PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
OPTIMASI KADAR PIROKSIKAM DALAM SEDIAAN HIDROGEL SEBAGAI DIABETIC WOUND HEALING PADA LUKA TIKUS DIABETES
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh: Rr. Kirana Andranilla NIM: 138114014
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
OPTIMASI KADAR PIROKSIKAM DALAM SEDIAAN HIDROGEL SEBAGAI DIABETIC WOUND HEALING PADA LUKA TIKUS DIABETES
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh: Rr. Kirana Andranilla NIM: 138114014
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN Saya persembahkan skripsi ini untuk Allah SWT yang telah memimpin setiap langkah hidup saya dan selalu berada di manapun saya berada Bapak, Papa, Mama, Kakak, Adik yang selalu mendukung saya dari jauh. Teman-teman tercinta yang selalu memberikan motivasi, menjadi tempat berkeluh kesah, dan selalu menemani.
“Bantinglah otak untuk mencari ilmu sebanyakbanyaknya guna mencari rahasia besar yang terkandung di dalam benda besar yang bernama dunia ini, tetapi pasanglah pelita dalam hati sanubari, yaitu pelita kehidupan jiwa” -Al Ghazali“Ilmu
pengetahuan
bukanlah
berdasarkan
kemampuan mengingat, barulah disebut ilmu pengetahuan hanya jika didapatkan dengan kemampuan pemikiran sendiri” -Tolstoy-
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala anugrah dan rahmat yang telah diberikan sehingga skripsi yang berjudul “Optimasi Kadar Piroksikam dalam Sediaan Hidrogel sebagai Diabetic Wound Healing pada Luka Tikus Diabetes” dapat dikerjakan dengan baik dan lancar. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari campur tangan berbagai pihak. Kesempatan ini penulis gunakan untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada: 1.
Allah SWT yang Maha Pengasih serta Maha Penyayang yang telah memberikan rahmat dan kuasanya atas penyusunan skripsi ini;
2.
Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma;
3.
Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt., selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan saran, memotivasi, dan bersabar selama penelitian dan penyusunan skripsi;
4.
Bapak Enade Perdana Istyastono, Ph.D., Apt., yang telah mendukung dan memberi banyak panduan dalam penyusunan skripsi ini;
5.
Ibu Nunung Yuniarti, Ph.D., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang sangat berarti pada penyusunan skripsi ini;
6.
Bapak Yohanes Ratijo, yang telah banyak bersabar dalam mendampingi penelitian, selalu mendukung, memotivasi, dan meluangkan waktu, tempat, dan tenaga yang ekstra dalam penelitian ini;
7.
Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. dan Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc.,Apt., selaku kepala laboratorium yang telah memberikan ijin penelitian;
8.
Pak Agung, Pak Kayat, Pak Musrifin, Pak Mukmin, dan Pak Wagiran, selaku laboran laboratorium Fakultas Farmasi yang telah mengijinkan penulis untuk melaksanakan penelitian di laboratorium;
9.
Pak Dwi, Pak Sarwanto, dan Pak Narto, selaku karyawan bagian Sekretariat Fakultas Farmasi yang telah mempermudah dalam urusan berkas-berkas;
10. Keluarga tercinta, orang tua penulis, Papa Agus, Mama Maya, Mbak Ega, Mbak Lintang, Mas Putra, Cindy dan keluarga besar penulis yang selalu memberikan doa, pertolongan, motivasi demi kelancara studi dan penyusunan naskah skripsi; vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11. Bapak Surya Tedja Miarza (Alm.) yang meskipun sudah tidak ada di dunia ini, tetapi selalu menjadi sosok yang menginsiprasi dan memotivasi penyusunan skripsi ini; 12. Garda Bagus Damastra, sebagai orang yang setia mendampingi penulis pada saat dibutuhkan dan dapat memberikan masukan serta motivasi dalam penyusunan naskah skripsi; 13. Ivana dan Hesti yang sama-sama merasakan suka duka dari awal sampai akhir penelitian hingga penulisan naskah skripsi ini; 14. Teman-teman seperjuangan lain, Dhuta, Tya , Kenny, Dipta, Ryan, Elwy, Fidel yang telah membantu dan mau bekerjasama dalam penelitian; 15. Teman-teman terdekat penulis: Maria, Aven, Eko, Ida, Ronny, Indri, Cindy, Ririn, Monita, Ike, Mas Bram, Chindy, Om Yos, Dian, Vita, Vinsen, Della, yang memberikan keceriaan selama penulisan skripsi ini; 16. Teman-teman FST 2013, FSM A 2013, dan seluruh angkatan 2013; 17. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan sehingga penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama di bidang ilmu farmasi.
Yogyakarta, 1 November 2016
Penulis
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v PRAKATA ....................................................................................................... vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... viii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii DAFTAR SINGKATAN KATA ........................................................................... xiv
ABSTRAK ....................................................................................................... xv ABSTRACT ....................................................................................................... xvi PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 METODE PENELITIAN ................................................................................. 2 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 5 Pembuatan gel diabetic wound healing.............................................. 5 Uji sterilitas ........................................................................................ 5 Uji sifat fisis ....................................................................................... 6 Perlakuan terhadap hewan uji ............................................................ 7 Waktu penyembuhan luka .................................................................. 9 Uji histopatologi ................................................................................. 9 KESIMPULAN ................................................................................................ 13 UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ 13 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 13 LAMPIRAN ..................................................................................................... 15 BIOGRAFI PENULIS ...................................................................................... 43
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I. Rata-Rata Hasil Uji Viskositas, Daya Sebar, dan Homogenitas .... 7 Tabel II. Rata-Rata Hari Penyembuhan Luka .............................................. 9 Tabel III. Hasil Pengamatan Uji Histopatologi ............................................. 11
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Hasil Uji Sterilitas........................................................................ 6 Gambar 2. Grafik Hasil Uji Rheologi ............................................................ 7 Gambar 3. Preparat Hasil Uji Histopatologi .................................................. 10
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Proposal Penelitian.................................................................... 15 Lampiran 2. Ethical Clearance Penelitian .................................................... 26 Lampiran 3. Certificate of Analysis Piroxicam ............................................. 27 Lampiran 4. Data Sifat Fisis Hidrogel ........................................................... 28 Lampiran 5. Data % Wound Closure ............................................................. 29 Lampiran 6. Hasil Statistik Penelitian ........................................................... 31 Lampiran 7. Hasil Uji Histopatologi ............................................................. 36 Lampiran 8. Foto Dokumentasi Hasil Penelitian........................................... 40
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN KATA
COX
: Cyclooxygenase
Gel
: Basis hidrogel tanpa penambahan piroksikam
GOD-PAP
: Glucose Oxidase Phenol Aminoantypyrin Peroxidase
HE
: Hematoxylin-Eosin
LAF
: Laminar Air Flow
MMP-9
: Matriks Metalloproteinase-9
NSAID
: Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs
PGE2
: Prostaglandin E2
Piroks 1
: Sediaan hidrogel dengan penambahan piroksikam 1,25%
Piroks 2
: Sediaan hidrogel dengan penambahan piroksikam 2,5%
Piroks 3
: Sediaan hidrogel dengan penambahan piroksikam 5%
UV
: Ultraviolet
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
OPTIMASI KADAR PIROKSIKAM DALAM SEDIAAN HIDROGEL SEBAGAI DIABETIC WOUND HEALING PADA LUKA TIKUS DIABETES Rr. Kirana Andranilla Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Kampus III Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, Indonesia 55282 Telp. (0274) 883037, Fax. (0274) 886529
[email protected] ABSTRAK Pada luka pasien diabetes, dapat terjadi peningkatan MMP-9 yang menghambat penyembuhan luka. Hal ini menyebabkan 23,5% penderita ulkus kaki diabetes harus mengalami amputasi. Piroksikam diduga adalah suatu zat aktif yang dapat mempercepat penyembuhan luka pada tikus diabetes. Penelitian “Optimasi Kadar Piroksikam dalam Sediaan Hidrogel sebagai Diabetic Wound Healing pada Luka Tikus Diabetes” memiliki tujuan untuk mengetahui konsentrasi efektif piroksikam dalam sediaan hidrogel untuk penyembuhan luka diabetes pada tikus galur Wistar. Zat aktif piroksikam diformulasikan ke dalam sediaan hidrogel. Tikus diinduksi aloksan sebagai induktor diabetes dan glukosa darah tikus diukur menggunakan metode Gucose Oxidase Phenol Aminoantipytin Peroxidase. Tikus diabetes diberikan luka eksisi dan akan diaplikasikan sediaan hidrogel piroksikam setiap 12 jam hingga luka menutup dan didapatkan persentase penutupan luka pada tikus. Tikus yang lukanya sudah tertutup akan dieutanasia dengan injeksi ketamin dosis letal untuk melihat secara mikroskopis struktur kulit dari bekas luka tersebut. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada waktu penyembuhan antarluka pada kelompok tikus normal maupun kelompok tikus diabetes. Tetapi secara uji histopatologi, formula piroksikam 5% terbukti dapat menyembuhkan luka dengan kualitas yang baik. Kata kunci: Hidrogel, Piroksikam, Ulkus Diabetes
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
OPTIMIZATION OF PIROXICAM’S LEVEL IN HYDROGEL PREPARATION AS DIABETIC WOUND HEALING ON DIABETIC RAT’S WOUND Rr. Kirana Andranilla Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Kampus III Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, Indonesia 55282 Telp. (0274) 883037, Fax. (0274) 886529
[email protected]
ABSTRACT In diabetic patient’s wound, the level of MMP-9 can be increasing, so it can inhibits wound healing process. This process has caused 23,5% of patients to have amputations. Piroxicam allegedly is an active substance which can accelerate the wound healing in diabetic rats. “Optimization of Piroxicam’s level in Hydrogel Preparation as Diabetic Wound Healing on Diabetic Rat’s Wound” has a purpose to determine the effective concentration of piroxicam in hydrogel preparation for wound healing in diabetic rats wistar strain. The piroxicam active substance is formulated into hydrogel preparation. Rats are induced by alloxan as diabetic inductor and blood glucose rate is measured by using Gucose Oxidase Phenol Aminoantipytin Peroxidase method. Diabetic rats are given excision wound and will be applied piroxicam’s hydrogel preparation every 12 hours until the wound is closed and percentage of wound closure in rats is obtained. Rats whose wound are closed will be given euthanasia by lethal dose ketamine injection to see the microscopic structure of the skin structure of these scars. The result of statistic analysis had showed that there is no significant difference between wound healing time inter-wound in normal group as well as diabetic group. But, in histopathology test, Piroxicam 5% formula is proven to heal wounds with good quality. Key word: Diabetic ulcer, Hydrogel, Piroxicam
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENDAHULUAN Diabetes melitus merupakan sekumpulan gejala yang timbul pada seseorang, ditandai dengan kadar glukosa yang melebihi nilai normal akibat kekurangan hormon insulin yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesa lemak (Sujono & Sutrisna, 2010). Banaknya penderita diabetes melitus karena gaya hidup masyarakat yang tidak memperhatikan pola hidup sehat, seperti mengkonsumsi gizi seimbang dan berolah raga (Darusman, 2009). Angka prevalensi penderita diabetes melitus pada umur produktif orang Indonesia adalah 4,6% (Mihardja et al., 2014). Prevalensi penderita ulkus kaki diabetik di Indonesia sebesar 15% dari penderita diabetes melitus (Santosa & Nikmah, 2014). Angka amputasi pada penderita ulkus kaki diabetes di Indonesia masih tinggi, yaitu sekitar 23,5% (Santosa & Nikmah, 2014). Pasien dengan diabetes beresiko mengalami penghambatan penyembuhan luka yang disebabkan karena apoptosis yang meningkat, infiltrasi sel yang tertunda, berkurangnya angiogenesis, dan berkurangnya pembentukan dan pengaturan benang kolagen (Asai et al., 2012). Pada pasien diabetes, cairan luka yang didapat dari luka kronis diabetes berisi sejumlah matriks metalloproteinase-9 yang berlebih (Falanga, 2005). Enzim MMP-9 yang berlebih akan menyebabkan penyembuhan luka menjadi tertunda (Falanga, 2005). Konsentrasi dari MMP-9 meningkat hingga 14 kali lipat pada penderita ulkus diabetikum, sehingga menghambat proses penyembuhan luka (Lobmann et al., 2002). Piroksikam adalah nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) yang memiliki aktivitas antiinflamasi dan analgesik dalam penghambatan sintesis prostaglandin PGE2 (Abd-Allah et al., 2011). Piroksikam merupakan inhibitor COX nonselektif dan dapat menghambat sintesis prostaglandin (Greene et al., 2010). Penghambatan prostaglandin akan menyebabkan berkurangnya sekresi MMP-9 secara signifikan karena prostaglandin menginduksin sitokin pro-inflamasi yang menginduksi MMP-9 (Yen, Khayrullina, Ganea, 2008). Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui konsentrasi efektif piroksikam dalam sediaan hidrogel untuk penyembuhan luka tikus diabetes. Hipotesis dari penelitian ini adalah sediaan hidrogel dengan kadar piroksikam yang optimal diduga dapat mempercepat proses penyembuhan luka pada hewan uji tikus diabetes dengan menghitung persentase penutupan luka.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental murni. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aloksan monohidrat (Sigma) yang digunakan sebagai induktor diabetes pada tikus, piroksikam (Kalbe Farma) sebagai zat aktif pada sediaan hidrogel, etanol 96% (Aldrich) yang digunakan sebagai kosolven, kalium sorbat (Brataco) dan asam borat (Brataco) yang digunakan sebagai pengawet pada basis gel, carbopol (Brataco); CMC-Na (Brataco); dan Ca-alginat (Brataco) yang digunakan sebagai gelling agent, gliserol (Aldrich) digunakan sebagai humektan, trietanolamin (Brataco) digunakan sebagai peningkat pH, akuades (Tirta Amarta) digunakan sebagai pelarut, etanol 70% (Aldrich) digunakan untuk sterilisasi ruangan, Nutrien Agar (Oxoid) digunakan sebagai media uji sterilisasi, ketamin 10% (Kepro) digunakan sebagai anestesi dan euthanasia tikus, krim depilatori (Reckitt Benckiser) digunakan sebagai pencukur bulu tikus, formalin 10% (Aldrich) digunakan untuk mengawetkan jaringan, reagen dan standar Glucose God FS (Diasys), akuabides (Ikapharmindo Putramas) digunakan untuk mengukur gula darah, heparin (Inviclot) digunakan sebagai antikoagulan darah. Alat yang digunakan meliputi gelas beker, hotplate magnetic stirrer (Cenco), batang pengaduk, pipet ukur, timbangan analitik (Ohaus), kabinet LAF, ose, labu ukur, tabung sentrifugasi, tabung reaksi, bunsen, cawan petri, mortir, stamper, spuit injeksi, pinset, gunting, skalpel, biopsy punch, gelas ukur, kaca objek, pipet tetes, kaca bundar, mikroskop cahaya (Olympus), microlab-200 (Merck), mikropipet (Socorex), vortex (Wilten), rheosys (Merlin VR), dan sentrifugator (Thermo). Pada penelitian ini digunakan tikus Wistar yang diperoleh dari Laboratorium Imono Universitas Sanata Dharma dengan jenis kelamin jantan, bertubuh sehat, dan belum pernah digunakan untuk percobaan lain, tidak ada kelainan pada bagian tubuh, dengan usia 2 bulan, bobot 150-180 g. Pembuatan Sediaan Hidrogel Diabetic Wound Healing Formula basis hidrogel acuan yang digunakan adalah formula yang sudah dioptimasi oleh Yuliani (2012) sebagai berikut: R/ Carbopol
1
CMC-Na
0,5
Ca-alginat
0,5
Trietanolamin
sampai pH 7
Gliserol
12,5 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Asam borat
0,5
Kalium sorbat
0,2
Etanol
10
Akuades
ad 90
m f. gel Sediaan yang akan dibuat adalah sedian hidrogel dengan piroksikam dengan kadar 1,25 (Piroks 1); 2,5 (Piroks 2) dan 5% (Piroks 3), dan basis hidrogel (Gel) itu sendiri. Uji Sterilitas Uji sterilitas dilakukan dengan menggoreskan hidrogel yang dihasilkan ke media Nutrien Agar pada cawan petri menggunakan jarum ose secara zig zag. Tiap petri kemudian dibungkus plastic wrap dan diinkubasi terbalik selama 24 jam. Uji Homogenitas Sediaan secukupnya diletakkan pada object glass lalu letakkan object glass yang lain di atas object glass pertama, tekan hingga rapat. Homogenitas sebarannya diamati. Diulangi sebanyak 3 kali. Uji Viskositas Sediaan secukupnya diletakkan pada plate rheosys dan uji viskositas dijalankan menggunakan alat rheosys dengan sistem cone and plate. Diulangi sebanyak 3 kali. Uji Daya Sebar Sediaan sebanyak 0,5 g ditimbang dan diletakkan di tengah kaca bundar. Letakkan kaca bundar lainnya (yang telah ditimbang bersama dengan pemberat, sehingga total botolnya 125 g) di atas kaca bundar pertama dan ditekan selama 1 menit. Diameter sediaan yang telah menyebar diukur (dengan mengambil nilai rata-rata setelah diukur dari 4 arah berbeda, yaitu vertikal, horisontal , dan kedua diagonalnya) dan diulangi sebanyak 3 kali. Induksi Aloksan pada Tikus dan Pengukuran Gula Darah Induksi aloksan dilakukan menurut metode Pirbalouti, et al. (2010), yaitu tikus jantan galur Wistar umur 2 bulan dengan berat 150-180 yang sebelumnya dipuasakan selama 15 jam, kemudian diinjeksi aloksan monohidrat secara intraperitonial dengan dosis 150 mg/kgBB yang dilarutkan pada akuades (5%) selama 2-3 hari berturut-turut. Darah diambil 24 jam setelah diinjeksi dan kadar gula darah tikus diukur pada awal dan akhir penelitian.
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Larutan yang dipersiapkan adalah larutan standar, blanko, dan sampel sesuai dengan komposisi masing-masing dalam tabung reaksi. Larutan sampel dibuat replikasi 3 kali. Semua larutan yang dibuat, divortex, dan didiamkan selama operating time selama 10 menit. Larutan-larutan kemudian diukur dengan microlab-200 pada panjang gelombang 546 nm. Tiga tikus yang kadar gula darahnya di atas 250 mg/dL digunakan untuk penelitian (Pirbalouti, et al., 2010). Perlakuan Pemberian Luka pada Tikus dan Pemberian Hidrogel Enam tikus digunakan sebagai perlakuan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 3 tikus perlakuan diabetes yang memiliki kadar gula darah di atas 250 mg/dL dan 3 tikus kontrol tidak diabetes. Setiap perlakuan diberi olesan krim depilatori pada bagian punggungnya dan didiamkan selama 5 menit, lalu dibilas dengan kapas yang dibasahi air bersih hingga tampak kulit punggung tikus. Tikus dibiarkan selama 48 jam sebelum diberi luka eksisi. Tikus dianestesi dengan menambahkan ketamin dosis 40-50 mg/kgBB secara intramuscular pada bagian paha. Tiga puluh menit setelah disuntikkan ketamin, kulit punggungnya dibasahi dengan etanol 70%. Pada tiap tikus diberi 5 luka eksisi menggunakan biopsy punch dengan diameter 3 mm ke punggung tikus yang sudah dicukur sebelumnya (hari ke-0). Perlakuan berbeda diberikan pada masing-masing luka eksisi pada tikus, yaitu: gel, piroks 1 (1,25%), piroks 2 (2,5%), piroks 3 (5%), dan tanpa diberi hidrogel. Hidrogel diabetic wound healing dioleskan sebanyak 0,1 mL pada luka eksisi dengan menggunakan spuit tanpa jarumnya. Pemberian sediaan dilakukan tiap 12 jam sampai luka menutup. Luka eksisi kemudian dimonitor dan area luka dihitung. Setelah luka sembuh, tikus dieutanasia dengan injeksi ketamin dengan dosis 100 mg/kgBB. Kulit punggung diambil dengan ukuran 2x2 cm dan disimpan dalam pot berisi formalin 10%. Uji Histopatologi Pengecatan Hematoxylin-Eosin (HE) Sampel berupa jaringan kulit dari perlakuan diambil dan dilakukan pengecatan dengan hematoxylin eosin, dilihat di bawah mikroskop cahaya untuk melihat perubahan struktur kulitnya. Uji hematoxylin-eosin dilakukan oleh Laboratorium Patologi Anatomi Universitas Gadjah Mada.
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tata Cara Analisis Hasil Analisis Kuantitatif Pengukuran persentase penutupan luka pada tikus dihitung dengan persamaan: ( ) (
)
(
(
) )
Pengukuran persentase penutupan luka pada tikus dilakukan tiap hari sampai luka menutup. Pengukuran persentase penutupan luka diukur menggunakan aplikasi Image J. Analisis Kualitatif Pengamatan histopatologi akan memberikan perbandingan hasil secara mikroskopis antara struktur kulit penyembuhan luka eksisi dan struktur kulit normal tikus.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Gel Diabetic Wound Healing Formula sediaan hidrogel diabetic wound healing merupakan modifikasi dari formula sediaan gel wound healing pada penelitian Formulasi Sediaan Hidrogel Penyembuh Luka Ekstrak Etanol Daun Binahong. Hidrogel diabetic wound pada penelitian ini diformulasi dalam suasana aseptis di dalam LAF yang telah dibersihkan dengan etanol dan didiamkan di bawah sinar UV selama 24 jam. Sterilisasi basis gel dengan autoklaf dilakukan pada suhu 121oC dan tekanan 1 kgf/cm2 selama 15 menit, sebab pada kondisi tersebut, mikroorganisme yang berada di dalamnya akan mati akibat degradasi asam nukleat dan denaturasi enzim (Adji, Zuliyanti, and Lara, 2007). Uji Sterilitas Uji sterilitas pada sediaan hidrogel dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan yang sudah diformulasi secara aseptis berhasil mempertahankan sterilitasnya atau tidak. Sediaan hidrogel yang diaplikasikan ke luka terbuka harus steril (Aulton, 2002) karena dikhawatirkan dapat menyebabkan infeksi. Pada pengobatan ulkus kaki diabetes, hal utama yang perlu dikontrol dengan baik adalah terjadinya infeksi. Apabila infeksi dicegah maka angka kejadian amputasi akan menurun (Leung, 2007). Hasil pengamatan pada Gambar 1 menunjukkan bahwa semua hidrogel yang sudah dibuat berhasil mempertahankan sterilitasnya meskipun tidak ada zat antimikroba pada hidrogel, sehingga sediaan ini tidak akan menyebabkan infeksi pada luka diabetes.
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 1. Hasil uji sterilitas: Piroks 1,25% (a); Piroks 2,5% (b); Piroks 5% (c); dan Gel (d) (n=3) Uji Sifat Fisis Uji sifat fisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji viskositas, uji daya sebar, dan uji homogenitas. Uji-uji ini merupakan data pendukung yang diperlukan untuk menggambarkan sifat fisis sediaan yang akan digunakan selama penelitian. Pengukuran viskositas dilakukan untuk mengetahui nilai viskositas sediaan yang dibuat serta untuk melihat karakteristik rheologi sediaan. Grafik hasil uji rheologi disajikan di Gambar 2 di mana grafik shear stress vs shear rate agak melengkung ke atas yang menandakan bahwa shear stress meningkat seiring dengan meningkatnya shear rate. Hasil uji rheologi menunjukkan bahwa sediaan termasuk dalam sifat alir non-Newtonian tipe pseudoplastis.
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Grafik Rheologi Sediaan
120 Shear rate (1/s)
110 100 90
Gel
80
Piroks 1,25%
70
Piroks 2,5%
60
Piroks 5%
50 110
130
150 170 Shear stress (Pa)
190
210
Gambar 2. Grafik hasil uji rheologi Gel; Piroks 1,25%; Piroks 2,5%; Piroks 5% Pengukuran daya sebar dilakukan untuk menjamin penyebaran gel diabetic wound healing pada saat diaplikasikan ke kulit. Uji homogenitas sediaan dilakukan untuk memastikan keseragaman dosis yang terabsorpsi ke setiap bagian kulit saat gel diabetic wound healing diaplikasikan. Uji homogenitas dilihat berdasarkan ada tidaknya gumpalan maupun butiran kasar pada sediaan gel diabetic wound healing. Data rata-rata hasil pengukuran viskositas, daya sebar, dan homogenitas disajikan dalam Tabel I. Tabel I. Rata-rata hasil uji viskositas, daya sebar, dan homogenitas (n=3) Sediaan
Viskositas ± SD (Pa.s)
Daya sebar ± SD (cm)
Homogenitas
Gel
2,832±0,386
4,108±0,101
Homogen
Piroks1,25%
2,715±0,287
4,592±0,184
Homogen
Piroks 2,5%
2,000±0,356
4,483±0,257
Homogen
Piroks 5%
2,527±0,767
4,508±0,213
Homogen
Gel, piroks 1,25%; pirox 2,5%; dan pirox 5% memiliki viskositas yang berkisar antara 2,000-2,832 Pa.S serta daya sebar berkisar di antara 4,108-4,592 cm. Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa semua sediaan homogen. Perlakuan Terhadap Hewan Uji Tikus yang digunakan memiliki kriteria sebagai berikut: Tikus spesies Rattus norvegicus dengan galur Wistar, usia 2 bulan, bobot berkisar antara 150-180 g. Usia dan berat badan dikontrol dengan baik agar meminimalisir variabel pengacau tak terkendali pada tikus. Berat badan dengan deviasi 30 g agar tidak menyebabkan perbedaan ketebalan kulit yang signifikan yang dapat memengaruhi waktu penyembuhan luka dan menyebabkan hasil penelitian menjadi bias. Tikus dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu tikus normal dan tikus diabetes dan tiap tikus diletakkan pada satu kandang yang berbeda-beda. 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penelitian ini menggunakan aloksan sebagai induktor diabetes pada tikus, karena aloksan akan merusak sel-sel penghasil insulin yaitu sel pulau Langerhans (Azizah & Sutrisna, 2010). Pada orientasi, dosis aloksan yang digunakan adalah 125 mg/kgBB, tetapi terbukti bahwa pada hari ke-4 semua gula darah tikus sudah berada di bawah 250 mg/dL. Hal ini menunjukkan bahwa dosis aloksan 125 mg/kgBB belum mampu menginduksi terjadinya diabetes pada tikus, sehingga dosis aloksan dinaikkan menjadi 150 mg/kgBB. Setelah 21 hari, terbukti tikus yang diberi aloksan 150 mg/kgBB masih memiliki kadar gula darah di atas 250 mg/dL, sehingga dosis ini yang akhirnya dipakai untuk menginduksi diabetes pada tikus. Sebelum diinduksi oleh aloksan, tikus diukur gula darah hari ke-0 dengan metode GOD-PAP (Glucose Oxidase Phenol Aminoantypyrin Peroxidase). Prinsip kerja enzim GOD-PAP yakni serum darah yang mengandung glukosa akan bereaksi dengan reagen GOD-PAP membentuk asam glukonat dan H2O2 (Khairina & Yuanita, 2015). Hidrogen peroksida yang terbentuk dalam reaksi ini bereaksi dengan 4-aminoantipirin dan membentuk N-(4-antipitryl)-P-benzoquinone imine (Khairina & Yuanita, 2015). Jumlah zat warna merah yang terbentuk sebanding dengan jumlah konsentrasi glukosa (Khairina & Yuanita, 2015). Pengambilan darah pada tikus dilakukan dari ekor tikus. Kadar gula darah hari ke-0 pada semua tikus berkisar antara 60-80 mg/dL. Tiga ekor tikus diberi induksi aloksan sebanyak 150 mg/kgBB selama 3 hari berturut-turut dan tikus dengan gula darah lebih dari 250 mg/dL digunakan sebagai subjek uji. Setelah dipastikan bahwa tikus memiliki kadar gula darah lebih dari 250 mg/dL maka tikus dipersiapkan dengan mencukur pada separuh bagian atas punggungnya hingga sebelum bagian leher. Pencukuran dilakukan dengan menggunting bulu tikus hingga setipis mungkin kemudian diaplikasikan krim depilatori. Hal ini bertujuan agar saat krim depilatori diaplikasikan, bulu tikus akan terangkat semua, karena apabila bulu masih terlalu tebal, krim depilatori tidak dapat mengangkat keseluruhan bulu yang tersisa. Tikus yang sudah tercukur didiamkan selama 48 jam untuk memastikan agar tidak ada lagi krim depilatori yang tersisa dan mengganggu hasil penelitian nantinya. Tikus diberi anestesi intramuskular ketamin terlebih dahulu di bagian paha untuk menjamin tikus tidak merasakan sakit saat diberi luka eksisi pada punggung. Luka eksisi dibuat agak berjauh-jauhan agar tidak mengganggu pengamatan satu sama lain. Luka juga tidak diberikan pada bagian leher karena leher merupakan bagian tubuh yang aktif bergerak sehingga akan menghambat penyembuhan luka dan juga tidak terlalu rendah 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
karena dapat dijangkau oleh mulutnya sendiri. Pemberian gel yang diujikan dilakukan segera setelah tikus diberi luka eksisi dan kemudian setiap 12 jam berikutnya hingga luka sembuh. Setelah dipastikan luka sembuh secara sempurna atau % wound closure mencapai 100% untuk tiap luka pada tikus, darah tikus diambil kembali untuk melihat apakah tikus masih dalam keadaan diabetes. Hasil pengujian gula darah memberikan hasil kadar gula darah tikus berkisar antara 382-560 mg/dL, sehingga tikus masih dalam keadaan diabetes. Tikus kemudian dieutanasia dan kulit punggung tikus diambil, kemudian sampel kulit disimpan dalam pot berisi formalin 10% untuk selanjutnya dibuat preparat dengan pengecatan Hematoxylin-Eosin dan diamati di bawah mikroskop. Waktu Penyembuhan Luka Rata-rata luka mencapai % wound closure hingga 100% pada kelompok tikus normal adalah 10-12 hari. Rata-rata luka mencapai % wound closure hingga 100% pada kelompok tikus diabetes adalah 9-13 hari. Data yang diambil untuk analisis statistik adalah data hari % wound closure mencapai 100%, data ditunjukkan pada tabel II. Tabel II. Rata-rata hari penyembuhan luka (n=3) Perlakuan luka
Tikus diabetes (hari)
Tikus normal (hari)
Rata-rata±SD
Kontrol
12±1,528
12±0,577
Gel
12±0,577
12±0,577
Piroks 1,25%
11±1,000
11±0,577
Piroks 2,5%
11±1,000
11±0,577
Piroks 5%
10±1,155
11±0,577
Analisis statistik dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifikan antara % wound closure pada tikus normal dan tikus diabetes. Hasil statistik menyatakan bahwa rata-rata data hari penyembuhan 100% wound closure pada kontrol = gel = piroksikam 1,25% = piroksikam 2,5% = piroksikam 5%. Hipotesis dari penelitian ini ditolak, tidak ada konsentrasi piroksikam yang optimal yang dapat mempercepat penyembuhan luka diabetes pada tikus. Tetapi apabila tidak dilakukan uji statistik, maka waktu penyembuhan luka yang paling cepat adalah pada formula piroks 5%. Uji Histopatologi Uji histopatologi ini dilakukan untuk melihat struktur kulit secara mikroskopis antara kulit penyembuhan luka tikus diabetes dan tikus normal. Uji histopatologi dilakukan 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 40x. Hasil histopatologi ditunjukkan pada gambar 3 dan intepretasi hasil uji histopatologi disajikan pada tabel III. g
g
g h
j l
i
l
h
l i k
k
(Tikus Diabetes Kontrol)
(Tikus Diabetes Gel)
(Tikus Diabetes Piroks 1,25%)
j
g
g g l
l
l h
h
k
(Tikus Normal Kontrol)
(Tikus Normal Gel) g
g i
j
j
h
(Tikus Normal Piroks 1,25%) g
l
l
l
k
k
(Tikus Diabetes Piroks 2,5%) (Tikus Diabetes Piroks 5%) (Tikus Normal Tanpa Perlakuan) g
j
g h
i l
l
k
(Tikus Normal Piroks 2,5%) (Tikus Normal Piroks 5%) Keterangan:
g = epidermis
j = folikel rambut
h = jaringan granulasi
k = jaringan ikat
i = pembuluh darah
l = kolagen
Gambar 3. Preparat hasil uji histopatologi Hematoxylin-Eosin (4x10) (n=1) 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel III. Hasil Pengamatan Uji Histopatologi Perlaku an
Hari Penyembuhan Tikus
Tikus
diabetes
Normal
Keterangan Tikus Diabetes
Tikus Normal
Penyembuhan masih dalam Penyembuhan tahap
proliferasi
dengan Kontrol (a)
12±1,528
12±0,577
ditandai termasuk dalam tahap
adanya
granulasi darah
dan
jaringan remodelling dibuktikan pembuluh dengan adanya susunan
meskipun
terbentuk
sudah
sudah kolagen yang teratur dan
kolagen
dan susunan
jaringan ikat
sel
yang
lengkap seperti folikel rambut, jaringan ikat, dan epidermis
Penyembuhan masuk dalam Penyembuhan
masih
tahap remodelling ditandai dalam tahap proliferasi dengan banyaknya struktur ditandai Gel (b)
12±0,577
12±0,577
dengan
kolagen yang teratur, dan banyaknya tidak
adanya
jaringan
jaringan granulasi dan kolagen
granulasi
masih
belum
banyak
terbentuk Penyembuhan Penyembuhan Piroks 1,25%
masuk 11±1,000
11±0,577
(c)
luka
masih masih
dalam
proliferasi
masuk
luka dalam
tahap tahap proliferasi karena
karena
masih masih
banyaknya
banyaknya jaringan granulasi jaringan dan sedikitnya kolagen
meskipun
granulasi ada
sedikit
kolagen Penyembuhan masuk Piroks 2,5% (d)
dalam
proliferasi 11±1,000
11±0,577
luka
karena
masih tahap masih
banyaknya jaringan granulasi yang
terbentuk,
adanya
pembuluh darah dan sedikit kolagen
11
Penyembuhan
luka
masih termasuk dalam tahap proliferasi karena banyaknya
jaringan
granulasi yang terbentuk dan sedikit kolagen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel III. (Lanjutan) Hasil Pengamatan Uji Histopatologi Perla kuan
Hari Penyembuhan Tikus
Tikus
diabetes
Normal
Keterangan Tikus Diabetes
Tikus Normal
Penyembuhan luka sudah masuk
dalam
remodelling
Piroks 5% (e)
10±1,155
11±0,577
tahap Penyembuhan
ditunjukkan masuk
dengan
tidak
jaringan
granulasi
lengkapnya
sel
luka
dalam
adanya remodelling
sudah tahap
ditunjukkan
dan dengan kolagen yang teratur, yang tidak ada jaringan granulasi,
sudah terbentuk seperti dan struktur sel yang sudah kolagen
yang
teratur, lengkap
seperti
folikel
jaringan ikat, epidermis, rambut dan jaringan ikat dan folikel rambut Susunan Tanpa Perlak
kolagen
sangat
teratur, susunan sel juga -
-
-
lengkap
uan (f)
seperti
folikel
rambut, jaringan ikat, dan epidermis
Pada hasil pengamatan uji histopatologi, untuk tikus diabetes kontrol, tikus diabetes yang diberi formula piroks 1,25%, dan juga tikus diabetes yang diberi formula piroks 2,5% masih dalam proses proliferasi. Hal ini dapat diartikan meskipun luka sudah menutup sempurna, tetapi proses penyembuhan luka belum sempurna. Tikus diabetes yang diberi gel dan formula piroks 5%, penutupan lukanya sudah memasuki tahap remodelling yang berarti luka sudah menutup secara sempurna. Tetapi, pada tikus diabetes yang diberi gel, susunan kolagen tidak rapat, sementara tikus yang diberi formula pirox 5%, susunan kolagennya sudah teratur. Tikus diabetes yang diberi formula piroks 5% menunjukkan hasil yang bagus, di mana sudah tidak ada jaringan granulasi, susunan kolagen sudah teratur dan memberikan hasil yang menyerupai sel-sel kulit tikus normal tanpa perlakuan. Sehingga formula piroks 5% dipilih sebagai formula yang optimal yang dapat menyembuhkan luka tikus diabetes.
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KESIMPULAN Pada penelitian ini, tidak terdapat formula optimal untuk penyembuhan luka tikus diabetes jika dilihat dari uji statistik. Tetapi, pada uji histopatologi, piroksikam dengan konsentrasi 5% dapat menyembuhkan luka diabetes dengan kualitas yang baik. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan penanganan luka diabetes ke tikus, menggunakan biopsy punch dengan diameter lebih besar lagi untuk melihat perbedaan pada penutupan luka tikus, dan mengembangkan piroksikam dalam formula baru selain hidrogel yang dapat memberikan hasil yang optimal dalam penyembuhan luka diabetes. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih ditujukan kepada Laboratorium Farmasi Fakultas Universitas Sanata Dharma, Akademi Farmasi Theresiana, Laboratorium Patologi Anatomi Universitas Gadjah Mada, dan Laboratorium Invvi yang sudah mendukung penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Abd-Allah, F., Dawaba, H. M., Mansour, A., Samy, A. M., 2011. Evaluation of the AntiInflammatory and Analgesics Effects of Piroxicam-Loaded Microemulsion in Topical Formulations. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 3(2), 66-70. Adji, D., Zuliyanti, Larashanty, H., 2007. Perbandingan Efektivitas Sterilisasi Alkohol 70%, Inframerah, Otoklaf, dan Ozon Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus subtilis. Journal Sain Veteriner, 25(1), 17-24. Asai, J., Takenaka, H., Hirakawa, S., Sakabe, J., Hagura, A., Kishimoto, S., et al., 2012. Topical Simvastatin Accelerates Wound Healing in Diabetes by Enhancing Angiogenesis and Lymphangiogenesis. The American Journal of Pathology, 181(6), 2217-2224. Aulton, M. E., 2002. Pharmaceutics, The Science of Dosage Form Design. 2nd edition, Edinburgh: Churchill Livingstone, 15. Azizah, T. S., Sutrisna, E. M., 2010. Pengaruh Lama Praperlakuan Flavonoid Rutin Terhadap Efek Hipoglikemik Tolbutamid pada Tikus Jantan yang Diinduksi Aloksan. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, 11(2), 91-99. Darusman, 2009. Perbedaan Perilaku Pasien Diabetes Mellitus Pria dan Wanita dalam Mematuhi Pelaksanaan Diet. Berita Kedokteran Masyarakat, 25(1), 31-33. Falanga, V., 2005. Wound Healing and Its Impairment in the Diabetic Foot. The Lancet, 366, 1736-1743. Greene, S. N., Ramos-Vara, J. A., Craig, B. A., Hooser, S. B., Anderson, C., Fourez, L. M., et al., 2010. Effects of Cyclooxygenase Inhibitor Treatment on the Renal Toxicity of Cisplatin in Rats. Cancer Chemoter Pharmacol, 65, 549-556. Khairina, A., Yuanita, L., 2015. Pengaruh Variasi Lama Penyimpanan Umbi Bengkuang Terhadap Kadar Glosa Darah Rattus norvegicus. Journal of Chemistry, 4(1), 31-36.
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Leung, P. C., 2007. Diabetic Foot Ulcers-A Comprehensive Review. Surgeon,1(8), 219231. Lobmann, R., Ambrosch, A., Schultz, G., Waldmann, K., Schiweck, S., Lehnert, H., 2002. Expression of Matrix-metalloproteinases and Their Inhibitors in theWounds of Diabetic and Non-Diabetic Patients. Diabetologia, 45, 1011-1016. Mihardja, L., Soetrisno, U., Soegondo, S., 2014. Prevalence and Clinical Profile of Diabetes Mellitus in Productive Aged Urban Indonesia. Journal of Diabetes Investigation, 5, 507-512. Pirbalouti, A. G., Azizi, S., Koohpayeh, A., Hamed, B., 2010. Wound Healing Activity of Malva sylvestris and Punica granatum In Alloxan-induced Diabetic Rats. Acta Poloniae Pharmaceutica-Drug Research, 67(5), 511-516. Santosa, A., Nikmah, I. M. N., 2014. Hubungan Pengetahuan tentang Pengendalian Kadar Gula Darah dengan Kejadian Ulkus Diabetik pada Pasien Diabetes Melitus. Medisains, 18(3), 1-11. Sujono, T. A., Sutrisna, E. M., 2010. Pengaruh Lama Praperlakuan Flavonoid Rutin terhadap Efek Hipoglikemik Tolbutamid pada Tikus Jantan yang Diinduksi Aloksan. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, 11(2), 91-99. Yen, J. H., Khayrullina, T., Ganea, D., 2008. PGE2-induced Metalloproteinase-9 is Essential for Dendritic Cell Migration. Blood, 111(1), 260-270. Yuliani, S.H., 2012. Ektrak Etanol Daun Binahong. Disertasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN Lampiran 1. Proposal Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gejala yang timbul pada seseorang, ditandai dengan kadar glukosa yang melebihi nilai normal akibat tubuh kekurangan insulin (Sujono & Sutrisna, 2010). Diabetes ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah dan perubahan yang progresif terhadap struktur histopatologi pankreas (Suarsana et al., 2010). Penderita diabetes melitus dewasa ini terus meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat kemakmuran dan berubahnya gaya hidup (Pasaribu et al., 2012). Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang dapat mempengaruhi kualitas hidup individu (Mihardja et al., 2014). Angka prevalensi penderita diabetes melitus pada umur produktif orang indonesia adalah 4,6% (Mihardja et al., 2014). Penderita diabetes dapat mengalami ulkus kaki karena neuropati, iskemik, atau keduanya (Cavanagh et al., 2005). Prevalensi penderita ulkus kaki diabetik di Indonesia sebesar 15% dari penderita diabetes melitus (Santosa & Nikmah, 2014). Ulkus kaki dapat menyebabkan morbiditas substansial, menurunnya kualitas hidup, biaya perawatan yang tinggi dan amputasi tubuh ekstrimitas bawah (Cavanagh et al., 2005). Angka amputasi pada penderita ulkus kaki diabetes di Indonesia masih tinggi, yaitu sekitar 23,5% (Santosa & Nikmah, 2014). Penyembuhan luka adalah keseimbangan antara komponen matriks ekstraseluler collagenous dan non-collagenous, dan remodelling by matrix metalloproteinase (MMPs) (Lobmann et al., 2002). Proses penyembuhan luka adalah proses yang dinamis dan kompleks yang dapat dibagi menjadi beberapa fase (Cianfarani et al., 2006) yaitu fase koagulasi, inflamasi, proliferasi, dan remodelling (Falanga, 2005). Pasien dengan diabetes beresiko mengalami penghambatan penyembuhan luka yang disebabkan karena apoptosis yang meningkat, infiltrasi sel yang tertunda, berkurangnya angiogenesis, dan berkurangnya pembentukan dan pengaturan benang kolagen (Asai et al., 2012). Ada beberapa aspek yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien diabetes, yaitu berkurangnya respons inflamasi, berkurangnya pembentukan jaringan granulasi dan terhambatnya angiogenesis (Cianfarani et al., 2006). Pada pasien diabetes, cairan luka yang didapat dari luka kronis diabetes berisi sejumlah matriks metalloproteinase yang berlebih (Falanga, 2004). Enzim MMP-9 yang berlebih akan menyebabkan penyembuhan luka menjadi tertunda (Falanga, 2004). Konsentrasi dari MMP-9 meningkat hingga 14 kali lipat pada penderita ulkus diabetikum, sehingga menghambat proses penyembuhan luka (Lobmann et al., 2002). Piroksikam adalah nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) yang memiliki aktivitas antiinflamasi, analgesik, antipiretik dalam penghambatan sintesis prostaglandin (Abd-Allah et al., 2011). Piroksikam efektif dalam mengobati rheumatoid arthritis, osteoarthritis, dan inflamasi muskuloskeletal (Redasani et al., 2014). Penghambatan 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
prostaglandin akan menyebabkan berkurangnya sekresi MMP-9 secara signifikan karena prostaglandin menginduksin sitokin pro-inflamasi yang menginduksi MMP-9 (Yen, Khayrullina, Ganea, 2008). Jaringan luka untuk penyembuhan luka haruslah dijaga kelembabannya, tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah (Ovington, 2007). Hidrogel adalah sediaan yang bersifat semiocclusive dan terdiri dari sebagian besar air dan polimer untuk meningkatkan viskositas dan melapisi permukaan kulit yang terluka (Okan et al., 2007). Sifat semiocclusive dari hidrogel akan menjaga kelembaban dalam luka karena sediaan hidrogel memiliki viskositas yang tinggi, memfasilitasi autolytic debridement dan mempercepat penyembuhan luka kronis dan luka akut dan mempercepat pertumbuhan jaringan baru (Okan et al., 2007). 1.2 Rumusan Masalah Berapa konsentrasi efektif piroksikam dalam sediaan hidrogel yang mampu menyembuhkan luka tikus diabetes? 1.3 Tujuan Penelitian Mengetahui konsentrasi efektif piroksikam dalam sediaan hidrogel untuk penyembuhan luka tikus diabetes. 1.4 Urgensi Penelitian Penelitian ini berguna untuk mengembangkan sediaan hidrogel piroksikam yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka pada penderita diabetes sehingga mengurangi angka kejadian amputasi akibat ulkus kaki diabetikum 1.5 Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu kefarmasian di Indonesia, terlebih lagi yang berkaitan dengan aktivitas penyembuhan luka oleh zat aktif piroksikam di dalam hidrogel pada penderita diabetes, sehingga dapat pula dijadikan acuan untuk penelitian berikutnya. 1.6 Luaran yang Diharapkan Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah kadar efektif piroksikam dalam sediaan hidrogel yang mampu mempercepat penyembuhan luka bagi penderita diabetes. 1.7 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan secara ilmiah potensi piroksikam dalam mempercepat penyembuhan luka pada penderita diabetes.
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka 2.1.1 Definisi Luka adalah kerusakan epitel kulit yang ditandai dengan gangguan struktur dan fungsi dari jaringan di bawah kulit (Greaves et al., 2013). Luka akan berdampak ke pendarahan, kontraksi pembuluh darah, koagulasi, dan aktifasi dari respon inflamasi (Velnar et al., 2009). 2.1.2 Proses Penyembuhan Luka Proses penyembuhan luka adalah respons fisiologis normal karena adanya luka dan akan mengembalikan struktur dan fungsi normal dari jaringan yang terluka (Barati et al., 2013). Luka dikatakan sembuh apabila struktur anatomi, fungsi, dan penampilan dari jaringan akan kembali normal pada waktu tertentu (Velnar et al., 2009). Proses penyembuhan luka dapat dibagi menjadi empat proses, yaitu koagulasi, inflamasi, proliferasi, dan remodelling (Falanga, 2005). Fase koagulasi adalah fase pertama dalam penyembuhan luka (Hamed et al., 2014) yang dibutuhkan untuk hemostasis dan melindungi luka (Falanga, 2005). Platelet akan teragregrasi pada sisi kulit yang terluka untuk memfasilitasi pembentukan dari benang fibrin dan akan berubah menjadi fibronektin (Hamed et al, 2014). Platelet yang teragregrasi akan melepaskan sejumlah growth factors termasuk platelet-derived growth factor (PDGF) dan transforming growth factors (TGF)ß1 (Falanga, 2005). Fase inflamasi memiliki tujuan untuk memperkuat barrier imunitas melawan mikroorganisme (Velnar et al., 2009). Fase inflamasi dicirikan dengan extravasation netrofil dan makrofag ke luka dan juga fagositosis jaringan rusak (Hamed et al., 2014). Netrofil memiliki fungsi untuk fagositosis, yaitu menghancurkan dan menghilangkan bakteri, partikel asing dan jaringan yang rusak (Velnar et al., 2009). Makrofag akan berfungsi sebagai sel fagosit dan memproduksi faktor pertumbuhan yang bertanggung jawab terhadap proliferasi (Enoch & Leaper, 2007). Sel inflamasi mengeluarkan sitokin proinflamasi yang berguna untuk kemoatraktan sel inflamasi ke sisi yang terluka dan menyebabkan migrasi sel yang dibutuhkan untuk fase selanjutnya dari penyembuhan luka (Hamed et al., 2014). Fase proliferasi ditandai dengan pembentukan protein matriks ekstraseluler, angiogenesis, kontraksi, dan migrasi keratinosit (Falanga, 2005). Pada fase ini akan terjadi angiogenesis yang akan berkontribusi terhadap proses penyembuhan luka dengan mengantarkan oksigen dan nutrien ke miofibroblast, dan memperpanjang durasi dari proliferasi sel dan mendukung produksi dari permanently hydrated wound matrix (Hamed et al., 2014). Fase remodelling adalah fase akhir dari penyembuhan luka yang bertanggungjawab pada pengembangan epitel baru dan pembentukan jaringan luka akhir (Velnar et al., 2009). Fase remodelling akan mengakhiri proses inflamasi dan pembentukan luka, mengembalikan morfologi jaringan normal, mengorganisir matriks kolagen, dan apoptosis sel yang tidak lagi dibutuhkan untuk proses penyembuhan luka (Hamed et al., 2014).
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kolagen adalah komponen penting yang berguna untuk proses penyembuhan luka pada fase proliferasi dan remodelling (Enoch & Leaper, 2007). 2.2 Proses Penyembuhan Luka Diabetes 2.2.1 Luka Diabetes Luka diabetes adalah luka yang tidak berhasil melakukan proses penyembuhan luka secara sempurna (Velnar et al.,2009). Ulkus diabetikum dapat disebabkan karena menginjak benda yang dapat menembus kulit, berjalan dengan telanjang kaki atau tidak menggunakan alas kaki yang benar, dan juga karena tekanan yang berlebihan (Cavanagh et al., 2005). Ketika penderita diabetes mengalami luka pada kakinya, mereka bisa terkena resiko amputasi (Brem & Tomic-Canic, 2007). Penyebab dari terhambatnya penyembuhan luka pada orang diabetes adalah terhambatnya atau menurunnya produksi faktor pertumbuhan, respon angiogenesis, fungsi makrofag, akumulasi kolagen, fungsi perlindungan epidermal, jumlah jaringan granulasi, proliferasi dan migrasi dari keratinosit dan fibroblast, jumlah saraf epidermal, dan tidak seimbangnya akumulasi dari komponen matriks ekstraseluler dan remodelling dengan MMPs (Brem & Tomic-Canic, 2007). Pada pasien ulkus diabetikum, luka itu mengandung sejumlah matriks metalloproteinases (MMPs) yang dapat merusak protein matriks ekstraseluler yang penting (Falanga, 2004). 2.2.2 Matriks metalloproteinase-9 MMPs secara struktural adalah suatu bagian dari endopeptidase zinc-dependent yang dapat mendegradasi komponen penting dari matriks ekstraseluler (Chen et al., 2007). Matriks metallopreoteinase dapat mendegradasi kolagen yang penting dan dapat menghambat penyembuhan luka terutama pada salah satu jenis MMPs kolagenase tipe IV, yaitu MMP-9 (Chen et al., 2007; Enoch & Leaper, 2007). Pada pasien ulkus diabetikum, enzim MMP-9 pada luka meningkat hingga 14 kali lipat (Lobmann et al., 2002) sehingga dapat menunda proses penyembuhan luka (Falanga, 2004). 2.3 Piroksikam Piroksikam adalah derivat oksikam yang termasuk obat AINS dengan mekanisme menghambat enzim siklooksigenase (Rajab & Jawad, 2016) yang efektif dalam mengobati rheumatoid arthritis, osteoarthritis, dan inflamasi muskuloskeletal (Redasani et al., 2014). Mekanisme aksi dari piroksikam adalah penghambatan sintesis prostaglandin (Abd-Allah et al., 2011). Piroksikam merupakan inhibitor COX nonselektif dan dapat menghambat sintesis prostaglandin (Greene et al., 2010). Penghambatan prostaglandin akan menyebabkan berkurangnya sekresi MMP-9 secara signifikan (Yen, Khayrullina, Ganea, 2008).
2.4 Hidrogel Sediaan penyembuh luka yang ideal haruslah melindungi luka dari infeksi bakteri, mencegah dehidrasi, menyerap eksudat luka dan mempercepat penyembuhan (Sun et al., 2011). Sediaan penyembuh luka yang lembab, dapat dikatakan sebagai sediaan occlusive 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
atau semiocclusive akan menjaga hidrasi dari jaringan yang terluka (Ovington, 2007) dan juga dapat mempercepat penyembuhan luka kronis, meningkatkan migrasi dari keratinosit, serta mempercepat pertumbuhan jaringan baru (Okan et al., 2007). Sediaan hidrogel adalah sediaan semiocclusive yang sebagian besar komponennya adalah air dengan polimer untuk meningkatkan kekentalannya agar sediaan dapat melapisi luka (Okan et al., 2007). 2.5 Landasan Teori Proses penyembuhan luka berlangsung pada 4 fase, yaitu fase koagulasi, inflamasi, proliferasi, dan remodelling. Kolagen merupakan komponen penting pada fase proliferasi dan remodelling. Namun, MMP-9 yang berlebihan akan mendegradasi kolagen dan menghambat penyembuhan luka pada pasien diabetes. Piroksikam adalah obat AINS yang memiliki aktivitas menghambat MMP-9. Sediaan hidrogel yang bersifat semiocclusive akan mempercepat penyembuhan luka kronis. Dengan demikian, sediaan hidrogel yang mengandung piroksikam akan menghambat MMP-9 mendegradasi kolagen dan dapat mempercepat penyembuhan luka pada pasien diabetes. 2.6 Hipotesis Sediaan hidrogel dengan kadar piroksikam yang optimal diduga dapat mempercepat proses penyembuhan luka pada hewan uji tikus diabetes dengan menghitung persentase penutupan luka.
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian yang berjudul “Optimasi Kadar Piroksikam dalam Sediaan Hidrogel sebagai Diabetic Wound Healing pada Luka Tikus Diabetes” ini termasuk penelitian eksperimental murni. Penelitian ini merupakan eksperimental murni sederhana dengan rancangan acak lengkap pola searah karena pengambilan hewan uji dilakukan secara acak dan menggunakan satu variabel bebas. 3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.2.1 Variabel tergantung Variabel tergantung pada penelitian ini adalah persentase penutupan luka tikus diabetes. 3.2.2 Variabel bebas Variabel bebas pada penelitian ini adalah konsentrasi piroksikam dalam sediaan hidrogel penyembuh luka. 3.2.3 Variabel pengacau a. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali pada penelitian ini adalah umur tikus, galur tikus, berat badan tikus, jenis kelamin tikus, tempat memperoleh tikus, asupan makanan dan minuman, dan produsen bahan-bahan untuk hidrogel dan induktor diabetes. b. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali pada penelitian ini adalah kondisi patofisiologis tikus. 3.2.4 Definisi operasional a. Uji histopatologi. Pengamatan kondisi kulit tikus secara mikroskopis dengan mikroskop cahaya dengan bantuan zat pewarna. b. Persentase penutupan luka. Perhitungan persentase wound closure pada luka tikus diabetes setelah diaplikasikan sediaan hidrogel. c. Kadar piroksikam. Konsentrasi piroksikam yang berada di dalam sediaan hidrogel sebanyak 1,25; 2,5 dan 5%. d. Sediaan hidrogel.. Sediaan gel yang memiliki basis carbopol, CMC-Na, Ca-alhinat, trietanolamin, gliserol, asam borat, kalium sorbat, etanol, dan akuades. e. Tikus diabetes. Tikus putih jantan galur Wistar berumur 2 bulan dan memiliki berat badan 150-180 g yang memiliki kadar glukosa darah di atas 250 mg/dL. 3.3 Bahan Penelitian 3.3.1 Subjek penelitian a. Populasi. Populasi pada penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Wistar dari Laboratorium Imono Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Sampel. Sampel pada penelitian ini adalah 6 ekor tikus putih jantan galur Wistar yang berumur 2 bulan dari Laboratorium Imono Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, yang memiliki deviasi berat badan 30 g (150-180 g). 3.3.2 Bahan penelitian Aloksan monohidrat digunakan untuk induktor diabetes pada tikus, etanol 96% digunakan untuk kosolven, piroksikam digunakan sebagai zat aktif, kalium sorbat dan asam borat digunakan sebagai pengawet pada basis gel, carbopol; CMC-Na; dan Ca-alginat digunakan sebagai gelling agent, gliserol digunakan sebagai humectan, trietanolamin digunakan sebagai peningkat pH, akuades digunakan sebagai pelarut, etanol 70% digunakan untuk sterilisasi ruangan, Nutrien Agar (Oxoid) digunakan sebagai media uji sterilisasi, ketamin digunakan sebagai anestesi dan euthanasia tikus, krim depilatori digunakan sebagai pencukur bulu tikus, formalin 10%, larutan Harris Hematoxylin; larutan acid alkohol; larutan ammonium; larutan stok eosin alkohol 1%; dan larutan working eosin digunakan dalam uji histopatologi, reagen Glucose GOD FS; akuabides; darah subjek uji; dan larutan standar glukosa digunakan untuk mengukur gula darah tikus, formalin 10% digunakan sebagai pengawet jaringan kulit, heparin digunakan sebagai antikoagulan. 3.4 Alat Penelitian Gelas beker, hotplate magnetic stirrer, stirrer, termometer, aluminium foil, batang pengaduk, kabinet LAF, ose, labu ukur, tabung sentrifugasi, tabung reaksi, bunsen, cawan petri, mortir, stamper, spuit injeksi, pinset, gunting, skalpel, biopsy punch, gelas ukur, kaca objek, pipet tetes, plastic wrap, kaca bundar, mikroskop cahaya, microlab-200, mikropipet, vortex, dan sentrifugator. 3.5 Skema Kerja Penelitian Pembuatan sediaan hidrogel diabetic wound healing
Uji sterilitas
Uji daya sebar
Induksi aloksan pada tikus dan pengukuran gula darah
Uji viskositas
Uji homogenitas
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perlakuan: 1.Pemberian luka pada tikus 2.Pemberian hidrogel piroksikam
Pengamatan: 1. Uji histopatologi-pengecatan Hematoxylin-Eosin (HE) 2. Persentase Wound closure
Gambar 2. Skema tata cara penelitian 3.6 Tata Cara Penelitian 3.6.1 Pembuatan sediaan hidrogel diabetic wound healing Formula basis hidrogel acuan yang digunakan adalah sebagai berikut: R/ Carbopol 1 CMC-Na 0,5 Ca-alginat 0,5 Trietanolamin sampai pH 7 Gliserol 12,5 Asam borat 0,5 Kalium sorbat 0,2 Etanol 10 Akuades ad 90 m f. gel Sediaan yang akan dibuat adalah sedian hidrogel dengan piroxicam dengan kadar 1,25 (pirox 1); 2,5 (pirox 2) dan 5% (pirox 3), dan basis hidrogel (gel) itu sendiri. Formula masing-masing sediaan adalah sebagai berikut: Tabel I. Formula sediaan hidrogel diabetic wound healing Formula Gel Pirox 1 Pirox 2 Pirox 3 Basis 100 98,75 97,5 95 Piroksikam 1,25 2,5 5 CMC-Na dikembangkan dalam akuades selama 24 jam, kemudian ditambahkan Caalginat dan diaduk hingga homogen (campuran A). Campuran A kemudian ditambahkan ke dalam larutan kalium sorbat dan asam borat dalam akuades yang telah ditambahkan carbopol 4% sebelumnya, aduk hingga homogen. Gliserol dimasukkan dan diaduk hingga homogen. Lalu ditambahkan mL akuades kemudian trietanolamin dimasukkan sedikit demi sedikit hingga mencapai pH 7 (campuran B). Campuran B disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. Campuran B yang telah disterilisasi kemudian dtambahkan piroksikam 1,25; 2,5 dan 5%. 3.6.2 Uji sterilitas Kabinet LAF disterilkan dengan lampu UV selama 24 jam setelah sebelumnya dibersihkan dengan alkohol 70%. Peralatan yang digunakan juga disterilkan sebelumnya menggunakan autoklaf pada 121oC selama 15 menit. Nutrien Agar (Oxoid) sebanyak 21 g ditambah 750 mL akuades dan diaduk homogen dengan batang pengaduk. Media dipanaskan dengan hotplate magnetic stirrer sampai tercampur homogen. Media dituangkan ke dalam tabung reaksi masing-masing sebanyak 15 mL, kemudian tabung reaksi ditutup dengan penutup yang sesuai. Seluruh media dalam tabung reaksi tersebut 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
disterilkan dengan autoklaf selama 15 menit dengan tekanan 1 kgf/cm2 dan suhu 121oC. Media yang telah steril kemudian dituang ke dalam cawan petri dalam LAF (penuangan dilakukan dekat bunsen). Media NA dalam cawan petri dibiarkan memadat. Hidrogel yang akan diuji sterilitasnya disiapkan, kemasannya dibersihkan dengan menggunakan alkohol 70%. Jarum ose dipanaskan di atas bunsen hingga memijar, kemudian didinginkan. Kemasan hidrogel dibuka secara aseptis dekat nyala bunsen, kemudian sedikit hidrogel dibuang, setelah itu diambil 1 ose hidrogel dan digoreskan pada permukaan media agar secara zigzag. Ose dipijarkan setiap akan digunakan untuk penggoresan. Tiap petri kemudian diberi label dan dibungkus dengan plastic wrap, lalu dinkubasi terbalik dalam LAF (tanpa nyala bunsen) selama 24 jam. 3.6.3 Uji daya sebar Sediaan sebanyak 0,5 g ditimbang dan diletakkan di tengah kaca bundar. Letakkan kaca bundar lainnya (yang telah ditimbang bersama dengan pemberat, sehingga total botolnya 125 g) di atas kaca bundar pertama dan ditekan selama 1 menit. Diameter sediaan yang telah menyebar diukur (dengan mengambil nilai rata-rata setelah diukur dari 4 arah berbeda, yaitu vertikal, horisontal, dan kedua diagonalnya) dan diulangi sebanyak 3 kali. 3.6.4 Uji homogenitas Sediaan secukupnya diletakkan pada object glass lalu letakkan object glass yang lain di atas object glass pertama, tekan hingga rapat. Homogenitas sebarannya diamati. Diulangi sebanyak 3 kali. 3.6.4 Uji viskositas Sediaan secukupnya diletakkan pada plate rheosys dan uji viskositas dijalankan menggunakan alat rheosys dengan sistem cone and plate. Diulangi sebanyak 3 kali. 3.6.5 Induksi aloksan pada tikus dan pengukuran gula darah Induksi aloksan dilakukan menurut metode Pirbalouti, et al. (2010), yaitu tikus jantan galur Wistar umur 2 bulan dengan berat 150-180 g dipuasakan selama 15 jam, kemudian diinjeksi aloksan monohidrat secara intraperitonial dengan dosis 125 mg/kgBB yang dilarutkan pada akuades (5%) selama 2-3 hari berturut-turut. Darah diambil 24 jam setelah diinjeksi dan kadar gula darah tikus diukur pada awal dan akhir penelitian. Tabel II. Pembuatan larutan untuk uji gula darah tikus Larutan Standar (µL) Blanko (µL) Sampel (µL) Aquabides 10 Reagen GOD-FS 1000 1000 1000 Serum darah 10 Standar glukosa 10 Larutan yang dipersiapkan adalah larutan standar, blanko, dan sampel sesuai dengan komposisi masing-masing dalam tabung reaksi. Larutan sampel dibuat replikasi 3 kali. Semua larutan yang dibuat, divortex, dan didiamkan selama operating time selama 10 menit. Larutan-larutan kemudian diukur dengan microlab-200 pada panjang gelombang 546 nm. Tiga tikus yang kadar gula darahnya di atas 250 mg/dL digunakan untuk penelitian.
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.6.6 Perlakuan pemberian luka pada tikus dan pemberian hidrogel Enam tikus digunakan sebagai perlakuan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 3 tikus perlakuan diabetes yang memiliki kadar gula darah di atas 250 mg/dL dan 3 tikus kontrol tidak diabetes. Setiap perlakuan diberi olesan krim depilatori pada bagian punggungnya dan didiamkan selama 5 menit. Krim tersebut lalu dibilas dengan kapas yang dibasahi air bersih, sehingga tampak kulit punggung tikus tersebut. Tikus dibiarkan selama 48 jam sebelum diberi luka eksisi. Tikus jantan dianestesi dengan menambahkan ketamin dosis 40-50 mg/kgBB secara intramuscular pada bagian paha. Tiga puluh menit setelah disuntikkan ketamin, kulit punggungnya dibasahi dengan etanol 70%. Pada tiap tikus diberi 5 luka eksisi menggunakan biopsy punch dengan diameter 3 mm ke punggung tikus yang sudah dicukur sebelumnya (hari ke-0). Perlakuan berbeda diberikan pada masingmasing luka eksisi pada tikus, yaitu: gel, pirox 1, pirox 2, pirox 3, dan tanpa diberi hidrogel. Hidrogel diabetic wound healing dioleskan sebanyak 0,1 mL pada luka eksisi dengan menggunakan spuit tanpa jarumnya. Pemberian sediaan dilakukan tiap 12 jam sampai luka menutup. Luka eksisi kemudian dimonitor dan area luka dihitung. Setelah luka sembuh, tikus dieutanasia dengan injeksi ketamin dosis 100 mg/kgBB. Kulit punggung diambil dengan ukuran 2x2 cm dan disimpan dalam pot berisi formalin 10%. a
a
b
b
c
c
d
d e
a
e
a
a
a
Gambar 3. Pola perlakuan pada punggung tikus diabetes dan non-diabetes Tabel III. Keterangan pola perlakuan pada punggung tikus diabetes dan nondiabetes Keterangan Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Kontrol Pirox 2 Gel a Gel Pirox 3 Pirox 1 b Pirox 1 Kontrol Pirox 3 c Pirox 2 Pirox 1 Kontrol d Pirox 3 Gel Pirox 2 e 3.6.7 Uji histopatologi-pengecatan Hematoxylin-Eosin (HE) Sampel berupa jaringan kulit dari perlakuan diambil, dilakukan pengecatan dengan hemotoxylin eosin, dilihat di bawah mikroskop untuk melihat perubahan histopatologisnya. a. Trimming. Pemotongan tipis jaringan dengan pisau skalpel.
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Dehidrasi. Dehidrasi dilakukan untuk mengeluarkan air yang tekandung dalam jaringan dengan menggunakan reagen pembersih, lalu dilakukan imprenasi (penetrasi parafin ke dalam jaringan). c. Embedding dan cutting. Jaringan yang sudah didehidrasi diletakkan di atas sebuah balok kayu (embedding) sebagai alas pemotongan jaringan dengan pisau mikrotom (cutting). d. Staining. Rangkaian pewarnannya adalah sebagai berikut: Xylol I (5 menit); Xylol II (5 menit), Xylol III (5 menit); alkohol absolut I (5 menit); alkohol absolut II (5 menit); akuades (1 menit); Harris Hematoxylin (20 menit); akuades (1 menit); acid alkohol (2-3 celupan); akuades (1 menit); akuades (15 menit); Eosin (2 menit); alkohol 96% I (3 menit); alkohol 96% II (3 menit); alkohol absolut III (3 menit); alkohol absolut IV (3 menit); Xylol IV (5 menit); Xylol V (5 menit). e. Mounting. Menutup object glass dengan cover glass. f. Pembacaan slide dengan mikroskop. Pengamatan histopatologi dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya (Olympus tipe BH-2, Olympus Corp., Jepang). 3.7 Tata Cara Analisis Hasil 3.7.1 Analisis kuantitatif Pengukuran persentase penutupan luka pada tikus dihitung dengan persamaan: ( ) ( ) ( ) ( ) Pengukuran persentase penutupan luka pada tikus dilakukan setiap 3 hari dari awal pemberian luka hingga luka menutup. 3.7.2 Analisis kualitatif Pengamatan histopatologi akan memberikan perbandingan hasil secara mikroskopis antara struktur kulit penyembuhan luka eksisi dan struktur kulit normal tikus.
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2. Ethical Clearance Penelitian
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3. Certificate of Analysis Piroxicam
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4. Data Sifat Fisis Hidrogel Data Hasil Uji Viskositas Viskositas (Pa.s)
gel
pirox 1
pirox 2
pirox 3
replikasi 1
2,387
2,925
2,189
3,382
replikasi 2
3,069
2,832
2,222
1,897
replikasi 3
3,039
2,388
1,590
2,303
SD
0,386
0,287
0,356
0,767
Rata-rata
2,832
2,715
2,000
2,527
Data Hasil Uji Daya Sebar Daya sebar (cm)
gel
pirox 1
pirox 2
pirox 3
replikasi 1
4,200
4,525
4,550
4,500
replikasi 2
4,125
4,800
4,700
4,725
replikasi 3
4,000
4,450
4,200
4,300
SD
0,101
0,184
0,257
0,213
Rata-rata
4,108
4,592
4,483
4,508
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5. Data % Wound Closure Data % wound closure pada tikus diabetes
Data % wound closure pada tikus normal
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Data hari penyembuhan luka tikus Perlakuan
Tikus diabetes
Tikus normal
luka
1
2
3
1
2
3
Kontrol
12
13
10
12
11
12
Gel
12
13
12
12
11
12
Pirox 1
10
11
12
11
11
12
Pirox 2
12
11
10
11
11
12
Pirox 3
11
9
9
11
10
11
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6. Hasil Statistik Penelitian Uji normalitas data hari penyembuhan luka tikus diabetes
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji homogenitas dan anova hari penyembuhan luka tikus diabetes
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji normalitas data hari penyembuhan luka tikus normal
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji homogenitas dan anova hari penyembuhan luka tikus normal
Uji anova antara hari penyembuhan luka tikus normal dan diabetes
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 7. Hasil Uji Histopatologi
Hasil Uji Histopatologi Tikus Diabetes Kontrol
Hasil Uji Histopatologi Tikus Diabetes Gel
Hasil Uji Histopatologi Tikus Diabetes Pirox 1
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil Uji Histopatologi Tikus Diabetes Pirox 2
Hasil Uji Histopatologi Tikus Diabetes Pirox 3
Hasil Uji Histopatologi Tikus Normal Tanpa Perlakuan
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil Uji Histopatologi Tikus Normal Kontrol
Hasil Uji Histopatologi Tikus Normal Gel
Hasil Uji Histopatologi Tikus Normal Pirox 1
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil Uji Histopatologi Tikus Normal Pirox 2
Hasil Uji Histopatologi Tikus Normal Pirox 3
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 8. Foto dokumentasi kegiatan penelitian
Pembuatan Hidrogel Diabetic Wound Healing
Proses Uji Sterilitas
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sediaan Hidrogel Piroksikam
Uji Daya Sebar
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji Homogenitas
Uji Viskositas
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS Penulis
skripsi
yang
berjudul
“Optimasi
Kadar
Piroksikam dalam Sediaan Hidrogel sebagai Diabetic Wound Healing pada Luka Tikus Diabetes” memiliki nama lengkap Rr. Kirana Andranilla. Dilahirkan di Semarang pada tanggal 12 November 1995 dari pasangan Bapak R. Surya Tedja Miarza dan Ibu Dalia Maya Dewi. Penulis telah menyelesaikan pendidikan SD H Isriati 1 Semarang pada tahun 2007, lalu melanjutkan pendidikan di SMP I Al-Azhar 14 Semarang pada tahun 2007 hingga 2010. Penulis menempuh sekolah menengah atas di SMK Theresiana Semarang dan mengambil jurusan farmasi pada tahun 2010 hingga 2013. Penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tahun 2013 hingga 2016. Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, penulis cukup aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, organisasi kemahasiswaan, dan kepanitiaan.
43