INPACT (INDUSTRIAL ENGINEERING PAPER AND ACTION)
1
OPTIMALISASI KINERJA INDUSTRI BATIK MELALUI PENERAPAN SISTEM BERBASIS LINGKUNGAN, HUMAN FACTOR, DAN TEKNOLOGI Novianda Aditya I, Andy Aulia, Fano Alfian A Department Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Pogung Dalangan SIA XVI No 277B Sleman, DIY
Abstrak— Industri batik adalah salah satu produk unggulan Indonesia. Batik menjadi produk yang banyak diminati oleh masyarakat dari dalam dan luar negeri. Hingga sekarang, permintaan produk asal Jawa ini terus meningkat. Untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat dari tahun ke tahun tersbeut, maka Industri batik memerlukan upaya improvement secara berkelanjutan baik dari segi proses produksi hingga pemasaran. Namun sayangnya upaya tersebut seringkali mengesampingkan dampak lingkungan dan metode kerja yang dilakukan. Aspek man, method, dan environment menjadi sangat penting untuk dianalisis dan dikaji lebih dalam. Melalui industri batik X di Yogyakarta, peneliti akan melakukan perbaikan dengan memberikan rekomendasi dan analisis terhadap aktivitas kerja dan produksi batik di industri tersebut. Hasilnya adalah rekomendasi berupa penerapan exhausted hood system dan sistem akuifer buatan serta perbaikan layout produksi akan mampu memanajemen dampak lingkungan dan sistem kerja dari industri tersebut sehingga akan tercipa continuous green improvement melalui penerapan sistem berbasis lingkungan, human factor, dan teknologi tersebut. Kata Kunci— batik, man, method, environemtn, improvement, lingkungan, produksi, akuifer.
I. PENDAHULUAN Batik merupakan salah satu budaya sebagai identitas bangsa Indonesia yang telah mendapatkan pengakuan dari UNESCO serta telah ditetapkan sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan non-bendawi (Masterpiece of oral and Intangible Heritage Humanity) dimana mempunyai keunggulan komparatif di bidang ekonomi, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kesejateraan masyarakat 1 . Wiendu Nuryanti pada Asia Tourism Forum (ATF) 2012 mengatakan bahwa perkembangan industri batik mencapai lebih dari 300 % dalam 3.5 tahun terakhir dengan pendapatan mencapai 100 miliar per tahun. Capaian tersebut adalah bukti bahwa budaya merupakan modal utama dalam industri kreatif karena secara global mampu menyumbang pertumbuhan ekonomi hingga 7% dari Produk Domestik Bruto (PDB) (Setiawati & Nursiam, 2014). Saat ini batik adalah salah satu produk unggulan Indonesia. Batik menjadi produk yang banyak diminati oleh masyarakat dari dalam dan luar negeri. Hingga sekarang, permintaan produk asal Jawa ini terus meningkat. Untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat dari tahun ke tahun tersbeut, maka Industri batik memerlukan upaya improvement secara berkelanjutan baik dari segi proses produksi hingga pemasaran (Sasongko, 2010) 1
Anindito Prasetyo. Batik Karya Agung Warisan Budaya Dunia. Yogyakarta. Pura Pustaka. 2010.hlm 7
Optimalisasi.Kinerja.Industri
Dari waktu ke waktu, industri batik juga mengalami perkembangan yang cukup pesat tidak hanya ke arah sosial dan seninya, tetapi juga perubahan ke arah teknologi. Berawal dari metode sederhana, yaitu menggambar dengan canting dan mencelupkan dalam pewarna, batik cap dengan cara dicap pada cetakan sampai produksi masal dengan mesin modern. Perkembangan tersebut dapat dilihat di beberapa kota salah satunya di Yogyakarta (Sasongko, 2010). Batik di Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini berkembang dengan pesat. Tidak kurang 400 motif batik khas Yogyakarta yang terdiri dari motif batik klasik maupun motif modern berada di Yogyakrta. Oleh karena itu banyak industri batik yang berkembang pesat di Yogyakarta. Dari beberapa industri batik tersebut, tidak banyak dari mereka yang telah menyadari pentingnya dalam mengatur strategi improvement untuk menjawab permintaan pasar yang tinggi. Upaya improvement juga seringkali mengesampingkan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Pengolahan limbah dan polusi yang diakibatkan oleh industri batik sering menjadi permasalahan klasik yang umumnya tidak terselesaikan apalagi untuk kasus limbah lilin dan asap pembakaran yang mencemari lingkunan sekitar industri (Badan Informasi Daerah Pemerintah Kota, 2007) Salah satu Industri Batik di Yogyakarta yang menyadari akan pentingnya upaya improvement adalah Industri batik X yang terletak di sekitar pusat kota Yogyakarta. Industri tersebut telah mengapilkasikan teknologi batik cap untuk meningkatkan produktivitasnya serta bak penyimpanan untuk limbah cair dari batik.
2
INPACT (INDUSTRIAL ENGINEERING PAPER AND ACTION)
Dalam penulisan Paper ini, Penulis melakukan analisis terhadap aktivitas kerja dan produksi di Industri batik X dan memberikan solusi serta rekomendasi melalui implementasi teknologi tepat guna dengan pendekatan ilmu keteknikan. Dari hasil analisis ini, kami akan memaparkan tentang seberapa jauh upaya improvement dan manajemen lingkungan dalam industri batik tersebut dalam rangka meningkatkan produktivitas kerjanya melalui pendekatan terhadap layout kerja, sistem sirkulasi udara dalam ruangan untuk membendung polusi udara akibat aktivitas produksi, dan sistem pembuangan limbah cair hasil pengolahan warna pada kain. Dari situ diharapkan industri batik dapat menciptakan produktivitas kerja yang tepat guna dan tidak menyebabkan dampak lingkungan yang signifikan serta menjadikan Industri Batik X sebagai role model industri batik yang menerapkan prinsip continues green improvement, yakni pengembangan produktivitas yang berkelanjutan dengan tetap memperhatikan sisi lingkungan. II. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian kasus atau lapangan melalui pendekatan kualitatif, yakni bertujuan untuk mempelajari secara intensif latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu obyek. Dalam metode tersebut mengumpulkan data dan menafsirkan data menjadi kunci utama dalam melakukan penelitian. Informan diperlukan sebagai subyek dan hubungannya dengan peneliti bersifat interaktif.
Gambar 1. Alur Metodologi
A. Kriteria Informan dan Penetapan Lokasi Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka subyek penelitian ini adalah industri batik skala rumah tangga dengan sistem kelola dan manajemen yang terstruktur serta menerapkan continues improvement pada aktivitas produksinya. B. Penetapan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di kota Yogyakarta. Alasan pemilihan di kota Yogyakarta adalah karena kota tersebut merupakan kota wisata dengan keanekaragaman budaya dan kearifan local yang terkandung didalamnya menunjang tumbuhnya budaya salah satunya adalah batik. Selain itu, motif batik Yogyakarta terbilang banyak dan variatif. Maka, dipilih sentra produksi batik X yang terletak di pusat kota Yogyakarta. C. Identifikasi Jenis Data Data primer digunakan dalam merumuskan masalah utama serta mendapatkan pokok bahasan ataupun urgensi dari suatu permasalahan pada tema yang diangkat yaitu optimalisasi lantai produksi pembuatan kain batik. Data primer diperoleh melalui metode observasi yaitu proses pengambilang data dengan cara memantau dan melakukan wawancara secara langsung di lantai produksi batik. Observasi dilakukan di sebuah pengrajin kain batik yang terletak di Rotowijayan, Yogyakarta yang secara rutin melakukan kegiatan pembuatan kain batik secara tradisional yang mayoritas dibentuk melalui proses cap untuk menghasilkan motif-motif pada kain. Melalui proses observasi yang dilakukan kemudian didapatkan alur proses pembuatan kain batik dari awal hingga akhir yang dapat digambarkan melalui flowchart. Melalui analisis yang dilakukan dengan melihat flowchart serta hasil wawancara secara langsung dengan pihak terkait di lantai produksi maka didapatkan tiga hal utama yang kemudian dapat dilakukan analisis mendalam untuk meningkatkan produktifitas serta optimalisasi produksi di lantai produksi.
Optimalisasi.Kinerja.Industri
INPACT (INDUSTRIAL ENGINEERING PAPER AND ACTION)
3
bahasan ilmiah yang sudah ada. Hal ini dilakukan untuk menjaga formulasi solusi mampu direalisasikan dan memiliki kaidah yang jelas yang kemudian digunakan untuk melakukan perhitungan baik dari segi aplikasi dan ekonomi. Literatur yang digunakan adalah berbagai jenis literatur dengan bagian besar membahas mengenai ketiga jenis permasalahan yang telah dijabarkan sebelumnya baik yang secara langsung dikaitkan dengan proses fabrikasi kain batik maupun secara umum. III. PEMBAHASAN Setelah menganalisis data dan melakukan telaah pustaka, kami menemukan 3 hal yang mengganggu aktivitas produksi batik di perusahaan X dan mempengaruhi hubungan antara stasiun kerja dengan man, method, and environment. Ketiga hal tersebut adalah layout di sistem kerja, sistem sirkulasi dan pembuangan udara, serta sistem pembuangan limbah cair. Oleh karena itu, rekomendasi perlu diberikan untuk memperbaiki dan mengurangi permasalahan dan dampak yang ditimbulkan dari produktivitas kerja di lingkungan Industri batik X. Upaya perbaikan itu berupa rekomendasi manajemen lingkungan melalui Exhausted Hood System, dan sistem akuifer buatan serta analisis layout produksi
Gambar 2. Flowchart proses produksi kain batik TABEL I PERMASALAHAN UTAMA PADA LANTAI PRODUKSI
No. 1 2
3
Permasalahan Layout produksi Polusi udara akibat proses perebusan kain batik untuk membuang malam atau parafin pada kain (Ngloroti) Limbah cair sisa pewarnaan dan pencairan malam atau parafin (Ngloroti)
Gambar 3. Proses produksi kain di pengrajin batik, Rotowijayan, Yogyakarta
Formulasi solusi dilakukan dengan memperhatikan permasalahan utama melalui studi literatur dari berbagai jenis
Optimalisasi.Kinerja.Industri
A. Exhausted Hood System Salah satu permasalahan yang perlu diminimalisir dalam proses fabrikasi batik cap adalah polutan hasil perebusan kain batik guna melunturkan malam yang menempel pada kain. Polutan yang timbul dalam proses ini kemudian dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman baik bagi pekerja yang bekerja pada tahap ini maupun pekerja di workstation lain karena pada lantai produksi ini tidak terdapat sekat yang memisahkan antar satu workstation dengan workstation lain. Selain itu polutan yang timbul juga mengakibatkan permasalahan yaitu polusi bagi masyarakat sekitar lantai produksi. Exhaust system menjadi teknologi yang dapat dipertimbangkan untuk meminimalisir dampak negatif dari permasalahan polutan hasil perebusan kain batik. Menurut Departamento De Engeharia Mecanica, Universidade Federal Do Parana (1999) bahwa dalam suatu sistem exhaust dibutuhkan beberapa komponen yaitu: 1) hood, yang berfungsi sebagai tempat masuknya asap (polutan); 2) duct, berfungsi sebagai saluran polutan; 3) air cleaning devices, untuk menyaring polutan; 4) air-moving devices, untuk menyalurkan polutan dan udara dalam sistem seperti penggunaan fan atau pressure-air ejector; 5) exhaust stack, berfungsi untuk membuat udara hasil penyaringan ke atmosfer; 6) return duct system, berfungsi untuk menyalurkan kembali udara yang telah tersaring ke lantai produksi. Berdasarkan Departemento De Engenharia Mecanica, Univesidade Federal Do Parana (1999) terdapat beberapa jenis exhaust hood yang memiliki karakteristik dan penggunaan yang berbeda yaitu: 1)
4
INPACT (INDUSTRIAL ENGINEERING PAPER AND ACTION)
Free-hanging canopy hood; 2) Attached canopy hood; dan 3) Sidewall hood.
Pada proses perebusan kain batik di lantai produksi dibutuhkan dua buah tungku api besar yang memiliki dimensi 2 x 1 x 1,5 meter, sehingga untuk mengaplikasikan sidedrafthood pada tungku tersebut harus memenuhi perhitungan menurut Kuz’mina (1959) sebagai berikut. w 0.2 l
Gambar 6. Dimensi sidedraft-hood
Gambar 4. a) Free-hanging canopy hood; b) Attached canopy hood; dan c) Sidewall hood.
Zhivov et al (1997) menyatakan bahwa dalam merancang posisi hood harus memperhatikan posisi sumber polutan serta posisi pekerja yang mengoperasikan sumber polutan tersebut. Perhatian utama pada pekerja difokuskan pada breathing zone dari pekerja sehingga tidak terpapar kontaminasi polutan berlebih dan tidak menganggu sirkulasi dari hood ketika menghisap polutan. Menurut Departemento De Engenharia Mecanica, Univesidade Federal Do Parana (1999) bahwa hood yang berada pada posisi yang secara langsung berada pada posisi dimana operator dari sumber polutan berada hanya cocok menggunakan hood dengan tipe yang memiliki jenis high hood dan side-hood. Memperhatikan jenis polutan yang ada yaitu berbentuk smoke dan air vapor serta memperhatikan cost-efficiency yang timbul dalam penggunaan sistem tersebut, pada permasalahan yang ada di lantai produksi lebih cocok menggunakan sidedraft-hood dibandingkan high-hood dengan beberapa pertimbangan. Pada penggunaan sidedraft-hood akan membutuhkan power dari fan yang lebih rendah dibandingkan high-hood dan kembali pada asumsi bahwa menurut Departemento De Engenharia Mecanica, Univesidade Federal Do Parana (1999) penggunaan power ataupun tenaga dari fan merupakan penyumbang cost mayoritas pada sistem exhaust.
Gambar 5. Perbandingan pengaruh penggunaan exhaust hood dengan tipe sidedraft-hood dan low-hood terhadap sirkulasi udara bagi operator.
Sehingga jika menyesuaikan dengan dimensi dari tungku api yang tersedia maka dengan asumsi (L) memiliki nilai yang sama dengan panjang dari tungku api yaitu sebesar 2 meter, dimensi maksimal dari (W) dari hood yang harus dirancang adalah sebesar 0,4 meter.
Gambar 7. Rancangan sidedraft-hood
Melalui pengaplikasian sidedraft-hood exhaust system akan berefek untuk meminimalkan dampak negatif dari polutan yang dihasilkan dari proses perebusan kain batik baik polutan yang berasal dari pembakaran kayu sebagai bahan bakar utama yang mengasilkan smoke maupun perebusan air yang menghasilkan water vapour. Greenheck (2005) sebagai salah satu manufaktur exhaust system menyatakan bahwa penggunaan exhaust system dapat mengurangi dampak polutan dalam ruangan maupun lantai produksi. Udara yang berada di lantai produksi dan terkontaminasi polutan kemudian akan ditarik oleh fan melalui hood yang kemudian dilakukan proses make-up yaitu proses penyaringan udara yang terkontaminasi polutan dengan menggunakan air filter yang kemudian udara dapat langsung dibuang keluar maupun dikembalikan kedalam ruangan atau lantai produksi untuk mendorong polutan dari
Optimalisasi.Kinerja.Industri
INPACT (INDUSTRIAL ENGINEERING PAPER AND ACTION)
3
sumber polusi masuk kedalam hood. Namun pada kasus di lantai produksi Batik X, udara hasil proses make-up dapat langsung dibuang keluar karena lantai produksi batik memiliki bangunan yang semi terbuka. Sehingga fungsi dari exhaust system pada lantai produksi ini utamanya adalah: 1) Meminimalisir polutan : berupa smoke dan water vapour didalam lantai produksi karena tanpa penggunaan exhaust, udara yang terkontaminasi tersebut akan berada diarea lantai produksi dalam durasi yang lama; 2) Mengurangi efek negatif : efek negatif dari udara yang terkontaminasi smoke dan water vapour sebelum dibuang ke lingkungan. B. Layout Produksi Industri batik merupakan industri yang potensial mengandung zat – zat kimia seperti pewarna yang merupakan limbah berbahaya tekstil sehingga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Limbah industri tersebut dapat berupa kontaminan yang menyebabkan air menjadi keruh. Gejala tersebut dapat menjadi tolak ukur bahwa tingkat pencemaran air cukup tinggi. Industri Batik X telah menerapkan sistem pembuangan limbah hasil pewarnaan melalui sumur penampungan. Sayangnya, sistem tersebut hanya berupa penampungan tanpa proses lebih lanjut sehingga hasil dari penampungan tersebut akan dialirkan ke lingkungan dan proses penampungan tersebut tidak berdampak signifikan karena lingkungan akan tetap tercemar oleh limbah hasil tekstil. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah perancangan sistem sumur dengan teknologi penyaringan yang mampu menyaring zat-zat kimia sehingga air yang telah tercampur zat kimia dapat terpisah dan dapat dimanfaatkan kembali untuk aktivitas perendeman kembali. Sistem tersebut adalah berupa akuifer buatan. Limbah cair yang telah dihasilkan dari proses pewarnaan dan pencampuran dengan zat pewarna akan dialirkan ke penyaringan dimana limbah tersebut akan melewati beberapa filter hingga nantinya dapat dipisahkan antara air dengan zat-zat kimia.
Gambar 8. Perancangan Sistem Pembuangan
Sistem akuier buatan dilengkapi dengan penyaringan sebelum limbah cair tersebut ditampung di sebuah bak. Nantinya air yang telah ditampung tersebut dapat disimpan dan dipergunakan apabila membutuhkan persediaan air yang lebih. Penyaringan yang berukuran 1108 m pada akuifer buatan ini terdiri dari pasir, kerikil, arang, bata merah, dan skoneng rooster dimana dipasang bersebalahan dengan bak air berukuran 6000 x 4000 x 2500 cm. Detail gambar dapat dilihat pada perancangan gambar dibawah ini
Gambar 9. Perancangan Filtrasi pada Sistem Pembuangan
Penyaringan ini bersifat alami dan tidak menggunakan bantuan zat kimia. Teknologi akuifer buatan ini nantinya dapat juga diinstalasi di bawah rumah/industri agar tidak mengaggu aktivitas produksi yang utama. Untuk kasus instalasi atau pemasangan dibawah bangunan tersebut nantinya akan bergantung pada teknologi kincir angin yang akan memompa air dari bawah bangunan. Teknologi akuifer buatan yang dilengkapi dengan pompa kincir angin dapat digunakan untuk beberapa kasus industri batik mereka kekurangan air atau kebutuhan air untuk proses pencucian atau penghilangan lilin tidak tercukupi. Namun penulis membatasi penelitian ini hanya untuk kasus industri yang tidak mengalami kekurangan air. Artinya,
Optimalisasi.Kinerja.Industri
6
INPACT (INDUSTRIAL ENGINEERING PAPER AND ACTION)
teknologi akuifer buatan dalam perancangan industri ini dapat dikembangkan untuk beberapa kasus tertentu.
Relationship Chart dilakukan berdasarkan nilai pada tabel berikut :
C. Layout Produksi
TABEL III KRITERIA PENILAIAN ARC
Perusahaan Batik X memiliki dua lantai produksi. Sebagian besar aktivitas pembuatan batik dari awal hingga akhir dikerjakan di lantai 1, seperti proses pembuatan malam, pengecapan, pewarnaan, nembok, dan ngeloroti. Mezanine lantai produksi hanya fokus untuk proses penjemuran yang dibagi menjadi penjemuran indoor (tanpa paparan sinar matahari langsung) dan penjemuran outdoor (dengan paparan sinar matahari langsung). Penjemuran indoor yang ada mezanine berbeda dengan penjemuran yang ada di lantai 1. Saat ini, penjemuran di lantai 1 hanya digunakan untuk batik khusus seperti batik soga sedangkan penjemuran indoor di mezanine dapat digunakan untuk semua motif dan memiliki space yang lebih besar dibandingkan penjemuran di lantai 1. Kondisi real layout lantai produksi Perusahaan Batik X ditunjukkan pada gambar berikut :
Simbol A E I O U X
Dekat Tidak Dekat
Closeness Rating Deskripsi Sangat penting, flow item tinggi, sering berkoordinasi Dikhususkan, terdapat flow penting tetapi tidak terlalu tinggi Penting, terdapat flow yang tidak berprioritas pertama Boleh dekat Tidak berpengaruh kedekatannya Tidak boleh dekat karena berbahaya dan mengganggu Kriteria Penilaian Berhimpitan tanpa pembatas, berseberangan jalan kecil namun masih berhadapan Berhimpitan namun posisi pintu tidak berhadapan, berseberangan dengan jalan besar, melewati stasiun kerja lainnya.
No.
Gambar 10. Layout Lantai Produksi (Lantai 1)
Gambar 11. Layout Lantai Produksi (Mezanine)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Location
Warehouse Cap Pembuatan Malam Proses Pewarnaan Proses Nembok Cabinet (Parafin) Pewarnaan Celup Jemuran Proses Ngeruk Proses Ngeloroti Pembilasan Proses Pengecapan Rest Room Management Quality Control Penjemuran Indoor Penjemuran Outdoor Tangga Taman
Warehouse Cap Pembuatan Malam Proses Pewarnaan Proses Nembok Cabinet (Parafin) Pewarnaan Celup Jemuran Proses Ngeruk Proses Ngloroti Pembilasan Proses Pengecapan Rest Room Management Quality Control Penjemuran Indoor Penjemuran Outdoor Tangga Taman
TABEL III RELATIONSHIP CHART LAYOUT LANTAI PRODUKSI
U U U U U U U U U I O U U U U U U
U E E U U U U U E O U U U U U U
A U E U U U U A O U U U U U U
U A U U U U U O U U U U U U
U U U U U U O U U U U U U
A U U A A O U U U U U U
U U A U O U U U U U U
U U U O U U U U U U
A U O X X A E U A
U O U U A E A U
O U U U U U U
O O O O O O
A U U U U
U U U U A A U U U U
TABEL IV RELATIONSHIP DIAGRAMMING WORSKHEET LAYOUT LANTAI PRODUKSI
Langkah yang dilakukan untuk membuat perbaikan layout adalah menentukan relationship antar ruang dan pembuatan dimensionless block diagram sehingga dapat ditentukan ruangruang apa yang harus berdekatan. Pada activity relationship chart (ARC), analisis relationship antar ruang tidak dibagi per lantai tetapi digabung menjadi satu. Penilaian Activity
Optimalisasi.Kinerja.Industri
INPACT (INDUSTRIAL ENGINEERING PAPER AND ACTION)
Relationship
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Warehouse Cap
Pembuatan Malam
Proses Pewarnaan
Proses Nembok
Cabinet (Parafin)
Pewarnaan Celup
Jemuran
Proses Ngeruk
Proses Ngeloroti
4,5,11
4,11 6
6 2
2
7,10,11 3,4
A E I
12 12 12 12 12 12 12 12 12 2,3,4,5,6,7,8, 1,3,6,7,8,9,10, 1,2,5,7,8,9,1 1,5,7,8,9,1 1,3,4,6,7,8,9, 1,2,5,8,9,13, 1,2,3,4,5,8, 1,2,3,4,5,6,7, 1,2,3,4,5, 9,10,13,14,1 11,13,14,15,1 0,13,14,15,1 0,11,13,14, 10,11,13,14,1 14,15,16,17, 9,11,13,14, 9,10,11,13,14 6,7,8,11,1 5,16,17,18 6,17,18 6,17,18 15,16,17,1 5,16,17,18 15,16,17,18 ,15,16,17,18 7,18 18 13,14
U X
10 Relationship
O
U X
10,15,18 17
Setelah melakukan analisis dengan activity relationship chart dan dimensionless block diagram, maka didapatkan layout produksi yang baru seperti berikut :
11
O
A E I
6,10
3
Pembilasan 3,4,6,7,9,15, 17 17
11 Proses Pengecapan
12
13
Rest Room
Management
3,6 2 1
14
12
12 4,5,7,8,9,10,1 1,2,5,8,11,13 3,14,15,16,17, ,14,18 18
5
2
1
3 4 13
1,2,3,4,5,6,7,8, 9,10,11,13,14, 15,16,17,18
14 Quality Control
15 Penjemuran Indoor
16 Penjemuran Outdoor
13
9,10,17
17 10,11
17
18
Tangga
Taman
10,15,16
12 12 12 12 12 1,2,3,4,5,6,7,8, 1,2,3,4,5,6, 1,2,3,4,5,6,7,8 1,2,3,4,5, 1,2,3,4,5,6,7, 10,11,15,16,17 7,8,10,11,1 1,2,3,4,5,6,7,8,11, ,11,13,14,15,1 6,7,8,9,11 8,10,11,13,1 ,18 5,16,17,18 13,14,16,18 8 ,13,14,18 4,15,16,17 9 9
Dimensionless Block Diagram 7 8 10 6 9 11
Gambar 13. Rekomendasi Layout Produksi Lantai Satu
12 18 17
14 15
16
Gambar 12. Dimensionless Block Diagram Layout Lantai Produksi
Pada pembuatan dimensionless block diagram layout lantai produksi, terdapat constraint bahwa beberapa stasiun kerja tidak bisa direlokasi seperti warehouse cap, pewarnaan celup, taman, tangga, penjemuran indoor dan outdoor di mezanine. Proses ngeloroti atau menghilangkan malam tidak dapat dipindahkan karena harus selalu berdekatan dengan taman sedangkan posisi taman juga tidak dapat diubah karena telah sesuai dengan sirkulasi udara di perusahaan. Selain itu alat yang digunakan untuk proses menghilangkan malam cukup besar dan sudah terpatok di tempat tersebut sehingga jika dipindah akan menyulitkan perusahaan. Penjemuran indoor dan penjemuran outdoor membutuhkan space yang cukup besar dan tidak dapat dipindahkan karena space di lantai satu tidak mencukupi. Akan tetapi, area penjemuran di lantai 1 dapat diperluas karena masih terdapat sisa space yang masih berpotensi untuk dimanfaatkan. Lokasi tangga juga tidak dapat dipindah karena akan mengganggu konstruksi bangunan perusahaan. Lokasi warehouse cap dan pewarnaan celup tidak dapat direlokasi karena sudah paten dan jika dipindah akan mengganggu konstruksi bangunan serta membutuhkan cost yang cukup tinggi. Berdasarkan dimensionless block diagram, improvements yang dilakukan adalah dengan memindahkan cabinet (parafin) ke dekat lokasi pembuatan malam, mendekatkan stasiun kerja pembilasan dengan pewarnaan celup dan memperluas area penjemuran di lantai 1. Pemindahan lokasi stasiun kerja dilakukan untuk memperpendek jarak pergerakan operator, sedangkan perluasan area penjemuran bertujuan untuk mengoptimalkan sisa space yang masih tersedia.
Gambar14. Rekomendasi Layout Produksi (Mezanine)
IV. KESIMPULAN Dari hasil analisis data dan telaah pustaka, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas kerja dan produksi batik di industri batik X belum optimal. Sinergi antara man, method, and environment belum terintegrasi dengan baik dimana upaya perbaikan yang diberikan adalah berupa rekomendasi Exhausted Hood System dan sistem akuifer buatan serta analisis layout produksi. dapat dilihat dari layout yang kurang tertata rapi serta kondisi lingkungan sekitar yang masih merasa terganggu oleh polusi atau limbah yang dihasilkan baik itu limbah cair bekas pewarnaan maupun polutan hasil perebusan batik. Melalui pengaplikasian sidedraft-hood exhaust system dan akan berefek untuk meminimalkan dampak negatif dari polutan yang dihasilkan dari proses perebusan kain batik baik polutan yang berasal dari pembakaran kayu sebagai bahan bakar utama yang mengasilkan smoke maupun perebusan air yang menghasilkan water vapor serta mengurangi adanya konsentrasi kimia dari limbah cair bekas pewaraan batik ke lingkungan sekitar melalui instalasi sistem akuifer buatan. Sedangkan dengan implementasi layout produksi yang baru hasil dari analisis yang dilakukan, maka upaya untuk meningkatkan kemudahan dan efisiensi para pekerja di lingkungan tersebut. Ketiga implementasi tersebut akan mampu mengoptimalkan kinerja produksi batik dengan tetap memperhatikan unsur man, method, dan environment UCAPAN TERIMA KASIH
Optimalisasi.Kinerja.Industri
8
INPACT (INDUSTRIAL ENGINEERING PAPER AND ACTION)
Terima kasih kami haturkan kepada dosen DTMI UGM, dan pemilik beserta seluruh jajaran karyawan industri batik Luwesluwes Yogyakarta REFERENSI [1] Badan Informasi Daerah Pemerintah Kota, Y. (2007). Kerajinan Batik. Retrieved Januari 30, 2016, from Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta: http://pariwisata.jogjakota.go.id/index/extra.detail/1782/kerajinanbatik.html [2] Departamento De Engeharia Mecanica, 1999, Chapter 29-Industrial Local Exhaust System, Universidade Federal Do Parana: Curitiba. [3] Dinas PU, B. (2013). Buku Layanan Badan Litbang PU. Retrieved Januari 30, 2016, from www.pu.go.id/konreg2015/.../Buku%20Litbang%20Final%2021x2 1.pd [4] Greenheck, 2005, Kitchen Ventilation System Application and Design Guide, Greenheck Fan Corporation: Schofield. [5] Sasongko, D. P. (2010). Identifikasi Unsur dan Kadar Logam Berat pada Limbah Pewarna Batik . Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi TELAAH. [6] Setiawati, E., & Nursiam. (2014). Pengembangan Aktivitas Batik : Determinasi Budaya Ekonomi dan Perubahan Struktur Politik (Kebijakan) Terhadap Perkembangan Usaha Ekonomi Lokal. 3rd Economic and Business Reasearch Festival . [7] Kuz’mina, L.V., 1959, Sidedraft and Cornerdraft Hoods, Transactions of the Institutes for Labor Protection of the VTsSPS, No.2, pp. 25-34. [8] Zhivov, A.M., Christianson, L.L., Riskowski, G.L., 1997, Influence of Space Air Movement on Hood Performance, ASHRAE Research Project, RP-744.
Optimalisasi.Kinerja.Industri