OPTIMALISASI PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU-GURU SMA DI KABUPATEN KENDAL MELALUI PELATIHAN PENULISAN PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS Ibnu Sodiq, Cahyo Budi Utomo Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang
Abstract. The phenomenon that is often experienced by teachers is the inability of teachers to make classroom action research proposal. These conditions cause the teacher had never done research class actions, so that the teaching-learning process there is no progress because there is no effort to fix it. From this description of teachers need special training to make classroom action research proposal. Therefore, the Community Service Team training activities classroom action research proposal. These training activities were carried out with the method of seminars and workshops. In the implementation of community service, participants were very responsive and actively participates in the activities. From the responses of participants who attended indicated that research proposal writing training class action provides additional knowledge for teachers to improve student learning outcomes and improve teaching and learning process in their school. In addition, the more skilled teachers create classroom action research proposal. Abstrak. Fenomena yang sering dialami oleh guru adalah ketidak mampuan guru membuat proposal penelitian tindakan kelas. Kondisi tersebut menyebabkan guru tidak pernah melakukan penelitian tindakan kelas, sehingga proses belajar-mengajar tidak ada kemajuan karena tidak ada upaya memperbaikinya. Dari gambaran tersebut guru perlu mendapatkan pelatihan membuat proposal penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu, Tim Pengabdian kepada Masyarakat melakukan kegiatan pelatihan pembuatan proposal Penelitian Tindakan kelas. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan dengan metode seminar dan lokakarya. Dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat, peserta sangat responsive dan aktif mengikuti kegiatan. Dari respon peserta yang hadir menunjukkan bahwa pelatihan penulisan proposal penelitian tindakan kelas memberikan tambahan pengetahuan bagi guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan memperbaiki proses belajar mengajar di sekolah mereka. Di samping itu, guru semakin terampil membuat proposal penelitian tindakan kelas. Kata Kunci: Proses belajar mengajar, Proposal PTK
PENDAHULUAN Guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran pada setiap jenjang sekolah. Oleh karena itu, guru dituntut untuk lebih kreatif dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. Pembelajaran merupakan kegiatan yang menumbuhkan pemahaman, kreativitas, daya pikir, potensi dan minat siswa. Kegiatan pembelajaran diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang mendorong peserta didik belajar aktif, baik secara fisik, social, maupun psikis untuk memahami konsep. Komunikasi dua arah secara timbal balik sangat diharapkan dalam proses belajar mengajar secara aktif untuk tercapainya interaksi belajar yang optimal. Hal itu dapat tercapai apabila fasilitator yaitu guru mempunyai kemampuan untuk menciptakan situasi belajar yang melibatkan siswa secara aktif sekaligus membangun motivasi pada peserta didik.
Dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus melakukan evaluasi sehingga dapat mengetahui apakah materi yang diberikan dapat dipahami siswa dan tujuan pembelajaran dapat tercapai? Dari evaluasi yang dilakukan oleh guru dapat dilakukan suatu tindakan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas, baik dari metodenya maupun dari media pembelajaran yang digunakan. Hal itu dapat dilakukan bila guru memiliki kemampuan dalam melakukan perbaikan dalam pembelajaran, yaitu kemampuan untuk melakukan penelitian tindakan kelas. Dari hasil penelitian dan wawancara terhadap sejumlah guru di Kabupaten Kendal dapat diketahui bahwa banyak guru-guru yang belum memahami dan melakukan penelitian tindakan kelas. Selama ini guru tidak pernah mencoba untuk melakukan penelitian tindakan kelas, walaupun kelas yang diajarnya sering bermasalah. Mereka tidak mencoba mencari penyebabnya, sehingga
upaya perbaikanpun tidak dilakukan. Kondisi tersebut diperparah dengan ketidakpedulian guru, karena guru tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan peningkatan dalam pembelajaran kelas. Oleh karena itu, materi pelajaran tidak bisa diberikan secara optimal. Dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa guru perlu mendapatkan tambahan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan penelitian tindakan kelas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberi pengetahuan dan keterampilan guru dalam membuat proposal penelitian tindakan kelas. Dengan pelatihan yang diberikan kepada guru dapat memotivasi guru untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Di samping itu, upaya ini diharapkan dapat meningkatkan profesionalitas guru. Berdasarkan analisis situasi yang telah dipaparkan di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Guru-guru SMA di Kabupaten Kendal banyak belum melakukan penelitian tindakan kelas. 2. Guru-guru SMA di Kabupaten Kendal banyak yang belum suatu tindakan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas, baik dari metodenya maupun dari media pembelajaran yang digunakan 3. Guru-guru tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan peningkatan dalam pembelajaran kelas 4. Guru-guru belum terampil dalam melakukan penelitian tindakan kelas. Dari identifikasi tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana menumbuhkan kepedulian guru dalam upaya meningkatkan pembelajaran di kelas. 2. Bagaimana memberikan pemahaman kepada guru tentang penelitian tindakan kelas 3. Bagaimana mengoptimalisasikan profesionalisme guru dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas 4. Bagaimana meningkatkan keterampilan guruguru SMA di Kabupaten Kendal dalam penelitian tindakan kelas. Pelatihan Penulisan Proposal Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru-Guru SMA di Kabupaten Kendal ini bertujuan sebagai berikut: 1. Menambah wawasan dan pemahaman guru SMA di Kabupaten Kendal terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan Penelitian Tindakan Kelas. 2. Merangsang semangat guru untuk mengembangkan kompetensinya terutama dalam bidang penelitian dan penulisan.
3. Meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah melalui penerapan-penerapan dari hasil pelatihan 4. Menumbuhkan kesadaran sekolah dan instansi pendidikan ditingkat local untuk senantiasa memacu guru-guru dalam memecahkan masalah pembelajaran sekaligus meningkatkan kompetensinya. Manfaat dari kegiatan ini di antaranya adalah: 1. Bertambahnya wawasan dan pemahaman guru SMA di Kabupaten Kendal terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan Penelitian Tindakan Kelas. 2. Semakin tingginya semangat guru untuk mengembangkan kompetensinya terutama dalam bidang penelitian dan penulisan. 3. Meningkatnya kualitas pembelajaran di sekolah melalui penerapan-penerapan dari hasil pelatihan 4. Tumbuhnya kesadaran sekolah dan instansi pendidikan ditingkat local untuk senantiasa memacu guru-guru dalam memecahkan masalah pembelajaran sekaligus meningkatkan kompetensinya. Seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut memiliki kualitas prima dalam masalah kamanusiaan, memiliki pengetahuan luas. Seorang guru juga memiliki kompetensi khusus yang terdiri dari aspek-aspek sebagai berikut: 1. Aspek Pengetahuan Aspek pengetahuan ini dimaksudkan agar guru memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang materi yang akan diajarkan. 2. Aspek Ketrampilan Aspek ini terutama menyangkut guru dalam memilih cara-cara mengajar yang efektif, sehingga sasaran pelajaran dapat tercapai secara maksimal. 3. Aspek Sikap Sikap guru akan sangat berpengaruh atas pencapaian tujuan pengajaran yang ditekankan pada bidang afektif, yaitu pengembangan sikap murid yang positif terhadap lingkungan masyarakat dan bangsanya yang bersumber pada nilai-nilai yang dipelajarinya. Di sini prinsip keteladanan sangat diharapkan dari guru bukan hanya dalam kelas tetapi di luar kelas juga harus menunjukkan diri sebagai seorang pendidik . Adanya kompetensi guru, cara mengajar serta kemampuan guru dalam bidangnya, serta adanya kerjasama antara guru dan siswa maka
diharapkan proses pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan baik. Memilih metode dan strategi mengajar juga harus diperhatikan, sehingga tidak perlu terjadi kegagalan akibat alokasi waktu yang salah sehingga proses pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan lancar, efektif, efisien serta tujuan dari pembelajaran dapat tercapi secara maksimal. Selain peran seorang guru, siswa harus juga berperan aktif dalam proses pembelajaran, dengan adanya peran aktif dan sikap kritis siswa dalam menanggapi materi yang disampaikan maka proses pembelajaran akan menjadi lebih hidup dan mudah dipahami oleh siswa, sebab dengan sikap kritis siswa akan terjadi dialog antara guru dan siswa sehingga terciptalah proses pembelajaran yang aktif. Classroom action research (CAR) adalah action research yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Action research pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan-risettindakan”, yang dilakukan secara siklik, dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan. Ada beberapa jenis action research, dua di antaranya adalah individual action research dan collaborative action research (CAR). Jadi CAR bisa berarti dua hal, yaitu classroom action research dan collaborative action research; dua-duanya merujuk pada hal yang sama (Arikunto 2008:9). Action research termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. Action research berbeda dengan penelitian formal, yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum (general). Action research lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun demikian hasil action research dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar yang mirip dengan yang dimliki peneliti. (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03 /21/penelitian-tindakan-kelas-part-ii/). Perbedaan antara penelitian formal dengan classroom action research disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 1. Perbedaan antara Penelitian Formal dengan Classroom Action Research Penelitian Formal Dilakukan oleh orang lain Sampel harus representatif Instrumen harus valid dan reliabel Menuntut penggunaan analisis statistik Mempersyaratkan hipotesis Mengembangkan teori
Classroom Action Research Dilakukan oleh guru/dosen Kerepresentatifan sampel tidak diperhatikan Instrumen yang valid dan reliabel tidak diperhatikan Tidak diperlukan analisis statistik yang rumit Tidak selalu menggunakan hipotesis Memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung
Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai model action research, terutama classroom action research. Dialah orang pertama yang memperkenalkan action research. Konsep pokok action research menurut Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu : (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen itu dipkitang sebagai satu siklus. Model Kemmis & Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt lewin seperti yang diuraikan di atas, hanya saja komponen acting dan observing dijadikan satu kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama. Masalah pembelajaran dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu (a) pengorganisasian materi pelajaran, (b) penyampaian materi pelajaran, dan (c) pengelolaan kelas. Jika kita berfikir bahwa pembahasan suatu topik dari segi sejarah dan geografi secara bersama-sama akan lebih bermakna bagi siswa daripada pembahasan secara sendiri-sendiri, kita sedang berhadapan dengan masalah pengorganisasian materi. Jika kita suka dengan masalah metode dan media, sebenarnya kita sedang berhadapan dengan masalah penyampaian materi. Apabila kita menginginkan kerja kelompok antar siswa berjalan dengan lebih efektif, Kita berhadapan dengan masalah pengelolaan kelas. Oleh karena itu perlu ditekankan agar jangan terikat pada satu kategori saja karena kategori lain mungkin mempunyai masalah yang lebih penting .
Jika kita yakin bahwa ketiadaan buku yang menyebabkan siswa sukar membaca kembali materi pelajaran dan mengerjakan PR di rumah, Kita tidak perlu melakukan CAR untuk meningkatkan kebiasaan belajar siswa di rumah. Dengan dibelikan buku masalah itu akan terpecahkan, dan itu di luar kemampuan kita. Dengan perkataan lain yakinkan bahwa masalah yang akan kita pecahkan cukup layak (feasible), berada di dalam wilayah pembelajaran, yang kita kuasai. Contoh lain masalah yang berada di luar kemampuan kita adalah: kebisingan kelas karena sekolah berada di dekat jalan raya. Nilai UAN yang tetap rendah dari tahun ke tahun merupakan masalah yang terlalu besar untuk dipercahkan melalui CAR, apalagi untuk CAR individual yang cakupannya hanya kelas. Faktor yang mempengaruhi Nilai UAN sangat kompleks mencakup seluruh sistem pendidikan. Pilihlah masalah yang sekiranya mampu untuk Kita pecahkan. Masalah yang terlalu kecil baik dari segi pengaruhnya terhadap pembelajaran secara keseluruhan maupun jumlah siswa yang terlibat sebaiknya dipertimbangkan kembali, terutama jika penelitian itu dibiayai oleh pihak lain. Sangat lambatnya dua orang siswa dalam mengikuti pelajaran kita misalnya, termasuk masalah kecil karena hanya menyangkut dua orang siswa; sementara masih banyak masalah lain yang menyangkut kepentingan sebagian besar siswa. Kesulitan siswa memahami bacaan secara cepat merupakan contoh dari masalah yang cukup besar dan strategis karena diperlukan bagi sebagian besar mata pelajaran. Semua siswa memerlukan keterampilan itu, dan dampaknya terhadap proses belajar siswa cukup besar. Sukarnya siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan ketidaktahuan siswa tentang meta belajar (belajar bagaimana belajar) merupakan contoh lain dari masalah yang cukup besar dan strategis. Dengan demikian pemecahan masalah akan memberi manfaat yang besar dan jelas. Akhirnya Kita harus merasa memiliki dan senang terhadap masalah yang kita teliti. Hal itu diindikasikan dengan rasa penasaran kita terhadap masalah itu dan keinginan kita untuk segera tahu hasil-hasil setiap perlakukan yang diberikan. Jangan mencari-cari masalah hanya karena kita ingin mempunyai masalah yang berbeda dengan orang lain. Pilihlah masalah yang riil, ada dalam pekerjaan kita sehari-hari dan memang problematik (memerlukan pemecahan, dan jika ditunda dampak negatifnya cukup besar). Tidak ada yang lebih menakutkan daripada kesendirian. Dalam collaborative action reseach
Kita perlu bertukar fikiran dengan guru mitra dari mata pelajaran sejenis atau guru lain yang lebih senior dalam menentukan masalah. Dalam mengidentifikasikan masalah, kita sebaiknya menuliskan semua masalah yang Kita rasakan selama ini. Kita tidak mungkin memecahkan semua masalah yang teridentifikasikan itu secara sekaligus, dalam suatu action research yang berskala kelas. Masalahmasalah itu berbeda satu sama lain dalam hal kepentingan atau nilai strategisnya. Masalah yang satu boleh jadi merupakan penyebab dari masalah yang lain sehingga pemecahan terhadap yang satu akan berdampak pada yang lain; dua-duanya akan terpecahkan sekaligus. Untuk dapat memilih masalah secara tepat kita perlu menyusun masalahmasalah itu berdasarkan kriteria tersebut: tingkat kepentingan, nilai strategis, dan nilai prerekuisit. Akhirnya kita pilih salah satu dari masalah-masalah tersebut, misalnya “Siswa tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain.”. Setelah kita memilih salah satu masalah, deskripsikan masalah itu serinci mungkin untuk memberi gambaran tentang pentingnya masalah itu untuk dipecahkan ditinjau dari pengaruhnya terhadap pembelajaran secara umum maupun jumlah siswa yang terlibat. Setelah Kita memilih satu masalah secara seksama, selanjutnya Kita perlu merumuskan masalah itu secara komprehensif dan jelas. Sagor (1992) merinci rumusan masalah action research menggunakan lima pertanyaan: 1. Siapa yang terkena dampak negatifnya? 2. Siapa atau apa yang diperkirakan sebagai penyebab masalah itu? 3. Masalah apa sebenarnya itu? 4. Siapa yang menjadi tujuan perbaikan? 5. Apa yang akan dilakukan untuk mengatasi hal itu? (tidak wajib, merupakan hipotesis tindakan). Contoh rumusan masalah: Siswa di SLA-X tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain di sekolah (Ini menjawab pertanyaan 1 dan 3) Grup action research percaya bahwa hal ini merupakan hasil dari jadwal mata pelajaran dan cara guru mengajarkan materi tersebut (Ini menjawab pertanyaan 2) Kita menginginkan para siswa melihat relevansi kurikulum sekolah, mengapresiasi hubungan antara disiplin-disiplin akademis, dan dapat menerapkan keterampilan yang diperoleh dalam satu mata pelajaran untuk pemecahan masalah
dalam mata pelajaran lain (Ini menjawab pertanyaan 4) Oleh karena itu kita merencanakan integrasi pembelajaran IPA, matematika, bahasa, dan IPS dalam satuan pelajaran interdisiplin berjudul Masyarakat dan Teknologi (Ini manjawab pertanyaan 5) Contoh pertanyaan penelitian: 1. Kesulitan apa yang dialami siswa dalam mentransfer keterampilan dari satu mata pelajaran satu ke mata pelajaran lain? 2. Apakah siswa dapat mentrasfer keterampilan lebih mudah antara dua mata pelajaran yang disukai? 3. Apa yang menyebabkan siswa menyukai suatu mata pelajaran? Apakah ada perbedaan antara prestasi belajar siswa yang belajar dalam kelas mata pelajaran multidisiplin dibandingkan dengan mereka yang dalam kelas mata pelajaran tunggal. METODE Permasalahan yang telah dirumuskan diatasi dengan menyusun strategi dan langkah-Iangkah yang realistis. Guru-guru SMA di Kabupaten Kendal diharapkan dapat mengikuti tahap-tahap kegiatan yang telah direncanakan. Dengan demikian, pelatihan akan berhasil dan bermakna bagi kepentingan pendidikan. Beberapa tahapan kegiatan itu adalah : 1. Presentasi tentang penelitian tindakan kelas. 2. Diskusi dan tanya jawab tentang penelitian tindakan kelas upaya memperbaiki pembelajaran di SMA. 3. Penugasan untuk membuat proposal penelitian tindakan kelas 4. Pendampingan dan evaluasi baik oleh tim PPM maupun oleh Kepala Sekolah. Upaya untuk merealisasikan pemecahan tersebut di atas dilakukan dengan melaksanakan kegiatan sebagai berikut: 1. Memberikan pengetahuan kepada guru-guru SMA di Kabupaten Kendal tentang perlunya mengoptimalkan profesionalisme dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Peserta pelatihan telah menyepakati urut-urutan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pelatihan sebagai rangkaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat 2. Para peserta pelatihan diberi tugas untuk membuat proposal penelitian tindakan kelas 3. Pada pertemuan di sessi kedua dilakukan pembahasan dari proposal yang dibuat oleh
guru-guru. Dari hasil pembahasan tersebut disampaikan hal-hal yang perlu diperbaiki oleh guru dalam membuat proposal penelitian tindakan kelas. Sasaran pelatihan adalah guru-guru SMA di Kabupaten Kendal. Guru-guru SMA di Kabupaten Kendal perlu mendapatkan penjelasan akan pentingnya kemampuan dalam melakukan penelitian tindakan kelas. Kami berkeyakinan bahwa pelatihan untuk guru-guru SMA ini akan bermanfaat untuk meningkatkan profesionalitas guru dan prestasi belajar siswa. Metode Kegiatan Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan dengan metode seminar dan lokakarya. Pelaksanaan pelatihan dibagi dalam beberpa tahap kegiatan, yaitu: 1. Presentasi tentang penelitian tindakan kelas, 2. Diskusi dan tanya jawab tentang penelitian tindakan kelas sebagai upaya memperbaiki pembelajaran sejarah di SMA. 3. Penugasan untuk membuat proposal penelitian tindakan kelas 4. Pendampingan dan evaluasi baik oleh tim PPM maupun oleh Kepala Sekolah. Kegiatan semiloka akan dilaksanakan bulan Juli 2010 atau sesuai dengan kesepakatan antara Tim PPM dengan pengurus MGMP atas rekomendasi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kendal. Sedangkan tempat kegiatan menyesuaikan dengan tempat kegiatan MGMP. Evaluasi kegiatan pelatihan ini dilakukan dengan cara menilai proses kegiatan dan hasil kegiatan. Proses kegiatan dinilai baik apabila dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun Tim PPM dengan tahap-tahapan yang dirumuskan. Di samping itu, penilaian hasil dilakukan berdasarkan dua hal yaitu tingkat kehadiran guru dalam pelatihan dan kemampuan guru-guru dalam membuat proposal penelitian tindakan kelas. Kegiatan memenuhi syarat apabila sekitar 75% peserta hadir dalam pelatihan. Evaluasi akan dilakukan bersama antara Tim PPM UNNES dengan peserta pelatihan. Tujuan evaluasi agar Tim PPM maupun peserta mengetahui efektifitas kegiatan pelatihan yang telah dilakukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di SMA Negeri 2, Kelurahan Jetis, Kabupaten Kendal. Kegiatan dilakukan pada hari
tanggal 19 Agustus 2010, jam 09.00 – 15.00. Peserta pengabdian adalah para guru-guru Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Kendal, tetapi dalam pelaksanaannya ada guru-guru SMK yang ikut. Frekuaensi kehadiran peserta pengabdian pada pertemuan tersebut berdasarkan daftar presensi adalah 27 orang dari 40 orang guru yang diundang. Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran guru-guru (peserta) mencapai 75%. Selama dilaksanakan pengabdian kepada masyarakat, peserta sangat responsive dan aktif mengikuti kegiatan. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh peserta selama mengikuti seluruh proses kegiatan pelatihan ini, baik dari awal kegiatan, prakrtek maupun penyerahan tugas. Dari respon peserta yang hadir menunjukkan bahwa pelatihan optimalisasi Peningkatan Profesionalisme Guru-guru SMA di Kabupaten Kendal Melalui Pelatihan Penulisan Proposal Penelitian Tindakan Kelas memberikan tambahan pengetahuan bagi guru untuk meningkatkan profesionalitas diri. Di samping itu, guru semakin terampil dalam membuat proposal penelitian tindakan kelas Pelatihan optimalisasi peningkatan profesionalisme guru-guru SMA di Kabupaten Kendal melalui pelatihan penulisan proposal penelitian tindakan kelas diawali dengan memberikan materi tentang langkah-langkah dalam membuat proposal penelitian tindakan kelas dan contoh proposal. Setelah dijelaskan oleh tim pengabdian, peserta pengabdian memahami langkah-langkah yang harus dilalui dalam membuat proposal penelitian tindakan kelas. Di samping itu, para guru merasa senang mendapatkan pemahaman tentang bagaimana membuat proposal penelitian tindakan kelas karena dengan memahami meteri tersebut mereka bisa membuat proposal dengan baik dan benar. Di amping itu, guru-guru dapat melakukan suatu tindakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari materi yang telah diberikan kemudian dilakukan penyusunan proposal penelitian tindakan kelas. Setelah peserta menyusun proposal, kemudian dilakukan evaluasi, sehingga para guru tahu apakah proposal yang mereka buat sudah benar atau belum. Hasil dari evaluasi menunjukkan bahwa banyak guru-guru yang belum paham bagaimana menentukan masalah dan menyusun rencana tindakan. Dari evaluasi tersebut dapat dilakukan tindakan yaitu dengan memberi masukan agar kesalahan-kesalahan dapat dibetulkan lagi, sehingga pada pertemuan berikutnya tidak terulang
dan menghasilkan proposal yang benar. Hasil perbaikan proposal menunjukkan hasil, karena kesalahan-kesalahan pada proposal pertama sudah diperbaiki. Pengabdian kepada Masyarakat yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang diharapkan, yaitu: 1. Guru-guru memiliki pemahaman tentang penulisan proposal penelitian tindakan kelas 2. Guru-guru dapat melihat dan menentukan permasalahan dan solusinya dalam penelitian tindakan kelas 3. Guru-guru mampu membuat proposal penelitian tindakan kelas Pengetahuan guru tentang penulisan proposal penelitian tindakan kelas belum maksimal. Dari pelatihan ini, guru tahu bagaimana tahap-tahap penulisan proposal, cara menentukan permasalahan, menentukan solusinya, dan cara membuat proposal. Setelah pemahaman itu diperoleh maka guru akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan, sehingga kemampuan itu dapat mereka pakai untuk membuat proposal penelitian tindakan kelas. Dari hasil kegiatan dapat diketahui bahwa banyak guru yang belum memiliki pemahaman dan keterampilan tersebut, sehingga tidak ada upaya untuk membuat suatu penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Keberhasilan kegiatan pelatihan ini dapat dikatakan tidak maksimal, karena ada kendala dari berbagai aspek, yaitu: 1. Guru-guru di SMA masih enggan atau malas untuk melakukan penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu, ketika dilakukan pelatihan penulisan proposal penelitian tindakan kelas, para guru termotivasi untuk melakukan penelitian ini. 2. Waktu yang tidak tepat, karena dilaksanakan pada bulan puasa. 3. Hasil perbaikan proposal penelitian tindakak kelas tidak semua terpantau karena ada yang tidak mengumpulkan hasil perbaikannya. Keberhasilan yang diperoleh dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat tidak lepas dari dukungan MGMP Sejarah Kabuparten Kendal. Di samping itu, pihak sekolah yang memberi ijin bagi guru-guru untuk mengikuti pelatihan ini ikut mensukseskan kegiatan pengabdian. Tidak kalah pentingnya adalah peserta pelatihan mendapatkan manfaat dari kegiatan pengabdian ini untuk meningkatkan profesionalisme guru-guru Sejarah Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Kendal.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sesuai dengan tujuan pengabdian kepada masyarakat, yaitu untuk mengoptimalkan peningkatan profesionalisme guru-guru SMA di Kabupaten Kendal melalui pelatihan penulisan proposal penelitian tindakan kelas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini telah mencapai tujuan tersebut di atas. Hal itu dapat dilihat dari adanya pemahaman dan peningkatan pengetahuan para guru dalam menulis proposal penelitian tindakan kelas. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh tim pengabdian dan banyaknya proposal yang masuk dapat diketahui bahwa peserta pelatihan sangat antusias dan aktif dalam mengikuti kegiatan. Di samping itu, dari pengembalian perbaikan proposal dapat diketahui bahwa peserta pelatihan sangat responsive dan ada keinginan untuk meningkatkan kemampuan diri dalam menulis proposal penelitian tindakan kelas. Saran Dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan kesimpulan tersebut di atas, tim pengabdian jurusan sejarah FIS UNNES menyarankan perlu adanya tindak lanjut dengan melakukan pelatihan penulisan laporan penelitian tindakan kelas Adanya peningkatan kerja sama antara instansi terkait, dalam hal ini Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat UNNES, Jurusan Sejarah, dan Dinas Pendidikan dengan sekolah-sekolah, agar kebutuhan para guru untuk meningkatkan profesionalisme dapat diwujudkan.
DAFTAR PUSTAKA Anni, Chatarina Tri, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Semarang. UPT MKK UNNES Clark, L.H. 1973. Teaching Social Studies in Secondary Schools. New York. MacMilan Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara Dalyono, M. 1997. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah, Syaiful Bahri. M. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Umar. 1984. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bhakti Nasution, Noehi. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Depdikbud, Proyek Peningkatan Mutu Guru SD Setara D2 dan Pendidikan Kependudukan Sadiman, Arief S, dkk. 1993. Media Pendidikan. Jakarta: Pustekom Dikbud PT. Raja Grafindo. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Soerjono Soekanto, SH, MA, Prof. Dr., 1985. Remaja dan masalah-masalahnya, Cetakan kelima, Jakarta : PT BPK Gunung Mulia. Sudjana, Nana dan Riva. 1989. Teknologi Pengajaran: Bandung: Sinar Baru. Sumantri. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Semarang: CV. Maulana. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher