuskan sebagai berikut : 0.12 X111 + 0.15 X211 <= 3000 0.12 X112 + 0.12 X122 + 0.15 X212 + 0.15 X222 <= 3000 0.12 X113 + 0.12 X123 + 0.12 X133 + 0.15 X213 + 0.15 X223 + 0.15 X233 <= 3000
0.12 X124 + 0.12 X134 + 0.12 X144 + 0.15 X224 + 0.15 X234 + 0.15 X244 <= 3000 0.12 X135 + 0.12 X145 + 0.12 X155 + 0.15 X235 + 0.15 X245 + 0.15 X255 <= 3000 0.12 X146 + 0.12 X156 + 0.12 X166 + 0.15 X246 + 0.15 X256 + 0.15 X266 <= 3000 0.12 X157 + 0.12 X167 + 0.12 X177 + 0.15 X257 + 0.15 X267 + 0.15 X277 <= 3000 0.12 X168 + 0.12 X178 + 0.12 X188 + 0.15 X268 + 0.15 X278 + 0.15 X288 <= 3000 0.12 X179 + 0.12 X189 + 0.12 X199 + 0.15 X279 + 0.15 X289 + 0.15 X299 <= 3000 0.12 X1810 + 0.12 X1910 + 0.12 X11010 + 0.15 X2810 + 0.15 X2910 + 0.15 X21010 <= 3000 0.12 X1911 + 0.12 X11011 + 0.15 X2911 + 0.15 X21011 <= 3000 0.12 X11012 + 0.15 X21012 <= 3000 0.375 X311 <= 6000 0.375 X312 + 0.375 X322 <= 6000 0.375 X323 + 0.375 X333 <= 6000 0.375 X334 + 0.375 X344 <= 6000 0.375 X345 + 0.375 X355 <= 6000 0.375 X356 + 0.375 X366 <= 6000 0.375 X367 + 0.375 X377 <= 6000 0.375 X378 + 0.375 X388 <= 6000 0.375 X389 + 0.375 X399 <= 6000 0.375 X3910 + 0.375 X31010 <= 6000 0.375 X31011 + 0.375 X31111 <= 6000 0.375 X31112 <= 6000
2. Kendala Benih Benih yang digunakan di Aquakultur Sari Mukti ada tiga jenis, yaitu benih ikan mas, benih ikan mas super, dan benih ikan bawal. Berat benih yang digunakan ialah ± 100 gr/ekor untuk ikan mas, ± 500 gr/ekor untuk ikan mas super, ± 100 gr/ekor untuk ikan bawal. Nilai ruas kanan dari model kendala benih ialah ketersediaan benih yang dimiliki perusahaan. Pada penelitian ini ketersediaan benih dihitung dari banyaknya modal yang disiapkan perusahaan untuk benih ikan mas dan ikan mas super per tahunnya. Dari perhitungan diatas didapatkan ketersediaan benih untuk ikan mas dan ikan mas super adalah 24000 kg/tahun. Sedangkan untuk ikan bawal didapatkan ketersediaan bibit ikan bawal sebanyak 36000 kg/tahun Koefisien model kendala benih dihitung berdasarkan benih yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg ikan. Misalkan, benih ikan mas sebanyak
500 kg dapat menghasilkan ikan mas sebanyak 2500 kg maka yang dibutuh kan untuk menghasilkan 1 kg ikan mas adalah 0,2 kg benih ikan mas. Berdasarkan perhitungan diatas model kendala benih dirumuskan sebagai berikut : 0.2 X111 + 0.25 X211 + 0.2 X122 + 0.25 X222 + 0.2 X133 + 0.25 X233 + 0.2 X144 + 0.25 X244 + 0.2 X155 + 0.25 X255 + 0.2 X166 + 0.25 X266 + 0.2 X177 + 0.25 X277 + 0.2 X188 + 0.25 X288 + 0.2 X199 + 0.25 X299 + 0.2 X11010 + 0.25 X21010 <= 24000; 0.375 X311 + 0.375 X322 + 0.375 X333 + 0.375 X344 + 0.375 X355 + 0.375 X366 + 0.375 X377 + 0.375 X388 + 0.375 X399 + 0.375 X31010 + 0.375 X31111 <= 36000;
3. Kendala Pakan Pelet Pakan yang digunakan di Aquakultur Sari Mukti ada dua jenis, yaitu pakan berkualitas sedang dan berkualitas tinggi. Pakan yang berkualitas sedang digunakan untuk ikan bawal sedangkan pakan berkualitas tinggi digunakan untuk ikan mas dan ikan mas super. Nilai ruas kanan model kendala pakan pelet ialah ketersediaan pakan selama setahun. Dalam setahun persediaan pakan berkualitas tinggi di Aquakultur Sari Mukti ialah 72000 kg, sedangkan untuk pakan berkualitas sedang ialah 90000 kg. Koefisien fungsi kendala pakan pelet ialah pakan pelet yang digunakan untuk menghasilkan 1 kg ikan. Contohnya, penggunaan pakan dalam satu musim tanam ikan mas dibagi dalam tiga bulan. Pada bulan pertama, untuk menghasilkan 2500 kg ikan dihabiskan pakan 750 kg sehingga koefisiennya 0,3. Untuk bulan kedua pakan yang dihabiskan sebanyak 1500 kg maka koefisiennya 0,6. Untuk bulan ketiga pakan yang dihabiskan sebanyak 1750 kg maka koefisiennya 0,7. Dari perhitungan diatas maka fungsi kendala pakan pelet dapat dirumuskan sebagai berikut : 0.3 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
X111 X113 X124 X135 X146 X157 X168 X179
+ + + + + + + +
0.5 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6
X211 X123 X134 X145 X156 X167 X178 X189
+ + + + + + + +
0.6 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3
X112 X133 X144 X155 X166 X177 X188 X199
+ + + + + + + +
0.3 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5
X122 X213 X224 X235 X246 X257 X268 X279
+ + + + + + + +
0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5
X212 X223 X234 X245 X256 X267 X278 X289
+ + + + + + + +
0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5
X222 X233 X244 X255 X266 X277 X288 X299
+ + + + + + + +
0.7 X1810 + 0.6 X1910 + 0.3 X11010 + 0.5 X2810 + 0.5 X2910 + 0.5 X21010 + 0.7 X1911 + 0.6 X11011 + 0.5 X2911 + 0.5 X21011 + 0.7 X11012 + 0.5 X21012 <= 72000 0.47 X311 + 0.47 X312 + 0.47 X322 + 0.47 X323 + 0.47 X334 + 0.47 X344 + 0.47 X345 + 0.47 X355 + 0.47 X356 + 0.47 X367 + 0.47 X377 + 0.47 X378 + 0.47 X388 + 0.47 X399 + 0.47 X3910 + 0.47 X31010 + 0.47 X31011 + 0.47 X31112 <= 90000
X333 + 0.47 0.47 X366 + X389 + 0.47 X311 + 0.47
4. Kendala Tenaga Kerja Tenaga kerja yang dimiliki Aquakultur Sari Mukti terdiri dari 1 orang manajer operasional, 1 orang tenaga administrasi, 1 orang kepala pekerja, dan 2 orang pekerja. Jam kerja tetap ialah 8 jam/hari dengan hari kerja 7 hari dalam seminggu. Nilai ruas kanan fungsi kendala tenaga kerja ialah ketersediaan tenaga kerja per bulannya yang dihitung dari jumlah jam kerja per hari dikali dengan jumlah hari dalam sebulan. Jika diasumsikan satu bulan ialah 30 hari, maka jumlah jam kerja per bulannya ialah sebesar 720 jam orang kerja (JOK). Koefisien fungsi kendala tenaga kerja yaitu jumlah JOK yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg ikan per bulannya. Misalkan, untuk memproduksi ikan mas sebanyak 2500 kg dalam sebulannya diperlukan 45 JOK, maka tenaga kerja per bulan yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 kg ikan mas ialah 0,019 JOK/kg. Dari perhitungan diatas maka fungsi kendala tenaga kerja dapat dirumuskan sebagai berikut :
0.018 X111 + 0.019 X211 + 0.0375 X311 <= 720 0.018 X112 + 0.018 X122 + 0.019 X212 + 0.019 X222 + 0.0375 0.0375 X322 <= 720 0.018 X113 + 0.018 X123 + 0.018 X133 + 0.019 X213 + 0.019 0.019 X233 + 0.0375 X323 + 0.0375 X333 <= 720 0.018 X124 + 0.018 X134 + 0.018 X144 + 0.019 X224 + 0.019 0.019 X244 + 0.0375 X334 + 0.0375 X344 <= 720 0.018 X135 + 0.018 X145 + 0.018 X155 + 0.019 X235 + 0.019 0.019 X255 + 0.0375 X345 + 0.0375 X355 <= 720 0.018 X146 + 0.018 X156 + 0.018 X166 + 0.019 X246 + 0.019 0.019 X266 + 0.0375 X356 + 0.0375 X366 <= 720 0.018 X157 + 0.018 X167 + 0.018 X177 + 0.019 X257 + 0.019 0.019 X277 + 0.0375 X367 + 0.0375 X377 <= 720 0.018 X168 + 0.018 X178 + 0.018 X188 + 0.019 X268 + 0.019 0.019 X288 + 0.0375 X378 + 0.0375 X388 <= 720
X312 + X223 + X234 + X245 + X256 + X267 + X278 +
0.018 X179 + 0.018 X189 + 0.018 X199 + 0.019 X279 + 0.019 X289 + 0.019 X299 + 0.0375 X389 + 0.0375 X399 <= 720 0.018 X1810 + 0.018 X1910 + 0.018 X11010 + 0.019 X2810 + 0.019 X2910 + 0.019 X21010 + 0.0375 X3910 + 0.0375 X31010 <= 720 0.018 X1911 + 0.018 X11011 + 0.019 X2911 + 0.019 X21011 + 0.0375 X31011 + 0.0375 X31111 <= 720 0.018 X11012 + 0.019 X21012 + 0.0375 X31112 <= 720
5. Kendala Modal Kendala Modal yang dimaksud dalam penelitian ini ialah berupa kas tunai yang dimiliki perusahaan. Koefisien dari kendala modal ini adalah biaya produksi yang digunakan setiap bulannya untuk memproduksi setiap kg jenis ikan. Nilai ruas kanan dari fungsi kendala modal ini ialah ketersediaan modal perusahaan yaitu uang tunai yang dialokasikan perusahaan setiap bulannya selama satu tahun. Dari rencana produksi Aquakultur Sari Mukti untuk tahun 2008, perusahaan menyiapkan modal sebesar Rp 94.000.000,- setiap bulannya. Dari perhitungan diatas maka kendala modal dapat dirumuskan sebagai berikut :
4715 X111 + 6033 X211 + 5182 X311 <= 94000000 2575 X112 + 4715 X122 + 2158 X212 + 6033 X222 + 1087 X312 + 5182 X322 <= 94000000 2995 X113 + 2575 X123 + 4715 X133 + 2158 X213 + 2158 X223 + 6033 X233 + 1087 X323 + 5182 X333 <= 94000000 2995 X124 + 2575 X134 + 4715 X144 + 2158 X224 + 2158 X234 + 6033 X244 + 1087 X334 + 5182 X344 <= 94000000 2995 X135 + 2575 X145 + 4315 X155 + 2158 X235 + 2158 X245 + 5533 X255 + 1087 X345 + 4995 X355 <= 94000000 2995 X146 + 2575 X156 + 4315 X166 + 2158 X246 + 2158 X256 + 5533 X266 + 1087 X356 + 4995 X366 <= 94000000 2995 X157 + 2575 X167 + 4315 X177 + 2158 X257 + 2158 X267 + 5533 X277 + 1087 X367 + 4995 X377 <= 94000000 2995 X168 + 2575 X178 + 4315 X188 + 2158 X268 + 2158 X278 + 5533 X288 + 1087 X378 + 4995 X388 <= 94000000 2995 X179 + 2575 X189 + 4315 X199 + 2158 X279 + 2158 X289 + 5533 X299 + 1087 X389 + 4995 X399 <= 94000000 2995 X1810 + 2575 X1910 + 4315 X11010 + 2158 X2810 + 2158 X2910 + 5533 X21010 + 1087 X3910 + 4995 X31010 <= 94000000 2995 X1911 + 2575 X1011 + 2158 X2911 + 2158 X21011 + 1087 X31011 + 4995 X31111 <= 94000000 2995 X11012 + 2158 X21012 + 1087 X31112 <= 94000000
6. Kendala Permintaan Fungsi kendala permintaan ini dibuat agar jumlah produksi yang dihasilkan perusahaan tidak melebihi jumlah permintaan konsumen untuk menghindari kerugian yang lebih besar karena produk tidak dapat dipasarkan. Nilai ruas kanan dari fungsi kendala permintaan ini ialah jumlah permintaan konsumen setiap bulannya. Berdasarkan data perusahaan rata-rata besarnya permintaan untuk ikan mas dan ikan mas super ialah sebesar 4000 kg, sedangkan untuk ikan bawal ialah 8000 kg. Adapun fungsi kendala permintaan dirumuskan sebagai berikut : X113 <= 4000 X124 <= 4000 X135 <= 4000 X146 <= 4000 X157 <= 4000 X168 <= 4000 X179 <= 4000 X1810 <= 4000 X1911 <= 4000 X11012 <= 4000 X213 <= 4000 X224 <= 4000 X235 <= 4000 X246 <= 4000 X257 <= 4000 X268 <= 4000 X279 <= 4000 X2810 <= 4000 X2911 <= 4000 X21012 <= 4000 X312 <= 8000 X323 <= 8000 X334 <= 8000 X345 <= 8000 X356 <= 8000 X367 <= 8000 X378 <= 8000 X389 <= 8000 X3910 <= 8000 X31011 <= 8000 X31112 <= 8000
7. Kendala Konsistensi Model Fungsi kendala konsistensi model adalah kendala matematis yang dibangun untuk menjaga konsistensi dari peubah keputusan dalam model. Hal ini diterapkan untuk menghindari besarnya jumlah produksi yang berbedabeda dalam satu musim tanam, karena lama produksi dari masing-masing jenis ikan dalam satu musim tanam lebih dari satu bulan. Oleh karena itu, nilai ruas kanan dari kendala ini harus bernilai nol. Adapun fungsi kendala konsistensi model dirumuskan sebagai berikut :
X112 - X111 = 0 X113 - X112 = 0 X123 - X122 = 0 X124 - X123 = 0 X134 - X133 = 0 X135 - X134 = 0 X145 - X144 = 0 X146 - X145 = 0 X156 - X155 = 0 X157 - X156 = 0 X167 - X166 = 0 X168 - X167 = 0 X178 - X177 = 0 X179 - X178 = 0 X189 - X188 = 0 X1810 - X189 = 0 X1910 - X199 = 0 X1911 - X1910 = 0 X11011 - X11010 = 0 X11012 - X11011 = 0 X212 X213 X223 X224 X234 X235 X245 X246 X256 X257 X267 X268 X278 X279
-
X211 X212 X222 X223 X233 X234 X244 X245 X255 X256 X266 X267 X277 X278
= = = = = = = = = = = = = =
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
X289 - X288 = 0 X2810 - X289 = 0 X2910 - X299 = 0 X2911 - X2910 = 0 X21011 - X21010 = 0 X21012 - X21011 = 0 X312 - X311 = 0 X323 - X322 = 0 X334 - X333 = 0 X345 - X344 = 0 X356 - X355 = 0 X367 - X366 = 0 X378 - X377 = 0 X389 - X388 = 0 X3910 - X399 = 0 X31011 - X31010 = 0 X31112 - X31111 = 0
C. Tingkat Produksi Optimal Peubah keputusan yang ingin diketahui dari penelitian ini adalah jumlah produksi dari masing-masing jenis ikan yang seharusnya dihasilkan oleh perusahaan setiap bulannya agar keuntungan yang diperoleh maksimal. Hal tersebut dapat dicapai jika komposisi dan jumlah produk yang diproduksi berdasarkan pada nilai hasil olahan optimal yang merupakan nilai yang dapat memberikan keuntungan maksimal dengan penggunaan sumber daya pada tingkat tertentu. 1. Analisis Primal Analisis primal berguna untuk menentukan tingkat kombinasi produk optimal
yang
akan
memaksimalkan
keuntungan.
Caranya
dengan
membandingkan hasil pemecahan optimal dengan hasil produksi aktual perusahaan. Pada penelitian ini hasil produksi aktual diambil dari rencana produksi Aquakultur Sari Mukti untuk tahun 2008. Hal ini dilakukan karena ketika penulis melakukan penelitian disana, Aquakultur Sari Mukti belum genap berumur satu tahun dan data produksinya masih tidak teratur dikarenakan banyaknya perbaikan yang dilakukan pada kolam-kolam. Hasil dari analisis primal dapat dilihat dibawah ini :
Tabel 2. Jumlah produksi pada kondisi aktual Jenis Ikan Mas Super
Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Produksi (Kg)
Mas -
TOTAL Bawal
4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000
8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000
40000
88000
128000
Tabel 3. Jumlah produksi pada kondisi optimal Jenis Ikan Mas Super
Bulan Mas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Produksi (Kg)
TOTAL Bawal
4000 1890 4000 4000 0 0 4000 0 163 4000
4000 4000 1456 2526 495 0 4000 0 4000 4000
8000 4319 5317 5092 8000 7749 7253 8000 5148 8000 8000
22053
24477
74879
121409
Dari hasil optimasi diatas dapat dikatahui bahwa hasil pemecahan optimasi produksi ikan air tawar selama satu tahun adalah sebesar 121409 kg. Hasil ini lebih kecil dari produksi aktual selama satu tahun yaitu sebesar 128000 kg. Untuk produksi ikan mas, pada kondisi aktual perusahaan sebenarnya tidak memiliki rencana untuk memproduksi ikan mas. Namun dari hasil optimasi terlihat bahwa ikan mas dianjurkan untuk diproduksi. Besarnya produksi ikan mas selama satu tahun adalah 22053 kg dengan nilai produksi terbesar sebanyak 4000 kg dan nilai produksi terkecil sebesar 0 kg. Nilai
produksi ikan mas pada bulan ke-7, ke-8, dan ke-10 bernilai 0 disebabkan faktor tenaga kerja yang tidak mencukupi untuk memproduksi ikan mas pada bulan-bulan tersebut. Pada produksi ikan mas super, perusahaan merencanakan untuk memproduksi ikan mas sebanyak 4000 kg secara kontinyu setiap bulannya atau sebesar 40000 kg selama satu tahun. Dari hasil pemecahan optimal dapat dilihat bahwa perusahaan cukup memproduksi ikan mas super sebesar 24477 kg selama satu tahun. Nilai produksi terbesar ikan mas super adalah 4000 kg dan nilai produksi terkecilnya adalah 0 kg. Pada produksi ikan mas super, pada bulan ke-8 dan ke-10 nilai produksinya adalah 0. Hal ini dikarenakan faktor tenaga kerja yang tidak mencukupi untuk memproduksi ikan mas super pada bulan-bulan tersebut. Pada aktivitas produksi ikan bawal, sebelumnya perusahaan merencanakan untuk memproduksi ikan bawal sebanyak 8000 kg per bulannya atau 80000 kg dalam satu tahun. Namun dari hasil pemecahan optimal, untuk mencapai keuntungan maksimal perusahaan cukup memproduksi 74879 kg ikan bawal. Hal ini disebabkan keterbatasan sumber daya karena dalam pemecahan optimal perusahaan memproduksi ikan mas sedangkan dalam kondisi aktual tidak. Nilai produksi terbesar untuk ikan bawal ialah 8000 kg sedangkan nilai produksi terkecilnya adalah 4319 kg. Pada kondisi aktual, keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dalam satu tahun adalah sebesar Rp 331.984.000,- atau Rp 27.665.333,- per bulannya. Sedangkan pada kondisi optimal, keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dalam satu tahun yaitu sebesar Rp 343.542.000,- atau 28.628.500,per bulannya. Artinya hasil pemecahan optimal memberikan keuntungan lebih banyak dari kondisi aktual sebesar Rp 11.558.000,- per tahunnya atau Rp 963.167,- per bulannya. 2. Analisis Dual Kondisi optimal sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya yang dimiliki serta kendala lain seperti jumlah permintaan. Analisis dual memberikan penilaian terhadap sumber daya dan non sumber daya melalui nilai slack/surplus dan dual price. Sumber daya dengan nilai slack/surplus
lebih dari 0 berarti sumber daya tersebut adalah sumber daya yang berlebih atau tidak aktif. Sedangkan untuk sumber daya yang memiliki nilai slack/surplus sama dengan 0 berarti sumber daya tersebut adalah sumber daya yang langka atau aktif. Sumber daya langka ialah sumber daya yang membatasi tingkat produksi optimal. Dual price menunjukkan perubahan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan apabila nilai ketersediaan kendala sumber daya dan kendala non sumber daya ditambahkan atau dikurangi sebesar satu satuan dalam selang peningkatan tertentu dengan parameter lain dipertahankan konstan. Nilai dual price untuk sumber daya tidak aktif ialah 0. Apabila sumberdaya tersebut bertambah atau berkurang maka tidak akan merubah hasil pemecahan optimal. Sedangkan untuk sumber daya aktif, nilai dual pricenya tidak sama dengan 0. apabila sumber daya tersebut bertambah atau berkurang maka akan mempengaruhi hasil pemecahan optimal. Dibawah ini ialah tabel-tabel penggunaan sumber daya optimal yang digunakan pada penelitian ini :
Tabel 4. Penggunaan lahan optimal (untuk ikan mas dan ikan mas super) Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kondisi Aktual (m2) 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000
Slack/Surplus (m2) 1920 1093 395 616 1368 2067 1846 1920 1300 1300 1300 1920
Dual Price (Rp) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tabel 5. Penggunaan lahan optimal (Untuk Ikan Bawal) Bulan 1 2 3 4
Kondisi Aktual (m2) 6000 6000 6000 6000
Slack/Surplus (m2) 3000 1380 2386 2098
Dual Price (Rp) 0 0 0 0
Bulan 5 6 7 8 9 10 11 12
Kondisi Aktual (m2) 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000
Slack/Surplus (m2) 1090 94 374 280 1069 1069 0 3000
Dual Price (Rp) 0 0 0 0 0 0 0 0
Dari Tabel Penggunaan Lahan Optimal, diketahui bahwa sumber daya lahan bukanlah sumber daya langka. Artinya penggunaan lahan belum mencapai tingkat maksimal sehingga masih ada lahan yang tersisa tiap bulannya baik itu untuk lahan ikan mas dan ikan mas super, maupun lahan untuk ikan bawal. Satu-satunya penggunaan lahan yang maksimal terjadi pada lahan ikan bawal pada bulan ke-11. Namun walaupun nilai slack/surplusnya bernilai 0, dual price dari kendala lahan ini juga bernilai 0. Hal ini disebabkan pada produksi ikan bawal di bulan ke-11 sudah mencapai pada jumlah permintaan maksimal. Sehingga walaupun jumlah lahan ditambah tetapi nilai produksinya sudah tidak bisa ditambah lagi karena jumlah permintaannya sudah terpenuhi.
Tabel 6. Penggunaan benih optimal Jenis ikan
Kondisi Aktual (kg)
Slack/ Surplus (kg)
Dual Price (Rp)
Ikan Mas & Ikan Mas Super
24000
13470
0
Ikan Bawal
36000
7920
0
Dari Tabel Penggunaan Benih Optimal, diketahui bahwa sumber daya benih bukanlah sumberdaya langka. Hal ini bisa dilihat dari nilai slack/surplus dari masing-masing jenis ikan. Untuk ikan mas dan ikan mas super, ternyata memiliki surplus sebanyak 13470 kg dari kondisi aktualnya sebanyak 24000 kg. Artinya pada akhir tahun ada kelebihan benih sebanyak 13470. Sedangkan untuk ikan bawal, nilai slack/surplusnya bernilai 7920 kg dari kondisi aktual sebesar 3600 kg. Artinya pada akhir tahun masih ada kelenihan benih sebanyak 7920 kg.
Tabel 7. Penggunaan pakan optimal Kondisi Aktual (kg)
Jenis ikan
Slack/Surplus (kg)
Dual Price (Rp)
Ikan Mas & Ikan Mas Super
72000
0
1734
Ikan Bawal
90000
19614
0
Dari Tabel Penggunaan Pakan Optimal, diketahui bahwa pakan untuk ikan mas dan ikan mas super merupakan sumber daya langka. Hal ini terlihat dari nilai slack/surplusnya yang bernilai 0. Nilai dual price dari pakan ikan mas dan ikan mas super ialah 1734. Artinya setiap penambahan pakan ikan mas dan ikan mas super sebanyak 1 kg akan memberikan keuntungan tambahan untuk pemecahan optimal sebesar Rp 1734,-. Sedangkan untuk pakan untuk ikan bawal bukanlah sumber daya langka. Dari nilai slack/surplusnya terlihat bahwa diakhir tahun akan ada kelebihan pakan sebanyak 19614 kg.
Tabel 8. Penggunaan tenaga kerja optimal Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kondisi Aktual (JOK) 720 720 720 720 720 720 720 720 720 720 720 720
Slack/Surplus (JOK) 272 0 0.96 0 0 0 0 0 0 0 193 272
Dual Price (Rp) 0 45695 0 8439 10016 34971 10309 34971 1331 43587 0 0
Seperti yang terlihat pada Tabel Penggunaan Tenaga Kerja Optimal, sumber daya tenaga kerja adalah sumber daya yang paling banyak mempengaruhi hasil pemecahan optimal. Sumber daya tenaga kerja merupakan sumber daya yang langka pada bulan ke-2, ke-4, ke-5, ke-6, ke-7,
ke-8, ke-9, dan ke-10. Dari bulan-bulan tersebut nilai dual price yang terbesar ialah pada bulan ke-2 sebesar 45695. Artinya setiap penambahan 1 JOK (Jam Orang Kerja) dapat memberikan keuntungan tambahan dari hasil pemecahan optimal sebesar Rp 45.695,-. Sedangkan pada bulan ke-1, ke-3, ke-11, dan ke12 tenaga kerja bukanlah sumber daya langka. Hal ini terjadi karena terjadi penurunan kuantitas produksi pada bulan-bulan tersebut. Nilai surplus yang terbesar dari bulan-bulan tersebut adalah bulan ke-1 dan ke-12 yaitu sebesar 272 JOK. Sedangkan nilai surplus yang terkecil ada pada bulan ke-3 yaitu sebesar 0.96 JOK.
Tabel 9. Penggunaan modal optimal Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kondisi Aktual (Rp) 94,000,000 94,000,000 94,000,000 94,000,000 94,000,000 94,000,000 94,000,000 94,000,000 94,000,000 94,000,000 94,000,000 94,000,000
Slack/Surplus (Rp) 9,552,000 10,945,160 0 0 14,894,220 28,096,690 8,886,273 27,223,630 16,140,320 0 27,591,910 64,692,000
Dual Price (Rp) 0 0 0.274 0.254 0 0 0 0 0 0.012 0 0
Dari Tabel Penggunaan Modal Optimal, diketahui bahwa sumber daya modal menjadi sumber daya langka pada bulan ke-3, ke-4, dan ke-10. Nilai dual price yang terbesar ada pada bulan ke-3 yaitu sebesar 0,274. Artinya setiap tambahan Rp 1,- pada sumber daya modal akan memberikan keuntungan sebanyak Rp 0,274,-. Sedangkan pada bulan-bulan lainnya, sumber daya modal bukan sebagai sumber daya langka dengan nilai surplus terbesar ada pada bulan ke-12 sebesar 64.692.000. Artinya pada akhir bulan ke-12, sumber daya modal masih tersisa sebesar Rp 64.692.000,-. Hal ini dikarenakan pada bulan ke-12 sudah tidak ada aktivitas pembelian bibit. Sumber daya modal hanya digunakan untuk pakan dan tenaga kerja. Nilai surplus yang terkecil terdapat pada bulan ke-7 yaitu sebesar 8.886.273.
Tabel 10. Permintaan optimal (untuk ikan mas) Musim Tanam
Kondisi Aktual (kg)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4000.0000 4000.0000 4000.0000 4000.0000 4000.0000 4000.0000 4000.0000 4000.0000 4000.0000 4000.0000
Slack/Surplus (kg) 0.0000 2109.9920 107.0000 0.0000 4000.0000 4000.0000 0.0000 4000.0000 3837.0320 0.0000
Dual Price (Rp) 799.2739 0.0000 163.5870 279.5278 0.0000 0.0000 2.2664 0.0000 0.0000 1.7354
Dari Tabel Permintaan Optimal (Untuk Ikan Mas), dapat dilihat produksi yang maksimal terdapat pada musim tanam ke-1, ke-4, ke-7, dan ke10. Nilai dual price yang terbesar terdapat pada musim tanam ke-1 yaitu sebesar 799. Artinya apabila perusahaan menambah jumlah permintaan ikan mas sebanyak 1 kg maka akan memberikan tambahan keuntungan sebanyak Rp 799,-. Sedangkan ikan mas tidak diproduksi sebanyak tiga kali musim tanam. Yaitu pada musim tanam ke-5, ke-6, dan ke-8. Hal ini disebabkan karena keterbatasan sumber daya tenaga kerja yang tidak mencukupi untuk memproduksi ikan mas.
Tabel 10. Permintaan optimal (untuk ikan mas super) Musim Tanam
Kondisi Aktual (kg)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4000.0000 4000.0000 4000.0000 4000.0000 4000.0000 4000.0000 4000.0000 4000.0000 4000.0000 4000.0000
Slack/Surplus (kg) 0.0000 0.0000 2544.3270 1473.6840 3505.1640 4000.0000 0.0000 4000.0000 0.0000 0.0000
Dual Price (Rp) 1091.9530 382.3560 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 165.0131 0.0000 169.7757 151.9547
Dari Tabel Permintaan Optimal (Untuk Ikan Mas Super),
dapat
dilihat produksi yang maksimal terdapat pada musim tanam ke-1, ke-2, ke-7,
ke-9 dan ke-10. Nilai dual price yang terbesar terdapat pada musim tanam ke1 yaitu sebesar 1091. Artinya, apabila perusahaan bisa menambah jumlah permintaan ikan mas super sebanyak 1 kg maka akan memberikan tambahan keuntungan sebanyak Rp 1091,-. Sedangkan ikan mas tidak diproduksi sebanyak dua kali musim tanam. Yaitu pada musim tanam ke-6, dan ke-8. Hal ini disebabkan karena keterbatasan sumber daya tenaga kerja yang tidak mencukupi untuk memproduksi ikan mas super.
Tabel 11. Permintaan optimal (untuk ikan bawal) Musim Tanam
Kondisi Aktual (kg)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
8000.0000 8000.0000 8000.0000 8000.0000 8000.0000 8000.0000 8000.0000 8000.0000 8000.0000 8000.0000 8000.0000
Slack/Surplus (kg) 0.0000 3680.5370 2683.1540 2908.2580 0.0000 250.7169 746.6667 0.0000 2851.5580 0.0000 0.0000
Dual Price (Rp) 297.4202 0.0000 0.0000 0.0000 10.9717 0.0000 0.0000 336.6554 0.0000 0.0000 1698.0000
Dari Tabel Permintaan Optimal (Untuk Ikan Bawal), diketahui bahwa produksi maksimal untuk ikan bawal terjadi pada musim tanam ke-1, ke-5, ke-7 ke-10, dan ke-11. Nilai dual price yang terbesar terdapat pada bulan ke-11 yaitu sebesar 1698. Artinya apabila perusahaan mampu menambah jumlah permintaan sebanyak 1 kg, maka perusahaan akan memperoleh tambahan keuntungan sebanyak Rp 1698,-. Untuk ikan bawal, produksi dilakukan disemua musim tanam. Produksi yang terkecil terdapat pada musim tanam ke-2 yaitu sebesar 4319 kg. Sehingga jika perusahaan memproduksi ikan bawal sebanyak 8000 kg pada musim tanam ke-2, maka perusahaan akan memiliki kelebihan barang sebanyak 3681 kg. Hal ini menunjukkan bahwa dalam berproduksi, perusahaan dihadapkan pada resiko pasar. Perusahaan tidak dapat berproduksi sebanyakbanyaknya, tetapi harus memperhatikan tingkat permintaan konsumen agar
sedapat mungkin volume produk yang dihasilkan sama dengan permintaan konsumen. 3. Analisis Sensitivitas Analisis
Sensitivitas
memberikan
penjelasan
tentang
selang
perubahan dari nilai koefisien fungsi tujuan dan nilai ruas kanan yang tidak mengubah hasil pemecahan optimal. Pada analisis sensitivitas pengaruh perubahan dapat dilihat dari selang kepekaan yang terdiri dari dua bagian yaitu batas maksimal dan batas minimal. Batas maksimal (Allowable Increase) menunjukkan batas kenaikan nilai aktivitas/kendala yang tidak mengubah pemecahan optimal. Sedangkan Batas Minimal (Allowable Decrease) menunjukkan batas penurunan nilai aktivitas/kendala yang tidak mengubah pemecahan optimal. Aktivitas perubahan yang memiliki selang kepekaan paling sempit mempunyai kepekaan paling besar untuk mengunah hasil pemecahan optimal. Berdasarkan hasil pemecahan, analisis sensitivitas pada dua bagian yaitu koefisien fungsi tujuan dan nilai ruas kanan.
a. Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan Untuk analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan, pada penelitian ini akan dilihat selang perubahan minimal dari setiap keuntungan dari masing-masing produk. Hal ini dikarenakan pertimbangan kondisi dilapangan yang sering kali terjadi kenaikan salah satu komponen biaya produksi. Peningkatan biaya produksi akan mengurangi nilai keuntungan dari masing-masing produksi. Oleh karena itu dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat tingkat kepekaan dari keuntungan masing-masing produksi terhadap pemecahan optimal. Untuk hasil perhitungan analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan dapat dilihat pada lampiran 6. Dari analisis, kita dapat melihat bahwa untuk ikan mas batas minimal bernilai tak hingga pada musim tanam ke-5, ke-6, dan ke-8. Artinya berapapun penurunan yang terjadi pada nilai koefisien fungsi tujuan tidak akan berpengaruh pada hasil pemecahan optimal. Hal ini
disebabkan karena ikan mas tidak diproduksi pada musim tanam tersebut. Sedangkan untuk ikan mas super, batas minimal yang memiliki nilai tak hingga ada pada musim tanam ke-6 dan ke-8. Untuk ikan mas batas minimal yang memiliki nilai selang kepekaan paling sempit terjadi pada musim tanam ke-10 yaitu sebesar 1,7354. Artinya jika terjadi penurunan keuntungan sebesar Rp 1,7354 pada musim tanam ke-10 maka hasil pemecahan optimal akan berubah. Untuk ikan mas super, batas minimal yang memiliki selang kepekaan paling sempit terjadi pada musim tanam ke-3 yaitu sebesar 93,0725. Artinya jika pada musim tanam ke-3 terjadi penurunan keuntungan sebesar Rp 93,0725, maka hasil pemecahan optimal akan berubah. Untuk ikan bawal, batas maksimal yang memiliki nilai selang kepekaan paling sempit terjadi pada musim tanam ke-9 dengan nilai sebesar 3,8716. Artinya penurunan keuntungan sebesar Rp 3,8716 pada musim tanam ke-9 akan mempengaruhi hasil pemecahan optimal. Penurunan keuntungan, pada kondisi lapangan, sangat mungkin terjadi. Hal ini disebabkan kenaikan biaya-biaya produksi yang sangat dipengaruhi faktor luar. Biaya produksi yang sering mengalami kenaikan ketika penulis melakukan penelitian ialah komponen biaya pakan.
b. Analisis Sensitivitas Nilai Ruas Kanan Analisis Sensitivitas Nilai Ruas Kanan menjelaskan selang perubahan ketersediaan atau kapasitas kendala yang akan tetap mempertahankan dual price pada kondisi awal. Pada penelitian ini akan dilihat pengaruh perubahan permintaan ikan terhadap hasil pemecahan optimal dan dual price. Hal ini dikarenakan fluktuasi volume permintaan dari masing-masing produk. Untuk hasil perhitungan analisis sensitivitas nilai ruas kanan dapat dilihat pada lampiran 7. Untuk ikan mas, nilai batas maksimal yang memiliki selang kepekaan tak hingga ialah pada musim tanam ke-2, ke-5, ke-6, ke-8, dan ke-9. Artinya berapa pun penambahan jumlah permintaan tidak akan mempengaruhi hasil pemecahan optimal. Hal ini disebabkan pada musim
tanam tersebut, sumber daya tenaga kerja merupakan sumber daya langka sehingga walaupun jumlah permintaan bertambah tapi produksi tidak dapat ditambah. Hal yang sama terjadi juga untuk ikan mas super pada musim tanam ke-3, ke-4, ke-5, ke-6, dan ke-8. Sedangkan pada ikan bawal terjadi pada musim tanam ke-2, ke-3, ke-4, ke-6, ke-7, ke-9, dan ke-10. Pada musim tanam ke-3, hal ini terjadi bukan karena kekurangan tenaga kerja tetapi karena kekurangan modal kerja. Nilai batas maksimal yang memiliki selang kepekaan paling kecil adalah sebesar 0. Artinya berapapun penambahan jumlah permintaan akan mengubah hasil pemecahan optimal. Hal ini terjadi pada produksi ikan mas di musim tanam ke-7, produksi ikan mas super di musim tanam ke-7, dan produksi ikan bawal di musim tanam ke-8 dan ke-11. Sedangkan untuk nilai batas minimal yang memiliki selang kepekaan paling kecil ialah 0. Artinya setiap ada pengurangan jumlah permintaan, berapapun besarnya, akan mengubah hasil pemecahan optimal. Hal ini terjadi pada produksi ikan mas di musim tanam ke-10, produksi ikan mas super di musim tanam ke-10, dan produksi ikan bawal di musim tanam ke-10.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pemecahan optimal produksi ikan konsumsi air tawar pada Aquakultur Sari Mukti dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.
Produksi optimal diperoleh perusahaan jika memproduksi ikan mas dengan pola produksi berurutan dari bulan ke-3 sampai ke-12 sebesar 4000 kg, 1890 kg, 4000 kg, 4000 kg, 0 kg, 0 kg, 4000 kg, 0 kg, 163 kg, 4000 kg. Sedangkan untuk ikan mas super diproduksi dengan pola produksi berurutan dari bulan ke-3 sampai bulan ke-12 sebanyak 4000 kg, 4000 kg, 1456 kg, 2526 kg, 495 kg, 0 kg, 4000 kg, 0 kg, 4000 kg, 4000 kg. Untuk ikan bawal diproduksi dengan pola berurutan dari bulan ke-2 sampai bulan ke-12 sebanyak 8000 kg, 4319 kg, 5317 kg, 5092 kg, 8000 kg, 7749 kg, 7253 kg, 8000 kg, 5148 kg, 8000 kg, 8000 kg. Nilai keuntungan pada kondisi optimal lebih besar
Rp 11.558.000,- per tahunnya atau Rp
963.167,- per bulannya daripada nilai keuntungan pada kondisi aktual. 2.
Pada kondisi optimal, sumber daya yang habis terpakai (sumber daya langka) dan menjadi pembatas tingkat produksi optimal adalah sumber daya pakan untuk ikan mas dan ikan mas super, sumber daya tenaga kerja pada bulan ke-2, ke-4, ke-5, ke-6, ke-7, ke-8, ke-9, ke-10, dan sumber daya modal pada bulan ke-3, ke-4, ke-10. Nilai dual price terbesar dimiliki sumber daya tenaga kerja pada bulan ke-2 yaitu sebesar 45695. Artinya setiap penambahan 1 JOK pada bulan ke-2 akan memberikan keuntungan tambahan sebesar Rp 45.695,-. Sedangkan nilai dual price terkecil dimiliki sumber daya modal pada bulan ke-10 yaitu sebesar 0.012. Artinya setiap penambahan Rp 1,- pada modal akan memberikan keuntungan tambahan sebesar Rp 0,012.
3.
Analisis Nilai Koefisien Fungsi Tujuan digunakan untuk melihat selang perubahan minimal dari keuntungan masing-masing produk yang tidak mempengaruhi hasil pemecahan optimal. Selang perubahan minimum paling peka untuk ikan mas terjadi pada produksi musim tanam ke-10 dengan penurunan keuntungan yang diizinkan sebesar Rp 1,7354. Untuk
ikan mas super perubahan minimum paling peka terjadi pada produksi musim tanam ke-3 dengan penurunan keuntungan yang diizinkan sebesar Rp 93,0725. Sedangkan untuk ikan bawal perubahan minimum paling peka terjadi pada produksi musim tanam ke-9 dengan penurunan keuntungan yang diizinkan sebesar Rp 3,8716. Artinya jika penurunan keuntungan melibihi batas yang diizinkan maka hasil pemecahan optimal akan berubah. 4.
Analisis Nilai Ruas Kanan digunakan untuk menjelaskan selang perubahan ketersediaan atau kapasitas kendala yang akan tetap mempertahankan dual price pada kondisi awal. Pada analisis ini dilihat pengaruh perubahan permintaan ikan terhadap hasil pemecahan optimal dan dual price. Nilai batas maksimal yang memiliki selang kepekaan paling kecil adalah sebesar 0. Hal ini terjadi pada produksi ikan mas di musim tanam ke-7, produksi ikan mas super di musim tanam ke-7, dan produksi ikan bawal di musim tanam ke-8 dan ke-11. Sedangkan untuk nilai batas minimal yang memiliki selang kepekaan paling kecil ialah 0. Hal ini terjadi pada produksi ikan mas di musim tanam ke-10, produksi ikan mas super di musim tanam ke-10, dan produksi ikan bawal di musim tanam ke-10. Artinya setiap ada penambahan atau pengurangan permintaan pada musim-musim tanam tersebut akan mengubah hasil pemecahan optimal.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat saya berikan untuk perusahaan ialah : 1.
Untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan sebaiknya berproduksi di tingkat optimal. Agar dapat berproduksi ditingkat optimal, disarankan perusahaan terlebih dahulu mencatat penggunaan sumber daya yang dibutuhkan dan mencatat alokasi modal setiap bulannya sehingga perusahaan dapat dengan tepat berproduksi pada tingkat optimal
2.
Menambah ketersediaan sumber daya pakan untuk ikan mas dan ikan mas super, sumber daya tenaga kerja pada bulan ke-2, ke-4, ke-5, ke-6, ke-7, ke-8, ke-9, ke-10, dan sumber daya modal pada bulan ke-3, ke-4, ke-10.
Nilai ketersediaan yang menjadi prioritas adalah sumber daya tenaga kerja pada bulan ke-2 karena memberikan tambahan keuntungan paling besar. 3.
Perusahaan
dalam
pengambilan
keputusan
penambahan
jumlah
ketersediaan suatu sumber daya sebaiknya memperhatikan ketersediaan sumber daya lainnya sehingga penambahan sumber daya yang dilakukan perusahaan dapat menghasilkan tingkat yang memberikan keuntungan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Arie, U. 2000. Bududaya Bawal Air Tawar untuk Konsumsi dan Hias. Penebar Swadaya, Jakarta Assauri,S .1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta. Eriyatno. 1989. Analisa Sistem Pangan Industri Pangan. Depdikbud. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB, Bogor. Gitosudarmo. 1982. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Produksi. BPFE. Yogyakarta. Jangkaru, Z. 1994. Pembesaran Ikan Air Tawar. Penebar Swadaya, Jakarta. Kesuma, D. 2006. Optimalisasi Produksi Budidaya Ikan Konsumsi Air Tawar (Studi Kasus pada UD Murti, Desa Bojong Sempu, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor). Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. IPB, Bogor Lindawati. 2005. Optimalisasi Faktor Produksi Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Mas pada Kolam Air Deras di Desa Situ Daun, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB, Bogor Luthfiyanti, R. 2005. Optimasi Produksi CPO (Crude Palm Oil) di Pabrik Kelapa Sawit Kertajaya Dengan Menggunakan Goal Programming). Skripsi. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor Machfud. 1999. Diktat Bahan Pengajaran Perencanaan dan Pengendalian Produksi. TIN, Fateta, IPB, Bogor. Makridakis, S. 1990. Forecasting & Planning, and Strategy for 21th Century. Free Press. New York. Suryadi, R.H. 1996. Sistem Penunjang Keputusan. Gramedia, Jakarta. Suseno, D. 1999. Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas. Penebar Swadaya, Jakarta
Tim Peneliti Jurusan Matematika FMIPA IPB. 1991. Laporan Akhir: Desain dan Implementasi Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan pada Sistem Informasi Manajemen. IPB, Bogor. Turban, E. 1990. Decission Support and Expert System. Macmillan Publishing Company, New York
Lampiran 1. Harga Jual Ikan Air Tawar di Aquakultur Sari Mukti (dalam rupiah)
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Mas Super 15500 15500 15500 15500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500
Bawal 9000 9000 9000 9000 8500 8500 8500 8500 8500 8500 8500 8500
Mas 15500 15500 15500 15500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500
Lampiran 2. Input Produksi Dari Masing-Masing Produk 1.
Ikan Mas Benih (Rp/kg) Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Tenaga Kerja (Rp/kg) Bulan Mas Januari 55 Februari 55 Maret 55 April 55 Mei 55 Juni 55 Juli 55 Agustus 55 September 55 Oktober 55 November 55 Desember 55
Mas 3400 3400 3400 3400 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000
Pakan (Rp/kg) BULAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1260 2520 2940
2 1260 2520 2940
3
1260 2520 2940
4
1260 2520 2940
MUSIM TANAM 5 6
1260 2520 2940
1260 2520 2940
7
1260 2520 2940
8
1260 2520 2940
9
1260 2520 2940
10
1260 2520 2940
2.
Ikan Mas Super Benih (Rp/kg) Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Tenaga Kerja (Rp/kg) Bulan Mas Super Januari 58 Februari 58 Maret 58 April 58 Mei 58 Juni 58 Juli 58 Agustus 58 September 58 Oktober 58 November 58 Desember 58
Mas Super 3875 3875 3875 3875 3375 3375 3375 3375 3375 3375 3375 3375
Pakan (Rp/kg) BULAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 2100 2100 2100
2 2100 2100 2100
3
2100 2100 2100
4
2100 2100 2100
MUSIM TANAM 5 6
2100 2100 2100
2100 2100 2100
7
2100 2100 2100
8
2100 2100 2100
9
2100 2100 2100
10
2100 2100 2100
3.
Ikan Bawal Benih (Rp/kg) Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Tenaga Kerja (Rp/kg) Bulan Bawal Januari 115 Februari 115 Maret 115 April 115 Mei 115 Juni 115 Juli 115 Agustus 115 September 115 Oktober 115 November 115 Desember 115
Mas Super 3375 3375 3375 3188 3188 3188 3188 3188 3188 3188 3188 3188
Pakan (Rp/kg) Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
MUSIM TANAM 1 1692 1692
2 1692 1692
3
1692 1692
4
1692 1692
5
1692 1692
6
1692 1692
7
1692 1692
8
1692 1692
9
1692 1692
10
1692 1692
11
1692 1692
Lampiran 3. Biaya Produksi, Penerimaan, dan Keuntungan Dari Aktivitas Produksi Ikan Mas (Dalam Selang Waktu Satu Tahun) Biaya Produksi (Rp/Kg) Musim Tanam
Bulan 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
4715
2
2575
4715
3
2995
2575
4715
2995
2575
4715
2995
2575
4315
2995
2575
4315
2995
2575
4315
2995
2575
4315
2995
2575
4315
2995
2575
4315
2995
2575
4 5 6 7 8 9 10 11 12
2995
Penerimaan (Rp/Kg) Musim Tanam
Bulan 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1 2 3
15500
4
15500
5
15500
6
15500
7
13500
8
13500
9
13500
10
13500
11
13500
12
13500
Keuntungan (Rp/Kg) Musim Tanam
Bulan 1 1
2
-2575
-4715
3
12505
-2575
5 6 7 8 9 10 11 12
4
5
6
7
8
9
10
-4715
2 4
3
12505
-4715 -2575 12505
-4715 -2575 12505
-4315 -2575 10505
-4315 -2575 10505
-4315 -2575 10505
-4315 -2575
-4315
10505
-2575 10505
-4315 -2575 10505
Lampiran 4. Biaya Produksi, Penerimaan, dan Keuntungan Dari Aktivitas Produksi Ikan Mas Super (Dalam Selang Waktu Satu Tahun) Biaya Produksi (Rp/Kg) Musim Tanam
Bulan 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
6033
2
2158
6033
3
2158
2158
6033
2158
2158
6033
2158
2158
5533
2158
2158
5533
2158
2158
5533
2158
2158
5533
2158
2158
5533
2158
2158
5533
2158
2158
4 5 6 7 8 9 10 11 12
2158
Penerimaan (Rp/Kg) Musim Tanam
Bulan 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1 2 3
15500
4
15500
5
15500
6
15500
7
13500
8
13500
9
13500
10
13500
11
13500
12
13500
Keuntungan (Rp/Kg) Musim Tanam
Bulan 1 1
2
-2158
-6033
3
13342
-2158
5 6 7 8 9 10 11 12
4
5
6
7
8
9
10
-6033
2 4
3
13342
-6033 -2158
-6033
13342
-2158 13342
-5533 -2158 11342
-5533 -2158 11342
-5533 -2158 11342
-5533 -2158 11342
-5533 -2158 11342
-5533 -2158 11342
Lampiran 5. Biaya Produksi, Penerimaan, dan Keuntungan Dari Aktivitas Produksi Ikan Bawal (Dalam Selang Waktu Satu Tahun) Biaya Produksi (Rp/Kg) MUSIM TANAM
Bulan 1 1
5182
2
1087
3
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
5182 1087
4
5182 1087
5
5182 1087
6
4995 1087
7
4995 1087
8
4995 1087
9
4995 1087
10
4995 1087
11
4995 1087
12
4995 1087
Penerimaan(Rp/Kg) MUSIM TANAM
Bulan 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1 2
9000
3
9000
4
9000
5
9000
6
8500
7
8500
8
8500
9
8500
10
8500
11
8500
12
8500
Keuntungan (Rp/Kg) MUSIM TANAM
Bulan 1 1
-5182
2
7193
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
-5182 7193
-5182 7193
-5182 7193
-4995 6693
-4995 6693
-4995 6693
-4995 6693
-4995 6693
-4995 6693
-4995 6693
Lampiran 6. Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan
Aktivitas Produksi Ikan Mas Musim Tanam Ke-1 Ikan Mas Musim Tanam Ke-2 Ikan Mas Musim Tanam Ke-3 Ikan Mas Musim Tanam Ke-4 Ikan Mas Musim Tanam Ke-5 Ikan Mas Musim Tanam Ke-6 Ikan Mas Musim Tanam Ke-7 Ikan Mas Musim Tanam Ke-8 Ikan Mas Musim Tanam Ke-9 Ikan Mas Musim Tanam Ke-10 Ikan Mas Super Musim Tanam Ke-1 Ikan Mas Super Musim Tanam Ke-2 Ikan Mas Super Musim Tanam Ke-3 Ikan Mas Super Musim Tanam Ke-4 Ikan Mas Super Musim Tanam Ke-5 Ikan Mas Super Musim Tanam Ke-6 Ikan Mas Super Musim Tanam Ke-7 Ikan Mas Super Musim Tanam Ke-8 Ikan Mas Super Musim Tanam Ke-9 Ikan Mas Super Musim Tanam Ke-10 Ikan Bawal Musim Tanam Ke-1 Ikan Bawal Musim Tanam Ke-2 Ikan Bawal Musim Tanam Ke-3 Ikan Bawal Musim Tanam Ke-4 Ikan Bawal Musim Tanam Ke-5 Ikan Bawal Musim Tanam Ke-6 Ikan Bawal Musim Tanam Ke-7 Ikan Bawal Musim Tanam Ke-8 Ikan Bawal Musim Tanam Ke-9 Ikan Bawal Musim Tanam Ke-10 Ikan Bawal Musim Tanam Ke-11
Koefisien Awal 12505 12505 12505 12505 10505 10505 10505 10505 10505 10505 12505 12505 12505 12505 10505 10505 10505 10505 10505 10505 7193 7193 7193 7193 6693 6693 6693 6693 6693 6693 6693
Allowable Decrease 3.4416 163.5870 279.5278 INFINITY INFINITY 2.2663 INFINITY 26.2311 1.7354 1091.9530 382.3560 93.0725 474.1427 149.5284 INFINITY 165.7757 INFINITY 169.7757 151.9547 297.4202 96.0582 219.3844 15.3415 10.9717 15.3415 935.8080 336.6554 3.8716 4.7215 1698.0000
Allowable Increase INFINITY 46.1079 INFINITY INFINITY 154.0618 603.2496 INFINITY 634.8464 1.8584 INFINITY INFINITY INFINITY 210.9633 5.5590 7.7730 474.1427 INFINITY 494.6761 INFINITY INFINITY INFINITY 7.1701 8.8100 590.3839 INFINITY 578.1545 4.7215 INFINITY 54.6481 3.6154 INFINITY
Lampiran 7. Analisis Sensitivitas Nilai Ruas Kanan
Sumber Daya Ikan Mas dan Ikan Mas Super Lahan Budidaya Bulan ke-1 Lahan Budidaya Bulan ke-2 Lahan Budidaya Bulan ke-3 Lahan Budidaya Bulan ke-4 Lahan Budidaya Bulan ke-5 Lahan Budidaya Bulan ke-6 Lahan Budidaya Bulan ke-7 Lahan Budidaya Bulan ke-8 Lahan Budidaya Bulan ke-9 Lahan Budidaya Bulan ke-10 Lahan Budidaya Bulan ke-11 Lahan Budidaya Bulan ke-12 Benih Ikan Mas dan Ikan Mas Super Pakan Ikan Mas dan Ikan Mas Super Permintaan Ikan Mas Musim Tanam Ke-1 Permintaan Ikan Mas Musim Tanam Ke-2 Permintaan Ikan Mas Musim Tanam Ke-3 Permintaan Ikan Mas Musim Tanam Ke-4 Permintaan Ikan Mas Musim Tanam Ke-5 Permintaan Ikan Mas Musim Tanam Ke-6 Permintaan Ikan Mas Musim Tanam Ke-7 Permintaan Ikan Mas Musim Tanam Ke-8 Permintaan Ikan Mas Musim Tanam Ke-9 Permintaan Ikan Mas Musim Tanam Ke-10 Permintaan Ikan Mas Super Musim Tanam Ke-1 Permintaan Ikan Mas Super Musim Tanam Ke-2 Permintaan Ikan Mas Super Musim Tanam Ke-3 Permintaan Ikan Mas Super Musim Tanam Ke-4 Permintaan Ikan Mas Super Musim Tanam Ke-5 Permintaan Ikan Mas Super Musim Tanam Ke-6 Permintaan Ikan Mas Super Musim Tanam Ke-7 Permintaan Ikan Mas Super Musim Tanam Ke-8 Permintaan Ikan Mas Super Musim Tanam Ke-9 Permintaan Ikan Mas Super Musim Tanam Ke-10
Nilai Ruas Kanan Awal
Allowable Increase
Allowable Decrease
3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000
INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY
1920.0000 1093.1990 394.8480 615.9007 1368.4760 2066.8270 1845.7750 1920.0000 1300.4440
3000 3000 3000 24000 72000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000
INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY 5934.169 1254.5870 INFINITY 151.4119 1213.9490 INFINITY INFINITY 0.0000 INFINITY INFINITY 174.5141 1053.6200 1562.4960 INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY 0.0000 INFINITY 208.1895 111.4560
1300.4440 1300.4440 1920.0000 13470.2000 1022.1360 169.0169 2109.9920 3281.1870 160.2198 4000.0000 4000.0000 1555.5560 4000.0000 3837.0320 0.0000 294.5799 203.0152 2544.3270 1473.6840 3505.1640 4000.0000 1473.6840 4000.0000 4000.0000 0.0000
6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000
INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY
3000.0000 1380.0000 2386.3840 2096.7790 1090.5970 94.0188 374.0188
Ikan Bawal Lahan Budidaya Bulan Ke-1 Lahan Budidaya Bulan Ke-2 Lahan Budidaya Bulan Ke-3 Lahan Budidaya Bulan Ke-4 Lahan Budidaya Bulan Ke-5 Lahan Budidaya Bulan Ke-6 Lahan Budidaya Bulan Ke-7
Sumber Daya Lahan Budidaya Bulan Ke-8 Lahan Budidaya Bulan Ke-9 Lahan Budidaya Bulan Ke-10 Lahan Budidaya Bulan Ke-11 Lahan Budidaya Bulan Ke-12 Benih Ikan Bawal Pakan Ikan Bawal Permintaan Ikan Bawal Musim Tanam Ke-1 Permintaan Ikan Bawal Musim Tanam Ke-2 Permintaan Ikan Bawal Musim Tanam Ke-3 Permintaan Ikan Bawal Musim Tanam Ke-4 Permintaan Ikan Bawal Musim Tanam Ke-5 Permintaan Ikan Bawal Musim Tanam Ke-6 Permintaan Ikan Bawal Musim Tanam Ke-7 Permintaan Ikan Bawal Musim Tanam Ke-8 Permintaan Ikan Bawal Musim Tanam Ke-9 Permintaan Ikan Bawal Musim Tanam Ke-10 Permintaan Ikan Bawal Musim Tanam Ke-11 Tenaga Kerja Bulan Ke-1 Tenaga Kerja Bulan Ke-2 Tenaga Kerja Bulan Ke-3 Tenaga Kerja Bulan Ke-4 Tenaga Kerja Bulan Ke-5 Tenaga Kerja Bulan Ke-6 Tenaga Kerja Bulan Ke-7 Tenaga Kerja Bulan Ke-8 Tenaga Kerja Bulan Ke-9 Tenaga Kerja Bulan Ke-10 Tenaga Kerja Bulan Ke-11 Tenaga Kerja Bulan Ke-12 Modal Kerja Bulan Ke-1 Modal Kerja Bulan Ke-2 Modal Kerja Bulan Ke-3 Modal Kerja Bulan Ke-4 Modal Kerja Bulan Ke-5 Modal Kerja Bulan Ke-6 Modal Kerja Bulan Ke-7 Modal Kerja Bulan Ke-8 Modal Kerja Bulan Ke-9 Modal Kerja Bulan Ke-10 Modal Kerja Bulan Ke-11 Modal Kerja Bulan Ke-12
Nilai Ruas Kanan Awal
Allowable Increase
Allowable Decrease
6000 6000 6000 6000 6000 36000 90000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000
INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY 1843.304 INFINITY INFINITY INFINITY 146.1766 INFINITY INFINITY 0 INFINITY INFINITY 0
280.0000 1069.3340 1069.3340 0.0000 3000.0000 7920.3340 19613.6400 27.9684 3680.5370 2683.1540 2908.2580 20.4395 250.7169 764.6667 20.4049 2851.5580 0.0000 8000.0000
720 720 720 720 720 720 720 720 720 720 720 720 94000000 94000000 94000000 94000000 94000000 94000000 94000000 94000000 94000000 94000000 94000000 94000000
INFINITY 1.0488 INFINITY 1.2360 12.9470 0.8147 6.6657 0.8147 12.5865 0.0000 INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY 330562.3000 1524818.0000 INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY INFINITY 1311681.0000 INFINITY INFINITY
272.0000 121.5881 0.9604 17.1767 30.8576 22.9047 0.8147 6.6657 0.0000 9.8474 193.0666 272.0000 9552000.0000 10945160.0000 6575043.0000 155922.1000 14894220.0000 28096690.0000 8886273.0000 27223630.0000 16140320.0000 334613.3000 27591910.0000 64692000.0000
Lampiran 8. Fungsi Tujuan Dan Fungsi Kendala (Dalam Format Program LINDO)
MODEL : MAX = 12505 * X113 + 12505 * X124 + 12505 * X135 + 12505 * X146 + 10505 * X157 + 10505 * X168 + 10505 * X179 + 10505 * X1810 + 10505 * X1911 + 10505 * X11012 + 13342 * X213 + 13342 * X224 + 13342 * X235 + 13342 * X246 + 11342 * X257 + 11342 * X268 + 11342 * X279 + 11342 * X2810 + 11342 * X2911 + 11342 * X21012 + 7193 * X312 + 7193 * X323 + 7193 * X334 + 7193 * X345 + 6693 * X356 + 6693 * X367 + 6693 * X378 + 6693 * X389 + 6693 * X3910 + 6693 * X31011 + 6693 * X31112 - 4715 * X111 - 2575 * X112 - 4715 * X122 - 2575 * X123 - 4715 * X133 - 2575 * X134 - 4715 * X144 - 2575 * X145 - 4315 * X155 - 2575 * X156 - 4315 * X166 - 2575 * X167 - 4315 * X177 - 2575 * X178 - 4315 * X188 - 2575 * X189 - 4315 * X199 - 2575 * X1910 - 4315 * X11010 - 2575 * X11011 - 6033 * X211 - 2158 * X212 - 6033 * X222 - 2158 * X223 - 6033 * X233 - 2158 * X234 - 6033 * X244 - 2158 * X245 - 5533 * X255 - 2158 * X256 - 5533 * X266 - 2158 * X267 - 5533 * X277 - 2158 * X278 - 5533 * X288 - 2158 * X289 - 5533 * X299 - 2158 * X2910 - 5533 * X21010 - 2158 * X21011 - 5182 * X311 - 5182 * X322 - 5182 * X333 - 5182 * X344 - 4995 * X355 - 4995 * X366 - 4995 * X377 - 4995 * X388 - 4995 * X399 - 4995 * X31010 - 4995 * X31111; “kendala lahan” 0.12 * X111 + 0.15 * X211 <= 3000; 0.12 * X112 + 0.12 * X122 + 0.15 * X212 + 0.15 * X222 <= 3000; 0.12 * X113 + 0.12 * X123 + 0.12 * X133 + 0.15 * X213 + 0.15 * X223 + 0.15 * X233 <= 3000; 0.12 * X124 + 0.12 * X134 + 0.12 * X144 + 0.15 * X224 + 0.15 * X234 + 0.15 * X244 <= 3000; 0.12 * X135 + 0.12 * X145 + 0.12 * X155 + 0.15 * X235 + 0.15 * X245 + 0.15 * X255 <= 3000; 0.12 * X146 + 0.12 * X156 + 0.12 * X166 + 0.15 * X246 + 0.15 * X256 + 0.15 * X266 <= 3000; 0.12 * X157 + 0.12 * X167 + 0.12 * X177 + 0.15 * X257 + 0.15 * X267 + 0.15 * X277 <= 3000; 0.12 * X168 + 0.12 * X178 + 0.12 * X188 + 0.15 * X268 + 0.15 * X278 + 0.15 * X288 <= 3000; 0.12 * X179 + 0.12 * X189 + 0.12 * X199 + 0.15 * X279 + 0.15 * X289 + 0.15 * X299 <= 3000; 0.12 * X1810 + 0.12 * X1910 + 0.12 * X11010 + 0.15 * X2810 + 0.15 * X2910 + 0.15 * X21010 <= 3000; 0.12 * X1911 + 0.12 * X11011 + 0.15 * X2911 + 0.15 * X21011 <= 3000; 0.12 * X11012 + 0.15 * X21012 <= 3000; 0.375 * X311 <= 6000; 0.375 * X312 + 0.375 * X322 <= 6000; 0.375 * X323 + 0.375 * X333 <= 6000; 0.375 * X334 + 0.375 * X344 <= 6000; 0.375 * X345 + 0.375 * X355 <= 6000; 0.375 * X356 + 0.375 * X366 <= 6000; 0.375 * X367 + 0.375 * X377 <= 6000; 0.375 * X378 + 0.375 * X388 <= 6000; 0.375 * X389 + 0.375 * X399 <= 6000; 0.375 * X3910 + 0.375 * X31010 <= 6000; 0.375 * X31011 + 0.375 * X31112 <= 6000; 0.375 * X31112 <= 6000; “kendala benih” 0.2 * X111 + 0.25 * X211 + 0.2 * X122 + 0.25 * X222 + 0.2 * X133 + 0.25 * X233 + 0.2 * X144 + 0.25 * X244 + 0.2 * X155 + 0.25 * X255 + 0.2 * X166 +
0.25 * X266 + 0.2 * X177 + 0.25 * X277 + 0.2 * X188 + 0.25 * X288 + 0.2 * X199 + 0.25 * X299 + 0.2 * X11010 + 0.25 * X21010 <= 24000;
0.375 * X311 + 0.375 * X322 + 0.375 * X333 + 0.375 * X344 + 0.375 * X355 + 0.375 * X366 + 0.375 * X377 + 0.375 * X388 + 0.375 * X399 + 0.375 * X31010 + 0.375 * X31111 <= 36000; “kendala pakan” 0.3 * X111 + 0.5 * X211 + 0.6 * X112 + 0.3 * X122 + 0.5 * X212 + 0.5 X222 + 0.7 * X113 + 0.6 * X123 + 0.3 * X133 + 0.5 * X213 + 0.5 * X223 0.5 * X233 + 0.7 * X124 + 0.6 * X134 + 0.3 * X144 + 0.5 * X224 + 0.5 X234 + 0.5 * X244 + 0.7 * X135 + 0.6 * X145 + 0.3 * X155 + 0.5 * X235 0.5 * X245 + 0.5 * X255 + 0.7 * X146 + 0.6 * X156 + 0.3 * X166 + 0.5 X246 + 0.5 * X256 + 0.5 * X266 + 0.7 * X157 + 0.6 * X167 + 0.3 * X177 0.5 * X257 + 0.5 * X267 + 0.5 * X277 + 0.7 * X168 + 0.6 * X178 + 0.3 X188 + 0.5 * X268 + 0.5 * X278 + 0.5 * X288 + 0.7 * X179 + 0.6 * X189 0.3 * X199 + 0.5 * X279 + 0.5 * X289 + 0.5 * X299 + 0.7 * X1810 + 0.6 X1910 + 0.3 * X11010 + 0.5 * X2810 + 0.5 * X2910 + 0.5 * X21010 + 0.7 X1911 + 0.6 * X11011 + 0.5 * X2911 + 0.5 * X21011 + 0.7 * X11012 + 0.5 X21012 <= 72000; 0.47 * 0.47 * 0.47 * 0.47 * + 0.47
X311 + 0.47 * X312 + 0.47 * X322 X334 + 0.47 * X344 + 0.47 * X345 X366 + 0.47 * X367 + 0.47 * X377 X389 + 0.47 * X399 + 0.47 * X3910 * X311 + 0.47 * X31112 <= 90000;
+ 0.47 * X323 + + 0.47 * X355 + + 0.47 * X378 + + 0.47 * X31010 +
0.47 0.47 0.47 0.47
* * * *
* + * + * + * + * * *
X333 + X356 + X388 + X31011
“kendala tenaga kerja” 0.018 * X111 + 0.019 * X211 + 0.0375 * X311 <= 720; 0.018 * X112 + 0.018 * X122 + 0.019 * X212 + 0.019 * X222 + 0.0375 * X312 + 0.0375 * X322 <= 720; 0.018 * X113 + 0.018 * X123 + 0.018 * X133 + 0.019 * X213 + 0.019 * X223 + 0.019 * X233 + 0.0375 * X323 + 0.0375 * X333 <= 720; 0.018 * X124 + 0.018 * X134 + 0.018 * X144 + 0.019 * X224 + 0.019 * X234 + 0.019 * X244 + 0.0375 * X334 + 0.0375 * X344 <= 720; 0.018 * X135 + 0.018 * X145 + 0.018 * X155 + 0.019 * X235 + 0.019 * X245 + 0.019 * X255 + 0.0375 * X345 + 0.0375 * X355 <= 720; 0.018 * X146 + 0.018 * X156 + 0.018 * X166 + 0.019 * X246 + 0.019 * X256 + 0.019 * X266 + 0.0375 * X356 + 0.0375 * X366 <= 720; 0.018 * X157 + 0.018 * X167 + 0.018 * X177 + 0.019 * X257 + 0.019 * X267 + 0.019 * X277 + 0.0375 * X367 + 0.0375 * X377 <= 720; 0.018 * X168 + 0.018 * X178 + 0.018 * X188 + 0.019 * X268 + 0.019 * X278 + 0.019 * X288 + 0.0375 * X378 + 0.0375 * X388 <= 720; 0.018 * X179 + 0.018 * X189 + 0.018 * X199 + 0.019 * X279 + 0.019 * X289 + 0.019 * X299 + 0.0375 * X389 + 0.0375 * X399 <= 720; 0.018 * X1810 + 0.018 * X1910 + 0.018 * X11010 + 0.019 * X2810 + 0.019 * X2910 + 0.019 * X21010 + 0.0375 * X3910 + 0.0375 * X31010 <= 720; 0.018 * X1911 + 0.018 * X11011 + 0.019 * X2911 + 0.019 * X21011 + 0.0375 * X31011 + 0.0375 * X1111 <= 720; 0.018 * X11012 + 0.019 * X21012 + 0.0375 * X31112 <= 720; “kendala modal” 4715 2575 5182 2995 6033 2995 6033 2995 5533
* * * * * * * * *
X111 X112 X322 X113 X233 X124 X244 X135 X255
+ 6033 * X211 + + 4715 * X122 <= 94000000; + 2575 * X123 + 1087 * X323 + + 2575 * X134 + 1087 * X334 + + 2575 * X145 + 1087 * X345 +
5182 * X311 <= 94000000; + 2158 * X212 + 6033 * X222 + 1087 * X312 + + 4715 5182 * + 4715 5182 * + 4315 4995 *
* X133 X333 <= * X144 X344 <= * X155 X355 <=
+ 2158 * X213 + 2158 * X223 + 94000000; + 2158 * X224 + 2158 * X234 + 94000000; + 2158 * X235 + 2158 * X245 + 94000000;
2995 * 5533 * 2995 * 5533 * 2995 * 5533 * 2995 * 5533 * 2995 * + 5533 2995 * X31011 2995 *
X146 + 2575 * X156 + 4315 * X166 + 2158 * X246 + 2158 * X256 + X266 + 1087 * X356 + 4995 * X366 <= 94000000; X157 + 2575 * X167 + 4315 * X177 + 2158 * X257 + 2158 * X267 + X277 + 1087 * X367 + 4995 * X377 <= 94000000; X168 + 2575 * X178 + 4315 * X188 + 2158 * X268 + 2158 * X278 + X288 + 1087 * X378 + 4995 * X388 <= 94000000; X179 + 2575 * X189 + 4315 * X199 + 2158 * X279 + 2158 * X289 + X299 + 1087 * X389 + 4995 * X399 <= 94000000; X1810 + 2575 * X1910 + 4315 * X11010 + 2158 * X2810 + 2158 * X2910 * X21010 + 1087 * X3910 + 4995 * X31010 <= 94000000; X1911 + 2575 * X1011 + 2158 * X2911 + 2158 * X21011 + 1087 * + 4995 * X31111 <= 94000000; X11012 + 2158 * X21012 + 1087 * X31112 <= 94000000;
“kendala konsistensi model” X112 - X111 = 0; X113 - X112 = 0; X123 - X122 = 0; X124 - X123 = 0; X134 - X133 = 0; X135 - X134 = 0; X145 - X144 = 0; X146 - X145 = 0; X156 - X155 = 0; X157 - X156 = 0; X167 - X166 = 0; X168 - X167 = 0; X178 - X177 = 0; X179 - X178 = 0; X189 - X188 = 0; X1810 - X189 = 0; X1910 - X199 = 0; X1911 - X1910 = 0; X11011 - X11010 = 0; X11012 - X11011 = 0; X212 - X211 = 0; X213 - X212 = 0; X223 - X222 = 0; X224 - X223 = 0; X234 - X233 = 0; X235 - X234 = 0; X245 - X244 = 0; X246 - X245 = 0; X256 - X255 = 0; X257 - X256 = 0; X267 - X266 = 0; X268 - X267 = 0; X278 - X277 = 0; X279 - X278 = 0; X289 - X288 = 0; X2810 - X289 = 0; X2910 - X299 = 0; X2911 - X2910 = 0; X21011 - X21010 = 0; X21012 - X21011 = 0; X312 X323 X334 X345 X356 X367 X378
-
X311 X322 X333 X344 X355 X366 X377
= = = = = = =
0; 0; 0; 0; 0; 0; 0;
X389 - X388 = 0; X3910 - X399 = 0; X31011 - X31010 = 0; X31112 - X31111 = 0;
“ kendala permintaan” X113 <= 4000; X124 <= 4000; X135 <= 4000; X146 <= 4000; X157 <= 4000; X168 <= 4000; X179 <= 4000; X1810 <= 4000; X1911 <= 4000; X11012 <= 4000; X213 <= 4000; X224 <= 4000; X235 <= 4000; X246 <= 4000; X257 <= 4000; X268 <= 4000; X279 <= 4000; X2810 <= 4000; X2911 <= 4000; X21012 <= 4000; X312 <= 8000; X323 <= 8000; X334 <= 8000; X345 <= 8000; X356 <= 8000; X367 <= 8000; X378 <= 8000; X389 <= 8000; X3910 <= 8000; X31011 <= 8000; X31112 <= 8000;
Lampiran 9. Hasil Optimasi (Dalam Format Program LINDO)
Global optimal solution found. Objective value: 0.3435420E+09 Total solver iterations: 31
Variable X113 X124 X135 X146 X157 X168 X179
Value 4000.000 1890.008 4000.000 4000.000 0.000000 0.000000 4000.000 X1810 X1911 X11012
X213 X224 X235 X246 X257 X268 X279
4000.000 4000.000 1455.673 2526.316 494.8359 0.000000 4000.000 X2810 X2911 X21012
X312 X323 X334 X345 X356 X367 X378 X389
8000.000 4319.463 5316.846 5091.742 8000.000 7749.283 7253.333 8000.000 X3910 X31011 X31112
X111 X112 X122 X123 X133 X134 X144 X145 X155 X156 X166 X167
4000.000 4000.000 1890.008 1890.008 4000.000 4000.000 4000.000 4000.000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
Reduced Cost 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 162.9684 0.000000 4000.000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 4000.000 0.000000 4000.000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 5148.442 0.000000 8000.000 0.000000 8000.000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 154.0618 0.000000 603.2496
X177 X178 X188 X189 X199
4000.000 4000.000 0.000000 0.000000 162.9684 X1910 X11010 X11011
X211 X212 X222 X223 X233 X234 X244 X245 X255 X256 X266 X267 X277 X278 X288 X289 X299
4000.000 4000.000 4000.000 4000.000 1455.673 1455.673 2526.316 2526.316 494.8359 494.8359 0.000000 0.000000 4000.000 4000.000 0.000000 0.000000 4000.000 X2910 X21010 X21011
X311 X322 X333 X344 X355 X366 X377 X388 X399
8000.000 4319.463 5316.846 5091.742 8000.000 7749.283 7253.333 8000.000 5148.442 X31010 X31111 X1111 X1011
Row 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Slack or Surplus 0.3435420E+09 1920.000 1093.199 394.8480 615.9007 1368.476 2066.827 1845.775 1920.000 1300.444 1300.444 1300.444
0.000000 0.000000 0.000000 634.8464 0.000000 162.9684 0.000000 4000.000 0.000000 4000.000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 474.1427 0.000000 0.000000 0.000000 494.6761 0.000000 4000.000 0.000000 4000.000 0.000000 4000.000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 8000.000 0.000000 8000.000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 Dual Price 1.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77
1920.000 3000.000 1380.201 2386.384 2096.779 1090.597 94.01883 374.0188 280.0000 1069.334 1069.334 0.000000 3000.000 13470.20 7920.334 0.000000 19613.64 272.0000 0.000000 0.9604789 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 193.0666 272.0000 9552000. 0.1094516E+08 0.000000 0.000000 0.1489422E+08 0.2809669E+08 8886273. 0.2722363E+08 0.1614032E+08 0.000000 0.2759191E+08 0.6469200E+08 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 1733.581 0.000000 0.000000 45695.46 0.000000 8438.898 10016.27 34971.15 10308.85 34971.15 1331.374 43578.31 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.2736157 0.2545216 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.1277546E-01 0.000000 0.000000 5235.074 9672.741 6057.592 10377.30 6525.172 10947.61 6587.044 10382.49 5015.367 9105.934 5464.555 8662.013 5020.633 9265.263 5464.555 8468.822 4859.039 9291.494 5674.610 9289.758 6899.790 10792.79 7768.004 11383.26
78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135
0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 2109.992 0.000000 0.000000 4000.000 4000.000 0.000000 4000.000 3837.032 0.000000 0.000000 0.000000 2544.327 1473.684 3505.164 4000.000 0.000000 4000.000 0.000000 0.000000 0.000000 3680.537 2683.154 2908.258 0.000000 250.7169 746.6667 0.000000 2851.558 0.000000 0.000000
8550.514 12284.90 8595.658 11810.76 6590.099 10279.34 7064.242 9810.758 6595.658 10284.90 7064.242 9619.652 6425.086 10305.43 7298.465 10323.26 5182.000 6895.580 6599.876 6817.390 5370.610 6306.418 5381.582 6306.418 5044.927 6693.000 4995.000 799.2739 0.000000 163.5870 279.5278 0.000000 0.000000 2.266367 0.000000 0.000000 1.735419 1091.953 382.3560 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 165.0131 0.000000 169.7757 151.9547 297.4202 0.000000 0.000000 0.000000 10.97172 0.000000 0.000000 336.6554 0.000000 0.000000 1698.000