OPTIMASI FORMULA CHEWABLE LOZENGES PENANGKAP RADIKAL BEBAS KOMBINASI EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DAN MADU
NASKAH PUBLIKASI
Oleh : SANGGITA AYU IKASARI K 100110058
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2015
2
OPTIMASI FORMULA CHEWABLE LOZENGES PENANGKAP RADIKAL BEBAS KOMBINASI EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DAN MADU OPTIMIZATION OF FORMULA CHEWABLE LOZENGES COMBINATION MANGOSTEEN PERICARP EXTRACT (Garcinia mangostana L.) AND HONEY TO FREE RADICALS SCAVENGING ACTIVITY Sanggita Ayu Ikasari*, TN. Saifullah S.**, Rima Munawaroh* *Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta ** Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada ABSTRAK Kulit manggis (Garcinia mangostana L.) dan madu dapat berkhasiat sebagai penangkap radikal bebas, menurut hasil penelitian sebelumnya kulit manggis mempunyai nilai IC50 30,76±1,66 µg/mL untuk ekstrak etanol dan 34,98±2,24 µg/mL untuk ekstrak air serta madu yang tiap 100 gram mengandung 160-550 mg (konsentrasi 0,16% b/b-0,55% b/b) senyawa total meliputi vitamin C, senyawa fenolik, protein, asam organik, enzim, asam fenolat, flavonoid dan beta karoten. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi formula ekstrak kulit manggis dan madu dalam sediaan chewable lozenges. Metode penetapan aktivitas penangkap radikal yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji DPPH dan dibuat lima variasi formula dengan kombinasi gelatin-gliserin sebagai basisnya. Metode optimasi formula yang digunakan yaitu Simplex Lattice Design untuk mendapatkan persamaan contour plot superimposed sehingga diperoleh prediksi formula optimum yang kemudian diverifikasi. Perbedaan antara hasil prediksi dan verifikasi dianalisis dengan uji anova one sample t-test dengan taraf kepercayaan 95%. Data yang dianalisis berupa aktivitas penangkap radikal dan uji sifat fisik sediaan meliputi organoleptis, respon rasa, elastisitas dan keseragaman bobot. Penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan gelatin serta penurunan gliserin dapat mempengaruhi sifat fisik sediaan yaitu keseragaman bobot yang meningkat, elatisitas menurun, kekerasan meningkat dan respon rasa menurun serta peningkatan aktivitas penangkap radikal. Formula optimal basis yang didapatkan yaitu gelatin 512,233 mg dan gliserin 687,767 mg (32:43) tiap tablet menghasilkan keseragaman bobot 3,13%; elastisitas 4,8 cm; respon rasa manis, dan masih mempunyai aktivitas penangkap radikal sebesar 77,87%. Kata kunci: penangkap radikal, kulit manggis-madu, chewable lozenges, gelatin-gliserin, simplex lattice design ABSTRACT Mangosteen pericarp (Garcinia mangostana L.) and honey are capable in scavenging free radicals, result from the other studies showed that mangosteen has an IC50 30,76±1,66 µg/mL from ethanolic extract and 34,98±2,24 µg/mL from water extract while every 100 grams of honey contains 160-550 mg (concentration of 0,16%-0,55%) total compounds such as vitamin C, phenolic compounds, proteins, organic acids, enzymes, phenolic acids, flavonoids and beta carotenes. The aim of this study was to optimize the formula of mangosteen pericarp extract and pure honey in the preparation of chewable lozenges. Free radicals scavenging activity was determined by DPPH test using five variations of formula in combination with gelatine-glycerine as the base. Optimization formula method used was Simplex Lattice Design to get the equation of contour plots superimposed in order to obtain the optimum prediction formula which then verified. The difference between the prediction and the verification from the results was analyzed by ANOVA one sample t-test with 95% level of confidence. The data analyzed as a radical scavenging activity and physical properties test of the preparation including organoleptic, responses of flavor, elasticity and weight uniformity.This study shows that an increase in gelatine and a decrease in glycerine can affect the physical properties of the preparation such as increases weight uniformity, decreased elasticity, increased hardness and lessen response of flavors also increased free radicals scavenging activity. Optimal Formula base obtained is gelatine and glycerine 512,233 mg 687,767 mg (32:43) per tablet weight uniformity 3,13% yield; elasticity of 4,8 cm; response to sweet taste, and still has 77,87% free radicals scavenging activity. Keywords: free radicals scavenging, mangosteen pericarp-honey, chewable lozenges, gelatine-glycerine, simplex lattice design
1
PENDAHULUAN Ekstrak kulit manggis dan madu kebanyakan diproduksi dalam bentuk sediaan kapsul, serbuk, sirup, dan tablet konvensional (tablet telan). Dalam penelitian ini akan dibuat sediaan chewable lozenges sebagai inovasi sediaan. Alasan dipilihnya sediaan chewable lozenges karena mudah dalam penggunaan (hanya dikunyah dan cepat melarut di dalam mukosa mulut) sehingga cocok untuk pasien pediatrik/anak-anak (Allen, 2002). Basis yang biasanya digunakan dalam pembuatan chewable lozenges adalah gelatin dan gliserin. Keuntungan menggunakan gelatin sebagai basis adalah untuk menambah kekenyalan sediaan. Namun semakin tinggi konsentrasi gelatin akan meningkatkan kekerasan sediaan. Keuntungan menggunakan gliserin sebagai basis dapat menambah kekentalan basis dan menaikkan kelarutan dari gelatin tetapi semakin tinggi konsentrasi gliserin maka sediaan akan menjadi lembek. Hal tersebut terbukti pada formulasi sediaan chewable lozenges yang mengandung ekstrak kemangi (Sesella, 2011). Gelatin dan gliserin bila dikombinasikan akan menjadi basis yang baik untuk sediaan chewable lozenges. Akan tetapi permasalahannya adalah berapakah konsentrasi perbandingan gelatin dan gliserin yang optimal agar menghasilkan sediaan chewable lozenges
dengan sifat fisik yang baik dan apakah penggunaan basis tersebut akan
mempengaruhi aktivitas penangkap radikal bebas dari ekstrak yang terkandung di dalamnya. Kulit manggis (Garcinia mangostana L.) menurut penelitian Jung (2006) telah diketahui memiliki khasiat sebagai penangkap radikal bebas karena mengandung senyawa turunan ksanton yaitu 8-hydroxycudraxanthone G, cudraxanthone G, 8-deoxygartanin, garcimangosone B, garcinone, garcinone E, gartanin, 1-isomangostin, α-mangostin, γmangostin, gartanin, deoksigartanin, garsinon-E, smeathxanthone A, dan tovophyllin A. Hasil penelitian aktivitas penangkap radikal ekstrak kulit manggis oleh Weecharangsan et al., (2006) menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) menunjukkan bahwa ekstrak kulit manggis mempunyai potensi sebagai penangkap radikal bebas dengan nilai IC50 30,76±1,66 µg/mL untuk ekstrak etanol dan IC50 34,98±2,24 µg/mL untuk ekstrak air. Selain kulit manggis sumber penangkap radikal alami yang lain adalah madu. Menurut Gheldof et.al., (2002) tiap 100 g madu sudah mengandung 160-550 mg (konsentrasi 0,16% b/b-0,55% b/b) senyawa total yang meliputi vitamin C, senyawa fenolik total, protein, asam organik, enzim, asam fenolat, flavonoid dan beta karoten yang berefek sebagai penangkap radikal bebas. 2
METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, spektrometri visible Shimadzu UVmini-1240, peralatan gelas, mikropipet, sonicator, sentrifugasi, kuvet, cetakan chewable, sendok, dan kompor. Serbuk ekstrak kulit manggis dengan pelarut air yang dibeli dari PT. Phytocemindo Bogor, madu murni dari peternak lebah di Weleri, gelatin, gliserin, amilum, asam benzoat, asam sitrat, pengaroma stroberi, sukrosa, sorbitol, vitamin E, etanol p.a, metanol, aquadest dan reagen DPPH. Jalannya Penelitian 1. Pembuatan Reagen DPPH konsentrasi 0,4 mM DPPH ditimbang 15,77 mg dan dilarutkan dengan etanol p.a pada labu 100,0 mL. Konsentrasi reagen DPPH 0,4 mM (disimpan dalam wadah gelap). 2. Pembuatan larutan stok a.
Vitamin E konsentrasi 0,4% b/v Vitamin E ditimbang 100,0 mg kemudian dilarutkan dengan etanol p.a secukupnya,
kemudian dihomogenkan dan dimasukkan ke dalam labu takar 25,0 mL ditambahkan lagi pelarut etanol p.a sampai tanda (konsentrasi 0,4% b/v). b.
Ekstrak kulit manggis konsentrasi 1% v/v Ekstrak kulit manggis ditimbang 1,0 g kemudian dilarutkan dengan etanol p.a
secukupnya, lalu dihomogenkan kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 50,0 mL ditambahkan etanol p.a sampai tanda (konsentrasi 2% b/v) dari stok 2% b/v diambil 5 mL ditambahkan 10 mL dengan etanol p.a sampai tanda (konsentrasi sampel 1% v/v), stok inilah yang digunakan dalam analisis. c.
Madu konsentrasi 2% v/v Madu ditimbang 34 g kemudian diencerkan dengan metanol p.a pada labu ukur 50 mL
hingga diperoleh konsentrasi madu 68% b/v, dari konsentrasi tersebut diambil 735 µL dan ditambahkan etanol p.a sampai tanda pada labu ukur 25 mL (konsentrasi 2% v/v), stok inilah yang digunakan dalam analisis. 3. Penentuan waktu inkubasi DPPH DPPH sebanyak 1,0 mL ditambah dengan 1,0 mL larutan stok ekstrak dan 1,0 mL larutan stok madu kemudian dilarutkan dengan etanol p.a sampai tanda pada labu takar 5,0 mL lalu dihomogenkan selama 30 detik dan diukur absorbansi pada panjang gelombang 517 nm. Waktu inkubasi yang didapatkan 27 menit. 3
d. Penentuan λ maksimum DPPH DPPH sebanyak 1,0 mL dilarutkan dengan etanol p.a ad tanda pada labu takar 5,0 mL kemudian diukur absorbansinya pada λ 450-545 nm dengan menggunakan blanko 5,0 mL etanol p.a, diplotkan nilai absorbansi maksimum. Penentuan λ maksimum adalah λ dimana absorbansi dari DPPH yang mempunyai nilai serapan paling tinggi (λ maksimum yang didapatkan 514 nm). e. Rancangan Formula dan Pembuatan Chewable Lozenges Rancangan formula sediaan chewable lozenges dapat dilihat pada tabel 2: Tabel 1. Rancangan formula chewable lozenges untuk tiap tablet Formula (mg) Komposisi 1 2 3 4 Ekstrak kering kulit manggis 300 300 300 300 Madu 600 600 600 600 Gelatin 840 720 600 480 Gliserin 360 480 600 720 Asam sitrat 40 40 40 40 Sorbitol 1500 1500 1500 1500 Sukrosa 1000 1000 1000 1000 Amilum 25 25 25 25 Asam benzoat 0,15 0,15 0,15 0,15 Pengaroma stroberi qs qs qs qs Catatan: dalam 300 mg ekstrak kering mengandung ekstrak kulit manggis.
5 300 600 360 840 40 1500 1000 25 0,15 qs
Bahan yang dibutuhkan seluruhnya ditimbang seksama sambil merebus air hingga hampir mendidih. Sukrosa dilarutkan di dalam air yang hampir mendidih tersebut sampai semuanya larut kemudian dilarutkan gelatin di dalam campuran tersebut, diangkat dan didiamkan selama 15 menit (campuran I). Gliserin dipanaskan hingga hampir mendidih kemudian dilarutkan sorbitol di dalamnya (campuran II), kemudian dimasukkan campuran II ke dalam campuran I sambil dipanaskan dan diaduk hingga larut dan tercampur (campuran III). Campuran III dipanaskan di atas waterbath dengan suhu 60°C selama 45 menit agar mengembang dan bening. Setelah 45 menit dilarutkan asam sitrat, asam benzoat, dan amilum ke dalam campuran III sambil dipanaskan di atas kompor dengan api sedang, diaduk hingga larut. Api dikecilkan kemudian dilarutkan madu dan ekstrak kulit manggis, diaduk terus hingga tercampur homogen (warna menjadi coklat karamel), setelah itu diturunkan dari kompor dan ditunggu sampai hangat dan diteteskan pengaroma stroberi, kemudian dituangkan ke dalam cetakan yang telah diolesi dengan maizena dan disimpan selama 24 jam pada suhu ruang untuk membentuk massa chewable yang baik.
4
f. Uji sifat fisik chewable lozenges 1) Keseragaman bobot Tablet chewable lozenges dari masing-masing formula ditimbang sebanyak 15 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tabletnya dan dihitung nilai RSD. Jika nilai RSD <5% berarti bobot sediaan seragam. 2) Uji tekstur permukaan dan penampilan Uji tekstur permukaan dan penampilan dilakukan dengan cara diamati langsung penampakan fisik dari sediaan meliputi warna, tekstur permukaan dan kekenyalan. 3) Uji elastisitas Sediaan dipegang masing-masing pada ujungnya kemudian ditarik perlahan ke arah yang berlawanan dan dicatat rentangan sampai chewable hampir terputus. 4) Uji stabilitas Chewable lozenges dari masing-masing formula diambil sampel sebanyak 20 buah kemudian disimpan selama dua minggu dalam suhu ruang lalu diamati adakah perubahan fisik dari chewable seperti mengering, pecah, keras, tumbuh jamur, dan lain sebagainya. 5) Uji respon rasa Responden sebanyak 30 orang dikumpulkan dan diminta untuk menguji rasa sediaan chewable dari masing-masing formula. g. Penentuan aktivitas penangkap radikal bebas ekstrak kulit manggis dan madu sebelum diformulasikan Larutan stok ekstrak kulit manggis 1% v/v sebanyak 1,0 mL ditambah dengan 1,0 mL larutan stok madu 2% v/v dan 1,0 mL DPPH 0,4 mM dan ditambah etanol p.a sampai tanda pada labu takar 5,0 mL, kemudian campuran tersebut dihomogenkan selama 30 detik dan ditunggu sampai operating time-nya (waktu pendiaman) tercapai. Absorbansi diukur dengan menggunakan blanko etanol p.a dan kontrol negatif yang digunakan terdiri dari 1,0 mL DPPH dan ditambahkan etanol p.a sampai 5,0 mL dan digunakan vitamin E sebagai kontrol positif, kemudian dihitung persen aktivitas penangkap radikalnya dengan rumus : aktivitas penangkap radikal =
x 100%
kemudian direplikasi tiga kali. 8.
Uji aktivitas penangkap radikal bebas sediaan chewable lozenges Satu chewable dimasukkan ke dalam 10 mL etanol p.a kemudian dipanaskan di atas
air mendidih hingga meleleh. Lelehan chewable disentrifuge dan diambil supernatannya kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring. Hasil penyaringan diambil 2 mL 5
lalu ditambahkan 1 mL DPPH dan etanol p.a hingga volumenya 5 mL kemudian ditunggu selama 27 menit (campuran A). Campuran A disaring terlebih dahulu sebelum dibaca pada spektrofotometri visibel, kemudian dibaca pada λ 514 nm dan dicatat absorbansinya untuk menghitung persen aktivitas penangkap radikal sediaan dan dibandingkan dengan persen aktivitas penangkap radikal ekstrak dan basis. Analisis Data Data yang dianalisis meliputi data keseragaman bobot, keelastisan, respon rasa dan nilai aktivitas penangkap radikal. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode Simplex Lattice Design untuk optimasi formula dan anova one sample t-test dengan taraf kepercayaan 95% untuk membandingkan antara hasil optimasi dan verifikasi sediaan chewable apabila ada perbedaan yang signifikan. HASIL DAN PEMBAHASAN Formulasi Chewable Lozenges Beberapa uji fisik yang dilakukan untuk sediaan chewable lozenges adalah keseragaman bobot, elastisitas, penampilan fisik, respon rasa dan stabilitas fisik. Uji penampilan fisik dilakukan dengan pengamatan langsung. Hasil dari uji penampilan fisik memberikan hasil tekstur permukaan dari chewable tidak rata karena ada bekas paksaan dikeluarkan dari cetakan karena lengket pada permukaan cetakan. Massa dari chewable juga masih terasa lengket bila dipegang. Sifat lengket ini dikarenakan adanya kandungan madu karena diketahui sifat dari madu yang lengket dan viskositasnya yang tinggi sedangkan pada sedian chewable lozenges tidak boleh terdapat bahan yang dapat menyebabkan lengket sediaan. Warna dari chewable juga masih kurang menarik menurut responden uji sehingga perlu diberikan zat tambahan pewarna untuk memperbaiki warna dari sediaan. Hasil dari uji sifat fisik dapat dilihat pada tabel 2. Uji fisik Keseragaman bobot (% RSD) Elastisitas (cm) Respon rasa Warna Penampilan
Tabel 2. Hasil uji sifat fisik chewable lozenges formula I-V F.1 F.2 F.3 F.4
F.5
5,8
4,06
11,11
2,7
4,94
2,72 Manis Coklat tua Kasar, lengket
3,61 Manis Coklat tua Kasar, lengket
4,44 Manis Coklat tua Kasar lengket
4,94 Sangat manis Coklat tua Kasar, lengket
5,5 Sangat manis Coklat tua Kasar lengket
Uji stabilitas fisik sediaan dilakukan selama 2 minggu pengamatan. Hasil uji stabilitas fisik memberikan hasil yang sesuai dengan acuan dari penelitian sebelumnya yaitu antara minggu ke-0 dibandingkan dengan minggu ke-2 tidak menunjukkan adanya 6
perubaahan secara organoleptiss. Warna, baau, bentuk dan rasa setellah 2 mingggu masih sam ma sepertii pertama kali dibuat dan d tidak meenunjukkan adanya perttumbuhan kaapang, jamuur, maupu un khamir. H Hasil persam man uji sifatt fisik beruppa keseragam man bobot, eelastisitas daan respon rasa dianalisis menggu unakan metoode optimasi simplex la attice designn dan contouur plot yanng t 3 dan gambar g 1. ditunjuukkan pada tabel Tabel 3. Persam maan uji sifat fisik metode simplex s latticee design Persama aan Pengujian Keserag gaman bobot Y = 5,27 5 XA + 4,04 XB + 8,56 XABB Elastisitas Y = 2,86 XA + 5,63 XB Y = 2,80 XA + 4,00 XB Responn rasa Keteran ngan persamaann: Y = Respon XA = Faktor gelaatin XB = Faktor glisserin XAB = Interaksi kedua k komponeen gelatin dan gliserin g
A
B
Anova 0,8804 0,0008 0,0577
C
Gamba ar 1. Grafik liinier Simplex Lattice Design n keseragama an bobot (A); uji elastisitas (B); uji respoon rasa (C C), menunjukk kan adanya peengaruh basis gelatin-gliserrin terhadap masing-masing m g respon uji.
T Tabel 3 padda persamaaan respon kkeseragaman n bobot mennunjukkan nilai n koefisieen gelatin n sebesar +5 5,27, gliserinn sebesar +44,04 dan inteeraksi antaraa keduanya sebesar +8,556 membbuktikan bahhwa penambbahan gelatiin-gliserin serta s interakksi antar keduanya dappat memppengaruhi nillai persen RS SD keseragaaman bobot sediaan chew wable. Nam mun yang lebih domin nan berpengaaruh adalah interaksi anntara penamb bahan gelatinn dan gliserrin dilihat daari nilai koefisiennya k b daripaada nilai koeefisien masinng-masing baahan. Gambar yang lebih besar 1 grafi fik A juga menunjukkan m bahwa dari kurva yang didapatkan menghasilk kan persamaaan quadra atic, artinyaa kombinasii peningkataan gelatin dan d penurunnan gliserin dapat terjaadi interakksi positif, dengan d menggkombinasikkan keduanyya mampu m meningkatkan nilai perseen RSD keseragaman k n bobot sediiaan chewabble. Kenaikann ini dikarennakan gelatinn dan gliserrin dapat menambah massa dari sediaan cheewable karen na dalam peenyimpanan basis gelatinnngembang dan d memadatt sehingga volume v sediiaan akan beertambah. Uji U gliseriin akan men anova pada responn keseragam man bobot paada tabel 3 menunjukkaan nilai p=0,8804 (<0,05) yang berarti b tidak k signifikan, artinya antaara titik perccobaan dan pprediksi pro ogram simpleex latticee design memiliki m perbedaan nnilai yang jauh sehinngga kebennaran moddel 7
persamaannya kurang dapat diterima, akan tetapi bila taraf kepercayaannya diturunkan maka nilai tersebut bisa diterima. Tabel 3 pada persamaan respon elastisitas menunjukkan nilai koefisien gelatin sebesar +2,86 dan gliserin sebesar +5,63 membuktikan bahwa penambahan gelatin-gliserin dapat mempengaruhi respon elastisitas sediaan chewable. Namun yang lebih dominan berpengaruh adalah penambahan gliserin dilihat dari nilai koefisiennya yang lebih besar daripada nilai koefisien gelatin. Gambar 1 grafik B juga menunjukkan bahwa dari kurva yang didapatkan menghasilkan persamaan linier, artinya peningkatan gliserin serta penurunan gelatin dapat meningkatkan elastisitas sediaan dan tidak terjadi interaksi antar keduanya. Kenaikan elastisitas oleh gliserin dikarenakan gliserin dapat menghasilkan massa chewable yang lunak dan lembek apabila diberikan pada konsentrasi lebih tinggi daripada gelatin. Jika massa sediaan semakin lunak maka elastisitasnya pun akan ikut meningkat. Uji anova pada respon elastisitas di tabel 3 menunjukkan nilai p=0,0008 (<0,05) yang berarti signifikan, artinya antara titik percobaan dan prediksi program simplex lattice design tidak memiliki perbedaan nilai yang jauh sehingga kebenaran model persamaannya dapat diterima. Tabel 3 pada persamaan respon rasa menunjukkan nilai koefisien gelatin sebesar +2,80 dan gliserin sebesar +4,00 membuktikan bahwa penambahan gelatin-gliserin dapat mempengaruhi respon rasa sediaan chewable. Namun yang lebih dominan berpengaruh adalah penambahan gliserin dilihat dari nilai koefisiennya yang lebih besar daripada nilai koefisien gelatin. Gambar 1 grafik C juga menunjukkan bahwa dari kurva yang didapatkan menghasilkan persamaan linier, artinya peningkatan gliserin serta penurunan gelatin dapat meningkatkan rasa sediaan dan tidak terjadi interaksi antar keduanya. Kenaikan ini disebabkan karena sifat dari gliserin adalah mempunyai rasa yang manis sehingga dapat meningkatkan rasa manis pada sediaan apabila diberikan dalam konsentrasi yang tinggi. Uji anova pada respon rasa sediaan di tabel 3 menunjukkan nilai p=0,0577 (>0,05) yang berarti tidak signifikan, artinya antara titik percobaan dan prediksi program simplex lattice design memiliki perbedaan nilai yang jauh sehingga kebenaran model persamaannya kurang dapat diterima, akan tetapi bila taraf kepercayaannya diturunkan maka nilai tersebut bisa diterima. Uji Aktivitas Penangkap Radikal Ekstrak dan Sediaan Chewable Lozenges Uji aktivitas penangkap radikal bahan baku perlu dilakukan dalam penelitian ini karena untuk melihat profil aktivitas penangkap radikal antara sebelum dan sesudah bahan baku diformulasikan. Adanya tambahan eksipien dalam formulasi sediaan tentu akan 8
memppengaruhi aktivitas penanngkap radikaal dari bahann baku, bisa meningkatkkan atau malaah menurrunkan, dari beberapa orientasi uji ppendahuluan n ekstrak yaang dilakukaan, didapatkaan perban ndingan kom mbinasi ek kstrak kulit manggis dan d madu sebesar 1:22 merupakaan perban ndingan den ngan aktivitaas penangkapp radikal terrbaik sehinggga perbandiingan tersebbut digunaakan ke dallam rancang gan formulaa. Aktivitas penangkap radikal darri ekstrak daan sediaaan diukur berrdasarkan niilai persen aktivitas a penangkap radikkalnya. Hasil pengukuraan aktivittas penangkaap radikal ek kstrak dan seediaan chew wable lozengees dapat dilih hat pada tabbel 4. Taabel 4. Data niilai persen akttivitas penanggkap radikal ekstrak e dan seediaan chewabble lozenges Akktivitas penaangkap F.1 F.2 F.3 F.4 F.5 m F. Optimum radikal Kontrrol basis 36,72 35,60 23,01 47,56 42,02 49,92 ( (%) 7 77,87±0,3445 Chew wable (%) 94,448±0,240 76,98±0,598 85,67±1,094 75,70±0,590 70,04±1,017 88,59± Ekstrrak (%) ±0,662
m n nilai aktiviitas penangkkap radikal dari ekstrakk dan sediaaan. Tabel 4 menunjukkan Aktiviitas tertinggi ditunjukkaan oleh form mula I denggan konsentrrasi gelatin paling tingggi. Selainn gelatin addanya asam m sitrat dann asam ben nzoat juga mempengarruhi aktivitas penang gkap radikaal dari sediaan karena telah diketah hui memiliki efek penanngkap radikkal (Wahy yudi, 2006; Castellano et al., 20122). Selain ek ksipien, fakttor ketidaksttabilan DPP PH pun menjadi m salah h satu alasann perbedaann nilai aktiviitas penangkkap radikal antara a sediaaan dan ekstrak e kareena nilai abbsorbansi DPPH yang berubah-ubbah dapat mempengaru m uhi perhituungan nilai persen p penanngkap radikaal bebas yang dihasilkann. Akibat fak ktor ketidakm murnian ekstrak (dalam 300 mg ekstrak kering g mengandunng 45mg ekstrak kulit manggis) maka hassil antioksiddan ekstrak dan sediaann tidak dappat diband dingkan sehingga uji ekkstrak hanyaa sebagai ujji pendahuluuan dan uji pada sediaaan bergunna untuk melihat apakah h sediaan maasih memilik ki aktivitas peenangka raddikal bebas.
Gamba ar 2. Grafik linier Simpleex Lattice Dessign uji aktivvitas penangk kap radikal sediaan, s gelattin mening gkatkan aktiviitas penangka ap radikal sediaan
9
Grafik paada gambar 2, menunnjukkan bahhwa yang mempengarruhi aktivitas penang gkap radikaal dari seddiaan adalaah penambaahan gelatinn dan glisserin. Namuun penam mbahan gelaatin lebih beerperan dom minan dalam m meningkattkan aktivitaas penangkaap radikaal
dari
sediaan
dillihat
dari
persamaann
linier
yang
dipeeroleh
yaiitu
Y=90,,61XA+70,555XB karena nilai koefisien gelatinn (XA) +90,661 lebih beesar dari nillai koefisien gliserin (XB) yang hanya sebessar +70,55. Gambar 2 juga menunjjukkan bahw wa kurva yang didapatkan berbentuk linier yyang artinyaa peningkataan gelatin dan d penurunaan a aktiioksidan sed diaan dan tiddak terjadi innteraksi antaara gliseriin dapat menningkatkan aktivitas keduan nya. Gelatinn mampu meeningkatkan aktivitas peenangkap raddikal karenaa gelatin dappat mengaabsorbsi mu uatan positif dari senyaw wa penangkaap radikal (alfa mangosstin) sehinggga efek penangkap p raadikal sediaaan meningkaat. Selain daapat mengabsorbsi muataan positif daari senyaw wa penangk kap radikal, gelatin dappat membentuk partikell koloid den ngan senyaw wa aktif sehingga s meenyebabkan sedikit oksiigen yang beebas dan reaaksi oksidassi yang terjaadi dapat diminimalkaan (Farikha et al., 20133). Uji anovva respon akktivitas penan ngkap radikkal njukkan nilaai p=0,0834 (>0,05) ( beraarti tidak sign nifikan, artinnya antara tiitik percobaaan menun dan prrediksi progrram simplexx lattice desiign memilik ki perbedaann nilai yang jauh j sehinggga kebenaaran modeel persamaaannya kuraang dapat diterima, akan tetap pi bila tarraf keperccayaannya diturunkan maka m nilai terrsebut bisa diterima. Hasil Optimasi Menggunaka M an Simplex L Lattice Desiign Optimasi diperlukan d dalam d peneliitian ini gun na mengetahhui formula yang optim mal untuk menghasilkkan sediaan chewable lozenges l yanng sesuai dengan d karak kteristik yanng n menggunaakan kombiinasi basis gelatin-glise g erin. Parameeter-parametter diinginnkan dengan yang dioptimasi adalah perssen RSD kkeseragaman bobot dalaam range 3,01%-5,51% 3 %; elastissitas sediaan maksimal 4,5 4 cm; respon rasa dalaam range niilai 3-4 dan nilai aktivitas penang gkap radikall dalam rangge 75-90%.
Gamba ar 3. Grafik ha asil optimasi menggunakan m n Simplex Latti tice Design, haasil desirability y (0,617) sudaah mendek kati perkiraan n respon yangg ditentukan.
1 10
Gambar 3 menunjukkan bahwa formula yang optimal untuk chewable lozenges dengan basis gelatin-gliserin adalah menggunakan gelatin sebesar 512,233 mg dan gliserin 687,767 mg (32:43) untuk tiap chewable dengan nilai desirability sebesar 0,617. Nilai tersebut sudah memenuhi target yaitu antara range 0,501-1,000 yang artinya semakin tinggi kemungkinan angka perkiraan untuk mendapatkan respon yang ditentukan. Tabel 5. Data Hasil Uji anova one sample t-test Nilai Hasil Nilai Parameter Syarat Optimasi T-test P Keseragaman bobot (%) 5.5 3,13 0,00 p>0,05 Aktivitas penangkap radikal (%) 76,90 77,87 0,04
Kesimpulan Signifikan Signifikan
Tabel 5 menjelaskan mengenai hasil uji anova one sample t-test dengan taraf kepercayaan 95%. Uji statistik ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan signifikan antara hasil progam simplex lattice design dengan hasil sebenarnya. Hasil uji anova one sample t-test keseragaman bobot dan aktivitas penangkap radikal tidak diterima karena memberikan nilai p<0,05 yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara perkiraan nilai dari progam statistik simplex lattice design dengan hasil verifikasi, namun hal ini bukan berarti sediaan tidak layak karena pada keseragaman bobot didapatkan hasil persen RSD sebesar 3,13% (<5%) sudah sesuai dengan syarat keseragaman bobot dan aktivitas penangkap radikal dikatakan memiliki potensi efek penangkap radikal apabila memberikan nilai persen aktivitas penangkap radikal >50%. Uji Respon elastisitas memberikan hasil sesuai dengan teori yaitu semakin tinggi konsentrasi gliserin yaitu dari formula I (konsentrasi gliserin paling rendah) sampai formula V (konsentrasi gliserin paling tinggi) maka elastisitas makin bertambah dan yang paling elastis adalah formula V. Grafik Uji Respon Rasa 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0%
kurang manis cukup manis manis sangat manis
Gambar 4. Hasil uji respon rasa, menunjukkan bahwa formula V merupakan sediaan chewable lozenges yang memiliki rasa paling manis.
Grafik pada gambar 4 menunjukkan hasil uji respon rasa yang sesuai dengan teori yaitu semakin tinggi konsentrasi gliserin maka rasa sediaan chewable lozenges akan 11
semakin manis karena gliserin mempunyai rasa yang manis sehingga dapat menambah rasa manis dari sediaan. Formula I mempunyai rasa yang paling kurang manis karena merupakan sediaan dengan konsentrasi gliserin paling rendah sedangkan formula V mempunyai rasa yang paling manis karena sediaan dengan konsentrasi gliserin paling tinggi. Uji penampakan fisik dari formula optimum menghasilkan tekstur yang lebih rata dibandingkan dengan lima formula sebelumnya. Warna sediaan coklat tua yang menurut responden uji masih kurang menarik. Massa chewable lozenges sudah tidak terlalu lengket dan kenyal. Rasa sediaan manis tetapi sedikit asam menurut responden uji. Uji stabilitas fisik chewable lozenges formula optimum tidak memberikan perbedaan fisik seperti berubah warna, bau, rasa, dan bentuk antara minggu ke-0 dan minggu ke-2. Sediaan juga tidak menunjukkan adanya pertumbuhan jamur, kapang, dan khamir. Penampakan fisik dan hasil uji stabilitas formula optimum dapat dilihat pada gambar 5.
A
B
Gambar 5. Penampakan fisik dan uji stabilitas formula optimum: Sediaan pada minggu ke-0 (A) dan sediaan pada minggu ke-2 (B), tidak menunjukkan adanya perbedaan fisik.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penggunaan gelatin gliserin dapat mempengaruhi sifat fisik dari sediaan chewable lozenges. Konsentrasi gelatin yang tinggi berpengaruh pada peningkatan nilai persen RSD keseragaman bobot dan aktivitas penangkap radikal sediaan, sedangkan konsentrasi gliserin yang tinggi akan berpengaruh pada peningkatan elastisitas dan rasa sediaan. Gelatin sebesar 512,233 mg dan gliserin sebesar 687,767 mg (32:43) merupakan kombinasi optimal untuk menghasilkan sediaan chewable lozenges dengan sifat fisik yang baik dengan menghasilkan nilai persen RSD keseragaman bobot sebesar 3,13%; elastisitas sebesar 4,8 cm; rasa manis dan memiliki aktivitas penangkap radikal sebesar 77,87%. Saran Perlu alat cetak yang lebih baik agar menghasilkan sediaan chewable yang lebih seragam bobotnya dan penambahan zat pewarna agar tampilan sediaan lebih menarik. Untuk mengatasi lengket pada sediaan dapat digunakan kombinasi tepung tapioka kering dan gula pasir 1:1 b/b sebagai lapisan luar sediaan. 12
DAFTAR PUSTAKA Allen, Loyd.V Jr., 2002, The Art Science and Technology of Pharmaceutical Compounding, Second Edition, American Pharmaceutical Association,170173,183,187, Washington D.C. Castellano, G., Tena, J., & Torrens, F., 2012, Classification of Phenolic Compound by Chemical Structural Indicators and its Relation to Antioxidant Properties of Posidonia Oceania (L) Delile, MATCH Commun.Math.Comput.Chem Vol 67, 231250. Gheldof, N., Wang, X.H., & Engeseth, N.J., 2002, Identification and Quantification of Antioxidant Components of Honey from Various Floral Sources, Departement of Food Science and Human Nutrition, Vol. 50,5870-5877. Nugroho, A.E., 2011, Manggis (Garcinia mangostana L.): Dari Kulit Buah yang Terbuang hingga Menjadi Kandidat Suatau Obat, Laporan Penelitian, Yogyakarta: Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada. Sesella, A.D., 2010, Formulasi Chewable Lozenges yang Mengandung Ekstrak Kemangi (Ocimum sanctum L.), Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Wahyudi, A., 2006, Pengaruh Penambahan Kurkumin Dari Rimpang Temu Giring Pada Aktifitas Penangkap radikal bebas Asam Askorbat Dengan Metode FTC, Akta Kimindo Vol. 2 No. 1 Oktober 2006, 37 – 40. Weecharangsan, W., Opanasopit, P., Sukma, M., Ngawhirunpat, T., Sotanaphun, U.,& Siripong P.,2006, Antioxidative and Neuroprotective Activities of Extracts from The Fruit Hull of Mangosteen (Garcinia mangostana Linn.), Med Princ Pract., 15(4):281-287.
13