PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
OPTIMASI KONSENTRASI HYDROXYPROPYL METHYLCELLULOSE (HPMC) SEBAGAI POLIMER HYDROCOLLOID MATRIX DIABETIC WOUND HEALING DENGAN BAHAN AKTIF IBUPROFEN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh: Ignasia Handipta Mahardika NIM : 138114069
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
OPTIMASI KONSENTRASI HYDROXYPROPYL METHYLCELLULOSE (HPMC) SEBAGAI POLIMER HYDROCOLLOID MATRIX DIABETIC WOUND HEALING DENGAN BAHAN AKTIF IBUPROFEN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh: Ignasia Handipta Mahardika NIM : 138114069
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSETUJUAN PEMBIMBING
0PTTMASI KONSET{TRASI HYDROXYPROPYL METTm.CELLULOSE GIPMC) SEBAGAI POLIMER HYDROCOLLOID MATRil( DABETIC WOUND HEALING DENGAI\I BAHAN AKTIF IBT]PROT:EN
Skripsi yang diajukan oleh:
Ignasia Handipta Mahardika
NIM:
138114069
telah disetujui oleh:
bimbing Utama
ffitu (Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt.)
tanggal 18 Januari 2017
ll
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
“One day left to life, do your best now or never. And then, let God do the rest.”
Untuk semua yang selalu percaya dan mengatakan “kamu pasti bisa”,
Tuhan Yesus, Bunda Maria, Mama, Papa, Citta, dan kamu, yang tidak bisa disebutkan nama demi nama. Semua ini kupersembahkan untuk kalian.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Optimasi Konsentrasi Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC) Sebagai Polimer Hydrocolloid Matrix Diabetic Wound Healing Dengan Bahan Aktif Ibuprofen” dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi. Melalui skripsi ini, penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca, menjadi sumber pengetahuan tentang formulasi hydrocolloid matrix ibuprofen sebagai sediaan penyembuh luka diabetik, dan menjadi inspirasi untuk melakukan penelitian yang lebih berkembang nantinya. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari banyak bantuan, dukungan, semangat, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma 2. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu, dukungan, dan saran dalam penelitian ini. 3. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah bersedia memberikan saran bagi penelitian ini. 4. Ibu Beti Pudyastuti, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah bersedia memberikan saran bagi penelitian ini. 5. Bapak Enade Istyastono, Ph.D., Apt. dan Bapak Florentinus Dika Octa Riswanto, M.Sc. yang telah bersedia memberikan masukan dalam penelitian ini. 6. Bapak Yohanes Ratijo yang telah banyak mendukung dan meluangkan waktu untuk membantu penelitian ini. 7. Bapak Musrifin, Mas Agung, Bapak Kayat, dan Mas Aditya Bimo selaku laboran yang telah mendukung jalannya penelitian ini.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. PT. Erela dan PT. Sanbe Farma selaku perusahaan industri farmasi yang telah bersedia membantu penelitian ini. 9. DP2M Dikti yang telah memberikan Grant penelitian untuk mendukung sebagian pendanaan penelitian ini berdasar kontrak Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah No. 010/HB/LIT/III/2016 tanggal 15 Maret 2016. 10. Keluarga penulis yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan. 11. Rekan kerja penelitian, Michael Ryanda, Benedicta Fidelia, dan Gracia Elwy yang menjadi partner seperjuangan. 12. Teman-teman penulis, Asti, Rency, Elin, Fenny, Herna, Eva, Kenny, Edwin, Dendi, KG, Indra, Imel, Lala, Richard, yang selalu menyemangati. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan di dalam skripsi ini. Oleh karena itu dengan terbuka dan senang hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan selamat membaca.
Yogyakarta, 18 Januari 2017 Penulis,
Ignasia Handipta Mahardika
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
OPTIMASI KONSENTRASI HYDROXYPROPYL METHYLCELLULOSE (HPMC) SEBAGAI POLIMER HYDROCOLLOID MATRIX DIABETIC WOUND HEALING DENGAN BAHAN AKTIF IBUPROFEN Ignasia Handipta Mahardika Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Kampus III Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, 55282, Indonesia. Telp. (0274) 883037, Fax. (0274) 886529
[email protected] ABSTRAK Hydrocolloid matrix diabetic wound healing dengan polimer hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) dan bahan aktif ibuprofen, berpotensi dapat mempercepat penyembuhan luka pada penderita diabetes. Penelitian ini bertujuan mengetahui konsentrasi HPMC optimal dan sifat fisika kimia serta stabilitas dari hydrocolloid matrix ibuprofen. Hydrocolloid matrix ibuprofen dibuat dalam 3 konsentrasi HPMC yaitu 8,75%, 11%, dan 13,25%. Formula optimal dipilih berdasarkan uji yang dilakukan, yaitu: uji sterilitas; sifat fisik yang meliputi organoleptis, keseragaman bobot, ketebalan sediaan, pH larutan sediaan, persentase moisture content dan absorption, dan ketahan pelipatan; sifat kimia yang meliputi keseragaman kandungan obat dan pelepasan obat; iritabilitas serta stabilitas. Formula optimal yang dipilih adalah formula 1 (F1) dimana merupakan sediaan yang memiliki nilai DE 88,86%; CV keseragaman kandungan obat 15,78% dan keseragaman bobot 9,84%; persentase kandungan obat 77,30%; memiliki nilai persentase moisture content 12,36% dan moisture absorption 14,88%; ketebalan 0,5 mm; pH larutan sediaan 6,70; nilai ketahanan pelipatan 25; steril; tidak berwarna, jernih, dan halus; dan stabil secara kimia. Formula optimal yang dipilih kemudian diuji aktivitas dan uji histopatologi. Uji aktivitas dan histopatologi F1 menunjukkan hydrocolloid matrix ibuprofen dapat mempercepat penyembuhan luka diabetes. Kata kunci: diabetes, HPMC, hydrocolloid matrix, ibuprofen, luka diabetes.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Hydrocolloid matrix diabetic wound healing with hydroxypropyl methylcellulosa (HPMC) as polymer and ibuprofen as active ingredient can potentially accelerate healing in diabetic wound. This study aims to determine the optimal concentration of HPMC and the chemical and physical properties as well as the stability of the hydrocolloid matrix ibuprofen. Hydrocolloid matrix ibuprofen made in 3 HPMC concentration, 8,75%, 11% and 13,25%. Optimal formula selected based on tests conducted, that is: the sterility test; physical properties include organoleptic, weight uniformity, thickness, the pH of matrix solution, the percentage of moisture content and absorption, and folding endurance; chemical properties which include uniformity of drug content and drug release; irritability and stability. The selected optimal formula is Formula 1 (F1) which has DE values 88,86%; CV uniformity of drug content and uniformity of weight 15,78% and 9,84%; the percentage of drug content 77,30%; has a moisture content percentage 12,36% and moisture absorption percentage 14,88%; thickness 0,5 mm; pH of solution 6,70; folding endurance values 25; a sterile hydrocolloid matrix; colorless, clear, and smooth; and chemically stable. The selected optimal formula is then tested the activity and histopathological test. F1 activity and histopathology test showed hydrocolloid matrix ibuprofen can accelerate healing of diabetic wound. Keywords: diabetes, diabetic wound, HPMC, hydrocolloid matrix, ibuprofen.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................................v PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................................. vi PRAKATA ............................................................................................................ vii ABSTRAK ............................................................................................................. ix ABSTRACT .............................................................................................................x DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xv PENDAHULUAN....................................................................................................1 METODE PENELITIAN .........................................................................................2 Pembuatan sediaan hydrocolloid matrix diabetic wound healing ibuprofen .......3 Uji sterilitas ..........................................................................................................3 Evaluasi sifat fisik ................................................................................................3 Evaluasi sifat kimia ..............................................................................................4 Uji iritasi akut dermal ...........................................................................................4 Uji stabilitas ..........................................................................................................5 Penentuan formula optimal...................................................................................5 Uji aktivitas sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen ............................................5 Tata cara analisis hasil ..........................................................................................6
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................6 Formulasi sediaan hydrocolloid matrix diabetic wound healing ibuprofen .........6 Uji sterilitas ..........................................................................................................6 Evaluasi Sifat Fisik ...............................................................................................7 Evaluasi sifat kimia ............................................................................................10 Uji iritasi akut dermal .........................................................................................11 Uji stabilitas ........................................................................................................12 Penentuan formula optimal.................................................................................13 Uji aktivitas sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen ..........................................13 Uji histopatologi .................................................................................................15 KESIMPULAN ......................................................................................................15 UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................16 LAMPIRAN ...........................................................................................................18 BIOGRAFI PENULIS .........................................................................................111
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel I. Formula hydrocolloid matrix ibuprofen .....................................................3 Tabel II. Hasil evaluasi sifat fisika kimia hydrocolloid matrix ibuprofen ...............8 Tabel III. Hasil uji iritasi basis hydrocolloid matrix ..............................................12 Tabel IV. Interpretasi Hasil Uji Histopatologi .......................................................14
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Hasil uji sterilitas hydrocolloid matrix ...................................................7 Gambar 2. Kurva persen pelepasan obat vs waktu ................................................11
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Proposal Penelitian ............................................................................18 Lampiran 2. Ethical Clereance Penelitian .............................................................43 Lampiran 3. Certificate of Analysis Bahan-bahan Penelitian ................................45 Lampiran 4. Data Pembuatan Hydrocolloid Matrix Ibuprofen ..............................50 Lampiran 5. Data Hasil Uji Sterilitas Hydrocolloid Matrix Ibuprofen ..................51 Lampiran 6. Data Hasil Uji Sifat Fisika Kimia Hydrocolloid Matrix Ibuprofen ...52 Lampiran 7. Verifikasi Metode Analisis ................................................................54 Lampiran 8. Data Hasil Uji Pelepasan Obat Hydrocolloid Matrix Ibuprofen .......56 Lampiran 9. Data Hasil Uji Iritasi Hydrocolloid Matrix Ibuprofen .......................57 Lampiran 10. Data Hasil Uji Stabilitas Hydrocolloid Matrix Ibuprofen ...............59 Lampiran 11. Data Hasil Uji Aktivitas Hydrocolloid Matrix Ibuprofen ...............71 Lampiran 12. Data Hasil Uji Statistik Hydrocolloid Matrix Ibuprofen ................73 Lampiran 13. Hasil Uji Histopatologi ..................................................................107 Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian .................................................................110
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) di Indonesia memiliki prevalensi penyakit sebesar 6,2% pada tahun 2015 (IDF, 2015). Peningkatan populasi penderita DM akan berdampak pada peningkatan kejadian ulkus kaki diabetik sebagai komplikasi kronis DM, dimana sebanyak 5-25% penderita DM akan mengalami ulkus kaki diabetik (Singh et al., 2005), dan diantaranya 84% penderita mengalami amputasi kaki (Brem and Tomic-Canic, 2007). Ibuprofen dengan mekanisme penghambatan produksi prostaglandin (Rainsford, 2009), dapat menurunkan aktivitas enzim matrix metalloproteinases 9 (Yen et al., 2008), sehingga berpotensi mempercepat penyembuhan luka kronis pada penderita DM. Hydrocolloid matrix merupakan sediaan pembalut luka yang diperoleh dari bahan koloidal (agen pembentuk gel) yang dikombinasikan dengan bahan lain seperti elastomer dan adhesif. Hydrocolloid matrix dapat digunakan pada luka eksudat ringan hingga moderat, dan juga pada pengelolaan ulkus kaki (Boateng et al., 2008). Hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) merupakan polimer yang biasa digunakan dalam formulasi sediaan oral, optalmik, nasal, dan juga topikal (Rowe et al., 2009). HPMC sering digunakan sebagai agen pengental, penstabil, pengemulsi, penampung air, film-forming, yang penting pada preparasi bahan pembalut luka (Uslu and Aytimur, 2012). Sebagai agen film-forming, konsentrasi HPMC yang dibutuhkan adalah 220% b/b (Rowe et al., 2009). HPMC dapat digunakan sebagai polimer yang mengontrol laju pelepasan obat dan juga sebagai agen penstabil (Amjad et al., 2011). HPMC dapat berfungsi sebagai penghambat pembentukan kristal pada ibuprofen (Iervolino et al., 2001). HPMC merupakan polimer hidrofilik (Tiwari and Rajabi-Siahboomi, 2008), sementara ibuprofen merupakan senyawa yang sukar larut dalam air (Pubchem, 2016). HPMC diharapkan dapat meningkatkan interaksi ibuprofen dengan pelarut sehingga kelarutannya dalam air meningkat (Tiwari and Rajabi-Siahboomi, 2008, Pubchem, 2016). Penelitian terkait formulasi ibuprofen dengan polimer HPMC sebagai pembawa telah banyak dilakukan. Penelitian Madhulata and Ravikiran, (2013) menemukan perbandingan optimal polimer HPMC yang dikombinasikan dengan chitosan dalam formulasi sediaan transdermal ibuprofen yaitu 25:75 dengan pelepasan obat secara difusi. Penelitian Shoaib et al., (2006) menunjukkan mekanisme pelepasan ibuprofen dari matriks HPMC pada tablet adalah secara difusi, swelling, dan erosi. Penelitian Lopes et al., (2007), menemukan bahwa HPMC dapat mengatur pelepasan ibuprofen dalam waktu yang diperpanjang. 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi optimal HPMC dan mengetahui sifat fisika kimia serta stabilitas hydrocolloid matrix ibuprofen sebagai diabetic wound healing yang dibuktikan dengan uji aktivitas untuk melihat potensi sediaan dalam mempercepat penyembuhan luka diabetes. Hipotesis penelitian ini adalah konsentrasi polimer HPMC tertentu menghasilkan hydrocolloid matrix diabetic wound healing dengan bahan aktif ibuprofen yang optimal serta peningkatan konsentrasi HPMC berpengaruh terhadap sifat dan stabilitas fisika kimia hydrocolloid matrix diabetic wound healing ibuprofen. METODE PENELITIAN Jenis dan rancangan penelitian ini adalah eksperimental murni. Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain ibuprofen (Shasun Pharmaceuticals Limited), etanol 96% (Aldrich), hypromellose 2910 (ShinEtsu), propylene glycol, gliserol, akuades (Tirta Investama), methanol pro analysis (Merck), NaCl, Na2HPO4, KH2PO4, ibuprofen working standar (Strides Shasun), etil asetat, aloksan monohidrat (Sigma), etanol 70%, ketamin 10%, krim depilatori (Reckitt Bensckiser), Nutrient Agar (Oxoid), formalin 10% (Aldrich), larutan Harris Hematoxylin, larutan acid alkohol, larutan ammonium, larutan stok Eosin alkohol 1%, larutan working Eosin, heparin, reagen Glucose GOD FS (Diasys, Germany), akuabides, larutan standar glukosa (Diasys, Germany), dan darah subjek uji. Alat dan instrumen yang digunakan pada penelitian ini meliputi gelas beaker, gelas ukur, cawan porselen, kaca arloji, labu ukur, pipet gondok, corong, batang pengaduk, pipet tetes, cawan petri, tabung reaksi, aluminium foil, plastic wrap, kabinet LAF, jarum ose, tabung sentrifugasi, kuvet, spuit injeksi, pinset, gunting, biopsy punch 5 mm, kapas, kaca objek dan kaca penutup, hotplate magnetic stirrer, stirrer, sentrifugator, MicroLab200 (Merck), mikropipet (Socorex), timbangan analitik (Ohaus), pH meter, pH meter portable, sonikator, spektrofotometer UV-Visibel, vortex (Wilten), mikroskop cahaya Olympus tipe BH-2 (Olympus Corp., Jepang), Franz Diffusion Cell, dan membran Milipore. Subjek uji pada penelitian ini adalah 6 tikus putih galur Wistar jantan berusia 2 bulan dari Laboratorium Imono Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, yang memiliki deviasi berat badan 30 g (150 g – 180 g) dalam kondisi sehat, serta kelinci albino jantan New Zealand jantan berusia 8-9 bulan yang memiliki deviasi berat badan 0,4 kg (1,8 – 2,2 kg) dari Peternakan Kelinci Seyegan dalam kondisi sehat.
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel I. Formula hydrocolloid matrix ibuprofen Formula
BF1
BF2
BF3
F1
F2
F3
Ibuprofen
-
-
-
0,175 g
0,175 g
0,175 g
HPMC
4,375 g
5,5 g
6,625 g
4,375 g
5,5 g
6,625 g
Propylene glycol
7,8 g
7,8 g
7,8 g
7,8 g
7,8 g
7,8 g
Etanol
14 mL
14 mL
14 mL
14 mL
14 mL
14 mL
Gliserol
3,78 g
3,78 g
3,78 g
3,78 g
3,78 g
3,78 g
Akuades ad 50 g ad 50 g ad 50 g ad 50 g ad 50 g ad 50 g Keterangan: BF1 (basis formula 1); BF2 (basis formula 2); BF3 (basis formula 3); F1 (formula 1); F2 (formula 2); F3 (formula 3).
Pembuatan sediaan hydrocolloid matrix diabetic wound healing ibuprofen Konsentrasi HPMC yang digunakan pada hydrocolloid matrix ibuprofen adalah 8,75% (F1), 11% (F2), dan 13,25% (F3). Formula yang digunakan dalam pembuatan sediaan terdapat pada Tabel I. HPMC ditimbang sesuai dengan formula, kemudian dilarutkan dalam akuades dan diaduk dengan stirrer hingga terbentuk gel dalam suhu 40°C. 0,175 gram ibuprofen yang sudah ditimbang dilarutkan dalam 15 mL propylene glycol dan 14 mL etanol, kemudian ditambahkan ke dalam gel HPMC dan diaduk dengan stirrer hingga homogen. Selanjutnya ditambahkan 3,78 gram gliserol seiring dilakukannya pengadukan dengan stirrer. Campuran gel tersebut kemudian dituang ke dalam tabung reaksi bertutup sebanyak 12,5 gram, kemudian disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 115oC selama 15 menit. Setelah itu, gel dituangkan ke cawan petri secara aseptis dalam kabinet LAF, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 45°C dan selama minimal 48 jam hingga mencapai ketebalan 0,5 mm. Sediaan kemudian dicetak dalam bentuk lingkaran dengan diameter 1 cm. Sediaan disimpan di suhu ruang dengan dibungkus aluminium foil dalam wadah plastik yang diberi silika gel (Thu et al., 2012). Uji sterilitas Uji sterilitas dilakukan dengan meletakkan sediaan di atas media Nutrien Agar pada cawan petri. Setiap petri dibungkus plastic wrap dan diinkubasi selama 24 jam. Evaluasi sifat fisik Uji organoleptis Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati dan meneliti warna, kejernihan dan kehalusan dari sediaan hydrocolloid matrix yang telah dibuat (Shirsand et al., 2012). Uji keseragaman bobot Sediaan ditimbang sebanyak 10 tiap formula, kemudian dihitung rata-rata bobot sediaan (British Pharmacopoeia, 1993). 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji ketebalan Uji ketebalan dilakukan dengan menghitung rata-rata tebal sediaan tiap formula pada 5 titik berbeda dengan jangka sorong (El-Gendy et al., 2009). Uji pH larutan sediaan Sediaan direndam dalam 20 mL akuades pada suhu 36,5OC37,5OC selama 24 jam, kemudian diukur pH larutan (British Pharmacopoeia, 1993). Uji persentase moisture content Sediaan diletakkan dalam desikator berisi silika selama 24 jam, kemudian bobot sediaan ditimbang (Toshkhani et al. 2013). Uji persentase moisture absorption Sediaan diletakkan dalam climatic chamber dengan kelembaban 85% RH dan suhu 28°C selama 24 jam, kemudian bobot sediaan ditimbang (Toshkhani et al. 2013). Uji ketahanan pelipatan Sediaan dilipat secara berulang pada posisi yang sama hingga rusak (Shirsand et al., 2012). Evaluasi sifat kimia Pembuatan kurva baku ibuprofen Larutan standar ibuprofen dibuat dalam rentang 0,2 µg/mL – 20 µg/mL dengan mengambil 0,1; 0,2; 0.3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8 0,9; 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 8; 9 mL dari larutan intermediet ibuprofen dengan konsentrasi 20 µg/mL ke dalam labu takar 10 mL. Pelarut yang digunakan ada metanol p.a. dan PBS pH 6,4. Panjang gelombang
maksimal
ditentukan
dengan
pengukuran
seri
larutan
konsentrasi
20 µg/mL yang dibaca menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada rentang 200-400 nm (Garg et al., 2014). Uji keseragaman kandungan obat Sediaan dari tiap formula dilarutkan dalam 15 mL metanol p.a., dan 35 mL PBS pH 6,4. Larutan kemudian disonikasi selama 10 menit dan diuji menggunakan spektrofotometer UV-Vis (Shirsand et al., 2012). Uji pelepasan obat secara in vitro Sediaan diuji menggunakan Franz Diffusion Cell pada suhu 36,5 ± 1oC dengan menggunakan medium PBS pH 6,4 sebagai aseptor dan membran Millipore yang sebelumnya direndam dalam larutan aseptor selama 1 jam. Larutan aseptor disampling sebanyak 2,5 mL pada menit tertentu yaitu 15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, 300, dan 360. Larutan kemudian dibaca menggunakan spektrofotometer UV-Vis (Pudyastuti et al., 2014). DE dihitung dengan rumus:
, dimana hasil
yang didapat dibandingkan dengan dosis sediaan yang terukur (Fudholi, 2013). Uji iritasi akut dermal Uji iritasi akut dermal dilakukan dengan meletakkan basis tiap formula dan standar pengiritasi pada permukaan dorsal (punggung) kelinci yang telah dicukur selama 4 jam, kemudian dilepaskan. Kulit kelinci kemudian diamati ada tidaknya eritema/edema 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pada jam ke 1, 24, 48 dan 72 jam. Standar pengiritasi yang digunakan adalah etil asetat (BPOM, 2014). Uji stabilitas Sediaan diletakkan dalam paparan 2 suhu yang berbeda yaitu 37°C dan 45°C, kemudian diobservasi selama 4 minggu. Sediaan disimpan dalam cawan petri yang ditutup dengan aluminium foil. Dilakukan analisis fisik dan kandungan obat pada sediaan di setiap akhir minggu (Amjad et al., 2011). Penentuan formula optimal Formula optimal ditentukan dengan pengujian sifat fisika kimia dan stabilitas sediaan. Hasil uji kemudian diuji secara statistik dan ditentukan dengan cara menganalisis hasil uji. Prioritas uji yang dianalisis dalam penentuan formula optimal dari yang utama adalah hasil uji pelepasan obat, keseragaman kandungan obat dan keseragaman bobot, persentase moisture content dan moisture absorption, ketebalan, pH larutan sediaan, ketahanan pelipatan, sterilitas, organoleptis, dan stabilitas. Uji aktivitas sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen Perlakuan pemberian luka dan pemberian hydrocolloid matrix ibuprofen pada tikus Subjek uji tikus dibagi 2 kelompok yaitu 3 ekor pada kelompok perlakuan (memiliki kadar glukosa > 250mg/dl) dan 3 ekor pada kelompok kontrol. Tikus perlakuan diinjeksikan larutan aloksan monohidrat 5% secara intraperitonial dengan dosis 150 mg/kgBB selama 2-3 hari berturut sebelumnya. 48 jam sebelum pemberian luka, setiap tikus dicukur bulunya. Setelah 48 jam, setiap tikus diinjeksi ketamin sebagai anastesi dosis 80 mg/kgBB secara intramuscular. Setiap tikus diberikan 5 luka eksisi menggunakan biopsy punch diameter 5 mm. Perlakuan pada luka eksisi tikus yaitu kontrol (tanpa perlakuan), 2 basis, dan 2 formula optimal, yang diberikan setiap 24 jam sekali hingga sembuh. Setiap 24 jam luka diobservasi dan dihitung persentase penutupan luka. Setelah sembuh (penutupan luka 100%), tikus dieutanasia dengan injeksi ketamin dosis 100 mg/kgBB. Kulit punggung tikus kemudian diambil sebesar luka dan disimpan dalam pot berisi larutan pengawet (Tunggal, 2016). Persentase penutupan luka (wound closure) dihitung dengan rumus: ( )
(Thu et al., 2012) Uji histopatologi – pengecatan Hematoxylin-Eosin (HE) Uji histopatologi dilakukan dengan pengecatan menggunakan Hematoxylin Eosin. Preparat diamati histopatologinya 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
secara mikroskopis dengan mikroskop cahaya Olympus tipe BH-2 yang terhubung dengan kamera Optilab v.2.1 (Micronos, Indonesia). Pembuatan preparat sampel jaringan kulit dilakukan oleh bagian Patologi Anatomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tata cara analisis hasil Analisis kuantitatif Data keseragaman bobot, moisture content, moisture absorption, keseragaman kandungan obat, pelepasan obat, persen penyembuhan luka, dan stabilitas diuji statistik menggunakan software R i.386 3.2.5 dengan uji ANAVA dan Post Hoc test (untuk data evaluasi sifat fisika dan kimia) serta uji T dua sampel berpasangan (untuk data stabilitas). Uji statistika dilakukan dalam taraf kepercayaan 95%. Analisis kualitatif Dilakukan pengamatan pada uji histopatologi untuk mendapatkan perbandingan mikroskopis struktur kulit. HASIL DAN PEMBAHASAN Formulasi sediaan hydrocolloid matrix diabetic wound healing ibuprofen Formula hydrocolloid matrix diabetic wound healing ibuprofen dalam penelitian ini diperoleh dari penelitian Thu et al. (2012) yang kemudian dimodifikasi. Konsentrasi HPMC yang digunakan adalah 8,75%, 11%, dan 13,25%, yang didapatkan dari hasil orientasi. Hasil orientasi menunjukkan semakin rendah konsentrasi HPMC maka ibuprofen menjadi semakin sukar larut sehingga terdispersi. Semakin tinggi HPMC, viskositas larutan yang dibentuk juga semakin tinggi sehingga larutan semakin susah untuk dituang. Konsentrasi HPMC 8,75% dipilih menjadi konsentrasi terendah karena telah dapat melarutkan ibuprofen, sementara konsentrasi HPMC 13,25% dipilih menjadi konsentrasi tertinggi di mana larutan masih mudah untuk dituangkan. Sebelum dilakukan pengeringan, sediaan hydrocolloid matrix yang masih berbentuk gel disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 115°C dengan tekanan 1kgf/cm 2, selama 15 menit. Penuangan sediaan ke cawan petri dilakukan dengan teknik aseptis di dalam kabinet LAF dengan nyala api bunsen. Pengeringan sediaan dilakukan dalam oven yang telah disterilkan dengan etanol 70%. Pengeringan dilakukan pada suhu 45°C selama 2 hari. Uji sterilitas Uji sterilitas dilakukan bertujuan untuk mengetahui keberhasilan teknik sterilisasi akhir yang dilakukan menghasilkan sediaan yang steril. Hasil uji sterilitas basis (BF1, BF2, dan BF3), F1, F2 dan F3 adalah steril, yang ditunjukkan dengan tidak adanya pertumbuhan mikroba pada media. Hasil uji sterilitas terdapat pada Gambar 1. 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b
a
c d Gambar 1. Hasil uji sterilitas hydrocolloid matrix Keterangan: (a) F1; (b) F2; (c) F3; dan (d) BF1, BF2, BF; lingkaran putih: lokasi letak sediaan
Evaluasi Sifat Fisik Evaluasi sifat fisik yang dilakukan meliputi uji organoleptis, keseragaman bobot, ketebalan, pH larutan sediaan, persentase moisture content dan moisture absorption, dan ketahanan pelipatan. Uji organoleptis Pengamatan visual sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen yang dihasilkan secara keseluruhan berwarna bening tidak berwarna, jernih, dan halus. Namun pada BF3, formula F2, dan formula F3 terdapat gelembung. Gelembung tersebut muncul akibat pengadukan menggunakan stirrer yang menyebabkan adanya udara yang masuk. Uji keseragaman bobot Sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen yang dihasilkan memenuhi kriteria (coefficient of variation) CV yang ditentukan oleh British Pharmacopoeia, (1993) yaitu kurang dari 10% (Tabel II). Hal tersebut artinya pengeringan sediaan sudah optimal sehingga sediaan yang dihasilkan memiliki bobot yang seragam. Uji statistik yang dilakukan menyatakan bahwa bobot antar formula sediaan tidak berbeda. Pada basis, bobot BF1 berbeda dibandingkan kedua basis lainnya. Uji ketebalan Ketebalan yang diharapkan pada sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen adalah 0,5 mm. Semua formula sediaan telah memenuhi kriteria, sedangkan basis sediaan memiliki 7
Sediaan
8
F3
F2
F1
BF3
BF2
BF1
Warna
Kejernihan
Kehalusan
Organoleptis Keseragaman bobot (% CV)
Ketebalan (mm)
pH larutan sediaan
% Moisture content (̅ ± SD)
% Moisture absorption (̅ ± SD)
Kecepatan penyerapan lembab (g/jam)
0
63,92 ± 9,54
66,19 ± 7,52
88,86 ± 2,00
-
-
-
Keseragaman Pelepasan kandungan Ketaobat hanan % (DE360 ± pelipatan CV (%) kandunga SD) n obat
Tidak 10,19 ± 19,25 ± 0,00043 ± Jernih Halus 6,10 0,60 6,87 67 berwarna 0,007 0,019 0,00003 Tidak 10,02 ± 17,44 ± 0,00040 ± 0 Jerih Halus 7,21 0,65 6,82 68 berwarna 0,005 0,019 0,00005 Tidak Ada 10,16 ± 9,84 ± 0,00014 ± 0 Halus 7,36 0,63 6,83 110 berwarna gelembung 0,015 0,016 0,00005 Tidak 12,36 ± 14,88 ± 0,00021 ± 77,30 ± 0 Jernih Halus 9,84 0,50 6,70 25 15,78 berwarna 0,015 0,025 0,00005 8,73 Tidak 13,46 ± 11,86 ± 0,00016 ± 56,21 ± a 4 Jernih Halus 25,60* 0,38 7,10 23 14,06 berwarna 0,051** 0,023* 0,00007 7,90** Tidak 11,98 ± 5,48 ± 0,00127 ± 102,24 ± b 4 Jernih Halus 16,92* 0,49 6,70 70 7,88 berwarna 0,009** 0,010* 0,00018 8,06* Tidak Ada 9,18 ± 15,48 ± 0,00031 ± 85,24 ± 0 Halus 9,04 0,50 6,71 44 15,03 berwarna gelembung 0,023 0,013 0,00002 13,71 Tidak Ada 10,77 ± 11,59 ± 0,00021 ± 89,31 ± a 4 Halus 11,40* 0,49 7,10 30 2,78 berwarna gelembung 0,006** 0,010* 0,00003 2,49** Tidak Ada 11,44 ± 4,54 ± 0,00154 ± 88,23 ± b 4 Halus 9,22* 0,50 6,80 189 11,69 berwarna gelembung 0,007* 0,007* 0,00020 10,31** Tidak Ada 8,24 ± 14,58 ± 0,00033 ± 87,34 ± 0 Halus 8,42 0,50 6,74 49 5,18 berwarna gelembung 0,009 0,011 0,00003 4,52 Tidak Ada 10,55 ± 10,76 ± 0,00020 ± 67,65 ± 4a Halus 9,29* 0,50 7,00 36 38,41 berwarna gelembung 0,004** 0,009* 0,00003 25,99** Tidak Ada 11,34 ± 6,64 ± 0,00165 ± 75,23 ± 4b Halus 13,84* 0,52 6,80 125 20,68 berwarna gelembung 0,013** 0,012* 0,00027 15,56** Keterangan: a=dalam suhu 37°C; b=dalam suhu 45°C; *=hasil uji statistik stabilitas berbeda (p-value<0,05); **=hasil uji statistik stabilitas tidak berbeda (p-value≥0,05)
Minggu ke-
Tabel II. Hasil evaluasi sifat fisika kimia hydrocolloid matrix ibuprofen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ketebalan yang lebih dari yang diharapkan (Tabel II). Dari hasill uji yang didapat, ditemukan hubungan antara ketebalan dengan nilai persentase moisture content. Nilai persentase moisture content basis relatif lebih tinggi dibandingkan dengan formula. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar nilai persentase moisture content maka sediaan semakin tebal. Uji pH larutan sediaan Nilai pH larutan sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen yang dihasilkan dapat diterima pada rentang yaitu 4-7,4 (Tabel II). Nilai tersebut merupakan pH yang dapat diterima oleh kulit normal manusia. Uji persentase moisture content Peningkatan persen moisture content berhubungan dengan peningkatan viskositas matriks, semakin besar HPMC maka rantai polimer yang terbentuk semakin banyak dan rapat, yang memperlambat penguapan air Pudyastuti et al., (2014). Nilai persen yang didapat menunjukkan berapa banyak lembab yang dimiliki sediaan. Urutan persen moisture content dari yang tertinggi pada basis adalah B1>B3>B2, sedangkan pada formula F1>F2>F3 (Tabel II). Hasil tersebut tidak sesuai dengan teori. Hal tersebut diduga disebabkan karena kondisi lingkungan penyimpanan dan kemampuan penyerapan air oleh silika dalam desikator yang kurang dapat dikendalikan. Uji persentase moisture absorption Nilai persen moisture absorption menunjukkan banyaknya lembab yang dapat diserap oleh hydrocolloid matrix ibuprofen. Apabila semakin tinggi konsentrasi polimer maka sediaan semakin lembab, sehingga semakin sedikit lembab yang dapat diserap oleh sediaan tersebut. Urutan persen moisture absorption dari yang tertinggi pada basis adalah BF1>BF2>BF3, sedangkan pada formula F2>F1>F3, dengan kecepatan penyerapan lembab pada basis BF1>BF2>BF3 dan pada formula F3>F2>F1 (Tabel II). Semakin besar nilai kecepatan penyerapan lembab artinya semakin cepat sediaan menyerap lembab. Hasil pada basis telah sesuai dengan teori, sementara pada formula tidak. Hal tersebut diduga disebabkan starting point sediaan yang berbeda saat uji, dikarenakan sediaan yang digunakan adalah sediaan yang telah melalui uji persentase moisture content, di mana uji ini dilakukan berturutan. Uji ketahanan pelipatan Uji ini dilakukan untuk melihat efisiensi dari plasticizer dan juga efek perbedaan konsentrasi polimer pada sediaan Shirsand et al., (2012). Hasil (Tabel II) menunjukkan 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ketahanan pelipatan sediaan kurang akibat kurangnya penambahan plasticizer sehingga nilai ketahanan pelipatan yang didapatkan kecil. Dari hasil yang didapat, ditemukan hubungan yang linear antara ketahanan pelipatan dengan ketebalan dan nilai persentase moisture content. Ketebalan basis lebih tebal dan nilai persentase moisture content basis relatif lebih besar jika dibandingkan dengan formula. Hal tersebut menunjukkan semakin tebal dan tinggi nilai persentase moisture content maka nilai ketahanan pelipatan akan semakin besar. Hal tersebut ditunjukkan pula pada data uji stabilitas minggu ke-empat pada suhu 45ºC, dimana formula menunjukkan peningkatan nilai ketahanan pelipatan dengan nilai persentase moisture content yang semakin besar pula. Evaluasi sifat kimia Evaluasi sifat kimia yang dilakukan meliputi uji keseragaman kandungan obat dan uji pelepasan obat secara in vitro. Pembuatan kurva baku ibuprofen Dari pengukuran larutan seri baku ibuprofen, didapatkan panjang gelombang maksimum ada pada 224 nm. Persamaan linear yang dihasilkan adalah y=0,0404x–0,0053 dengan nilai linearitas r=0,9996. Linearitas dari kurva baku yang dihasilkan mendekati 1, maka hubungan kenaikan kadar dengan absorbansi sudah proporsional. Dari kurva baku didapat pula nilai LOD sebesar 0,1875 µg/mL dan nilai LOQ sebesar 0,5683 µg/mL. Uji keseragaman kandungan obat Hasil uji keseragaman kandungan obat ditunjukkan dengan kandungan obat yang terukur kembali dari sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen. Secara perhitungan dari ibuprofen yang ditambahkan saat pembuatan, kandungan obat pada sediaan berurutan dari F1, F2 dan F3 adalah 693,761 µg; 669,217 µg; dan 695,347 µg. Hasil uji keseragaman kandungan ditunjukkan dari nilai persen perolehan kembali kandungan obat dari F1, F2 dan F3 dan juga ditunjukkan dengan nilai CV (Tabel II). Menurut British Pharmacopoeia, (2009), sediaan ibuprofen yang memenuhi kriteria memiliki nilai persen perolehan kembali kandungan obat 95-105%. Hasil persen perolehan kembali kandungan obat yang didapat tidak sesuai dengan kriteria tersebut, artinya ibuprofen dalam sediaan tidak terdistribusi merata. Selain itu, hasil nilai CV yang didapatkan menunjukan seluruh formula masih memiliki nilai CV yang besar, artinya sediaan tidak homogen. Hal tersebut dapat dikarenakan pencampuran yang kurang homogen dalam pembuatan sediaan sehingga menyebabkan senyawa aktif obat tidak merata diseluruh permukaan sediaan. Pembuatan sediaan yang tidak utuh, dimana sediaan 10
% Pelepasan Obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00
F1 F2 F3 0
100
200 Waktu (menit)
300
400
Gambar 2. Kurva persen pelepasan obat vs waktu
jadi masih harus dicetak kembali dalam ukuran yang kecil, juga meningkatkan resiko ketidakseragaman kandungan obat. Hal tersebut dikarenakan terdapat migrasi dari bahan aktif saat pengeringan serta laju pengeringan yang tidak sama pada setiap titiknya, sehingga ketika dicetak menjadi ukuran kecil kandungan obat dalam tiap sediaanya dapat berbeda. Uji pelepasan obat secara in vitro Uji ini dilakukan untuk melihat kecepatan disolusi obat dalam suatu medium. Digunakan membran Milipore untuk menggambarkan kulit dan digunakan larutan aseptor berupa PBS pH 6,4 yang menggambarkan kondisi kulit luka. Dari uji ini didapatkan nilai dissolution efficiency (DE) pada waktu 360 menit. Semakin besar nilai DE maka pelepasan obat semakin baik. Formula F1 memiliki pelepasan obat yang paling baik, diikuti formula F2 dan F3 (Tabel II). Hal ini menunjukkan, semakin tinggi konsentrasi polimer, semakin lambat pelepasan obat karena matriks dalam sediaan semakin rapat (Pudyastuti et al., 2014). Selain itu, semakin tinggi konsentrasi polimer maka waktu yang dibutuhkan untuk mengembang semakin lama dan viskositasnya setelah larut oleh air juga semakin tinggi, hal tersebut menyebabkan difusi obat semakin lama. DE yang didapatkan dalam waktu 6 jam belum mencapai 100%. Hal tersebut dapat dikarenakan sediaan memiliki ketebalan yang cukup besar serta dikarenakan dosis yang tidak mencapai 100% karena sediaan kurang homogen. Persentase pelepasan obat tiap formula dibanding waktu ditunjukkan pada Gambar 2. Uji iritasi akut dermal Uji iritasi akut dermal dilakukan dengan subjek uji berupa kelinci albino jantan. Uji iritasi ini hanya menggunakan basis sediaan Shirsand et al., (2012). Hasil uji 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel III. Hasil uji iritasi basis hydrocolloid matrix Jam ke-
24
48
72 Indeks Iritasi Primer Kesimpulan
Eritema
Udema
Kelinci ke-
BF1
BF2
BF1
BF2
BF3
BF3
1
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0 Semua basis tidak mengiritasi
menunjukkan bahwa basis sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen memberikan hasil negatif dengan indeks iritasi primer bernilai 0 (Tabel III). Menurut International Standar ISO 10993-10, (2002), indeks iritasi primer bernilai 0 menunjukkan bahwa iritasi sangat ringan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa basis sediaan ini tidak menimbulkan iritasi apabila diaplikasikan pada kulit. Tidak dilakukan uji iritasi akut dermal, pada sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen. Hal tersebut dikarenakan sediaan telah mengandung bahan aktif yang memiliki mekanisme anti-inflamasi dengan penghambatan enzim COX-2 (Rainsford, 2009), sehingga penambahannya pada basis tidak menimbulkan iritasi apabila diaplikasikan pada kulit. Uji stabilitas Uji stabilitas dilakukan selama 1 bulan dalam kondisi suhu 37°C dan 45°C. Penentuan stabilitas sediaan dilakukan dengan uji statistik. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa terdapat beberapa perbedaan sifat fisika dan kandungan obat pada masa penyimpanan. Kondisi tersebut tidak mempengaruhi ketebalan sediaan, namun mempengaruhi organoleptis yaitu menjadi lebih kering, pH yang menjadi semakin basa dan ketahanan pelipatan yang semakin elastis karena sediaan semakin kering. Uji statistik (Tabel II) menunjukkan kondisi tersebut mempengaruhi keseragaman bobot, moisture content, dan moisture absorption. Sementara pada kandungan obat, uji statistik hanya menunjukkan perbedaan pada formula F1 dalam kondisi suhu 45°C. Namun, hal tersebut diduga bukan merupakan akibat dari kondisi penyimpanan namun dikarenakan kandungan
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
obat yang tidak homogen. Hasil uji stabilitas menunjukkan bahwa dalam kondisi suhu tersebut, sediaan stabil secara kimia namun tidak stabil secara fisika. Penentuan formula optimal Hasil uji formula yang didapatkan dalam penelitian ini diuji secara statistik untuk menunjukkan ada tidaknya perbedaan. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan pada nilai persentase moisture content dan tidak terdapat perbedaan pada keseragaman kandungan obat dan keseragaman bobot, persentase moisture absorption, dan pelepasan obat (nilai DE). Hasil tersebut menunjukkan bahwa semua formula dapat dipilih menjadi formula yang optimal. Sesuai dengan prioritas hasil uji yang telah ditentukan untuk memilih formula optimal, formula yang dipilih adalah F1 dengan hasil uji: DE 88,86%; CV keseragaman kandungan obat 15,78% dan keseragaman bobot 9,84%; memiliki nilai persentase moisture content 12,36% dan moisture absorption 14,88%; ketebalan 0,5 mm; pH larutan sediaan 6,70; nilai ketahanan pelipatan 25; steril; tidak berwarna, jernih, dan halus; dan stabil secara kimia. Kelebihan F1 adalah memiliki nilai DE yang paling tinggi artinya pelepasan obatnya paling baik; memiliki nilai persentase moisture content dan moisture absorption yang baik sehingga dapat menyerap eksudat dengan maksimal; merupakan sediaan yang steril, sesuai dengan kriteria sediaan penyembuh luka; dan memiliki penampakan fisik yang baik. Uji aktivitas sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen F1 yang dipilih menjadi formula optimal kemudian diujikan pada subjek uji tikus. Dosis obat yang terkandung dalam sediaan telah terbukti dapat menyembuhkan luka diabetes dalam penelitian (Tunggal, 2016). Subjek uji tikus diamati setiap hari untuk memantau penutupan luka dan dihitung persen penutupan luka menggunakan software Image J. Setelah sembuh (penutupan luka 100%), dihitung lama waktu penyembuhan luka dalam hari (Tabel IV), kemudian kulit tikus diambil untuk diuji histopatologi. Hasil uji statistik antara kecepatan penyembuhan luka pada tikus normal dan diabetes menunjukkan tidak adanya perbedaan. Dapat disimpulkan bahwa hydrocolloid matrix ibuprofen dapat mempercepat penyembuhan luka diabetes menjadi sama dengan luka normal. Uji statistik menunjukkan pula, bahwa rata-rata kecepatan penyembuhan luka dengan hydrocolloid matrix ibuprofen sama dengan atau lebih cepat namun tidak signifikan dibandingkan dengan kontrol luka. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor yang tidak terkendali yaitu perilaku subjek uji tikus yang dapat melepas sediaan yang diaplikasikan, sehingga luka tidak terobati maksimal, selain itu terdapat pula kadar gula 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel IV. Interpretasi Hasil Uji Histopatologi Tikus normal
Tikus diabetes
2 1
1
2
5
6
5 3
3
6 4
4 Kontrol Lapisan epidermis tipis, jaringan granulasi masih luas, serat kolagen mulai terbentuk, jaringan ikat belum terbentuk, terdapat pembuluh darah, menunjukkan penyembuhan luka mencapai fase proliferasi. Lama waktu penyembuhan: 15 ± 1,00 hari
Kontrol Lapisan epidermis tipis, jaringan granulasi masih luas, serat kolagen mulai terbentuk, jaringan ikat belum terbentuk, terdapat pembuluh darah menunjukkan penyembuhan luka mencapai fase proliferasi. Lama waktu penyembuhan: 16 ± 0,58 hari
2 1
1
5
4
6 3
2
4
BF1 Lapisan epidermis tebal, jaringan granulasi masih luas, serat kolagen mulai terbentuk, jaringan ikat telah terbentuk dan rapat, terdapat pembuluh darah, menunjukkan penyembuhan luka mencapai fase remodeling. Lama waktu penyembuhan: 15 ± 2,08 hari 5
2 4
3
5
6
BF1 Lapisan epidermmis tebal, jaringan granulasi masih luas, serat kolagen mulai terbentuk, jaringan ikat mulai terbentuk, terdapat pembuluh darah, menunjukkan penyembuhan luka mencapai fase remodeling. Lama waktu penyembuhan: 15 ± 1,00 hari 1
1
2
3 5
6
F1 Lapisan epidermis cukup tebal, jaringan granulasi sangat sedikit, serat kolagen telah terbentuk teratur, jaringan ikat telah terbentuk dan rapat, terdapat pembuluh darah, menunjukkan penyembuhan luka mencapai fase remodeling. Lama waktu penyembuhan: 15 ± 1,53 hari
3 6
4
F1 Lapisan epidernis tebal, jaringan granulasi masih luas, serat kolagen mulai terbentuk, jaringan ikat mulai terbentuk, terdapat pembuluh darah, menunjukkan proses penyembuhan luka mencapai tahap remodeling. Lama waktu penyembuhan: 14 ± 1,00 hari 1
3
5 6
4
Bagian-bagian struktur kulit sehat tikus (tanpa jaringan granulasi karena tidak mengalami proses luka) Keterangan: 1 = lapisan epidermis; 2 = jaringan granulasi; 3 = serat kolagen; 4 = pembuluh darah; 5 = inti sel; 6 = jaringan ikat; Kontrol: kulit tikus luka tanpa perlakuan; BF1: kulit tikus luka dengan perlakuan pemberian BF1; F1: kulit tikus luka dengan perlakuan pemberian F1
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
darah tikus diabetes yang telah turun sebelum tikus dieutanasia. Kandungan obat yang tidak homogen dengan nilai kurang dari 100% dosis sebenarnya yang menyebabkan nilai DE belum maksimal, dapat juga menjadi faktor pengaruh penyembuhan luka tikus. Faktor lain adalah besar luka eksisi yang dibuat masih relatif kecil sehingga perbedaan penyembuhan lukanya belum cukup terlihat. Uji histopatologi Induksi berlebih dari enzim MMP-9 oleh PGE2 menyebabkan penyembuhan luka terhambat. Hal tersebut terjadi akibat adanya kerusakan seluler yang mencegah terbentuknya fibroblas untuk membuat matriks ekstraseluler dan keratinosit dalam jumlah yang cukup untuk mengepitalisasi luka, yang menyebabkan adanya penurunan pembentukan dan pengaturan dari jaringan kolagen. Meskipun begitu, keberadaan MMP-9 tetap dibutuhkan dalam jumlah yang cukup untuk mengontrol angiogenesis, proliferasi jaringan, dan keteraturan matriks ekstraseluler di fase remodelling. Hasil pengamatan mikroskopis menunjukkan bahwa formula F1 dapat mengobati luka pada tikus normal dan diabetes lebih baik dibandingkan BF1 dan kontrol, ditunjukkan dengan struktur kulit yang lebih menyerupai struktur kulit normal tanpa luka (Tabel IV.). Terdapat perbedaan yang jelas dimana pada luka tikus normal serat kolagen yang terbentuk lebih banyak daripada pada luka tikus diabetes. Hal tersebut adalah akibat dari adanya ekspresi MMP-9 yang memperlambat proses penyembuhan pada luka tikus diabetes. Hasil uji histopatologi menunjukkan bahwa hydrocolloid matrix ibuprofen telah dapat mengobati luka tikus hingga mencapai fase remodelling, baik pada tikus normal maupun tikus diabetes. Hal tersebut menunjukkan bahwa hydrocolloid matrix ibuprofen telah mampu mempercepat penyembuhan luka pada tikus diabetes menjadi sama dengan tikus normal, serta memberikan hasil penyembuhan luka yang lebih baik. KESIMPULAN Peningkatan konsentrasi HPMC terbukti berpengaruh terhadap sifat fisika kimia dan stabilitas hydrocolloid matrix diabetic wound healing ibuprofen. Seluruh sediaan memenuhi kriteria baik secara fisika maupun kimia. Konsentrasi HPMC sebesar 8,75% pada F1 dipilih sebagai formula optimal karena merupakan sediaan yang memiliki nilai DE 88,86%; CV keseragaman kandungan obat 15,78% dan keseragaman bobot 9,84%; persentase kandungan obat 77,2978%; memiliki nilai persentase moisture content 12,36% dan moisture absorption 14,88%; ketebalan 0,5 mm; pH larutan sediaan 6,70; nilai ketahanan pelipatan 25; steril; tidak berwarna, jernih, dan halus; dan stabil secara kimia. 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji aktivitas dan histopatologi menunjukkan bahwa sediaan dapat mempercepat penyembuhan luka diabetes. Saran bagi penelitian selanjutnya, dapat dilakukan optimasi pembuatan, pencampuran dan pengeringan sediaan sehingga lebih homogen, uji persentase moisture content dapat menggunakan climatic chamber supaya lingkungan (suhu dan kelembaban) pada saat penyimpanan dapat lebih dikendalikan, dilakukan uji sterilitas pada formula sediaan, dan biopsy punch yang digunakan dapat dipilih dengan diameter yang lebih besar (7 mm) agar perbedaan lama penyembuhan luka dapat lebih terlihat. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih ditujukan kepada PT. Erela dan PT. Sanbe Farma yang telah membantu dalam penelitian ini, serta DP2M Dikti yang telah mendanai sebagian penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA 10993-10; International Standar ISO, 2002. International Standar ISO 10993-10 Biological Evaluation of Medical Devices, Part 10 – Tests for Irritation and delayed-type hypersensitivity. 7; Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014. PerKBPOM No. 7 - Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik secara In Vivo. 25 (Juni). Amjad, M., Ehtheshamuddin, M. & Chand, S., 2011. Formulation and evaluation of transdermal patches of atenolol. Advance Research in Pharmaceuticals and Biologicals, 1. Boateng, J.S., Matthews, K.H., Stevens, H.N. & Eccleston, G.M., 2008. Wound healing dressings and drug delivery systems: a review. Journal of pharmaceutical sciences, 97, 2892-2923. Brem, H. & Tomic-Canic, M., 2007. Cellular and molecular basis of wound healing in diabetes. The Journal of clinical investigation, 117, 1219-1222. British Pharmacopoeia, 1993. British Pharmacopoeia Addendum. London: Her Majesty’s Stationery Office. British Pharmacopoeia, 2009. British Pharmacopoeia. London: The Stationary Office. El-Gendy, N., Abdelbary, G., El-Komy, M. & Saafan, A., 2009. Design and evaluation of a bioadhesive patch for topical delivery of gentamicin sulphate. Current drug delivery, 6, 50-57. Fudholi, A., 2013. Disolusi & Pelepasan Obat In Vitro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Garg, V., Singh, H. & Singh, S.K., 2014. Development and Validation of a Sensitive U.V. Method for Piroxicam: Application for Skin Permeation Studies. International Journal of Recent Scientific Research, 5, 980-983. International Diabetes Federation, 2015. IDF Diabetes Atlas, 7 ed. Belgium: International Diabetes Federation. Iervolino, M., Cappello, B., Raghavan, S. & Hadgraft, J., 2001. Penetration enhancement of ibuprofen from supersaturated solutions through human skin. International journal of pharmaceutics, 212, 131-141.
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lopes, C.M., Sousa Lobo, J.M., Pinto, J.F. & Costa, P.C., 2007. Compressed matrix core tablet as a quick/slow dual-component delivery system containing ibuprofen. AAPS PharmSciTech, 8, E195-E202. Madhulata, A. & Ravikiran, N., 2013. Formulation and Evaluation of Ibuporfen Transdermal Patches. International Journal of Research in Pharmaceutical and Biomedical Sciences, 4, 351-362. Pubchem, 2016. Ibuprofen (Online), https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/ibuprofen#section=Top/ accessed 05 Juni 2016. Pudyastuti, B., Nugroho, A.K. & Martono, S., 2014. Formulasi Matriks Transdermal Pentagamavunon-0 dengan Kombinasi Polimer PVP K30 dan Hidroksipropil Metilselulosa. Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas, 11, 44-49. Rainsford, K., 2009. Ibuprofen: pharmacology, efficacy and safety. Inflammopharmacology, 17, 275-342. Rowe, R.C., Sheskey, P.J. & Quinn, M., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6 ed. London: Pharmacutical Press. Shirsand, S., Ladhane, G., Prathap, S. & Prakash, P., 2012. Design and evaluation of matrix transdermal patches of meloxicam. RGUHS J Pharm Sci, 2, 58-65. Shoaib, M.H., Tazeen, J., Merchant, H.A. & Yousuf, R.I., 2006. Evaluation of drug release kinetics from ibuprofen matrix tablets using HPMC. Pakistan journal of pharmaceutical sciences, 19, 119-124. Singh, N., Armstrong, D.G. & Lipsky, B.A., 2005. Preventing foot ulcers in patients with diabetes. Jama, 293, 217-228. Thu, H.-E., Zulfakar, M.H. & Ng, S.-F., 2012. Alginate based bilayer hydrocolloid films as potential slow-release modern wound dressing. International journal of pharmaceutics, 434, 375-383. Tiwari, S.B. & Rajabi-Siahboomi, A.R., 2008. Modulation of Drug Release from Hydrophilic Martrices. Advancing Process Solutions: Pharmaceutical Technology, 1-8. Toshkhani, S., Shilakari, G. & Asthana, A., 2013. Advancements in Wound Healing Biodegradable Dermal Patch Formulation Designing. Inventi Rapid: Pharm Tech. Tunggal, I., 2016. Optimasi Kadar Ibuprofen Dalam Sediaan Hidrogel Diabetic Wound Healing pada Luka Tikus Diabetes. Universitas Sanata Dharma. Uslu, İ. & Aytimur, A., 2012. Production and characterization of poly (vinyl alcohol)/poly (vinylpyrrolidone) iodine/poly (ethylene glycol) electrospun fibers with (hydroxypropyl) methyl cellulose and aloe vera as promising material for wound dressing. Journal of Applied Polymer Science, 124, 3520-3524. Yen, J.-H., Khayrullina, T. & Ganea, D., 2008. PGE2-induced metalloproteinase-9 is essential for dendritic cell migration. Blood, 111, 260-270.
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN Lampiran 1. Proposal Penelitian BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu keadaan darurat kesehatan global terbesar pada abad ke 21 ini. International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2015 menyatakan, jumLah total penderita DM di dunia mencapai 415 juta penderita. Indonesia memiliki prevalensi penyakit diabetes sebesar 6,2% pada tahun 2015 (IDF, 2015). Peningkatan populasi penderita DM akan berdampak pada peningkatan kejadian ulkus kaki diabetik sebagai komplikasi kronis DM, dimana sebanyak 15-25% penderita DM akan mengalami ulkus kaki diabetik dalam hidup mereka (Singh, Armstrong, & Lipsky, 2005), dan diantaranya 84% penderita mengalami amputasi kaki (Brem & Tomic-Canic, 2007). DM berhubungan dengan kerusakan seluler yang mencegah terbentuknya fibroblas untuk membuat matriks ekstraseluler dan keratinosit dalam jumLah yang cukup untuk mengepitalisasi luka (Hamed et al., 2014), yang menyebabkan adanya penurunan pembentukan dan pengaturan dari jaringan kolagen (Asai et al., 2012). Kandungan kolagen pada kulit akan menurun sebagai hasil dari menurunnya biosintesis dan atau degradasi yang dipercepat pada kolagen yang baru disintesis (Gutierrez, 2006). Kolagen dapat didegradasi oleh matrix metalloproteinases (MMPs). Kadar gula yang tinggi dapat meningkatkan ekspresi dari MMP-9 (McLennan, Min, & Yue, 2008). Penghambatan induksi MMP-9 diharapkan mampu mempercepat proses penyembuhan luka bagi penderita diabetes (Asai et al., 2012; Gutierrez, 2006; Hamed et al., 2014; McLennan et al., 2008). Ibuprofen merupakan nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) derivat asam propionat (Bushra & Aslam, 2010). Prinsip farmakodinamik dari ibuprofen yang terlibat dalam mengatur reaksi nyeri akut, demam, dan inflamasi akut, adalah penghambatan dari siklooksigenase (COX) 1 dan COX-2 yang
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memproduksi prostaglandin (PGE2) pada inflamasi dan nyeri (Rainsford, 2009). Adanya PGE2 dapat secara signifikan meningkatkan regulasi ekspresi MMP-9 (Yen, Khayrullina, & Ganea, 2008). Ibuprofen berpotensi mempercepat penyembuhan luka kronis pada penderita DM dengan mekanisme penghambatan COX-2 yang menyebabkan turunnya produksi PGE2 sehingga ekspresi MMP-9 juga menurun (Asai et al., 2012; Rainsford, 2009; Yen et al., 2008). Pada penelitian Patricia (2015), ibuprofen dengan konsentrasi 5% dalam sediaan sudah memiliki aktivitas penghambatan enzim siklooksigenase. Wound dressing atau pembalut luka menjadi hal yang penting dalam perawatan luka. Fungsi dari pembalut luka adalah untuk membuat luka tetap kering dengan mengeluarkan eksudat dari luka dan mencegah masuknya bakteri yang berbahaya ke dalam luka. Lingkungan luka yang lembab juga memungkinkan terjadinya penyembuhan luka yang cepat (Boateng, Matthews, Stevens, & Eccleston, 2008). Dalam memilih pembalut luka bagi ulkus kaki diabetik, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu adanya eksudat yang harus dikontrol sehingga mencegah luka menjadi basah, adanya bau karena infeksi, harus nyaman dan diterima oleh pasien saat digunakan, serta tidak menimbulkan rasa sakit apapun, terutama saat penggantian pembalut luka (Hilton, Williams, Beuker, Miller, & Harding, 2004). Hydrocolloid matrix merupakan sediaan pembalut luka yang diperoleh dari bahan koloidal (agen pembentuk gel) yang dikombinasikan dengan bahan lain seperti elastomer dan adhesif. Hydrocolloid matrix dapat digunakan pada luka eksudat ringan hingga moderat, dan juga pada pengelolaan ulkus kaki (Boateng et al., 2008). Pembuatan hydrocolloid matrix dengan bahan aktif ibuprofen akan memberikan lingkungan yang lembab pada luka sehingga proses penyembuhan luka dapat berjalan dengan baik dan optimal, serta sebagai sarana pengobatan yang cocok untuk penanganan ulkus kaki diabetik (Boateng et al., 2008; Hilton et al., 2004; Seaman, 2002). Pembalut luka modern kebanyakan terbuat dari polimer yang berfungsi sebagai pembawa untuk melepaskan dan menghantarkan obat ke tempat luka (Boateng et al., 2008). Kebanyakan pembalut luka menggunakan polimer sebagai
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
basis dikarenakan polimer dapat membantu dalam melindungi luka dari mikroorganisme, menyerap eksudat, dan meningkatkan penampilan fisik sediaan (Kataria, Gupta, Rath, Mathur, & Dhakate, 2014). Penelitian terkait formulasi ibuprofen dengan polimer sebagai pembawa telah banyak dilakukan. Penelitian (Madhulata & Ravikiran, 2013) menemukan perbandingan optimal polimer Chitosan dan HPMC dalam formulasi sediaan transdermal ibuprofen yaitu 75:25. Sementara dalam penelitian (Thu, Zulfakar, & Ng, 2012) menggunakan polimer Natrium Alginat dan Gelatin dalam formulasi sediaan pembalut luka hydrocolloid dengan perbandingan 3:2. Hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) atau hypromellose merupakan polimer yang biasa digunakan dalam formulasi sediaan oral, optalmik, nasal, dan juga topikal (Rowe, Sheskey, & Quinn, 2009). HPMC sering digunakan sebagai agen pengental, penstabil, pengemulsi, penampung air, film-forming, yang penting pada preparasi bahan pembalut luka (Uslu & Aytimur, 2012). Sebagai agen filmforming, konsentrasi HPMC yang dibutuhkan adalah 2-20% b/b (Rowe et al., 2009). HPMC dapat digunakan sebagai polimer yang mengontrol laju pelepasan obat dan juga sebagai agen penstabil (Amjad, Ehtheshamuddin, & Chand, 2011). Dalam penelitian ini dilakukan optimasi konsentrasi HPMC untuk mengetahui formula yang paling optimal pada sediaan hydrocolloid matrix diabetic wound healing dengan bahan aktif ibuprofen, agar dapat tercapai efek terapetik obat maksimal dalam durasi yang lebih lama dan pelepasan obat yang lebih terkontrol.
1.2. Rumusan Masalah a. Berapa konsentrasi HPMC optimal pada hydrocolloid matrix diabetic wound healing dengan bahan aktif ibuprofen? b. Bagaimana pengaruh peningkatan konsentrasi HPMC terhadap sifat dan stabilitas fisika kimia hydrocolloid matrix diabetic wound healing ibuprofen?
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.3. Tujuan Penelitian a. Mengetahui konsentrasi HPMC optimal pada sediaan hydrocolloid matrix diabetic wound healing dengan bahan aktif ibuprofen. b. Mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi HPMC terhadap sifat dan stabilitas fisika kimia hydrocolloid matrix diabetic wound healing ibuprofen.
1.4. Urgensi Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen sebagai sediaan diabetic wound healing yang dapat mempercepat penyembuhan luka pada penderita diabetes sehingga angka kejadian amputasi akibat ulkus kaki diabetik dapat menurun.
1.5. Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu kefarmasian di Indonesia yang berkaitan dengan diabetes, khususnya bagi penanganan luka diabetes yang berpotensi menjadi ulkus kaki diabetik, dengan sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen untuk mempercepat proses penyembuhan luka.
1.6. Luaran yang Diharapkan Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah didapatkan konsentrasi polimer HPMC optimal dalam hydrocolloid matrix ibuprofen yang mampu mempercepat penyembuhan luka pada penderita diabetes serta pengaruh polimer HPMC terhadap sifat dan stabilitas fisika dan kimia hydrocolloid matrix ibuprofen.
1.7. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoretis Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
kontribusi
pada
perkembangan ilmu kefarmasian, khususnya yang berkaitan dengan aktivitas dan
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
formulasi ibuprofen sebagai diabetic wound healing untuk mempercepat penyembuhan luka diabetes terutama dalam pencegahan terjadinya amputasi akibat ulkus kaki diabetik. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya. b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan secara ilmiah mengenai daya penyembuhan luka oleh sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen dengan formula yang paling optimal sebagai diabetic wound healing.
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB 2. PENELAAHAN PUSTAKA
2.1
Luka Luka didefinisikan sebagai kerusakan atau gangguan pada struktur dan
fungsi normal dari anatomi. Luka dapat digolongkan mulai dari kerusakan sederhana pada integritas epitelial pada kulit, hingga yang lebih dalam, yaitu mencapai jaringan subkutan dengan kerusakan pada struktur lain seperti urat, otot, pembuluh, saraf, organ parenkim, hingga tulang (Velnar, Bailey, & Smrkolj, 2009). Penyembuhan luka adalah proses biologikal normal dalam tubuh manusia, yang tercapai melalui 4 fase yang tepat dan terprogram yaitu: hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Supaya luka dapat sembuh total, keempat fase tersebut harus terjadi pada urutan dan jangka waktu yang tepat (Guo & DiPietro, 2010). Pada fase koagulasi atau hemostasis terjadi agregasi platelet, yang menyebabkan terbentuknya benang-benang fibrin serta dapat mengaktifkan makrofag dan fibroblas menuju tempat cedera. Kemudian, pada fase inflamasi terjadi fagositosis jaringan yang rusak dan mikroorganisme oportunistik. Sel inflamasi kemudian akan mensekresi sitokin yang mengatur pengambilan sel inflamasi menuju tempat cedera dan mendorong migrasi sel yang dibutuhkan untuk fase penyembuhan luka selanjutnya (Hamed et al., 2014). Fase proliferasi melibatkan epitalisasi, fibroplasia, angiogenesis dan kontraksi. Matriks darurat akan ditempati oleh fibroblas yang kemudian akan mensintesis kolagen. Pembentukan jaringan granulasi ini menyebabkan epitalisasi dan penutupan dari luka. Fase terakhir yaitu remodeling, melibatkan penghentian dari proses inflamasi dan pembentukan bekas luka, pemulihan morfologi jaringan normal dan pengaturan kembali matriks kolagen pada garis ketegangan kulit. Sel yang sudah tidak digunakan pada penyembuhan luka juga akan dihilangkan dengan apoptosis (Hamed et al., 2014).
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.2
Penyembuhan Luka Penderita Diabetes Luka yang sulit sembuh adalah permasalahan klinis utama pada pasien
penderita diabetes dan hal tersebut menyebabkan terjadinya amputasi. Rendahnya penyembuhan pada luka diabetes disebabkan oleh adanya gangguan angiogenesis dan vasukulogenesis (Gallagher et al., 2007). Penundaan penyembuhan luka diabetes juga disebabkan oleh meningkatnya apoptosis, inflitrasi selular yang tertunda, penurunan angiogenesis, dan penurunan pembentukan dan pengaturan dari jaringan kolagen (Asai et al., 2012). Kombinasi kerusakan neurovaskular dan selular yang bergabung dengan efek dari tekanan dan gesekan pada kulit, juga merupakan penyebab berkembangnya ulkus diabetik kronis (Hamed et al., 2014). DM adalah kondisi yang berkaitan dengan variasi abnormalitas jaringan. Kandungan kolagen dalam kulit akan menurun sebagai hasil dari menurunnya biosintesis dan atau meningkatnya degradasi dari kolagen yang baru disintesis. (Gutierrez, 2006). DM mengganggu ekspresi dan aktivasi dari enzim matrix metalloproteinases (MMPs), yang merupakan kelompok enzim yang bertanggung jawab dalam degradasi matrik ekstraseluler (McLennan et al., 2008). Kadar gula yang tinggi secara tidak langsung akan mempengaruhi MMPs dengan pembentukan Advanced Gylycation End Products (AGEs) yang akan terakumulasi selama kondisi hiperglikemia yang berkepanjangan. Jalur tersebut dapat mempengaruhi penyembuhan luka dengan meningkatkan inflamasi dan degan demikian mempengaruhi remodelling matriks ekstraseluler. Kadar gula yang tinggi akan meningkatkan MMP-9 yang terlibat dalam beberapa aksi proinflamasi. Aksi MMP-9 akan meningkatkan aktivitas sitokin dan memungkinkan terjadinya respon inflamasi. Oleh sebab itu, waktu dari respon inflamasi akan terpengaruhi yang membawa pada penyembuhan luka yang buruk (McLennan et al., 2008).
2.3
Ibuprofen Ibuprofen merupakan salah satu obat analgesik-anti piretik-anti inflamasi
yang sering digunakan di masa ini. Ibuprofen digunakan untuk meredakan gejala dari nyeri akut, inflamasi dan demam. Ibuprofen merupakan obat yang memiliki
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tingkat toksisitas rendah dan sangat jarang dihubungkan dengan kematian akibat kecelakaan atau kesengajaan pengonsumsian atau adanya reaksi yang merugikan (Rainsford, 2009). Ibuprofen memiliki bobot molekul 206,28082 g/mol (Pubchem, 2015). Titik leleh ibuprofen sebesar 77-78°C (Santa Cruz Biotechnology, 2016) Ibuprofen memiliki nilai pKa sebesar 5,2 (Rainsford, 2015) dan nilai logP sebesar 3,97 (Pubchem, 2016). Ibuprofen sukar larut dalam air yaitu sebesar 21 mg/L, namun dapat larut pada beberapa solven organik (Pubchem, 2016). Ibuprofen larut dalam etanol, dengan kelarutan sebesar 25 mg/mL. Selain itu, ibuprofen juga larut dalam klorofom (1:1), eter (1:2), aseton (1:1,5), larutan alkali hidroksida dan karbonat, diklorometan, metanol (50 mg/mL), dan juga etil asetat (Santa Cruz Biotechnology, 2016). Gambar 1. Struktur Molekul Ibuprofen (Bushra & Aslam, 2010)
Ibuprofen merupakan obat golongan non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) yang bekerja secara tidak selektif pada enzim cyclooxygenase-1 (COX-1) dan COX-2. Meskipun sifat anti inflamasinya lebih rendah dari NSAIDs lainnya, ibuprofen memiliki kemampuan menonjol pada sifat analgesik dan anti piretiknya.
Penghambatan
enzim
COX
oleh
ibuprofen
terhambatnya sistesis prostaglandin (PGE 2). Prostaglandin
mengakibatkan memiliki peran
penting dalam memproduksi rasa nyeri, inflamasi, dan demam (Bushra & Aslam, 2010). Adanya PGE2 juga dapat secara signifikan meningkatkan regulasi ekspresi MMP-9 (Yen et al., 2008).
2.4
Sediaan Penyembuh Luka Penyembuhan luka yang efektif tergantung pada pengertian dari berbagai
faktor seperti tipe luka yang akan diobati, proses penyembuhan luka, kondisi kesehatan pasian (misalnya pasien menderita diabetes), keadaan lingkungan dan
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sosial, serta sifat fisika kimia dari pembalut luka yang tersedia. Secara umum, sifat fisika dari pembalut luka topikal adalah permeabilitas dari kelembaban, afinitas cairan, penyerapan air, sifat reologi (kekuatan peregangan, elastisitas, serta sifat kompresif dan bioadhesif (Boateng et al., 2008). Sediaan penyembuh luka harus memiliki beberapa sifat. Sediaan penyembuh luka harus dapat melindungi luka dari infeksi bakteri, mengontrol kehilangan air dan mencegah dehidrasi, mengontrol permeabilitas oksigen dan karbondioksida, mengabsorbsi eksudat, dan meningkatkan penyembuhan luka. Sebagai tambahan, sediaan penyembuh luka harus mengandung bahan yang nontoksik, non-imunogenik, fleksibel, tahan lama, dan nyaman ketika digunakan (Kirker, Luo, Nielson, Shelby, & Prestwich, 2002). Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat banyak macam pembalut luka yang memiliki target pada penyembuhan luka yang berbeda satu sama lain. Pembalut luka tersebut dapat diklasifikasikan sesuai fungsi, bahan penyusun sediaan, dan bentuk fisik dari sediaan. Kegunaan setiap jenis pembalut luka tergantung pada tipe luka, keadaan kesehatan pasien, dan tahap proses penyembuhan luka yang menjadi target (Kofuji et al., 2010).
2.5
Sediaan Hydrocolloid Hydrocolloid matrix merupakan sediaan pengelola luka yang diperoleh
dari bahan koloidal (agen pembentuk gel) yang dikombinasikan dengan bahan lain seperti elastomer dan adhesif. Sediaan ini sangat berguna secara klinis karena dapat melekat pada sisi yang lembab maupun kering. Hydrocolloid matrix dapat digunakan pada luka eksudat ringan hingga moderat, dan juga pada pengelolaan ulkus kaki. Sediaan ini impermeabel terhadap uap air, namun dalam menyerap eksudat luka terjadi perubahan fisik dengan pembentukan gel yang akan menutupi luka. Sediaan ini akan menjadi lebih permeabel terhadap air dan udara dalam wujud gel. Sediaan hydrocolloid matrix juga tidak menyebabkan rasa sakit saat dilepaskan dari tempat luka (Boateng et al., 2008). Material hydrocolloid pada sediaan didesain bersifat oklusif,
dapat
menjebak eksudat dan juga dapat menghidrasi luka (Hilton et al., 2004). Ketika
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sediaan hydrocolloid diaplikasikan pada luka ulkus, terjadi interaksi antara substanti hidrokoloid dan eksudat luka, yang membentuk massa gel berwarna kuning. Massa tersebut yang akan berkontribusi pada pembentukan lingkungan yang lembab, memfasilitasi debridemen autolitik, pembentukan jaringan granulasi, dan epitelisasi (Shai & Maibach, 2005). Kelebihan dari sediaan hydrocolloid matrix adalah kemampuan pelekatan (adhesivitas) sediaan pada luka. Selain itu, interaksinya dengan cairan eksudat luka dapat membentuk gel protektif. Sediaan ini dapat mengisolasi luka, occlusive, meningkatkan angiogenesis, mendukung debridemen autolitik, melindungi dari infeksi sekunder, dan dapat diganti hingga 7 hari sekali, tegantung dari jumLah eksudat yang sudah diserap. Sediaan hydrocolloid matrix ini dapat digunakan pada luka yang lembab dan dapat digunakan pada ulkus (Campton-Johnston & Wilson, 2001).
2.6
Hydroxypropyl Methylcellulose Dalam preparasi sediaan untuk kulit, pembawa adalah hal yang paling
berpengaruh. Terdapat banyak macam polimer sebagai pembawa pada kulit. Polimer dapat berfungsi sebagai matriks dalam patch dan sediaan pembalut luka, serta dapat berfungsi sebagai bahan perekat pada kulit (Valenta & Auner, 2004). Hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) atau hypromellose merupakan bagian dari O-methylated dan O-(2-hydroxypropylated) selulosa. HPMC tersedia dalam berbagai tingkat variasi kekentalan. HPMC dapat berfungsi sebagai bahan bioadhesif, agen controlled-release, agen film-forming, dan juga agen penstabil. HPMC merupakan polimer yang biasa digunakan dalam formulasi sediaan oral, optalmik, nasal, dan juga topikal. Sebagai agen film-forming, konsentrasi HPMC yang dibutuhkan adalah 2-20% b/b (Rowe et al., 2009).
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 2. Struktur Molekul HPMC (Rowe et al., 2009)
Pemilihan membran polimer sangat penting dalam mendesai variasi dari permeasi membran (Gaikwad, 2013). HPMC teridentifikasi sebagai polimer paling populer sebagai matriks karena memiliki beberapa manfaat. Manfaat dari HPMC adalah dapat diterima secara global, memiliki stabilitas yang baik dan tidak memiliki muatan, mudah diproduksi, cocok digunakan bagi banyak jenis obat dengan profil pelepasan yang berbeda-beda, tidak berbau dan berasa, dan selalu tersedia (Tiwari & Rajabi-Siahboomi, 2008). HPMC dapat digunakan sebagai polimer yang mengontrol laju pelepasan obat dan juga sebagai agen penstabil (Amjad et al., 2011).
2.7
Landasan Teori Luka kronis yang dialami penderita diabetes dapat mengarah kepada
terjadinya ulkus terutama pada bagian kaki yang biasa disebut ulkus kaki diabetik. Kadar gula yang tinggi juga dapat meningkatkan ekspresi enzim MMP-9, di mana enzim tersebut adalah enzim yang dapat mendegradasi kolagen. Hal tersebut menyebabkan penyembuhan luka tidak terjadi karena ketiadaan kolagen yang disintesis. Ibuprofen merupakan obat golongan NSAIDs yang dapat menghambat sintesis prostaglandin. Penghambatan sintesis prostaglandin dapat menekan ekspresi dari MMP-9 yang berefek menurunnya sintesis kolagen sehingga proses penyembuhan luka pada penderita diabetes dapat berjalan lebih cepat. Sediaan penyembuh luka harus dapat menangani luka secara baik dengan menjaga hidrasi dan kelembaban luka, serta mencegah terjadinya infeksi oleh bakteri. Jika terdapat eksudat pada luka, sediaan penyembuh luka juga harus dapat 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengabsorbsi eksudat tersebut. Patch adalah sediaan yang dapat membawa uap air yang lembab pada luka, namun tidak dapat ditembus oleh bakteri ataupun cairan dari luar. Hydrocolloid matrix merupakan sediaan penyembuh luka yang diperoleh dari bahan koloidal (agen pembentuk gel) dan dapat digunakan pada luka eksudat ringan hingga moderat, serta pada ulkus kaki. Sediaan ini dapat menyerap eksudat pada luka dengan membentuk gel protektif. Sediaan ini memiliki kemampuan pelekatan (adhesivitas) pada luka. Selain itu, penggunaan sediaan ini dapat menurunkan frekuensi pemberian hingga mencapai 7 hari. Pembuatan sediaan hydrocolloid matrix membutuhkan polimer sebagai bahan utamanya. Polimer merupakan pembawa yang berfungsi sebagai matriks dan bahan perekat pada kulit. HPMC merupakan polimer yang berfungsi sebagai bahan bioadhesif, agen controlled-release, agen film-forming, dan juga agen penstabil. HPMC . HPMC dapat berfungsi sebagai polimer yang mengontrol laju pelepasan obat dan juga sebagai agen penstabil. Pembuatan hydrocolloid matrix ibuprofen dengan polimer HPMC dapat memberikan pelepasan obat yang lebih terkontrol dengan durasi pemakaian yang lebih lama sebagai diabetic wound healing.
2.8
Hipotesis
a. Konsentrasi polimer HPMC tertentu menghasilkan hydrocolloid matrix diabetic wound healing dengan bahan aktif ibuprofen yang optimal. b. Peningkatan konsentrasi HPMC berpengaruh terhadap sifat dan stabilitas fisika kimia hydrocolloid matrix diabetic wound healing ibuprofen.
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian
yang
berjudul
“Optimasi
Konsentrasi
Hydroxypropyl
Methylcellulose (HPMC) Sebagai Polimer Hydrocolloid Matrix Diabetic Wound Healing Dengan Bahan Aktif Ibuprofen” ini termasuk penelitian eksperimental murni.
3.2
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.2.1
Variabel penelitian a. Variabel
bebas:
konsentrasi
HPMC
sebagai
polimer
hydrocolloid matrix ibuprofen diabetic wound healing. b. Variabel tergantung: sifat fisika dan kimia serta stabilitas sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen diabetic wound healing. c. Variabel pengacau: 1) Variabel pengacau terkendali: produsen obat dan bahan kimia untuk formula hydrocolloid matrix, produsen bahan kimia aloksan dan ketamin, prosedur pembuatan dan pengujiaan sediaan, kondisi penyimpanan sediaan, wadah penyimpanan seduaan 2) Variabel pengacau tak terkendali: kondisi ruangan saat pembuatan. 3.2.2
Definisi Operasional a. Sediaan
hydrocolloid
matrix
ibuprofen:
sediaan
yang
mengandung HPMC, etanol, propilen glikol, gliserol, dan akuades sebagai basis, kemudian ditambahkan zat aktif ibuprofen lalu dibentuk menjadi film hydrocolloid. b. HPMC: merupakan polimer yang ditambahkan ke dalam sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen dalam 3 konsentrasi berbeda yaitu sebanyak 8,75%, 11% dan 13,75%.
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Sifat fisika kimia hydrocolloi matrix: parameter kualitas fisik sediaan yang meliputi organoleptis, keseragaman bobot sediaan, ketebalan matrix, pH, tensile strength, persentase moisture
absorption,
ketahanan
pelipatan,
keseragaman
kandungan obat dalam matrix, pelepasan obat dari matrix, dan iritabilitas matrix. d. Stabilitas
fisika
kimia
hydrocolloid
matrix:
parameter
kestabilan hydrocolloid matrix yang meliputi, perubahan fisik dan kandungan obat setelah diberi perlakuan suhu yang berbeda selama penyimpanan. e. Sterilitas sediaan: uji mikrobiologi yang menunjukkan bahwa sediaan hydrocolloid matrix yang dibuat steril. f. Organoleptis: uji penampakan fisik sediaan hydrocolloid matrix yang meliputi warna, kejernihan dan kehalusan, di mana sediaan memiliki warna seragam, jernih, dan halus. g. Keseragaman bobot sediaan: uji terkait variasi bobot sediaan patch hydrocolloid yang menunjukkan hasil homogen dengan coefficient variation (CV) < 10%. h. Ketebalan sediaan: uji terkait variasi ketebalan sediaan hydrocolloid matrix yang menunjukkan hasil homogen dengan nilai ideal 0,5 mm. i. pH larutan sediaan: uji terkait pH larutan sediaan yang berada pada range 4-7,4. j. Persen moisture content: uji terkait penyerapan kelembaban oleh hydrocolloid matrix piroksikam sampai mencapai titik jenuh. Formula dengan nilai persen moisture content terendah dipertimbangkan sebagai formula optimal. k. Persentase moisture absorption: uji terkait kandungan lembab yang terdapat dalam sediaan hydrocolloid matrix piroksikam. Formula dengan nilai persen moisture absorption tertinggi dipertimbangkan sebagai formula optimal.
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
l. Ketahanan pelipatan sediaan: uji untuk mengetahui fleksibilitas sediaan ditunjukkan oleh formula dengan nilai ketahanan pelipatan sampai 300 kali. m. Keseragaman kandungan obat dalam patch: uji untuk mengetahui keseragaman dan dispersi obat dari suatu formula, ditunjukkan dengan nilai %recovery yang seragam. n. Pelepasan obat dari sediaan: uji untuk mengetahui pelepasan obat dari sediaan, ditunjukkan oleh formula optimal dengan nilai dissolution efficieny tertinggi. o. Iritabilitas sediaan: uji untuk mengetahui bahwa sediaan tidak mengiritasi kulit yang ditunjukkan dengan nilai indeks iritasi primer <0.5. p. Formula hydrocolloid matrix optimum: hydrocolloid matrix ibuprofen yang memiliki hasil uji sifat dan stabilitas sesuai dengan kriteria. q. Tikus putih galur Wistar jantan terinduksi aloksan: merupakan tikus putih galur Wistar jantan yang menderita diabetes dengan kadar glukosa darah >250 mg/dL sebagai hasil dari induksi aloksan sebanyak 150 mg/kgBB. r. Uji aktivitas sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen: uji yang menunjukkan bahwa sediaan memiliki aktivitas diabetic wound healing, dilihat dari kecepatan penyembuhan luka dengan nilai wound closure 100% dan lamanya waktu penyembuhan pada luka eksisi tikus diabetes setelah diaplikasikan
sediaan
hydrocolloid
matrix
ibuprofen
dibandingkan dengan tikus normal. s. Uji histopatologi: pengamatan kondisi kulit tikus hasil perlakuan dan kulit tikus kontrol secara mikroskopik menggunakan mikroskop cahaya dengan bantuan zat pewarna.
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.3
Subjek dan Bahan Penelitian 3.3.1 Subjek Penelitian a.
Populasi: tikus putih galur Wistar jantan yang terinduksi aloksan ,tikus putih galur Wistar jantan normal, serta kelinci albino jantan.
b.
Sampel: 3 ekor tikus putih galur Wistar jantan yang terinduksi aloksan dan 3 ekor tikus putih galur Wistar jantan normal yang memiliki berat badan 150-180 g, serta 3 ekor kelinci albino jantan yang memiliki berat badan 1,8-2,2 kg.
3.3.2 Bahan Penelitian Ibuprofen, etanol 96%, HPMC, propylene glycol, gliserol, akuades, larutan PBS pH 6,4, kalsium klorida anhidrat, larutan jenuh kalium klorida, aloksan monohidrat, WFI, krim Veet®, kapas, etanol 70%, ketamin, hypavis, Nutrient Agar, formalin 0,8% dan 10%, larutan Harris Hematoxylin, larutan acid alkohol, larutan ammonium, larutan stok Eosin alkohol 1%, larutan working Eosin.
3.4
Alat Penelitian Spuit injeksi, jarum suntik, alat-alat gelas, tube effendorf, sentrifugator, MicroLab, mortir, stamper, aluminium foil, batang pengaduk, gelas ukur, autoclave, oven, kabinet LAF, cawan petri, jarum ose, hotplate magnetic stirrer, stirrer, termometer, pinset, gunting, biopsy punch, kaca objek dan kaca penutup, pipet tetes, plastic wrap, kaca bundar, Franz Difussion Cell, spektrofotometri UV/Vis, dan mikroskop cahaya.
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.5
3.6
Skema Kerja Penelitian
Sterilisasi Ruangan, Alat dan Bahan
Pembuatan hydrocolloid matrix ibuprofen
Uji sterilitas hydrocolloid matrix ibuprofen
Uji sifat fisika kimia dan stabilitas hydrocolloid matrix ibuprofen
Uji aktivitas formula optimum hydrocolloid matrix ibuprofen
Analisis hasil dan penulisan laporan akhir
Tata Cara Penelitian 3.6.1 Sterilisasi Ruang, Alat, dan Bahan Kabinet LAF dibersihkan dengan menggunakan etanol 70% kemudian lampu UV dinyalakan selama 24 jam. Proses ini dilakukan
sebelum
proses
pembuatan
hydrocolloid
matrix
piroksikam. Kemudian dilanjutkan proses sterilisasi bahan seperti piroksikam, HPMC, propilen glikol, dan gliserol dengan cara sterilisasi panas kering menggunakan oven pada suhu 180 oC selama 1 jam, sedangkan akuades disterilisasi dengan cara dididihkan hingga suhu 100 oC. Alat-alat gelas disterilisasi dengan panas kering, yaitu menggunakan oven pada suhu 180oC selama 1 jam. 3.6.2 Pembuatan Sediaan Hydrocolloid matrix Ibuprofen Sediaan yang akan dibuat adalah sediaan hydrocolloid matrix
ibuprofen
diabetic
wound
healing
dengan
variasi
konsentrasi HPMC. Pemilihan formula dalam penelitian ini mengacu pada formula hydrocolloid film oleh (Thu et al., 2012). Formula tersebut adalah sebagai berikut:
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 1. Formula hydrocolloid film oleh (Thu et al., 2012) Formula
Hydrocolloid film
Ibuprofen
5g
Sodium alginate
6g
Propylene glycol
15 mL
Etanol
5 mL
Gliserol
6 mL
Akuades
74 mL
Modifikasi formula yang digunakan pada penelitian kali ini adalah sebagai berikut: Tabel 2. Modifikasi formula hydrocolloid matrix Formula
BF1
BF2
BF3
F1
F2
F3
Ibuprofen
-
-
-
0,175 g
0,175 g
0,175 g
HPMC
4,375 g
5,5 g
6,625 g
4,375 g
5,5 g
6,625 g
7,8 g
7,8 g
7,8 g
7,8 g
7,8 g
7,8 g
Etanol
14 mL
14 mL
14 mL
14 mL
14 mL
14 mL
Gliserol
3,78 g
3,78 g
3,78 g
3,78 g
3,78 g
3,78 g
Akuades
ad 50 g
ad 50 g
ad 50 g
ad 50 g
ad 50 g
ad 50 g
Propylene glycol
HPMC ditimbang sesuai dengan formula, kemudian dilarutkan dalam akuades dan diaduk dengan stirrer hingga terbentuk gel dalam suhu 40°C. 0,175 gram ibuprofen yang sudah ditimbang dilarutkan dalam 15 mL propylene glycol dan 14 mL etanol, kemudian ditambahkan ke dalam gel HPMC dan diaduk dengan stirrer hingga homogen. Selanjutnya ditambahkan 3,78 gram gliserol seiring dilakukannya pengadukan dengan stirrer. Campuran gel tersebut kemudian dituang ke dalam tabung reaksi bertutup sebanyak12,5 gram, kemudian disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 115oC selama 15 menit. Setelah itu, gel dituangkan ke cawan petri secara aseptis dalam kabinet LAF, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 45°C dan selama
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
minimal 48 jam hingga mencapai ketebalan 0,5 mm. Sediaan kemudian dicetak dalam bentuk lingkaran dengan diameter 1 cm dan disimpan di suhu ruang (Thu et al., 2012). 3.6.3 Uji Sterilitas Kabinet LAF dibersihkan dengan menggunakan etanol 70% lalu disinari dengan lampu UV selama 24 jam. Proses ini dilakukan selama 24 jam sebelum proses pembuatan patch hydrocolloid ibuprofen.
Peralatan
yang
akan
digunakan
juga
disterilkan
sebelumnya menggunakan autoklaf pada 121oC selama 15 menit. Nutrient Agar (Oxoid) sebanyak 21 gram ditambahkan dengan 750 mL akuades, kemudian diaduk homogen dengan batang pengaduk. Media dipanaskan dengan hotplate magnetic stirrer sampai tercampur homogen. Media kemudian dituangkan ke dalam tabung reaksi masing-masing sebanyak 15 mL, seluruh media dalam tabung reaksi lalu disterilkan dengan autoklaf selama 15 menit dengan tekanan 1 kgf/cm2 dan suhu 121oC. Media yang telah steril kemudian dituang ke cawan petri dan dibiarkan memadat. Hydrocolloid matrix ibuprofen disiapkan, kemasannya dibersihkan dengan menggunakan alkohol 70%.
Hydrocolloid
matrix
piroksikam
diambil
dari
wadah
penyimpanannya secara aseptis dekat nyala bunsen, kemudian ditempelkan pada permukaan media agar. Tiap petri diberi label dan dibungkus plastic wrap, lalu diinkubasi terbalik dalam LAF selama 24 jam. 3.6.3 Uji Organoleptis Dilakukan
dengan
mengamati
dan
meneliti
warna,
kejernihan dan kehalusan dari sediaan hydrocolloid matrix yang telah dibuat (Shirsand, Ladhane, Prathap, & Prakash, 2012).
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.6.4 Uji Keseragaman Bobot Sebanyak 10 sediaan hydrocolloid matrix dari masingmasing formula satu persatu ditimbang dan dihitung rata-rata bobot sediaan (British, 1993). 3.6.5 Uji Ketebalan Ketebalan hydrocolloid matrix berdiameter 1 cm dihitung pada 5 titik berbeda (keempat sudut dan bagian tengah) dengan jangka sorong, kemudian dihitung rata-rata ketebalan sediaan (ElGendy, Abdelbary, El-Komy, & Saafan, 2009). 3.6.6 Uji pH Larutan Sediaan Setiap formula hydrocolloid matrix berdiameter 1 cm direndam dalam 20 mL akuades pada suhu 36,5OC- 37,5OC selama 24 jam, kemudian pH larutan tersebut diukur dengan pH meter (British, 1993). 3.6.7 Uji Persentase Moisture Content Setiap hydrocolloid matrix berdiameter 1 cm dikondisikan dalam sebuah desikator berisi silika selama 24 jam. Setelah itu masing-masing hydrocolloid matrix ditimbang sampai didapatkan bobot yang tetap dan konstan (Toshkhani et al. 2013). 3.6.8 Uji Persentase Moisture Absorption Setiap hydrocolloid matrix berdiameter 1 cm yang sudah diuji moisture content-nya diletakkan dalam climatic chamber dengan RH 85% pada suhu 28 oC. Sediaan kemudian diambil dan ditimbang kembali (Toshkhani et al. 2013). 3.6.9 Uji Ketahanan Pelipatan (Folding Endurance) Hydrocolloid matrix berdiameter 1 cm dilipat secara berulang pada
posisi
yang sama
hingga
rusak. JumLah
pengulangan pelipatan tanpa merusak sediaan merupakan nilai dari ketahanan pelipatan (Shirsand et al., 2012).
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.6.10 Pembuatan Kurva Baku Ibuprofen Sebanyak 20 mg ibuprofen ditimbang seksama, dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL dan dilarutkan dalam 15 mL metanol. Kemudian ditambah dengan PBS pH 6,4 untuk memperoleh konsentrasi 200 µg/mL. Dari larutan stok tersebut diambil 10 mL dan dipindahkan ke dalam labu takar 100 mL, lalu dilarutkan dengan pelarut yang sama untuk memperoleh konsentrasi 20 µg/mL. Dari larutan intermediet tersebut, diambil 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0; 6,0; 7,0; 8,0; dan 9,0 mL, dipindahkan ke dalam labu takar 10 mL dan dilarutkan dengan pelarut yang sama untuk memperoleh konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18 µg/mL. Panjang gelombang (konsentrasi
maksimal 20
ditentukan
µg/mL)
yang
dari
larutan
dibaca
intermediet menggunakan
spektrofotometer UV pada rentang 200-400 nm. Kemudian seluruh larutan seri dianalisis pada panjang gelombang maksimal (Garg et al. 2014). 3.6.11 Uji Keseragaman Kandungan Obat dalam Matrix Sebanyak 3 hydrocolloid matrix diameter 1 cm dari masing-masing formula dilarutkan dalam 15 mL metanol dan 35 mL PBS pH 6,4, kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang maksimal menggunakan spektorfotometer UV. Blanko yang digunakan sebagai pembanding adalah metanol (Shirsand et al., 2012). 3.6.12 Uji Pelepasan Obat secara In Vitro Uji
pelepasan
ibuprofen
dari
sediaan
dilakukan
menggunakan sel difusi tipe vertikal pada suhu 36,5 ± 1oC. Sebanyak 15 mL PBS pH 6,4 dimasukan pada sel difusi sebagai kompartemen aseptor. Membrane Millipore 0,45 mm sebelumnya direndam dalam larutan aseptor yang sudah dibuat selama 1 jam, kemudian matriks dipasang pada sel difusi. Pada menit ke 15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, 300, dan 360 kompartemen aseptor
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
disampling dan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimal. Penentuan kadar dengan plot kurva baku ibuprofen. Perhitungan nilai dissolution efficiency dengan persamaan %DE(t), yang merupakan dissolution efficiency pada waktu 360 menit (Pudyastuti, Nugroho, & Martono, 2014). 3.6.13 Uji Iritasi Kulit Punggung tiga ekor kelinci dicukur 24 jam sebelum pengujian. Dalam satu punggung diaplikasikan 1 kontrol positif etil asetat, 1 kontrol kassa steril dan 3 basis hydrocolloid matrix yang ditutup plester hypavix selama 4 jam. Pengamatan dilakukan pada jam ke-1, 24, 48 dan 72 jam terhadap eritema dan udema yang terjadi pada kulit yang terpapar sampel. (Shirsand et al. 2012). 3.6.14 Uji stabilitas Semua hydrocolloid matrix diletakkan dalam paparan 2 suhu yang berbeda yaitu 37°C dan 45°C. Hydrocolloid matrix diobservasi dalam suhu tersebut selama 4 minggu. Dilakukan analisis fisik dan analisis kandungan obat pada patch di setiap akhir minggu. Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali dan diambil rata-rata dari setiap replikasi yang dilakukan (Amjad et al., 2011). 3.6.15 Uji Aktivitas Sediaan Hydrocolloid matrix Ibuprofen Enam ekor tikus putih jantan umur 2-3 bulan dengan berat 150-180 gram dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan terdiri dari 3 ekor tikus diabetes dengan kadar gula darah > 250 mg/dL dan kelompok kontrol terdiri dari 3 ekor tikus tidak diabetes. Tikus diabetes diperoleh dengan menginjeksi aloksan monohidrat 5% secara intraperitoneal dengan dosis 150 mg/kgBB. Setiap tikus dianestesi dengan injeksi ketamin 10% pada dosis 80 mg/kgBB secara intramuscular. Pada tiap tikus diberikan 5 luka eksisi menggunakan biopsy punch berdiameter 5 mm. Luka dibuat pada punggung tikus yang sudah dicukur 48 jam sebelumnya. Kelima luka eksisi pada 1 ekor tikus diberi perlakuan berbeda,
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yaitu: kontrol tanpa perlakuan, basis hydrocolloid matrix (HPMC), basis hydrocolloid matrix (PVP), hydrocolloid matrix (HPMC) piroksikam,
dan
hydrocolloid
matrix
(PVP)
piroksikam.
Penggantian sediaan dilakukan setiap 24 jam sampai luka menutup. Setelah luka sembuh, tikus dieuthanasia dengan injeksi ketamin dengan dosis 100 mg/kgBB. Kulit punggung diambil dengan ukuran 2x2 cm dan disimpan dalam pot berisi formalin 10%. Gambar 3. Pola Perlakuan Luka pada Punggung 2 Kelompok Tikus
c e
b
d
a
Tabel 3. Keterangan Pola Luka pada Punggung 2 Kelompok Tikus Keterangan
Tikus 1
Tikus 2
Tikus 3
a
Kontrol
HM (PVP) Ibu
HM (HPMC) Ibu
b
Basis HM (HPMC)
Kontrol
HM (PVP) Ibu
c
Basis HM (PVP)
Basis HM (HPMC)
Kontrol
d
HM (HPMC) Ibu
Basis HM (PVP)
Basis HM (HPMC)
HM (HPMC) Ibu
Basis HM (PVP)
HM (PVP)
e
Ibu
3.6.16 Uji histopatologi – pengecatan Hematoxylin-Eosin (HE) Sampel berupa jaringan kulit dari perlakuan diambil, kemudian dilakukan pengecatan dengan hematoxylin-eosin, lalu dilihat
dibawah
mikroskop
untuk
melihat
perubahan
histopatologisnya. a.
Trimming. Pemotongan tipis jaringan dengan pisau skalpel.
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b.
Dehidrasi. Dehidrasi dilakukan untuk mengeluarkan air yang terkandung dalam jaringan dengan menggunakan reagen pembersih, lalu dilakukan impregnasi (penetrasi parafin ke dalam jaringan).
c.
Embedding dan cutting. Jaringan yang sudah di dehidrasi diletakkan di atas sebuah balok kayu (embedding) sebagai alas pemotongan jaringan dengan pisau mikrotom (cutting).
d.
Staining. Rangkaian pewarnaannya adalah sebagai berikut: Xylol I (5 menit); Xylol II (5 menit); Xylol III (5 menit); alkohol absolut I (5 menit); alkohol absolut II (5 menit); akuades (1 menit);Harris Hematoxylin (20 menit); akuades (1 menit);acid alkohol (2-3 celupan); akuades (1 menit); akuades (15 menit); Eosin (2 menit); alkohol 96% I (3 menit); alkohol 96% II (3 menit); alkohol absolut III (3 menit); alkohol absolut IV (3 menit); Xylol IV (5 menit); Xylol V (5 menit).
e.
Mounting. Menutup kaca objek dengan kaca penutup
f.
Pembacaan slide dengan mikroskop. Pengamatan histopatologi dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya (Olympus tipe BH-2, Olympus Corp., Jepang).
3.7
Tata Cara Analisis Hasil a. Persentase moisture content dihitung dengan rumus: Moisture content (%) = b. Persentase moisture content dihitung dengan rumus: Moisture absorption (%) = c. Pengukuran kecepatan penyembuhan luka pada tikus dihitung dengan persamaan: ( )
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. Dissolution Efficiency dihitung dengan rumus: ∫
( )
(
)
e. Data hasil dari tiap uji pengukuran yang dilakukan, diuji statistik menggunakan software R i.386 3.2.5 dengan uji ANAVA dan Post Hoc test. Uji normalitas data diakukan dengan menggunakan Shapiro test, kemudian uji homogenitas variansi data menggunakan Levene’s test. Uji statistika dilakukan dalam taraf kepercayaan 95%. Nilai pvalue < 0,05 menunjukkan adanya perbedaan signifikan.
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2. Ethical Clereance Penelitian
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3. Certificate of Analysis Bahan-bahan Penelitian
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4. Data Pembuatan Hydrocolloid Matrix Ibuprofen 4.1.Perhitungan penambahan ibuprofen Konsentrasi ibuprofen dalam sediaan
= 1,25% = 1,25 g/100 mL
Bobot kering sediaan
= 3,5 gram
JumLah ibuprofen dalam sediaan
= 5% bobot kering
Perhitungan
=
4.2.Perhitungan penambahan pelarut ibuprofen (etanol) JumLah pelarut
=
4.3.Dosis ibuprofen dalam hydrocolloid matrix Luas permukaan (A) petri besar
= 70,9107 cm2
Luas permukaan (A) petri kecil
= 63,6429 cm2
Rata-rata A Formula 1
=
(
)
= 66,0655 cm2 Rata-rata A Formula 2
=
(
= 68,4881 cm2 Rata-rata A Formula 3
(
=
)
= 66,0655 cm2 Ukuran sediaan (d=1cm)
=
(
)
= 0,7857 cm2 Ibuprofen yang ditimbang Dosis petri besar Dosis petri kecil
Formula 1
Formula 2
Formula 3
0,1750 g
0,1750 g
0,1754 g
= = 58,3333 mg = = 0,693761 mg =693,761 µg
= = 58,3333 mg = = 0, 669217 mg =669,217 µg
50
= = 58,4667mg = = 0, 695347 mg =695,347 µg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5. Data Hasil Uji Sterilitas Hydrocolloid Matrix Ibuprofen
a
b
c
d Hasil uji sterilitas:
(a) IBU1 = steril; (b) IBU2 = steril; (c) IBU3 = steril; dan (d) BF1; BF2; BF3 = steril
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6. Data Hasil Uji Sifat Fisika Kimia Hydrocolloid Matrix Ibuprofen 6.1.Uji organoleptis BF1
BF2
BF3
F1
F2
F3
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna Ada Ada Ada Jernih Jernih Kejernihan Jernih gelembung gelembung gelembung Warna
Kehalusan
Halus
Halus
Halus
Halus
Halus
Halus
6.2.Uji keseragaman bobot Replikasi BF1 (g)
BF2 (g)
BF3 (g)
F1 (g)
F2 (g)
F3 (g)
0,0468 1 0,0510 2 0,0492 3 0,0520 4 0,0494 5 0,0482 6 0,0545 7 0,0447 8 0,0478 9 0,0533 10 0,0497 ̅ 0,0030 SD 6,096% CV 6.3.Uji ketebalan
0,0585 0,0464 0,0500 0,0533 0,0550 0,0575 0,0494 0,0514 0,0555 0,0516 0,0529 0,0038 7,209%
0,0533 0,0584 0,0585 0,0491 0,0561 0,0587 0,0490 0,0560 0,0515 0,0597 0,0550 0,0041 7,363%
0,0647 0,0561 0,0580 0,0527 0,0584 0,0482 0,0533 0,0479 0,0622 0,0580 0,0560 0,0055 9,835%
0,0430 0,0514 0,0500 0,0585 0,0585 0,0523 0,0500 0,0518 0,0570 0,0503 0,0523 0,0047 9,042%
0,0577 0,0484 0,0568 0,0450 0,0532 0,0572 0,0482 0,0512 0,0500 0,0495 0,0517 0,0044 8,416%
Titik
BF1 BF2 (mm) (mm) 0,6 0,6 1 0,6 0,7 2 0,6 0,7 3 0,6 0,6 4 0,6 0,65 5 0,60 0,65 ̅ 6.4.Uji pH larutan sediaan
pH Larutan
BF3 (mm) 0,6 0,65 0,65 0,65 0,6 0,63
F1 (mm) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,50
F2 (mm) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,50
F3 (mm) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,50
BF1
BF2
BF3
F1
F2
F3
6,87
6,82
6,83
6,7
6,71
6,74
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6.5.Uji persentase moisture content BF1
BF2
BF3
F1
F2
F3
10,42% 12,92% 14,48% 12,28% 11,69% 12,36% 0,0150
10,10% 9,87% 8,69% 5,62% 11,63% 9,18% 0,0225
8,85% 8,33% 8,80% 6,77% 8,43% 8,24% 0,0085
BF3
F1
F2
F3
10,88% 9,47% 10,57% 7,28% 10,99% 9,84% 0,0155
18,75% 14,83% 14,48% 11,93% 14,43% 14,88% 0,0245
17,11% 13,85% 16,26% 14,73% 15,44% 15,48% 0,0127
15,29% 14,68% 12,68% 14,72% 15,54% 14,58% 0,0113
1 9,42% 9,54% 10,04% 2 9,40% 10,66% 8,28% 3 10,68% 10,02% 10,94% 4 10,43% 10,31% 12,25% 5 11,02% 9,57% 9,30% 10,19% 10,02% 10,16% ̅ SD 0,0074 0,0048 0,0152 6.6.Uji persentase moisture absorption BF1
BF2
1 20,13% 17,98% 2 21,05% 17,28% 3 20,07% 16,10% 4 18,70% 20,28% 5 16,30% 15,57% 19,25% 17,44% ̅ SD 0,0185 0,0185 6.7.Uji ketahanan pelipatan BF1
BF2
BF3
Nilai 67 68 110 ketahanan pelipatan 6.8.Uji keseragaman kandungan obat Replikasi 1 2 3 4 5 ̅ SD CV (%)
F1 Q (µg) 466,955 465,718 594,431 499,134 655,074 536,262 84,64 15,78
F1
F2
F3
25
44
49
F2 % Rec 67,308 67,129 85,682 71,946 94,424 77,298 8,73 11,30
Q (µg) 712,005 492,946 568,441 565,965 512,748 570,421 85,73 15,03
53
F3 % Rec 106,394 73,660 84,941 84,571 76,619 85,237 13,71 16,08
Q (µg) 561,015 638,985 598,144 604,332 634,035 607,302 31,44 15,78
% Rec 80,681 91,894 86,021 86,911 91,182 87,338 4,52 5,18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 7. Verifikasi Metode Analisis 7.1.Kurva Kalibrasi Ibuprofen dalam PBS pH 6,4
1 2 3 4 5 6 7 8
Konsentrasi (ppm) 0,200 0,400 0,600 0,800 1,000 1,200 1,400 1,600
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1,800 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 18,000 20,000
Seri
1 0,004 0,009 0,018 0,021 0,032 0,038 0,049 0,054
Abs 2 0,002 0,008 0,015 0,018 0,026 0,038 0,051 0,055
3 0,002 0,010 0,016 0,023 0,027 0,040 0,051 0,057
0,070 0,075 0,166 0,250 0,328 0,408 0,508 0,574 0,647 0,725 0,791
0,069 0,075 0,163 0,243 0,316 0,400 0,490 0,563 0,648 0,717 0,793
0,069 0,078 0,163 0,241 0,321 0,400 0,487 0,549 0,635 0,719 0,768
̅ Abs 0,003 0,009 0,016 0,021 0,028 0,039 0,050 0,055 0,069 0,076 0,164 0,245 0,322 0,403 0,495 0,562 0,643 0,720 0,784
0.850 0.750
Absorbansi
0.650 0.550 0.450 0.350 y = 0.0404x - 0.0053 R² = 0.9993
0.250 0.150 0.050 -0.0500.000
5.000
10.000 15.000 Konsentrasi (ppm)
54
20.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7.2.Linearitas dan Sensitivitas Metode Parameter λ max (nm) Rentang linearitas (µg/mL) Slope Intercept Correlation coefficient (R2) LOD (µg/mL) LOQ (µg/mL) 7.3.Akurasi Metode Replikasi
Nilai 224 0,2 – 20 0,0053 0,0404 0,9993 0,1875 0,5683
F1 Q (µg) 570,916 608,045 624,134 594,431 563,490 655,074 602,682
F2
% Rec Q (µg) 82,293 663,738 1 87,645 598,144 2 89,964 568,441 3 85,682 614,233 4 81,222 565,965 5 94,424 622,896 6 86,872 605,569 ̅ 4,9292 SD 7.4.Presisi Metode Adisi Standar Intraday
F3 % Rec 99,181 89,380 84,941 91,784 84,571 93,078 90,489 5,4948
̅ % Recovery (%) Replikasi
2 ppm
4 ppm
6 ppm
105,198 108,292 1 112,624 107,673 2 108,911 113,861 3 108,911 109,942 ̅ 3,713 3,408 SD 3,409% 3,100% CV 7.5.Presisi Metode Adisi Standar Interday
104,785 106,436 104,785 105,336 0,953 0,905%
̅ % Recovery (%) Hari 1 2 3 ̅ SD CV
2 ppm
4 ppm
6 ppm
101,485 93,234 92,822 95,847 4,887 5,099%
97,772 100,866 98,391 99,010 1,637 1,654%
100,660 99,010 100,248 99,972 0,859 0,859% 55
Q (µg) 561,015 638,985 598,144 604,332 634,035 548,639 597,525
% Rec 80,681 91,894 86,021 86,911 91,182 78,901 85,932 5,3119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15 30 45 60 90 120 180 240 300 360 DE (%)
F1 % % % % release release release release R1 R2 R3 ̅ (%) (%) (%) (%) 17,54
15,95
1,41
11,63
43,59
47,68
31,97
41,08
68,04
64,35
58,92
63,77
82,05
78,64
66,92
75,87
90,97
90,07
87,88
89,64
91,44
99,95
94,37
95,26
94,88
98,49
104,72
99,36
97,89
104,32
106,58
102,93
98,65
105,12
108,60
104,12
106,01
107,31
112,76
108,69
86,56 90,18 89,83
Menit ke-
̅ DE (%) SD
15 30 45 60 90 120 180 240 300 360 DE (%)
Menit ke-
Menit ke-
Lampiran 8. Data Hasil Uji Pelepasan Obat Hydrocolloid Matrix Ibuprofen
15 30 45 60 90 120 180 240 300 360 DE (%)
F3 % % % % release release release release R1 R2 R3 ̅ (%) (%) (%) (%) 22,29
0,94
15,25
35,34
31,39
26,16
30,96
56,13
48,35
28,47
44,32
65,82
51,35
48,67
55,28
70,92
54,11
66,45
63,83
74,65
62,43
77,81
71,63
77,37
57,89
74,76
70,01
79,99
57,22
80,85
72,69
83,46
57,94
84,95
75,45
85,83
58,95
85,04
76,61
70,92 53,06 67,78 ̅ DE (%) SD
% % % % release release release release R1 R2 R3 ̅ (%) (%) (%) (%) 26,86
11,67
1,26
13,26
31,98
32,36
33,88
32,74
35,27
51,95
55,63
47,62
60,85
57,35
65,56
61,26
42,20
66,90
80,67
63,26
48,93
65,72
77,68
64,11
83,81
66,34
87,06
79,07
88,41
71,26
92,44
84,04
88,35
72,95
88,76
83,35
90,14
75,36
100,07
88,52
67,74 62,50 77,33 ̅ DE (%) SD
88,86 2,00
22,54
F2
63,92 9,54
56
69,19 7,52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 9. Data Hasil Uji Iritasi Hydrocolloid Matrix Ibuprofen 9.1.Skor penilaian uji iritasi akut dermal pada kelinci albino Jam ke1
24
48
72
Kelinci ke1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Etil asetat 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Skor Eritema Kassa+hypafix BF1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
BF2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
BF3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Skor Udem Kelinci keEtil asetat Kassa+hypafix BF1 BF2 BF3 1 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 1 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 24 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 48 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 72 3 0 0 0 0 0 9.2.Penilaian uji iritasi akut dermal BF1
Jam ke-
Kelinci ke-
24 jam Eritema Udem 0 0 1 0 0 2 0 0 3 0 0 Total Indeks Iritasi Primer Kesimpulan
48 jam Eritema Udem 0 0 0 0 0 0 0 0 0,0 Tidak mengiritasi
57
72 jam Eritema Udem 0 0 0 0 0 0 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9.3.Penilaian uji iritasi akut dermal BF2 Kelinci ke-
24 jam Eritema Udem 0 0 1 0 0 2 0 0 3 0 0 Total Indeks Iritasi Primer Kesimpulan
48 jam Eritema Udem 0 0 0 0 0 0 0 0 0,0 Tidak mengiritasi
72 jam Eritema Udem 0 0 0 0 0 0 0 0
9.4.Penilaian uji iritasi akut dermal BF3 Kelinci ke-
24 jam Eritema Udem 0 0 1 0 0 2 0 0 3 0 0 Total Indeks Iritasi Primer Kesimpulan
48 jam Eritema Udem 0 0 0 0 0 0 0 0 0,0 Tidak mengiritasi
58
72 jam Eritema Udem 0 0 0 0 0 0 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 10. Data Hasil Uji Stabilitas Hydrocolloid Matrix Ibuprofen 10.1. Formula 1 suhu 37°C a. Uji organoleptis
Warna Kejernihan
Minggu 1 Tidak berwarna Jernih
Minggu 2 Tidak berwarna Jernih
Halus Halus Kehalusan b. Uji keseragaman bobot
Minggu 3 Tidak berwarna Jernih
Minggu 4 Tidak berwarna Jernih
Halus
Halus
Replikasi Minggu 1 (g) Minggu 2 (g) Minggu 3 (g) Minggu 4 (g) 1 0,0354 0,0494 0,0349 0,0366 2 0,0325 0,0396 0,0423 0,0214 3 0,0343 0,0505 0,0430 0,0353 4 0,0330 0,0480 0,0456 0,0198 5 0,0331 0,0413 0,0407 0,0226 6 0,0300 0,0537 0,0433 0,0226 7 0,0359 0,0473 0,0322 0,0280 8 0,0322 0,0519 0,0225 0,0201 9 0,0286 0,0511 0,0289 0,0212 10 0,0447 0,0458 0,0277 0,0202 ̅ 0,0340 0,0479 0,0361 0,0248 SD 0,0044 0,0045 0,0080 0,0063 CV 12,892% 9,501% 22,103% 25,602% c. Uji ketebalan Titik Minggu 1 (mm) Minggu 2 (mm) Minggu 3 (mm) Minggu 4 (mm) 1 0,4 0,55 0,25 0,4 2 0,4 0,55 0,25 0,4 3 0,4 0,55 0,3 0,35 4 0,4 0,6 0,25 0,4 5 0,4 0,55 0,3 0,35 ̅ 0,40 0,56 0,27 0,38 d. Uji pH larutan sediaan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
pH Larutan
7,2
7,2
7,1
59
7,1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Uji persentase moisture content Rep. 1 2 3 4 5 ̅ SD Rep. 1 2 3 4 5 ̅ SD
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
8,76% 10,51% 8,16% 10,29% 6,88% 8,76% 8,84% 11,57% 18,91% 9,50% 10,23% 11,97% 5,44% 5,88% 9,16% 10,81% 5,43% 3,73% 7,92% 22,64% 9,08% 7,67% 8,86% 13,46% 0,0566 0,0280 0,0091 0,0517 f. Uji persentase moisture absorption Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
15,21% 13,59% 14,74% 12,89% 11,75% 11,42% 14,66% 15,41% 13,36% 16,91% 14,31% 14,94% 12,29% 14,45% 15,84% 14,39% 13,90% 14,06% 0,0185 0,0137 0,0172 g. Uji ketahanan pelipatan
15,44% 10,74% 12,72% 10,81% 9,59% 11,86% 0,0229
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Nilai ketahanan pelipatan
33
11
12
23
h. Uji keseragaman kandungan obat Rep, 1 2 3 4 5 ̅ SD CV (%)
Minggu 1 % Rec Q (µg) (%) 163,738 23,601 355,569 51,252 349,381 50,360 770,173 111,014 486,757 70,162 425,124 61,278 224,59 32,37 52,83
52,83
Minggu 2 % Rec Q (µg) (%) 657,550 94,780 631,559 91,034 667,450 96,208 671,163 96,743 606,807 87,466 646,906 93,246 27,24 3,93 4,21
4,21
60
Minggu 3 % Rec Q (µg) (%) 634,035 91,391 517,698 74,622 346,906 50,004 423,639 61,064 401,361 57,853 464,728 66,987 112,98 16,28 24,31
24,31
Minggu 4 % Rec Q (µg) (%) 413,738 59,637 470,668 67,843 366,708 52,858 372,896 53,750 325,866 46,971 389,975 56,212 70,00 7,90 17,95 14,06
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10.2. Formula 2 suhu 37°C a. Uji organoleptis
Warna
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Ada gelembung Halus
Ada gelembung Halus
Ada gelembung Halus
Ada gelembung Kehalusan Halus
Kejernihan
b. Uji keseragaman bobot Replikasi Minggu 1 (g) Minggu 2 (g) Minggu 3 (g) Minggu 4 (g) 1 0,0339 0,0505 0,0458 0,0385 2 0,0467 0,0469 0,0473 0,0437 3 0,0465 0,0490 0,0437 0,0390 4 0,0496 0,0446 0,0467 0,0380 5 0,0450 0,0449 0,0453 0,0429 6 0,0395 0,0495 0,0400 0,0434 7 0,0373 0,0486 0,0439 0,0454 8 0,0460 0,0404 0,0511 0,0399 9 0,0449 0,0495 0,0476 0,0325 10 0,0434 0,0389 0,0359 0,0394 ̅ 0,0433 0,0463 0,0447 0,0403 SD 0,0049 0,0040 0,0043 0,0037 CV 11,241% 8,687% 9,510% 9,290% c. Uji ketebalan Titik 1 2 3 4 5 ̅
Minggu 1 Minggu 2 (mm) (mm) 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,5 0,5 0,5 0,45 0,47 0,46 d. Uji pH larutan sediaan
Minggu 3 (mm) 0,45 0,4 0,45 0,45 0,4 0,43
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
pH Larutan
7,1
7,2
6,8
61
7,1
Minggu 4 (mm) 0,5 0,5 0,5 0,45 0,5 0,49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Uji persentase moisture content Rep. 1 2 3 4 5 ̅ SD Rep. 1 2 3 4 5 ̅ SD
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
5,31% 9,34% 9,66% 5,47% 9,98% 9,39% 4,52% 8,92% 8,96% 5,52% 9,35% 9,32% 3,64% 7,99% 9,76% 4,89% 9,12% 9,42% 0,0081 0,0073 0,0032 f. Uji persentase moisture absorption Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
13,97% 13,82% 13,61% 12,35% 13,44% 13,98% 15,81% 13,94% 14,17% 12,38% 13,41% 14,56% 12,63% 13,73% 14,54% 13,43% 13,67% 14,17% 0,0081 0,0023 0,0040 g. Uji ketahanan pelipatan
10,19% 11,37% 10,04% 10,85% 11,40% 10,77% 0,0064
Minggu 4 10,72% 10,90% 12,39% 13,02% 10,93% 11,59% 0,0104
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Nilai ketahanan pelipatan
14
41
45
30
h. Uji keseragaman kandungan obat Rep, 1 2 3 4 5 ̅ SD CV (%)
Minggu 1 % Rec Q (µg) (%) 501,609 74,955 546,163 81,612 522,649 78,099 418,688 62,564 440,965 65,893 486,015 72,624 54,23 8,10 11,16
11,16
Minggu 2 % Rec Q (µg) (%) 594,431 88,825 661,262 98,811 647,649 96,777 528,837 79,023 578,342 86,421 602,104 89,971 53,77 8,04 8,93
8,93
62
Minggu 3 % Rec Q (µg) (%) 554,827 82,907 563,490 84,201 638,985 95,483 631,559 94,373 504,084 75,324 578,589 86,458 56,56 8,45 9,78
9,78
Minggu 4 % Rec Q (µg) (%) 606,807 90,674 577,104 86,236 617,946 92,339 584,530 87,345 601,856 89,934 597,649 89,306 16,64 2,49 2,78
2,78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10.3. Formula 3 suhu 37°C a. Uji organoleptis
Warna
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Ada gelembung Halus
Ada gelembung Halus
Ada gelembung Halus
Ada gelembung Kehalusan Halus
Kejernihan
b. Uji keseragaman bobot Replikasi Minggu 1 (g) Minggu 2 (g) Minggu 3 (g) Minggu 4 (g) 1 0,0507 0,0479 0,0471 0,0385 2 0,0505 0,0440 0,0468 0,0437 3 0,0569 0,0434 0,0454 0,0390 4 0,0501 0,0482 0,0433 0,0380 5 0,0464 0,0476 0,0394 0,0429 6 0,0480 0,0451 0,0412 0,0434 7 0,0458 0,0487 0,0473 0,0454 8 0,0484 0,0423 0,0375 0,0399 9 0,0468 0,0451 0,0467 0,0325 10 0,0468 0,0452 0,0445 0,0394 ̅ 0,0490 0,0414 0,0439 0,0403 SD 0,0033 0,0022 0,0035 0,0037 CV 6,687% 5,280% 7,949% 9,290% c. Uji ketebalan Titik 1 2 3 4 5 ̅
Minggu 1 Minggu 2 (mm) (mm) 0,55 0,5 0,6 0,55 0,6 0,55 0,6 0,55 0,6 0,5 0,59 0,53 d. Uji pH larutan sediaan
Minggu 3 (mm) 0,5 0,5 0,5 0,55 0,5 0,51
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
pH Larutan
7,2
7,4
6,7
63
7
Minggu 4 (mm) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Uji persentase moisture content Rep. 1 2 3 4 5 ̅ SD
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
4,16% 3,07% 5,89% 5,11% 2,73% 4,19% 0,0134
6,81% 8,71% 7,26% 7,49% 7,57% 7,57% 0,0070
10,46% 10,17% 10,10% 10,17% 10,45% 10,27% 0,0017
10,67% 9,90% 10,96% 10,59% 10,63% 10,55% 0,0039
f. Uji persentase moisture absorption Rep. 1 2 3 4 5 ̅ SD
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
16,07% 15,93% 12,79% 12,88% 13,63% 14,26% 0,0162
13,62% 12,03% 11,97% 10,94% 12,82% 12,27% 0,0100
14,64% 13,24% 13,66% 13,07% 12,73% 13,47% 0,0074
10,90% 11,55% 10,27% 9,41% 11,67% 10,76% 0,0094
g. Uji ketahanan pelipatan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Nilai ketahanan pelipatan
35
44
52
36
h. Uji keseragaman kandungan obat Rep, 1 2 3 4 5 ̅ SD CV (%)
Minggu 1 % Rec Q (µg) (%) 818,441 117,702 808,540 116,279 681,064 97,946 543,688 78,189 523,886 75,342 675,124 97,092 140,11 20,15 20,75
20,75
Minggu 2 % Rec Q (µg) (%) 527,599 75,876 604,332 86,911 507,797 73,028 525,124 75,520 557,302 80,147 544,431 78,296 37,92 5,45 6,97
6,97
64
Minggu 3 % Rec Q (µg) (%) 600,619 86,377 476,856 68,578 604,332 86,911 528,837 76,054 565,965 81,393 555,322 79,863 53,44 7,69 9,62
9,62
Minggu 4 % Rec Q (µg) (%) 549,876 79,079 658,787 94,742 538,738 77,478 419,926 60,391 184,777 26,573 470,421 67,653 180,70 25,99 38,41
38,41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10.4. Formula 1 suhu 45°C a. Uji organoleptis
Warna
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Ada gelembung Halus
Ada gelembung Halus
Ada Ada gelembung gelembung Kehalusan Halus Halus b. Uji keseragaman bobot
Kejernihan
Replikasi Minggu 1 (g) Minggu 2 (g) Minggu 3 (g) Minggu 4 (g) 1 0,0507 0,0479 0,0471 0,0385 2 0,0505 0,0440 0,0468 0,0437 3 0,0569 0,0434 0,0454 0,0390 4 0,0501 0,0482 0,0433 0,0380 5 0,0464 0,0476 0,0394 0,0429 6 0,0480 0,0451 0,0412 0,0434 7 0,0458 0,0487 0,0473 0,0454 8 0,0484 0,0423 0,0375 0,0399 9 0,0468 0,0451 0,0467 0,0325 10 0,0468 0,0452 0,0445 0,0394 ̅ 0,0490 0,0414 0,0439 0,0403 SD 0,0033 0,0022 0,0035 0,0037 CV 6,687% 5,280% 7,949% 9,290% c. Uji ketebalan Titik 1 2 3 4 5 ̅
Minggu 1 Minggu 2 (mm) (mm) 0,55 0,5 0,6 0,55 0,6 0,55 0,6 0,55 0,6 0,5 0,59 0,53 d. Uji pH larutan sediaan
Minggu 3 (mm) 0,5 0,5 0,5 0,55 0,5 0,51
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
pH Larutan
7,2
7,4
6,7
65
7
Minggu 4 (mm) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Uji persentase moisture content Rep. 1 2 3 4 5 ̅ SD
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
4,16% 3,07% 5,89% 5,11% 2,73% 4,19% 0,0134
6,81% 8,71% 7,26% 7,49% 7,57% 7,57% 0,0070
10,46% 10,17% 10,10% 10,17% 10,45% 10,27% 0,0017
10,67% 9,90% 10,96% 10,59% 10,63% 10,55% 0,0039
f. Uji persentase moisture absorption Rep. 1 2 3 4 5 ̅ SD
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
16,07% 15,93% 12,79% 12,88% 13,63% 14,26% 0,0162
13,62% 12,03% 11,97% 10,94% 12,82% 12,27% 0,0100
14,64% 13,24% 13,66% 13,07% 12,73% 13,47% 0,0074
10,90% 11,55% 10,27% 9,41% 11,67% 10,76% 0,0094
g. Uji ketahanan pelipatan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Nilai ketahanan pelipatan
35
44
52
36
h. Uji keseragaman kandungan obat Rep, 1 2 3 4 5 ̅ SD CV (%)
Minggu 1 % Rec Q (µg) (%) 464,480 66,951 565,965 81,579 697,153 100,489 541,213 78,011 536,262 77,298 561,015 80,866 84,97 12,25 15,15
15,15
Minggu 2 % Rec Q (µg) (%) 604,332 87,109 542,450 78,190 638,985 92,104 474,381 68,378 556,064 80,152 563,243 81,187 62,86 9,06 11,16
11,16
66
Minggu 3 % Rec Q (µg) (%) 471,906 68,021 531,312 76,584 629,084 90,677 495,421 71,411 463,243 66,773 518,193 74,693 67,36 9,71 13,00
13,00
Minggu 4 % Rec Q (µg) (%) 725,619 104,592 703,342 101,381 627,847 90,499 705,817 101,738 783,787 112,977 709,282 102,237 55,89 8,06 7,88
7,88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10.5. Formula 2 suhu 45°C a. Uji organoleptis
Warna
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Ada gelembung Halus
Ada gelembung Halus
Ada Ada gelembung gelembung Kehalusan Halus Halus b. Uji keseragaman bobot
Kejernihan
Replikasi Minggu 1 (g) Minggu 2 (g) Minggu 3 (g) Minggu 4 (g) 1 0,0494 0,0421 0,0347 0,0381 2 0,0374 0,0344 0,0287 0,0316 3 0,0552 0,0365 0,0241 0,0307 4 0,0497 0,0410 0,0256 0,0356 5 0,0403 0,0285 0,0302 0,0274 6 0,0314 0,0285 0,0218 0,0336 7 0,0396 0,0371 0,0239 0,0359 8 0,0300 0,0308 0,0236 0,0315 9 0,0460 0,0316 0,0221 0,0339 10 0,0361 0,0319 0,0276 0,0323 ̅ 0,0415 0,0342 0,0262 0,0331 SD 0,0083 0,0048 0,0041 0,0030 CV 20,041% 14,140% 15,535% 9,222% c. Uji ketebalan Titik 1 2 3 4 5 ̅
Minggu 1 Minggu 2 (mm) (mm) 0,45 0,4 0,45 0,4 0,45 0,4 0,5 0,4 0,5 0,4 0,47 0,40 d. Uji pH larutan sediaan
Minggu 3 (mm) 0,35 0,35 0,45 0,4 0,35 0,38
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
pH Larutan
6,8
6,9
6,9
67
6,8
Minggu 4 (mm) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Uji persentase moisture content Rep. 1 2 3 4 5 ̅ SD
Rep. 1 2 3 4 5 ̅ SD
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
11,47% 14,60% 12,59% 8,78% 14,85% 12,50% 8,76% 13,51% 12,68% 7,79% 12,95% 12,63% 5,18% 10,94% 11,95% 8,40% 13,37% 12,47% 0,0226 0,0157 0,0030 f. Uji persentase moisture absorption Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
4,84% 14,20% 4,88% 13,86% 6,28% 15,88% 4,27% 14,23% 0,71% 12,81% 4,19% 14,19% 0,0209 0,0110 g. Uji ketahanan pelipatan
12,21% 11,24% 11,53% 10,33% 11,90% 11,44% 0,0072 Minggu 4
4,79% 8,23% 8,33% 7,51% 5,83% 6,94% 0,0157
5,30% 5,06% 4,32% 3,53% 4,50% 4,54% 0,0069
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Nilai ketahanan pelipatan
30
62
166
189
h. Uji keseragaman kandungan obat Rep, 1 2 3 4 5 ̅ SD CV (%)
Minggu 1 % Rec Q (µg) (%) 448,391 67,002 522,649 78,099 265,223 39,632 137,748 20,583 32,550 4,864 281,312 42,036 205,49 30,71 73,05
73,05
Minggu 2 % Rec Q (µg) (%) 418,688 62,564 527,599 78,838 507,797 75,879 499,134 74,585 489,233 73,105 488,490 72,994 41,50 6,20 8,50
8,50
68
Minggu 3 % Rec Q (µg) (%) 369,183 55,166 390,223 58,310 384,035 57,386 254,084 37,967 322,153 48,139 343,936 51,394 56,87 8,50 16,53
16,53
Minggu 4 % Rec Q (µg) (%) 606,807 90,674 595,668 89,010 473,144 70,701 652,599 97,517 624,134 93,263 590,470 88,233 69,02 10,31 11,69
11,69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10.6
Formula 3 suhu 45°C a. Uji organoleptis
Warna
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Ada gelembung Halus
Ada gelembung Halus
Ada Ada gelembung gelembung Kehalusan Halus Halus b. Uji keseragaman bobot
Kejernihan
Replikasi Minggu 1 (g) Minggu 2 (g) Minggu 3 (g) Minggu 4 (g) 1 0,0430 0,0491 0,0226 0,0386 2 0,0509 0,0409 0,0270 0,0385 3 0,0485 0,0457 0,0312 0,0388 4 0,0540 0,0354 0,0365 0,0255 5 0,0409 0,0448 0,0289 0,0345 6 0,0503 0,0443 0,0311 0,0369 7 0,0520 0,0442 0,0384 0,0371 8 0,0503 0,0422 0,0320 0,0294 9 0,0399 0,0487 0,0398 0,0291 10 0,0550 0,0423 0,0348 0,0330 ̅ 0,0485 0,0438 0,0322 0,0341 SD 0,0054 0,0040 0,0053 0,0047 CV 11,064% 9,041% 16,476% 13,841% c. Uji ketebalan Titik 1 2 3 4 5 ̅
Minggu 1 Minggu 2 (mm) (mm) 0,55 0,5 0,6 0,5 0,6 0,5 0,6 0,5 0,6 0,5 0,59 0,50 d. Uji pH larutan sediaan
Minggu 3 (mm) 0,6 0,55 0,55 0,6 0,6 0,58
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
pH Larutan
6,9
6,8
6,9
69
6,8
Minggu 4 (mm) 0,5 0,55 0,5 0,5 0,55 0,52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Uji persentase moisture content Rep. 1 2 3 4 5 ̅ SD
Minggu 1
Rep. 1 2 3 4 5 ̅ SD
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
6,72% 11,53% 13,41% 12,87% 8,12% 12,79% 14,29% 10,88% 7,79% 12,95% 12,61% 9,98% 8,78% 13,02% 12,47% 10,53% 7,26% 13,35% 12,95% 12,44% 7,74% 12,73% 13,14% 11,34% 0,0079 0,0070 0,0073 0,0125 f. Uji persentase moisture absorption Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
5,64% 15,68% 7,28% 5,05% 15,99% 5,71% 4,37% 15,62% 7,56% 1,18% 14,99% 7,43% 3,17% 13,93% 7,83% 3,88% 15,24% 7,16% 0,0177 0,0082 0,0084 g. Uji ketahanan pelipatan
6,55% 6,48% 6,26% 5,26% 8,63% 6,64% 0,0123
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Nilai ketahanan pelipatan
58
86
171
125
h. Uji keseragaman kandungan obat Rep, 1 2 3 4 5 ̅ SD CV (%)
Minggu 1 % Rec Q (µg) (%) 152,599 21,946 516,460 74,274 667,450 95,988 575,866 82,817 731,807 105,243 528,837 76,054 226,01 32,50 42,74
42,74
Minggu 2 % Rec Q (µg) (%) 603,094 86,733 634,035 91,182 695,916 100,082 672,401 96,700 621,658 89,403 645,421 92,820 37,96 5,46 5,88
5,88
70
Minggu 3 % Rec Q (µg) (%) 458,292 65,908 593,193 85,309 469,431 67,510 538,738 77,478 638,985 91,894 539,728 77,620 77,92 11,21 14,44
14,44
Minggu 4 % Rec Q (µg) (%) 601,856 86,555 664,975 95,632 417,450 60,035 428,589 61,637 502,847 72,316 523,144 75,235 108,21 15,56 20,68
20,68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 11. Data Hasil Uji Aktivitas Hydrocolloid Matrix Ibuprofen
11.1. Persen wound closure pada tikus diabetes Hari ke- Kontrol (%) 0,00 0 1,72 1 3,06 2 8,41 3 15,60 4 19,81 5 25,78 6 32,15 7 41,90 8 50,36 9 67,48 10 72,06 11 76,54 12 87,89 13 90,78 14 94,36 15 16 100,00 17
Tikus 1 BF1 F1 Kontrol (%) (%) (%) 0,00 0,00 0,00 5,49 8,68 1,78 6,26 10,34 4,40 11,63 19,97 6,25 18,26 33,09 8,19 21,60 38,90 11,23 31,07 47,38 16,89 45,32 57,50 35,53 55,28 66,14 55,34 60,95 73,57 58,46 76,23 82,48 66,73 85,97 90,02 70,49 89,97 92,07 74,36 92,45 94,67 80,76 94,56 97,31 81,18 97,53 100,00 95,65 100,00 100,00
Tikus 2 BF1 F1 Kontrol (%) (%) (%) 0,00 0,00 0,00 3,86 5,78 9,30 4,72 8,72 12,95 7,96 14,49 15,14 10,44 15,18 17,76 13,37 49,20 23,58 17,41 59,16 24,50 27,18 69,94 32,23 47,52 80,23 44,29 71,31 84,80 50,30 78,29 92,62 67,08 81,32 95,39 72,79 82,20 96,75 74,07 88,51 100,00 82,28 100,00 92,14 100,00
71
Tikus 3 BF1 F1 (%) (%) 0,00 0,00 29,83 27,12 31,10 30,11 41,28 38,60 42,33 45,58 45,29 46,96 48,64 60,15 49,82 67,87 58,16 69,12 62,68 70,72 72,11 78,84 76,47 83,42 81,23 97,60 90,95 100,00 100,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11.2. Persen wound closure pada tikus normal Tikus 1 Hari F1 Kontrol ke- Kontrol BF1 (%) (%) (%) (%) 0,00 0,00 0,00 0,00 0 2,72 2,75 2,06 22,10 1 3,18 19,27 11,97 38,00 2 14,98 39,10 15,24 46,51 3 22,55 40,38 16,64 49,52 4 37,20 48,76 19,27 59,72 5 49,02 56,09 19,72 60,60 6 69,87 72,11 19,84 69,24 7 70,22 84,57 23,51 71,68 8 76,62 86,45 31,57 75,01 9 10 79,51 88,02 55,54 76,41 11 81,11 92,18 64,71 80,32 12 88,62 95,21 73,35 87,08 13 93,06 97,21 88,11 90,30 14 95,86 100,00 92,18 92,56 97,20 97,29 15 100,00 100,00 99,14 16 17 100,00
Tikus 2 BF1 F1 (%) (%) 0,00 0,00 7,74 9,97 8,75 15,41 12,74 25,71 17,24 35,06 20,38 43,34 25,43 58,80 57,44 68,62 77,05 79,25 82,40 84,65 89,48 90,77 92,27 95,33 95,31 97,67 96,17 100,00 98,02 99,46 100,00
72
Kontrol (%) 0,00 9,06 9,35 11,28 15,52 17,20 17,63 43,63 51,27 71,80 73,40 80,31 90,55 92,59 94,16 98,74 100,00
Tikus 3 BF1 F1 (%) (%) 0,00 0,00 5,66 10,94 11,02 13,79 17,13 23,91 18,99 37,93 22,33 44,34 29,08 49,41 61,24 54,73 78,11 68,25 80,74 87,28 85,10 90,50 86,38 95,29 93,99 96,55 94,04 100,00 96,14 100,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 12. Data Hasil Uji Statistik Hydrocolloid Matrix Ibuprofen Jenis Evaluasi Basis
Formula
Uji aktivitas
p-value
Keseragaman bobot Persen moisture content Persen moisture absorption
0,0107 0,96 4,58x10-6
Keseragaman bobot
0,129
Persen moisture content Persen moisture absorption Keseragaman kandungan obat Pelepasan obat Tikus normal Tikus diabetes Kontrol luka Basis hydrocolloid matrix 1 Formula hydrocolloid matrix ibuprofen 1
0,0046 0,712 0,329 0,0947 0,06677 0,7676 0,3739 0,5391
Jenis Evaluasi Stabilitas
F1
F2
F3
0,5614
p-value Suhu 37 C Suhu 45oC 5,857x10-8 2,182x10-6 0,625 0,6523 0,0123 0,001119 0,07139 0,01385 0,001953 8,024x10-6 0,178 0,03889 0,007693 4,247x10-5 0,4856 0,705 0,0001217 2,304x10-7 0,004238 0,004964 0,001585 0,0001495 0,1846 0,1599 o
Keseragaman bobot Persen moisture content Persen moisture absorption Keseragaman kandungan obat Keseragaman bobot Persen moisture content Persen moisture absorption Keseragaman kandungan obat Keseragaman bobot Persen moisture content Persen moisture absorption Keseragaman kandungan obat
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12.1.
Uji statistik ANAVA keseragaman bobot basis
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji homogenitas data
Uji ANAVA
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12.2.
Uji post-hoc
Uji statistik ANAVA keseragaman bobot formula
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji homogenitas data
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12.3.
Uji ANAVA
Uji statistik ANAVA persentase moisture content basis
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji homogenitas data
Uji ANAVA
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12.4.
Uji statistik ANAVA persentase moisture content formula
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji homogenitas data
Uji ANAVA
Uji post-hoc
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12.5.
Uji statistik ANAVA persentase moisture absorption basis
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji homogenitas data
Uji ANAVA
Uji post-hoc
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12.6.
Uji statistik ANAVA persentase moisture absorption formula
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji homogenitas data
Uji ANAVA
12.7.
Uji statistik ANAVA keseragaman kandungan obat Data
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji normalitas pearson chi-square
Uji homogenitas data
Uji ANAVA
12.8.
Uji statistik ANAVA pelepasan obat Data
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji normalitas pearson chi-square
Uji homogenitas data
Uji ANAVA
12.9.
Uji statistik kecepatan penyembuhan luka tikus
a. Tikus diabetes
Data
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji normalitas pearson chi-square
Uji homogenitas data
Uji T
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Tikus normal
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji homogenitas data
Uji T
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Kontrol luka
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji homogenitas data
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji T
b. Basis hydrocolloid matrix
Data
Uji normalitas pearson chi-square
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji homogenitas data
Uji T
e. Formula hydrocolloid matrix ibuprofen
Data
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji normalitas pearson chi-square
Uji homogenitas data
Uji T
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12.10. Uji statistik T dua sampel berpasangan stabilitas formula suhu 37°C a. Keseragaman bobot formula 1
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
b. Keseragaman bobot formula 2
Data
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji normalitas pearson chi-square
Uji wilcoxon
c. Keseragaman bobot formula 3
Data
Uji normalitas pearson chi-square
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji T dua sampel berpasangan
d. Persentase moisture content formula 1
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji wilcoxon
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Persentase moisture content formula 2
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
f. Persentase moisture content formula 3
Data
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
g. Persentase moisture absorption formula 1
Data
Uji normalitas pearson chi-square
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji T dua sampel berpasangan
h. Persentase moisture absorption formula 2
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i. Persentase moisture absorption formula 3
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
j. Keseragaman kandungan obat formula 1
Data
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
k. Keseragaman kandungan obat formula 2
Data
Uji normalitas pearson chi-square
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji T dua sampel berpasangan
l. Keseragaman kandungan obat formula 3
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12.11. Uji statistik T dua sampel berpasangan stabilitas formula suhu 45°C a. Keseragaman bobot formula 1
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Keseragaman bobot formula 2
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Keseragaman bobot formula 3
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. Persentase moisture content formula 1
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
e. Persentase moisture content formula 2
Data
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
f. Persentase moisture content formula 3
Data
Uji normalitas pearson chi-square
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji T dua sampel berpasangan
g. Persentase moisture absorption formula 1
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
h. Persentase moisture absorption formula 2
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
i. Persentase moisture absorption formula 3
Data
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
j. Keseragaman kandungan obat formula 1
Data
Uji normalitas pearson chi-square
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji T dua sampel berpasangan
k. Keseragaman kandungan obat formula 2
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
l. Keseragaman kandungan obat formula 3
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 13. Hasil Uji Histopatologi 13.1 Kulit tikus diabetes
Kontrol
BF1
F1
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13.2 Kulit tikus normal
Kontrol
BF1
F1
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13.3 Kulit tikus normal
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian
a
b
c
d
e
f
Keterangan: (a) BF1; (b) BF2; (c) BF3; (d) F1; (e) F2; (f) F3
Uji pH larutan sediaan
Uji iritasi kelinci 1
Uji iritasi kelinci 2
Uji iritasi kelinci 3
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Penulis
skripsi
yang
berjudul
“Optimasi
Konsentrasi Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC) Sebagai Polimer Hydrocolloid Matrix Diabetic Wound Healing Dengan Bahan Aktif Ibuprofen” memiliki nama lengkap Ignasia Handipta Mahardika. Dilahirkan di Magelang pada tanggal 28 Juli 1995 dari pasangan Bapak Robertus Rohandi dan Ibu Fransiska Irma Yudianti. Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Penulis telah menyelesaikan pendidikan di TK Santa Theresia Muntilan pada tahun 1999 hingga 2001, lalu melanjutkan pendidikan di SD Marsudirini Muntilan pada tahun 2001 hingga 2007. Penulis menempuh sekolah menengah pertama di SMP Marsudirini Marganingsih Muntilan pada tahun 2007 hingga 2010, kemudian melanjutkan ke tingkat menengah atas di SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan pada tahun 2010 hingga 2013. Penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tahun 2013 hingga 2017. Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, penulis cukup aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, organisasi kemahasiswaan, dan kepanitiaan.
111