OPTIMALISASI KREATIVITAS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN KECAKAPAN HIDUP Safrudin Aziz Pustakawan STAIN Purwokerto
Abstract: Creativity is the process of using the imagination and expertise to bear new ideas, unique and useful. Creativity can be developed through the 4 P (person, process, press and product). In the process of learning, creativity of learners can be developed through life skills education. The learning process based on developing creativity of students in life skills education can be pursued through the following activities: Firstly, introduction, including a brief description of the content skills that will be studied, explaining the relevance of the content of new skills with everyday life, as well as describing of competence that learners should be achieved. Secondly, the presentation (including: exploration, elaboration, confirmation). Thirdly, the closing activities; teachers do formative evaluation and authentic assessment of learning activities, life skills have been implemented, providing feedback for the implemented activities, and designing follow up activities in the form of remedial learning, enrichment, and providing structured or unstructure tasks for the learners. Kata kunci: pembelajaran kreatif, pendidikan kecakapan hidup.
Pendahuluan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 mengamanatkan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta cakap dan kreatif.1 Kreatifitas sebagai faktor mental merupakan salah satu cara yang efektif dalam pengembangan sekaligus mengejar ketertinggalan sektor pendidikan. Sebab tanpa kepemilikan kreativi1Lihat
UU No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Visimedia), hlm. 5.
Optimalisasi Kreativitas Peserta Didik
tas, pendidikan kita hanya akan menghasilkan lulusan yang tidak mandiri dan selalu tergantung pada pihak lain. Sehingga pada akhirnya akan menjadi beban bagi bangsa dan negara ini. Pendidikan di sekolah pada umumnya lebih menekankan dan mengembangkan cara berfikir logis-matematis, hafalan, berfikir pada satu arah satu jawaban yang telah ditetapkan oleh guru. Sedangkan kemampuan peserta didik untuk berfikir kritis, aktif dan kreatif melalui berbagai macam alternatif pemecahan dan seribu jawaban kurang dikembangkan. Pada istilah yang sama, pendidikan di sekolah selama ini masih cenderung mematikan kreativitas dan memenjarakan peserta didik, menekankan prinsip kepatuhan serta tidak memberikan kebebasan yang luas untuk bersikap kritis dan rasional.2 Pendidikan di sekolah terkesan lebih menitikberatkan pada pemahaman faktafakta, namun melupakan belajar berfikir. Sehingga peserta didik pada akhirnya tidak memiliki seperangkat kemampuan untuk merespon dan memecahkan berbagai masalah secara bebas, yang berakibat pada keadaan statis bahkan macet dalam berfikir dan bertindak. Di era tanpa batas, di mana antara negara yang satu dengan yang lain seakan menjadi satu akibat begitu mudahnya transfer informasi dilakukan menuntut individu masa kini untuk menjadi lebih kreatif. Artinya, kreativitas tidak perlu dilahirkan, namun cukup dikembangkan melalui pembiasaan kreatif. Sebab setiap individu pada hakikatnya memiliki potensi untuk menjadi kreatif,3 seperti tampak pada anak usia prasekolah dengan seringnya bersikap kritis, melakukan sesuatu dengan kehendaknya sendiri, memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap sesuatu hal yang dilihat/didengarnya, senang berimajinasi, senang menjelajah, bebas dalam berfikir, tidak takut salah, berani mengambil resiko, senang akan hal-hal yang baru, menyukai terhadap pengalaman-pengalaman yang baru dan sebagainya. Dengan demikian kreativitas perlu dikembangkan sebagai bentuk perwujudan kepuasan diri, latihan untuk melihat berbagai kemungkinan dalam
2Syamsul
Ma’arif, Selamatkan Pendidikan Dasar Kita (Semarang: Need’s Press, 2009), hlm. 2. 3Nursito, Kiat Menggali Kreativitas (Yogyakarta: Mitra Gama Widya, 1999), hlm. 5.
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
273
Safrudin Aziz
pemecahan masalah, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas manusia dan taraf hidupnya.4 Kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam era informasi dan teknologi tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan sektor pendidikan dan proses pembelajaran bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuanpenemuan baru melalui kegiatan riset, serta teknologi mutakhir yang dijadikan sebagai salah satu media dan penunjangnya. Untuk mencapai hal itu, sikap dan perilaku kreatif peserta didik perlu dikembangkan, di antaranya melalui aktualisasi pembelajaran kecakapan hidup berbasis kreativitas. Pendidikan kecakapan hidup merupakan pendidikan yang memberi bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara berkesinambungan kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan nyata yang dibutuhkan dan berguna bagi perkembangan kehidupan peserta didik, sehingga yang bersangkutan memiliki kemampuan, kesanggupan dan keterampilan dalam merefleksikan nilai-nilai kehidupan seharihari bahkan menjalankan kehidupannya di tengah masyartakat. Pada sisi yang sama, pendidikan kecakapan hidup identik dengan konsep pendidikan nilai, yang lebih menekankan bagaimana peserta didik untuk menghadapi hidup. Artinya out put pendidikan tidak harus semata-mata memenuhi atau melayani dunia industri, namun bisa mengarahkan kepada penciptaan lapangan kerja, salah satunya dengan mengembangkan kreativitas peserta didik melalui pembelajaran kecakapan hidup. Agar pembelajaran kecakapan hidup dapat membekali peserta didik untuk mampu memahami kehidupan riil di masyarakat atau lingkungan sosial, maka bentuk pembelajaran tersebut harus diaplikasikan dengan strategi pembelajaran kreatif. Artinya pembelajaran kecakapan hidup bersifat selektif, aplikatif serta kreatif dengan meninggalkan sistem hafalan atau cek poin agar daya pikir, kreativitas dan kemampuan penguasaan peserta didik tidak terbelenggu. Bahkan peserta didik tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan, tetapi mampu menghasilkan pengetahuan baru, metode dan
4Utami
Munandar, S.C., Kreativitas dan Keberbakatan: “Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat” (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 6
274
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
Optimalisasi Kreativitas Peserta Didik
strategi baru, tidak hanya menjadi pencari kerja, namun mampu menciptakan pekerjaan baru (wiraswasta). Berdasarkan uraian di atas, maka tulisan ini akan menfokuskan pada persoalan pengembangan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran kecakapan hidup. Sehingga diharapkan para pendidik memiliki wawasan tentang kreativitas, proses pembelajaran dan pengembangan kreativitas peserta didik melalui pembelajaran kecakapan hidup tersebut. Konsep Kreativitas Kreativitas merupakan salah satu aset terpenting pada tiap-tiap manusia, misi kegiatan maupun pusat keberhasilan organisasi. Hal ini didasarkan pada sebuah kenyataan bahwa kreativitas merupakan esensi dan orientasi pengembangan sumber daya manusia.5 Istilah kreativitas memiliki berbagai macam pengertian yang berbeda-beda. Munandar mengungkapkan kreativitas adalah daya cipta yang memungkinkan penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi serta dalam semua bidang usaha manusia.6 Definisi yang lain mengungkapkan, kreativitas dapat diartikan sebagai proses menggunakan imajinasi dan keahlian untuk melahirkan gagasan baru, asli, unik, berbeda atau bermanfaat.7 Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan membuat sesuatu yang baru, yang unsur-unsurnya sudah ada sebelumnya. Saat ini, kreativitas juga dipahami sebagai kemampuan melahirkan, mengubah dan mengembangkan gagasan, proses, produk, mode, model dan perilaku tertentu. Dalam pada itu, Rhodes dalam Munandar mengatakan, pengertian kreativitas pada hakikatnya dapat dikelompokkan pada empat dimensi yang disebut sebagai the four p’s of creativity, yakni dimensi person, process, press and product.8
5Surya
Dharma dan Akib Haedar, Budaya Organisasi Kreatif: Manajemen Usahawan Indonesia, dalam Majalah Ekonomi (Vol. 7, No. 03, Maret 2004), hlm. 22-27. 6Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 6. 7Utami Munandar, Kreativitas Sepanjang Masa (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1988), hlm. 19. 8 Ibid., hlm. 22.
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
275
Safrudin Aziz
Dimensi Pribadi (Person) Setiap individu pada dasarnya memiliki potensi kreatif dan kemampuan untuk mengungkapkan sesuatu secara kreatif sesuai dengan bidang dan dalam kadar yang berbeda-beda. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Guilford, mendefinisikan kreativitas sebagai “the abilities that are characteristic of creative people”.9 Dari definisi tersebut, pribadi kreatif merupakan atribut dari semua orang yang dicirikan dengan sikap spontanitas, penuh perhatian pada orang lain, rasa ingin tahu serta kemampuan untuk berkembang secara terus menerus.10 Kreativitas ditinjau dari dimensi pribadi (person) berarti setiap individu dapat melakukan suatu tindakan kreatif yang terwujud dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, pribadi yang kreatif tidak terbatas pada tingkat usia, jenis kelamin, suku, bangsa dan kehidupan tertentu,11 namun pribadi seseorang yang kreatif memiliki ciri-ciri kepribadian yang sangat signifikan berbeda dengan orang yang kurang kreatif. Pribadi yang kreatif dilatarbelakangi oleh tiga pertemuan atribut psikologis, yakni faktor intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian atau motivasi.12 Dimensi aspek intelegensi dan gaya kognitif bersumber dari kerja otak, sehingga terkesan sangat linier dan memiliki kesamaan. Tetapi secara prinsip kerja keduanya terdapat perbedaan. Intelegensi meliputi kemampuan verbal, pemikiran lancar, pengetahuan, perencanaan, perumusan masalah, penyusunan stretegi, keterampilan pengambilan keputusan dan keseimbangan serta integrasi intelektual secara umum. Sedangkan gaya kognitif menujukan kelonggaran dan keterikatan pada konvensi, menciptakan aturan sendiri, melakukan sesuatu hal dengan caranya sendiri, senang menulis, merancang dan lebih tertarik pada jabatan yang menuntut kreativitas. Adapun dimensi kepribadian atau motivasi meliputi: kelenturan,
9Baihaqi,
“Menggali Kreativitas Tenaga Didik” dalam (http://file.upi.edu/Konsep Pengukuran/Kreativitas.com. 10Gobel, Frank G. The Third Force: The Psychology of Abraham Maslow. Terjemahan: Supratiknya (Yogyakarta: Kanisius, 1987), hlm. 96. 11Semiawan, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah (Jakarta: Gramedia, 2004), hlm. 15. 12Utami Munandar S.C., Kreativitas dan Keberbakatan, hlm. 26.
276
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
Optimalisasi Kreativitas Peserta Didik
dorongan untuk berpartisipasi dan mendapat pengakuan, keuletan dalam menghadapi rintangan dan sebagainya. Dimensi pribadi pada kajian kreativitas merupakan ungkapan unik dari keseluruhan kepribadian sebagai hasil dari aktifitas interaksi individu dengan lingkungannya, yang tercermin dalam pikiran, perasaan, sikap ataupun perilakunya seperti: a) fluency: kelancaran, kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan, b) flexibility: kemampuan menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan; c) originality: kemampuan mencetuskan gagasan-gagasan asli; d) elaboration: kemampuan menyatakan gagasan secara terperinci; e) sensitivity: kepekaan menangkap dan menghasilkan gagasan sebagai tanggapan terhadap suatu situasi;13 dan f) redefinition: kemampuan untuk meninjau suatu persoalan berdasarkan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah diketahui oleh banyak orang.14 Dengan demikian, ditinjau dari dimensi pribadi, kreativitas menunjuk pada potensi atau daya kreatif yang ada pada setiap pribadi, serta merupakan hasil dari keunikan pribadi seseorang dalam interaksinya dengan lingkungan. Dimensi Proses (Process) Ditinjau sebagai proses, kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai, dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, hingga akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya.15 Definisi kreativitas yang menekankan dimensi proses juga diajukan Munandar bahwa creativity is a process that manifest in self in fluency, in flexibility as well in originality of thinking.16 Dalam dimensi ini, pendefinisian kreativitas ditekankan kepada proses berpikir yang menghasilkan ide-ide baru, unik, inovatif, variatif dan kreatif atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. 13Munandar,
Kreativitas Sepanjang, hlm. 27. “Menggali Kreativitas Tenaga Didik” dalam (http://file.upi.edu/ Konsep Pengukuran/Kreativitas.com. 15Lihat http://annisaecha.blogspot.com/2010/02/pengertian-kreatifitas-4p.html 16Ibid. 14Baihaqi,
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
277
Safrudin Aziz
Melihat beberapa definisi tersebut, kreativitas memiliki pengertian bermacam-macam, namun secara substansi memiliki maksud yang sama. Artinya kreativitas sebagai suatu proses pemikiran dimana individu berusaha untuk menemukan hubungan-hubungan yang baru, untuk mendapatkan jawaban, metode, atau cara-cara baru dalam menghadapi masalah. Kreativitas adalah kemampuan untuk membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua konsep atau lebih yang sudah ada dalam pikiran. Kreativitas sebagai proses memiliki langkah dan tahapan-tahapan, yang menurut Wallace terdiri atas empat hal, yaitu: 17 pertama, tahap persiapan, yaitu tahap pengumpulan informasi atau data sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini terjadi percobaan-percobaan atas dasar berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan masalah yang dialami. Kedua, tahap inkubasi, yaitu tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar. Tahap ini berlangsung dalam waktu yang tidak menentu, bisa lama (berharihari, berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa juga hanya sebentar (hanya beberapa jam, menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali pada akhir tahap pengeraman dan munculnya tahap berikutnya. Ketiga, tahap iluminasi, yaitu tahap munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah, dan modifikasi untuk melihat kecocokannya. Keempat, tahap verifikasi, yaitu tahap munculnya aktivitas evaluasi terhadap gagasan secara kritis, yang sudah mulai dicocokkan dengan keadaan nyata atau kondisi realita. Pada tahapan ini, merupakan tahapan pengetesan pemecahan dan modifikasi untuk melihat kesesuaiannya. Dengan demikian, ditinjau dari segi proses, kreativitas menunjuk pada perlunya seseorang berusaha untuk melihat lebih jauh dan lebih mendalam, tidak sekedar menghasilkan produk secepatnya.
17http://ambisimeteorum.ngeblogs.com/2010/03/07/definisi-kreativitas-4p-four-ps-
creativity//.
278
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
Optimalisasi Kreativitas Peserta Didik
Dimensi Pendorong (Press) Kreativitas akan dapat berkembang karena adanya dorongan secara internal dari dalam diri individu, serta dorongan eksternal berupa faktor sosio kultural.18 Dorongan internal bersumber dari diri tiap-tiap individu, yang diistilahkan dengan motif intrinsik,19 yakni motif yang mendorong tiap individu untuk bertindak sesuatu yang berasal dari nilai-nilai yang terkandung dalam obyeknya itu sendiri (diri individu) yang bersangkutan. Sedangkan dorongan eksternal sebagai penunjang kreativitas yang berupa pengaruh kebudayaan serta masyarakat sekitar berupa tersedianya sarana kebudayaan, keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan, penekanan pada becoming (menjadi tumbuh), tidak hanya pada being (sekedar berada), pemberian kesempatan kepada semua warga negara tanpa diskriminasi, adanya kebebasan setelah pengalaman tekanan dan tindakan yang keras, keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan yang berbeda bahkan yang kontraspun, toleransi dan minat terhadap pandangan yang divergen, ada interaksi antar pribadi yang berarti serta adanya insentif penghargaan atau hadiah.20 Selain itu, dorongan eksternal juga dapat berupa lingkungan, keadaan, perkataan ataupun sikap yang memungkinkan seseorang berkreasi seperti penghargaan terhadap aktifitas kreatif, dukungan, pujian, dan insentif. 21 Dalam proses mengembangkan kreativitas, dorongan internal sangatlah dipengaruhi dorongan dari luar atau eksternal. Dorongan eksternal senantiasa memberikan stimulus terhadap seseorang untuk berbuat dan melakukan sesuatu. Dalam konteks ini, dorongan eksternal hendaknya diperhatikan oleh masyarakat dengan menyediakan berbagai kemudahan, sarana dan prasarana untuk menumbuhkembangkan daya cipta anggotanya. Meskipun dorongan eksternal berpengaruh terhadap perkembangan kreativitas seseorang, namun pribadi kreatif tidak cukup dikembangkan dengan dorongan eksternal semata. Karena pada akhirnya semua kembali pada bagaimana indi-
18Silvano
Arieti, Creativity The Magic Synthesis (Newyork: Basic Books, 1976), hlm. 29. Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 65. 20Seto Mulyadi, Memacu Bakat dan Kreativitas (Jakarta: Gramedia, 1998.), hlm. 14. 21Munandar, Kreativitas Sepanjang, hlm. 35. 19Ngalim
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
279
Safrudin Aziz
vidu itu sendiri; sejauh mana ia merasakan kebutuhan untuk bersibuk diri secara kreatif, merupakan suatu pengikatan untuk melibatkan diri dalam suatu kegiatan kreatif yang pada hakikatnya hal ini merupakan dorongan internal. Dari konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas agar dapat berkembang memerlukan pula pendorong, yakni kondisi yang mendorong seseorang pada perilaku kreatif. Pendorong ini datang dari diri sendiri (internal) berupa hasrat dan motivasi yang kuat untuk mencipta, serta pendorong dari luar yang berasal dari lingkungan secara mikro, seperti: teman sejawat, maupun lingkungan makro seperti: masyarakat dan kehidupan dimana ia tinggal. Dimensi Produk (Product) Kreativitas dipandang dari dimensi produk berarti kemampuan yang menunjukan pada hasil perbuatan, kinerja, atau karya seseorang dalam bentuk barang, kerajinan, penampilan atau pertunjukan, karangan atau gagasan. Produk kreatif yang ditampilkan oleh individu yang dibuktikan dalam karya-karya kreatifnya, menjadi ukuran apakah ia layak disebut sebagai orang kreatif istimewa atau tidak. Campbell menyatakan bahwa ditinjau dari segi produk, kreativitas merupakan kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya baru (novel), berguna (useful) dan dapat dimengerti (understandable).22 Baru dimaksudkan inovatif dan belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh dan mengejutkan. Berguna dimaksudkan lebih enak, lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan dan mendatangkan hasil lebih baik/banyak. Selanjutnya dapat dimengerti dimaksudkan hasil yang sama dapat dibuat di lain waktu. Dengan demikian, setelah dikaji dari segi person, process, press and product dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keaslian, dan kemampuan mengelaborasi serta merumuskan kembali suatu gagasan.
22David
Campbell, Take The Road to Creativity and Get of Your Dead End, Terj. Sadman Mangunhardjana (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hlm. 36.
280
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
Optimalisasi Kreativitas Peserta Didik
Strategi Pembelajaran Kreatif pada Pendidikan Kecakapan Hidup Di dalam strategi pembelajaran terkandung sekurang-kurangnya lima komponen utama, yaitu: kegiatan prapengajaran, penyajian informasi, peran serta peserta didik, pengujian, dan kegiatan tindak lanjut.23 Kegiatan pra-pengajaran dilakukan sebelum memulai pembelajaran kecakapan hidup serta terdapat sejumlah faktor yang perlu dipertimbangkan. Pertama, tingkat motivasi peserta didik yang akan menerima bahan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk mengetahui apa yang menjadikan peserta didik tertarik dan apa yang membuat ia tidak suka. Kedua, petunjuk tentang apa yang peserta didik akan mampu lakukan bilamana mereka sudah menyelesaikan pembelajaran. Ketiga memberitahu peserta didik tentang keterampilan prasyarat yang diperlukan untuk pembelajaran yang akan diberikan. Penyajian informasi, dimulai dari kapabilitas bawah berlanjut ke komponen selanjutnya dengan menentukan secara pasti informasi yang perlu disajikan kepada peserta didik. Perlu juga diberikan contoh bagi tiap konsep yang disajikan. Peran peserta didik, yang paling besar pengaruhnya dalam proses belajar mengajar adalah latihan dengan pemberian balikan, yang berarti peserta didik diberi tahu apakah jawabannya benar atau salah. Pengujian pembelajaran kecakapan hidup, terdapat empat macam tes acuan pokok yang dapat digunakan, yaitu tes tingkah laku masukan, pre-tes, tes sambil jalan (sisipan), dan post-tes (evaluasi formatif), serta penilaian autentik dalam bentuk portofolio, tugas kelompok, maupun laporan tertulis. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berkenaan dengan pendekatan pengelolaan kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan materi kecakapan hidup secara sistematik, sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik secara efektif dan efisien. Dalam proses kegiatan pembelajaran kecakapan hidup, terdapat tiga urutan yang lazim dilakukan, diantaranya adalah : kegiatan pendahuluan, penyajian atau kegiatan inti dan penutup. Kegiatan 23Walter
Dick dan Lou Carey, The Systematic Design of Instruction (London: Scott Foresman Company, 1985), hlm. 19.
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
281
Safrudin Aziz
pendahuluan (disebut apersepsi) merupakan kegiatan awal dari kegiatan pembelajaran atau sering diistilahkan instructional activities. Kegiatan apersepsi ini dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik agar secara mental siap mempelajari pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru. Seorang pendidik yang baik tidak akan secara mendadak mengajak peserta didik untuk membahas topik hari ini, misalnya keterampilan komputer, manakala mereka sedang seru-serunya berdiskusi tentang “peran media terhadap sex bebas di kalangan artis”, misalnya. Namun seorang pendidik harus bersedia menggunakan waktunya sejenak untuk ikut bersama mereka membicarakan tentang peran media terhadap sex bebas di kalangan artis, kemudian secara perlahan-lahan membawa pembicaraan tersebut kepada topik pelajaran hari itu. Dalam kegiatan pembelajaran kecakapan hidup, seorang pendidik harus mampu meningkatkan motivasi peserta didik untuk mempelajari materi pelajaran baru, sebelum ia mengajarkannya. Adapun cara yang harus ditempuh dengan cara menjelaskan apa manfaat pelajaran tersebut bagi kehidupan peserta didik atau bagi pelajaran lanjutannya di kemudian hari. Fungsi apersepsi atau pendahuluan ini akan tercermin dalam langkah-langkah yang dijelaskan sebagai berikut: pertama, penjelasan singkat tentang isi pelajaran kecakapan hidup. Pada babak permulaan pelajaran, peserta didik ingin segera mengetahui apa yang akan dipelajarinya pada pertemuan saat itu. Keingintahuan ini akan terpenuhi bila pengajar menjelaskannya secara singkat tentang materi yang akan disampaikan, misalnya media internet dan peran fungsinya dalam kehidupan. Dengan demikian, maka pada permulaan kegiatan belajarnya peserta didik telah mendapat gambaran secara global tentang manfaat dan isi materi keterampilan kecakapan hidup yang akan dipelajarinya. Kedua, penjelasan relevansi isi pelajaran baru. Peserta didik akan lebih cepat mempelajari sesuatu yang baru bila sesuatu yang akan dipelajarinya itu dikaitkan dengan sesuatu yang telah diketahuinya atau dengan sesuatu yang biasa dilakukannya sehari-hari. Karena itu, pada tahap permulaan kegiatan pembelajaran kecakapan hidup, peserta didik perlu diberi penjelasan mengenai relevansi isi pelajaran yang akan dipelajarinya dengan pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang telah dikuasainya, atau relevansi 282
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
Optimalisasi Kreativitas Peserta Didik
dengan kehidupan sehari-harinya. Ketiga, penjelasan kompetensi peserta didik yang ingin dicapai. Peserta didik, akan belajar dengan lebih cepat bila ia mendapatkan tanda-tanda yang mengarahkan proses belajarnya. Tanda-tanda tersebut antara lain berupa penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai. Dengan tanda-tanda tersebut ia mempunyai kemungkinan mengorganisasikan atau mengatur sendiri proses belajarnya dengan menggunakan sumber-sumber yang ada di lingkungannya. Di samping itu, pengetahuan tentang kompetensi yang ingin dicapai tersebut akan meningkatkan motivasinya selama proses belajar. Karena itu, pengajar perlu menjelaskan kepada peserta didik tentang kompetensi yang ingin dicapai sebelum memulai kegiatan pembelajaran sesungguhnya. Melalui kegiatan pendahuluan tersebut, peserta didik telah mempunyai gambaran global tentang isi pelajaran yang akan dipelajarinya, kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, bermotivasi tinggi untuk mempelajarinya, dan mungkin dapat mengorganisasikan kegiatan belajarnya dengan sebaik-baiknya. Adapun waktu yang diperlukan untuk melakukan ketiga kegiatan tersebut mungkin hanya sekitar 5-10 menit dari 90 menit waktu yang tersedia, tetapi manfaatnya sangat besar untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi belajar peserta didik. Setelah selesai kegiatan pendahuluan atau apersepsi, pengajar mulai memasuki kegiatan penyajian atau sering disebut dengan istilah kegiatan inti. Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti pembelajaran kecakapan hidup menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata keterampilan, yang dapat berupa kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan eksplorasi, pendidik senantiasa: pertama, melibatkan peserta didik untuk mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik atau tema materi yang akan dipelajari dari berbagai sumber; kedua, menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar; ketiga, memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
283
Safrudin Aziz
dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya; keempat, melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan kelima, memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio atau lapangan. Adapun kegiatan elaborasi yang dilakukan oleh guru berupa: a. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan, baik secara lisan maupun tertulis, yang dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. b. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggan dan rasa percaya diri. c. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerjanya, baik secara individual maupun kelompok. d. Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran turnamen, atau festival produk yang dihasilkan. Dalam konteks kreativitas, kegiatan eksplorasi dan elaborasi ini identik dengan konsep tahap persiapan, inkubasi dan iluminasi. Tahap persiapan ialah tahap pengumpulan informasi atau data yang diperlukan untuk memecahkan masalah. Tahap inkubasi ialah tahap pengendapan dalam alam bawah sadar, pencarian inspirasi. Tahap iluminasi ialah tahap penemuan”aha” yang bersifat insight, gagasan pemecahan, dan modifikasi untuk melihat kecocokannya. Dalam kegiatan konfirmasi, peran guru antara lain: memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber belajar, memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan, memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar, memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik. Dalam proses kreativitas, kegiatan konfirmasi, identik dengan tahap verifikasi, yaitu tahap pengetesan pemecahan dan modifikasi untuk melihat kesesuainnya. Dalam kegiatan penutup, guru antara lain melakukan formatif terhadap kegiatan pembelajaran kecakapan hidup yang sudah dilaksanakan, memberikan umpan balik terhadap kegiatan tersebut, serta merencanakan kegiatan tindak lanjut atau memberikan tugas terstruktur kepada para peserta didik. Sebagai contoh kegiatan proses
284
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
Optimalisasi Kreativitas Peserta Didik
pembelajaran kecakapan hidup keterampilan komputer secara diagramatis dapat dilihat di bawah ini. Kegiatan Pendahuluan Berisi: penjelasan singkat tentang isi pelajaran keterampilan kecakapan hidup yang akan di bahas
Penjelasan relevansi isi pelajaran baru. (yang akan dibahas dengan kehidupan sehari-hari anak.
Penjelasan kompetensi peserta didik yang ingin dicapai
Kegiatan Inti Eksplorasi
Keterangan Guru mendiskusikan secara singkat pengertian komputer serta fungsinya dalam kehidupan informasi saat ini, misalnya: sumber belajar, sumber inspirasi, sumber informasi, sumber rekreasi, maupun sumber tambahan rezeki (melalui media internet) dan sebagainya. Guru menjelaskan bahwa keterampilan komputer relevan, berhubungan dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari bagi peserta didik, baik untuk saat sekarang ataupun masa yang akan datang. Bila keterampilan ini ditekuni dan dikembangkan secara optimal, maka peserta didik akan mahir dalam mengoperasikan dan menguasai berbagai macam program, menguasai informasi dan teknologi, memperluas jaringan persahabatan, kerjasama, serta memberikan keuntungan materi dan non materi lainnya . Demikian pula sebaliknya. Guru menjelaskan kompetensi peserta didik yang ingin dicapai. Misalnya: setelah mengikuti materi pembelajaran komputer, diharapkan peserta didik mampu memahami dan mengoperasionalkan program office Microsoft Word, dan Microsoft Excel. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing berjumlah 3 orang. Selanjutnya masing-masing kelompok diberi tugas untuk bereksplorasi melalui sarana perpustakaan sekolah, melalui internet, buku pribadi terkait dengan cara-cara pengoperasian program, misalnya Office Ms. Word dan Ms. Excel. Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
285
Safrudin Aziz
Elaborasi
Konfirmasi
286
Apabila sudah diketemukan prosedur pengoperasiannya, maka selanjutnya peserta didik diberi tugas untuk mempraktikan pengoperasian program tersebut pada laboratorium komputer sekolah. Sebagai catatan, setiap kelompok diharapkan selalu ada siswa yang menonjol dibandingkan dengan koleganya. Siswa tersebut dapat dijadikan fasilitator dalam kelompoknya. Sebagai contoh, dalam satu kelas terdapat 30 siswa. Jumlah secara keseluruhan dapat dibagi 2 kelompok besar, dan tiap kelompok besar dibagi menjadi 5 kelompok kecil. Adapun kelompok besar ke-1 bertugas mengeksplor pengoperasian Ms. Word dengan pembagian 5 kelompok kecil; tiap kelompok kecil 3 personil dengan beban tugas tiap kelompok kecil sebanyak 5 pekerjaan pengoperasian program tsb (misal: operating MS. Word, men-save, mengkopi, membuat tabel, menyusun kutipan dan menyusun Dropcap dsb). Begitu pula dengan kelompok besar ke-2 dengan mengeksplorasi pengoperasian program MS. Excel. Setelah masing-masing peserta didik mampu melakukannya, kemudian tiap-tiap kelompok diminta untuk menyusun laporan praktikum dan mempresentasikan kegiatan praktikum tentang pengoperasian program Office MS. Word dan MS. Excel yang difasilitasi oleh guru. Adapun presentasi bersifat praktik diselingi penjelasan pengoperasian yang dilakukan oleh peserta didik. Bila laporan telah disusun, kemudian masingmasing kelompok diminta untuk mempresentasikannya, melalui guru sebagai fasilitatornya. Dengan cara demikian, maka kreativitas anak akan tumbuh dan berkembang secara optimal, Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
Optimalisasi Kreativitas Peserta Didik
Penutup (Evaluasi). Guru melakukan evaluasi formatif dan penilaian autentik terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
yang pada akhirnya peserta didik akan memiliki kecakapan hidup (life skill) meliputi: kecakapan akademik, kecakapan pribadi, kecakapan sosial, dan kecakapan vokasional. Melalui praktikum, pengetahuan yang diperoleh peserta didik tidak akan mudah terlupakan, kecakapan melalui presentasi di depan kelas, pribadi anak akan tumbuh dengan baik dan terbiasa menghadapi orang banyak, sehingga kecakapan pribadi akan diperolehnya. Melalui kerja kelompok, peserta didik akan terbiasa bersosialisasi dengan teman-temannya, sehingga kecakapan sosialnya akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Selanjutnya, bilamana keterampilan komputer ini dapat dikuasai dan dikembangkan secara dinamis melalui pembelajaran program komputer yang lebih variatif, maka sangat tidak menutup kemungkinan akan menjadi mata pencaharian tambahan yang kreatif dan menarik. Sehingga kecakapan vokasionalnyapun akan tumbuh dan berkembang baik, yang pada akhirnya peserta didik akan memiliki seperangkat keterampilan komputer serta menguasai sistem pemrograman yang sangat diperlukan pada era informasi dan teknologi saat ini. Evaluasi formatif dapat dilakukan dengan pengambilan sampel terhadap peserta didik. Artinya guru mengajukan pertanyaan secara praktek langsung kepada peserta didik yang memiliki kemampuan rata-rata. Bila peserta didik tersebut dapat menjawab, selanjutnya guru juga mengajukan satu pertanyaan praktek langsung yang bobotnya relatif sama dengan pertanyaan terdahulu kepada peserta didik yang paling lemah. Apabila yang paling lemah
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
287
Safrudin Aziz
mampu menjawabnya, dapat diasumsikan daya serap anak sudah mencapai 100%. Selain evaluasi formatif, sebagai tahap pematangan, guru juga menggunakan penilaian autentik dalam bentuk portofolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis. Penilaian autentik pada program pendidikan kecakapan hidup keterampilan komputer bertujuan untuk memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukan apa yang telah mereka pelajari selama proses belajar mengajar. Pada sisi lain penilaian autentik ini menunjukan keberlangsungan belajar secara terpadu dan kontekstual sekaligus mengakui adanya keluasaan dalam pembelajaran, materi ajar, serta prestasi yang dicapai peserta didik. Guru memberikan umpan balik terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan
Hasil evaluasi formatif dan penilaian autentik harus diberitahukan kepada siswa dan diikuti dengan penjelasan tentang hasil kemajuan siswa.
Guru merencanakan kegiatan tindak lanjut
Siswa yang telah mencapai hasil baik dalam evaluasi formatif dan penilaian autentik dapat meneruskan ke bagian pembelajaran program selanjutnya, atau mempelajari bahan tambahan untuk memperdalam pengetahuan yang telah dipelajarinya. Siswa yang mendapatkan hasil kurang memuaskan harus mengulang isi pelajaran tersebut (remidi).
Penutup Uraian di atas memberikan gambaran bahwa ditinjau dari dimensi pribadi, kreativitas dimiliki oleh setiap pribadi (orang) yang lahir didunia. Ditinjau dari dimensi proses, kreativitas dapat tumbuh dan berkembang merupakan hasil dari proses interaksi antara faktor288
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
Optimalisasi Kreativitas Peserta Didik
faktor psikologis (internal) dan lingkungan (eksternal). Ditinjau dari dimensi pendorong, kreativitas dapat berkembang optimal perlu pendorong, yaitu kondisi yang mendorong seseorang keperilaku kreatif. Pendorong harus datang dari diri sendiri (internal) berupa hasrat dan motivasi yang kuat untuk mencipta, dan mendapat dukungan atau pendorong dari luar (eksternal) baik dari lingkungan dekat seperti teman sejawat maupun dari lingkungan makro seperti masyarakat dan kebudayaan dimana ia tinggal. Ditinjau dari dimensi produk, kreativitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru (novel), berguna (useful) dan dapat dimengerti (understandable), baik berupa benda maupun gagasan. Pada umumnya, proses pembelajaran di sekolah kurang mengembangkan kreativitas peserta didik, tetapi cenderung menekankan pada pengembangan berpikir logis dan konvergen dengan melatih peserta didik untuk berpikir dan menemukan suatu pengetahuan yang sudah ditetapkan oleh guru. Padahal kreativitas peserta didik salah satunya dapat dikembangkan melalui pembelajaran pendidikan kecakapan hidup. Adapun proses pembelajaran kreatif pada pendidikan kecakapan hidup terdiri atas kegiatan pendahuluan (apersepsi) yang mencakup penjelasan singkat mengenai isi pelajaran keterampilan yang akan dikaji, penjelasan relevansi isi pelajaran keterampilan baru dengan kehidupan sehari-hari anak, serta penjelasan kompetensi peserta didik yang ingin dicapai. Penyajian (kegiatan isi meliputi eksplorasi, elaborasi, konfirmasi. Sedangkan kegiatan penutup, guru melakukan evaluasi formatif dan penilaian autentik terhadap kegiatan pembelajaran kecakapan hidup yang sudah dilaksanakan, memberkan umpan balik terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan, serta merancang kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, pengayaan, dan atau memberikan tugas terstruktur maupun kegiatan mandiri tidak terstruktur kepada para peserta didik. Wa Allâh a’lam bi al-shawâb.*
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
289
Safrudin Aziz
Daftar Pustaka Arieti, Silvano. Creativity The Magic Synthesis. Newyork: Basic Books, 1976. Baihaqi, Menggali Kreativitas Tenaga Didik. http://file.upi.edu/ Konsep Pengukuran/Kreativitas.com. Campbell, David. Take The Road to Creativity and Get of Your Dead End, Terjemahan Sadman Mangunhardjana .Yogyakarta: Kanisius, 1992. Dharma, Surya dan Haedar, Akib. 2004 Budaya Organisasi Kreatif: Manajemen Usahawan Indonesia, dalam Majalah Ekonomi (Vol. 7, No. 03, Maret 2004), hlm. 22-27. Dick, Walter & Carey, Lou. The Systematic Design of Instuction. London: Scott Foresman Company, 1985. http http://annisaecha.blogspot.com/2010/02/pengertian-kreatifitas4p.html http://ambisimeteorum.ngeblogs.com/2010/03/07/definisi-kreativi tas-4p-four-ps-creativity//. Ma’arif, Syamsul. Selamatkan Pendidikan Dasar Kita. Semarang: Need’s Press, 2009. Mulyadi, Seto. Memacu Bakat dan Kreativitas. Jakarta: Gramedia, 1998. Munandar, S.C., Utami. Kreativitas Sepanjang Masa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1988. ---------. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta, 1999. ---------. Kreativitas dan Keberbakatan: “Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat”. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002. Nursito. Kiat Menggali Kreativitas. Yogyakarta: Mitra Gama Widya, 1999. Purwanto, Ngalim. Psikologi Rosdakarya, 2002.
290
Pendidikan.
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
Bandung:
Remaja
Optimalisasi Kreativitas Peserta Didik
Semiawan. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia, 2004. UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika, 2003.
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
291